Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 1, Hal 20 - 31, Mei 2018 e-ISSN 2548-7051

Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 1, Hal 20 - 31, Mei 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

HAMBATAN PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)


UNTUK MENJALANI REHABILITASI JANTUNG
Nurul Fatimah Saripudin1, Etika Emaliyawati1, Irman Somantri1
1
Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
nurulfatimahh@gmail.com

Abstrak
Tingkat kepatuhan dan partisipasi pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) jantung pasca
revaskularisasi dalam menjalani rehabilitasi jantung masih sangat rendah yang dipengaruhi oleh
berbagai hambatan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya kekambuhan penyakit serta
menurunkan kualitas hidup pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hambatandari pasien
PJK dalam menjalani rehabilitasi jantung di Poliklinik Jantung RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Metoda penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif dengan sampel sebanyak 42 responden yang
menggunakan accidental sampling selama 1 bulan. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner
Cardiac Rehabilitation Barrier Scale dari Grace et.al tahun 2011 yang telah diterjemahkan.
Analisa data menggunakan distribusi frekuensi dan rerata skor. Hasil penelitian diperoleh bahwa
hambatan berdasarkan aspek logistik menjadi hambatan dengan rata-rata skor (mean) tertinggi
yaitu 2,29. Selanjutnya adalah hambatan berdasarkan aspek waktu dengan rerata skor 2,24,
kemudian berdasarkan aspek pelayanan kesehatan dengan rerata skor 2,19 dan yang paling rendah
memperoleh rerata skor adalah berdasarkan status fungsional pasien yaitu 2,14. Jarak dan
ketidaktahuan pasien mengenai rehabilitasi jantung menjadi dua hambatan yang memiliki rerata
skor tertinggi yaitu 2,52 dan 2,38. Hambatan berdasarkan aspek logistik yaitu jarak menjadi
hambatan yang paling banyak terjadi. Maka dari itu, peneliti menyarankan untuk dapat
menerapkan rehabilitasi jantung dengan setting rumah yang disesuaikan dengan karakteristik
pasien.

Kata Kunci: Hambatan, PJK, Rehabilitasi Jantung

Abstract
Barrier Of Coronary Artery Disease (Cad)Patient Who Undergoing Cardiac Rehabilitation At
Cardiac Clinicrsup Dr. Hasan Sadikin Bandungthe. The level of adherence and participation
of patients coronary artery disease (CAD) post revascularization who undergoing cardiac
rehabilitation was still very low which is influenced by various barriers. This may lead a
recurrence of disease and decrease of the quality of life . This research aims to know about
barrier of CAD patient who undergoing cardiac rehabilitation in Cardiac Clinic RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung. This research used a descriptive quantitative method and involved 42
respondent were taken by accidental sampling technique which held in a month. The research
instrument used Cardiac Rehabilitation Barrier Scale from Grace et.al in 2011 that has been
translated into Indonesian. Analysis of data used distribution of frequencies and mean score. The
results obtained that the barrier based on logistic aspect with mean 2.29 become highest mean
score . Then the barriers based on aspect of time with mean value score 2.24, then based on the
aspect of health care with mean score 2.19 and the lowest mean score is based on the patient's
functional status 2.14. Distance and patient's ignorance about cardiac rehabilitation came in two
barriersand the highest mean value was 2.52 and 2.38. The barriers based on the
logistic aspect was distance, the most happened in cardiac rehabilitation. Researchers suggested
that for apply the home based cardiac rehabilitation with adjusted of characteristic patient.

Keyword: Barriers, CAD, cardiac rehabilitation

Pendahuluan berdasarkan diagnosis dokter dan atau


Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tanda gejalanya sebesar 1,5% atau
tahun 2013 menyatakan bahwa diperkirakan sekitar 2.650.340
berdasarkan diagnosis dokter prevalensi orang.World Health Organization (WHO)
Penyakit Jantung Koroner (PJK)di pun menyatakan bahwa 60% dari seluruh
Indonesia sebesar 0,5% atau diperkirakan penyebab kematian penyakit jantung
sekitar 883.447 orang sedangkan
20
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 1, Hal 20 - 31, Mei 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

