Anda di halaman 1dari 9

Makalah Ulumul Quran tentang Al-Makky dan Al-Madany

Disusun Oleh Muazzin, S.H.I


Alumni al-Hilal Sigli Tahun 2015

KATA PENGANTAR

            Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam juga
disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya,
seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah
membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Ulumul Quran pada Program Studi
Hukum Ekonomi Syari’ah Mu’amalah PTI AL-HILAL SIGLI dengan ini penulis mengangkat
judul “Al-makky dan Al-madany”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalam
Penulis,

KELOMPOK 10
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................             i


DAFTAR ISI............................................................................................................             ii

BAB I       PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang...................................................................................            1
B.    Rumusan Masalah..............................................................................             2
C.    Tujuan penulisan................................................................................             2

BAB II       PEMBAHASAN


A.    Menjelaskan tentang pengertian al-makky dan al-madany................             3
B.     Klasifikasi al-makky dan al-madany..................................................             4
C.     Ciri-ciri khas al-makky dan al-madany..............................................             5
D.    Urgensi mempelajari al-makky dan al-madany..................................             7

BAB III    PENUTUP


A.    Kesimpulan........................................................................................             9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................            10

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
           Para ulama dan ahli tafsir terdahulu memberikan perhatian yang besar terhadap
penyelidikan surat-surat Al-Qur’an. Mereka meneliti al-Qur’an ayat demi ayat dan surat demi
surat untuk disusun sesuai dengan nuzulnya, dengan memperhatikan waktu, tempat dan pola
kalimat. Bahkan lebih dari itu, mereka mengumpulkannya sesuai dengan waktu, tempat dan pola
kalimat. Cara demikian merupakan ketentuan cermat yang memberikan kepada peneliti obyektif,
gambaran mengenai penyelidikan ilmiah tentang ilmu Makkiyah dan Madaniyah.
            Perhatian terhadap ilmu Al-Qur’an menjadi bagian terpenting para sahabat dibanding
berbagai ilmu yang lain. Termasuk di dalamnya membahas tentang nuzulnya suatu ayat, tempat
nuzulnya, urutan turunnya di Mekkah atau di Madinah, tentang yang diturunkan di Mekkah
tetapi termasuk kelompok Madaniyah atau ayat yang diturunkan di Madinah tetapi masuk dalam
kategori Makkiyah, dan sebagainya. Pada intinya persoalan ini telah menjadi perhatian urgen
pada masa sahabat.
               Tema-tema seputar Makkiyah dan Madaniyah ini sangat banyak ragam
penyelidikannya. Abu al-Qasim al Hasan al Muhammad bin Habib al-Nasyaburi menyebutkan
dalam kitabnya al-Tanbib ‘ala fadll ‘Ulum al-Qur’an, bahwa di antara ilmu-ilmu al-Qur’an yang
paling mulia adalah ilmu tentang nuzul al-Qur’an dan tempat turunnya, urutan turunnya di
Mekkah dan di Madinah, tentang yang diturunkan di Mekkah tetapi masuk dalam kategori
Madaniyahyah dan diturunkan di Madinah tetapi masuk dalam kategori Makkiyah, tentang yang
diturunkan di Mekkah mengenai penduduk Madinah dan yang diturunkan di Madinah mengenai
penduduk Mekkah, tentang yang serupa dengan yang diturunkan di Mekkah (Makkiyah) tetapi
termasuk Madaniyahyah dan serupa dengan yang diturunkan di Madinah (Madaniyahyah) tetapi
termasuk Makkiyah, dan tentang yang diturunkan di Juhafah, di Bayt al-Maqdis, di Tha’if
maupun Hudaibiyyah. Demikian juga yang diturunkan di waktu malam, di waktu siang, secara
bersamaan ataupun sendiri-sendiri. Ayat-ayat Makkiyah dan surat-surat Madaniyah atau
sebaliknya dan seterusnya; tema-tema itu keseluruhan berjumlah tidak kurang dari 25 pokok
bahasan. Kesemuanya itu terkumpul dalam satu ilmu yaitu Ilmu Makkiyah dan Madaniyah.

