OLEH:
Form : Gangguan
DETEKSI DINI KELUARGA
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Nn. K
Umur : 45 th
Alamat : gereng
Pendidikan : smp
Agama : islam
Status : belum kawin
Pekerjaan :-
Jenis Kel. : perempuan
Jelaskan:
klien tinggal serumah dengan ibunya.
DiagnosaKeperawatan :
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh:
klien mengatakan biasa saja dengan dirinya
b. Identitas:
klienmengatakan kalau dirinya seorang perempuan
c. Peran:
klien mengatakan kalau klien adalah anak dr ny, s
d. Ideal diri:
klien mengatakan tidak mau bersosialisasi dengan tetangga sebelah
e. Harga diri:
klien mengatakan malu jika berkumpul dengan tetangganya, jadi lebih senang
duduk sendiri diteras
Diagnosa Keperawatan : harga diri rendah
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
klien mengatakan klien dekat dengan ibunya
b. Peran sertadalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan sosial
klien tidak pernah mengikuti kegiatan masyarakat
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
klien tidak mau bersosialisasi dengan tetangganya
Diagnosa Keperawatan :
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
klien mengatakan kalau agamanya islam
b. Kegiatan ibadah
klien tidak sholat
Diagnosa Keperawatan:
V. PEMERIKSAAAN FISIK
1. Keadaan umum
cukup, rapi tetapi belum mandi
2. Kesadaran (Kuantitas)
composmentis, mampu menyebutkan nama, alamat, bulan dan tahun saat ini
3. Tanda vital:
TD :110/70 mm/Hg
N :90 x/menit
S : 36 CO
P : 20x/menit
4. Ukur:
BB : 55 Kg
TB : 156 Cm
5. Keluhan fisik:
Jelaskan : -
Diagnosa Keperawatan :
3. Aktifitas motorik/Psikomotor
Kelambatan :
Hipokinesia,hipoaktifitas
Katalepsi
Sub stupor katatonik
Fleksibilitasserea
Jelaskan:
-
Peningkatan :
Hiperkinesia,hiperaktifitas Grimace
Stereotipi Otomatisma
Gaduh Gelisah Katatonik Negativisme
Mannarism Reaksikonversi
Katapleksi Tremor
Tik Verbigerasi
Ekhopraxia Berjalankaku/rigid
Command automatism Kompulsif :sebutkan …………
Jelaskan:
-
Diagnosa Keperawatan:
4. Mood dan Afek
a. Mood
Depresi Khawatir
Ketakutan Anhedonia
Euforia Kesepian
Lain lain
Jelaskan
-
b. Afek
Sesuai Tidaksesuai
Tumpul/dangkal/datar Labil
Jelaskan:
tumpul
Diagnosa Keperawatan :
5. Interaksi SelamaWawancara
Bermusuhan Kontak mata kurang
Tidak kooperatif Defensif
Mudah tersinggung Curiga
Jelaskan:
saat diajak bicara klien sering kurang kontak matanya
Diagnosa Keperawatan
6. Persepsi Sensorik
a. Halusinasi
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penciuman
b. Ilusi
Ada
Tidak ada
Jelaskan:
-
Diagnosa Keperawatan
7. Proses Pikir
a. Arus Pikir:
Koheren Inkoheren
Sirkumtansial Asosiasi longgar
tangensial Flight of Idea
Blocking Perseverasi
Logorhoe Neologisme
Clang Association Main kata kata
Afasia Lain lain…
Jelaskan:
b. Isi Pikir
Obsesif Fobia,sebutkan…………..
