9.bab Iii
9.bab Iii
LANDASAN TEORI
15
Tabel 3.1 Mineral Bijih Nikel yang Penting (Sukandarrumidi, 2009)
Nama Mineral Sewnyawa Kimia Kadar Ni(%)
Niccolit NiAs 43,9
Millerit NiS 64,6
Pentlandit (FeNi) S 40,0
Gernierit (Ni, Mg) 6,4
16
(Sumber Elias, 2001)
Gambar 3.1 Profil nikel laterit pada iklim tropis
Endapan nikel laterit yang mengandung nikel dan besi dihasilkan dari proses
pelapukan batuan ultramafik yang kaya akan mineral olivin dengan kandungan
nikel sebesar 0,3 – 0,4% (Golightly, 1981). Batuan ultramafik pembawa
endapan nikel laterit tersebut biasanya terdapat sebagai ofiolit yang berasosiasi
dengan serpentinit, gabro, amfibolit, baturijang dan foraminifera mudstone yang
mencirikan kondisi laut dalam. Ofiolit adalah susunan batuan ultramafik dan
mafik yang terdiri dari beberapa susun dan secara vertikal dari bawah ke atas
dimulai dari kompleks ultramafik, kompleks gabro, kompleks korok lembaran,
dan kompleks vulkanik (Coleman 1977). Dalam mempelajari nikel laterit
diperlukan pengetahun tentang mineral yang berasosiasi dengan nikel laterit dan
batuan induk penghasil penghasil nikel laterit.
3.1.2 Pelapukan
Istilah laterit berasal dari bahasa latin ”later” yang berarti bata (membentuk
bongkah-bongkah seperti bata yang berwarna merah bata) (Guilbert dan park,
1986) dalam Waheed 2001. Laterit adalah tanah residual hasil dari pelapukan
kimia batuan pada permukaan bumi, dimana mineral – mineral asli yang tidak
stabil terhadap kehadiran air akan larut atau terurai dan membentuk mineral
baru yang lebih stabil (Elias, 2002). Menurut Waheed (2001) proses lateritisasi
adalah proses pelapukan secara kimiawi yangakan mengakibatkan pengkayaan
sekunder pada unsur - unsur tertentu dan menghasilkan endapan yang bernilai
ekonomis seperti endapan nikel dan bauksit. Proses laterisasi biasanya
berkembang pada daerah yang beriklim tropis hingga sub – tropis dengan curah
hujan yang relatif tinggi (1500 – 2500 mm/tahun).
Proses laterisasi dimulai dari infiltrasi air hujan yang bersifat asam masukdalam
zona retakan batuan dan akan melarutkan mineral yang mudah larut padabatuan
dasar. Mineral dengan berat jenis tinggi akan tertinggal di permukaansehingga
mengalami pengkayaan residu. Sedangkan mineral lain yang bersifatmobile
17
akan terlarutkan ke bawah dan membentuk suatu zona akumulasi
denganpengkayaan supergen (Golightly, 1981).
Menurut Waheed (2002) ada 4 faktor utama yang mempengaruhi sifat fisik dan
kimia pada batuan yaitu:
a. Peleburan / melting (pada tempat yang bertemperatur tinggi).
b. Perubahan bentuk / metamorfisme (temperatur tinggi/tekanan/sejumlah zat-
zat kimia).
c. Perubahan hidrotermal (keterdapatan fluida pada temperatur yang
tingi).
d. Pelapukan/weathering (sebagian besar dipengaruhi oleh temperatur dan
tekanan).
Pelapukan adalah proses perubahan fisik dan kimia pada batuan atau mineral
yang terjadi di atau dekat permukaan (eksogen). Proses alterasi yang bekerja
pada saat pembentukan mineral dan batuan pada fase baru adalah terjadinya
proses kesetimbangan akibat aktivitas kelembaban, suhu dan unsur biologi.
