Anda di halaman 1dari 10

STRATEGI MEMILIH GURU IDEAL SEBAGAI

PENDIDIK  MENURUT SYEKH AL-ZARNUJI
(KAJIAN TERHADAP KITAB TA`LIM AL-MUTA`ALLIM)
Tesis
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
 untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Islam
 pada Program Studi Pendidikan Islam
 Konsentrasi Pendidikan Agama Islam

Disusun oleh:
IMAM TABRONI
NIM:
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2012
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................................       i
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................        ii
PERNYATAAN KEASLIAN.......................................................................................        iii
NOTA DINAS PEMBIMBING I.................................................................................        iv
NOTA DINAS PEMBIMBING II................................................................................        v
ABSTRAKSI.................................................................................................................        vi
KATA PENGANTAR..................................................................................................         viii
UCAPAN TERIMA KASIH........................................................................................         x
PEDOMAN TRANSLITERASI..................................................................................         xi
DAFTAR ISI................................................................................................................          xii
BAB I             PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah....................................................................................        
B.     Perumusan Masalah.............................................................................................
C.     Tujuan Penelitian................................................................................................
D.    Kerangka teori....................................................................................................
E.     Sumber Utama Penelitian...................................................................................
F.      Metodologi Penelitian........................................................................................
G.    Sistematika Pembahasan....................................................................................
BAB II            BIOGRAFI Al-ZARNUJI
A.    Setting Internal al-Zarnuji
1.     Kelahiran al-Zarnuji.....................................................................................
2.     Pendidikan al-Zarnuji..................................................................................
3.     Karya Intelektual al-Zarnuji..........................................................................
B.     Setting Eksternal al-Zarnuji
1.     Ulama Fiqih....................................................................................................
C.     Gambaran Global isi Kitab Ta`lim al-Muta`allim.................................................
BAB III          KEDUDUKAN, SYARAT, SIFAT DAN ETIKA GURU MENURUT AL-
ZARNUJI
A.    Kedudukan Guru Menurut al-Zarnuji.................................................................
B.     Syarat dan Sifat Guru Menurut al-Zarnuji.........................................................
C.     Etika Guru Menurut al-Zarnuji...........................................................................
BAB IV          RELEVANSI DAN SIGNIFIKANSI PEMIKIRAN AL-ZARNUJI DENGAN
TEORI PENDIDIKAN KONTEMPORER
A.    Relevansi Konsep al-Zarnuji
1.      Tujuan Pendidikan Nasional.........................................................................
2.      Guru..............................................................................................................
3.      Kurikulum.....................................................................................................
B.     Signifikansi Konsep al-Zarnuji
1.      Etika dalam Interaksi Belajar Mengajar
a.       Etika dalam Interaksi Kognitif...............................................................
b.      Etika dalam Interaksi Afektif................................................................
c.       Etika dalam Interaksi Psikomotor..........................................................
2.      Pembinaan Interaksi Guru dan Murid
a.       Interaksi di dalam kelas.......................................................................
b.      Interaksi di luar kelas..........................................................................
c.       Interaksi di masyarakat.......................................................................
BAB V            PENUTUP
A.    Kesimpulan.......................................................................................................
B.     Rekomendasi....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah


Allah swt berfirman dalam al Qur’an surat al-Mujadalah ayat 1:
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Sebutan Guru sebagai “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” mungkin sudah tidak asing lagi di
kalangan masyarakat Indonesia. Sebutan tersebut berlaku karena memang tidak ada bintang
jasa resmi yang diberikan untuk mengapresiasikan peran guru dalam membangun bangsa ini.
Padahal, jasa guru sangatlah besar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bahkan orang
nomor satu di negeri ini pun tidak lepas dari jasa seorang guru. Sebenarnya memang bukan
sekedar bintang jasa yang diharapkan dari seorang guru, melainkan sebuah hasil dari
mendidik yang nantinya bisa bermanfaat bagi anak didiknya. Pada umumnya, sebuah tugas
mulia yang harus diemban yaitu mengajar dan mendidik anak – anak bangsa sangatlah
melekat dalam kepribadian seorang guru. Di samping itu, sikap tanpa pamrih, rela berkorban,
dan selalu menganggap setiap tetes keringat mereka adalah sebuah bibit, juga tak lepas dari
karakter sosok seorang guru.