adalah penyakit jantung koroner (Depkes meningkatkan kualitas hidup pasien


RI, 2006). dengan mengurangi terjadinya tanda
Pengobatan secara medis PJK saat ini gejala, menurunkan angka kematian yaitu
secara umum dilakukan dengan terapi 2,2 % untuk yang menjalani rehabilitasi
farmakologi dan revaskularisasi jantung jantung sedangkan 5,3% untuk yang tidak
(Majid, 2007). Tindakan revaskularisasi menjalaninya (Mampuya, 2012) dan dapat
yang telah terbukti baik pada PJK yang meningkatkan kualitas hidup pasine
disebabkan oleh aterosklerotik adalah (Hastuti, 2014).
tindakan pembedahan CABG (Coronary Upaya pelayanan fasilitas rehabilitasi
Artery Bypass Graft) dan tindakan PCI jantung di Indonesia sudah cukup baik
(Percutaneous CoronaryIntervention). salah satunya berada di Rumah Sakit
Pasien –pasien PJK yang sudah menjalani Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Namun
tindakan revaskularisasi jantung akan saat ini, tingkat kepatuhan dan pasrtisipasi
menjalani tindakan selanjutnya yaitu pasien dalam menjalani rehabilitasi jantung
rehabilitasi jantung. masih sangat rendah. Tiksnadi (2015) telah
Rehabilitasi jantung adalah program memperoleh data bahwa hanya 11,35%
profesional yang tersupervisi untuk pasien PJK yang menjalani rehabilitasi
membantu pasien dalam proses jantung di RSHS Bandung. Rendahnya
penyembuhan dari serangan jantung, tingkat kepatuhan serta partisipasi pasien
pembedahan jantung, tindakan PCI seperti dalam rehabilitasi jantung ini terjadi juga
stenting dan angioplastyyang terdiri dari di negara lain. Dominic (2005)
pelayanan edukasi dan konseling untuk menemukan bahwa di Hongkong hanya
membantu pasien PJK dalam 25% pasien yang datang hingga sesi
meningkatkan aktivitas fisik, menurunkan terakhir ketika menjalani rehabilitasi
tanda gejala, meningkatkan kesehatan dan jantung. Hal tersebut dipengaruhi oleh
menurukan resiko terjadinya serangan berbagai hambatan.
jantung kembali (AHA, 2015). Sophie O’Connell (2014)
Pelaksanaan mengenai program menyatakan bahwa ada beberapa hambatan
rehabilitasi jantung dilakukan sejak pasien yang memengaruhi kedatangan para pasien
masih dalam perawatan di rumah sakit dalam rehabilitasi jantung, yaitu : waktu
(inpatient) hingga keluar dari rumah sakit pelaksanaan, informasi yang diberikan
(outpatient) (Radi, Joesoef, & Kusmana, kepada pasien oleh tenaga kesehatan, usia
2009). Hal tersebut terbagi menjadi 4 fase dan jenis kelamin, status ekonomi,
yaitu fase I saat masih dalam perawatan di komunikasi, faktor kebiasaan dan faktor
rumah sakit dan fase II, III, IV bagi pasien psikologis. Dunlay (2009) pun
yang sudah keluar dari rumah sakit. menyebutkan bahwa faktor psikososial
Program-program yang dilakukan saat menjadi faktor yang paling berpengaruh
rehabilitasi jantung itu diantaranya latihan terhadap kedatangan pasien melakukan
aktivitas fisik, konseling diet atau nutrisi rehabilitasi jantung, kemudian alasan
dan manajemen berat badan (Massimo selanjutnya adalah perasaan mengenai
Francesco, 2010). pentingnya rehabilitasi, faktor pendidikan
Rehabilitasi jantung memiliki banyak kesehatan dan kemampuan mengemudi.
manffat yang dirasakan oleh pasien. Selain itu, Lee (2011) juga
Penelitian Nurlaeci (2015) memperoleh mengidentifikasi beberapa alasan utama
hasil bahwa terdapat pengaruh yang pasien tidak melaksanakan program
signifikan dari latihan progresif fase I rehabilitasi jantung, yaitu: hambatan fisik
rehabilitasi jantung terhadap tekanan darah (kurangnya transportasi dan jarak yang
dan denyut nadi (heart rate) pada pasien terlalu jauh dari pusat rehabilitasi jantung,
sindrom koroner akut. Selain itu, manfaat dan biaya rehabilitasi yang tinggi),
dari rehabilitasi jantung adalah hambatan personal (malu berpartisipasi,
21
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 1, Hal 20 - 31, Mei 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