B.     Rumusan Masalah
1.      Menjelaskan tentang pengertian al-makky dan al-madany
2.      Menjelaskan klasifikasi al-makky dan al-madany
3.      Menjelaskan ciri-ciri khas al-makky dan al-madany
4.      Menjelaskan urgensi mempelajari al-makky dan al-madany

C.    Tujuan Penulisan
           Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah disamping untuk memenuhi
tugas dalam perkuliahan juga agar kami khususnya dan semua mahasiswa/i umumnya mampu
memahami tentang Al-makky dan Al-madany dalam ulumul quran.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian al-makky dan al-madany


          Makkiyah adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi muhamamd shallAllahu ‘alaihi wa
sallam sebelum berhijrah ke Madinah sedangkan Madaniyah adalah wahyu yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW setelah berhijrah ke Madinah.[1]
               Ada bebrapa definisi tentang al-Makky da al-Madany yang diberikan oleh para ulama’
yang mana masing-masing berbeda satu sama lain. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan
kriteria yang ditetapkan untuk menetapkan Maky atau Madany pada sebuah surat atau ayat.
Adapun pendapat yang dikemukankan ulama’ tafsir dalam hal ini :

1.      Berdasarkan tempat turunya suatu ayat (tahdid makany).


‫ْال َم ِك ُّي َما نَزَ َل بِ َم َّكة َولَوْ بَ ْع َد ال ِه َج َر ِة َوال َم َدنِ ُّي َما نَ َز َل بِال َم ِد ْينَ ِة‬
“Makkiyah ialah suatu ayat yang diturunkan di Makkah, sekalipun sesudah hijrah, sedangkan
Madaniyah ialah yang diturunkan di madinah.
            Berdasarkan rumusan diatas, Makkiyah adalah semua surat atau ayat yang dinuzulkan di
wilayah Mekkah dan sekitarnya. Sedangkan Madaniyyah adalah semua surat atau ayat yang
dinuzulkan di Madinah. Adapun kelemahan pada rumusan ini karena tidak semua ayat al-Qur’an
dimasukkan dalam kelompok Makiyyah atau Madaniyyah. Alasanya ada beberapa ayat al-
Qur’an yang dunujulkan jauh di luar Makkah dan Madinah.

2.      Berdassarkan khittab/ seruan/ panggilan dalam ayat tersebut.


‫ْال َم ِك ُّي َما َوقَ َع ِخطَابًا أِل َه ِل َم َكةّ َوال َم َدنِ ُّي َما َوقَ َع ِخطَابًا أِل ْه ِل ال َم ِد ْينَ ِة‬
“makkiy ialah ayat yang khittabnya/panggilannya ditujukan kepada penduduk Mekah,
sedangkan Madaniyah ialah yang khittabnya ditunjukan kepada penduduk Madaniyah.
Berdasarkan rumusan di atas, para ulama’ menyatakan bahwa setiap ayat atau surat yang
dimulai dengan redaksi ‫الناس‬ ‫أيها‬ ‫يا‬ (wahai sekalian manusia) dikategorikan Makkiyah, karena
pada masa itu penduduk Mekkah pada umumnya masih kufur. Sedangkan ayat atau surat yang
dimulai dengan ‫أمنوا‬ ‫الذين‬ ‫أيها‬ ‫يا‬ (wahai orang-orang yang beriman) dikategorikan Madaniyyah,
kerena penduduk Madinah pada waktu itu telah tumbuh benih-benih iman mereka.

3.      Berdasarkan masa turunya ayat tersebut (tartib zamany)


‫اَ ْل َم ِك ُّي َمانُ ِز َل قَ ْب َل ِهجْ َر ِة ال َّرسُوْ ِل‬,‫َواِ ْن َكانَ نُ ُزوْ لُهُ بِ َغي ِْر َم َّك ِة‬
َ‫َو ْال َم َدنِ ُّي َمانُ ِز َل بَ ْع َد هَ ِذ ِه ْال ِهجْ َر ِة َواِ ْن َكانَ نُ ُزوْ لُهُ بِ َم َّكة‬
“ Makkiyyah ialah ayat diturunkan sebelum Nabi hijrah ke Madinah sekallipun turunnya
di luar Mekkah, sedang Madamiyah ialah yang diturunkan sesudah Nabi hijrah, sekaipun
turunya di Mekkah.”
Dibanding dua rumusan sebelumnya, tampaknya rumusan al-Makky dan al-Madany ini
lebih popular karena dianggap tuntas dan memenuhi unsure penyusunan ta’rif (definisi).
4.      Dari segi orang-orang yang dihadapinya (ta’yin syakhiyi).[2]