Istilah pelapukan digunakan pada proses perubahan batuan yang terjadi oleh
faktor-faktor dalam bumi yang mengakibatkan rusaknya struktur dan komposisi
asli dari batuan. Proses-proses yang terjadi seperti peleburan (melting),
metamorfisme dan alterasi hidrothermal.Pelapukan dapat terbentuk melalui 2
cara (Waheed, 2005), yaitu:
1. Pelapukan Mekanis
Pelapukan mekanis umumnya disebabkan oleh perubahan suhu yang kontras,
tekanan, penetrasi akar tanaman (Ollier, 1969). Pelapukan mekanis dinamakan
pula pelapukan fisika atau di disintegrasi batuan, yaitu merubah ukuran batuan
atau partikel batuan menjadi semakin kecil, sehingga luas permukaan batuan
yang mengalami kontak dengan agen-agen proses lateritisasi menjadi semakin
luas tanpa mengubah struktur kimianya.
2. Pelapukan Kimia
Merupakan pelapukan yang menghancurkan masa batuan yang disertai
18
perubahan struktur kimiawinya.Proses dimana batuan bereaksi dengan agen-
agen atmosfer, hidrosfer dan aktivitas biologi untuk membentuk fase mineral
yang lebih stabil. Pelapukan kimia terjadi dalam 4 proses:
a. Hidrolisis: oksigen (O2), karbondioksida (CO2), airtanah, mineral-mineral asam
yang terlarut dalam batuan dan menghancurkan struktur kristal.
b. Oksidasi dan reduksi: merupakan proses yang akan membentuk mineral-
mineral oksida akibat reaksi antara mineral dengan oksigen, atau jika
mengikutsertakan air akan menjadi mineral hidroksida. Umumnya ditunjukkan
dengan hadirnya besi oksida atau hidroksida, dicirikan oleh warna batuan dan
tanah menjadi merah atau kuning, dan kadang-kadang tertutup oleh humus.
c. Hidrasi: merupakan proses penyerapan molekul-molekul air oleh mineral,
sehingga membentuk mineral hidrous atau reaksi dengan sejumlah air pada ion
hidroksil ke bentuk mineral yang baru. Contoh : hematit menjadi limonit.
d. Pelarutan: merupakan tahap awal dari proses pelapukan kimia. Proses ini terjadi
pada saat adanya aliran air baik di permukaan atau dalam batuan. Pelarutan
dapat berupa presipitasi kimiawi yang akan merubah volume dan meningkatkan
pelapukan fisika.
19
pelindian yang berlangsung secara vertikal yang meliputi proses pelindian
celah di zona saprolit serta proses pelindian yang terjadi di waktu musim
penghujan di zona limonit (Golightly, 1979).
20
(Sumber After Mcfarlene, 1976 dalam Elias M, 2001).
Gambar 3.3 Akumulasi Laterit.
21
nikel. Batuan tersebut sangat mudah dipengaruhi oleh pelapukan lateritik
(Boldt, 1967).
Proses laterisasi adalah proses pencucian pada mineral yang mudah larut dan
silika dari profil laterit pada lingkungan yang bersifat asam, hangat dan
lembab serta membentuk konsentrasi endapan hasil pengkayaan proses
laterisasi pada unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Co (Rose et al., 1979 dalam
Nushantara 2002).
Sedangkan menurut Evans (1993), endapan nikel residual terbentuk karena
tingginya intensitas pelapukan kimia batuan yang mengandung Ni di daerah
tropis, batuan tersebut adalah peridotit, serpentinit, dan beberapa batuan
lainnya. Batuan-batuan tersebut mineral utamanya adalah grup olivin, grup
serpentin, dan grup piroksen dengan Ni sebagai unsur asesoris. Serpentinisasi
peridotit akan merubah olivin menjadi serpentin dan akan membentuk
mineral pembawa Ni berupa garnierit.
Air permukaan yang mengandung CO2 dari atmosfir dan terkayakan kembali
oleh material-material organik di permukaan meresap ke bawah permukaan
tanah sampai pada zona pelindian, dimana fluktuasi air tanah terjadi dan
mempercepat proses pelapukan dan proses pencucian, unsur-unsur alkali
tanah yang berupa Mg dan Ca akan dipindahkan sebagai bikarbonat oleh air
permukaan yang bersifat asam Sementara silika terlarut dan tertransport
sebagai larutan koloid (Prijono, 1977),atau dapat dikatakan bahwa air tanah
yang kaya CO2 berasal dari udara luar dan tumbuh-tumbuhan, akan
menghancurkan olivin. Penguraian olivin, magnesium, besi, nikel dan silika
ke dalam larutan, cenderung untuk membentuk suspensi koloid dari partikel-
partikel silika yang submikroskopis. Di dalam larutan, besi akan bersenyawa
dengan oksida dan mengendap sebagai ferri hidroksida. Akhirnya endapan
ini akan menghilangkan air dengan membentuk mineral-mineral seperti karat
yaitu goetit (FeO(OH)), hematit (Fe2O3) dalam jumlah kecil. Jadi, besi oksida
mengendap dekat dengan permukaan tanah.