rendahnya pengetahuan mengenai tujuan yang menjalani rawat jalan di Poliklinik


program) dan kurangnya rekomendasi dari Jantung RSUP Dr. Hasan Sadikin. Sampel
tim kesehatan. yang diperoleh sebanyak 42 responden
Penelitian atau survey mengenai dengan teknik pengambilan sampling yaitu
hambatan sudah banyak dilakukan di luar accidental sampling selama 1 bulan sejak
negeri dan belum pernah ada dilakukan di April hingga Mei 2016. Instrumen yang
Indonesia. Karakteristik geografis digunakan dalam penelitian ini adalah
Indonesia yang cukup berbeda dengan luar kuisioner Cardiac Rehabilitation Barriers
negeri seperti wilayah Indonesia yang Scaleyang di buat oleh Grace et al., pada
cukup luas tetapi dengan kondisi jalan raya tahun 2011. Instrumen penelitian yang
yang masih banyak dalam perbaikan, digunakan telah di alih bahasakan ke
angkutan umum yang masih belum bahasa Indonesia oleh ahli bahasa serta
mencukupi, pelayanan rehabilitasi jantung telah dilakukan content validityserta face
yang hanya ada di rumah sakit besar validity. Analisa data menggunakan nilai
seperti RSHS serta tenaga medis yang rata-rata skor (mean). Setiap sub variabel
memiliki keahlian dalam rehabilitasi diperoleh nilai mean masing-masing.
jantung masih sangat sedikit sehingga akan Kemudian untuk variabel utama dianalisa
menjadi salah satu hambatan. Oleh karena berdasarkan dari rata-rata skor (mean) dari
itu, diperlukan penelitian lebih lanjut setiap variabel yang diurutkan dari mean
mengenai hambatan – hambatan apa saja skor paling tinggi hingga paling rendah.
yang terjadi di Indonesia terutama di
Bandung yanng terdapat RSHS sebagai Hasil Penelitian
salah satu penyedia pelayanan rehabilitasi Karakteristik responden pada
jantung. penelitian ini adalah Pasien Penyakit
Tingginya jumlah pasien PJK saat ini Jantung Koroner di Poliklinik Jantung
seharusnya berbanding lurus dengan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung selama
tingkat partisipasi saat menjalani penelitian ditampilkan dalam tabel 1.
rehabilitasi jantung. Namun, saat ini Berdasarkan tabel 1 dari 42
tingkat kepatuhan dan partisipasi pasien responden diperoleh bahwa usia responden
PJK pasca rawat untuk mengikuti yang paling banyak adalah usia 56-65
rehabilitasi jantung masih rendah tahun sebanyak 20 responden (47,6%)
dikarenakan berbagai hambatan. Oleh dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 30
karena itu, menjadi penting untuk responden (71,4%). Tingkat pendidikan
mengetahui hambatan-hambatan apa saja responden paling banyak adalah Diploma
yang terjadi pada pasien PJK pasca rawat atau lebih tinggi sebanyak 22 responden
dalam menjalani rehabilitasi jantung (52,4%), serta sebanyak 25 responden
(49,5%) masih bekerja.
Metode Hasil karakteristik lain pun diperoleh
Metode penelitian ini menggunakan pula jarak tempat tinggal menuju RSHS
deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk paling banyak <25 km yaitu sebanyak 24
mengetahui hambatan dari Penyakit responden (57,1%) dengan status
Jantung Koroner (PJK) untuk Menjalani perkawinan kawin sebanyak 40 responden
Rehabilitasi Jantung. Variabel penelitian (95,2%). Para responden pun telah
ini adalahhambatan dalam menjalani melakukan lama pengobatan paling banyak
rehabilitasi jantung pasien PenyakitJantung selama >1 tahun sebanyak 22 responden
Koroner (PJK) dengan 4 sub variabel yaitu (57,2%), kemudian riwayat pengobatan
aspek pelayanan kesehatan, aspek logistik, responden paling banyak adalah yang
aspek waktudan status fungsional pasien. menjalani medikasi dan telah pasang ring
Populasi dalam penelitian ini adalah semua (PCI) yaitu sebanyak 21 responden
pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) (50,0%).
22
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 1, Hal 20 - 31, Mei 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (n=42)
No Karakteristik f %
Usia
1. 35 – 45 tahun 1 2,4
2. 46 – 55 tahun 10 23,8
3. 56 – 65 tahun 20 47,6
4. > 65 Tahun 11 26,2
Jenis Kelamin
1 Laki-Laki 30 71,4
2 Perempuan 12 28,6
Tingkat Pendidikan
1. SD 6 14,3
2. SMP 5 11,9
3. SMA 9 21,4
4. Diploma atau lebih tinggi 22 52,4
Jarak menuju RSHS
1. <25 km 24 57,1
2. 25-50 km 4 9,5
3. 50-75 km 0 0,00
4. 75-100 km 0 0,00
5. >100 km 14 33,3
Pekerjaan
1. Bekerja 25 49,5
2. Tidak Bekerja 17 40,5
Status Perkawinan
1. Kawin 40 95,2
2. Janda/Duda 2 4,8
Lama Pengobatan
1. 0-5 bulan 9 16,7
2. 6 bulan – 1 tahun 11 26,2
3. > 1 tahun 22 57,2
Riwayat Pengobatan
1. Medikasi dan Pasang Ring (PCI) 21 50,0
2. Medikasi 13 31,0
3. Medikasi dan Coronary Artery Bypass Graft (CABG) 8 19,0
Keikutsertaan dalam Rehabilitasi Jantung
1. Tidak Pernah 24 57,1
2. Rutin 16 38,1
3. Kadang-kadang 2 4,8
Pertemuan Ke- dalam Rehabilitasi Jantung
1. Pertemuan ke-1 3 16,7
2. Pertemuan ke-2 1 5,6
3. Pertemuan ke-5 3 16,7
4. Pertemuan ke-6 1 5,6
5. Pertemuan ke-7 1 5,6
6. Pertemuan ke-9 3 16,7
7. Pertemuan ke-12 6 33,3
Gambaran hambatan pasien PJK variabel utama dianalisa berdasarkan dari
dalam menjalani rehabilitasi jantung rata-rata skor (mean) dari setiap variabel
dianalisa menggunakan nilai rata-rata skor yang diurutkan dari mean skor paling
(mean). Setiap sub variabel diperoleh nilai tinggi hingga paling rendah.
mean masing-masing. Kemudian untuk