Satu hal yang menarik dalam ajaran islam adalah penghargaan islam yang sangat tinggi
terhadap guru. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan guru
setingkat dibawah nabi dan Rasul, dalam beberapa riwayat hadits mereka mendapat
julukan waratsatu al-Anbiya  (pewaris para nabi), dan diibaratkan keunggulan mereka
dibandingkan dengan yang lain, seperti bulan purnama ditengah-tengah bintang[1].
Proses pendidikan di desain sedemikian rupa untuk memudahkan peserta didik
memahami pelajaran. Hampir semua dari faktor pendidikan operasionalnya dilaksanakan oleh
guru. Sebagai elemen penting dalam lingkup pendidikan, keberhasilan pendidikan tergantung
ditangan guru. Di tangan pendidik kurikulum akan hidup dan bermakna sehingga menjadi
“makanan” yang mendatangkan selera untuk disantap menjadi peserta didik.
Menurut DN. Madley  “Salah satu proses Asumsi yang melandasi keberhasilan guru dan
pendidikan guru adalah penelitian berfokus pada sifat-sifat kepribadian guru. Kepribadian
guru yang dapat menjadi suri teladanlah yang menjamin keberhasilannya mendidik anak”.
Utamanya dalam pendidikan Islam seorang guru yang memiliki kepribadian baik, patut untuk
ditiru peserta didik khususnya dalam menanamkan nilai-nilai Agamis[2].
Pendidikan yang merupakan modal utama dalam berkompetisi di era globalisasi ini
sangat identik dengan peserta didik yang menjadi objek pendidikan, bukan lagi subjek
pendidikan yang merupakan pendekatan lama dalam sebuah pengajaran. Sebuah definisi
pendidikan  terkandung dalam Undang – undang, seperti ditetapkan pada UU No. 20 Tahun
2003 Tentang SISDIKNAS, yakni:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”
Dari Undang – undang tersebut  dapat diambil makna bahwa peserta didik  merupakan
objek dari sebuah pembelajaran, sedangkan guru merupakan subjeknya. Penggunaan
pendekatan dalam pembelajaran pada jaman dahulu menggunakan TCL ( Teacher Centered
Learning ) yaitu pembelajaran berpusat pada guru. Penggunaan pendekatan TCL cenderung
terjadi kepada guru – guru senior . Pendekatan TCL kurang efektif digunakan karena hanya
menjadikan siswa sebagai pendengar, tidak melibatkan secara aktif kemampuan siswa, dan
tidak mendidik siswa secara mandiri. Dengan pendekatan yang diterapkan sekarang
yaitu SCL ( Student Centered Learning)  siswa lebih dituntut berperan aktif dalam kegiatan
belajar mengajar. Dengan pendektan SCL , siswa akan lebih kreatif dan lebih memahami
tentang materi yang diberikan oleh guru. Namun, pendekatan SCL masih jarang diterapkan
karena kurangnya sosialisasi terhadap guru dan masih terbawa dengan pendekatan TCL.
Untuk mengoptimalkan penggunaan pendekatan SCL, guru sebagai sumber belajar
mempunyai beberapa peran dominan yaitu  sebagai demonstrator, manajer/pengelola kelas,
mediator/fasilitator, dan evaluator[3]. Peran guru sebagai demonstrator yaitu guru diharapkan
menguasai materi yang akan diajarkan. Untuk menjadi seorang demonstrator, guru harus
selalu belajar untuk memperkaya ilmu yang dimiliki, sehingga hasil yang dicapai siswa
dalam belajar dapat optimal. Guru tidak hanya dituntut untuk menguasai materi yang
diajarkan, tetapi juga harus bisa membuat kelas kondusif, sehingga tercipta suasana belajar
yang nyaman. Dalam hal tersebut , guru berperan sebagai pengelola kelas. Selama kegiatan
belajar belajar, guru berperan sebagai mediator atau fasilitator, maksudnya bahwa guru
memerlukan media pendidikan untuk menunjang terlaksananya kegiatan belajar mengajar.
