Anda di halaman 1dari 33

Konsep Belajar Dalam Kitab Ta'lim al Muta'allim 

Ditinjau Dari Teori Pendidikan Masa Kini (Modern)

BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah

Belajar sebagai kegiatan rutin siswa yang dapat kita saksikan dilingkungan masing
- masing. Mereka belajar tiap hari, ada yang ke sekolah, surau, majelis  ta'lim atau lembaga
pendidikan lalin. Hal itu terjadi menginat semakin majunya masyarakat.

"Semakin maju suatu masyarakat, semakin dirasakan pentingnya sekolah dan pendidikan
secara teratur bagi pertumbuhan dan pembinaan anak dan generasi muda pada umumnya.
(Zakiah Darajat,1980:9)

Selain itu agama pun memberikan dorongan terhadap umatnya untuk mencari ilmu, nabi
bersabda :

ْ َ‫ك طَ ِر ْيقًا ي‬
‫طلُبُ فِ ْي ِه ِع ْل ًما اِالَّ َسهَّ َل هللاَ لَهُ بِ ِه طَ ِر ْيقًا الِى الجنة‬ ُ ُ‫َما ِم ْن َر ُج ٍل يَ ْسل‬
Artinya : "Dari Abi Hurairah  ra. Berkata : nabi bersabda : Tiada seseorang yang
menempuh jalan untuk mencari ilmu kecuali Allah memudahkan baginya jalan ke syurga … "
(abu Daud,tt:jilid III:317)

Allahpun berfirman  dalam surat Al Mujadilah ayat 11 :

ٍ ‫يَرْ فَ ِع هللاُ الَّ ِذ ْينَ أَ َمنُوْ ا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذ ْينَ أُوْ تُوْ ا ْال ِع ْل َم د ََر َجا‬
‫ت‬
Artinya : "Niscaya Allah akan meninggikan orang – orang yang beriman diantara kamu dan
orang – orang diberi pengetahuan beberapa derajat." (Yayasan Penyelenggara Penterjemah
/ Pentafsir Al Quran,1411 H.:910)

Itulah beberapa seruan agar umat giat mencari ilmu dan masih banyak  ayat dan hadits serta
ucapan ulama' yang menyerukan giat mencari ilmu.

Dorongan seperti itu menjadi motivasi umat untuk berusaha mendapatkan ilmu dengan
berbagai cara ; yang melalui sekolah dan luar sekolah, sesuai dengan sistem pendidikan
nasional. (DEPAG,1996:1)

Dorongan untuk selalu belajar tidak cukup bagi anak didik, melainkan diperlukan usaha
nyata. Dalam hal ini pemerintah melakukan perbaikan dan peningkatan dalam pelayanan
pendidikan dengan beberapa cara ; dengan penyediaan sarana dan prasarana termasuk
peningkatan mutu guru seperti yang dilakukan Depdikbud ; mulai tahun 1996 / 1997, hanya
merekrut lulusan S-1 baik untuk SLTP atau SLTA. (Dedi Supriadi,1998:183). Itu adalah
contoh usaha nyata dalam lapangan pendidikan yang diharapkan dapat berhasil dalam
pendidikan.

Namun, apakah usaha itu sudah cukup untuk menciptakan keberhasilan dalam pendidikan ?.
Prof. Van Bemmelan menjelaskan :

"Di kota Leiden tiap permulaan tahun pelajaran baru muncul muka – muka baru yang angker,
penuh kesungguhan, keberanian dan kepastian, tapi pada akhir tahun antaranya kurang lebih
40 % karena satu atau alasan lain, jatuh dari cita –citanya." (The Liang Gie,1998:9)

Masuk dalam lembaga pendidikan pun tidak mudah apa lagi perguruan tinggi, sedang
langkah untuk keluar dari gerbang dengan sukses pun tidak mudah, itulah lukisannya tentang
pernyataan Professor diatas. Banyak rintangan, masalah dan kesulitan lain yang
harus  ditempuh dan diselesaikan  oleh pelajar.

      
         Menurut penelitian yang dilakukan oleh C.C. Wrenn dan Reginald Bell menganai
masalah pokok dari mahasiswa mencatat tiga hal yang paling atas dari daftar 16 masalah : 30
% mempunyai kebiasaan membaca lambat, 32 % tidak mengetahui ukuran – ukuran buku
dari tugas – tufas yang harus dipenuhi oleh mahasiswa., 50 % menyatakan mengalami
kesukaran dalam membagi dan mengatur waktu untuk belajar. ( The Liang Gie,1998:10)

               Penelitian lain yang dilakukan oleh Rosa L. Mooney dan Mary Alice Price
menunjukkan hasil :

a.     Tidak tahu cara belajar yang efektif, 37 % dari jumlah mahasiswa yang diteliti.

b.      Tidak dapat memusatkan perhatian, 31 %. ( Liang Gie,1998;10).

Dari beberapa penelitiandiatas dapat diambil kesimpulan, bahwa cara belajar yang efektif
masih belum dikuasai oleh pelajar bahkan belum tahu sama sekali.
Permasalahan tentang kesulitan belajar tidak hanya menimpa zaman sekarang saja, namun
masa lampau juga hal tersebut diungkapkan oleh imam az Zarnuji dalam mukaddimah kitab
Ta'lim al-Muta'allim :
"…banyak sekali penuntut ilmu yang tekun tetapi tidak bisa  memetik kemanfaatan dan
buahnya, yaitu mengamalkan dan menyiarkannya, lantaran mereka salah jalan dan
meninggalkan persyaratan keharusannya. Padahal salah jalan itu akan tersesat dan gagal
tujuannya baik kecil maupun besar …" (Az Zarnuji,tt:3)
Itulah pernyataan imam Az Zarnuji yang dapat disimpulkan bahwa cara belajar yang efektif
masih belum dikuasai.

Belum dikuasainya belajar oleh pelajar pada saat itu yang kemudian mendorong imam Az
Zarnuji untuk menuliskan kitab yang menerangkan cara belajar yang benar sehingga sukses
dalam belajar dan mencapai cita – cita.

Setelah penulis mempelajari kitab Ta'lim Al-Muta'allim, maka ingin untuk mengetahui
relevansi kitab itu dengan teori pendidikan modern. Itulah yang melatarbelakangi penulisan
skripsi ini sebagai kajian ilmiah di bidang pendidikan agama Islam dengan judul : "KONSEP
BELAJAR DALAM KITAB TA'LIM al-MUTA'ALLIM DITINJAU DARI TEORI
PENDIDIKAN MASA KINI (MODERN)".

B.     Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut dirumuskan permasalahan – permasalahan sebagai


berikut :

1.    Apakah kitab Ta'lim al Muta'allim mempunyai dasar – dasar konsep belajar dalam agama
Islam ;

2.    Apakah ada relevansi antara konsep belajar dalam kitab Ta'lim al Muta'allim dengan
teori – teori pendidikan masa kini.

C.   Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk memperoleh jawaban dari beberapa permasalahan
diatas, yaitu ;

1.       untuk mengetahui bagaimana konsep belajar dalam kitab Ta'lim al Muta'allim ;

2.       untuk mengetahui apakah ada relevansi kitab Ta'lim al Muta'allim dengan teori
pendidikan modern.

Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pendidikan agama Islam dan sekaligus
sebagai penambah khasanah perpustakaan perguruan tinggi.

D.    Penegasan Istilah

Agar tidak salah dalam memahami isi yang terkandung dalam skripsi ini, lebih dahulu
dijelaskan beberapa istilah yang terkandung dalam judul skripsi tersebut  :
KONSEP  : Ide atau pengertian yang
abstrak dari peristiwa yang
kongkret, proses atau apapun
yang ada diluar bahasa, yang
digunakan oleh akal budi untuk
memahami hal – hal lain
BELAJAR (Depdikbud,1990:       ) dalam
kamus lain diartikan :
Rancangan.
: Adalah suatu proses
perubahan tingkah laku
individu melalui interaksi
dengan lingkungan.
(Tabrani,1992:7)
KITAB    Dalam Kamus diartikan :
Usaha, berlatih untuk mendapat
pengetahuan. (Muh. Ali,tt:31)

AL    Sehingga dapat diambil


TA'LIM
MUTA-'ALLIM pengertian bahwa skripsi ini
membahas ide, rancangan
DITINJAU belajar.
:  Buku (M. Ali,tt:190)
   Dapat diambil pengertian
istilah ini menunjuk pada
bentuk dari buku yang akan
dibahas.
TEORI : Adalah kitab (buku) karangan
Syech Az Zarnuji bagi penuntut
ilmu tentang cara belajar.
PENDIDIKAN
: Memeriksa, memeriksai atau
mempelajari (M. Ali,tt:552)
   Mempunyai kesimpulan
bahwa dalam skripsi ini
MASA KINI membahas cara belajar dalam
MODERN kitab tersebut akan diperiksa,
dipelajari dengan cara tertentu
yang akan dijelaskan dalam
metode pembahasan nanti.
: Pendapat tentang cara – cara
dan aturan – aturan melakukan
sesuatu. (M. Ali,tt:532)
: Proses pengubahan sikap atau
tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam
mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan
latihan, perbuatan, cara
mendidik.
(Depdikbud,1990:204)
: Zaman, waktu sekarang (M.
Ali,tt:188,243)
: Yang terbaru, mutahir (M.
Ali,tt:255)

Skripsi ini menelaah cara – cara belajar yang ada dalam kitab Ta'lim al Muta'allim dengan
cara membandingkan.

