DISUSUN OLEH :
(201849025)
TAHUN 2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN
Kasus:
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura terbagi lagi menjadi
transudat, eksudat, dan hemoragi.
1) Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri)
sindrom nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatis), sindrom vena kava superior,
tumor, dan sindrom meias.
2) Eksudat dapat disebabkan oleh infeksi, TB, pnemonia, tumor, infrak paru, radiasi,
dan penyakit kolagen.
3) Efusi hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infrak paru, dan
tuberkolosis Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi menjadi
unilateral dan bilateral.
Efusi unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya
akan tetapi efusi bilateral diteukan pada kegagalan jantung kongestif, sindrom nefrotik,
asites, infrak paru, lupus eritematosus sistemis, tumor, dan tuberkolosis.
Eksudasi Transudasi
Hipothalamus
Neurotransmiter
(BPH : bradikinin, Di dalam Di dalam
prostaglandin dan histamin) alveolus pleura
Peningkatan permeabilitas
Saraf Eferen Penumpukan
kapiler/gangguan absorbsi
eksudat
getah bening
Nyeri Ekspansi
dipersepsikan Batuk Penumpukan
paru bersputum cairan
menurun dalam rongga
Nyeri akut pleura
Sesak
Mendorong diafragma
Ketidakefektifan
pola nafas Penekanan pada lambung
Mual
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
2. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1) Identitas Klien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai,
status pendidikan dan pekerjaan pasien.
2) Keluhan utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan
effusi pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada,
nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir
terutama pada saat batuk dan bernafas
3) Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-
tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat
badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan
itu muncul.
4) Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan kepada pasien apakah pasien pernah menderita penyakit seperti
TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
5) Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-
penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru,
asma, TB paru dan lain sebagainya.
6) Pengkajian Pola-Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola aktivitas atau istirahat
Klien mengalami kelemahan, ketidakmampuan kebiasaan rutin,
dipsnea karena aktivitas. Untuk memenuhi kebutuhan ADL
sebagian kebutuhan pasien biasanya di bantu oleh perawat dan
keluarganya (Arif Muttaqin, 2008)
b. Pola Eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai
kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena biasanya pada
pasien efusi pleura keadaan umum pasien lemah, pasien akan
lebih banyak bedrest, sehingga akan menimbulkan konstipasi.
c. Pola nutrisi dan metabolism
Perlu ditanyakan kebiasaan makan
dan minum sebelum dan sesudah MRS pasien dengan efusi pleura
akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas.
Peningkatan metaboplisme
akan terjadi akibat proses penyakit pasien dengan efusi pleura
keadaan umumnya lemah. (Arif Muttaqin, 2008).
d. Pola aktivitas dan latihan
Karena adanya sesak napas pasien akan cepat mengalami kelelahan pada
saat aktivitas.
e. Pola istirahat dan tidur
Karena adanya sesak nafas akan berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan istirahat
tidur pada pasien dengan ganguan efusi pleura. Hospitalisasi juga dapat
membuat pasien merasa tidak tenang karena suasananya yang berbeda
dengan lingkungan di rumah.
f. Pola hubungan dan peran
Karena proses penyakitnya, pasien dengan gangguan efusi
pleura akan mengalami perubahan peran, baik peran dalam
keluarga maupun dalam lingkungannya (Arif Muttaqin, 2008).
g. Pola persepsi dan konsep dirti
Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang tadinya
sehat, tiba-tiba mengalami sakit, sesak nafas. Sebagai seorang awam,
pasien mungkin akan beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit
berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini pasien mungkin akan
kehilangan gambaran positif terhadap dirinya.
h. Pola sensori dan kognitif
Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga
dengan proses berpikirnya.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan Pertukaran Gas b.d Ketidak Seimbangan Ventilasi-Perfusi d.d
PCO2 Meningkat
Definisi: Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi
karbondioksida pada membrane alveolus-kapiler.
Penyebab:
a. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
b. Perubahan membrane alveolus-kapiler
Gejala dan Tanda Mayor:
Subjektif: dyspnea
Objektif:
a. PCO2 meningkat/ menurun
b. PO2 menurun
c. Takikardia
d. PH arteri meningkat/ menurun
e. Bunyi nafas tambahan
Gejala dan Tanda Minor:
Subjektif
a. Pusing
b. Penglihatan kabur
Objektif:
a. Sianosos
b. Diaphoresis
c. Gelisah
d. Nafas cuping hidung
e. Pola nafas abnormal (cepat/lambat, regular/ireguler,
dalam/dangkal)
f. Warna kulit abnormal (pucat kebiruan)
g. Kesadaran menurun
2) Pola Nafas Tidak Efektif b.d Hiperventilasi d.d Pola Nafas Abnormal
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan
ventilasi adekuat.
