Anda di halaman 1dari 26

Laporan Praktikum Kimia Organik

Kelompok VII

Ihsan Naufal Firdaus (1707114078)


Monika Putriani Siagian (1707111366)
Rona Uli Br Gaol (1707111142)
Tomas Surbakti (1707111494)

Percobaan 5
Proses Ekstraksi Sokletasi
“Isolasi Minyak Biji Nyamplung”

Asisten:
Hadrian Yonas

Dosen Pengampu:
Drs. Irdoni, HS, MS

Program Studi Sarjana Teknik Kimia


Fakultas Teknik Universitas Riau
2018
Praktikum Kimia Organik/Kelompok 7/S.Genap/2018

Lembar Pengesahan Laporan Praktikum Kimia Organik

Proses Ekstraksi Sokletasi

Dosen pengampu praktikum kimia organik dengan ini menyatakan bahwa:

Kelompok VII:

Ihsan Naufal Firdaus (1707114078)


Monika Putriani Siagian (1707111366)
Rona Uli Br Gaol (1707111142)
Tomas Surbakti (1707111494)

1. Telah melakukan perbaikan-perbaikan yang disarankan oleh Dosen


Pengampu/Asisten Praktikum.
2. Telah menyelesaikan laporan lengkap praktikum proses ekstraksi sokletasi
dari praktikum kimia organik yang disetujui oleh Dosen
Pengampu/Asisten Praktikum.

Catatan Tambahan:

Dosen Pengampu
Pekanbaru, April 2018

Drs. Irdoni, HS. MS


NIP. 19570415 198609 1 001

Proses Ekstraksi Sokletasi


Praktikum Kimia Organik/Kelompok 7/S.Genap/2018

PROSES EKSTRAKSI SOKLETASI


EXTRACTION PROCESS OF SOKLETASI
IHSAN NAUFAL FIRDAUS1, MONIKA PUTRIANI BR SIAGIAN2,
RONA ULI BR GAOL3, TOMAS SURBAKTI4
Laboratorium Teknologi Bahan Alam dan Mineral, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Jl. H.R. Soebrantas Km12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293 Alamat. Jl. Prof
.Dr.Muchtar Lutfi Simpang Baru, Pekanbaru 28293.
surbakti557@gmail.com

ABSTRAK

Biji nyamplung adalah tanaman tropis tahunan dari keluarga manggis-manggisan.


Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah biji nyamplung. Tujuan dari
percobaan ini adalah mengamati proses isolasi dengan metoda sokletasi dan
menghitung rendemen dari minyak yang dihasilkan. Sampel yang telah dihaluskan
dan ditimbang kemudian dimasukkan kedalam selongsong dengan menggunakan
kertas saring. Metode yang digunakan adalah sokletasi. Sokletasi adalah suatu
metode pemisahan komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara
penyaringan berulang-ulang dengan menggunakan pelarut hexane, sehingga
semua komponen yang diinginkan akan terisolasi. Kadar minyak yang didapat
pada percobaan ini adalah 47,63 gr, kadar airnya 1,84% dan rendemen yang
dihasilkan pada percobaan ini 29,7%. Percobaan ini membuktikan bahwa biji
nyamplung memiliki kadar minyak yang tinggi.

Kata Kunci : Biji Nyamplung, Hexane, Sokletasi, Rendemen

ABSTRACT

Nyamplung seed is an annual tropical plant of the manggis family. The sample used in
this experiment is nyamplung seed. The purpose of this experiment was to observe the
isolation process by the method of socletation and calculate the yield of the resulting oil.
The smoothed and weighed sample is inserted into sleeve using filter paper. The method
used is socletation. Socletation is a method of separating the components that solids by
repeating filtration using a hexane solvent, so that all the desired components will be
isolated. The oil content obtained in this experiment was 47.63 gram, the water content
was 1.84% and the yield produced in this experiment was 29.7%. This experiment proves
that nyamplung seed has high oil content.

Keywords :Nyamplung Seed, Hexane, Socletation, Yield

Proses Ekstraksi Sokletasi


Praktikum Kimia Organik/Kelompok 7/S.Genap/2018

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................i

ABSTRAK...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................................iv

DAFTAR TABEL........................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum.............................................................................................2
1.3 Manfaat Praktikum...........................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Biji Nyamplung...............................................................................................3
2.2 Ekstraksi.........................................................................................................4
2.3 Distilasi...........................................................................................................9
2.4 Heksana.........................................................................................................10

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM


3.1 Alat-alat yang digunakan................................................................................12
3.2 Bahan-bahan yang digunakan.........................................................................12
3.3 Rangkaian Alat...............................................................................................12
3.4 Prosedur Percobaan.........................................................................................13

BAB IV HASI DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil dan Perhitungan.....................................................................................14
4.2 Pembahasan....................................................................................................15

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan.....................................................................................................17
5.2 Saran...............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN A LAPORAN SEMENTARA

LAMPIRAN B LEMBAR PERHITUNGAN

LAMPIRAN C DOKUMENTASI

Proses Ekstraksi Sokletasi


Praktikum Kimia Organik/Kelompok 7/S.Genap/2018

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tanaman Nyamplung.................................................................................3