22
Proses laterisasi adalah proses pencucian pada mineral yang mudah larut dan
silika dari profil laterit pada lingkungan yang bersifat asam, hangat dan
lembab dan membentuk konsentrasi endapan hasil pengkayaan proses
laterisasi pada unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Co (Rose. I979 dalam Nushantara.
2002).
Proses pelapukan dan pencucian yang terjadi. akan menyebabkan unsur Fe,
Cr, Al, Ni dan Co terkayakan di zona limonit dan terikat sebagai mineral–
mineral oksida/hidroksida, seperti limonit, hematit, goetit dan sebagainya
(Hasanuddin dkk, 1992). Pada proses pelapukan lebih lanjut Magnesium
(Mg), Silika (Si) dan Nikel (Ni) akan tertinggal di dalam larutan selama air
masih bersifat asam. Tetapi jika dinetralisasi karena adanya reaksi dengan
batuan dan tanah, maka zat-zat tersebut akan cenderung mengendap dengan
membentuk mineral Ni-magnesium hidrosilicate yang disebut mineral
garnierit (Ni,Mg)SiO3nH2O dan mineral nickelliferous phyllosilicates (Boldt.
1967). Akibat pengkayaan sekunder ini, zona bijih nikel silikat terbentuk di
antara zona paling atas yang telah mengalami pencucian dan batuan peridotit
segar. Zona bijih dicirikan oleh tingginya kandungan nikel, magnesia. Silika
dan bongkah-bongkah residual dari peridotit yang terlapukkan dan
terserpentinisasi sebagian (Nushantara, 2002).
Endapan nikel laterit terbentuk dari hasil pelapukan dan erosi pada
periode waktu yang lama dalam batuan ultramafik yang kandungan nikelnya
tinggi. Proses pelapukan sangat dipengaruhi iklim. Pada daerah beriklim
tropis perombakan Si sangat cepat, sehingga pembentukan endapan mineral
Ni juga berlangsung cepat terutama pada musim hujan, air hujan banyak
membawa agen-agen pelarut sehingga perombakan silika pada batuan induk
akan lebih besar jika dibandingkan dengan saat musim kering intensitas
pelapukan mekanisnya lebih tinggi.
23
(Sumber Kadarusman, 2003)
Gambar 3.4Genesa Pembentukan Profil Laterit
3.2 Pengertian Pertambanagan
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi,studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan paska
tambang.
Mineral adalah senyawaan-organik yang terbentuk dialam,yang memiliki sifat
fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungan nya yang
membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.Batubara adalah
endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa
tumbuh-tumbuhan.
Pertambangan Mineral adalah pertambangan kumpulan mineral yang berupa
bijih atau batuan,di luar panas bumi,minyak dangas bumi,serta air
tanah.Pertambangan Batubara adalah pertambangan endapan karbon yang
terdapat didalam bumi,termasuk bitumen padat,gambut, dan batuan aspal.
Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau
nikel laterit yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan
24
umum,eksplorasi,studikelayakan,konstruksi, penambangan, pengolahan dan
pemurnian, pengangkutan dan penjualan,serta pascatambang
3.3 Pengertian Alat Mekanis
Secara umum alat mekanis merupakan alat yang digunakan untuk membantu
manusia dalam melakukan suatu pekerjaan pertambangan maupun kontruksi.
Tujuan dari penggunaan alat-alat berat tersebut adalah untuk memudahkan
manusia dalam mengerjakan pekerjaannya, sehingga hasil yang diharapkan
dapat tercapai dengan mudah dengan waktu relatif lebih singkat.
25
Gambar di bawah ini menujukan cara kerja alat mekanis yaitu alat gali dan
muat excavator dan shovel.