Guru tidak hanya mengandalkan ingatan atau pemahaman terhadap materi yang akan
diajarkan, tetapi juga memerlukan sumber – sumber belajar lainnya seperti buku, surat kabar
dan sumber – sumber di internet.  Peran selanjutnya adalah guru sebagai evaluator. Setiap
kegiatan memerlukan evaluasi agar pada kegiatan selanjutnya dapat berjalan lebih baik. Pada
kegiatan belajar mengajarpun juga demikian, evaluasi sangat penting dilakukan untuk
mengetahui seberapa banyak materi yang dapat dikuasai oleh seorang siswa.
Sebenarnya tingginya kedudukan guru dalam islam merupakan realisasi ajaran islam
itu sendiri. Islam memuliakan pengetahuan, pengetahuan itu di dapat dari belajar dan
mengajar. Tidak terbayangkan terjadinya perkembangan pengetahuan tanpa adanya orang
yang belajar dan mengajar, tidak terbayangkan adanya belajar dan mengajar tanpa adanya
guru, kedudukan guru, tidak terlepas dari nilai-nilai kelangitan[4].
Guru tidak hanya satu profesi, namun ia merupakan representasi dari berbagai
kedudukan yang sangat mulia, ia adalah pahlawan tanpa pamrih, pahlawan tanpa tanda
jasa, pahlawan ilmu pengetahuan pahlawan kebaikan, sang pembangun manusia dan
peradaban serta pondasi bangsa.
Para orang tua tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah, berarti ada kepercayaan
untuk melimpahkan sebagian tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru[5]. Hal ini
menunjukkan pula bahwa orang tua ingin menyerahkan anaknya kepada orang yang menjabat
guru secara profesional. Guru itu dipercaya mengemban tugas pendidikan anak-anak mereka.
Menurut Imam al-Ghazali, seorang `alim yang mau mengamalkan apa yang telah
diketahuinya, maka ia dinamakan dengan seorang yang besar disemua kerajaan langit, Dia
adalah seperti matahari yang menerangi alam-alam yang lain, dia mempunyai cahaya dalam
dirinya, dan dia adalah seperti minyak wangi yang mewangikan orang lain karena ia memang
wangi. Siapa saja yang memilih pekerjaan mengajar, ia telah memilih pekerjaan yang besar
dan penting, maka dari itu hendaknya ia menjaga tingkah lakunya dan kewajiban-
kewajibannya[6].
Oleh karena itu, pendidik perlu berusaha sekuat tenaga, membimbing dan
mengarahkan murid ke jalan yang benar, menanamkan semangat keagamaan ke dalam
jiwanya, menyuburkan akhlak ke dalam hati dan pikiannya, agar prinsip-prinsip ajaran islam
dapat mengatur semua sektor kehidupannya, dalam ucapan sekaligus dalam perbuatan.
Dengan cara itu, seorang guru akan menjadi teladan bagi orang lain terutama pada muridnya,
baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Dengan demikian, seorang guru mengemban pekerjaan yang amat penting yaitu
melaksanakan pendidikan yang relevan dengan tujuan diutusnya Rasulallah dalam
menyampaikan ajaran islam melalui pendidikan.
Seluruh gambaran di atas mencerminkan betapa agung, mulia, terhormat kedudukan
seorang guru. Menurut Morlender, Lase, Reagen dalam the professional teacher bahwa tugas
mengajar merupakan profesi moral yang mesti dimiliki oleh seorang guru[7].
Dari sini patut kiranya meneliti  kriteria pemilihan seorang guru yang mengacu pada
karangan yang momumental, yaitu kitab yang selalu dikaji oleh hampir seluruh pondok
pesantren yang ada di Indonesia, dan sudah terbukti keampuhannya dalam mendidik
siswanya, yaitu kitab Ta`lim al-Muta`allim karangan guru kita Syekh al-Zarnuji.