Penyebab:
a. Depresi pusat pernafasan
b. Hambatan upaya nafas (mis. Nyeri saat bernafas, kelemahan otot
pernafasan)
c. Deformitas dinding dada, derormitas tulang dada, gangguan
neuromuscular, gangguan neurologis (mis. Elektroensefalogram
atau EEG positif, cedera kepala, gangguan kejang
d. Imaturitas neurologis
e. Penurunan energy
f. Obesitas
g. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
h. Sindrom hipoventilasi
i. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 keatas)
j. Cedera medulla spinalis
k. Efek agen farmakologis
l. Kecemasan
Gejala dan Tanda Mayor:
Subjektif:
a. Dispnea
Objektif:
a. Penggunan otot bantu nafas
b. Fase ekspirasi memanjang
c. Pola nafas abnormal (mis. Takipnea, bradipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes)
Gejala dan Tanda Minor:
Subjektif:
a. Ortopnea
Objektif:
a. Pernafasan pursed-lip
b. Pernafasan cuping hidung
c. Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
d. Ventilasi semenit menurun
e. Kapasitas vital menurun
f. Tekanan ekspirasi menurun
g. Tekanan inspirasi menurun
h. Ekskursi dada berubah.
C. Kriteria Hasil
1) Gangguan Pertukaran Gas
Luaran Utama: Pertukran Gas (oksigenasi dan/atau eliminasi
karbondioksida pada membrane alveolus–kapiler dalam batas
normal)
Ekspektasi: Meningkat
- Tingkat kesadaran meningkat
- Dyspnea menurun
- Bunyi nafas tambahan menurun
- Pusing menurun
- Penglihatan kabur menurun
- Diaphoresis menurun
- Gelisah menurun
- Pernafasan cuping hidung menurun
- PCO2 membaik
- PO2 membaik
- Takikardi membaik
- PH arteri membaik
- Sianosis membaik
- Pola nafas membaik
- Warna kulit membaik.
3) Intoleransi Aktivitas
Luaran Utama: Toleransi Aktivitas (Respon fisiologis terhadap
aktivitas yang membutuhkan tenaga)
Ekspektasi: Meningkat
- Frekuensi nadi meningkat
- Saturasi oksigen meningkat
- Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
- Kecepatan berjalan meningkat
- Jarak berjalan meningkat
- Kekuatan tubuh bagian atas meningkat
- Kekuatan tubuh baian bawah meningkat
- Toleransi dalam menaiki tangga meningkat
- Keluhan lelah menurun
- Dyspnea saat aktivitas menurun
- Dyspnea setelah aktivitas menurun
- Perasaan lemah menurun
- Aritmia saat aktivitas menurun
- Aritmia setelah aktivitas menurun
- Sainosis menurun
- Warna kulit membaik
- Tekanan darah membaik
- Frekuensi nafas membaik
- EKG iskemia membaik
D. Intervensi
1) Gangguan Pertukaran Gas
Pemantauan Respirasi: Mengumpulkan dan menganalisis data untuk
memastikan kepatenan jalan nafas dan keefektifan pertukaran gas.
Tindakan:
Observasi
a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
b. Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kissmaul, cheyney-stokes, biot, ataksik)
c. Monitor kemampuan batk efektif
d. Monitor adanya produksi sputum
e. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
f. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
g. Auskultasi bunyi nadas
h. Monitor saturasi oksigen
i. Monitor nilai AGD
j. Monitor hasil x-ray thoraks
Terpeutik:
a. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi:
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
3) Intoleransi Aktivitas
Manajemen Energi: Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan
energy untuk mengatasi atau mencegah kelelahan dan
mengoptimalkan proses pemulihan.
Tindakan
Observasi
a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
b. Monitor kelelahan fisik dan emosional
c. Monitor pola dan jam tidur
d. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
Terapeutik
a. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus
(mis. Cahaya, suara, kunjungan)
b. Lakukan rentang gerak pasif/aktif
c. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
d. Fasilitasi duduk di tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
c. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang’
d. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Terapi Aktivitas: menggunakan aktivitas fisik, kognitif, social dan
spiritual tertentu untuk memulihkan keterlibatan, frekuensi, atau
durasi aktivitas individu atau kelompok.