               Adapun yang dibuat dasar membandingkan adalah teori pendidikan saat ini.
Sehingga dapat ditemukan kesimpulan – kesimpulan dan pengetahuan baru.

E.      Alasan Pemilihan Judul

                 Penulis memilih judul diatas (Konsep Belajar Dalam Kitab Ta'lim al Muta'allim
Ditinjau Dari Teori Pendidikan Masa Kini (Modern)) karena :

1.    secara subyektif ; penulis banyak mendengar bahwa : Ta'lim al Muta'allim sudah sangat
tidak relevan lagi untuk diterapkan bahkan untuk dibaca, maka penulis ingin mempelajari
sendiri dan memeriksanya.

2.   secara obyektif ; masih adanya permasalahan apakah cara – cara belajar saat dulu (ketika
kitab tersebut ditulis) masih relevan dengan saat ini.

F.     Metode Penulisan

          Guru mendapat hasil yang baik dan memenuhi persyaratan, penulis menggunakan
beberapa metode, yaitu sebagai berikut

1.      metode pengumpulan data

Guna mendapatkan daata yang dibutuhkan penulis memakai metode library research (study
kepustakaan). Penelitian ini menggali data dari bahan – bahan tertulis (khususnya berupa
teori – teori). (Tatang,1990:135) dalam penulisan skripsi ini mengambil data dari dua
sumber ;

a.       sumber data utama, diambil dari kitab Ta'lim al Muta'allim dan terjemahnya oelh Drs.
Aliy As'ad ;

b.      sumber data pendukung :

-          Cara Belajar Yang Efisien, oleh The Liang Gie.

-          Prinsip – Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, oleh Drs. Syahminan Zaini, dll.

 2.      Metode Analisis Data


a.          Metode Komparasi

Metode Komparasi dipakai karena terdapt dua pandangan dalam masalah belajar, yaitu
berasal dari masa lalu dan masa sekarang. Hal itu sesuai dengan definisi tentang metode juga
syarat komparasi.

Komparasi adalah "Membendingkan pandangan (dua atau lebih filsuf atau aliran".
(Sudarto,1996:61)

Dalam pandangan ini ditunjukkan kekuatan dan kelemahan masing – masing pandangan,
diberikan evaluasi, keterbatasan, relevansinya dangan pendapat yang lain.

b.         Metode Induksi dan Deduksi

"Induksi adalah proses penalaran dari hal – hal yang bersifat khusus ke hal – hal yang bersifat
umum". (Sudarto,1996:43)

"Deduksi adalah proses penalaran dari hal – hal yang bersifat umum ke hal – hal yang
bersifata  khusus". (Sudarto,1996:43)

Keduanya merupakan unsur dari metodologi penelitian filsafat.

G.   Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan skripsi ini dibagi menjadi lima bab. Tiap – tiap bab mempunyai
bahasan dan cakupan tersendiri.

Bab satu memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, penegasan istilah, alasan pemilihan judul, metode penulisan dan sistematika
pembahasan.

Penulis mengkhususkan bab II pada bahasan mengenai deskripsi kitab Ta'lim al Muta'allim
yang cecara rimci sebagai berikut : mengenal sekilas  tentang Ta'lim al Muta'allim, tujuan
dikarang dan kedudukannya dan kitab Ta'lim al Muta'allim sebagai konsep pendidikan agama
Islam

Bab III membahas tentang isi dari kitab Ta'lim al Muta'allim yang terbagi dalam sub pokok
bahasan : konsep tentang ilmu, konsep tentang belajar, konsep tentang murid, konsep tentang
guru.

Bab IV menguraikan tentang relevansi konsep kitab ta'lim al Muta'allim dengan teori
pendidikan masa kini yang meliputi konsep tentang ilmu, konsep tentang belajar, konsep
tentang murid, konsep tentang guru.

Ban V terdiri dari kesimpulan dan saran – saran. Kesimpulan sebagai initi yang
menyimpulkan pembahasan – pembahasan sebelumnya. Sedangkan saran – saran merupakan
uraian yang penting sebagai bahan masukan dari berbagai permasalahan. Kemudian skripsi
ini di akhiri dengan penutup.
BAB II

DESKRIPSI KITAB TA'LIM AL MUTA'ALLIM

A.          Sekilas Tantang Kitan Ta'lim al Muta'allim

Kitab Ta'lim al Muta'allim dikarang oleh Syaikh Az Zarnuji dengan nama lengkap :  ‫تَ ْعلِ ْي ُم‬
‫ْق التَّ َعلُّ ِم‬ ْ
ِ ‫ال ُمتَ َعلِّ ِم فِى طَ ِري‬  dan sering dipotong dengan nama Ta'lim al Muta'allim.

Kitab Ta'lim al Muta'allim yang memuat petunjuk bagi penuntut ilmu telah mendapat
sambutan baik di kalangan pelajar maupun guru terutama di tanah haram. (Ibrahim,tt:2)
Terutama pada pemerintahan Murad Khan  bin Salim Khan, abad XIV M. (Aliy As'ad,tt:I).

Dalam kenyataannya kitab ini telah dikenal dikalangan pesantren. Artinya tiap pesantren
mengenalnya. (Aly As'ad,tt:I). Kitab tersebut selain dapat dijumpai dengan bentuk Syarahan,
juga dengan bentuk terjemahan.

Kitab ini memuat tiga belas fasal, yaitu :

Fasal tentang pengertian ilmu dan fiqh serta keutamaannya ;

Fasal tentang niat diwaktu belajar ;

Fasal tentang memlilih ilmu, guru, teman, dan mengenai ketabahan ;

Fasal tentang menghormati ilmu dan ulama' ;

Fasal tentang  tekun, kontinuitas dan minat ;

Fasal tentang permulaan, ukuran dan tata tertib belajar ;

Fasal tentang tawakkal ;

Fasal tentang masa pendapatan hasil ilmu ;

Fasal tentang kasih sayang dan nasehat ;

Fasal tentang istifadah (mencari faidah) ;

Fasal tentang wara' di waktu belajar ;

Fasal tentang penyebab hafal dan lupa ;

Fasal tentang penghalang dan pendatang rezeki, serta pemanjang dan pengurang umur. (Az
Zarnuji,tt:4)
Itulah materi – materi yang termuat dalam kitab Ta'lim al Muta'allim. Semua materi yang
dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu : mengenai ilmu, cara belajar, murid, dan guru.

B.    Tujuan Kitab Ta'lim al Muta'allim

Setelah melihat banyaknya para pelajar yang terlihat bersungguh – sungguh dalam belajar
namun belum mendapat hasil yang memuaskan (mengamalkan dan menyiarkannya), maka
dicari sebab kegagalan mereka itu. Menurut Imam Az Zarnuji adalah mereka salah jalan dan
meninggalkan syarat keberhasilan mencari ilmu. (Az Zarnuji,tt:3).

Melihat keadaan seperti itu dan mengetahui penyebabnya, maka Imam Az Zarnuji ingin
menerangkan kepada pelajar saat itu jalan mencari ilmu.

Dalam Kitab Ta'lim al Muta'allim tidak hanya cara belajar saja diterangkan tapi guru pun
menjadi satu bahasan didalamnya. Namun dalam membahas guru tidak dibahas secara
mendetail melainkan dimasukkan dalam bab memilih guru (halaman 13). Hal ini mengingat
guru sebagai figur sentral yang ditangannya terletak kemungkinan keberhasilan dan
pencapaian tujuan belajar. (Tabrani R.1992:3). Namun Kitab Ta'lim al Muta'allim lebih
mengarah pada akhlak, tata krama ketika belajar. Namun dengan melaksanakannya dan
menekuni akhlak yang digariskan akan membawa kepada keberhasilan dalam mencapai ilmu.

Meskipun memuat adab, namun didalamnya memuat beberapa teknik belajar, baik memilih
ilmu, guru, teman dan hal – hal yang semstinya dilakukan oleh pelajar.

Namun dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan paling depan adalah agar para pelajar sukses
dalam mencapai buah dan manfaat ilmu setelah mengamalkan saran san teknik dalam Kitab
Ta'lim al Muta'allim.

C.     Kitab Ta'lim al Muta'allim Sebagai Konsep Pendidikan Agama Islam.

Islam sebagai agama yang diwahyukan Allah kepada nabi-Nya sebagai rahmatal lil alamin.
Dalam agama Islam terkandung dua potensi :

Potensi psikologis dan pedagogis yang mempengaruhi manusia untuk menjadi sosok pribadi
yang berkualitas bajik dan menyandang derajat mulia melebihi makhluk – makhluk lainnya.

Potensi pengembangan kehidupan manusia sebagai "Khalifah" di muka bumi. (Arifin,1991:2)

Untuk memfungsikan potensi tersebut diperlukan  suatu usaha kependidikan yang sistematik.

Kalau masalah pendidikan tidak akan terlepas pada lima faktor pendidikan yang saling
terpaut, yaitu :

1.            faktor tujuan pendidikan ;

2.            faktor anak didik ;

3.            faktor pendidik ;

4.            faktor alat –alat ;


5.            faktor lingkungan ;

Kelima faktor itu haru berinteraksi atau di dayagunakan secara bersama – sama. (Wasty
Soemanto,tt:128).

Kitab Ta'lim al Muta'allim membahas faktor – faktor tersebut. Namun dengan berdasarkan
agama Islam dan digali dari sumber agama, yaitu hadis – hadis rosulullah.