Ada beberapa alasan, kenapa peneliti membuat kajian tentang  strategi memilih guru
ideal dalam proses belajar mengajar  menurut syekh al-zarnuji, alasan ini antara lain,:
1.      Kitab Ta`lim al-Muta`allim merupakan acuan utama dalam proses belajar mengajar kalangan
pelajar pesantren, dimana peneliti juga berlatar belakang pesantren.
2.      Kualifikasi seorang guru di Indonesia perlu di perhitungkan mengingat banyak sekali
permasalahan dilapangan bila di dipadukan dengan Kitab Ta`lim al-Muta`allim.
3.       Sebagai warga negara Indonesia tentu tidak melupakan akan UUD 1945 berikut dengan
segala peraturan-peraturan yang telah ada. Dari sini peneliti ingin memadukan sistem
kualifikasi guru di Indonesia dengan cara Syekh al-Zarnuji mengutarakan pendapatnya
tentang strategi memilih Guru yang ideal dalam proses belajar mengajar yang terdapat
pada  Kitab Ta`lim al-Muta`allim, tentunya akan dapat terlihat perbedaan dan persamaan di
antara keduanya, mengingat waktu yang berbeda, Menurut M. Plessner, al-Zarnuji hidup
antara abad ke-12 dan ke-13. sekitar tahun 640 H (1243 M),
sedangkan sekarang abad 21 tahun 1432 H (2012 M)
B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan pada fokus masalah di atas, maka pertanyaan penelitian dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1.      Bagaimana kedudukan, syarat, sifat dan etika guru menurut Syekh al-Zarnuji dalam kitab
Ta`lim al-Muta`allim ?
2.      Bagaimana kedudukan, syarat, sifat dan etika profesi keguruan di Indonesia ?
3.      Bagaimana relevansi dan signifikansi pemikiran al-Zarnuji dalam kitab Ta`lim al-Muta`allim
tentang strategi dalam memilih guru yang ideal ?
C.    Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang telah ditetapkan diatas, penelitian bertujuan untuk
mengungkap tentang sebagai berikut:
1.      Kedudukan, syarat, sifat dan etika guru menurut Syekh al-Zarnuji dalam kitab Ta`lim al-
Muta`allim?
2.      Kedudukan, syarat, sifat dan etika profesi keguruan di Indonesia ?
3.      Relevansi dan signifikansi pemikiran al-Zarnuji dalam kitab Ta`lim al-Muta`allim tentang
strategi dalam memilih guru yang ideal ?
Dengan penelitian ini secara akademis diharapkan mampu memberikan rumusan
pemikiran pendidikan untuk mengembangkan teori-teori pendidikan islam, memberikan
kerangka teoritis yang mungkin dapat dikembangkan dalam praktek pendidikan
islam  terutama bagaimana strategi dalam memilih guru yang ideal sesuai dengan etika dan
norma agama yang terangkum dalam pemikiran Syekh al-Zarnuji dalam kitab Ta`lim al-
Muta`allim.
D.    Kerangka teori
Seorang guru adalah seorang pendidik. Pendidik ialah “orang yang memikul tanggung
jawab untuk membimbing”[8]. Pendidik tidak sama dengan pengajar, sebab pengajar itu
hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada murid. Prestasi yang tertinggi yang
dapat dicapai oleh seorang pengajar apabila ia berhasil membuat pelajar memahami dan
menguasai materi pengajaran yang diajarkan kepadanya. Tetapi seorang pendidik bukan
hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pengajaran kepada murid saja tetapi juga
membentuk kepribadian seorang anak didik bernilai tinggi[9].
Untuk menjadi seorang pendidik yang baik, Imam Al-Ghazali menetapkan beberapa
kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang guru. Tulisan berikut ini merupakan kutipan yang
diambil oleh peneliti dari buku Abuddin Nata[10], ketika menjelaskan kriteria guru yang baik
dari kitab Ihyaa Ulumuddin yang merupakan karya monumental Abu Hamid Muhammad bin
Muhammad Al-Ghazali. Sengaja kutipan di bawah ini diberi sedikit komentar untuk lebih
memperjelas maksud yang hendak disampaikan.