B.     Klasifikasi Al-makky dan Al-madany


            Pada umumnya, para ulama’ membagi surat-surat al-Qur’an menjadi dua kelompok, yaitu
Makkiyah dan Madiniyyah. Mereka berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah masing-masing
kelompoknya. Sebagian ulama’ mengatakan bahwa jumlah surat Makiyyah ada 94 surat,
sedangkan Madaniyyah ada 20 surat. Sebagian ulama’ lain mengatakan bahwa jumlah surat
Makiyyah ada 84 surat, sedangkan yang Madaniyyah ada 30 surat.
           Perbedaan-perbedaan pendapat para ulama’ itu dikarenakan adanya sebagian surat yang
seluruhnya ayat-ayat Makkiyah atau Madaniyyah dan juga ada sebagian surat lain yang
tergolong Makkiyah dan Madaniyyah, tetapi didalamnya berisi sedikit ayat yang lain statusnya.
Surat-surat al-Qur’an itu terbagi menjadi empat macam:
1.      Surat-surat Makkiyah murni
           Yaitu surat-surat Makiyayah yang seluruh ayat-ayatnya juga bersetatus Makiyyah semua,
tidak ada satupun yang Madaniyyah.
2.      Surat-surat Madaniyyah murni
           Yaitu surat-surat Madaniyyah yang seluruh ayat-ayatnya juga bersetatus Madaniyyah
semua, tidak ada satupun yang Makiyyah.
3.      Surat-surat Makiyyah yang berisi ayat Madaniyyah
           Yaitu surat-surat yang sebetulnya kebanyakan ayat-ayatnya adalah Makiyyah, sehingga
bersetatus Makiyyah, tetapi didalamnya juga ada sedikit ayatnya yang berstatus Madaniyyah.
4.      Surat-surat Madaniyyah yang berisi ayat Makiyyah
           Yaitu surat-surat yang sebetulnya kebanyakan ayat-ayatnya adalah Madaniyyah, sehingga
bersetatus Madaniyyah, tetapi ada juga didalamnya sedikit ayatnya yang bersetatus Makiyyah.

C.    Ciri-ciri Khas Al-makky dan Al-madany


          Untuk bisa membedakan ayat-ayat yang masuk pada kategori Makiyyah dan Madaniyyah,
para sarjana muslim merumuskan  melalui cirri-ciri spesifik dalam menguraikan  kronologis al-
Qur’an, dalam dua titik tekan dalam usahanya itu,yaitu titik tekan analogi dan titik tekan tematis.
[3]
Ciri-ciri melalui titik tekan analogi
1.      Makiyyah.
a.       Didalamnya terdapat ayat sajdah.
b.      Ayat-ayatnya di mulai dengan kata-kata “ Kalla.”
c.       Dimulai dengan “ Ya ayyuha an-nas.” dan tidak ada kalimat “ Ya ayyuhalladzi na amanu
“,  kecuali tujuh ayat ayat yang tetap tergolong Madaniyyah; yaitu : Q.S. al-Baqarah : 21,168, an-
Nisa’ : 1, 133, 170, 174, al- Hujurat : 13, dan juga surat al-Hajj : 73 ( yang masih di perselisihkan
para ulama’ ).
d.      Ayat-ayatnya mengandung kisah para Nabi, Rasul dan umat-umat terdahulu, kecuali Q.S. al-
Baqarah.
e.       Ayat-ayatnya berbicara tentang Nabi Adam dan iblis, kecuali Q.S. al-Baqarah
f.       Ayat-ayatnya di mulai dengan huruf terpotong-potong ( al-ahraf al-
muqatha’ah  atau fawaatihussuwar)  , seperti “Alim lam mim, alim lam ra,ha mim “, kecuali Q.S
Al-Baqoroh dan Ali ‘Imron, sedang Q.S. al-Ra’ad masih diperselisihkan, dalam al-Qur’an
terdapat 29 surat yang diawali dengan al-ahraf al-muqatha’ah yaitu : Q.S. al-Baqarah, ali Imran,
al-An’am, Yunus, Hud, Yusuf, al-Ra’d, Ibrahim, al-Hijr, Maryam,Thaha, as-Syu’ara, al-Namh,
al-Qashash, al-Ankabut, al-Ruum, Luqman, al-Sajdah, Yasin, Shad, al-Mukmin, Fushilat/
Hamim as-Sajdah, al-Syura, al-Zukhruf, al-Dukhan, al-Jatsiyah, al-Ahqaf, Qaf, dan al-Qaham.
g.      Surat atau ayat yang di awali atau di dalamnya terdapat kata-kata Alhamdulillah
( hamdalah ) dan kata-kata al-Hamd ( pujian ) lainnya, kecuali kata “ bihamdirabbika “ yang
terdapat pada Q.S. al-Baqarah :30 yang tergolong Madaniyyah.