Melihat hal yang demikian, mak Kiab Ta'lim al Muta'allim merupakan konsep pendidikan
agama Islam sebagaimana pendapat Syahminan Zaini :

"Pendidikan Islami digali dari ajaran agam Islam sendiri." (Syahminan Zaini,1986:1)

Tujuan pendidikan oleh Imam Az Zarnuji dimuat dalam bab dua, yang berkenaan dengan
anak didik dibahas pada bab 3, 5 dan enam.

Faktor guru dibahas pada bab 3, 4, masalah alat – alat pendidikan dibahas pada bab 1, 3, dan
4. Faktor lingkungan dibahas pada bab 3 yaitu masalah teman dan masyarakat sekitar.

BAB III

KONSEP KITAB TA'LIM AL MUTA'ALLIM


TENTANG BELAJAR

A.   Konsep Tentang Ilmu

Dalam menyusun kitabnya Imam Az Zarnuji tidak melupakan hakekat tentang ilmu. Dalam
menerangkan tentang hakekat ilmu beliau berkata :

"Sifat yang kalau dimiliki oleh seseorang, maka menjadi jelaslah apa yang terlintas didalam
pengertiannya." (Az Zarnuji,tt:9)

Yaitu sifat yang ada pada diri seseorang ; apabila disebutkan tentang sesuatu, maka orang itu
akan teringat tentang sesuatu yang telah diketahui sebelumnya. Sebab antara menyebut ilmu
berarti menyebut apa yang telah diketahui, dari pengetahuan dapat keluar pengertian atau
penjelasan terhadap yang telah disodorkan padanya. (Ibrahim,tt:9)

Pembahasan tentang hakekat ilmu tidak diperluas, karena pembahasan tentang mencari ilmu
lebih penting agar para pelajar lebih mencurahkan perhatian untuk mencarinya. (Ibrahim,tt;9)

Ilmu telah diwajibkan untuk dicari oleh kaum muslimin. Namun terdapat perbedaan antara
golongan satu dengan golongan lainnya tentang ilmu mana yang wajib dipelajari bagi setiap
muslim. (Al Ghozali,1989:1:25). Dalam bahasan itu Imam Az Zarnuji membagi ilmu menjadi
tiga :

1.     Yang wajib dipelajari ;


2.     Yang fardhu kifayah ;

3.     Yang haram dipelajari.

   
1.   Ilmu Yang Wajib Di Pelajari

Yaitu ilmu yang dapat menghantarkan pelaksanaan kewajiban. Melaksanakan salat adalah
kewajiban bagi setiap muslim, maka wajib pula mempelajari ilmu tentang salat secukup dapat
melaksanakannya. Seseorang yang mempunyai kemampuan dalam melaksanakan haji, maka
ia wajib mempelajari ilmu tentang pelaksanaan haji. (Az Zarnuji,tt:4)

Selain itu mempelajari ilmu hal juga wajib. Pengertian dari ilmu hal adalah ilmu dasar agama
dan ilmu fiqih yang mengetahui tentang kafir, iman dan pelaksanaan agama, seperti salat,
zakat dan puasa. (Ibrahim,tt,4)

Mempelajari ilmu gerak hati seperti tawakkal, inabah, khasyah dan ridla dengan hukum dan
qodlo Allah karena ilmu itu selalu terpakai dalam setiap keadaan. (Az Zarnuji,tt:5)

2.     Ilmu Yang Berhukum Fardlu Kifayah

Mempelajari ilmu yang dipentingkan dalam saat – saat tertentu adalah berhukum kifayah ;
apabila sebagian dari sebagian masyarakat dalam suatu daerah telah menguasai, maka yang
lain tidak berkewajiban mempelajarinya. Jika dalam wilayah itu tidak ada yang
mempelajairinya, maka pemimpin diwilayah itu wajib memerintahkan warganya untuk
belajar. (Az Zarnuji,tt:8) Seperti kedokteran, perhitungan, keduanya hanya terpakai dalam
keadaan tertentu saja.

3.     Ilmu Yang Haram Di Pelajari

Mempelajari ilmu nujum untuk mengetahui dan mengelak dari taqdir Allah adalah haram.
(Az Zarnuji,tt:8). Karena menghindar dari taqdir-Nya adalah tidak mungkin. Belajar ilmu
tersebut menyia – nyiakan umur dan waktu. (Ibrahim,tt:8)

Menurut keterangan Imam Ghozali dilarangnya mempelajari ilmu nujum karena bisa
mnyebabkan lupa kepada-Nya. Karena menurut sebagian kepercayaan ilmu nujum berasal
dari kepercayaan yang mempercayai bahwa bintang – bintang dilangit mempunyai pengaruh
pada diri (jiwa) manusia yang ada di bumi sehingga membuat hati goncang karena
mempercayai jalannya bintang tadi.

Selain itu termasuk mempelajari ilmu yang tidak ada guna dan memberi manfaat, sedangkan
mempelajari ilmu yang tidak berguna termasuk tercela. (Al Ghozali,1989:42)

Setelah menjelaskan hukum tentang mempelajari ilmu, Imam Az Zarnuji menerangkan


tentang keutamaan ilmu. Ilmu mempunyai keunggulan :

1.   Ilmu hanya dimiliki oleh manusia, keunggulan manusia dibanding dengan binatang
karena mempunyai ilmu juga sanggup menduduki diatas para malaikat.
2.   Gubahan Syi'ir oleh Muhammad Ibnu Hasan Bin Abdullah :

"Tuntutlah ilmu, sungguh dia'kan menghias dirimu, dia perlebihan dan pertanda segala
pujaan."

"Faqih wara' satu, sungguh – sungguh lebih berat syetan mengganggu, ketimbang 'Abid
seribu." (AliyAs'ad,tt:6)

B.    Konsep Belajar

Imam Az Zarnuji menguraikan beberapa hal tentang cara belajar :

1.   Niat Belajar adalah dasar dari pada amal. Menurut pendapat Abu Hanifah, hukum dan
balasan terhadap amal perbuatan tergantung niatnya. (Ibrahim,tt:10). Dalam sabda Rasulullah
dijelaskan :

ِ ‫اِنَّ َما ْاالَ ْع َما ُل بِالنِّيَّا‬


‫ت‬

Artinya : "Hanya saja amal – amal perbuatan terserah niat – niatnya." (Bukhari,tt:6)

Untuk itulah Imam Az Zarnuji menyarankan bagi pelajar untuk berniat mencari ridla Allah
dan  pahal di akhirat kelak. Selain itu hendaklah berniat :

1.      Menghilangkan kebodohan dairi dan kaum bodoh ;

2.      Menghidupkan agam karena tegaknya Islam dengan ilmu ;

3.      Mensyukuri nikmat akal dan lesehatan badan.

Jangan sampai belajar diniati untuk mencari pangkat atau mencari dunia. (Az Zarnuji,tt:10)

Belajar adalah perintah agama Islam, maka pelajar dalam menjalani ketaatan kepada Allah.
Orang yang taat karena Allah (akhirat), maka akan ditolng melalui :

1.      Memberinya perasaan selalu kaya (qonaah) dalam hatinya ;

2.      Mengkokohkan persatuaanya ;

3.      Memberinya kekayaan dunia.

Orang yang taat karena dunia, Allah akan menjadikan :

1.      Kefakiran selalu terbayang di matanya ;

2.      Memecah belah persatuannya ;

3.      Tidak menambah dunia kecuali yang sudah dipastikan padanya. (H. Choiron
Ch.,1987:42)
Berarti niat mempunyai peranan penting dalam perbuatan, maka pelajar sudah sewajarnya
menata niat dan diarahkan. Salah satu niat yang baik adalah mencari ridla Allah. Saran Imam
Az Zarnuji yang lain tentang niat adalah di tulis pada bab II halaman 10.

Cita – cita adalah tujuan yang akan dicapai oleh orang yang nantinya akan diperjuangkan,
maka hendaklah pelajar diarahkan pada suatu cita – cita tertentu. (The Liang Gie,1988:17).
Maka cita – cita yang utama bagi seorang muslim adalah pengabdian pada yang kuasa ; Allah
swt. Sebagaimana firman-Nya dimaktub dalam surat al Bayyinah : 5

ِ ِ‫~اِالَّ لِيَ ْعبُ ُد هللاَ ُم ْخل‬ ‫اُ ِمرُوْ ا‬ ~‫َو َما‬


) 5 : ‫( البينة‬.... ‫ص ْينَ لَهُ ال ِّديْنُ ُحنَفَا~ َء‬

Terjemah : "Padahal mereka tidak disuruh kecuali menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kapada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus. (Yayasan Penyelenggara
Penterjemah / Pentafsir al Quran,1991:1084)

Selain itu dengan adanya cita – cita dalam diri pelajar, ini akan membentuk suatu sikap
rohani tertentu sehingga menjadi landasan utama bagi pelajar. (The Liang Gie,1988:17)

Maka, niat atau tujuan menjadi bagian dari belajar tidak dipandang secara remeh sehingga
baik masa lalu atau masa sekarang, menempatkan tujuan tingkat pertam yang nantinya
menjadi motivasi / dorongan dalam proses belajar sebagaimana dikemukakan oleh Dollar dan
Miller, bahwa keaktifan belajar dipengaruhi oleh empat hal yaitu :

-          adanya motivasi peserta didik menghendaki sesuatu ;

-          adanya perhatian dan tahu sasaran peserta didik memperhatikan sesuatu ;

-          adanya usaha peserta didik melakukan sesuatu ;

-          adanya evaluasi dan pemantapan hasil (reinforcement) peserta didik. (Tabrani


R.,1992:19)

Dari sini dapat diambil kesimppulan betapa pentingnya niat dan motivasi dalam belajar yang
nantinya menjadi landasan utama dalam mencapai cita – cita. Alangkah baiknya pada hari
pertama, hari mulai kegiatan belajar setiap orang tua dan guru memberikan pengarahn
tentang motivasi dan niat, kalau perlu menjadikan suatu kewajiban. Sehingga para pelajar
terhindar dari kejatuhan sebagaiman digambarkan oleh Prof. Van Bemmelen di depan (bab I).