Al-Ghazali berpendapat bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru
yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya 
Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara mendalam,
dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh  dan teladan bagi para muridnya,
dan dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajar, mendidik dan mengarahkan
anak-anak muridnya.
Guru semestinya dipilih dari sekian banyak orang yang mencalonkan diri, dan diambil
yang memenuhi syarat. Inilah guru yang mulia, sebagai pewaris Nabi.,Tugas guru bukan
sebatas penyampai mata pelajaran ke sana kemari, dari satu kampus ke kampus yang lain.
Semestinya kita harus jujur, jika bangsa Indonesia yang saat ini belum bangkit, dan bahkan
justru bertambah bebannya adalah sebagai akibat dari mempercayakan guru kepada orang-
orang yang bukan semestinya. Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas guru.
Sebagai contoh sederhana, kita harus pahami bahwa jika siswa tidak pintar ilmu fiqih, bukan
kemudian hanya menyalahkan para siswanya sulit diajari ilmu fiqih, atau referensi yang
kurang lengkap, tetapi hal itu disebabkan, salah dalam memilih guru, karena dia bukan
bidangnya.
            Guru yang lembek akan menghasilkan lulusan yang lembek pula. Oleh karena
itu memperbaiki bangsa ini tidak akan mungkin bisa ditempuh hanya dengan waktu lima
tahunan sebagaimana yang dituntut banyak orang. Memperbaiki bangsa harus ditempuh
melalui pendidikan. Sedangkan meningkatkan pendidikan harus dimulai dari upaya-upaya
meningkatkan kualitas guru. Para guru atau pendidik bukan sebatas sebagai pekerja,
melainkan sebagaimana pewaris Nabi sehingga menjadi suri tauladan kehidupan dalam
lingkup yang luas dan menyeluruh. Inilah tugas guru yang amat strategis dan mulia.
Penyusunan masalah-masalah diatas, didasarkan pada pemikiran dasar bahwa masalah
guru merupakan pengejawantahan dari adanya kedudukan, syarat, sifat dan etika yang ada
padanya. oleh karena itu, perlu di pahami terlebih dahulu kedudukan, syarat, sifat dan etika
masing-masing antara pendapat syekh al-Zarnuji dengan pendidikan yang ada di indonesia.
Setelah itu, dicari relevansi strategi  syekh al-Zarnuji dengan pendidikan kontemporer dalam
memilih guru ideal.
Semua ilmu pengetahuan yang didasari oleh iman maka akan menghantarkan
seseorang pemilik ilmu kepada derajat kemanusiaan yang lebih mulia. Oleh karena itu, islam
tidak melarang untuk mengambil dan mempelajari ilmu pengetahuan apapun selama ia tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip islam.
Seluruh pengetahuan yang diterima seorang muslim haruslah berdasarkan ajaran
islam, baik hal itu yang berkaitan dengan kehidupan pribadi, hubungan antara sesama
manusia, masalah politik, ekonomi, sosial, pendidikan dan masalah apapun yang berkaitan
dengan kehidupan dunia dan akhirat. Islam sebagai standar penilaian, diterima atau tidaknya
suatu ilmu pengetahuan. Selama serasi dan konsisten dapat dilaksanakan dengan tidak
bertentangan dengan islam, maka tidak dilarang untuk mengambilnya.
Islam dalam kerangka diatas ditempatkan sebagai tolak ukur yang memberikan
landasan nilai bagi penggalian ilmu pengetahuan apapun jenis dan bentuknya, termasuk
dalam hal ini tentang strategi untuk memilih guru ideal sebagai pendidik menurut syekh al-
Zarnuji kajian terhadap kitab Ta`lim al-Muta`allim.
