Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DI KOMUNITAS

Nama klien : Nn. K


Diagnosis Keperawatan : Isolasi Sosial
Alamat : Dusun Gereng
Mulai dirawat : 14 Maret 2019

OLEH:

Maya Cristia Yunitasari,. S. Kep


NIM. 1801032019

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
N
o:

Form : Gangguan
DETEKSI DINI KELUARGA

Nama KK : Ny. Sunarsih


Umur : 84 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Cerai Mati
Pendidikan :. -
Pekerjaan : Petani
Alamat : Gereng 06/01 Curahmalang
DATA KEADAAN KELUARGA
KONDISI KESEHATAN
N PEKERJAA SEHAT RISIKO GANGGUAN JIWA
NAMA L/P UMUR PENDIDIKAN PENGOBATAN
O N MASALAH/PSIKOSOSIAL/
PENYAKIT KRONIS
1 Ny. S P 84 - Buruh petani Sakit Hipertensi - Posbindu
2 Nn. K P 45 Smp Buruh tani Sakit - Odgj Puskesmas
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. K DENGAN ISOLASI SOSIAL

Tanggal mulai dirawat : 14 Maret 2019


Tanggal Pengkajian : 14 Maret 2019

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Nn. K
Umur : 45 th
Alamat : gereng
Pendidikan : smp
Agama : islam
Status : belum kawin
Pekerjaan :-
Jenis Kel. : perempuan

II. ALASAN DIRAWAT


a. Data Primer
Klien mengatakan sering duduk menyendiri diteras depan rumah
b. Data Sekunder
c. Menurut Keluarga Klien, Klien jarang keluar rumah, sering menyendiri, jarang
berbicara. Klien berbicara hanya apabila diajak berbicara
d. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Klien mengatakan sering duduk menyendiri diteras

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITASI)


klien mengatakan pernah mondar mandir kebingungan saat bangun tidur seperti bingung,
menurut keluarga klien saat itu kilen telat minum obata karena obat dari puskesmas
belum diambil.

III. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PREDISPOSISI)


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
 Ya
 Tidak
Jika Ya, Jelaskan kapan, tanda gejala/keluhan :
Ya, saat itu klien berumur 20 th, menurut kleuarga klien sering melempar lempar
barang barang kepada ibunya
2. Faktor Penyebab/Pendukung :
a. Riwayat Trauma
Usia Pelaku Korban Saksi
1. Aniaya fisik 20 klien ibu adik
2. Aniaya seksual ………… ………… ………… …………
3. Penolakan ………… ………… ………… …………
4. Kekerasan dalam keluarga ………… ………… ………… …………
5. Tindakan kriminal ………… ………… ………… …………
Jelaskan:
menurut keterangan adik klien dulu saat umur 20 tahun klien pernah melempar
barang barang pada ibunya.
Diagnosa Keperawatan : perilaku kekerasan
b. Pernah melakukan upaya / percobaan / bunuh diri
Jelaskan:
-
Diagnosa Keperawatan :
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan, kematian,
perpisahan )
Jika ada jelaskan :
klien pernah mengalami putus pertunangan saat usia 20 tahun dahulu dan gagal
menikah.
Diagnosa Keperawatan : berduka disfungsional
d. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
 Ya
 Tidak
Jika ya Jelaskan
-
Diagnosa Keperawatan :
e. Riwayat Penggunaan NAPZA
-
Diagnosa Keperawatan :
3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya :
Jelaskan:
keluarga klien mengatakan dulu klien pernah dibawa ke paranormal, karena tidak
ada perubahan klien dibawa ke puskesmas untuk berobat dan tidak sempat dibawa
ke RSJ.
Diagnosa Keperawatan :
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?
 Tidak
Jika ada:
Hubungan keluarga:
-
Gejala:
-
Riwayat pengobatan:
-
Diagnosa Keperawatan:

IV. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)


1. Genogram:

Jelaskan:
klien tinggal serumah dengan ibunya.
DiagnosaKeperawatan :
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh:
klien mengatakan biasa saja dengan dirinya

b. Identitas:
klienmengatakan kalau dirinya seorang perempuan
c. Peran:
klien mengatakan kalau klien adalah anak dr ny, s
d. Ideal diri:
klien mengatakan tidak mau bersosialisasi dengan tetangga sebelah
e. Harga diri:
klien mengatakan malu jika berkumpul dengan tetangganya, jadi lebih senang
duduk sendiri diteras
Diagnosa Keperawatan : harga diri rendah

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
klien mengatakan klien dekat dengan ibunya
b. Peran sertadalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan sosial
klien tidak pernah mengikuti kegiatan masyarakat
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
klien tidak mau bersosialisasi dengan tetangganya
Diagnosa Keperawatan :
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
klien mengatakan kalau agamanya islam
b. Kegiatan ibadah
klien tidak sholat
Diagnosa Keperawatan:

V. PEMERIKSAAAN FISIK
1. Keadaan umum
cukup, rapi tetapi belum mandi
2. Kesadaran (Kuantitas)
composmentis, mampu menyebutkan nama, alamat, bulan dan tahun saat ini
3. Tanda vital:
TD :110/70 mm/Hg
N :90 x/menit
S : 36 CO
P : 20x/menit
4. Ukur:
BB : 55 Kg
TB : 156 Cm

5. Keluhan fisik:
Jelaskan : -
Diagnosa Keperawatan :

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan (Penanpilan usia, cara perpakaian, kebersihan)
Jelaskan:
penampilan klien biasa saja, cara berpakaian rapi, sudah bersih tetapi tidak sisiran.
Diagnosa Keperawatan:
2. Pembicaraan (Frekuensi, Volume, Jumlah, Karakter) :
Jelaskan:
klien mau diajak bicara ketika ditanya
Diagnosa Keperawatan:

3. Aktifitas motorik/Psikomotor
Kelambatan :
 Hipokinesia,hipoaktifitas
 Katalepsi
 Sub stupor katatonik
 Fleksibilitasserea
Jelaskan:
-
Peningkatan :
 Hiperkinesia,hiperaktifitas  Grimace
 Stereotipi  Otomatisma
 Gaduh Gelisah Katatonik  Negativisme
 Mannarism  Reaksikonversi
 Katapleksi  Tremor
 Tik  Verbigerasi
 Ekhopraxia  Berjalankaku/rigid
 Command automatism  Kompulsif :sebutkan …………

Jelaskan:
-
Diagnosa Keperawatan:
4. Mood dan Afek
a. Mood
 Depresi  Khawatir
 Ketakutan  Anhedonia
 Euforia  Kesepian
 Lain lain
Jelaskan
-
b. Afek
 Sesuai  Tidaksesuai
 Tumpul/dangkal/datar  Labil
Jelaskan:
tumpul
Diagnosa Keperawatan :

5. Interaksi SelamaWawancara
Bermusuhan  Kontak mata kurang
Tidak kooperatif  Defensif
Mudah tersinggung  Curiga
Jelaskan:
saat diajak bicara klien sering kurang kontak matanya
Diagnosa Keperawatan
6. Persepsi Sensorik
a. Halusinasi
 Pendengaran
 Penglihatan
 Perabaan
 Pengecapan
 Penciuman
b. Ilusi
 Ada
 Tidak ada
Jelaskan:
-
Diagnosa Keperawatan
7. Proses Pikir
a. Arus Pikir:
 Koheren  Inkoheren
 Sirkumtansial  Asosiasi longgar
 tangensial  Flight of Idea
 Blocking  Perseverasi
 Logorhoe  Neologisme
 Clang Association  Main kata kata
 Afasia  Lain lain…
Jelaskan:

b. Isi Pikir
 Obsesif  Fobia,sebutkan…………..
 Ekstasi  Waham:
 Fantasi o Agama
 Alienasi o Somatik/hipokondria
 Pikiran bunuh diri o Kebesaran
 Preokupasi o Kejar / curiga
 Pikiran isolasi sosial o Nihilistik
 Ide yang terkait o Dosa
 Pikiran Rendah diri o Sisip pikir
 Pesimisme o Siar piker
 Pikiran magis o Kontrol pikir
 Pikiran curiga  Lain lain :
Jelaskan:

c. Bentuk pikir :
 Realistik
 Non realistik
 Dereistik
 Otistik
Jelaskan:
realistik
Diagnosa Keperawatan:

8. Kesadaran
 Orientasi (waktu, tempat, orang)
Jelaskan:
orientasi waktu tempat dan orang pada klien baik
 Meninggi
 Menurun:
 Kesadaran berubah
 Hipnosa
 Confusion
 Sedasi
 Stupor
Jelaskan:
Diagnosa Keperawatan:
9. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
 Gangguan daya ingat jangka menengah ( 24 jam - ≤ 1 bulan)
 Gangguan daya ingat pendek (kurunwaktu 10 detiksampai 15 menit)
Jelaskan:
klien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang karena sulit mengingat
kejadian semasa mudanya
Diagnosa Keperawatan:

10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


a. Konsentrasi
 Mudah beralih
 Tidak mampu berkonsentrasi
Jelaskan:
klien mudah beralih dan konsentrasinya kurang ketika diajak bebrbicara
b. Berhitung
Jelaskan:
klien mampu berhitung pada angka dengan nilai rendah saja
Diagnosa Keperawatan:
11. Kemampuan Penilaian
 Gangguan ringan
 Gangguan bermakna
Jelaskan :
-
Diagnosa Keperawatan:
12. Daya Tilik Diri
 Mengingkari penyakit yang diderita
 Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan:
klien mengatakan jika dirinya sedang tidak sakit
Diagnosa Keperawatan:

VII.PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
 Perawatan kesehatan,
 transportasi,
 tempat tinggal.
 Keuangan dan kebutuhan lainnya.
Jelaskan:
perawatan kesehatan klien didukung oleh kader terdekat
2. Kegiatan Hidup Sehari hari
a. Perawatandiri
1) Mandi
Jelaskan :
klien mandi secara mandiri
2) Berpakaian, berhias dan berdandan
Jelaskan :
berhias dan berdandan secara mandiri
3) Makan
Jelaskan :
klien makan 3 kali sehari
4) Toileting (BAK, BAB)
Jelaskan :
Klien BAK dan BAB secara mandiri
Diagnosa Keperawatan:
b. Nutrisi
Berapa frekwensi makan dalam sehari.
klien makan 3x sehari
Bagaimana nafsu makannya
nafsu makan klien baik
Bagaimana berat badannya.
berat badan klien tetap
DiagnosaKeperawatan:
c. Tidur
1) Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama : 10.00 s/d 11.00
Tidur malam, lama : 19.00 s/d 05.00
Aktifitas sebelum/sesudah tidur : mandi , memasak
Jelaskan
-
2) Gangguan tidur
 Insomnia
 Hipersomnia
 Parasomnia
 Lain lain
Jelaskan
-
Diagnosa Keperawatan:

3. Kemampuan lain lain


 Mengantisipasi kebutuhan hidup
klien tidak bisa mengantisipasi kebutuhan hidupnya
 Membuat keputusan berdasarkan keinginannya,
kilen tidak dapat mengambil keputusan sendiri
 Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatannya sendiri.
penggunaan obat dan penyediaan obat dibantu oleh kader kesehatan dan
saudarinya
Diagnosa Keperawatan:
4. Sistem Pendukung Ya Tidak
Keluarga
Terapis
Teman sejawat
Kelompok sosial
Jelaskan :
kilen didukung oleh kader kesehatan yang ada diwilayahnya
Diagnosa Keperawatan:

VIII. MEKANISME KOPING


Jelaskan :
saat klien ada masalah selalu dipendam dan tidak diceritakan kepada siapapun.
Diagnosa Keperawatan:

IX. MASALAH PSIKOSOSIALDAN LINGKUNGAN


 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Jelaskan :
-
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Jelaskan :
-
 Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Jelaskan :
-
 Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Jelaskan :
-
 Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Jelaskan :
-
 Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Jelaskan :
-
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Jelaskan :
-
 Masalahlainnya, spesifiknya
Jelaskan :
-
Diagnosa Keperawatan:

X. ASPEK PENGETAHUAN
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang suatu hal?
Bagaimana pengetahuan klien/keluarga saat ini tentang penyakit/gangguan jiwa,
perawatan dan penatalaksanaanya faktor yang memperberat masalah (presipitasi), obat-
obatan atau lainnya. Apakah perludi berikan tambahan pengetahuan yang berkaitan
dengan spesifiknya masalah tsb.
 Penyakit/gangguanjiwa  Penatalaksanaan
 Sistem pendukung  Lain-lain, jelaskan
 Faktorpresipitasi
Jelaskan :
keluarga dank klien perlu diberikan pemahaman terhadap gangguan jiwan dan
penatalkasanaan minum obat
Diagnosa Keperawatan:
XI. ASPEK MEDIS
1. Diagnosis Medis :
Schizofrenia

2. Diagnosa Multi Axis


Axis I : Schizofrenia
Axis II : isolasi sosial
Axis III :
Axis IV :
Axis V :

3. Terapi Medis
CPZ 1-0-0
XII.ANALISA DATA

DIAGNOSA
NO DATA
KEPERAWATAN
1. DS: Isolasi sosial y.bd menarik
- Klien mengatakan enggan diri
bersosialisasi dengan tetangga.
- Keluarga mengatakan Klien jarang
keluar rumah dan bersosialisasi
dengan tetangga.
- Bibi klien mengatakan dulu Klien
hanya diobati obat dari puskesmas
saja dan tidak di bawa ke RSJ
- Klien mengatakan bisa mandi, makan,
dan berpakaian dan berdandan
sendiri.
Klien mengatakan lebih senang duduk
diteras sendirian
DO:
- Klien tampak murung dan sendiri
- Klien jarang berbicara kecuali diajak
berbicara
- Klien sekarang sedang menjalani
pengobatan Rawat Jalan di Puskesmas
Nogosari
- TTV:
TD: 120/80 mmHg
N: 87 x/mnt
RR: 23 x/mnt
- Klien lusuh belum mandi
XIII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
Isolasi sosial y.bd menarik diri
XIV. POHON MASALAH

XV. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Isolasi Sosial b.d Menarik Diri
14 Maret 2019
Mahasiswa yang mengkaji