2.     Teknik Belajar

Sebagai petunjuk dalam belajar Imam Az Zarnuji memberikan beberapa cara yang dapat
menunjang dalam keberhasilan belajar.

a.  Seorang pelajar jangan sampai meninggalkan sesuatu kitab sampai sempurna dipelajari.
(Az Zarnuji,tt:15). Termasuk juga mempelajari pengetahuan jangan berpindah sebelum
menguasai.

Dalam suatu buku diceritakan, bahwa Ibnu Sina, tokoh dan ilmuwan muslim, saat
mempelajari karya Aristoteles sebanyak 40 kali baca belum dapat memahaminya. Setelah
merasa belum mampu juga keluarlah beliau dari rumahnya. Dalam perjalanan itu
dijumpainya penjaja buku yang menawarkan buku kepadanya. Dibelinya buku sebuah buku
yang lusuh kemudian diketahui sebagai karya Al Faraby, setelah membaca buku itu baru Ibnu
Sina memahami buku Aristoteles yang belum difahaminya tadi. Dari sini dapat dilihat
kesabaran ulama' zaman dahulu mempelajari suatu kitab.

Selain adanya kesiapan mental dalam membaca tak lupa juga harus memperhatikan teknik
dan kebiasaan, anjuran guna mendapatkan hasil yang optimal dalam membeca / mempelajari
buku. Suatu metode yang disusun setelah mengadakan percobaan bertahun – tahun oleh
Professor Perancis P. Robinson yang disebut metode Survey Q3R :

1.      Survey (menyelidiki)

Sebelum membaca suatu bab dari buku, setiap pelajar seharusnya melakukan penyelidikan
lebih dahulu, guna mendapatkan gambaran tentang apa yang diuraikan dalam bab tersebut.
Hal tersebut dijalankan dengan membaca kalimat – kalimat permulaan bab itu dengan waktu
tak lebih dari satu menit. Dengan mempunyai gambaran pokok pelajar dapat membaca
dengan lebih cepat dan pokok – pokok itu dapat dihubungkan satu dengan lainnya.

2.      Question (bertanya)

Setelah melakukan penyelidikan, maka pembaca mengajukan pertanyaan dengan mengubah


kalimat pertama dalam bab itu menjadi pertanyaan. Dengan jalan bertanya itu akan
memperbesar pengertian tentang pelajaran yang dibaca itu, karena hal – hal yang penting
menjadi lebih tampak.

3.      Read (membaca)

Setelah melakukan dua langkah permulaan tersebut, baru boleh membaca buku tersebut.
Membaca ini adalah langkah aktif guna memberi jawaban dari pertanyaan di depan tadi.

4.      Recite (mengucapkan kembali)

Setelah membaca suatu bagian yang memuat jawaban atas sesuatu pertanyaan, jawaban itu
diucapkan kembali. Menurut Prof. Robinson adalah dengan menuliskan jawaban. Setiap
menulis jawaban ditulis dalam bentuk garis besar, itulah bentuk recite yang terbaik.

5.      Review (mengulangi)

Setelah membaca bab diselesaikan, secepatnya mengulang apa yang baru saja dibacanya
denga memeriksa kembali kertas catatannya. Jawaban garis besar itu dibaca sepintas lalu
sehingga mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai pokok – pokok yang diuraikan
dalam bab itu. Dengan demikian diketahui hubungan satu dengan lainnya dengan jelas pula.
Dengan berlatih yang demikian secara rutin sehingga menjadi kebiasaan yang baik.

Selain metode diatas, nasih ada metode lain yang pokok intinya sama dengan
Survey Q3R yaitu PQRST. Merupakan singkatan dari Preview, Question, Read, State dan
Test. Metode ini tawaran dari Dr. Thomas F. Staton. (The Liang Gie,1988:95-97)

Dalam pengertian ini, jangan ada pelajar yang menurutkan kemauannya sendiri dengan
berpindah dari satu jurusan ke jurusan yang lain, dengan alasan karena tidak suka saja, atau
mempunyai anggapan, bahwa dengan berpindah jurusan akan dapat ditemukan bakat,
tujuannya.

Cara belajar yang demikian selain tidak membuahkan hasil juga menghabiskan biaya hanya
menuruti ketidak matangan dalam menentukan pilihan. Jika pelajra, mahasiswa dalam
menentukan pilihan tidak sesuai dengan harapan, maka pandang dengan rasa optimis, nanti
akan berhasil.

Guna mempunyai kemauan selalu untuk mempelajari buku atau jurusan, maka minat tetap
dijaga dan kesadaran akan faedah pelajaran tersebut terhadap diri sendiri, umumnya pelajar
tidak minat terhadapp pengetahuan karena tidak tahu faedahnya. (The Liang Gie,1988:21)

Dapat diambil kesimpulan bahwa guna menumbuhkan minat terhadap suatu pelajaran dan
mempunyai daya tahan yang lama, perlu dipupuk rasa kesadaran akan pentingnya ilmu
tersebut (yang akan dipelajari) bagi kehidupan baik sekarang maupun nantinya.

Antara The Liang Gie dan Imam Az Zarnnuji, bahwa belajar perlu ketabahan untuk
menekunni ilmu, kitab, jurusan atau apapun agar berhasil. Ada Syi'ir dari Imam Asy Syafi'iy :

ُ‫بِ َغي ِْر َعنَا ٍء َو ْال ُجنُوْ نُ فُنُوْ ن‬    -    ‫تَ َمنَّيْتَ اَ ْن تُ ْم ِسي فَقِ ْيهًا ُمنَا ِظرًا‬

"Kau idamkan menjadi faqih penganalisa, padahal tak mau sengsara, macam – macam
sajalah penyakit orang gila itu."  (Aliy As'ad,tt:32)

b.         Jangan sampai pindah daerah kecuali terpaksa. Hal ini bisa membuat urusan kacau
dan hati tidak tenang dan bisa melukai perasaan guru. (Az Zarnuji,tt:15)

c.          Sebaiknya pelajar selalu mengekang hawa nafsunya dengan kesabaran. Ada sebuah
syair :

"Hawa nafsu adalah hina, tiap jajahan nafsu, berarti kalahan si hina." (Az Zarnuji, tt:15)

d.      Memilih Teman

Pelajar tidak akan lepas dari pergaulan dan teman sebaya. Bahkan setelah mengenal dunia
pergaulan teman lebih didengar dari orang tua sendiri. Untuk itu dalam Kitab Ta'lim al
Muta'allim pelajar hendaklah mencari teman yang mempunyai sifat :

- Tekun                                    - Jujur

- Wara'                                     - Mudah memahami masalah

dan menjauhi teman yang bertabiat pemalas, penganggur, banyak bicara, suka mengacau dan
gemar memfitnah. (Az Zarnuji,tt:15)

Imam Az Zarnuji tidak mengsampingkan peranan, akibat pergaulan sesama teman dengan
memberikan bahasan dalam kitabnya. Sebab akhlak tidak saja tumbuh dari belajar, namun
bisa juga dari pergaulan keluarga, masyarakat. Pergaulan itu akan terserap dalam kepribadian
anak. (Zakiah D.,1980:11)
Dalam bahasan ini juga dikutip beberapa syair yang terjemahannya sebagai berikut :

"Jangan bertanya siapa dia ?, cukuplah kau tahu 'oh itu temannya. Karena siapapun dia,
mesti berwatak seperti temannya."

"Bila kawannya durhaka, singkirilah dia serta merta, bila bagus budinya, rangkullah dia,
berbahagia."

(Az Zarnuji,tt:15).(Terjemah,Aliy As'ad,tt:20)

Dalam halaman berikutnya ditulis juga syair yang terjemahannya sebagai berikut :

-          Teman yang durhaka lebih berbisa dari ular yang berbahaya. Demi Allah Yang Maha
Tinggi, Nan Maha Suci.