Dalam kitab Ta’lim Muta’alim al Zarnuji menjelaskan bahwa metode pembelajaran
meliputi dua kategori. Pertama, metode yang bersifat etik mencakup niat dalam
belajar. Kedua, metode bersifat teknik strategi meliputi cara memilih pelajaran, memilih
guru, memilih teman, dan langkah-langkah dalam belajar, disinilah peran guru sebagai
pendidik harus diperhitungkan, guru harus memiliki syarat, sifat, dan etika dalam mengajar
maupun bergaul dengan orang lain. Hal ini di maksudkan agar ilmu yang telah ia ajarkan
bermanfaat di dunia dan akherat.
E.     Sumber Utama Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua sumber data yaitu, yaitu sumber Data primer  dan
sumber data sekunder. Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan peneliti dari
sumber utamanya. Data yang menjadi sumber utama penelitian adalah karya tulis syekh al-
Zarnuji yaitu Ta`lim al`Muta`allim.
Sementara data sekunder bersumber dari beberapa tulisan lain
seperti  karya Ramayulis, Didaktik Metodik, Padang : Fakultas Tarbiyah IAIN Imam
Bonjol, 1982.
_________, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, Cet. II, 1998,  karya Nata,
Abuddin,  Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam: Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam,
Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, Cet. I, 2000, karya  Al-Ghazali, ihya al-ulum ad-din, juz
I, semarang: asy-Syifa, t.th, Dr. Syafi`i Antonio, M.Ec. et.al, Ensiklopedia leader ship dan
manajemen muhammad SAW, The Super Leader, Super Manager. (Jakarta: Tazkia Publising,
2010, Cet.I), bahan-bahan berupa buku-buku, makalah-makalah terutama yang peneliti unduh
dari internet, Dan beberapa karya tulis yang berkaitan dengan penelitian yang berkaitan
dengan pembahasan.
F.      Metode Penelitian

Sesuai dengan fokus masalah yang dikaji, penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan (book research), yaitu
melalui berbagai sumber rujukan baik yang primer maupun sekunder.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1.      Menentukan jenis data
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Oleh karena itu,
penelitian ini merupakan, penelitian ini merupakan dialog antara peneliti dengan sumber-
sumber kajian yang bersifat kepustakaan. Dalam kaitan ini, penelitian masalah kualifikasi
guru ideal sebagai pendidik menurut syekh al-Zarnuji dalam kajian kitab Ta`lim al-
Muta`allim  oleh karena wilayah penelitian berada pada bagian yang filosofis, maka data yang
diperlukan  bersifat kualitatif sehingga ukuran kebenarannya secara logis.
2.      Menganalisa data-data yang ada didalam sumber-sumber rujukan secara mendalam dengan
pendekatan dan metode:
a.       Pendekatan historis digunakan untuk mengungkap riwayat hidup, latar belakang pendidikan,
dan perjalanan karir dibidang pendidikan.
b.      Deskriptif analisis, yaitu memberi gambaran obyektif, jelas, sistematis dan proporsional
sesuai dengan data yang terkumpul.
c.       Cara pengambilan kesimpulan dengan menggunakan induksi dan deduksi. Metode induksi
dilakukan dengan jalan mengambil kesimpulan dari hal yang bersifat khusus menuju ke hal
yang bersifat umum. Sedangkan metode deduksi, yaitu berangkat dari hal yang bersifat
umum menuju ke hal yang bersifat khusus.
3.      Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini diambil dari buku yang dijadikan sumber data yaitu: Ta`lim
al-Muta`allim karya Syekh al-Zarnuji, Ihya` al-Ulum ad-Din,  Juz 1 karya Imam Ghazali,
dan Taisiir al-Khalaq karya ..............................beberapa pemikiran pendidikan islam karya
cendekiawan muslim.
Sedangkan cara kerja operasional penelitian ini, dilewati melalui prosedur sebagai
berikut;
1.      Menjelaskan istilah yang berkaitan dengan judul penelitian. Hal ini dilakukan pada setiap
awal pembahasan yang memerlukan pendefinisian definisi-definisi yang ditemukan
merupakan titik tolak pembahasan selanjutnya. Penjelasan definisi yang jelas dan tegas
tersebut, menjadi arah penelitian tentang strategi pemilihan guru ideal sebagai pendidik
dalam pendidikan islam. Dengan kafling-kafling istilah yang jelas pula agar tidak terjadi
kekaburan pemahaman tentang oojek kajian penelitian ilmiah ini.