Maya Cristia Yunitasari., S. Kep


NIM 1801032019

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Tgl/Ja Diagnosa Perencanaan Rencana Tindakan Rasional
m Keperawata Tujuan Kriteria Keperawatan
n Evalusai
14 Isolasi SP I : SP I : SP I : SP I :
Maret Sosial y.bd Klien Setelah 1. Bina hubungan 1. Menumbuhk
2019 koping mampu interaksi, saling percaya an sikap
09.00 individu BHSP, klien dengan cara: kooperatif
tidak efektif mengetah menunjukkan a. Sapa klien klien dengan
ui : dengan perawat
penyebab 1. Hubungan ramah, baik 2. Mengetahui
isos, saling verbal penyebab
keuntunga percaya maupun non isos untuk
Tgl/Ja Diagnosa Perencanaan Rencana Tindakan Rasional
m Keperawata Tujuan Kriteria Keperawatan
n Evalusai
n dan 2. Mengetahui verbal intervensi
kerugian penyebab b. Perkenalkan selanjutnya
berteman, isolasi nama, nama 3. Menumbuhk
dan cara sosial panggilan dan an semangat
3. Mengenal
berkenala tujuan bersosialisasi
keuntungan
n. perawat 4. Menumbuhk
berhubunga
n dengan berkenalan an semangat
orang lain c. Tanyakan bersosialisasi
4. Kerugian nama lengkap 5. Meningkatka
tidak dan nama n rasa
berhubunga panggilan percaya diri
n dengan yang disukai berbicara
orang lain klien dengan
5. Mengetahui 2. Menanyakan orang lain
cara penyebab Isolasi
berkenalan
Sosial
denga orang
3. Menjelaskan
lain
keuntungan
berhubungan
dengan orang lain
4. Menjelaskan
kerugian
berhubungan
dengan orang lain
5. Mengajarkan
caraberkenalan
dengan orang lain
SP II : SP II : SP II : SP II :
Klien Setelah 1. Evaluasi kegiatan 1. Mengetahui
dapat interaksi berkenalan. Beri perkembanga
berkenala diharapkan pujian n klien dan
n secara klien: 2. Latih berkenalan data dasar
bertahap 1. Berkenala dengan untuk
n dengan berkenalan intervensi
2-3 orang dengan 2-3 orang selanjutnya
3. Masukkan dalam 2. Menumbuhk
jadwal kegiatan an
keterbiasaan
dan motivasi
untuk
berinteraksi
3. Mendisiplink
SP III : SP III : an dan
Klien Setelah SP III : melatih klien
dapat interaksi 1. Evaluasi untuk terus
berkenala diharapkan kegiatan berkenalan.
n secara klien: berkenalan. Beri
Tgl/Ja Diagnosa Perencanaan Rencana Tindakan Rasional
m Keperawata Tujuan Kriteria Keperawatan
n Evalusai
bertahap 1. Berkenal pujian SP III :
an 2. Latih berkenalan 1. Mengetahui
dengan 4- dengan perkembanga
5 orang berkenalan n klien dan
dengan 2-3 data dasar
orang untuk
3. Masukkan dalam intervensi
jadwal kegiatan selanjutnya
2. Menumbuhk
an
keterbiasaan
dan motivasi
untuk
berinteraksi
3. Mendisiplink
an dan
melatih klien
untuk terus
berkenalan.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
KESEHATAN JIWA
No. Tanggal / Implementasi Keperawatan Evaluasi
Dx Jam
1 14 Maret SP I : SP I :
2019 1. Sapa klien dengan ramah, baik S:
09.00 WIB verbal maupun non verbal 1. Perkenalkan nama
2. Perkenalkan nama, nama saya “K” biasa
panggilan dan tujuan perawat dipanggil “K”
berkenalan O:
3. Tanyakan nama lengkap dan nama 1. Klien hanya
panggilan yang disukai klien menyebutkan nama
4. Menanyakan penyebab Isolasi 2. Klien lebih banyak
Sosial diam
5. Menjelaskan keuntungan
berhubungan dengan orang lain A:
6. Menjelaskan kerugian SP 1 belum tercapai
berhubungan dengan orang lain
7. Mengajarkan caraberkenalan P:
dengan orang lain Lanjutkan SP I

1 15 Maret SP I : SP I :
2019 1. Sapa klien dengan ramah, baik S:
09.00 WIB verbal maupun non verbal 1. Perkenalkan nama
2. Perkenalkan nama, nama saya “NK” biasa
panggilan dan tujuan perawat dipanggil “K”
berkenalan
3. Tanyakan nama lengkap dan nama O:
panggilan yang disukai klien 1. Klien mampu
4. Menanyakan penyebab Isolasi mengenali perawat
Sosial 2. Klien banyak diam
5. Menjelaskan keuntungan
berhubungan dengan orang lain A:
6. Menjelaskan kerugian SP 1 belum tercapai
berhubungan dengan orang lain
7. Mengajarkan caraberkenalan P:
dengan orang lain Ulangi SP I