-          Teman buruk, membawamu ke neraka Jahim. Teman bagus, mengajakmu kesyurga


Na'im. (Az Zarnuji,tt:16)

 Pelajar sudah seharusnya memperhatikan lingkungan pergaulan terutama teman, bagaimana


jua itu akan mempengaruhi diri pelajar.

e.       Mengulang pelajaran

Pelajar hendaklah tidak menyia – nyiakan waktu, kesempatan saat muda dalam mencari ilmu.
Selain itu ada kesanggupan mengulang setiap saat. (Az Zarnuji,tt:22). Selain itu ada waktu
yang terbaik untuk mengulang pelajaran yaitu waktu sahur. Baggi seorang ahli fiqih maka ia
lebih baik dalam keadaan sibuk dengan ilmunya. (Az Zarnuji,tt:25)

Tentang permulaan hari belajar Imam Az Zarnuji mengikuti jejak Syaikh Burhanuddin yang
biasanya memulai pengajianny pada hari rabu. Selain tiu ada hadits bahwa sesuatu yang
dimulai pada hari rabu akan menjadi sempurna. (Az Zarnuji,tt:28)

f.       Memulai Materi

Hendaklah pelajar memulai pelajaran, dengan pelajaran yang mudah difahami dan dihafal.
(Az Zarnuji,tt:28). Dengan memulai pelajaran yang mudah dihafal bagi pemula akan lebih
bersemangat untuk melanjutkan pelajaran karena merasa berhasil dalam memahami
pelajaran.

g.      Panjang Pelajaran

Panjang pelajaran yang dipelajari adalah sepanjang kadar kemampuannya, Syaikh Qodli
Imam Umar bin Abu Bakar Az Zanji berkata :

"Guru – guru kami berkata, sebaiknya bagi orang yang baru belajar, mengambil pelajaran
sepanjang yang kira – kira dihafalkan dengan faham setelah diajarkan dua kali berulang.
Kemudian tiap hari ditambah sedikit demi sedikit sehingga setelah banyak dan panjangpun
masih tetap dapat menghafal dengan faham pula setelah diulang dua kali. Demikianlah
lambat laun stepak demi setapak apabila pelajaran pertama yang dikaji itu terlalu panjang
sehingga pelajar memerlukan diulanginya sepuluh kali, maka untuk seterusnya sampai yang
terakhir pun begitu. Karena hal itu menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan kecuali dengan
susah payah." (Az Zarnuji,tt:28).(Terjemahan Aliy As'ad,tt;46)

h.      Membuat Catatan Sendiri

Tidak dapat dikesampingkan oleh pelajar adalah membuat catatan sebagai bahan untuk
mengulang, mempelajari pelajaran. Catatan harus dibuat dengan sebaik- baiknya dan mudah
dipelajari, karena catatan yang kurang bagus akan membuat otak tumpul. (Az Zarnuji,tt:29)

Catatan yang terbaik adalah yang telah dimengerti oleh otak, diorganisir dalam kepala dan
kemudian dituliskan diatas kertas dalam bentuk garis besar. Bagi mahasiswa untuk menyusun
catatan kuliah ada beberapa langkah. Langkah pertama ialah berusaha mengerti uraian dosen
dengan sepenuhnya. Pandangan ditujukan kearah dosen yang sedang berbicara, sehingga
mata juga ikut membuat penangkapan disamping telinga sehingga betul – betul pasti.
Kemudian setelah masuk ke kepala, otak bekerja membedakan mana yang penting dan tidak.
Untuk membantu otak membedakan mana yang perlu dicatat dan tidak, maka memperhatikan
dosen denganseksama adalah perlu. Biasanya hal – hal penting sering diulang dan dengan
menggerakkan tangan. Demikian tiap dosen mempunyai kebiasaan untuk menyatakan hal –
hal yang penting, misalnya dengan mengatakan "Ingatlah ! perlu kalian ketahui". Pada
umumnya yang penting adalah pokok pikiran atau dalil – dalil. (The Liang Gie,1988:88)

Kemudian mengelola hal yang penting itu dalam kepala. Uraian – uraian tadi yang penting di
organisir dan dihubungkan satu dengan lainnya dan disusun kalimat – kalimat yang pendek.
Setelah itu hasil olahan dicatat dalam garis besar dan dinyatakan dengan angka dan abjad
untuk melukiskan hubungan antara kalimat satu dengan lainnya.

Contoh : I ………………….

A.    …………….

1.……………

2.…………...

B.     …………….

II. ……………

III. …………... (The Liang Gie,1988:89)

Itulah beberapa cara tentang membuat catatan.

i.        Selalu Berusaha Memahami Pelajaran

     Pelajar sebaiknya mencurahkan perhatian dan segala daya untuk memahami pelajaran
sang guru atau dengan mengangan – angannya sendiri. (Az Zarnuji,tt:29)

Kadang ada pelajar tidak faham dengan pelajaran saat diterangkan, namun setelah sampai
ditempat kediaman ia baru memahami pelajaran. Maka, sudah sepatutnya pelajar selalu
mengangnan pelajarannya.
j.        Cara Menghafal

Pelajaran hari ini diulang lima kali, kemarin diulang empat kali, kemarin lusa tiga kali,
sebelum itu dua kali, sebelumnya lagi sekali.

Dalam mengulang pelajaran jangan terlalu pelan – pelan lebih baik dengan suara keras, tapi
jangan terlalu keras juga. (Az Zarnuji,tt:34)

Pada dasarnya metode menghafal dapat dibedakan menjadi tiga macam :

1.      Menghafal dengan melalui pandangan mata saja. Bahan pelajaran itu dipandang atau
dibaca dalam batin dengan penuh perhatian dan otak bekerja untuk mengingat – ingat ;

2.      Menghafal dengan melalui pendengaran telinga. Dalam hal ini bahan pelajaran deibaca
dengan keras dan dimasukkan ke telinga untuk disimpan dalam kepala ;

3.      menghafal dengan melalui gerak tangan, yaitu dengan jalan menulis – nulis diatas
kertas dengan jari – jari atau pensil.

Metode yang terbaik untuk menghafal adalah tergantung pada bahan itu. Kalau metode itu
dipakai pada jenis bahan pelajaran yang semestinya tentu akan mendapatkan hal yang
memuaskan, yaitu :

-          Bahan memerlukan pengertian yang dalam hendaklah dihafal dengan cara


penglihatan ;

-          Untuk bahan yang berupa definisi atau berupa pikiran pokok maka diperlukan suara
keras. Suara itu akan berkumandang dalam pikiran sehinga nanti sewaktu diperlukan dapat
diucapkan dengan tepat ;

-          Materi yang berupa gambar grafik atau apapun yang tidak berupa kata lebih tepat
dihafal dengan menggerakka, menuliskan tangan. Sebaiknya memakai pensil yang kalau ada
kesalahan dapat diketahui.

Hal – hal lain yang akan membantu mempermudah, mempercepat hafalan sebaiknya selalu
diusahakan oleh pelajar. Misalnya untuk mengingat serentetan nama atau istilah dapat
digunakan suatu singkatan atau alat assosiasi. Contoh : Adam, Nuh, Musa, Isa, Muhamad,
nama nabi itu dapat disingkat ANIMIM. Dengan seketika semuanya akan teringat. (The
Liang Gie,tt:135-137)

k.      Bagi Pelajar Fiqih (fak husus)

Bagi pelajar fiqih dianjurkan untuk menguasai sesuatu kitab fiqih diluar kapala. Hal ini akan
sangat membantu untuk mempelajari fiqih selanjutnya, begitu juga untuk mendalami suatu
pelajaran tertentu. (Az Zarnuji,tt:34)

l.        Menghindari kepanikan
Menuntut ilmu tidak selamanya lancar tanpa halangan atau aral hambatan. Hambatan yang
datang tidak saja dalam menghadapi ujian atau keuangan. Namun banyak juga bersumber
dari arah lain. Bagi seorang pelajar menghindari hal – hal yang membuat dirinya panik adalah
sangat dianjurkan.

Kepanikan akan membuat permasalahan kacau balau dan kegagalan. Untuk itu pelajar
mempersiapkan diri untuk siap menghadapi segala kemungkinan. Untuk mencegah kepanikan
tersebut seorang pelajar paling tidak mencari informasi tentang pelajaran yang akan
ditempuhnya. (The Liang Gie,1988:19)

Syaikh Islam Burhanuddin berucap :

"Sesungguhnya saya dapat melebihi teman – temanku adalah karena selama belajar tidak
merasa panik, kendor dan kacau." (Az Zarnuji,tt:34/Aliy As'ad,tt:60)

C.    Konsep Tentang Guru

Guru yang dalam bahasa jawa sering di artikan sebagai orang yang bisa digugu dan ditiru,
baik ilmu atau kepribadiannya. Selain harus memenuhi beberapa syarat guru harus
mempunyai kepribadian. Kepribadian  itu yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik
yang sejati (baik) bagi anak didiknya atau akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa
depan anak didiknya itu. (Zakiah D.,1980:16)

Disamping guru memenuhi syarat menguasai ilmu (Wasti S.,tt;146) atau orang dewasa yang
professional, ahli transfer of knowledge, namun juga sebagai pemimpin dan pendidik.
(Arifin,tt:163). Untuk itu Imam Az Zarnuji memberikan konsep tentang guru. Guru adalah
harus berusia tua. (Az Zarnuji,tt;13). Dengan demikian tugas guru sebagai orang dewasa
lebih tertunjang, baik itu ilmu atau pengalamannya. Karena itu, guru akan memperhatikan
beberapa unsur tentang    belajar yang berkenaan dengan dirinya :

1.      Kegairahan dan Kesediaan untuk Belajar 

Seorang guru telah berpegalaman tidak berusaha mendorong peserta didiknya untuk
mempelajari sesuatu diluar kemampuannya dan tidak memompakan keotaknya pengetahuan
yang tidak sesuai dengan kematangannya atau tidak sejalan dengan pengalaman yang lalu,
atau memakai metode yang tidak sesuai dengan mereka. Guru akan selalu memperhatikan
keadaan suasana jiwa mereka.

