Ilmu Negara (Word)
Ilmu Negara (Word)
Fakultas Hukum
Istilah Negara dterjemahkan dari kata-kata asing Staat (bahasa Belanda dan Jerman);
State (bahasa Inggris); Etat (bahasa perancis). Istilah Staat mempunyai sejarah sendiri,
dipergunakan dalam abad ke-15 di Eropa Barat. Anggapan umum staat itu dialihkan
dari kata Latin status atau statum (tegak/tetap).
Niccolo Machiavelli, bapak Ilmu Politik Modern, dalam bukunya The Prince, memulai
dengan kalimat: “Semua negara (stati) dan bentuk-bentuk pemerintahan yang pernah
ada dan yang sekarang menguasai manusia adalah republik dan kerajaan.” Machiavelli
yg pertama memperkenalkan istilah lo stato dalam kepustakaan Ilmu Politik.
Kata “Negara” mempunyai dua arti. Pertama, negara adalah masyarakat atau wilayah
yg merupakan satu kesatuan politis. Kedua, negara adalah lembaga pusan yang
menjamin kesatuan politis itu, yang menata dan dengan demikian menguasai wilayah
itu.
Sementara dalam Ilmu Politik, istilah “negara” adalah agency (alat) dari masyarakat
yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam
masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat.
Istilah “Ilmu Negara” diambil dari istilah bahasa Belanda Staatsleer yg diambilnya dr
istilah bahasa Jerman, Staatslehre. Dalam bahasa Inggris disebut Theory of State atau
The General Theory of State atau Political Theory, sedang dalam bahasa Prancis
dinamakan Theorie d’etat.
Ilmu Negara, sebagai istilah teknik, akibat hasil penyelidikan sarjana Jerman, George
Jellinek, yang juga disebut sbg bapak Ilmu Negara.
Ilmu Negara adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki asas-asas pokok dan
pengertian-pengertian pokok tentang Negara dan Hukum Tata Negara.
George Jellinek membagi Ilmu Negara: (1) Ilmu Negara dalam arti sempit
(staatswissenschften); (2) Ilmu Pengetahuan Hukum (rechtswissenschaften), yakni
HTN, HAN, H. Pidana, dsb.
Definisi negara
Aristoteles: Negara adl persekutuan drpd keluarga dan desa guna memperoleh hidup yg
sebaik-baiknya (dalam Politica);
Augustinus: Membagi negara atas Civitas Dei (negara Tuhan) dan Civitas
Terrena/Civitas Diaboli (Negara duniawi/negara iblis);
Machiavelli: Negara adalah negara kekuasaan, berpusat pada raja.
Thomas Hobbes, John Locke, dan JJ. Rosseau: Negara terbentuk melalui perjanjian
masyarakat;
Harold J.Laski: Negara adalah suatu masyarakat yg diintegrasikan karena mempunyai
wewenang yg bersifat memaksa dan sah lebih agung daripada individu atau kelompok
yg merupakan bagian dr masyarakat itu.
Max Weber: Negara adalah satu-satunya lembaga yg memiliki keabsahan utk
melakukan tindakan kekerasan thd warganya.
Robert m. Mac Yver: negara adalah asosiasi yg menyelenggarakan penertiban di dalam
suatu masyarakat dalam suatu wilayah berdasarkan sistem hukum yg diselenggarakan
oleh suatu pemerintah yg utk maksud tsb diberi kekuasaan memaksa.
Logeman: Negara sbg organisasi kewibawaan. Kewibawaan yg menyebabkan negara
sbg organisasi dpt hidup abadi, tidak tergantung kepada siapa yang
memerintahkannya.
Kranenburg: Negara sebagai suatu organisasi yg timbul karena kehendak dr suatu
golongan/bangsanya sendiri.
Konsep Islam:
a. Daulah (dinasti): sistem kekuasaan yg berpuncak pd pribadi yg didukung keluarga
(clan).
b.Khilafah: kekuasaan berasan dari konsensus (ijma’) dan bemberian legitimasi
(bay’ah);
c. Hukumah: kekuasaan lebih berhubungan dg sistem pemerintahan, mencakup
wewenang politik dan hukum.
d. Imamah/Khilafah: kepemimpinan umum bagi kaum muslimin di dunia utk
menegakkan hukum-hukum syari’at Islam dan mengemban dakwah Islam kesegenap
penjuru dunia.
e. Kesultanan: Wewenang.
Bab 2
unsur-unsur negara
Pasal 1
Montevideo (Pan American) Convention on Rights and Duties of States of 1933,
menyebut unsur-unsur negara sebagai berikut:
1. A permanent population;
2. A defined territory;
3. A government; and
4. A capacity to enter into relations with other states.
A. Penduduk/Rakyat Tertentu.
Maksud dari Rakyat adalah sekumpulan manusia dari kedua jenis kelamin yg hidup
bersama sehingga merupakan masyarakat, meskipun mereka ini mungkin berasal darii
keturunan, kepercayaan, dan kulit yg berlainan. Syarat penting utk unsur ini yaitu
rakyat atau masyarakat ini harus terorganisasi dengan baik (organized population).
Penduduk/Rakyat tertentu
Hak Warga Negara dari Negara:
1. Status Positif, yakni memberi hak kepada warga negera untuk menuntut
tindakan positif drpd negara mengenai perlindungan atas jiwa, raga, milik,
kemerdekaan, dsb.
2. Status Negatif, yakni memberi jaminan kepada warga negara bahwa negara
tidak boleh campur tangan terhadap hak-hak asasi warga negaranya;
3. Status Aktif, yakni memberi hak kepada setiap warga negara untuk ikut serta
dalam pemerintahan;
4. Status Pasif, yakni kewajiban bagi setia warga negara untuk menaati dan tunduk
kepada segala perintah negaranya.(Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih).
Kewarganegaraan
Ada 2 Asas Kewarganegaraan:
1. Asas Ius Sanguinas (law of the blood) , yaitu suatu asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara
tempat kelahiran;
2. Asas Ius Soli (law of the soil), yaitu suatu asas yg menentukan kewarganegaraan
seseorang berdasarkan tempat kelahiran.
Sedang Campuran dari 2 asas itu bilamana dua asas itu sekaligus diperlakukan. Hal ini
terjadi bila ditemukan kesulitan-kesulitan yg dpt membawa akibat seseorang
memperoleh kewarganegaraan lebih dari satu atau tidak berkewarganegaraan sama
sekali (a patride).