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Sokletasi...........................................................................12

Proses Ekstraksi Sokletasi


Praktikum Kimia Organik/Kelompok 7/S.Genap/2018

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sifat Fisika Heksana.......................................................................................10


Tabel 4.1 Data Waktu Refluks........................................................................................14

Proses Ekstraksi Sokletasi


Praktikum Kimia Organik/Kelompok 7/S.Genap/2018 1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Krisis energi dunia yang ditandai dengan melonjaknya harga minyak bumi, telah
mendorong penduduk dunia untuk mengalihkan sumber energinya ke energi terbarukan
yang lebih ramah lingkungan dan dapat diperbaharui. Salah satu bentuk energi alternatif
yang banyak dikaji dan dikembangkan adalah biofuel atau bahan bakar nabati (BBN).
Sebagai bahan bakar, biodiesel merupakan salah satu produk biofuel yang mampu
mengurangi emisi hidrokarbon tak terbakar, karbon monoksida, sulfat, hidrokarbon
polisiklik aromatik, nitrat hidrokarbon polisiklik aromatik dan partikel padatan sehingga
biodiesel merupakan bahan bakar yang disukai disebabkan oleh sifatnya yang ramah
lingkungan. Untuk mendorong pengembangan biofuel, pemerintah telah mengeluarkan
Kebijakan Energi Nasional, diantaranya PP No.5/2006 dengan menetapkan target
produksi biofuel pada tahun 2025 sebesar 5 % dari total kebutuhan energi minyak
nasional dan penugasan kepada Departemen Kehutanan untuk berperan dalam penyediaan
bahan baku biofuel termasuk pemberian ijin pemanfaatan lahan hutan terutama lahan
yang tidak produktif. Namun dengan semakin berkurangnya cadangan minyak bumi dan
untuk menghemat devisa negara, maka telah dikeluarkan Peraturan Menteri ESDM No.
25/2013 untuk peningkatan campuran biodisel sebesar 10% mulai tahun 2013. Salah satu
jenis tanaman hutan yang mempunyai potensi sebagai bahan baku biofuel adalah
Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) dengan memanfaatkan bijinya. Selain bukan
merupakan tanaman pangan, tanaman ini sudah mulai dibudidayakan di Indonesia
sebagai tanaman wind breaker pada daerah marginal di tepi pantai atau lahan-lahan kritis.
Variasi ukuran buah, biji dan pertumbuhan tanaman dari populasi nyamplung di
seluruh Indonesia menunjukkan peluang untuk meningkatkan produktivitas tanaman.
Produktivitas biji nyamplung sangat tinggi bervariasi antara 40-150 kg/pohon/th atau
sekitar 20 ton/ ha/th dan lebih tinggi dibandingkan jenis tanaman lain seperti Jarak pagar
(5 ton/ha/th) dan sawit (6 ton/ha/th). Rendemen minyak nyamplung dari 12 populasi di
Indonesia mempunyai variasi yang tinggi yaitu antara 37-58 % (Leksono et al., 2014a)
dan lebih tinggi dibandingkan jarak pagar 25-40%, saga hutan 14-28%, kepuh 24-40%,
kesambi 30-40% dan kelor 39-40% (Sudrajad & Setiawan, 2005; Sudrajad dkk., 2010a;
Sudrajad dkk., 2010b). Satu liter minyak nyamplung dapat dihasilkan dari 2-2,5 kg biji,

Proses Ekstraksi Sokletasi


Praktikum Kimia Organik/Kelompok 7/S.Genap/2018 2

sedangkan jarak pagar membutuhkan 4 kg untuk menghasilkan satu liter minyak. Hasil
analisis sifat fisiko-kimia biodisel yang dihasilkan telah memenuhi sebagian besar standar
SNI 04-7182-2006. Potensi yang sangat tinggi tersebut di atas menjadi dasar
pengembangan nyamplung dalam program pemuliaan sesuai dengan strategi yang telah
dibuat. Nyamplung selain menghasilkan BBN juga berpotensi menghasilkan produk lain
dari pemanfaatan limbahnya seperti briket arang, asap cair untuk pengawet kayu, bungkil
untuk pakan ternak, resin/getah untuk obat-obatan dan pewarna tekstil, sabun, dll. Untuk
pengembangan nyamplung sebagai tanaman energi, telah dibangun uji coba penanaman,
pembangunan sumber benih, pengolahan minyak nyamplung dan pemanfaatan
limbahnya, dengan teknik budidaya nyamplung dan potensinya yang disajikan pada buku
ini.

1.2 Tujuan Praktikkum


1. Mempelajari dan mengamati proses isolasi suatu komponen dari suatu bahan
alam dengan metoda sokletasi.
2. Menghitung rendemen.