2.      Dalam pembahasan strategi pemilihan guru ideal sebagai pendidik akan terkait dengan hak
dan kewajiban seorang guru. Oleh karena itu, pembahasan penelitian difokuskan pada hak
dan kewajibannya sebagai pendidik, pemahaman yang benar tentang hak dan kewajiban
unsur pokok dalam pendidikan tersebut, akan melahirkan pola etika yang benar sesuai dengan
hak dan kewajiban seorang guru.
G.    Sistematika pembahasan
Untuk memberikan gambaran yang utuh, tentang isi tesis ini, peneliti akan
membaginya menjadi lima bab, secara garis besarnya terdiri dari tiga bagian, yaitu
pendahuluan, isi, dan penutup.
Bab Pertama adalah pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah yang diangkat
oleh Peneliti, Perumusan Masalah,  Tujuan Penelitian, Kerangka Berpikir, Sumber Utama
Penelitian dan Sistimatika Pembahasan.
Bab Kedua dari tesis ini akan memuat kajian teoritik tentang riwayat hidup Syekh al-
Zarnuji dengan sub-sub pembahasan yang meliputi: kelahiran dan pendidikan Syekh al-
Zarnuji, Karya-Karya tulis Syekh al-Zarnuji, pengalaman Syekh al-Zarnuji, serta gambaran
global isi Kitab Ta`lim al-Muta`allim.
Bab ketiga merupakan bab yang membahas kedudukan, syarat, sifat dan etika guru
menurut Syekh al-Zarnuji.
Bab keempat akan dibahas tentang relevansi dan signifikasi pemikiran Syekh al-Zarnuji
tentang strategi memilih guru ideal dengan teori penddikan kontemporer.
Bab kelima merupakan penutup dari serangkaian bahasan dalam penelitian ini. Sebagai
bab penutup, akan akan dikedepankan kesimpulan dan saran-saran.

DAFTAR PUSTAKA
Zakiah Daradjat. 1996. Islam, ilmu pendidikan islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Qodri Aziz. 2003. Pendidikan untuk membangun etika sosial. Semarang: Aneka ilmu.
Yusuf al-Qardhawi. 1999. Al-Qur`an berbicara tentang akal dan ilmu pengetahuan. Jakarta: Gema Insani
Press.
Sardiman A.M. 1988. Interaksi dan motifasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru dan Calon
Murid.  Jakarta: Rajawali Press.
Sanusi Uwes. 2003. Visi dan pondasi Pendidikan. Jakarat: Logos.
Samsul Nizar. 2002. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press.
Syaiful Bahri Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Syekh Ibrahim bin al-Zarnuji. Tth. Ta`lim al-MuTa`allim. Bandung: Alma`arif.
Najib Khalil Al-Amir. 1994. Tarbiyah Rasulallah. Jakarta: Gema Insani Press.
Nurkhalis Madjid. 1997. Masyarakat Religius. Jakarta: Paramadina.
Nurkhalis Madjid. 2005. Ensiklopedia Islam, Buku 6. Jakarta: Ichtiar Van Hoeve.
M. Athiyah al-Abrasyi. 1990. At-Tarbiyah Al-Islamiyah. Bairut: Dar al-Fikr.
Muhibbin Syah. 1998. Psikologi Pendidikan Islam. Bandung: Rosda Karya.
Munjid Kamus. 1986. Bairut: Dar al-Masyriq.
Muhibbin Syah. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.
Muhaimin. 2001. Paradigma Pendidikan Islam.  Bandung: Rosdakarya.
M. Arifin. 1991. Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat. Jakarta: Golden Trayon Press.
M. Athiyah al-Abrasyi. 1996. Beberapa Pemikitan Pendidikan Islam,  (Penerjemahan Syamsuddin Asrofi
dkk). Yogyakarta: Titian Illahi Press.