2.     Membangkitkan Minat Murid

Guru harus menjaga aturan kelas dan menjadikan siswa bergairah menerima pelajaran. Dia
juga mengarahkan kelakuan mereka kepada yang baik yang diinginkan. Dengan suka rela dan
atas kemauan sendiri bekerja dan bergerak. Jalan untuk itu adalah membangkitkan minat
murid dengan berusaha memenuhi kebutuhan mereka, memelihara bakat mereka serta
mengarahkan pada yang benar.

3.     Menumbuhkan Sikap dan Bakat

Banyak macam kegiatan yang dilakukan anak didik dalam belajar, membangkitkan minat dan
keperluannya, pembentukan bakat dan sikap, yang menjadi bagian dari kepribadian mereka,
maka perlu dibangkitkan bakat dan sikap yang baik. Salah satu cara adalah memberikan
dorongan dan pujian. Adapun kekerasan dan kegagalan melemahkan semangat. (Frederik
Kuder,1984:22).

4.     Mengatur Proses Belajar – Mengajar

Mengatur pengalaman belajar serta kegiatan yang berhubungan dengannya, adalah faktor
utama dalam berhasilnya proses belajar, karena ia memudahkan murid untuk memperoleh
pengalaman tersebut dan dalam memanfaatkannya. Pengaturan itu terjadi dengan
menghubungkan unsur – unsur pelajaran dengan keperluan murid, dan menjadikannya
kesatuan yang terpadu yang berkisar pada masalah yang menjadi perhatian mereka. Dengan
demikian pelajaran ilmu menjadi lebih bermakna. Karena belajar didasarkan pada
pengalaman yang sudah dimiliki. (Tabrani R.,1992:84)

5.     Pemindahan Pengaruh Belajar dan Penerapannya dalam kehidupan umum.

Sebagaimana telah  dikenal, diketahui sekolah adalah lembaga yang mempersiapkan generasi


muda untuk kehidupan di masyarakat luar. Dengan begitu sekolah dituntut melakukan
persiapan suasan pengajaran yang nantinya dapat dipergunakan dalam kehidupan di luar.
Untuk itu perlu pengalaman yang dipindahkan dari mesyarakat ke generasi muda. Untuk itu
adanya pengalaman yang mana harus diberikan kepada mereka yang dengan pengalamannya
menghadapi situasi baru. Berarti akan berpindah pengaruh apa yang telah mereka pelajari
dari suasana sekolahnya kesemua lapangan hidup.

Perpindahan pengaruh belajar untuk menghadapi situasi baru dalam hidup harus memenuhi
syarat :

a.        Adanya persamaan antara suasana pengajaran disekolah dengan suasana kehidupan


diluar sekolah ;

b.        Anak didik mengenal persamaan tersebut ;

c.        Agar suasan pengajaran toleran dan lemah lembut ;

(Zakiah D.,1980:41)

6.     Hubungan Manusiawi Dalam Situasi Pengajaran.

Penolakan atau kegairahan anak pada pengajaran tak lepas dari hubungan dia dan guru atau
sesama anak didik sendiri. Kemungkinan guru keras, otoriter dan kasar, serta menggunakan
cara yang tidak tepat dalam pengajaran atau mengancam, menghina dan tidak mendorong.
Maka sebagai akibat dari yang demikian anak didik akan menjauh dari padanya dan tidak
menerima pelajarannya.

Apabila kegairahan peserta didik tergantung pada hubungan antara guru dan mereka, maka
sebaiknya guru mengenal sifat – sifat yang dimiliki menjadikan hubungan keduanya semakin
baik, seperti :

-          suka bekerja sama ;


-          penyayang ;

-          menghargai kepribadian anak dan sebagainya.

Dengan demikian hubungan guru dan peserta didik, murid adalah unsur yang penting dalam
proses balajar nantinya. Selain itu menjadi ringan beban guru dibanding dengan kelas lain
yang tidak serasi. (Zakiah D.,1980:44)

Guru menurut Imam Az Zarnuji harus mempunyai ilmu yang utuh dan berkualitas. (Az
Zarnuji,tt:13). Dalam praktiknya memang sangat dibutuhkan guru yang benar – benar
mumpuni. Guna meningkatkan kualitas guru telah dan sudah dilakukan banyak pihak,
terutama pemerintah dengan menentukan kualifikasi pendidikan guru baik dengan hanya
menerima guru lulusan S-1 untuk SLTP. (Dedi Supriadi,1986:111)

Setelah memilih guru dengan kualifikasi tentang ilmu yang dimilikinya, maka sekarang harus
mempedulikan akhlaknya.

Seorang guru harus memiliki sifat wara' ; menjaga diri dari hal – hal yang diharamkan oleh
Allah. (Az Zarnuji,tt:13)

Persyaratan tentang wara' ini disamping menjaga akhlak guru itu, juga menjaga mental dari
anak didik sendiri. Sebagai contoh di dalam Kitab Fathul Karim Al Manan pada halaman 11
dijelaskan beberapa tata krama seorang guru dan syarat pengajar al Quran, yaitu :

-          muslim ;

-          baligh dan berakal ;

-          dapat dipercaya ; membersihkan diri dari hal yang menyebabkan fasik ;

-          membaca al Qran dengan suara yang bisa didengar ;

-          ikhlas karena Allah dan tidak mengharap sesuatupun dari urusan dunia ;

-          zuhud dunia ;

-          dermawan ;

-          bijaksana ;

-          sabar ;

-          dengan wajah yang berseri ;

-          selalu dalam keadaan wara' ;

-          khusyu' ;

-          tawaddu' ;
-          menjaga diri dari riya', hasad, dan ujub.

Itulah contoh tata krama dan syarat bagi guru yang sepintas kita lihat tidak mudah dan
mungkin hanya menjadi gagasan yang sulit untuk dilaksanakan namun itu adalah syarat yang
nanti dimiliki oleh guru dalam menjalankan tugasnya dilapangan.

Tentang sikap wara' yang harus dimiliki guru saat ini diatur dalam kode etik bagi seorang
guru. Pada tahun 1925 telah disusun suatu kode etik bagi guru olehNational Education
Association yang meliputi :

-          hubungan guru dengan anak didik dan keluarga ;

-          guru dengan soal – soal kenegaraan ;

-          guru dengan jabatan

Pelanggaran terhadap kode etik yang berlaku merupakan perbuatan yang mengurangi nilai
seseorang dalam jabatannya. Sebagai contoh, yang berkaitan dengan jabatan, bahwa seorang
guru tidak boleh melamar jabatan atau pekerjaan yang masih dipegang oleh guru lain, bahwa
suatu kontrak yang telah ditandatangani harus dipenuhi sampai selesai.

Sebagai seorang guru tidak hanya dituntut memenuhi peraturan itu dan ini, namun juga
dituntut memiliki kasih sayang. (Az Zarnuji,tt:36). Karena bagaimanapun pendidikan adalah
hubungan timbal balik sesama manusia, maka bagi guru harus memiliki kasih sayang kepada
anak didiknya. Memang dasar pendidikan adalah kasih sayang yang tulus. (Dedi
Supriadi,1989:9). Kemudian keluar gagasanhumanistic education yang menganggap bahwa
guru dan anak didik adalah sejajar dan sebagai relasi. (Tabrani R.,1991:181)

D.    Konsep Tentang Murid

Secara ringkas dapat dikatakan bagaimana cara yang mesti ditempuh oleh pelajar agar
berhasil mencapai cita – cita dan apa yang mesti diperbuat, tekuni guna meraihnya :

1. Mempunyai rasa untuk mengagungkan ilmu, karena guna mencapai ilmu perlu
diagungkannya. Pengagungan ilmu berarti juga mengagungkan ahli ilmu, yaitu guru atau
pengajar. Tidk menghormati (menghargai ilmu) maka akan gugurlah ilmu itu. Dalam kitab itu
dituturkan bahwa tidak akan kufur orang yang telah melakukan maksiat namun orang dapat
kufur lantaran tidak menghormati Allah. (Az Zarnuji,tt:16)

2.  Mengagungkan guru, termasuk menghormati ilmu adalah menghormati guru. Sahabat Ali
berkata :"Sayalah menjadi hamba orang yang telah megajariku satu huruf. Terserah padanya,
saya mau dijual, dimerdekakan ataupun tetap dijadikan
hambanya."                           Dituliskan sebuah Syi'ir : "Keyakinanku tentang hak guru, hak
paling hak adalah itu, paling wajib dipelihara, oleh sesama muslim seluruhnya. Demi
memulyakan, haiah berhak dihaturkan seharga seribu, tuk mengajar satu huruf." (Az
Zarnuji,tt:16). Memang benar jika seorang guru mengajar dalam urusan agama, maka ia
berarti bapak dalam kehidupan agama. Dari Imam Asy Syairozi : "Bagi orang yang ingin agar
puteranya alim, hendaklah suka memelihara, memulyakan,  mengagungkan, dan
menghaturkan hadiah kepada kaum ahli agama yang tengah dalam pengembaraan ilmiahnya.
Kalau toh ternyata bukan puteranya yang alim, maka cucunya nanti." (Aliy As'ad,tt:23) / (Az
Zarnuji,tt:17).

Termasuk menghormati guru, yaitu janganlah duduk ditempatnya, memulai mengajak bicara
kecuali atas perkenannya, menanyakan hal – hal yang membosankan yang pada intinya
membuat mereka rela.

         Menghormati putera guru adalah termasuk menghargai guru juga. Barang siapa yang
melukai hati gurunya maka tertutuplah berkah lmunya.