1.3 Manfaat Praktikkum


1. Kita dapat mengetahui kandungan minyak yang terdapat pada buah biji
nyamplung
2. Mengetahui cara mengekstrasi minyak dari buah biji nyamplung
3. Kita dapat mengetahui proses pembuatan minyak dari biji nyamplung

Proses Ekstraksi Sokletasi


Praktikum Kimia Organik/Kelompok 7/S.Genap/2018 3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biji Nyamplung


Calophyllum inophyllum L., atau Nyamplung termasuk dalam
marga Calophyllum yang mempunyai sebaran cukup luas di dunia
yaitu Madagaskar, Afrika Timur, Asia Selatan dan Tenggara, Kepulauan Pasifik, Hindia
Barat, dan Amerika Selatan. Di Indonesia, nyamplung tersebar mulai dari Sumatera
Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Sulawesi, Maluku, hingga Nusa Tenggara Timur dan Papua.

Gambar 2.1 Tanaman Nyamplung

Tegakan nyamplung pada umumnya tumbuh pada tipe hutan campuran, di hutan
alam dengan jenis ketapang, malapari, waru laut, keben, pandan laut, dll.. Di hutan
tanaman dengan akasia, mahoni, kayu putih, melinjo, nangka, duku, durian, dll.
Nyamplung tumbuh paling dekat pada posisi 50 – 1000 m dari bibir pantai dengan
kerapatan pohon sangat bervariasi. Peta sebaran nyamplung dari 6 populasi di Jawa pada
umumnya berdekatan dengan pantai selatan dan pantai barat pulau Jawa, yang
mempunyai karakteristik fisik lahan dalam klasifikasi sistem dataran laut dan pantai,
sistem dataran, sistem dataran aluvial sampai dengan sistem bukit kapur, dengan sub
sistem pesisir pantai yang bergelombang, sub sistem riverne plains dan sub sistem kipas

Proses Ekstraksi Sokletasi


Praktikum Kimia Organik/Kelompok 7/S.Genap/2018 4

aluvial, tipe batuan sedimen pasir serta tipe batuan kapur yang terbentuk dari endapan
muara dan endapan volkanik (Leksono dkk., 2011).
Kelebihan nyamplung sebagai bahan baku biofuel adalah bijinya mempunyai
rendemen yang tinggi, bisa mencapai 74%, dan dalam pemanfaatannya tidak
berkompetisi dengan kepentingan pangan. Beberapa keunggulan nyamplung ditinjau
prospek pengembangan dan pemanfaatan lain, antara lain adalah tanaman nyamplung
tumbuh dan tersebar merata secara alami di Indonesia, regenerasi mudah dan berbuah
sepanjang tahun menunjukkan daya survival yang tinggi terhadap lingkungan. Tanaman
relatif mudah dibudidayakan baik tanaman sejenis (monokultur) atau hutan
campuran (mixed-forest), cocok di daerah beriklim kering, permudaan alami banyak, dan
berbuah sepanjang tahun. Hampir seluruh bagian tanaman nyamplung dapat
dimanfaatkan dan menghasilkan bermacam produk yang memiliki nilai ekonomi.
Tegakan hutan nyamplung berfungsi sebagai pemecah angin (wind breaker)
untuk tanaman pertanian dan konservasi pantai, dan pemanfaatan biofuel nyamplung
dapat menekan laju penebangan pohon hutan sebagai kayu bakar karena produktivitas biji
lebih tinggi diandingkan jenis lain (jarak pagar 5 ton/ha, kelapa sawit 6 ton/ha,
nyamplung 20 ton/ha). Proses pengolahan biodiesel dari nyamplung hampir sama dengan
pengolahan minyak sawit, kelapa, dan jarak pagar. Tetapi karena biji nyamplung
mengandung zat ekstraktif yang tinggi, maka waktu yang dibutuhkan pada proses
pengukusan lebih lama dan proses pemisahan getah (degumming) berlangsung pada
konsentrasi tingggi (Leksono dkk., 2011).

2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan suatu komponen tertentu dari suatu bahan alam.
Ekstraksi juga dapat diartikan sebagai proses penguraian zat-zat berkhasiat atau zat aktif
dibagian tanaman, hewan, dan beberapa jenis ikan pada umumnya yang mengandung
senyawa-senyawa yang mudah larut dalam pelarut organik. Ektraksi menggunakan
pelarut didasarkan pada kelarutan kompenen terhadap kompenen lain dalam campuran.
Pelarut polar akan melarutkan solut yang polar dan pelarut non polar akan melarutkan
solut yang non polar atau disebut “like dissolve like”. Terdapat beberapa metode ektraksi,
yaitu solvent ektraktion, rendering dan pengepresan mekanik (Suvitno, 1989).
2.2.1 Solvent Ekstraktion   
A. Maserasi
Metode maserasi merupakan jenis ektraksi yang dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan

Proses Ekstraksi Sokletasi


Praktikum Kimia Organik/Kelompok 7/S.Genap/2018 5

terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang
mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung
benzoin, tiraks dan lilin. Maserasi umumnya dilakukan dengan cara memasukkan
simplisia yang sudah diserbukkan dengan derajat halus tertentu sebanyak 10 bagian ke
dalam bejana maserasi yang dilengkapi pengaduk mekanik, kemudian ditambahkan 75
bagian cairan penyari ditutup dan dibiarkan selama 3 hari pada temperatur kamar
terlindung dari cahaya sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 3 hari, disaring kedalam
dalam bejana penampung, kemudian ampasnya diperas dan ditambah cairan penyari lagi
secukupnya dan diaduk kemudian disaring lagi hingga diperoleh sari 100 bagian. Sari
yang diperoleh ditutup dan disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya selama 2
hari, endapan yang terbentuk dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. Keuntungan cara
penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan
sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian cara maserasi adalah pengerjaannya lama
dan penyariannya kurang sempurna (Adrian, 2000).
Menurut Adrian (2000), maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya:
1. Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada
suhu 40–50oC. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat
aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan pemanasan akan diperoleh keuntungan
antara lain kekentalan pelarut berkurang yang dapat mengakibatkan berkurangnya
lapisan-lapisan batas, daya melarutkan cairan penyari akan meningkat sehingga
pemanasan tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan, koefisien
difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan berbanding terbalik dengan
kekentalan hingga kenaikan suhu akan berpengaruh pada kecepatan difusi. Umumnya
kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu dinaikkan
2. Maserasi dengan mesin pengaduk. Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-
menerus, waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.
3. Remaserasi. Cairan penyari dibagi 2. Seluruh serbuk simplisia dimaserasi  dengan
cairan penyari pertama, sesudah dienap tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi
dengan cairan penyari yang kedua.
4. Maserasi melingkar. Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan
penyari selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir
kembali secara berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan melarutkan zat
aktifnya. Keuntungan cara ini, aliran cairan penyari mengurangi lapisan batas. Cairan
penyari akan didistribusikan secara seragam, sehingga akan memperkecil kepekatan
setempat. Waktu yang diperlukan lebih pendek. Pada maserasi melingkar penyarian

Proses Ekstraksi Sokletasi


Praktikum Kimia Organik/Kelompok 7/S.Genap/2018 6

tidak dapat dilaksanakan secara sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti
bila keseimbangan telah terjadi. Masalah ini dapat diatas dengan maserasi melingkar
bertingkat.
B. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan pada
perkolasi antara lain, gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi,
osmosa, adesi, daya kapiler dan daya gesekan (friksi). Alat yang digunakan  untuk
perkolasi disebut perkolator, cairan yang digunakan untuk menyari disebut cairan penyari
atau menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari perkolator disebut sari/perkolat, sedang
sisa setelah dilakukannnya penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi.
Menurut Tobo (2001) cara perkolator lebih baik dibandingkan dengan cara
maserasi karena:
1. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi
dengan larutan yang konsentasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat
perbedaan konsentrasi.
2. Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat
mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka
kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat
meningkatkan perbedaan konsentrasi.Untuk menghindari kehilangan minyak
atsiri pada pembuatan sari, maka cara perkolasi diganti dengan cara reperkolasi.
Dalam proses perkolasi biasa, perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar yang
maksimal.
Bentuk perkolator ada 3 macam yaitu perkolator berbentuk tabung, perkolator
berbentuk paruh dan perkolator berbentuk corong. Pemilihan perkolator bergantung pada
jenis serbuk simplisia yang akan disari. Serbuk kina yang mengandung sejumlah besar zat
aktif yang larut, tidak baik bila diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit, sebab
perkolat akan segera menjadi pekat dan berhenti mengalir. Pada pembuatan tingtur dan
ekstrak cair, jumlah cairan penyari yang diperlukan untuk melarutkan zat aktif. Pada
keadaan tersebut, pembuatan sediaan digunakan perkolator lebar untuk mempercepat
proses perkolasi (Tobo, 2001).

2.2.2 Sokletasi
Sokletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan
penyari dipanaskan hingga menguap. Uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul
cairan oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia di dalam klonsong dan

Proses Ekstraksi Sokletasi


Praktikum Kimia Organik/Kelompok 7/S.Genap/2018 7

selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa siphon, proses
ini berlangsung hingga proses penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan
beningnya cairan penyari yang melalui pipa siphon tersebut atau jika diidentifikasi
dengan KLT tidak memberikan noda lagi. Keuntungan dari metode sokletasi adalah
cairan penyaring yang diperlukan lebih sedikit dan lebih pekat. Penyarian dapat
diteruskan sesuai dengan keperluan, tanpa menambah volume cairan penyari.
Kerugiannya, larutan dipanaskan terus-menerus, sehingga zat aktif yang tidak tahan
pemanasan kurang cocok. Metode soxhlet bila dilihat secara keseluruhan termasuk cara
panas namun proses ekstraksinya secara dingin, sehingga metode soxhlet digolongkan
dalam cara dingin (Tobo, 2001).
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau gas,
yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan dalam kehidupan
sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah bahan kimia
organik (mengandung karbon) yang juga disebut pelarut organik. Pelarut biasanya
memiliki titik didih rendah dan lebih mudah menguap, meninggalkan substansi terlarut
yang didapatkan. Untuk membedakan antara pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut
biasanya terdapat dalam jumlah yang lebih besar. Menurut Ketaran (1986), syarat-syarat
pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi:
1. Pelarut yang mudah menguap, misalnya n-heksana, eter, petroleum eter, metil klorida
dan alkohol
2. Titik didih pelarut rendah
3. Pelarut dapat melarutkan senyawa yang diinginkan
4. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan
5.  Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi (polar atau nonpolar)