23
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 1, Hal 20 - 31, Mei 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Tabel 2.
Rata-rata skor (mean) dan standar deviasi dari setiap sub variabel Hambatan pasien Penyakit
Jantung Koroner (PJK) dalam menjalani Rehabilitasi Jantung (n= 42)
Min – Max
No Sub Variabel Nilai Tengah Min- Max Mean SD
Teoritis
1. Aspek logistik 1–4 2,5 2,14 - 2,52 2,29 0,16
2. Aspek waktu 1–4 2,5 2,19-2,29 2,24 0,05
Aspek pelayanan
3. 1–4 2,5 2,12 -2,38 2,19 0,09
kesehatan
4. Status Fungsional 1–4 2,5 2,12 - 2,17 2,14 0,02
Berdasarkan tabel 2 diperoleh data rata skor 2,24, kemudian berdasarkan
bahwa setelah diurutkan dari yang paling aspek pelayanan kesehatan diperoleh rata-
tinggi maka rata - rata hambatan dalam rata skor 2,19 dan yang paling rendah
menjalani rehabilitasi jantung yang paling hambatannya adalah berdasarkan status
banyak terjadi adalah pada aspek logistik fungsional dengan rata-rata skor 2,14
dengan nilai mean 2,29 dan standar deviasi Seluruh sub variabel memperoleh nilai
(SD) 0,16, selanjutnya untuk hambatan mean <2,5 (nilai tengah) yang berati
berdasarkan aspek waktu diperoleh rata- hambatannya cenderung rendah.

Tabel 3.
Hambatan dengan skor tertinggi pada setiap sub variabel dalam Hambatan pasien Penyakit
Jantung Koroner (PJK) dalam menjalani Rehabilitasi Jantung (n=42)
No Sub Variabel Hambatan Mean SD
1 Aspek Logistik Jarak 2,52 0,63
2 Aspek Waktu Ada kegiatan/jadwal lain 2,29 0,51
3 Aspek pelayanan kesehatan Ketidaktahuan mengenai rehabilitasi jantung 2,38 0,58
4 Status fungsional Keterbatasan fisik 2,17 0,49
Berdasarkan tabel 3 diperoleh bahwa dikarenakan ketidaktahuan para responden
hambatan jarak menjadi hambatan yang mengenai rehabilitasi jantung memiliki
memiliki rata – rata skor tertinggi pada rata-rata skor tertinggi berdasarkan aspek
aspek logistik dengan hasil 2,52. pelayanan kesehatan dengan hasil sebesar
Hambatan berdasarkan aspek waktu, 2,38 dan hambatan keterbatasan fisik
hambatan dengan rata-rata skor tertinggi menjadi hambatan dengan rata-rata skor
adalah dikarenakan ada kegiatan/jadwal tertinggi berdasarkan status fungsional
lain yaitu sebesar 2,29. Hambatan pasien sebesar 2,17

Tabel 4.
Lima hambatan tertinggi dalam Hambatan pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) dalam
menjalani Rehabilitasi Jantung (n=42)
No. Hambatan Sub Variabel Mean SD
1. jarak Aspek Logistik 2,52 0,63
2. saya tidak mengetahui tentang rehabilitasi jantung/ Aspek pelayanan 2,38 0,58
pengetahuan mengenai rehabilitasi jantung kesehatan
3. masalah transportasi Aspek logistik 2,31 0,64
4. peran dalam keluarga Aspek logistik 2,31 0,64
5. ada kegiatan/jadwal lain Aspek waktu 2,29 0,51
Berdasarkan tabel 4 diperoleh bahwa sebesar 2,38, masalah trasportasi sebesar
dari 42 responden terdapat lima hambatan 2,31 yang sama dengan nilai mean pada
dengan rata-rata skor paling tinggi yaitu hambatan peran dalam keluarga dan yang
hambatan jarak dari aspek logistik dengan terakhir adalah hambatan dikarenakan
hasil 2,52, kemudian hambatan adanya kegiatan/jadwal lain sebesar 2,29.
ketidaktahuan mengenai rehabilitasi
jantung dari aspek pelayanan kesehatan

24
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 1, Hal 20 - 31, Mei 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Pembahasan seseorang pasien melakukan rehabilitasi