Dwi kewarganegaraan dan tanpa kewarganegaraan
1. Dwi Kewarganegaraan: Menurut syarat kewarganegaraan Inggris seorang yg
dilahirkan di dalam wilayah Inggris sebagai British Citizen walaupun orang
tuanya itu berwarga negara Belanda dan menurut kewarganegaraan Belanda,
seorang yg diturunkan oleh orang Belanda menjadi orang Belanda walaupun
dilahirkan di luar wilayah negeri Belanda.Dengan demikian timbul keadaan
bahwa orang mempunya dua macam kewarganegaraan;
2. Tanpa Kewarganegaraan: Menurut syarat kewarganegaraan Inggris seorang
yang dilahirkan di luar wilayah United Kingdom dari keluarga British Citizen dan
setelah 20 tahun tdk melaporkan diri ttg kewarganegaraan pada perwakilan
Inggris setempat dan batas waktu untuk melaporkan itu sudah lewat 12 bulan,
maka orang itu akan kehilangan kewarganegaraannya sebagai British Citizen dan
juga tidak memiliki kewarganegaraan lain sehingga ia menjadi tanpa
kewarganegaraan atau a patride (stateless).
B. Wilayah
Wilayah Tertentu (a defined territory) ialah batas wilayah dimana kekuasaan negara itu
berlaku. Batas-batas negara yang benar secara faktual belum tentu benar secara
yuridis, seperti apabila suatu wilayah diduduki musuh dan pemerintahannya dalam
pengasingan (in exile), atau karena suatu suatu sebab tidak dapat menjalankan
kekuasaan dalam wilayah negaranya, misalnya pemerintahan Palestina yang pernah
berkedudukan di Kairo (Mesir)--- (Bagir Manan).
Unsur rakyat maupun wilayah tidak ada batasnya, baik jumlah penduduk maupun luas
daerahnya, seperti Nauru, yg mempunyai penduduk 10.000 orang, luas negerinya
hanya mill persegi. Vatikan lebih kecil lagi.
Dalam praktik negara dan putusan pengadilan serta arbitrase ditetapkan bahwa utk
menjadi negara tidaklah perlu memiliki wilayah yg tetap atau memiliki batas-batas yg
tidak dalam sengketa, seperti Israel yg memproklamasikan diri pada 14 Mei 1948.
Dalam putusan pengadilan, lahir prinsip bahwa suatu negara dpt diakui asal memiliki
wilayah berapapun besarnya.
Karena keadaan tertentu, suatu negara tetap diakui sebagai subjek hukum
Internasional, meskipun negara tdk memiliki wilayah yg tetap atau tdk mempunyai
wilayah tertentu, seperti Palestina setelah wilayahnya diserobot Israel. Palestina diakui
oleh banyak negara, membuka kantor perwakilan, serta turut serta dalam konferensi-
konferensi Internasional dan perjanjian-perjanjian internasional.
Pada masa lampau laut sejauh 3 mil dari pantai (sesuai dg jarak tembak meriam)
dianggap sebagai perairan teritorial yg dikuasan sepenuhnya oleh negara tersebut,
namun kini jarak peluru missile lebih dari itu , sehigga beberapa negara (termasuk
Indonesia) mengusulkan agar perairan teritorial diperlebar menjadi 12 mil.
Penambangan minyak serta mineral lain di lepas pantai/landas benua (continental self)
, beberapa negara menuntut mengusulkan 200 mil sebagai economic zone, termasuk
menangkap ikan dan kegiatan ekonomi lainnya.
Perbatasan wilayah masih menjadi permasalahan, apakah perbatasan alamiah (laut,
sungai, gunung), atau apakah negara tdk mempunyai hub dg laut sama sekali (land
locked), atau apakan negara itu merupakan benua atau nusantara. Seperti Indonesia
dengan gagasan “Wawasan Nusantara”, bahwa semua perairan antara pulau-pulau
beserta selat dan muara sungai dianggap perairan pedalaman (internal waters), dimana
kedaulatan Indonesia berlaku sepenuhnya.
Teori Ketuhanan
Doktrin ketuhanan lahir sbg kontroversi kekuasaan politik abad pertengahan. Kaum
Monarchomach (berpendapat raja yg tiran dpt diturunkan dan dibunuh, sumber
kekuasaan adl rakyat). Sedang raja-raja menganggap sumber kekuasaan mereka
diperoleh dari Tuhan. Negara dibentuk oleh Tuhan dan para pemimpinnya ditunjuk oleh
Tuhan. Raja-raja hanya bertanggung-jawab kepada Tuhan, tidak kepada siapapun.
Teori Ketuhanan ada 2: 1/ Teori Ketuhanan Langsung, yakni bahwa utk menunjukkan
bahwa yg berkuasa dlm negara itu adl langsung oleh Tuhan; 2/ Teori Ketuhanan tidak
langsung, yakni bukan Tuhan sendiri yg memerintah melainkan raja atas nama Tuhan.
Raja memerintah atas kehendak Tuhan sbg karunia. Doktrin ini membuat kekuasaan
raja mendapatkan sifatNya yg suci (“Ketuhanan”), sehingga pelanggaran thd kekuasaan
raja merupakan pelanggaran thd Tuhan.
Teori kekuatan
Dalam Teori Kekuatan Negara yg pertama adl hasil dominasi dr kelompok yg kuat thd
kelompok yg lemah. Negara terbentuk dari penaklukan dan pendudukan. Etnis
kelompok yg lebih kuat atas kelompok etnis yg lebih lemah, sbg proses pembentukan
negara.
Menurut Machiavelli, seorang raja hrs kuat utk mengatasi kekacauan yg dihadapi
negara, ia dpt mempergunakan segala alat yg menguntungkan baginya. Kalau perlu
alat yg dipergunakan boleh melanggar perikemanusiaan.
Marx menganggap negara adl alat kekuasaan bagi segolongan manusia utk menindas
golongan manusia lainnya utk mencapai tujuannya. Ada pertentangan kelas di dalam
masyarakat krn ada perbedaan kekuatan ekonomi, yakni ekonomi kuat dan lemah,
pertentangan kelas ditujukan utk merebut kekuasaan negara, sebab negara adl alat
kekuasaan.
Teori Patriarkal
Bahwa ayah yg berkuasa dlm keluarga dan garis keturunan ditarik dari pihak ayah.