2.2.3 Refluks
Metode refluks merupakan metode berkesinambungan dimana cairan penyari
secara kontinu akan menyari zat aktif di dalam simplisia. Cairan penyari dipanaskan
sehingga menguap dan uap tersebut dikondensasikan oleh pendingin balik, sehingga
mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan dan jatuh kembali ke dalam labu
alas bulat sambil menyari simplisia, proses ini berlangsung secara berkesinambungan dan
dilakukan 3 kali dalam waktu 4 jam. Keuntungan metode refluks adalah cairan penyari
yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung diperoleh hasil yang lebih pekat.
Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni, sehingga dapat menyari zat aktif
lebih banyak. Simplisia yang biasa diekstraksi dengan cara ini adalah simplisia yang

Proses Ekstraksi Sokletasi


Praktikum Kimia Organik/Kelompok 7/S.Genap/2018 8

mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan dan mempunyai tekstur
yang keras seperti akar, batang, buah/biji dan herba (Adrian, 2000).

2.2.4 Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua cara
rendering, penggunaan panas adalah sesuatu yang spesifik yang bertujuan untuk
menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel
tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung didalamnya.
Menurut pengerjaannya rendering dibagi dengan dua cara,yaitu wet rendering dan dry
rendering (Tobo, 2001).
A. Wet Rendering
Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama
berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau tertutup
dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan
uap. Penggunaan temperature rendah pada wet rendering dilakukan jika diinginkan flavor
netral dari minyak atau lemak. Bahan yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang
diperlengkapi dengan alat pangaduk, kemudian air ditambahkan dan campuran
dipanaskan perlahan-lahan sampai suhu 50°C sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi
akan naik keatas akan naik keatas dan kemudian dipisahkan conto dari wet rendering
adalah destilasi uap air (Tobo, 2001).
Destilasi uap dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia yang
mengandung komponen yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal.
Pada pemanasan biasa kemungkinan akan terjadi kerusakan zat aktifnya. Untuk
mencegah hal tersebut maka penyarian dilakukan dengan destilasi uap. Dengan adanya
uap air yang masuk, maka tekanan kesetimbangan uap zat kandungan akan diturunkan
menjadi sama dengan tekanan bagian di dalam suatu sistem, sehinggga produk akan
terdestilasi dan terbawa oleh uap air yang mengalir. Destilasi uap bukan semata-mata
suatu proses penguapan pada titik didihnya, tetapi suatu proses perpindahan massa ke
suatu media yang bergerak. Uap jenuh akan membasahi permukaan bahan, melunakkan
jaringan dan menembus ke dalam melalui dinding sel, dan zat aktif akan pindah ke
rongga uap air yang aktif dan selanjutnya akan pindah ke rongga uap yang bergerak
melalui antar fase, sehingga proses ini disebut hidrodifusi (Tobo, 2001).

B. Dry Rendering

Proses Ekstraksi Sokletasi


Praktikum Kimia Organik/Kelompok 7/S.Genap/2018 9

Dry rendering adalah proses rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi dengan
steam jacket serta alat pengaduk (agitator). Bahan yang diperkirakan mengandung
minyak atau lemak dimasukkan kedalam ketel tanpa penambahan air kemudian bahan
tadi dipanaskan sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 220°F sampai 230°F
(105°C-110°C). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan pada dasar
ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari ampas yang telah mengendap
dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel (Tobo, 2001).

2.2.5 Pengepresan Mekanik


Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak,
terutama untuk bahan bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk
memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70%). Pengepresan
akan bernilai ekonomis jika kadar minyak dalam referensi lebih besar dari 40% dari berat
kering. Ampas yang berupa bungkil perahan masih mengandung 5-10% minyak. Proses
pengepresan ini mudah, sehingga dapat dilakukan oleh buruh berpendidikan rendah
(Sudjadi, 1986).
Dua cara umum yang digunakan pada pengepresan mekanik yaitu pengepresan
hidrolik (hydroulic pressing) dan pengepresan berulir (expeller pressing).
Pengepresan  hidrolik adalah  pengepresan dengan menggunakan tekanan digunakan
sekitar 140.6 kg/cm. Besarnya tekanan yang digunakan akan mempengaruhi sedikit
banyaknya minyak yang dihasilkan, dimana sebelum melakukan pengepresan biji perlu
mendapat perlakuan pendahuluan berupa pemasakan. Perbedaan tekanan dalam sel dan
lingkungan akan mengakibatkan cairan terekstrak Metode pengepresan biasanya
dilakukan dengan alat pengepresan (lumpang dan alu). Metode ini umum digunakan
karena senyawa organik yang diperoleh dengan kuantitas yang cukup banyak, tetapi
berbeda dengan senyawa bahan alam hasil proses metabolit sekunder lainnya yang pada
umumnya dengan kandungan yang relatif kecil, maka metode-metode dalam proses
industri tersebut tidak dapat digunakan (Sudjadi, 1986).