Hambatan dalam menjalani jantung di rumah akan memberikan efek
rehabilitasi jantung dapat diketahui dengan positif terhadap self efikasi pasien dan
menggunakan instrumen Cardiac sangat direkomendasikan untuk para
Rehabilitation Barriers Scale yang pasien penyakit jantung. Penerapan
membagi hambatan berdasarkan 4 aspek rehabilitasi jantung dengan setting rumah
yaitu aspek pelayanan kesehatan, aspek di Indonesia sangat dipengaruhi oleh
logistik, aspek waktu dan status fungsional tenaga medis yang memiliki keahlian
pasien. Instrumen tersebut digunakan dalam melakukan rehabilitasi jantung salah
dalam penelitian ini. satunya dokter spesialis jantung. Tenaga
Hasil penelitian diperoleh bahwa medis yang memilki keahlian tersebut
aspek logistik (tabel 2) menjadi hambatan masih sangat sedikit sehingga ini akan
yang paling tinggi rata-rata skor (mean) membuat program ini tidak akan efektif.
yaitu sebesar 2,29. Aspek logistik yang Jika tenaga medis yang memiliki kehalian
memiliki skor hambatan tertinggi adalah tersebut sudah banyak maka yang
mengenai jarak yaitu sebesar 2,52 (tabel dilakukan adalah melakukan pemantauan
4.3). Hal ini sesuai dengan penelitian Lee yang ekstra dari tenaga medis mengenai
(2011) yang mengidentifikasi beberapa pelaksanaan rehabilitasi
alasan utama pasien tidak melaksanakan jantungdikarenakan hambatan yang lain
program rehabilitasi jantung yaitu yaitu berhubungan dengan pengetahuan
hambatan fisik misalnya masalah mengenai rehabilitasi jantung yang masih
transportasi dan jarak tempat rehabilitasi rendah sehingga harus mempertimbangkan
yang jauh. Hambatan jarak menjadi karakteristik responden. Kemudian solusi
hambatan yang sering dirasakan pasien untuk mengatasi kurangnya keahlian
dikarenakan para pasien yang berobat di tenaga medis mengenai rehabilitasi jantung
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah dengan meningkatkan kemandirian
merupakan pasien rujukan dari seluruh pasien untuk dapat melakukan rehabilitasi
Jawa Barat sesuai dengan status Rumah jantung sendiri di rumah dengan
Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin sebelumnya diberikan pengarahan dan
(RSHS) adalah rumah sakit kelas A yang panduan khusus pelaksanaan rehabilitasi
merupakan pusat rujukan provinsi Jawa jantung di rumah. Latihan yang bisa
Barat (www.rshs.or.id).Solusi untuk dilakukan di rumah antara lain berjalan,
mengatasi masalah jarak ini adalah dengan bersepeda, permainan rekreasi seperti
menerapkan rehabilitasi jantung di setting badminton dan tenis meja (SIGN,2002).
rumah (home based cardiac Penelitian Wu (2006) melakukan aktivitas
rehabilitation). fisik pada saat rehabilitasi jantung di
Rehabilitasi jantung di rumah ini pun rumah adalah dengan berjalan cepat atau
telah meningkatkan persentase kehadiran joggingselama 30-60 menit aktivitas inti
pada setiap sesinya yaitu 98 % untuk ditambah 10 menit pemanasan dan 10
yaang melakukan di rumah dan 81 % menit pendinginan. Intensitas atau
untuk yang melakukan di rumah sakit kecepatannya adalah 60-85 % dari denyut
sesuai dengan penelitian Daskapan et al., nadi maksimal dari setiap pasien. Selain
2005. Saat ini, di Indonesia pelayanan itu, Machionni (2003) melakukan aktivitas
rehabilitasi jantung masih dilakukan di fisiknya dengan bersepeda sebanyak satu
rumah sakit terutama di rumah sakit besar hari sekali dengan intensitasnya adalah 70-
seperti RSHS. Penelitian-penelitian di luar 85% dari denyut nadi maksimal. Jika
negeri telah banyak meneliti mengenai denyut nadi ketika melakukan aktivitas
keefektifan dari program rehabilitasi fisik sudah mencapai sampai batasan
jantung di rumah ini. Poortaghi et al., tersebut maka pasien harus istrirahat
(2013) memperoleh hasil bahwa ketika terlebih dahulu. Oleh karena itu, sangat
25
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 1, Hal 20 - 31, Mei 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