Keluarga berkembang biah dan terjadi beberapa keluarga yg semuanya dipimpin oleh
(ayah) kepala keluarga induk. Lambat laun keluarga-keluarga merupakan kesatuan
etnis yg besar dan terjadilah suku patriarkal (gens) yg pertama. Kepala suku
merupakan primus inter pares (sistem pemilihan seorang pemimpin atau kepala adat
atau kepala suku yg cara pelaksanaannya berdasarkan kelebihan fisik dan spiritual),
sampai saat dibentuk semacam pemerintahan yg disentralisasi. Suku-suku inilah yg
menjadi persekutuan-persekutuan etnis yg bercorak ragam, dan inilah benih pertama
dari negara. Negara adl perkelompokan beberapa suku.
Teori organis
Negara dipersamakan dg makhluk hidup, manusia atau binatang. Individu merupakan
komponen-komponen negara dianggap sbg sel-seo dari makhluk hidup itu.
Nicholas da Cusa (1401-1464): kehidupan korporal dari negara dpt disamakan dg
anatomi makhluk hidup, yakni bahwa pemerintah dpt disamakan sbg tulang belulang
manusia, UU sbg urat syaraf, raja sbg kepala, dan para individu sbg daging makhluk
hidup. Fisiologi negara sama dg fisiologi makhluk hidup dg kelahirannya, pertumbuhan,
perkembangan, dan kematiannya.
Teori patrimonial
Raja mempunyai hak milik thd daerahnya, maka semua penduduk di daerahnya hrs
tunduk kepadanya. Hak memerintah dan menguasai timbul dr pemberian tanah. Dalam
keadaa perang, raja-raja menerima bantuan dr kaum bangsanwan utk
mempertahankan negaranya dr serangan musuh. Jika perang selesai dg kemenangan,
para bangsawan yg membantu mendapat sebidang tanah sbg hadiah. Sehingga mereka
mendapat hak utk memerintah thd semua yg ada di atas tanah itu.
Teori alamiah
Pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles, Negara adl ciptaan alam. Kodrat manusia
membenarkan adanya negara, karena manusia pertama-tama adl makhluk politik dan
baru kemudian makhluk sosial. Katena kodrat itu, maka manusia ditakdirkan utk hidup
bernegara.
Negara adl organisasi yg rasional dan etis yg memungkinkan manusia mencapai
tujuannya dlm hidupnya, utk mencapai yg baik dan adil. Aristoteles meliha tujuan
negara adl dalm memberikan dan mempertahankan hidup yg baik bagi indvidu yg
merupakan komponen-komponen dr negara.
Teori historis
Teori Historis/Evolusionistis/Gradualistic Theory ialah bahwa lembaga-lembaga sosia tdk
dibuat, tp tumbuh scr evolusioner sesuai dg kebutuhan-kebutuhan manusia. Sebagai
lembaga sosial yg diperuntukkan guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia, maka
lembaga-lembaga itu tdk luput dr pengaruh tempat, waktu, dan tuntutan-tuntutan
zaman.
Pandangan pemikir islam
1. Ibnu Abi Rabi’: bahwa manusia tdk mgkn dpt mencukupi kebutuhan alaminya
sendiri tanpa bantua yg lain, shg mereka saling memerlukan. Hal ini menduorong
mereka saling membantu dan berkumpul serta menetap di satu tempat. Dari
proses demikianlah maka tumbuh kota-kota;
2. Al-Farabi: bahwa manusia adl makhluk sosial, makhluk yg mempunyai
kecenderungan alami utk bermasyarakat, krn tdk mampu memenuhi sgl
kebutuhannya sendiri tanpa bantuan atau kerja sama dg pihak lain. Adapun
tujuan bermasyarakat tdk semata-mata utk memenuhi kebutuhan pokok hidup,
tetapi jg utk menghasilkan kelengkapan hidup yg akan memberikan kpd manusia
kebahagiaan, tdk sj materiil, ttp jg spiritual, tdk sja di dunia, ttp jg di akhirat
nanti.
3. Al-Mawardi: Perbedaan bakat, pembawaan, dan kemampuan antara manusialah
yg mendorong bg mereka utk saling membantu. Hal itu mendorong manusia utk
bersatu, lalu akhirnya sepakat utk mendirikan negara. Hub kepala negara dan
rakyat adl hub dua pihak peserta kontrak sosial antara 2 pihak yg menimbulkan
hak dan kewajiban.
4. Imam Ghazali: Manusia itu makhluk sosial. Ia tidak dpt hidup sendirian, yg
disebabkan oleh 2 faktor: pertama, kebutuhan akan keturunan demi
kelangsungan hidup umat manusia, hak itu hanya mungkin melalui pergaulan
antara laki-laki dan perempuan serta keluarga; dan kedua, saling membantu
dalam penyediaan bahan makanan, pakaian, dan pendidikan anak. Manusia demi
kesehatan dan keamanannya dia memerlukan tempat tinggal atau rumah yg
kokoh utk melindungi dr udara panas, udara dingin, hujan, dan gangguan org-
org yg jahat atau pencuri dan serangan dr luar. Utk itu perlu kerjasama dan
saling membantu antar sesama manusia. Akhirnya kebutuhan itu lahirlah negara.
5. Ibnu Khaldun: Adanya organisasi kemasyarakatan merupakan suatu keharusan
bg hidup manusia. Manusia diciptakan oleh Tuhan dlm bentuk dan keadaan yg
hanya mungkin hidup dan bertahan dg bantuan makanan, demikian pula dg
keamanan, yg keduanya tdk mgkn dipenuhi sendirian, hrs ada kerja sama.
Bab 4
Tujuan dan Fungsi Negara
A.Tujuan Negara
Pembahasan tujuan dan fungsi negara secara inplisit mengadakan pemisahan warga
negara ke dalam 2 golongan:
1/ golongan yg menetapkan tujuan dan yang melaksanakan fungsi negara;
2/ golongan untuk siapa tujuan dan fungsi itu diadakan.
Pemerintah terjemahan dr kata Government (bahasa Inggris), Gouvernment (bahasa
Prancis), semua berasal dari kata Kubernan (bahasa Yunani).
Negara adl lembaga sosial yg diadakan manusia utk memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya yg vital.
Plato dalam bukunya Republic, menulis bahwa negara timbul karena adanya
kebutuhan-kebutuhan umat manusia. Tujuannya adl menyelenggarakan hidup yg baik
bg semua warga negaranya.
• Roger H. Soltau: Tujuan negara ialah memungkinkan rakyatnya berkembang
serta menyelenggarakan daya cipta sebebas mungkin.
• Shang Yang: Tujuan negara adl membentuk kekuasaan. Kekuasaan untuk
kekuasaan itu sendiri.