2.      Madaniyyah.
a.       Mengandung ketentuan-ketentuan faraid dan had.
b.      Berisi sindiran terhadap kaum munafik, kecuali surat Al-ankabut.
c.       Mengandung uraian perdebatan dengan Ahli kitab ( Yahudi dan Nasrani ), yang berisi seruan
menuju islam, kecurangan terhadap kitab, tindakan mereka menjauhi kebenaran, kecuali Q.S. al-
An’am, al-Ra’d, al-Ankabut, al-Muddatstsir, dalam al-Qur’an kata “ ahlul kitab” di sebut
sebanyak 31 kali dalam 9 surat dan 31 ayat. Sedangkan “ utul kitab “dan “ atinal kitab “ terulang
sebanyak 10 surat dan 25 ayat.

Ciri-ciri melalui titik tekan tematis[4]


1.      Makiyyah.
a.       Banyak mengandung kata-kata sumpah ( qasam ).
b.      Ayat dan suratnya pendek-pendek dan bernada agak keras, misalkan dalam juz 30 ( juz ‘amma )
kecuali Q.S. al-Bayyinah, dan an-Nashr, dan kelompok surat panjang al-sab’u al-Thiwal hanya
dua surat saja yang termasuk Makiyyah yaitu Q.S. al-An’am dan al-A’raf. 
c.       Menjelaskan ajakan monotheisme, ibadah kepada Allah semata, risalah kenabian, hari
kebangkitan dan pembalasan, hari kiamat, surga, neraka, dan mendebat kelompok musrikin
dengan argumentasi-argumentasi rasional dan naqli.
d.      Menetapkan fondasi-fondasi umum pembentukan hukum syara’ dan keutamaan akhlaq yang
harus di miliki masyarakat.

2.      Madaniyyah.
a.       Mengungkap langkah-langkah orang-orang munafik, selain Q.S. al-Ankabut.
b.      Menjelaskan permasalahan ibadah, muamalah, hudud, bangunan rumah tangga, warisan, serta
persoalan-persoalan hukum syara’, keutamaan jihad, hubungan social, hubungan internasional.
c.       Surat dan sebagian ayat-ayatnya panjang-panjang serta menjelaskan hukum dengan terang dan
menggunakan ushlub yang terang pula, seperti kelompok  “al-Sab’u al-Thiwal “ ( tujuh surat
terpanjang ) yaitu : Q.S. al- Baqoroh, an- Nissa’, ali Imron, al- Maidah, al-A’raf, al-An’am,
dalam penentuan satu surat lagi terjadi perbedaan pendapat dari kalangan ulama’, yaitu : Q.S. al-
Anfal, at-Taubah, al-Kahfi, al-Mukminun.[5]
D.    Urgensi Mempelajari Al-mkakky dan Al-madany

        An-Naisaburi dalam kitabnya At-Tanbih ‘Ala Fadhl ‘Ulum Al-Qur’an, memandang subyek
Makkiyyah dan Madaniyyah sebagai ilmu Al-Qur’an yang paling utama. Sementara itu Manna’
Al-Qaththan mencoba lebih jauh lagi mendeskripsikan urgensi mengetahui Makky dan
Madaniyyah sebagai berikut.[6]

1.      Membantu dalam menafsirkan Al-Qur’an


             Pengetahuan tentang para musafir dalam peristiwa diseputar turunya Al-Qur’an tentu
sangat membantu memahami dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an, walaupun ada teori yang
mengatakan bahwa keumuman redaksi ayat yang harus menjadi patokan dan bukan kekhususan
sebab. Dengan mengetahui kronologis Al-Qur’an pula, seorang mufasir dapat memecahkan
makna yang kontradiktif dalam dua ayat yang berbeda, yaitu dengan memecahkan
konseb nasikh-mansukh yang hanya dapat diketahui melalui kronologi Al-Qur’an.

2.      Pedoman bagi langkah-langkah dakwah


             Setiap kondisi pasti memerlukan ungkapan yang relevan. Ungkapan dan intonasi berbeda
yang digunakan ayat-ayat Makkiyah dan ayat-ayat Madaniyyah memberikan informasi
metodologi bagi cara-cara menyampaikan dakwah agar dengan orang-orang yang diserunya.
Karena itu, dakwah islam berhasil mengetuk hati dan menyembuhkan segala penyakit rohani
orang-orang yang diserunya. Disamping itu, setiap langkah dakwah memiliki objek kajian dan
metode tertentu, seiring dengan perbedaan kondisi sosio-kultural manusia.
Periodesasi Makkiyah dan Madaniyyah telah memberikaan contoh untuk itu.