26
Berikut ini merupakan spesifikasi teknis PC200
27
Gambar.3.6 Dump Truck Hino
28
Berat
Berat kosong : 9.872 Kg
Distribusi
Depan : 2.891 kg
Belakang : 6.981 kg
Berat kotor : 26.000 kg
Tenaga Penggerak
Tenaga maksimum : 256 bhp
Direct injektion : 7684 cc
Kapasitas tangki bahan bakar : 200 liter
Jenis bahan bakar : Diesel (solar)
Roda
Depan : 11.00-20.16 PR x 2
Belakang : 11.00-20.16 PR x 4
Dimensi
Panjang bak : 6.350 mm
Lebar bak : 2.500 mm
Tinggi keselurahan : 3.370 mm
Jarak antara kedua roda : 1.885 mm
Jarak bamper depan ke as roda depan : 1.255 mm
29
produksi alat yang akan digunakan perlu disesuaikan dengan target produksi
yang ingin dicapai.
3.5 Penggalian/Pembongkaran
Penggalian/pembongkaran adalah pekerjaan yang dilakukan untuk menggali
endapan bijih nikel dari suatu lubang yang diperkirakan mengandung bijih nikel
dengan kadar yang di inginkan, setelah penggalian bijih nikel dilakukan
kemudian dilakukan penumpukan untuk memudahkan pemuatan pada alat
angkut, pada proses penggalian digunakan alat mekanis jenis excavator.
30
merupakan suatu ukuran yang menyatakan bagaimana baiknya sumber daya
diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang optimal.
Produktivitas dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu industri
dalam menghasilkan barang atau jasa. Sehingga semakin tinggi
perbandingannya, berarti semakin tinggi produk yang dihasilkan. Ukuran-
ukuran produktivitas bisa bervariasi, tergantung pada aspek-aspek output atau
input yang digunakan sebagai agregat dasar, misalnya: indeks produktivitas
buruh, produktivitas biaya langsung, produktivitas biaya total, produktivitas
energi, produktivitas bahan mentah, dan lain-lain
3.7.1 Sistem Penambangan
Pengertian Tambang Terbuka (surface mining) yaitu suatu sistem atau metode
penambangan yang seluruh aktifitasnya berhubungan langsung dengan atmosfer
atau udara luar. (Irwandi Arif, 2000).
Secara umum metode penambangan terbuka yang sering digunakan dalam
aktifitas penambangan adalah sebagai berikut :
1. Open Pit
Disebut Open Pit apabila penambangannya dilakukan dari permukaan yang
relatif mendatar menuju ke arah bawah dimana endapan bijih tersebut berada.
2. Open Cut
Disebut Open Cut apabila penggalian endapan bijih dilakukan pada suatu
lereng bukit
3.7.2 Kegiatan Penambangan
1. Tahapan – Tahapan Penambangan
Adapun tahapan – tahapan penambangan yang dilakukan di PT. Sinar Jaya Sultra
Utama Sebagai berikut :
a. Land clearing
31
pepohonan pada daerah yang akan ditambang dengan menggunakan alat-alat
mekanis seperti Excavator Volvo PC300 dan Hitachi PC300 yang digunakan
32
Sumber: Arham.b (2020)
Gambar 3.8.Disposal Area
c. Ore Getting
Kegiatan ore getting yang dilakukan pada di blok B PT Sinar Jaya Sultra
Utama dikontrol oleh divisi produksi. Divisi Produksi bertugas mengatur ore
getting, ore loading, dan loading point. Selanjutnya grade control (divisi
produksi) akan melakukan koordinasi dengan satuan kerja stockpile (divisi
QC) dalam hal mengatur lokasi tempat mengangkut ore yang telah dilakukan
ore getting dan siap untuk dihauling. Alat mekanis yang digunakan dalam
ore getting yaitu excavator Komatsu PC200, sedangkan untuk ore loading
dilakukan oleh Hitachi PC300,untuk diangkut dengan dump truck Hino 500
FM260 JD 10 menuju stockpile/stockyard.