3.            Memulyakan Kitab

Termasuk menghargai ilmu yaitu memulyakan kitab. Karena itu, sebaiknya pelajar jika
mengambilnya dalam keadaan suci. Hikayat, Syaikh Al Khuwaini berkata : "Hanyasanya
saya dapati ilmuku ini adalah dengan mengagungkan. Sungguh saya mengambil kertas
belajarku dalam keadaan suci." (Az Zarnuji,tt:18)

Jangan membentangkan kaki kearah kitab, jangan menulis dengan warna merah. Itulah
beberapa tata krama dalam memulyakan kitab.

4.            Menghormati Teman (Az Zarnuji,tt:19)

Termasuk arti menghargai ilmu pula, yaitu menghargai teman. Dalam pergaulan, pelajar
selalu memegangi akhlaq dan menjaga kehormatan mereka. Begitu juga siap sedia, ringan
tangan untuk membantu bila dibutuhkan. (The Liang Gie,1988:27).

5.            Selalu bersikap hormat dan khidmat.

Hendaklah penuntut ilmu memperhatikan segala sesuatunya tentang ilmu sekalipun masalah
itu telah berulang – ulang didengarnya demi mengagungkan dan menghormati ilmu. (Az
Zarnuji,tt:19)

6.            Janganlah memilih ilmu sendiri.

Hendaklah sang murid jangan menentukan pilihan sendiri terhadap ilmu yang akan dipelajari.
Seyogyanya mempersilahkan guru untuk menentukan pilihannya, karena dialah yang berkali
– kali melakukan uji coba tentang mengetahui ilmu apa yang sebaiknya diajarkan kepada
seseorang sesuai tabiatnya.

Imam Burhanul Had Waddin berkata :

"Para siswa dimasa lalu dengan suka rela menyerahkan sepenuhnya urusan – urusan belajar
kepada gurunya, ternyata beroleh sukses apa yang di idamkan ; tetapi sekarang pada
menentukan sendiri, akhirnya gagal cita – citanya dan tidak bisa mendapatkan ilmu dan
fiqih." (Az Zarnujii,tt;19)

Suatu hikayat, bahwa Muhammad bin Ismail Al Bukhory pada mulanya adalah belajar fiqih
pada Muhammad bin Hasan Maka disuruhnya ia untuk belajar ilmu hadits, maka menjadi
pemuka hadits terkenal.
7.         Menyingkiri akhlaq tercela.

Pelajar supaya menjaga diri dari akhlaq yang tercela. Karena akhlaq buruk itu ibarat anjing,
terutama sikap takabbur atau sombong.

"Ilmu itu musuh bagi penyombong diri, laksana air bah, musuh dataran tinggi." (Az
Zarnuji,tt:20)

8.         Kesungguhan hati.

Selain itu semua, pelajar juga harus bersungguh – sungguh hati dalam belajar secara kontinu.
Ada dikatakan pula :

"Siapa bersungguh – sungguh dalam mencari sesuatu, pastilah ketemu.","Barang siapa


mengetuk pintu bertubi – tubi, pasti dapat memasuki." (Az Zarnuji,tt:21)

Adapula dikatakan :

"Dalam mencapai kesuksesan mempelajari ilmu fiqih, diperlukan kesungguhan tiga pihak,
yaitu : guru, pelajar dan wali murid."

Dengan demikian, setelah guru memenuhi syarat dan bersungguh – sungguh dalam mendidik,
maka tinggal wali murid dan pelajar mempersiapkan diri.

Dikatakan dalam sya'ir :

-          Dengan kesungguhan, hal yang jauh jadi berada dekat, pintu terkunci pun terbuka.

Dalam manaqib Imam Syafi'i ditulis :

‫تَ ُج َّر َع َذ َّل ْال َج ْه ِل طُوْ َل َحيَاتِ ِه‬      ً‫َو َم ْن لَ ْم يَ ُذ ْق ُم َّر التَّ َعلُّ ِم َسا َعة‬

Terjemahan : "Barangsiapa tidak pernah merasakan pahitnya belajar yang hanya sesaat,
makaia akan merasakan kebodohan sepanjang hidupnya." (Muhammad bin Abdil
Qodir,tt:38)

Banyak orang yang memulai pekerjaan namun amat sedikit sampai pada akhir pekerjaan itu,
maka seorang pelajar dalam menempuh studynya jangan sampainsetengah hati ; asal jalan.
Karena hal itu meskipun dapat diselesaikan namun hasilnya tidak memuaskan. Dalam buku
terjemahan Kitab Ta'lim al Muta'allim dituliskan :

-          Tidak kau boyong harta

Tanpa menanggung mesakat derita

Ilmu pun begitu pula (Aliy As'ad,tt:32)

-          Siapa tanpa mau sengsara inginkan keluhuran

Mengulur umur buat yang tak kedapatan (Aliy As'ad,tt:33)


9.               Sekuat tenaga

Hendak mencapai keluhuran ilmu, pelajar harus mempunyai hati yang kokoh dan kemauan
untuk berusaha sekuat tenaga, dengan tak mengenal letih menghayati keutamaan ilmu.

Cita – cita tidak cukup melainkan harus disertai usaha yang keras untuk memperjuangkannya.
Tidak perlu membayangkan mencari ilmu dengan segala kemudahan dan kesenangan, karena
hal itu akan membuat hati tidak sanggup menerima kenyataan dihadapan mata.

Sekuat tenaga untuk berusaha mencapai ilmu tidak akan timbul kalau kita dapat menghayati
keutamaan ilmu. Untuk itu dalam Kitab Ta'lim al Muta'allim ditulis tentang keutamaan ilmu :

-          Kami rela, bagian Allah untuk kami

Ilmu untuk kami, harta buat musuh kami

-          Dalam waktu singkat, harta jadi musnah

Namun ilmu abadi tak akan sirna (Az Zarnuji,tt:25)

Keutamaan ilmu banyak diungkapkan dalam Kitab Ta'lim al Muta'allim yang menguraikan
tentang keharusan sekuat tenaga guna mencari ilmu. Dikutib mutiara hikmah dari Syaikh
Ajall al Hasan bin Ali al Marghibaniy :

"Kaum bodoh, telah mati sebelum mati

orang alim, tetap hidup walaupun mati."

Kemudian dari Syaikh Islam Burhanuddin :

"Kebodohan membunuh si bodoh sebelum matinya

belum dikubur, badannya telah jadi pusara."

"Orang hidup tanpa berilmu, hukumnya mati

bila bangkit kembali, tak bisa bangkit kembali."

(Az Zarnuji,tt:26)

Dikemukakannya syi'ir yang begitu banyak diharapkan akan mampu menggugah gairah
untuk bangkit kembali menggali ilmu sekaligus tidak pernah berhenti karena sudah
mengenal, tahu akan keutamaan ilmu.

-       Pemerikasaan Kesehatan

a.       Istirahat
Untuk memelihara kesehatan badan pelajar hendaknya tidur dengan cukup dan teratur pula.
Bagin badan terutama sel – sel tubuh yang aus karena pemakaian memerlukan istirahat yang
cukup guna mengembalikan pada keadaan seperti semula. Sudah banyak disinggung bahwa
seorang dewasa memerlukan sebanyak delapan jam untuk beristirahat (tidur). Waktu tidur
tidak terlalu malam dan bangun waktu pagi adalah lebih baik. Karena badan letih betul yang
kadang  membuat sulit tidur.

Mungkin terlalu banyak belajar dan menghafal pelajar sulit untuk tidur. Hal itu karena :

-          Banyak soal yang datang – pergi sehingga mengaduk pikiran. Untuk itu ada cara untuk
menghilangkannya, yaitu bangun dari tempat tidur dan mencatat pada notes apa yang
mengganggu pikiran. (The Liang Gie,1988:38)

-          Terlalu banyaknya darah yang mengumpul dalam kepala (otak), untuk itu dianjurkan
memakan makanan ringan atau meminum segelas susu panas.

Hati yang risau dan akan tidur dalam keadaan marah, jengkel selain mempersulit tidur dan
membuat tidur kurang nyenyak.

Untuk memberikan ketenangan dan kedamaian dalam tidur, akhirnya pengarang Perancis
Victor Hugo 
xmenganjurkan dengan katanya  :

"Bilamana anda pergi tidur diwaktu malam, bawalah untuk bantal anda tiga hal : kasih
sayang, pengharapan dan welas asih. Dan anda akan bangun diwaktu pagi dengan hati yang
riang gembira."(The Liang Gie,1988:38)

b.      Menu makanan yang sesuai

Selain memerlukan istirahat yang cukup, tubuh memerlukan makanan guna menghasilkan
tenaga yang cukup guna menunaikan tugas sehari – hari. Makanan itu ada yang berfungsi
menghasilkan tenaga seperti nasi karena mengandung karbohidrat, ada yang menghasilkan
zat pengatur dan sebagainya.

Selain menghasilkan tenaga dan zazt pengatur, makanan pun mempunyai fugnsi sebagai zat
pengganti bagian – bagian tubuh yang mengalami kerusakan. Untuk itu disarankan bagi
pelajar :

1.            Makan harus teratur pada waktu yang tertentu pula. Ini untuk memelihara ketertiban
pencernaan, selain itu jatah makanan harus pula teratur, jangan sampai pada waktu tertentu
sedikit sekali dan  pada saat lain banyak sekali.

2.            Ketika makan, makanan seharusnya dinikmati dengan tenang. Jangan tergesa – gesa
karena ingin melakukan hal lain. Disamping bisa tersedak hal itu kurang baik bagi alat
pencernaan. Memanfaatkan waktu sedikit sebaik – baiknya akan memberikan manfaat bagi
kesehatan semaksimal mungkin bagi tubuh kita.