John Echols dan Hasan Shaily. 1982. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Ibn Miskawaih. 1997. Menuju Kesempurnaan Akhlak, Penerjemah Helmi Hidayat. Bandung: Mizan.
Hery Noer Aly dan Munzier. 2000. Watak Pendidikan Islam. Jakarta: Friska Agung Insani.
Harun Nasution. 1992. Ensiklopedia Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Hasan Langgulung. 1995. Manusia dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka al-Husna.
Hadari Nawawi. 1992. Pendidikan dalam Islam.  Surabaya: al-Ikhlas.
_____________. 1989. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas.  Jakarta: Haji Masagung
A.Samana. 1994. Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius.
Asma Hasan Fahmi. 1979. Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Ahmad Syalabi. 1954. Tarikh at-Tarbiyah al-Islamiyah. Mesir: Kasyaf an-nasyr wa tauzi.
Ahmad Tafsir. 1994. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Rosda Karya.
Abuddin Nata. 1997. Filsafat Pendidikan Islam I. Jakarta: logos.
____________. 2001. Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid. Studi Pemikiran Tasawuf al-
Ghazali.  Jakarta: Rajawali Press.
E.Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: Rosda Karya.
Antonio, Syafi`I,. Et.al, 2010. Ensiklopedia Leadership dan Manajemen Muhammad SAW, Super
Manager.  Jakarta: Tazkia Publishing.
Nizar, Syamsul. 2000. Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis, Praktis. Jakarta: Ciputat
Press.
Sardiman, 1996. Interaksi Motivasi Belajar Mengajar, Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru. Jakarta: Raja
Grafindo.
Sisiwayanti, Novita. 2004. Profesionalisme Guru Menurut Ibnu Sahmun. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Udin, Tamsik AM dan Sopandi. 1987. Bidang Pengajaran Ilmu Pendidikan SPG/KPG/SGO. 1. Bandung:
Epsilon Grup Bandung.
Usman, M.Uzer, 1997. Menjadi Guru Professional.  Bandung. Rosdakarya.
Yamin, Martinis. 2006. Professionalisasi Guru dan Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Tangerang Persada Press.
Carnegie, Dale. 1980. Menuju Hidup Sukses dan Bergairah. Gunung Jati: Jakarta.
Jerrold E. Kemp. 1994. Terjemah: Proses Perancangan Pengajaran.   Bandung: ITB.
Sardiman, A.M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Rajawali.
Soelaeman, M.S. 1985. Menjadi Guru. Bandung: Diponegoro.

[1] Sunan abi daud: 3642, sunan addarami: 342, ibnu Hibban: 88, musnad ahmad: 21715
[2] http://kependidikanislamuniva.blogspot.com/2012/03/guru-yang-ideal-dalam-perspektif-islam.html (13 juli 2012).
[3]  http://images.holim020466.multiply.multiplycontent.com ,(12 Juli 2012).
[4] Ahmad Tafsir. Ilmu pendidikan dalam perspektif islam. ( Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994). 76.
[5] Zakiyah Daradjat, ilmu pendidikan islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996. hal. 39
[6] Al-Ghazali, ihya al-ulum ad-din,  juz I, semarang: asy-Syifa, t.th. hal. 142
[7] Dr. Syafi`i Antonio, M.Ec. et.al, Ensiklopedia leader ship dan manajemen muhammad SAW, The Super Leader, Super Manager. (Jakarta: Tazkia Publising, 2010, Cet.              I), 46.
[8] Ramayulis, Didaktik Metodik, Padang : Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol, 1982.
_________, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, Cet. II, 1998
[9] Ramayulis, Didaktik Metodik, Padang : Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol, 1982.
_________, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, Cet. II, 1998
[10] Nata, Abuddin,  Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam: Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, Cet. I, 2000
- See more at: http://imam-tabroni.blogspot.co.id/2012/07/prposal-tesis.html#sthash.6pKRZ1jf.dpuf

Anda mungkin juga menyukai