33
Sumber: Arham.b (2020)
d. Hauling (Pengangkutan)
34
Sumber: Arham.b(2020)
e. barging
35
Sumber: Arham.b(2020)
Kb x Ff x Ef x Sf x D x 60menit /jam
CT
Dimana : P = Produksi alat gali (m3 / jam)
36
Kb = Kapasitas bucket (m3)
Sf = Swell factor (%)
Ff = Fill factor (%)
Ef = Efisiensi Kerja (%)
Ct = Cycle time (menit)
D = Density
2. Kemampuan Produksi Alat Angkut Dump Truck
Alat angkut yang digunakan adalah Dump Truck dengan produksinya dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan (Prodjosumarto P., 1993) sebagai
berikut :
KT (kapasitas truck) = NxKBxFfxD
KP ( kapasitas produksi) = (KTx60xEf/Ct)
Dimana : N = baket/rit
Kb = Kapasitas bucket (m3)
Sf = Swell factor (%)
Ef = Efisiensi Kerja (%)
Ct = Cycle time (menit)
D = Dencity
3.7.4 Keserasian Kerja alat muat dan alat angkut
Keserasian kerja (match factor) merupakan suatu faktor penting yang
digunakan dalam penentuan jumlah alat angkut atau alat gali muat, agar terjadi
singkronisasi kerja. Apabila jumlah alat gali muat sesuai dengan alat angkut,
akan tercapai efektifitas kerja yang optimal.
Untuk menghitung jumlah truck dapat dihitung berdasarkan data waktu edar
tanpa komponen waktu tunggu (Prodjosumarto P., 1993). Sebagai berikut :
Cta
Na = ……………………………………persamaan (3)
ctm
37
Dimana : na = jumlah alat angkut
cta = waktu edar alat angkut
ctm = waktu pemuatan
Keseimbangan atau sinkronisasi kerja antara truck dan alat muat, misalnya
power shovel atau loader, dapat diukur dengan menggunakan faktor
keseimbangan atau match factor (MF) yang dirumuskan sebagai berikut :
Nx Na x CTm
MF = …………………………… persamaan (4)
Nm x CTa
38
Target Produksi Perbulan
Jumlah Alat = Produksi Alat Perbulan .…… ………………Persamaan
(5)
39
Tabel 3.2: Faktor Bucket Alat Muat
Jenis pekerjaan Kondisi kerja Faktor bucket
Ringan Menggali dan memuat dari stock room
dan stockpile atau material yang telah 1.0 – 0.8
dikeruk oleh Excavator lain yang tidak
membutuhkan daya gali dan dapat dimuat
munjung.
Sedang Menggali dan memuat dari stock room
atau stockpile, dengan kondisi tanah yang 0.8 – 0.6
sulit digali dan dikeruk akan tetapi dapat
dimuat hampir munjung
Agak sulit Menggali dan memuat batu pecah, tanah
liat yang keras, pasir dan kerikil yang 0.6 – 0.5
telah dikumpulkan, sulit mengisi bucket
dengan material tersebut.
Sulit Bongkahan batu besar dengan bentuk
tidak teratur dengan banyak rongga 0.5 – 0.4
diantaranya.
(Sumber :Partanto Prodjosumarto, 2005/rochmanhadi1992)
40
langsung pada saat kegiatan pemuatan sedang berlangsung. Persentase pengisian
bucket alat muat dijelaskan pada gambar di bawah ini:
41
CT = Cycle time alat muat
T1 = Waktu menggali
T2 = Waktu swing isi
T3 = Waktu menumpah
T4 = Waktu swing kosong
42
3.7.7 Efisiensi Kerja
Efisiensi kerja merupakan elemen produksi yang harus diperhitungkan dalam
upaya mendapatkan harga produksi alat persatuan waktu yang akurat Efisiensi
kerja merupakan perbandingan antara waktu kerja efektif dengan waktu
produktif dalam suatu shift.
Sebagian besar efisiensi kerja diarahkan pada operator yaitu orang yang
menjalankan atau mengoperasikan unit alat.Walaupun demikian apabila
ternyata efisiensi kerja rendah belum tentu disebabkan oleh kemalasan operator
yang bersangkutan, tetapi juga faktor-faktor lain yang tidak dapat dihindari
seperti cuaca, kerusakan mendadak, dan kondisi fisik peralatan.
Dalam perhitungan efisiensi kerja ada dua komponen waktu yang harus
diperhatikan :
a. Waktu produktif ; yaitu waktu yang digunakan alat untuk berproduksi
sampai akhir operasi. Dalam waktu produktif terdapat beberapa variabel waktu
meliputi :
1) Waktu efektif yaitu waktu yang benar-benar digunakan alat untuk
berproduksi.