diperlukan pendidikan kesehatan terutama responden < 25 km tetapi ada sekitar 33,3
pemberian informasi mengenai cara % responden yang memiliki jarak >100 km
menghitung denyut nadi yang benar saat dan jika dikonversikan ke waktu itu
pasien masih berada pada ruang perawatan menghabiskan ± 4 jam perjalanan. Waktu
atau pada fase I. ini pun akan sangat dipengaruhi pula oleh
Nilai rata-rata skor hambatan kedua karakteristik geografis wilayah Bandung
tertinggi setelah hambatan berdasarkan yang sering macet, angkutan umum yang
aspek logistik adalah hambatan belum banyak dan kondisi jalan yang
berdasarkan aspek waktu yaitu 2,24 (tabel masih banyak dalam perbaikan. Hal
2). Hambatan dalam aspek waktu meliputi terssebut dapat mmbuat waktu yang lebih
hambatan dikarenakan sudah ada jadwal lama menuju tempat rehabilitasi jantung.
lain, bekerja dan keterbatasan waktu. Maka dari itu, untuk mengatasi hambatan
Pelaksanaan rehabilitasi jantung di RSHS berdasarkan aspek waktu adalah peran
dilakukan sebanyak 12 kali pertemuan perawat sebagai fasilitator dalam tim
dengan 2 kali pertemuan dalam 1 minggu rehabilitasi dapat membuat jadwal yang
dari hari Senin-Jumat. Hambatan dalam sesuai dengan keinginan pasien dan pihak
aspek waktu yang mendapatkan nilai rata- pelayanan kesehatan atau tim rehabilitasi
rata tertinggi adalah dikarenakan sudah ada jantung (Olive,2012) ataupun menerapkan
kegiatan / jadwal lain yaitu sebesar 2,29 rehabilitasi jantung di rumah untuk
(tabel 3). Hal ini dikarenakan banyak mengefektifkan waktu dan tugas perawat
pasien yang mengeluh jadwal pelaksanaan sebagai tenaga medis yang memantau
rehabilitasi jantung itu tidak dalam 2 hari pelaksanaan rehabilitasi jantung di rumah
berurutan misalkan hari senin dan selasa (Ades et al.,2000)
tetapi yang terjadi jadwalnya adalah hari Aspek pelayanan kesehatan
senin dan kamis. Hal ini membuat pasien merupakan aspek selanjutnya yang
banyak yang keberatan dikarenakan sudah menjadi hambatan dalam menjalani
ada kegiatan/jadwal lain. Tetapi, pada rehabilitasi jantung. Hambatan dalam
dasarnya tim pelayanan rehabilitasi aspek pelayanan kesehatan yang paling
jantung memperbolehkan jika ada pasien tinggi rata-rata skornya adalah dikarenakan
yang tidak dapat hadir sesuai jadwal. tidak mengetahui rehabilitasi jantung (tabel
Namun waktu pelaksanaan rehabilitasi 3). Hal ini terjadi dikarenakan responden
jantung tetap tidak boleh dilakukan dalam dalam penelitian ini kebanyakan adalah
dua hari berurutan. Hal ini dikarenakan pasien dengan riwayat pengobatan hanya
untuk menjaga kestabilan fungsi jantung medikasi saja dengan tidak pernah
yang masih harus dipantau serta agar tidak mengikuti rehabilitasi jantung (tabel 1).
memaksakan jantung untuk bekerja terlalu Hambatan mengenai pengetahuan akan
berat . Banyak aktivitas fisik yang cukup rehabilitasi jantung ini sangat dipengaruhi
berat ketika melakukan rehabilitasi jantung oleh tenaga medis. Clark (2012)
seperti streching, biycle ergometer, menyebutkan bahwa salah satu peran dari
endurance training dan treadmill tenaga medis adalah pemberian
(SIGN,2002). pengetahuan mengenai rehabilitasi jantung
Selain itu, waktu menjadi salah satu sehingga hambatan pengetahuan sangat
hambatan sesuai pula dengan enelitian berkaitan dengan peran tenaga medis. Saat
Brual et al. (2007) yang mendapatkan ini, pemberian pengetahuan mengenai
bahwa waktu mengemudi rata-rata pasien program rehabilitasi jantung saat ini
menuju tempat rehabilitasi jantung di dilakukan hanya ketika pasien akan
Ontario Canada ini sekitar 60-80 menit. diindikasikan melakukan tindakan
Jika dihubungkan dengan hambatan jarak revaskularisasi jantung seperti PCI dan
pada aspek sebelumnya maka kedua hal ini CABG . Hal ini sangat kurang efektif
sangat berhubungan, jarak rata-rata sebab pengetahuan sejak dini sangat
26
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 1, Hal 20 - 31, Mei 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

diperlukan untuk mengatasi penyakit kronis yang sering diderita ketika


ketidakpatuhan dalam menjalani program berusia 56-65 tahun. Oleh karena itu,
rehabilitasi jantung terutama mengenai hambatan berdasarkan status fungsional
manfaat program. Oleh karena itu, maka pasien sangat berkaitan dengan kondisi
pembuatan leaflet yang berisi seluruh kesehatan pasien. Oleh karena itu, untuk
informasi mengenai rehabilitasi jantung mengatasi hambatan dikarenakan status
dapat menjadi salah satu solusi untuk fungsional pasien maka peran perawat
meningkatkan pengetahuan serta yang harus dapat mengkaji faktor resiko
berkoordinasi dengan dokter untuk lebih dari penyakit lainnya pada pasien yang
dapat meningkatkan kembali pemberian dapat mengganggu status fungsional pasien
informasi mengenai rehabilitasi jantung. terutama dalam melakukan rehabilitasi
Status fungsional pasien menjadi jantung (Olive,2012)
salah satu hambatan dalam menjalani Hambatan-hambatan yang terjadi ini
rehabilitasi jantung. Status fungsional sangat mempengaruhi dalam kedatangan
adalah status kesehatan yang berhubungan atau kepatuhan pasien PJK menjalani
dengan kinerja dan kemandirian pasien rehabilitasi jantung. Dalam tabel 1 pun
serta kemampuan untuk berfungsi dengan diperoleh data bahawa responden yang
baik dalam kehidupan sehari-hari (Sances, rutin mengikuti hanya ada sebanyak 16
Ballesteros & Arnold, 2011).. Hambatan responden dan kadang-kadang hanya 2
dalam status fungsional yang rata-rata responden dari total 42 responden. Saat
skornya tertinggi adalah dikarenakan seseorang rutin menjalani rehabilitasi
keterbatasan fisik atau merasa tidak jantung mereka akan mengungkapkan
mempunyai tenaga (tabel 3). bahwa tidak ada hambatan yang berarti
Hal ini terjadi dikarenakan pasien dalam menjalani rehabilitasi jantung.
yang mengalami PJK itu terjadi karena Namun, jika pasien mengungkapkan
faktor resiko penyakit lainnya seperti kadang-kadang menjalaninya maka ada
hipertensi, hiperlipidemia, diabetes melitus salah satu hambatan yang terjadi dan
(Price & Wilson, 2006). Faktor resiko ketika mereka tidak pernah melakukan
tersebut dapat memperparah kondisi pasien alasan yang paling banyak diungkapkan
PJK terutama saat pasien tidak melakukan adalah ketidaktahuan program rehabilitasi
rehablitasi jantung. Salah satu hambatan jantung dan tidak direkomendasikan oleh
berdasarkan status fungsional pasien dokter untuk mengikutinya. Hal ini sesuai
adalah karena terhambat oleh masalah dengan teori HBM mengenai hambatan
kesehatan lain yang terjadi pada pasien bahwa ketika seseoraang merasakan
seperti hipertensi. Masalah kesehatan lain manfaat dari suatu perilaku kesehatan itu
pun menjadi hambatan sesuai dengan lebih besar dibandingkan hambatannya
penelitian Suaya et al.(2007) yang maka akan terjadi perubahan perilaku
mendapatkan hasil penurunan kehadiran kesehatan (Glanz,2008). Ketika seseorang
dalam menjalani rehabilitasi jantung rutin menjalani rehabillitasi jantung dan
dikarenakan penyakit penyerta dari pasien mengungkapkan tidak ada hambatan yang
PJK tersebut. berarti maka orang tersebut. telah
Selain keterbatasan fisik, status melakukan perubahan perilaku kesehatan
fungsional lain yang menjadi hambatan ke arah yang lebih baik. Berbagai
adalah umur . Karakterisitik responden hambatan yang diperoleh dalam penelitian
dalam penelitian ini paling banyak berada dapat menjadi gambaran hambatan terjadi
pada usia 56-65 tahun dan > 65 tahun . Hal pada pasien PJK dalam menjalani
ini sesuai dengan penelitian Wit et.al umur rehabilitasi jantung.
pasien yang banyak mengikuti rehabilitasi
jantung adalah lebih dari 65 tahun . Hal ini
terjadi karena penyaki PJK merupaan
27
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 1, Hal 20 - 31, Mei 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Simpulan dan Saran AHA. (2015). What is Cardiac