Tindakan
Observasi
a. Identifikasi deficit tingkat aktivitas
b. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas
tertentu
c. Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
d. Identifikasi startegi untuk meningkatkan pasrtisipasi
dalam aktivitas
e. Identifikasi makna aktivitas rutin (mis. berkerja) dan
waktu luang
f. Monitor respons emosional, fisik, social, dan spiritual
terhadap aktivitas
Terapeutik
a. Fasilitasi focus pada kemampuan, bukan deficit yang
dialami
b. Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi dan
rentang aktivitas
c. Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas
yang konsisten sesuai kemampuan fisik, prikologi, dan
social
d. Koordinasi aktivitas sesuai usia
e. Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
f. Fasilitasi transportasi untuk menghadiri aktivitas, jika
sesuai
g. Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan
lingkungan untuk mengakomodasi aktivitas yang dipilih
h. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. Ambulasi, mobilisai,
dan perawatan diri), sesuai kebutuhan
i. Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami keterbatasan
waktu, energo atau gerak
j. Fasilitasi aktivitas motoric kasar untuk pasien hiperaktif
k. Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan
jika perlu
l. Fasilitasi aktivitas motoric untuk merelaksasi otot
m. Fasilitasi aktivitas dengan komponen memori implisit dan
emosional (mis. Kegaiatan keagamaan khsusu) untuk
pasien demensia, jka sesuai
n. Libatkan dalam permainan kelompok yang tidak
kompetitis, terstruktur, dan aktif
o. Tingkatkan keterlibatan dalam aktivitas rekreasi dan
diverfikasi untuk menurunkan kecemasan (mis. Vocal
group, bola voly, tenis meja, jogging, berenang, tugas
sederhana, permainan sederhana, tugas rutin, tigas rumah
tangga, perawatan diri, dan teka-teki, atau kartu)
p. Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
q. Fasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan diri
r. Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya
sendiri untuk mencapai tujuan
s. Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
t. Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas
Edukasi
a. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
b. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
c. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, social, spiritual, dan
kognitif dalam menjaga fungsi dan kesehatan
d. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi,
jika sesuai
e. Anjurkan keluarga untuk memberi pengautan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan
dan memonitor program aktivitas, jika sesuai
b. Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA
Bunda, Bunda. 2018. Askep Pada Pasien Efusi Pleura KMB 1. Jakarta.
https://www.academia.edu/34894806/Askep_pada_Pasien_Efusi_Pleura_KMB_I,
diakses pada tanggal 19 Juli 2020
PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Defisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
B. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan sesak nafas
X X X X
F. GENOGRAM
Keterangan
= Laki-Laki
= Perempuan
= Meninggal
= Pasien
Klien mengatakan dia tinggal bersama suami dan ketiga anaknya. Kedua orang tuan
kandung klien sudah meninggal dan mertuanya juga sudah meninggal.
H. POLA NUTRISI
I. ISTIRAHAT TIDUR
J. ELIMINASI
1. BAB
2. BAK
K. KEBERSIHAN DIRI
L. LAIN-LAIN
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
………………
M. KEADAAN / PENAMPILAN UMUM PASIEN
Klien terlihat lemah
Klien terlihat terpasang nassal canul 4lpm
Aktivitas klien dilakukan di tempat tidur
S : 36.5oC
N : 94x/menit
TD : 100/80 mmHg
RR : 30x/menit
TB / BB : 159 cm / 55 kg
N. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kepala : Kepala simetris, rambut sedikit kotor, tidak ada lesi
Mata : Simetris, tidak ada lesi, penglihatan baik, isokor
Telinga : Telinga bersih, tidak ada lesi atau benjolan disekitar telinga
Leher : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Jantung :
5. Pemeriksaan Abdomen
Simetris, tidak ada lesi atau benjolan, tidak ada nyeri tekan, bising usus 24x/ menit
Anus : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi atau benjolan yang abnormal
7. Pemeriksaan Musculoskeletal
Simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi atau benjolan yang abnormal, tidak
ditemukan odema.
8. Pemeriksaan Neuorologi
Saraf klien normal tidak ada gangguan.
O. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Analisa Gas Darah:
PCO2: 55 mm/dL
PO2: 73 mm/dL
pH: 7,43 mm/dL
P. PENATALAKSANAAN/TERAPI
Klien saat ini terpasang Nassal Canul 4lpm
R. DISHARGE PLANNING
Klien dapat segera pulih dan mampu melakukan aktivitas seperti sedia kala dan
keluarga bersedia merawat klien sampai sembuh.
ANALISA DATA
2. DS: Klien mengatakan sesak Ekspansi Paru Menurun Pola Nafas Tidak
nafas Efektif
DO:
- Klien nampak lemah Sesak
- Klien nampak sesak
- Klien nampak terpasang
nasal canul 4lpm Pola Nafas Tidak Efektif
- Klien nampak
menggunakan pernafasan
cuping hidung
- Irama nafas tidak teratur
3. 3 20 Juli 2020
S: Klien mengatakan sesak
O:
- Klien nampak lemah
- Klien nampak terpasang nasal canul 4lpm
- KU lemah
TD: 100/80 mmHg
N: 94x/menit
Suhu: 36,5oC
RR: 30x/menit