Ekstasi Waham:
Fantasi o Agama
Alienasi o Somatik/hipokondria
Pikiran bunuh diri o Kebesaran
Preokupasi o Kejar / curiga
Pikiran isolasi sosial o Nihilistik
Ide yang terkait o Dosa
Pikiran Rendah diri o Sisip pikir
Pesimisme o Siar piker
Pikiran magis o Kontrol pikir
Pikiran curiga Lain lain :
Jelaskan:
c. Bentuk pikir :
Realistik
Non realistik
Dereistik
Otistik
Jelaskan:
realistik
Diagnosa Keperawatan:
8. Kesadaran
Orientasi (waktu, tempat, orang)
Jelaskan:
orientasi waktu tempat dan orang pada klien baik
Meninggi
Menurun:
Kesadaran berubah
Hipnosa
Confusion
Sedasi
Stupor
Jelaskan:
Diagnosa Keperawatan:
9. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
Gangguan daya ingat jangka menengah ( 24 jam - ≤ 1 bulan)
Gangguan daya ingat pendek (kurunwaktu 10 detiksampai 15 menit)
Jelaskan:
klien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang karena sulit mengingat
kejadian semasa mudanya
Diagnosa Keperawatan:
X. ASPEK PENGETAHUAN
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang suatu hal?
Bagaimana pengetahuan klien/keluarga saat ini tentang penyakit/gangguan jiwa,
perawatan dan penatalaksanaanya faktor yang memperberat masalah (presipitasi), obat-
obatan atau lainnya. Apakah perludi berikan tambahan pengetahuan yang berkaitan
dengan spesifiknya masalah tsb.
Penyakit/gangguanjiwa Penatalaksanaan
Sistem pendukung Lain-lain, jelaskan
Faktorpresipitasi
Jelaskan :
keluarga dank klien perlu diberikan pemahaman terhadap gangguan jiwan dan
penatalkasanaan minum obat
Diagnosa Keperawatan:
XI. ASPEK MEDIS
1. Diagnosis Medis :
Schizofrenia
3. Terapi Medis
CPZ 1-0-0
XII.ANALISA DATA
DIAGNOSA
NO DATA
KEPERAWATAN
1. DS: Isolasi sosial y.bd menarik
- Klien mengatakan enggan diri
bersosialisasi dengan tetangga.
- Keluarga mengatakan Klien jarang
keluar rumah dan bersosialisasi
dengan tetangga.
- Bibi klien mengatakan dulu Klien
hanya diobati obat dari puskesmas
saja dan tidak di bawa ke RSJ
- Klien mengatakan bisa mandi, makan,
dan berpakaian dan berdandan
sendiri.
Klien mengatakan lebih senang duduk
diteras sendirian
DO:
- Klien tampak murung dan sendiri
- Klien jarang berbicara kecuali diajak
berbicara
- Klien sekarang sedang menjalani
pengobatan Rawat Jalan di Puskesmas
Nogosari
- TTV:
TD: 120/80 mmHg
N: 87 x/mnt
RR: 23 x/mnt
- Klien lusuh belum mandi
XIII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
Isolasi sosial y.bd menarik diri
XIV. POHON MASALAH
1 15 Maret SP I : SP I :
2019 1. Sapa klien dengan ramah, baik S:
09.00 WIB verbal maupun non verbal 1. Perkenalkan nama
2. Perkenalkan nama, nama saya “NK” biasa
panggilan dan tujuan perawat dipanggil “K”
berkenalan
3. Tanyakan nama lengkap dan nama O:
panggilan yang disukai klien 1. Klien mampu
4. Menanyakan penyebab Isolasi mengenali perawat
Sosial 2. Klien banyak diam
5. Menjelaskan keuntungan
berhubungan dengan orang lain A:
6. Menjelaskan kerugian SP 1 belum tercapai
berhubungan dengan orang lain
7. Mengajarkan caraberkenalan P:
dengan orang lain Ulangi SP I
1 16 Maret SP I : SP I :
2019 1. Sapa klien dengan ramah, baik S :
09.00 WIB verbal maupun non verbal 1. Perkenalkan nama
2. Perkenalkan nama, nama saya “K” biasa
panggilan dan tujuan perawat dipanggil “K”
berkenalan O:
3. Tanyakan nama lengkap dan nama 1. Klien banyak
No. Tanggal / Implementasi Keperawatan Evaluasi
Dx Jam
panggilan yang disukai klien diam
4. Menanyakan penyebab Isolasi 2. Klien menunduk
Sosial saat ditanya
5. Menjelaskan keuntungan A:
berhubungan dengan orang lain SP 1 belum tercapai
6. Menjelaskan kerugian
berhubungan dengan orang lain P:
7. Mengajarkan caraberkenalan Ulangi SP I
dengan orang lain
1 17 Maret SP I : SP I :
2019 1. Sapa klien dengan ramah, baik S :
09.00 WIB verbal maupun non verbal 1. Perkenalkan nama
2. Perkenalkan nama, nama saya “K” biasa
panggilan dan tujuan perawat dipanggil “K”
berkenalan 2. Hobi saya masak
3. Tanyakan nama lengkap dan
nama panggilan yang disukai O:
klien 1. Klien mampu
4. Menanyakan penyebab Isolasi menjelaskan
Sosial penyebab isos
5. Menjelaskan keuntungan 2. Klien mampu
berhubungan dengan orang lain menjelaskan
6. Menjelaskan kerugian keuntungan dan
berhubungan dengan orang lain kerugian dengan
7. Mengajarkan caraberkenalan orang lain
dengan orang lain 3. Klien mampu
berkenalan dengan
orang lain
A:
SP 1 tercapai
P:
Lanjutkan SP II
1 18 Maret SP II : SP II
2019 S:
1. Evaluasi kegiatan berkenalan. Beri
09.00 WIB 1. Perkenalkan nama
pujian
saya “K” biasa
2. Latih berkenalan dengan
dipanggil “K”
berkenalan dengan 2 orang
2. Hobi saya masak
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan
O:
No. Tanggal / Implementasi Keperawatan Evaluasi
Dx Jam
1. Klien mampu
berkenalan dengan 1
orang
2. Klien mau saat diajak
berkenalan lagi
3. Memasukkan jadwal
kegiatan
A:
SP II tercapai sebagian
P:
Ulangi SP II
1 19 Maret SP II : SP II
2019 S:
1. Evaluasi kegiatan berkenalan. Beri
09.00 WIB 3. Perkenalkan nama
pujian
saya “K” biasa
2. Latih berkenalan dengan
dipanggil “K”
berkenalan dengan 2 orang
4. Hobi saya masak
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan
O:
1. Klien mampu
berkenalan dengan 2
orang
2. Memasukkan jadwal
kegiatan
A:
SP II tercapai
P:
Lanjutkan SP III
A. Definisi
A. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
a. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak
dapat dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya.
Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi
individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya
stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh
pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan
tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain
maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat
penting dalam masa ini, agar anak tidak mersaa diperlakukan sebagai
objek.
Menurut Purba, dkk. (2008) tahap-tahap perkembangan individu
dalam berhubungan terdiri dari:
1) Masa Bayi
Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk
memenuhi kebutuhan biologis maupun psikologisnya. Konsistensi
hubungan antara ibu dan anak, akan menghasilkan rasa aman dan
rasa percaya yang mendasar. Hal ini sangat penting karena akan
mempengaruhi hubungannya dengan lingkungan di kemudian hari.
Bayi yang mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa
percaya pada masa ini akan mengalami kesulitan untuk
berhubungan dengan orang lain pada masa berikutnya.
2) Masa Kanak-kanak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang
mandiri, mulai mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai
membina hubungan dengan teman-temannya. Konflik terjadi
apabila tingkah lakunya dibatasi atau terlalu dikontrol, hal ini dapat
membuat anak frustasi. Kasih sayang yang tulus, aturan yang
konsisten dan adanya komunikasi terbuka dalam keluarga dapat
menstimulus anak tumbuh menjadi individu yang interdependen,
Orang tua harus dapat memberikan pengarahan terhadap tingkah
laku yang diadopsi dari dirinya, maupun sistem nilai yang harus
diterapkan pada anak, karena pada saat ini anak mulai masuk
sekolah dimana ia harus belajar cara berhubungan, berkompetensi
dan berkompromi dengan orang lain.