• Machiavelli dalam Il Principe: Pemerintah itu sbg cara utk memperoleh
kekuasaan dan menjalankan kekuasaan. Dia tdk setuju dg moral kekuasaan,
agama, dan sebagainya krn semuanya akan melemahkan raja dlm memerintah
negaranya. Penguasa sbg pemimpin negara hrs mempunyai sifat sebagai
serigala dan singa. Sebagai serigala ia dpt mengetahui dan membongkar rahasia
yg bs merobohkan negara krn kelicikannya. Sebagai singa ia bisa menaklukkan
binatang-binatang buas lainnya. Seorang raja tdk cukup hanya sebagai singa
saja, tp hrs licik dan kalau perlu boleh memungkiri janji utk menyelamatkan
negaranya.
Machiavelli memiliki tujuan negara yg lebih jauh, yakni kepentingan kehormatan dan
kebahagiaan bangsa.
• Emmanuel Kant: Tujuan negara adl utk membentuk dan mempertahankan
hukum.
• Marxisme-Leninisme: Tujuan negara adl utk membangun masyarakat komunis,
sehingga bonum pablicum (kebahagiaan bagi rakyatnya) selalu ditafsirkan dlm
rangka tercapainya masyarakat komunis, artinya segala alat kekuasaannya hrs
dikerahkan utk mencapai tujuan itu. Kesejahteraan dan keadilan terutama
ditekankan pd aspek kolektivisme, dan sering mengorbankan aspek
perseorangannya.
• Franz Magnis Suseno: Tujuan negara adl penyelenggaraan kesejahteraan umum.
Pembagian tugas-tugas negara dlm 3 kelompok:
1. Negara hrs memberikan perlindungan kpd para penduduk dlm wilayah ttt;
perlindungan thd ancaman penyakit atau thd bahaya-bahaya lainnya.
2. Negara mendukung atau langsung menyediakan berbagai pelayanan kehdupan
masyarakat dlm bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
3. Negara menjadi wasit yg tdk memihak antara pihak-pihak yg berkonflik dan
menyediakan suatu sistem yudisial yg menjamin keadilan dasar dlm hub sosial
masy.
B. Fungsi negara
Fungsi negara diartikan sbg tugas drpd organisasi negara utk mana negara itu
diadakan.
Fungsi negara pada abad XVI di Prancis ada 5, yaitu: a/ Diplomacie; b/ Defencie; c/
Financie; d/ Justicie. Fungsi-fungsi negara tsb diadakan hanyalay sekedar utk
memenuhi kebutuhan pemerintah yg masih diktator.
John Locke: Fungsi negara dpt dibagi menjadi tiga, yakni a/ fungsi legislatif; b/ fungsi
eksekutif; dan c/ fungsi federatif (kekuasaan yg meliputi semua, kecuali legislatif dan
eksekutif, meliputi kekuasaan keamanan negara, urusan perang dan damai dlm
keterkaitannya dg hub luar negeri). Tugas mengadili termasuk tugas eksekutif.
Montesquieu: Fungsi negara menjadi tiga, yakni a/ fungsi legislatif; b/ fungsi eksekutif;
c/ fungsi yudikatif. Fungsi federatif termasuk fungsi eksekutif.
Ivor Jennings, dlm bukunya “The Law and the Constitutions”, membedakan kekuasaan
dlm arti materiildan dlm arti formal. Pembagian dlm arti materiil adl pembagian itu
dipertahankan dg prisipiil dlm fungsi-fungsi kenegaraan yg scr karakteristik
memperlihatkan adanya pemisahan kekuasaan itu pd tiga bagian. Sedang pemisahan
kekuasaan dlm arti formal, pemisahan kekuasaan itu tdk dipertahankan scr prinsipil.
Bagir Manan: ajaran pemisahan kekuasaan Montesquieu, pada dasarnya berintikan
independensi masing-masing alat kelengkapan negara (legislatif, eksekutif, dan
yudikatif). Montesquieu berpendapat, setiap percampuran kekuasaan, seluruh atau dua
diantara tiga, dipastikan akan menimbulkan kekuasaan atau pemerintahan yg
sewenang-wenang.
Dalam perkembangannya, wewenang membentuk hukum tdk hanya legislatif, ttp jg
kekuasaan administrasi negara (eksekutif) dlm bentuk peraturan administrasi negara
atau peraturan yg dibuat berdasarkan pelimpahan badan legislatif (delegated
legislation).
Hakim bkn sekedar bouche de la loi atau speekbuis van de wet (mulut atau corong
peraturan) ttp menjadi penerjemah atau pemberi makna melalui penemuan hukum
(rechtsvinding) atau konstruksi hukum (rechtsconstruktie) dlm bentuk-bentuk
penafsiran, analogi, penghalusan hukum, dll, bahkan menciptakan hukum-hukum baru
(rechtschepping) melalui putusan-putusannya (judge made law).
Van Vallenhoven: fungsi negara yakni a/ Regeling; b/ Bestuur; c/ Rechtspraak; d/
Politie. Dikenal dg ajaran Catur Praja.
Goodnow: Reaksi ajaran yg menghendaki cara penggantian org-org dlm pemerintahan,
fungsi negara yakni a/ Policy making; dan b/ Policy executing. Terkenal dg ajaran
Dwipraja (dichotomy).
Ajaran Spoil System dari Andrew Jackson (AS), yg berpendapat bahwa apabila st
pemerintahan berganti, maka semua pegawai diganti oleh pemerintah yg baru.
Menurut Goodnow, thd policy makers boleh dilaksanakan sistem Andrew Jackson, tp
policy executors tdk perlu dipakai, ajaran ini disebut merit system, krn mengutamakan
kegunaan.
Sebelum Montesquieu mengajarkan trias politika, agama Islam mengajarkan “taqsimu
al-adawati al-hukumiyah” (pembagian alat-alat kekuasaan).
Menurut Maududi, fungsi negara ada 3:
1. Legislatif: Ahli Ijma’(badan perwakilan yg keputusannya menjadi hukum), Ahli al-
hall wa al-aqd (lembaga penengah dan pemberi fatwa), semua tdk bertentangan
dg Al-Qur’an dan Al-sunah.