2.3 Distilasi
Distilasi merupakan suatu perubahan cairan menjadi uap dan uap tersebut
didinginkan kembali menjadi cairan. Unit operasi distilasi merupakan metode yang
digunakan untuk memisahkan komponen-komponen yang terdapat dalam suatu larutan
atau campuran dan tergantung pada distribusi komponen-komponen tersebut antara fasa
uap dan fasa air. Semua komponen tersebut terdapat dalam fasa cairan dan uap. Fasa uap

Proses Ekstraksi Sokletasi


Praktikum Kimia Organik/Kelompok 7/S.Genap/2018 10

terbentuk dari fasa cair melalui penguapan (evaporasi) pada titik didihnya (Irawan,
2010).

2.4 Heksana
Heksana, suatu hidrokarbon dengan rumus kimia C6H14, yaitu suatu alkana
dengan enam atom karbon.Istilah ini mungkin mengacu pada empat isomer struktur lain
dengan rumus itu, atau terhadap campuran mereka. Namun, dalam tatanama IUPAC,
heksana merupakan isomer tidak bercabang (n-heksana); empat struktur lain dinamakan
sebagai turunan termetilasi dari pentana dan butana. IUPAC juga menggunakan istilah
seperti akar dari banyak senyawa dengan enam-kerangka karbon linier, seperti 2-
metilheksana (C7H16), atau biasa disebut isoheptana.
Heksana merupakan konstituen bensin, semua cairan tak berwarna pada suhu
kamar, dengan titik didih antara 50 dan 70°C, dengan bau seperti bensin. Heksana luas
digunakan sebagai pelarut non-polar yang murah, relatif aman, secara umum tidak reaktif,
dan mudah diuapkan. Nama IUPAC-nya heksana nama lainnya n-heksana.

Tabel 2.1 Sifat Fisika Heksana


Sifiat Fisika Keterangan
Rumus molekul C6H14
Berat molekul 86.18 gr mol−1
Penampilan Cairan tidak berwarna
Densitas 0.6548 gr/Ml
Titik lebur -95°C, 178oK, -139°F
Titik didih 69°C, 342oK, 156°F
Kelarutan dalam air 13 mg/L pada 20°C
Keterangan
Viskositas 0.294 cP
Titik nyala -23.3°C
Suhu menyala sendiri 233.9°C
(Sumber : Panjaatmaka, 1990)

2.4.1 Kegunaan
Dalam industri, heksana digunakan dalam formulasi lem untuk sepatu, produk
kulit dan pengatapan. Heksana juga digunakan untuk mengekstrak minyak masak dari
biji-bijian, untuk pembersihan dan penghilang gemuk dan produksi tekstil. Penggunaan
laboratorium khas heksana ialah untuk mengekstrak kontaminan minyak dan lemak dari
air dan tanah untuk analisis. Karena heksana tidak dapat dideprotonasikan dengan mudah,
maka ia digunakan di laboratorium untuk reaksi-reaksi yang melibatkan  basa sangat
kuat, seperti pembuatan organolitium, misalnya Butil litium secara khas disuplai sebagai
larutan heksana. Dalam banyak aplikasi (terutama farmasi), kegunaan n-heksana ialah

Proses Ekstraksi Sokletasi


Praktikum Kimia Organik/Kelompok 7/S.Genap/2018 11

dihapus karena toksisitas jangka panjang, dan sering digantikan oleh n-heptana, yang
tidak akan membentuk metabolit beracun (heksana–2,5–dion) (Panjaatmaka, 1990).

2.4.2 Produksi
Heksana awalnya diperoleh melalui pemurnian minyak mentah. Komposisi tepat
dari fraksi ini secara luas bergantung pada sumber minyaknya (minyak mentah atau
reformat) dan kendala penyulingan. Produk industri (biasanya sekitar 50% berat isomer
rantai lurus) adalah fraksi yang mendidih pada 65-70 ° C (Panjaatmaka, 1990).

2.4.3 Toksisitas
Toksisitas akut heksana relatif rendah, meskipun anestesi ringan. Inhalasi
konsentrasi tinggi menghasilkan pertama keadaan euforia ringan, diikuti oleh mengantuk
dengan sakit kepala dan mual. Toksisitas jangka panjang n-heksana pada manusia
terkenal. Kegagalan sistem saraf perifer luas diketahui terjadi pada manusia yang terpajan
terhadap kadar n-heksana mulai 400-600 ppm, dengan eksposur sesekali hingga 2.500
ppm. Gejala awal kesemutan dan kram di lengan dan kaki, diikuti oleh kelemahan otot
umum. Dalam kasus yang parah, atrofi otot rangka diamati, bersama dengan kehilangan
koordinasi dan masalah penglihatan (Michael, 2004).
Gejala yang sama diamati pada hewan model. Mereka terkait dengan degenerasi
sistem saraf perifer (dan akhirnya sistem saraf pusat), dimulai dengan bagian distal lebih
lama dan akson saraf yang lebih luas. Toksisitas ini bukan karena heksana sendiri tetapi
salah satu metabolitnya, heksana–2,5–dion. Hal ini diyakini bahwa ini bereaksi dengan
gugus amino dari rantai samping residu lisin dalam protein, menyebabkan ikatan-silang
dan hilangnya fungsi protein.Intoksikasi kronis dari heksana telah diamati pada pelaku
pelarut rekreasi dan pekerja dalam pembuatan sepatu, restorasi furnitur dan industri
konstruksi mobil, dan baru-baru ini, daur ulang plastik dan perakit dan pembersih
perangkat layar sentuh kapasitif (Michael, 2004).