3.      Member informasi tentang sirah kenabian


               Penahapan turunya wahyu adalah seiring dengan perjalanan dakwah nabi. Baik di
Mekkah dan di Madinah, mulai diturunkanya wahyu pertama sampai ditirunkanya wahyu
terakhir. Al-Qur’an adalah rujukan otentik bagi perjalanan dakwah Nabi itu. Informasinya tidak
bisa dieagukan lagi.
4.      Mengetahui nasikh dan mansukh
          Contohnya adalah ketika seseorang dihadapkan dua ayat atau lebih yang membahas
persoalan yang sama sementara hukum yang ada dalam ayat-ayat tersebut berbeda antara yang
satu dengan yang lainnya.
5.      Mengetahui sejarah pensyari’atan dan proses penurunannya yang berangsur-angsur
         Dari sini akan dimengerti keagungan dan kemuliaan ajaran islam dalam proses doktrinasi
dan pendidikan kepad umat manusia baik secara pribadi maupun kelompok. Metode inilah yang
seharusnya dipakai untuk membangun tatanan peradaban yang maju dan bersahaja.
6.      Memperkuat keyakinan umat islam tentang otensitas dan orisinalitas Al-Qur’an
           Al-Qur’an benar-benar terjaga dari interferensi manusia dan tidak ada perubahan
sedikitpun di dalamnya. Sangat tidak masuk akal jika kemudian mereka melakukan interferensi
atau bahkan merombak isi Al-Qur’an.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Makkiyah adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi muhamamd shallAllahu ‘alaihi wa
sallam sebelum berhijrah ke Madinah sedangkan Madaniyah adalah wahyu yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW setelah berhijrah ke Madinah.
           Pada umumnya, para ulama’ membagi surat-surat al-Qur’an menjadi dua kelompok, yaitu
Makkiyah dan Madiniyyah. Mereka berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah masing-masing
kelompoknya. Sebagian ulama’ mengatakan bahwa jumlah surat Makiyyah ada 94 surat,
sedangkan Madaniyyah ada 20 surat. Sebagian ulama’ lain mengatakan bahwa jumlah surat
Makiyyah ada 84 surat, sedangkan yang Madaniyyah ada 30 surat.
Ciri-ciri Makiyyah
         Didalamnya terdapat ayat sajdah.
         Ayat-ayatnya di mulai dengan kata-kata “ Kalla.”
Ciri-ciri Madaniyyah
         Mengandung ketentuan-ketentuan faraid dan had.
         Berisi sindiran terhadap kaum munafik, kecuali surat Al-ankabut.
Urgensi Mempelajari Al-mkakky dan Al-madany
         Membantu dalam menafsirkan Al-Qur’an
         Pedoman bagi langkah-langkah dakwah
         Member informasi tentang sirah kenabian

DAFTAR PUSTAKA

Subhi al-Shalih, mabahis fi ulum al-qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1985)


Teuku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, ilmu-ilmu Al-Qur’an (ilmu-ilmu pokok dalam Menafsirkan Al-
Qur’an), (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2002)
Rosihon Anwar, Ulum al-Qur’an ( Bandung : pustaka setia, 2008 )
Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasby, 2009. Ilmu-ilmu al-Qur’an ( ulum al-Qur’an ). Semarang :
Pustaka rizki putra.
Muhammad, Syeikh, 2001. Studi al-Qur’an al karim “ Menelusuri sejarah turunnya al-Qur’an “.
Bandung : Pustaka setia.

[1] Subhi al-Shalih, mabahis fi ulum al-qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1985),


[2] Teuku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, ilmu-ilmu Al-Qur’an (ilmu-ilmu pokok
dalam Menafsirkan Al-Qur’an), (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2002) , hlm. 62
[3] Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasby, 2009. Ilmu-ilmu al-Qur’an ( ulum al-Qur’an ). Semarang : Pustaka
rizki putra.
[4] Muhammad,Syeikh, 2001. Studi al-Qur’an al karim “ Menelusuri sejarah turunnya
al-Qur’an “. Bandung : Pustaka setia.
[5] Rosihon Anwar, Ulum al-Qur’an ( Bandung : pustaka setia, 2008 ),hlm.106-107.
[6] Rosibon Anwar, Ulumul Qur’an (bandung: pt Pustaka Setia, 2008), Hal: 121

Anda mungkin juga menyukai