2. Eksekutif: Ulil-amri.
3. Yudikatif: Qodhi di tiap daerah, dg seorang kepala seluruh qadhi di Pem pusat.
Bab 5
Tipe-Tipe Negara
BAB 6
TEORI KEKUASAAN DAN LEGITIMASI KEKUASAAN NEGARA
A. Kekuasaan Negara.
• Max Weber: “Kekuasaan adalah kemampuan untuk, dalam suatu hubungan
sosial, melaksanakan kemauan sendiri sekalipun mengalami perlawanan, dan apa
pun dasar kemampuan ini”;
• Harold D. Laswell & Abraham Kaplan: “Kekuasaan adalah suatu hubungan
dimana seseorang atau sekelompok orang dapat menentukan tindakan
seseornag atau kelompok lain ke arah tujuan dari pihak pertama”;
• Talcott Parsons: “Kekuasaan adalah kemampuan untuk menjamin terlaksananya
kewajiban-kewajiban yang mengikat, oleh kesatuan-kesatuan dalam suatu sistem
organisasi kolektif. Kewajiban adalah sah jika menyangkut tujuan-tujuan kolektif.
Jika ada perlawanan, maka pemaksaan melalui sanksi-sanksi negatif dianggap
wajar, terlepas dari siapa yang melaksanakan pemaksaan itu”.
Teori Kekuasaan
• Ibnu Khaldun: “Kekuasaan negara adalah dominasi dan memerintah atas dasar
kekerasan. Kekuasaan tdk dpt ditegakkan tanpa kekuatan yang menunjangnya.
Kekuatan penunjang ini hanya dpt diberikan oleh solidaritas dan kelompok yang
mendukungnya. Tanpa suatu kekuatan yang selalu dalam keadaan siap siaga,
dan bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kepentingan bersama, maka
kekuasaan penguasa tdk akan dpt ditegakkan. Kekuatan seperti itu hanya dapat
ditegakkan dengan solidaritas (‘ashabiyah)”.
Kekuasaan negara juga disebut ‘otoritas’ (authority)/wewenang:
• Robert Bierstedt: “wewenang adl institutionalized power (kekuasaan yang
dilembagakan), yaitu kekuasaan yg tdk hanya de facto menguasai, melainkan jg
berhak utk menguasai”;
• Harold D. Laswell & Abraham Kaplan: “wewenang adl kekuasaan formal (formal
power). Dianggap bahwa yg mempunyai wewenang (authority) berhak utk
mengeluarkan perintah dan membuat peraturan-peraturan serta berhak utk
mengharapkan kepatuhan thd peraturan-peraturannya. Wewenang semacam itu
bersifat deontis (yang harus, Yunani).
Wewenang
Max Weber membagi wewenang menjadi 3 macam:
1. Tradisional: berdasarkan kepercayaan diantara anggota masyarakat bahwa
tradisi lama serta kedudukan kekuasaan yg dilandasi oleh tradisi itu adl wajar
dan patut dihormati;
2. Kharismatik: berdasarkan kepercayaan masyarakat pd kesaktian dan kekuatan
mistik atau religius seorang pemimpin;
3. Rasional-legal: berdasarkan kepercayaan pada tatanan hukum rasional yg
melandasi kedudukan seorang pemimpin. Yang ditekankan bukan orangnya akan
tetapi aturan-aturan yang mendasar tingkah lakunya.
Logeman membagi wewenang menjadi 5 macam:
1. Berdasarkan ‘magic’/kekuasaan ghaib;
2. Berdasarkan ‘dinasti’ atau hak keturunan;
3. Berdasarkan ‘kharisma’;
4. Berdasarkan atas ‘kehendak rakyat melalui perwakilan’;
5. Daripada ‘elite’.
B. Legitimasi kekuasaan
• Miriam Budiardjo: Legitimasi atau keabsahan adalah keyakinan anggota-anggota
masyarakat bahwa wewenang yang ada pada seseorang, kelompok, atau
penguasa adalah wajar dan patut dihormati. Kewajaran itu berdasarkan persepsi
bahwa pelaksanaan wewenang itu sesuai dengan asas-asas dan prosedur yang
sudah diterima secara luas dalam masyarakat dan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dan prosedur yang sah;
• David Easton: Keabsahan adalah keyakinan dari pihak anggota masyarakat
bahwa sudah wajar baginya untuk menerima baik dan menaati penguasa dan
memenuhi tuntutan-tuntutan dari rezim itu;
• A.M. Lipset: Legitimasi mencakup kemampuan untuk membentuk dan
mempertahankan kepercayaan bahwa lembaga-lembaga atau bentuk-bentuk
politik yg ada adalah yg paling wajar untuk masyarakat itu.
Legitimasi dari segi objek:
1. Legitimasi Materi Wewenang, mempertanyakan wewenang dari segi fungsinya:
untuk tujuan apa wewenang dpt dipergunakan dg sah? Wewenang tertinggi dlm
dimensi politis kehidupan manusia menjelma dlm 2 lembaga yg sekaligus
merupakan 2 dimensi hakiki kekuasaan politik; dalam hukum sbg lembaga
penataan masyarakat yg normatif, dan dlm kekuasaan (eksekutif) negara sbg
lembaga penataan efektif dlm arti mampu mengambil tindakan. Terhadap hukum
dikemukakan pertanyaan tentang hukum yang macam apa yang boleh dianggap
sah. Apakah sembarang hukum asal pernah ditetapkan? Apakah hukum harus
mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat tertentu sehingga kita dapat membedakan antara
hukum yang sah dan hukum yg tidak sah?. Terhadap negara, pertanyaan paling
fundamental adl apakah negara memang berhak ada: apakah dpt dibenarkan bhw
dlm setiap masyarakat tdp lembaga pusat yg berwenang utk menetapkan norma-
norma kelakuan bg para anggota masyarakat dan memaksakan ketaatan? Sejauh
mana negara berhak utk menuntut ketaatan dari warga-warganya dan sejauh mana
para warga wajib taat thd negara?
2. Legitimasi Subjek Kekuasaan (wewenang), mempertanyakan apa yg menjadi dasar
wewenang seseorang atau sekelompok org utk membuat UU dan peraturan bg
masyarakat dan utk memegang kekuasaan negara.
Frans Magnis Suseno: Ada 3 macam legitimasi subjek kekuasaan:
1. Legitimasi Religius: mendasarkan hak utk memerintah pada faktor-faktor yang
adi duniawi, jd bkn pd kehendak rakyat atau pd suatu kecakapan empiris khusus
penguasa;
2. Legitimasi Eliter: mendasarkan hak utk memerintah pd kecakapan khusus suatu
golongan utk memerintah. Paham legitimasi itu berdasarkan anggapan bahwa
utk memerintah masyarakat diperlukan kualifikasi khusus yg tdk dimiliki oleh
seluruh rakyat. Mereka yg memilikinya merupakan elite masyarakat dan dg
sendirinya berhak utk memegang kekuasaan. Dibedakan menjadi 4: legitmasi
Aristokratis, Legitimasi Pragmatis, Legitimasi Ideologis, & Legitimasi Teknokratis.