Proses Ekstraksi Sokletasi


Praktikum Kimia Organik/Kelompok 7/S.Genap/2018

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat-alat yang digunakan


1. Kondensor
2. Tabung Soklet
3. Selongsong
4. Labu Didih
5. Mantel Pemanas
6. Statif dan Klem
7. Gelas Ukur 50 ml
8. Gelas Kimia 500 ml
9. Pipet Tetes

3.2 Bahan-bahan yang digunakan


1. Biji Nyamplung
2. n-Hexane
3. Batu didih
4. Benang
6. Kertas saring

3.3 Rangkaian Alat

KETERANGAN
1. Statif
2. Klem
9 3. Kondensor
1 2 4. Sifon
5. Slongsong (Sempel)
6. Tpipa F
7. Labu didih
8. Mantel pemanas
4
9. Selang
5
6

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Sokletasi


3.4 Prosedur Percobaan

Proses Ekstraksi Sokletasi


Praktikum Kimia Organik/Kelompok 7/S.Genap/2018

1. Sampel ditimbang.
2. Pembuatan selongsong dari kertas saring.
3. Labu didih berisi 3 butir batu didih di oven selama 15 menit lalu ditimbang.
4. Selongsong dimasukkan ke dalam tabung soklet.
5. Tabung soklet dan labu didih dirangkai pada mantel pemanas (jangan lupa
diberi vaselin secukupnya pada setiap sambungan dan tisu dibagian yang
akan dipasangkan klem).
6. Pelarut dimasukkan ke kolom soklet sebanyak 251 ml.
7. Pemasangan kondensor dan dialiri air pendingin.
8. Mantel pemanas dihidupkan dan tempereatur yang disesuaikan dengan
kebutuhan.
9. Setelah beberapa jam (cek kadar minyak, apabila masih ada kadar minyak
proses dilajutkan).
10. Setelah proses selesai, alat didinginkan.
11. Setelah dingin, kondensor dilepas untuk mengeluarkan selongsong dari
kolom soklet, lalu alat kembali dipasang.
12. Lakukan destilasi untuk mengambil pelarut.
13. Pelarut yang diperoleh disimpan dan dapat digunakan kembali.
14. Minyak dioven bersama labu didih dasar bulat + batu didih dan ditimbang
hingga konstan (minimal 3x penimbangan konstan).
15. Menghitung yield minyak.
16. Minyak disimpan dan peralatan dikembalikan pada tempatnya.
17. Proses sokletasi selesai.

BAB IV

Proses Ekstraksi Sokletasi


Praktikum Kimia Organik/Kelompok 7/S.Genap/2018

HASIL DAN PEMBAHASAN

.1 Hasil dan Perhitungan


Dari percobaan didapat besarnya rendemen minyak dari biji nyamplung adalah
sebagai berikut:
1. Berat sampel (biji nyamplung) = 62,49 gram
2. Sampel + selongsong = 64,01 gram
3. Berat labu didih kosong + batu didih = 204,80 gram
4. Volume heksana yang digunakan = 251 ml
5. Berat minyak = 18,50 gr
6. Waktu refluks
Tabel 4.1 Data waktu refluks