1 16 Maret SP I : SP I :
2019 1. Sapa klien dengan ramah, baik S :
09.00 WIB verbal maupun non verbal 1. Perkenalkan nama
2. Perkenalkan nama, nama saya “K” biasa
panggilan dan tujuan perawat dipanggil “K”
berkenalan O:
3. Tanyakan nama lengkap dan nama 1. Klien banyak
No. Tanggal / Implementasi Keperawatan Evaluasi
Dx Jam
panggilan yang disukai klien diam
4. Menanyakan penyebab Isolasi 2. Klien menunduk
Sosial saat ditanya
5. Menjelaskan keuntungan A:
berhubungan dengan orang lain SP 1 belum tercapai
6. Menjelaskan kerugian
berhubungan dengan orang lain P:
7. Mengajarkan caraberkenalan Ulangi SP I
dengan orang lain

1 17 Maret SP I : SP I :
2019 1. Sapa klien dengan ramah, baik S :
09.00 WIB verbal maupun non verbal 1. Perkenalkan nama
2. Perkenalkan nama, nama saya “K” biasa
panggilan dan tujuan perawat dipanggil “K”
berkenalan 2. Hobi saya masak
3. Tanyakan nama lengkap dan
nama panggilan yang disukai O:
klien 1. Klien mampu
4. Menanyakan penyebab Isolasi menjelaskan
Sosial penyebab isos
5. Menjelaskan keuntungan 2. Klien mampu
berhubungan dengan orang lain menjelaskan
6. Menjelaskan kerugian keuntungan dan
berhubungan dengan orang lain kerugian dengan
7. Mengajarkan caraberkenalan orang lain
dengan orang lain 3. Klien mampu
berkenalan dengan
orang lain

A:
SP 1 tercapai

P:
Lanjutkan SP II

1 18 Maret SP II : SP II
2019 S:
1. Evaluasi kegiatan berkenalan. Beri
09.00 WIB 1. Perkenalkan nama
pujian
saya “K” biasa
2. Latih berkenalan dengan
dipanggil “K”
berkenalan dengan 2 orang
2. Hobi saya masak
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan

O:
No. Tanggal / Implementasi Keperawatan Evaluasi
Dx Jam
1. Klien mampu
berkenalan dengan 1
orang
2. Klien mau saat diajak
berkenalan lagi
3. Memasukkan jadwal
kegiatan
A:
SP II tercapai sebagian
P:
Ulangi SP II

1 19 Maret SP II : SP II
2019 S:
1. Evaluasi kegiatan berkenalan. Beri
09.00 WIB 3. Perkenalkan nama
pujian
saya “K” biasa
2. Latih berkenalan dengan
dipanggil “K”
berkenalan dengan 2 orang
4. Hobi saya masak
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan
O:
1. Klien mampu
berkenalan dengan 2
orang
2. Memasukkan jadwal
kegiatan
A:
SP II tercapai
P:
Lanjutkan SP III

LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL

A. Definisi

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami


penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba,
dkk. 2008).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara
menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009). 
Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu yang diterima
sebagai perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang negatif atau
mengancam (Wilkinson, 2007).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam
(Twondsend, 1998). Atau suatu keadaan dimana seseorang individu
mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Anna Kelliat, 2006).
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Pawlin, 1993 dikutip Budi
Kelliat, 2001). Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor
predisposisi terjadinya perilaku isolasi sosial. (Budi Anna Kelliat,2006).

A. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
a. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak
dapat dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya.
Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi
individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya
stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh
pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan
tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain
maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat
penting dalam masa ini, agar anak tidak mersaa diperlakukan sebagai
objek.
Menurut Purba, dkk. (2008) tahap-tahap perkembangan individu
dalam berhubungan terdiri dari:
1) Masa Bayi
Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk
memenuhi kebutuhan biologis maupun psikologisnya. Konsistensi
hubungan antara ibu dan anak, akan menghasilkan rasa aman dan
rasa percaya yang mendasar. Hal ini sangat penting karena akan
mempengaruhi hubungannya dengan lingkungan di kemudian hari.
Bayi yang mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa
percaya pada masa ini akan mengalami kesulitan untuk
berhubungan dengan orang lain pada masa berikutnya.
2) Masa Kanak-kanak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang
mandiri, mulai mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai
membina hubungan dengan teman-temannya. Konflik terjadi
apabila tingkah lakunya dibatasi atau terlalu dikontrol, hal ini dapat
membuat anak frustasi. Kasih sayang yang tulus, aturan yang
konsisten dan adanya komunikasi terbuka dalam keluarga dapat
menstimulus anak tumbuh menjadi individu yang interdependen,
Orang tua harus dapat memberikan pengarahan terhadap tingkah
laku yang diadopsi dari dirinya, maupun sistem nilai yang harus
diterapkan pada anak, karena pada saat ini anak mulai masuk
sekolah dimana ia harus belajar cara berhubungan, berkompetensi
dan berkompromi dengan orang lain.
3) Masa Praremaja dan Remaja
Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang
intim dengan teman sejenis, yang mana hubungan ini akan
mempengaruhi individu untuk mengenal dan mempelajari
perbedaan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Selanjutnya
hubungan intim dengan teman sejenis akan berkembang menjadi
hubungan intim dengan lawan jenis. Pada masa ini hubungan
individu dengan kelompok maupun teman lebih berarti daripada
hubungannya dengan orang tua. Konflik akan terjadi apabila
remaja tidak dapat mempertahankan keseimbangan hubungan
tersebut, yang seringkali menimbulkan perasaan tertekan maupun
tergantung pada remaja.
4) Masa Dewasa Muda
Individu meningkatkan kemandiriannya serta
mempertahankan hubungan interdependen antara teman sebaya
maupun orang tua. Kematangan ditandai dengan kemampuan
mengekspresikan perasaan pada orang lain dan menerima perasaan
orang lain serta peka terhadap kebutuhan orang lain. Individu siap
untuk membentuk suatu kehidupan baru dengan menikah dan
mempunyai pekerjaan. Karakteristik hubungan interpersonal pada
dewasa muda adalah saling memberi dan menerima (mutuality). 
5) Masa Dewasa Tengah
Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya,
ketergantungan anak-anak terhadap dirinya menurun. Kesempatan
ini dapat digunakan individu untuk mengembangkan aktivitas baru
yang dapat meningkatkan pertumbuhan diri. Kebahagiaan akan
dapat diperoleh dengan tetap mempertahankan hubungan yang
interdependen antara orang tua dengan anak.
6) Masa Dewasa Akhir
Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik
kehilangan keadaan fisik, kehilangan orang tua, pasangan hidup,
teman, maupun pekerjaan atau peran. Dengan adanya kehilangan
tersebut ketergantungan pada orang lain akan meningkat, namun
kemandirian yang masih dimiliki harus dapat dipertahankan.

b. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga


Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku.
1) Sikap bermusuhan/hostilitas
2) Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
3) Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan
untuk mengungkapkan pendapatnya.
4) Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada
pembicaananak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga,
kurang tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam
pemecahan masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan
musyawarah.
5) Ekspresi emosi yang tinggi
6) Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat
bersamaan yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat)

c. Faktor Sosial Budaya


Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan
faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga
disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh
satu keluarga.seperti anggota tidak produktif diasingkan dari
lingkungan sosial.
d. Factor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan
jiwa. Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang
anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil
penelitian pada kembar monozigot apabila salah diantaranya
menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi kembar dizigot
persentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi,
pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
2. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
internal maupun eksternal, meliputi:
a. Stressor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,
terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah
dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua,
kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara.
Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial
b. Stressor Biokimia
1) Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan
mesolimbik serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya
skizofrenia.
2) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan
meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan
MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka
menurunnya MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya
skizofrenia.
3) Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada
pasien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan
karena dihambat oleh dopamin. Hypertiroidisme, adanya
peningkatan maupun penurunan hormon adrenocortical seringkali
dikaitkan dengan tingkah laku psikotik.
4) Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-
gejala psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah
stuktur sel-sel otak.

c. Stressor Biologik dan Lingkungan Sosial


Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering
terjadi akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.
d. Stressor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas
kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya
kemampuan individu untuk mengatasi masalah akan menimbulkan
berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik.
Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia disebabkan
karena ego tidak dapat menahan tekanan yang berasal dari id maupun
realitas yang berasal dari luar. Ego pada klien psikotik mempunyai
kemampuan terbatas untuk mengatasi stress. Hal ini berkaitan dengan
adanya masalah serius antara hubungan ibu dan anak pada fase
simbiotik sehingga perkembangan psikologis individu terhambat.
Menurut Purba, dkk. (2008) strategi koping digunakan pasien
sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian
nyata yang mengancam dirinya. Strategi koping yang sering
digunakan pada masing-masing tingkah laku adalah sebagai berikut:
1) Tingkah laku curiga: proyeksi
2) Dependency: reaksi formasi
3) Menarik diri: regrasi, depresi, dan isolasi
4) Curiga, waham, halusinasi: proyeksi, denial
5) Manipulatif: regrasi, represi, isolasi
6) Skizoprenia: displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi,
isolasi, represi dan regrasi.