Barriers atau hambatan dalam Rehabilitation. Dipetik Juni 15, 2016,
menjalani rehabilitasi jantung dengan rata- dari American Heart Association:
rata skor tertinggi adalah aspek logistik http://www.heart.org/HEARTORG/C
dengan nilai mean. 2,29, selanjutnya aspek onditions/More/CardiacRehab/What-
waktudengan nilai mean 2,24, aspek is-Cardiac-
pelayanan kesehatan dengan nilai mean Rehabilitation_UCM_307049_Articl
2,19 dan yang terendah adalah berdasarkan e.jsp#.V2LOCtJ97IU
status fungsional pasien degan nilai mean
2,14 Association, A. H. (2013). Putting More
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Patients on the Road to Recovery.
hambatan berdasarkan aspek logistik yaitu Dipetik 01 01, 2016, dari
jarak adalah hambatan yang sering terjadi www.heart.org/policyfactssheets
pada pasien PJK dalam menjalani
rehabilitasi jantung. Maka dari itu, peneliti Brual, J., Witte, S. G., Suskin, N., Stewart,
menyarankan untuk dapat menerapkan D. E., Macpherson, A., & Grace, S.
rehabilitasi jantung di setting rumah (home L. (2010). Drive time to cardiac
based cardiac rehabilitation) yang rehabilitation: at what point does it
disesuaikan dengan karakteristik pasien affect utilization? International
salah satunya pengetahuan jika tenaga Journal of Health Geographics.
medis yang memiiliki keahlian dalam
rehabilitasi jantung cukup banyak, jika Clark, A., King-Shier, K. M., Thompson,
tidak maka peneliti menyarankan untuk D. R., & al, e. (2012). A qualitative
meningkatkan kemandirian pasin systematic review of influences on
melakukan rehabilitasi jantung di rumah attendance at cardiac rehabilitation
dengan cara berjalan cepat atau jogging program after referral. American
dengan intensitas 60-85 % dari denyut nadi Heart Journal, 835-845.
maksimal selama 30 – 60 menit dan
Daskapan, H., H, A., Caglar, N., N, T., &
bersepeda sebanyak satu hari sekali dengan
Ataman, S. (2005). Comparison of
intensitasnya adalah 70-85% dari denyut
supervised exercise training and
nadi maksimal Hambatan kedua tertinggi
home based exercise training in
adalah hambatan dikarenakan pasien tidak
chronic heart failure. Saudi Med
mengetahui program rehabilitasi jantung.
Journal, 26:842-7.
Maka dari itu, pembuatan leaflet yang
berisi seluruh informasi mengenai Depkes RI. (2006). Ditjen Bina
rehabilitasi jantung. Bagi peneliti Kefarmasian dan Alat Kesehatan
selanjutnya disarankan untuk dapat Departemen Kesehatan Republik
meneliti gambaran penerapan rehabilitasi Inndonesia. Dipetik Desember 9,
jantung di setting rumah (home based 2014, dari Pharmaceutical Care untuk
cardiac rehabilitation) yang disesuaikan Pasien Penyakit Jantung Koroner :
dengan karakteristik pasien. Fokus Sindrom Koroner Akut.:
http://binfar.depkes.go.id/download/S
Daftar Pustaka INDROM_KORONER_AKUT.pdf
Ades, P. A., Pashkow, F. K., Fletcher, G.,
Pina, I. L., Zohman, L. R., & Nestor, Depkes, R. (2009). Pengertian Pelayanan
J. R. (2000). A Controlled Trial of Kesehatan. Diambil kembali dari
Cardiac Rehabilitation in the Home www.depkes.org.id
Setting Using Electrocardiograhic
and Voice Transtelephonic Dominic, S., Janita, P., & Anne, M.
Monitoring. American Heart Journal. (2005). Acute Coronary Syndrome :
28
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 1, Hal 20 - 31, Mei 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Cardiac Rehabilitation programmes Cardiovascular Diagnosis &