Refluks Waktu

1 23,19 menit

2 14,32 menit

3 13,89 menit

4 13,64 menit

5 12,52 menit

6 12,67 menit

7 12,31 menit

8 11,92 menit

9 11,93 menit

10 11,65 menit

11 11,31 menit

12 12,07 menit

13 12,04 menit

14 11,98 menit

15 11,84 menit

16 11,11 menit

17 12,11 menit

Proses Ekstraksi Sokletasi


Praktikum Kimia Organik/Kelompok 7/S.Genap/2018

18 10,80 menit

19 10,84 menit

20 12,07 menit

21 11,82 menit

22 11,15 menit

23 11,87 menit

24 12,36 menit

Jadi, yield minyak dari biji nyamplung adalah : 29,70 %

.2 Pembahasan
Pada proses sokletasi dilakukan pemanasan pelarut hexane yang ada pada labu
didih dasar bulat menggunakan mantel pemanas, sehingga hexane menguap melalui pipa
pada soklet, lalu uap pelarut akan menuju ke kondensor. Di kondensor, uap berubah fasa,
dari fasa gas menjadi cair. Uap yang telah berubah fasa menjadi cair akan menetes
kedalam tabung soklet sehingga membasahi diluen hingga terendam, fase ini disebut fase
rafinat. Ketika sampel terendam oleh pelarut (hexane), maka akan terjadi proses difusi
(perpindahan suatu zat dari bagian konsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi
rendah) dimana pelarut membasahi selongsong dan pelarut akan menembus pori-pori
dalam sampel sehingga  menarik atau memisahkan minyak dari biji nyamplung sehingga
minyak akan terbawa oleh pelarut. Proses ini terjadi sampai pelarut mencapai batas
maksimum pada tabung soklet yaitu hingga pipa F terisi sampai penuh, setelah penuh
kemudian pelarut yang membawa minyak akan mengalir kembali lagi ke dalam labu
didih dasar bulat. Proses refluks ini dilakukan berulang-ulang . Hal  ini bertujuan agar
proses sokletasi dapat menghasilkan minyak yang diinginkan atau minyak dapat
terekstrak dengan sempurna.  Peristiwa itu dihitung 1 kali refluks dan berlangsung kurang
lebih 5 jam. Waktu untuk setiap kali pelarut melakukan proses refluks dihitung, karena
untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan agar pelarut menguap, mengekstrak minyak
pada sampel dan mengalir kembali pada labu didih sehingga proses ekstraksi dapat
berjalan sempurna. Pada percobaan ini terjadi 24 kali refluks dengan waktu refluks rata-
rata 12,55 menit.
Selongsong dalam tabung soklet dikeluarkan dan kemudian dilakukan proses
destilasi pada minyak hasil ekstraksi, hal ini bertujuan untuk memisahkan pelarut dari
minyak sehingga hanya sedikit pelarut yang tersisa di dalam labu didih bulat. Setelah
proses destilasi selesai, minyak yang terekstraksi di dalam labu didih bulat dipanaskan

Proses Ekstraksi Sokletasi


Praktikum Kimia Organik/Kelompok 7/S.Genap/2018

dengan menggunakan oven, kemudian hasilnya ditimbang dan di lakukan pemanasan


kembali sampai bobotnya konstan kemudian hasil minyak yang telah di destilasi
disimpan. Rendemen minyak biji nyamplung yang didapat yaitu 29,70%.
Minyak yang didapat murni karna tidak adanya bau pelarut hexane pada minyak
yang didapat dan warnanya kekuningan seperti minyak goreng. Untuk mendapatkan
minyak yang murni pemanasan harus dilakukan hingga bobot yang didapat benar-benar
konstan. Sehingga pelarut yang masih tersisa dapat menguap secara optimal.

BAB V
PENUTUP

Proses Ekstraksi Sokletasi


Praktikum Kimia Organik/Kelompok 7/S.Genap/2018

5.1 Kesimpulan
1. Ekstraksi sokletasi adalah proses pengambilan suatu senyawa dalam suatu
sampel dengan cara merendam sampel dengan pelarut didalam suatu wadah.
2. Rendemen yang didapat dari hasil percobaan adalah 29,7 % dari 62,49 gram
sampel.
5.2 Saran
1. Selama melakukan praktikum ujung atas kondensor ditutup dengan
alumunium foil agar pelarut heksan tidak menguap.
2. Saat merangkai alat dan menggunakan bahan-bahan praktikum, gunakan
dengan hati-hati dan memakai masker dan sarung tangan.

Proses Ekstraksi Sokletasi


Praktikum Kimia Organik/Kelompok 7/S.Genap/2018

DAFTAR PUSTAKA

Campbell,NA. 2005. Biology 5 th. Jakarta : Erlangga.

Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri Jilid I. Jakarta : UI Press.

Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan, edisi 1. Jakarta : Penerbit Universitas

Mader,S. 2004. Biology. Boston : McGraw-Hill.

Michael. 2004. Karakter alat dan Bahan Kimia. Bandung : Universary Book.

Panjaatmaka,AH.1990. Ilmu Kimia untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.

Puriyanto,E. 2012. Jurnal Ektraksi Minyak Jagung Secara Sokletasi. Gorontalo :


Universitas Negeri Gorontalo.

Santosa, H. 2004. Operasi Teknik Kimia Ekstraksi. Semarang : UNDIP.

  

Proses Ekstraksi Sokletasi


Praktikum Kimia Organik/Kelompok 7/S.Genap/2018

LAMPIRAN B

LEMBAR PERHITUNGAN

Dari percobaan yang dilakukan maka didapatkan data sebagai berikut :

Berat sampel (biji nyamplung) = 62,49 gram

Sampel + selongsong = 64,01 gram

Berat labu didih kosong + batu didih = 204,80 gram (b)

Berat labu didih kosong + batu didih + minyak = 223,30 gram (a)

a. Berat minyak
Berat minyak = (a) – (b)
= 223,30 gram – 204,80 gram
= 18,5 gram
b. Rendemen
Rendemen = Berat Minyak ×100%
Berat Sampel
= 18,5 gram ×100%
62,49 gram
= 29,70%

Proses Ekstraksi Sokletasi


Praktikum Kimia Organik/Kelompok 7/S.Genap/2018

LAMPIRAN C

DOKUMENTASI

Gambar C.1 Proses Sokletasi Gambar C.2 Sampel

Gambar C.3 Berat Minyak Gambar C.4 Minyak Biji Nyamplung

Proses Ekstraksi Sokletasi

Anda mungkin juga menyukai