B. Pohon Masalah
C. TANDA DAN GEJALA
Menurut Purba, dkk. (2008) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat
ditemukan dengan wawancara, adalah:
1. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain
4. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
5. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6. Pasien merasa tidak berguna
7. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

D. Akibat Yang Ditimbulkan


Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya
perubahan persepsi sensori halusinasi. Perubahan persepsi sensori halusinasi
adalah persepsi sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau
persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti melihat
bayangan atau mendengarkan suara-suara yang sebenarnya tidak ada.
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari
panca indera, di mana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun
yang dapat disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organik atau
histerik.Halusinasi merupakan pengalaman mempersepsikan yang terjadi
tanpa adanya stimulus sensori eksternal yang meliputi lima perasaan
(pengelihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi
yang paling umum adalah halusinasi pendengaran.

E. PETALAKSANAAN
1. Terapi Psikofarmaka
a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan
tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham,
halusinasi. Gangguan perasaan  dan perilaku yang aneh atau tidak
terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak
mampu bekerja, berhubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
Mempunyai efek samping gangguan otonomi (hypotensi)
antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,
gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut,
akathsia sindrom parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe).
Metabolic (Soundiee). Hematologik, agranulosis. Biasanya untuk
pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi terhadap penyakit hati,
penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
b. Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi
mental serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek
samping seperti gangguan miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung
tersumbat mata kabur , tekanan infra meninggi, gangguan irama
jantung. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah,
epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
c. Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis
dan idiopatik, sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan
fenotiazine. Memiliki efek samping diantaranya mulut kering,
penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi,
takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine. Kontraindikasi terhadap
hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut sempit,
psikosis berat psikoneurosis (Andrey, 2010).
2. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat
diberikan strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-
masing strategi pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat
mengidentifikasi penyebab isolasi social, berdiskusi dengan pasien
mengenai keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan tidak
berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan, dan
memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang lain ke
dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien, memberi kesempatan pada pasien mempraktekkan
cara berkenalan dengan satu orang, dan membantu pasien memasukkan
kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan
harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien,
memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih dan
menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya
(Purba, dkk. 2008).

3. Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami
ketidakmampuan bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi
tiga yaitu:
a. Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari yang meliputi:
1) Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu
bangun tidur.
2) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua
bentuk tingkah laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan
BAK.
3) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam
kegiatan mandi dan sesudah mandi.
4) Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
keperluan berganti pakaian.
5) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu,
sedang dan setelah makan dan minum.
6) Kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan
kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan
kebersihan pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.
7) Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan
dapat menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak
menggunakan/menaruh benda tajam sembarangan, tidak merokok
sambil tiduran, memanjat ditempat yang berbahaya tanpa tujuan
yang positif.
8) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk
pergi tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini
perlu diperhatikan karena sering merupakan gejala primer yang
muncul padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang dinilai bukan
gejala insomnia (gangguan tidur) tetapi bagaimana pasien mau
mengawali tidurnya.
b. Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan
sosial pasien dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
1) Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk
melakukan hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya
menegur kawannya, berbicara dengan kawannya dan sebagainya.
2) Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk
melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa,
menjawab pertanyaan waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan
dan sebagainya.
3) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu
berbicara dengan orang lain seperti memperhatikan dan saling
menatap sebagai tanda adanya kesungguhan dalam berkomunikasi.
4) Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan
bergaul dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).
5) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
6) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata
krama atau sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun
orang lain.
7) Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang
bersifat mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya,
seperti tidak meludah sembarangan, tidak membuang puntung
rokok sembarangan dan sebagainya.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor
presipitasi, penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap
melakukan pengajian ,tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi
pengkajian meliputi :
1. Identitas klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama,
tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan
alamat klien.
2. Keluhan utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain)
komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak
interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan sehari – hari ,
dependen.
3. Factor predisposisi
kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang
tidak realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok
sebaya; perubahan struktur sosial.

Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan


dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang
terjadi ( korban perkosaan , tituduh kkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan
orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri
sendiri yang berlangsung lama.
4. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhafisik yang dialami oleh klien
5. Aspek Psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generas
b. Konsep diri
1) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh .
Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus
asaan, mengungkapkan ketakutan.
2) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan.
3) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses
menua , putus sekolah, PHK.
4) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi
5) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri ,
gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan
kurang percaya diri.
a. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga
social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang
diikuti dalam masyarakat.
b. Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual)
6) Status mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata ,
kurang dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang
mampu berhubungan dengan orang lain , Adanya perasaan keputusasaan
dan kurang berharga dalam hidup.
7) Klien Kebutuhan persiapan pulang
a. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC,
membersikan dan merapikan pakaian.
c. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
d. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam
dan diluar rumah
e. Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
8) Mekanisme koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya
pada orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri).
9) Aspek medis
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT,
Psikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri.
2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak
efektifnya koping individu : koping defensif.
RENCANA TINDAKAN