3. Legitimasi demokratis: mendasarkan prinsip kedaulatan rakyat.
Bab 7
Teori Konstitusi
B. Pengertian konstitusi
Istilah Konstitusi berasal dr “constituer” (bhs Prancis) yg berarti membentuk. Maksud
konstitusi ialah pembentukan suatu Negara atau menyusun dan menyatakan suatu
Negara (Wirjono Projodikoro). Sedangkan istilah Undang-Undang Dasar merupakan
terjemahan istilah Belanda: “Grondwet”.
Konstitusi berasal dr istilah Inggris “constitution”, konstitusi memiliki arti lebih luas baik
yg tertulis maupun tidak tertulis.
Dalam bahasa latin, kata konstitusi berasal dri kata “cume” (bersama dengan) dan
“statuere” (berdiri).
UUD 1945 menganut pemikiran sosiologis, dlm penjelasannya dikatakan: “undang-
undang dasar suatu Negara ialah hanya sebagian dr hukumnya dasar Negara itu.
Undang-undang dasar ialah hukum dasar yg tertulis, sedang di samping undang-
undang dasar itu berlaku juga hukum dasar yg tdk tertulis,ialah aturan-aturan dasar yg
timbul dan terpelihara dlm praktik penyelenggaraan Negara, meskipun tdk tertulis”.
Adapun penganut paham modern yg tegas-tegas menyamakan pengertian konsitusi dg
UUD antara lain C.F Strong dan James Bryce.
UUD dpt dirumuskan:
1. Suatu kumpulan kaidah yg memberikan pembatasan-pembatasan kekuasaan
kepada para penguasa;
2. Suatu dokumen ttg pembagian tugas dan sekaligus petugasnya dr suatu system
politik;
3. Suatu deskripsi dr lembaga-lembaga Negara;
4. Suatu deskripsi yg menyangkut masalah HAM.
E. Supremasi konstitusi
Tidak semua negara memberi kedudukan yg lebih tinggi kpd UUD drpd UU dlm arti
formal. Konstitusi dlm arti luas bisa dlm bentuk UUD, UU, kebiasaan, konvensi.
Lord Bryce membagi menjadi 2:
1. Fleixble Constitution: Konstitusi yg dibuat dan diubah dg cara yg sama seperti
UU;
2. Rigid Constitution: Konstitusi yg memerlukan persyaratan lebih berat dlm
prosedur perubahan.
K.C. Wheare: “Dengan menempatkan konstitusi pd kedudukan yg tinggi (supreme) ada
semacam jaminan bahwa konstitusi iu akan diperhatikan dan ditaati dan menjamin agar
konstitusi tdk akan dirusak dan diubah begitu saja scr sembarangan.
Kelsen: “UUD menduduki tempat tertinggi dlm hukum nasional, sebab itu UUD
merupakan fundamental law. Utk itu harus ada hak menguji sbg “guarantees of the
constitution”.
B. Hakikat kedaulatan
• Dalam terminologi ilmu politik modern, kata Kedaulatan digunakan utk
mengartikan kemaharajaan mutlak atau kekuasaan raja yg paripurna.
Kedaulatan memiliki hak yg tdk dpt diganggu gugat utk memaksakan perintah-
perintahnya kpd semua rakyat negara yg bersangkutan dan sang rakyat ini
memiliki kewajiban mutlak utk menaatinya tanpa memperhatikan apakah mereka
bersedia atau tidak.
C. Macam-macam kedaulatan
1. Kedaulatan Tuhan:
• berkembang di abad pertengahan (abad ke-5 s/d abad ke-15), seiring
perkembangan agama baru, yakni Kristen, yang kemudian diorganisasi dlm sutau
organisasi keagamaan, yaitu gereja yg dikepalai oleh seorang Paus.
• Augustinus: Yang mewakili Tuhan di dunia ini, juga suatu negara adalah Paus;
• Thomas Aquinas: Kekuasaan raja dan Paus itu sama, hanya saja tugasnya
berlainan, raja di lapangan keduniawian, sedang Paus di lapangan keagaman;
• Marsilius: Kekuasaan itu ada pada negara atau raja;
• Konsep Islam: Kedaulatan hanya milik Allah semata, dan hanya dialah pemberi
hukum, organisasi-organisasi politik negara Islam disebut khilafah. Manusia
adalah khlifah Tuha di bumi yg bertugas melaksanakan dan menegakkan
perintah dr pemegang kedaulatan. A. Azhar Basyir berpendapat predikat teokrasi
tdk tepat, Islam tdk mengenal kekuasaan negara yg menerima limpahan dr
Tuhan. Kekuasaan negara berasal dri ummat dan bertanggung jawa kepada
ummat.
2. Kedaulatan Raja.
• Marsilius: raja adl wakil Tuhan utk melaksanakan kedaulatan atau memegang
kedaulatan di dunia, dan bertanggung jawab kepada Tuhan.
• Penentang ajaran ini Niccolo Machiavelli, yg mengatakan hukum negaralah yg
hrs ditaati, dan negaralah satu-satunya yg berwenang menentukan hukum;
• Martin Luther King (1517): “Gereja telah menyelenggarakan kekuasaan utk
memperoleh kekayaan dan kekuasaa duniawi, ini adl akibat kekusaan yg tdk
terkontrol.
• Lalu muncul ajara dr Monarchomachen (abad ke-16) yg membatasi kekuasaan
raja.
• Brutus (1579), tokoh Monarchomachen, dlm bukunya Vindiciae contra Tyrannos,
menyatakan bahwa meskipun raja dipilih oleh Tuhan, ttp diangkat berdasarkan
persetujuan rakyat. Bila raja sewenang-wenang,maka hak setiap org utk
melawan
3. Kedaulatan Negara.
• Ajaran Kedaulatan Negara sebenarnya merupakan kelanjutan dari ajaran
kedaulatan raja. Ajaran ini timbul di Jerman utk mempertahankan kedudukan
raja yg waktu itu memperoleh dukungan dr 3 lapisan masyarakat , yakni:
a. Golongan bangsawan atau Junkertum;
b. Golongan angkatan perang atau Militair
c. Golongan alat-alat pemerintah atau Birokrasi.
Oleh krn itu negara pny arti yg abstrak, yg memegan kekuasaan dlm negara adl raja,
pengertia negara yg abstrak dikonkretkan dlm tubuh raja. Ajaran ini disebut
Verkulpringstheorie: negara menjelma dlm tubuh raja.