and quality of life. Journal of Therapy, Vol 2 No 1.
Advanced Nursing, 591-599.
Marchionni, N., Fattirolli, F., Fumagalli,
Dunlay SM, et al., (2009). Barriers to S., Oldridge, N., Del Lungo, F., &
participation in cardiac rehabilitation. Morosi, L. (2003). Improved exercise
American Heart Journal, 852-859. tolerance and quality of life with
cardiac rehabilitation of older
Gielen S, B. S., & Hambrecht. (2004). patients after myocardial
Recommended framework for cardiac infarction:results of a randomized,
rehabilitation:Cardiac Rehabilitation controlled trial. Circulation,
after Myocardial infarction. The 107:2201-6.
Royal College of Nursing.
Marita, I., & Tiksnadi, B. (2015). Cardiac
Glanz, K., Rimer, B. K., & Vismanath, K. Rehabilitation Use Among Patients
(2008). Health behavior and health with Coronary Heart Disease on
education : theory, research, and July-December 2015 in Dr. Hasan
practice fourth edition. San Sadikin General Hospital Bandung.
Francisco: Jossey-Bass. Bandung: Fakultas Kedokteran
Unpad.
Grace, S. l., Shanmugaseragaram, S.,
Gagliese, L., Oh, P., Stewart, D. E., Massimo Francesco, et al,. (2010).
bRISTER, s. j., et al. (2011). Seconadary prevention through
Psychometric validation of the cardiac rehabilitation: from
Cardiac Rehabilitation Barriers knowledge to implemention. A
Scale. Clinical Rehabilitation, 152- position paper from the Cardiac
164. Rehabilitation Section of the
European Association of
Hastuti, F. M. (2014). Pengaruh Program Cardiovascular Prevention and
Rehabilitasi Jantung Fase I Rehabilitation. European Journal of
Terhadap Kualitas Hidup Pasien Cardiovascular Prevention and
Infarka Miokard Akut Tanpa Rehabilitation, 1-17.
Referfusi di RSUD Dr. Soedarso
Pontianak Kalimantan Barat. Nurlaeci. (2015). Latihan Progresif Fase I
Bandung: Tesis Fakultas Rehabilitasi Jantung terhadap
Keperawatan Unpad. Tekanan Darah dan Denyut Nadi
pada Pasien Sindrom Koroner
Mair, V., Breda, A. P., Nunes, M. E., & AKUT. Bandung: Tesis Fakultas
Matos, L. D. (2013). Evaluating Keperawatan Unpad.
compliance to A Cardiac
Rehabilitation program in a Private O'Connell, S. (2014). Barriers to attending
General Hospital. einstein, 278-284. cardiac rehabilitation. Nursing Time,
15-17.
Majid, A. (2007). Penyakit Jantung
Koroner : Patofisiologi, Pencegahan Olive. (2012). Cardiac Rehab- Alive after
dan Pengobatan Terkini. Thirty five 2012-2015. Dipetik
February 2015, dari
Mampuya, W. R. (2012). Cardiac http://www.aliveafter35.com
Rehabilitation Past, Present and
Future : An Overview. Poortaghi, S., Baghernia, A., Golzari, S.
E., Safayian, A., & Atri, S. B. (2013).
29
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 1, Hal 20 - 31, Mei 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

The effect of home-based cardiac RSHS, Humas. (2013). Profil RSHS.


rehabilitation program on self Dipetik Mei 18, 2016, dari
efficacy of patients referred to http://web.rshs.or.id/
cardiac rehabilitation center. BMC
research notes. SIGN. (2002). Cardiac Rehabilitation : A
National Clinical Guideline.
Potter, S., & Wilson, L. (2006). Scotland: Scottish Intercollegiate
Patofisiologi Praktik dan konsep Guidelines Network.
penyakit Edisi 4 Alih Bahasa Dr.
Peter Anugerah. Jakarta: EGC. Witt, B. J., Thomas, R., & Roger, V.
(2005). Cardiac rehabilitation after
Radi, B., Joesoef, A. H., & Kusmana, D. myocardial infarction : a review to
(2009). Rehabilitasi Kardiovaskular understand barriers to participation
Di Indonesia. Jurnal kardiologi and potensial solutions. Europa
Indonesia, 43-45. Medicophysica, Vol 41, 27-34.

Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Wu, S., Lin, Y., Chen, C., & Tsai, S.
Dipetik November 04, 2015, dari (2006). Cardiac rehabilitation versus
Badan Litbang Kesehatan home exercise after coronary artery
Kementrian Kesehatan. bypass graft surgery: a comparison of
heart rate recovery. Am J Phys Med
Rehabil, 711-7.

30

Anda mungkin juga menyukai