3) Masa Praremaja dan Remaja
Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang
intim dengan teman sejenis, yang mana hubungan ini akan
mempengaruhi individu untuk mengenal dan mempelajari
perbedaan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Selanjutnya
hubungan intim dengan teman sejenis akan berkembang menjadi
hubungan intim dengan lawan jenis. Pada masa ini hubungan
individu dengan kelompok maupun teman lebih berarti daripada
hubungannya dengan orang tua. Konflik akan terjadi apabila
remaja tidak dapat mempertahankan keseimbangan hubungan
tersebut, yang seringkali menimbulkan perasaan tertekan maupun
tergantung pada remaja.
4) Masa Dewasa Muda
Individu meningkatkan kemandiriannya serta
mempertahankan hubungan interdependen antara teman sebaya
maupun orang tua. Kematangan ditandai dengan kemampuan
mengekspresikan perasaan pada orang lain dan menerima perasaan
orang lain serta peka terhadap kebutuhan orang lain. Individu siap
untuk membentuk suatu kehidupan baru dengan menikah dan
mempunyai pekerjaan. Karakteristik hubungan interpersonal pada
dewasa muda adalah saling memberi dan menerima (mutuality).
5) Masa Dewasa Tengah
Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya,
ketergantungan anak-anak terhadap dirinya menurun. Kesempatan
ini dapat digunakan individu untuk mengembangkan aktivitas baru
yang dapat meningkatkan pertumbuhan diri. Kebahagiaan akan
dapat diperoleh dengan tetap mempertahankan hubungan yang
interdependen antara orang tua dengan anak.
6) Masa Dewasa Akhir
Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik
kehilangan keadaan fisik, kehilangan orang tua, pasangan hidup,
teman, maupun pekerjaan atau peran. Dengan adanya kehilangan
tersebut ketergantungan pada orang lain akan meningkat, namun
kemandirian yang masih dimiliki harus dapat dipertahankan.
B. Pohon Masalah
C. TANDA DAN GEJALA
Menurut Purba, dkk. (2008) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat
ditemukan dengan wawancara, adalah:
1. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain
4. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
5. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6. Pasien merasa tidak berguna
7. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
E. PETALAKSANAAN
1. Terapi Psikofarmaka
a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan
tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham,
halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak
terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak
mampu bekerja, berhubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
Mempunyai efek samping gangguan otonomi (hypotensi)
antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,
gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut,
akathsia sindrom parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe).
Metabolic (Soundiee). Hematologik, agranulosis. Biasanya untuk
pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi terhadap penyakit hati,
penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
b. Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi
mental serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek
samping seperti gangguan miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung
tersumbat mata kabur , tekanan infra meninggi, gangguan irama
jantung. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah,
epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
c. Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis
dan idiopatik, sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan
fenotiazine. Memiliki efek samping diantaranya mulut kering,
penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi,
takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine. Kontraindikasi terhadap
hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut sempit,
psikosis berat psikoneurosis (Andrey, 2010).
2. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat
diberikan strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-
masing strategi pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat
mengidentifikasi penyebab isolasi social, berdiskusi dengan pasien
mengenai keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan tidak
berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan, dan
memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang lain ke
dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien, memberi kesempatan pada pasien mempraktekkan
cara berkenalan dengan satu orang, dan membantu pasien memasukkan
kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan
harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien,
memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih dan
menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya
(Purba, dkk. 2008).
3. Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami
ketidakmampuan bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi
tiga yaitu:
a. Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari yang meliputi:
1) Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu
bangun tidur.
2) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua
bentuk tingkah laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan
BAK.
3) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam
kegiatan mandi dan sesudah mandi.
4) Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
keperluan berganti pakaian.
5) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu,
sedang dan setelah makan dan minum.
6) Kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan
kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan
kebersihan pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.
7) Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan
dapat menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak
menggunakan/menaruh benda tajam sembarangan, tidak merokok
sambil tiduran, memanjat ditempat yang berbahaya tanpa tujuan
yang positif.
8) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk
pergi tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini
perlu diperhatikan karena sering merupakan gejala primer yang
muncul padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang dinilai bukan
gejala insomnia (gangguan tidur) tetapi bagaimana pasien mau
mengawali tidurnya.
b. Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan
sosial pasien dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
1) Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk
melakukan hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya
menegur kawannya, berbicara dengan kawannya dan sebagainya.
2) Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk
melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa,
menjawab pertanyaan waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan
dan sebagainya.
3) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu
berbicara dengan orang lain seperti memperhatikan dan saling
menatap sebagai tanda adanya kesungguhan dalam berkomunikasi.
4) Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan
bergaul dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).
5) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
6) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata
krama atau sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun
orang lain.
7) Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang
bersifat mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya,
seperti tidak meludah sembarangan, tidak membuang puntung
rokok sembarangan dan sebagainya.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor
presipitasi, penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap
melakukan pengajian ,tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi
pengkajian meliputi :
1. Identitas klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama,
tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan
alamat klien.
2. Keluhan utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain)
komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak
interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan sehari – hari ,
dependen.
3. Factor predisposisi
kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang
tidak realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok
sebaya; perubahan struktur sosial.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri.
2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak
efektifnya koping individu : koping defensif.
RENCANA TINDAKAN
DIAGNOSA
KEPERAW TUJUAN INTERVENSI
ATAN
Isolasi Sosial Setelah dilakukan tindakan TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK
keperawatan selama 3 x 24 jam Klien
Klien dapat berinteraksi dengan SP 1
orang lain baik secara individu o Bina hubungan saling percaya
o Identifikasi penyebab isolasi sosial
maupun secara berkelompok
SP 2
dengan kriteria hasil :
o Diskusikan bersama Klien keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian
Klien dapat membina berinteraksi dengan orang lain
hubungan saling percaya. o Ajarkan kepada Klien cara berkenalan dengan satu orang
Dapat menyebutkan penyebab o Anjurkan kepada Klien untuk memasukan kegiatan berkenalan dengan orang lain dalam
isolasi sosial. kegiatan harian dirumah
Dapat menyebutkan SP 3
keuntungan berhubungan
o Evaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan harian Klien
dengan orang lain.
o Beri kesempatan pada Klien mempraktekan cara berkenalan dengan dua orang
Dapat menyebutkan kerugian
tidak berhubungan dengan o Ajarkan Klien berbincang-bincang dengan dua orang tetang topik tertentu
orang lain. o Anjurkan kepada Klien untuk memasukan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
Dapat berkenalan dan jadwal kegiatan harian dirumah
bercakap-cakap dengan orang SP 4
lain secara bertahap. o Evaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan harian Klien
Terlibat dalam aktivitas sehari- o Jelaskan tentang obat yang diberikan (Jenis, dosis, waktu, manfaat dan efek samping obat)
hari
o Anjurkan Klien memasukan kegiatan bersosialisasi dalam jadwal kegiatan harian dirumah
o Anjurkan Klien untuk bersosialisasi dengan orang lain
Keluraga
o Diskusikan masalah yang dirasakan kelura dalam merawat Klien
o Jelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami Klien dan proses terjadiny
o Jelaskan dan latih keluarga cara-cara merawat Klien
TINDAKAN PSIKOFARMAKA
Beri obat-obatan sesuai program
Pantau keefektifan dan efek sampig obat yang diminum
Ukur vital sign secara periodik
Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta :
EGC
Anna Budi Keliat, SKp. (2006). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial
Menarik Diri, Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Anonim. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Isolasi Sosial. Diakses pada
tanggal 24 Juli 2012 pada http://nurse87.wordpress.com/2009/06/04/asuhan-
keperawatan-pada-klien-dengan-isolasi-sosial/
Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan
Jiwa Berat. Jakarta: Salemba Medika.