Kedaulatan negara sering disebut kedaulatan raja-raja modern (moderneverstenso
uvereiniteit).
• Kedaulatan Negara/Staatssouvereiniteit: Kekuasaan tertinggi itu ada pada
negara, entah kekuasaan itu sifatnya absolut, entah terbatas. Negara yg
menciptakan hukum, jd sgl sst hrs tunduk pd negara. Tokoh: Jean Bodin dan
George Jellinek.
4. Kedaulatan Hukum/rechts-souvereineteit
Kekuasaan tertinggi di dalam suatu negara itu adl hukum itu sendiri. Karena itu baik
raja/penguasa maupun rakyat/warga negara, bahkan negara itu sendiri semuanya
tunduk kepada hukum. Tokoh: Krabbe.
5. Kedaulatan Rakyat/popular souvereignty
Kekuasaan rakyat yg benar-benar berdaulat dlm hub ini ialah rakyat yg diperintah.
• John Locke: rakyat yg menyerahkan kekuasaan kepada negara, dengan demikian
negara memiliki kekuasaan yg besar, ttp kekuasaan itu ada batasnya, batas itu
adalah hak alamiah dari manusia, yg melekat padanya ketika manusia itu lahir.
Karena itu, negara tdk bs mengambil atau mengurangi hak alamiah itu. Hak tsb
adl hak atas kehidupan, kemerdekaan, dan milik pribadi. Negara didirikan utk
melindungi hak-hak ini. Kata Locke: “Negara diciptakan krn suatu perjanjian
kemasyarakatan antar rakyat. Tujuannya ialah melindungi hak milik, hidup,
kebebasan, baik thd bahaya-bahaya dr dlm maupun bahaya-bahaya dr luar. Org
memberikan hak-hak alamiah kpd masyarakat, tetapi tdk semuanya”.
• Rousseau: kedaulatan rakyat ini menjadi kedaulatan yg mutlah berdasarkan
volunte generale dari rakyat itu. Kekuasaan tertinggi dari rakyat, oleh rakyat dan
utk rakyat.
Bab 9
Teori demokrasi
Tipe-tipe demokrasi:
1. Demokrasi Klasik:
Ciri-cirinya:
a. Partisipasi langsung warga negara dlm fungsi-fungsi legislatif dan yudikatif;
b. Majelis rakyat memiliki kekuasaan tertingg;
c. Berbagai metode pemilihan kandidat pejabat publik (pemilihan langsung,
perwakilan, rotasi);
d. Tdk ada perbedaan hak istimewa yg membedakan rakyat biasa dg pejabat
publik;
e. Kecuali posisi yg berhubungan dg peperangan, jabatan yg sama tdk blh
dipegang lebih dr dua kali oleh org yg sama;
f. Masa jabatan yg pendek utk semua para pegawai publik digaji.
2. Republikanisme protektif
Ciri-cirinya:
a. Keseimbangan kekuasaan antara rakyat, aristokrasi dan monarki dihubungkan pd
sebuat konstitusi campuran atau pemerintahan campuran dg persetujuan
kekuatan-kekuatan politik yg utama utk memainkan sebuah peran aktif dlm
kehidupan;
b. Partisipasi warga negara dicapai melalui kemungkinan mekanisme yg berbeda,
termasuk pemilihan konsul-konsul, atau para wakil rakyat utk menjalankan tugas
sbg dewan-dewan penguasa;
c. Kelompok-kelompok sosial yg saling bersaing mengajukan dan mempertahankan
kepentingan-kepentingan meraka;
d. Kebebasan-kebebasan berpendapat, berekspresi, dan berserikat;
e. Peraturan hukum.
4. Demokrasi protektif
Ciri-cirinya:
a. Kekuasaan sepenuhnya berada di tangan rakyat, namun tetap para wakil yg scr
sah dpt melaksanakan fungsi-fungsi negara;
b. Pemilu, surat suara rahasia, kompetisi antra golongan, pemimpin-pemimpin atau
partai-partai potensial dan aturan mayoritas merup dasar institusional utk
membentuk pertanggungjawaban mereka yg memimpin;
c. Kekuasaan negara hrs tdk mengenai org-org ttt, yaitu scr hk dibatasi, dan
dipisahkan antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif;
d. Pemusatan konstitusionalisme utk menjamin kebebasan dr tindakan sewenang-
wenang dan keadilan di depan hk dlm bentuk hak-hak atau kebebasan politik
dan sipil, diatas semua yg terkait dg kebebasan berbicara, berekspresi, bekerja
sama, memilih, dan beragama;
e. Pemisahan negara dr masy sipil, yaitu scr umum wilayah tindakan negara
dibatasi scr tegas sampai pembentukan kerangka kerja yg memperbolehkan
penduduk utk menjalankan kehidupan pribadi mereka bebas dr risiko kekerasan,
tingkah laku sosial yg tdk dpt diterima, dan campur tangan politik yg tdk
dikehendaki;
f. Kompetisi pusat-pusat kekuasaan dan kelompok-kelompok kepentingan.
5. Demokrasi developmental
Ciri-cirinya:
a. Kepemimpinan populer dg hak suara universal (bersama dg sistem alokasi suaru
yg proporsional);
b. Pemerintahan perwakilan (kepemimpinan yg terpilih, Pemilu reguler, surat suara
rahasia, dll);
c. Pengawasan konstitusional utk menjamin batasan-batasan dan pembagian dlm
kekuaaan negara, dan utk memastikan promosi hak-hak individu, di atas semua
yg terkait dg kebebasan berpikir, merasakan, mencoba, berdiskusi, publikasi,
kombinasi, dan pencarian scr individu ‘rencana kehidupan’ yg dipilih;
d. Batasan yg jelas dewan parlementer dr birokrasi publik, yaitu pemisahan fungsi-
fungsi org-org yg dipilih dr org-org specialis (ahli) administrasi;
e. Keterlibatan rakyat dlm cabang-cabang pemerintahan berbeda melalui suara,
partisipasi yg luas dlm pemerintahan lokal, perdebatan publik, dan pelayanan
umum.
8. Demokrasi pluralisme
Ciri-cirinya: Pluralisme Klasik (PK) dan Neo-Pluralisme (NP).
a. (PK) Banyak kelompok kepentingan yg saling melingkupi; (NP) Banyak kelompok
tekanan, tp agenda politik memiliki bias thd kekuatan korporasi;
b. (PK) Pemerintah menengahi dan menjadi hakim antarpermintaan: (NP) Negara, dan
departemen-departemennya membentuk kepentingan sekat mereka sendiri;
c. (PK) Aturan-aturan konstitusional yg tertanam dlm kultur politik yg mendukung; (NP)
Aturan-aturan kontitusional berfungsi dlm konteks kultur politik yg beragam dan sistem
yg terdiri dr sumber daya ekonomi yg sangat tdk setara.