DIAGNOSA
KEPERAW TUJUAN INTERVENSI
ATAN
Isolasi Sosial Setelah dilakukan tindakan TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK
keperawatan selama 3 x 24 jam  Klien
Klien dapat berinteraksi dengan SP 1                                             
orang lain baik secara individu o Bina hubungan saling percaya
o Identifikasi penyebab isolasi sosial
maupun secara berkelompok
SP 2            
dengan kriteria hasil :
o Diskusikan bersama Klien keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian
 Klien dapat membina berinteraksi dengan orang lain
hubungan saling percaya. o Ajarkan kepada Klien cara berkenalan dengan satu orang
 Dapat menyebutkan penyebab o Anjurkan kepada Klien untuk memasukan kegiatan berkenalan dengan orang lain dalam
isolasi sosial. kegiatan harian dirumah
 Dapat menyebutkan SP 3
keuntungan berhubungan
o Evaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan harian Klien
dengan orang lain.
o Beri kesempatan pada Klien mempraktekan cara berkenalan dengan dua orang
 Dapat menyebutkan kerugian
tidak berhubungan dengan o Ajarkan Klien berbincang-bincang dengan dua orang tetang topik tertentu
orang lain. o Anjurkan kepada Klien untuk memasukan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
 Dapat berkenalan dan jadwal kegiatan harian dirumah
bercakap-cakap dengan orang SP 4
lain secara bertahap. o Evaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan harian Klien
 Terlibat dalam aktivitas sehari- o Jelaskan tentang obat yang diberikan (Jenis, dosis, waktu, manfaat dan efek samping obat)
hari
o Anjurkan Klien memasukan kegiatan bersosialisasi dalam jadwal kegiatan harian dirumah
o Anjurkan Klien untuk bersosialisasi dengan orang lain
 Keluraga
o Diskusikan masalah yang dirasakan kelura dalam merawat Klien
o Jelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami Klien dan proses terjadiny
o Jelaskan dan latih keluarga cara-cara merawat Klien

TINDAKAN PSIKOFARMAKA
 Beri obat-obatan  sesuai program
 Pantau keefektifan dan efek sampig obat yang diminum
 Ukur vital sign secara periodik

TINDAKAN MANIPULASI LINGKUNGAN


 Libatkan dalam makan bersama
 Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak singkat tapi sering
 Berikan reinforcement positif  setiap Klien berhasil melakukan suatu tindakan
 Orientasikan Klien pada waktu, tempat, dan orang sesuai kebutuhannya
Gangguan Setelah dilakukan tindakan TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK
konsep diri: asuhan keperawatan selama 3 x Pasien:
harga diri pertemuan klien mempunyai  Bina hubungan saling percaya
rendah konsep diri yang positif dengan  Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien (individu, keluarg
masyarakat)
berhubungan criteria hasil:
 Antu klien menilai kemampuan klien yang dapat digunakan
dengan tidak  Dapat membina hubungan  Bantu klien memilih kegiatan dan melatih sesuai dengan kemampuan klien
efektifnya saling percaya  Melatih kemampuan kedua
 Dapat mengidentifikasi aspek  Anjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
koping
positif yang dimiliki Keluarga:
individu :  Dapat mengembangkan  Diskusikan masalah yang dirasakan keluargadalam merawat klien
koping kemampuan yang telah  Jelaskan pengertian, tanda, dan gejala harga diri rendah yang dialami klien beserta
defensif. diajarkan terjadinya
 Dapat terlibat dalam terapi  Jelaskan cara-cara merawat klien harga diri rendah
aktivitas kelompok orientasi  Latih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien harga diri rendah dirumah
realita dan stimulasi persepsi  Bantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
 Dapat mengikuti aktivitas di  Jelaskan follow up klien
rumah
  Dapat minum obat dengan TINDAKAN PSIKOFARMAKA
bantuan minimal
 Berikan obat-obatan sesuai program pengobatan klien
 Pantau keefektifan dan efek samping obat yang diminum
 Ukur VS secara periodic

TINDAKAN MANIPULASI LINGKUNGAN


 Bersikap menerima klien dan negativismenya
 Libatkan klien dalam setiap aktivitas dirumah dan di lingkungan
 Beri kesempatan pada klien untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya sendiri m
merapikan tempat tidur, membersihkan alat makan, dan minum obat
  Berikan umpan balik positif untuk tugas-tugas yang dilakukan secara mandiri
DAFTAR PUSTAKA

Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta :


Salemba Medika

Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC.

Keliat Budi Ana. 1999. Proses  Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta :
EGC

Anna Budi Keliat, SKp. (2006). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial
Menarik Diri, Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Anonim. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Isolasi Sosial. Diakses pada
tanggal 24 Juli 2012 pada http://nurse87.wordpress.com/2009/06/04/asuhan-
keperawatan-pada-klien-dengan-isolasi-sosial/

Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan
Jiwa Berat. Jakarta: Salemba Medika.

Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan


Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi (API).
Jakarta : fajar Interpratama.

Anda mungkin juga menyukai