2) Waktu delay (waktu hambatan) yang terdiri dari melumasi kendaraan,
mereparasi yang aus, cek alat dan memanaskan alat, memindahkan ke
tempat lain, keperluan operator, isi bahan bakar dangangguan cuaca.
3) Waktu repair yaitu waktu perbaikan pada saat jam operasi berlangsung.
4) Waktu stand bay yaitu jam yang tidak dipakai pada hal alat tidak rusak
sedang tambang dalam keadaan beroperasi.
b. Waktu non produktif yaitu waktu yang tersedia dalam satu shift tetapi tidak
digunakan untuk berproduksi. Waktu non produktif meliputi : waktu istirahat,
waktu persiapan gilir awal/akhir shift.
Untuk mengetahui besarnya efisiensi kerja dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
43
Waktu efektif
Efisiensi Kerja = Total Waktu Kerja x 100% ………………
Persamaan(11)
a. Mechanichal Availability
Merupakan cara untuk mengetahui tingkat kemampuan alat untuk beroperasi
yang dipengaruhi oleh faktor mekanis, seperti ban kempes dan kebocoran oli
hidrolik. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
W
MA = W +R x 100 % ………Persamaan(12)
b. Physical Availibility
Merupakan kemampuan kerja dari suatu alat yang dipengaruhi oleh, misalnya
cuaca dan kemampuan operator. Persamaan yang digunakan adalah sebagai
berikut :
W+S
PA = W +R + S x 100 % …………Persamaan(13)
c. Use of Availability
Merupakan faktor yang menunjukkan tingkat pemakaian dari suatu alat dalam
kondisi siap pakai. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
W
UA = W +S x 100 % ………….Persamaan(14)
d. Effective Utilization
44
Menunjukan berapa persen waktu yamg digunakan oleh suatu alat untuk
beroperasi dalam suatu kegiatan kerja atau produksi. Persamaan yang digunakan
adalah sebagai berikut :
W
EU = W +R+S x 100 % .…………Persamaan(15)
(Sumber :Partanto Prodjosumarto, 2005/rochmanhadi1992)
3.8 Perencanaan Produksi
3.8.1 Arti dan Pentignya Perencanaan Produksi
Menurut Nasution (2003), perencanaan produksi adalah salah satu sarana
manajemen dengan mengatur penggunaan resource (faktor-faktor produksi),
proses, sampai output yang dihasilkan dapat berjalan dengan efektif dan
efisien. Adapun kegunaan atau pentingnya diadakan suatu rencana adalah
sebagai berikut (Gitosudarmono, 1998) :
a. Suatu perencanaan meliputi usaha untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan, maka perencanaan dapat membedakan arah bagi setiap
kegiatan produksi dengan jelas.
b. Dengan formulasi tujuan yang hendak dicapai koreksi-koreksi terhadap
penyimpangan dari tujuan dapat diketahui seawal mungkin.
c. Memudahkan pelaksanaan kegiatan untuk mengidentifikasikan
hambatanhambatan yang mungkin timbul.
d. Menghindarkan pertumbuhan dan perkembangan yang tak terkendali.
3.8.2 Faktor-Faktor dalam Perencanaan Produksi
Perencanaan produksi tidak dapat terlepas dari faktor-faktor yang terdapat
dalam perusahaan maupun diluar perusahaan. adapun faktor-faktor dalam
perencanaan produksi, antara lain :
1. Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari dalam lingkup
perusahaan misalnya kepuasan pemimpin, modal, kapasitas mesin,
produktivitas tenaga kerja, kemampuan penyediaan bahan.
2. Faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar perusahaan
misalnya kebijakan pemerintah, permintaan pasar.
45
3.8.3 Tujuan Perencanaan Produksi
Adapun tujuan diadakannya perencanaan produksi adalah sebagai
berikut (Assauri, 1980):
1. Untuk menguasai pasar tertentu, sehingga hasil dan output perusahaan ini
tetap mempunyai bagian pasar tertentu.
2. Untuk mengusahakan supaya perusahaan dapat berproduksi pada tingkat
efektif dan efisiensi tertentu.
3. Untuk mempertahankan pekerjaan dan kesempatan kerja yang sudah ada
tetap pada tingkatnya dan berkembang.
4. Menggunakan sebaik-baiknya (efisien) fasilitas yang ada pada perusahaan.
46