9. Demokrasi legal
Ciri-cirinya:
a. Negara konstitusional (diperagakan pd ciri-ciri tradisi politik Anglo-Amerika,
termasuk pemisahan kekuasaan yg jelas);
b. Aturan hukum;
c. Intervensi negara yg minimal dlm masyarakat sipil dan kehidupan pribadi.
d. Masyarakat pasar bebas diberikan cakupan kemungkinan yg peling penuh.
A. Bentuk Negara
adalah merupakan batas antara peninjauan secara sosiologis dan peninjauan secara
yuridis mengenai negara. Peninjauan secara sosiologis yaitu apabila negara dilihat
secara keseluruhan tanpa melihat isinya dan sebagainya. Disebut peninjauan secara
yuridis yaitu apabila negara hanya dilihat dari isinya atau strukturnya.
Bentuk Negara tidak sama dengan Bentuk Pemerintahan.
Bentuk Negara menurut perkembangan sejarahnya, yakni sejak zaman Yunani Kuno
hingga sekarang:
1/ Bentuk Negara pada zaman Yunani Kuno, yaitu:
a. Aristokrasi, pemerintahan oleh Aristoktrat(cendekiawan) sesuai dg pikiran
keadilan
b. Timokrasi, pemerintahan oleh org-org yg ingin mencapai kemasyhuran dan
kehormatan
c. Oligarchi, pemerintahan oleh para hartawan
d. Demokrasi, pemerintahan oleh rakyat miskin
e. Tirani, pemerintahan oleh seorang penguasa yg bertindak scr sewenang-wenang
2/ Bentuk Negara pada Zaman Pertengahan.
Jellinek memberikan ukuran utk membedakan berdasarkan cara pembentukan
kemauan negara, yakni:
a. Kerajaan: Pembentukan kemauan terjadi seluruhnya di dalam badan seseorang
dan keuan negara terbentuk terlihat sbg kemauan yg ttt berbadan dan
individual;
b. Republik: Kemauan negara tercapai berdasarkan kejadian yuridis menurut
tnidakan-tindakan kemauan banyak orang yg berbadan, shg kemauan itu tdk
terlihat sbg kemauan satu org melainkan kemauan badan yg hny mempunyai
bentuk realitas scr yuridis saja.
B. Sistem pemerintahan
1. Negara dg sistem pemerintahan presidensial: Pemerintahan perwakilan rakyat yg
representatif, dengan sistem pemisahan kekuasaan secara tegas, antara kekuasaan
eksekutif dengan kekuasaan legislatif yg diartikan bahwa kekuasaan eksekutif itu
dipegang oleh suatu badan atau organ yg di dalam menjalankan tugas eksekuti itu tdk
bertanggung jawab kepada badan perwakilan rakyat. Badan perwakilan rakyat,
memegang kekuasaan legislatif, yg bertugas membuat dan menentukan peraturan-
peraturan hukum. Pimpinan badan eksekutif dan legislatif bertanggungjawab langsung
kepada rakyat, tdk melalui badan perwakilan rakyat. Presiden menjalankan
pemerintahan dlm arti yg sebenarnya, dibantu oleh oleh menteri-menteri yg
bertanggung jawab kepada presiden. Badan perwakilan tdk dpt memberhentikan
presiden dan menteri-menteri. Apabila ada perselisihan antara badan eksekutif dan
badan legislatif maka yg badan yudikatif yg akan memutuskannya.
2.Sistem Pemerintahan Parlemen
Pemerintahan perwakilan rakyat yg representatif, dg sistem pemisahan kekuasaan,
tetapi diantara badan-badan yg diserahi kekuasaan itu, terutama antara badan legislatif
dg badan eksekutif, ada hub yg bersifat timbal balik, dpt saling mempengaruhi.
Hub yg erat antara badan eksekutif dg badan legislatif. Tugas atau kekuasaan eksekutif
di sini diserahkan kpd suatu badan yg disebut kabinet atau dewan menteri. Kabinet
dipimpin oleh seorang Perdana Menteri, yg bertanggung jawab kepada badan
perwakilan rakyat. Badan eksekutif tdk hrs mengikut sgl apa yg dikehendaki badan
perwakilan rakyat, tetapi kabinet masih mempunyai kebebasan dlm menentukan
kebijakannya terutama mengenai langkah-langkah pemerintahannya. Jika badan
perwakilan tdk membenarkan kebijakan badan ekseku tif, maka badan perwakilan dpt
menyampaikan “mosi tidak percaya”.
Akibat mosi tidak percaya badan legislatif, maka badan eksekuti harus mengundurkan
diri. Pertanggung jawaban in dpt scr perseorangan atau dpt jg bersama-sama utk
menteri-menteri seluruhnya. Inilah yang disebut sebagai “krisis kabinet”.
Sebagai imbangan thd tanggung jawab menteri dlm sistem ini pemerintahan dpt
membubarkan badan perwakilan, artinya apabila dlm perselisihan antara badan
perwakilan dan kabinet kemudian kabinet berpendapat bahwa badan perwakilan rakyat
tsb tdk lagi mencerminkan kemauan rakyat, mk pemerintah dpt membubarkan badan
perwakilan dan dg segera mengadakan pemilihan baru, tetapi lazimnya pembubaran ini
hanya diperkenankan utk satu kali saja. Apabila dlm pemilihan yg baru ternyata
menghasilkan badan perwakilan yg suaranya membenarkan badan perwakilan yg dulu,
mk pemerintah yg hrs bubar. Begitupun sebaliknya, apabila badan perwakilan rakyat yg
baru dpt menerima baik pertanggung jawaban kebijaksanaan kabinet yg membubarkan
badan perwakilan rakyat, maka kebijaksanaan kabinet berarti betul.
Ciri yg pertama adl merupakan ciri pokok dr sistem parlementer. Sedangkan ciri yg
kedua adl merupakan ciri pokok dr sistem presidensial. Ciri yg ketiga adl ciri yg tdk
terdapat baik dlm sistem presidensial maupun dlm sistem parlementer. Justru ciri yg
ketiga inlah merupakan konsekuensi dri dianutnya cir pertama dan kedua secara
bersama-sama.