3.            Mulai membiasakan menikmati makanan yang dimakan, ketika makan jangan


membaca buku.
4.            Setelah makan, luangkan waktu lima atau lima belas menit guna memberikan
kesempatan pada alat pencernaan untuk bekerja dengan baik. (The Liang Gie,1988:39)

5.            Pemeriksaan Kesehatn

Guna menjaga tetap baiknya tubuh diperlukan pemeriksaan kesehatan guna mengetahui
apakah tubuh dalam keadaan sehat atau terserang penyakit. Hal itu selayaknya dilakukan
mengingat pelajar sering bergaul dengan banyak orang yang mungkin mengidap penyakit.
Namun hal itu bukan berarti harus selektif dalam pergaulan.

Setelah kebutuhan kerutinan diperhatikan pelajar mulai memperhatikan pengendoran pikiran


dengan melakukan rekreasi. Kegiatan ini disamping mencari ketenangan akan didapatkan uga
suasana baru untuk menghindari kejenuhan dengan aktifitas keseharian.

10.     Bercita – cita Luhur

Dalam menuntut ilmu seorang pelajar harus bercita – cita luhur sebab burung terbang dengan
kedua sayapnya, maka sudah seharusnya pelajar memiliki cita – cita. (Az Zarnuji,tt:23)

Cita – cita itu berguna mencapai apa yang akan didapati. Sebagaimana sya'ir oleh Abu al
Thoyib :

"Seberapa kadar ahli cita – cita,, si cita – cita akan didapati

seberapa kadar orang mulya, si kemulyaan kan ditemui."

"Barang kecil tampak besar, dimata orang yang bercita – cita kecil

barang besar dimata orang bercita – cita besar akan tampakn kecil." (Az Zarnuji,tt:33)

Dapat diambil kesimpulan cita – cita akan  menghasilkan energi akan menggerakkan badan
guna mendapatkan apa yang telah dihajatkan. Sebaliknya cita – cita tanpa diikuti dengan
usaha akan mendapatkan ilmu yang sedikit.

Ketika bercita – cita jangan sampai hanya untuk kehidupan dunia juga melihat kepentingan
akhirat kelak, dalam bahasan ini Imam Az Zarnuji mengutip dari Kitab karya Syaikh
Ridladdin ; Kitab Makarimul Akhlaq ; bahwa ketika kaisar Dzul Qarnain dikala mau
menaklukkan dunia barat dan timur, bermusyawarah dengan hukama'nya, dan katanya :
"Bagaimana saya harus pergi untuk memperoleh kekuasaan dan kerajaan ini, padahal dunia
itu hanya sedikit nilainya, fana dan hina, yang berarti bukan cita – cita yang luhur ?."
Hukama' menjawab : "Pergilah tuan, demi mendapat dunia dan akhirat." Kaisar menyahut :
"Inilah yang terbaik." (Az Zarnuji,tt:24)

11.        Menggali Ilmu

Pelajar seharusnya membiasakan diri dengan mengangan – angan pelajarannya dengan


sedalam mungkin, pengetahuan yang pelik hanya dapat dipecahkan dengan cara mengangan –
angan. (Az Zarnuji,tt:30)

Dalam masalah ini dikatakan :


"Pesan untukmu, tata bicara ada lima perkara, jika kau taat pada pemesan yang suka rela.
Jangan sampai lupa : Apa sebabnya, kapan waktunya, bagaimana caranya, berapa
panjangnya dan dimana tempatnya, itulah semua." (Az Zarnuji,tt:30-31)

Itulah beberapa cara guna membicarakan sesuatu. Pembicaraan akan tepat mengenai sasaran
kalau diangan – angan lebih dahulu.

Menggali ilmu dengan angan dapat dilakukan dimana saja dan dengan siapa saja. Ketika Abu
Yusuf ditanya tentang cara memperoleh ilmu beliau menjawab :

"Saya tidak merasa malu belajar dan tidak kikir mengajar."

Dalam suatu kesempatan dikatakan pada Ibnu Abbas ra :

"Denganapakah tuan mendapat ilmu ?". Beliau menjawab :

"Dengan lisan banyak bertanya dan hati selalu berfikir." (Az Zarnuji,tt:31)

Itulah perilaku kaum shalihin zaman dahulu yang perlu menjadi perhatian bagi pelajar.

Bagi pelajar yang bekerja, bukan suatu hal jelek melakukan pengulangan pelajaran ditempat
itu. Sebab penggalian ilmu dapat dilakukan dimanapun juga. Ulama' zaman dahulu
melakukan diskkusi dikedai beliau. (Az Zarnuji,tt:33)

12.        Pembiayaan untuk ilmu

Pelajar yang berbadan sehat dan pikiran normal untuk belajar. Karena dengan bekal badan
dan akal sehat dapat berusaha untuk mendapatkan biaya belajar dan nafqah hidupnya. Dalam
suatu riwayat tidak ada yang lenih melarat dari Abu Yusuf, ternyata tidak melupakan
pelajaranya.

Alangkah baiknya jika kebetulan mempunyai biaya yang cukup untuk belajar jangan sampai
melupakan belajarnya. Dalam Kitab Ta'lim al Muta'allim diriwayatkan ada seorang alim
ditanya tentang sebabnya beliau mendapat ilmu, dijawabnya :

"Dengan ayahku yang kaya. Dengan kekayaan itu, beliau berbakti kepada ahli ilmu dan ahli
keutamaan."

Maka pelajar tidak segan – segan membelanjakan harta, kekayaan buat ilmu.

14.        Pengaruh Dunia.

Pelajar ketika dalam pengembaraan mencari ilmu harus sanggup merasakan hidup dengan
prihatin dan menanggung derita. Sebagaimana Nabi Musa as, pernah berkata dalam
pengembaraan belajarnya :

"Benar – benar kuhadapi kesulitan dalam kelanaku ini." (Az Zarnuji,tt:35)


Pelajar harus sanggup hidup yang dipandang hina dihadapan manusia selama belajar. Dalam
hal ini dituliskan sebuah sya'ir :

"Kulihat kamu, ingin supaya mulya dirimu, tak bakal bisa, kecuali dengan tundukkan
nafsumu."

Pelajar dianjurkan untuk mengekang kehendak untuk hidup yang tidak diperlukan dalam
belajar, seperti hidup bermewahan.

15.        Menghadapi kedengkian

Bagi orang alim tidak usah melibatkan diri dalam arena pertikaian dan peperangan pendapat
dengan orang lain, karena pertikaian yang tidak membawa manfaat dan membuang waktu
dan mengundang musuh.

Jika mendapatkan musuh dalam belajar atau dalam pergaulan yang dengki tidak perlu
membalas mereka akan mati dengan kedengkian sendiri. Bagi pelajar, bukan membalas
kedengkiannya melainkan menghiasi diri dengan menambah kabajikan diri. Bila pelajar
menambahkan kebajikan pada dirinya akan hancurlah musuh itu. (Az Zarnuji,tt:37)

Berhati – hati jangan sampai berburul sangka kepada orang lain adalah perlu diperhatikan
bagi pelajar karena hal itu mengundang musuh. Abu al Thoyyib berkata :

"Bila seorang lakunya buruk, buruk pula sangkaan hatinya, apa kata wahamnyalah yang ia
setujui."

"Ia musuhi yang mencintainya, dan katanya "Dia memusuhi", ia pun bimbang, ditengah
malam menjadi." (Az Zarnuji,tt:37)

Sya'ir lain :

"Biarkan saja, lelaku jelek usah kau balas, apa saja yang kau bagusi, tambahlah terus. Dari
semua tipu musuhmu, kau akan dilindungi jikalau musuh menipu kamu, jangan kau peduli."
(Az Zarnuji,tt:37)

Maka cukup bagi pelajar berhati – hati dan meneruskan kegiatan belajarnya.

16.        Ambil Pelajari dari Sesepuh.

Pelajar hendak mendapat nasehat yang bermanfaat, maka para sesepuh adalah tempatnya dan
mencecap ilmu mereka. (Az Zarnuji,tt:38)

17.        Berbuat Wara'

Seorang pelajar selama dalam mencari ilmu seharusnya menjaga diri dari segala yang telah
diharamkan oleh Allah (wara')

Ditulis dalam Kitab Ta'lim al Muta'allim barangsiapa yang tidak berbuat wara' waktu belajar,
maka Allah akan memberinya ujian sebagai berikut :
-          Dimatikan dalam usia muda.

-          Ditempatkan dalam perkampungan kaum bodoh.

-          Dijadikan pengabdi para penguasa.

Jika melakukan wara' maka ilmu akan menjadi manfaat, belajarpun mudah. Termasuk
berbuat wara' menjauhi perut yang terlalu  kenyang, terlalu banyak tidur dan banyak
membicarakan hal – hal yang tidak bermanfaat.

Seorang  Zahid memesan muridnya aggar menjauhi :

-          Ghibah ;

-          Orang – orang yang banyak bicara karena mereka mencuri kesempatan dan umur.

Selain itu termasuk berbuat wara' adalah menjauhi :

-          Kaum perusak ;

-          Ahlli maksiat ;

-          Penganggur.

Sebab bergaul dengan mereka akan merusak kepribadian dan membawa pengaruh jelek.
Selain itu pelajar hendaklah melakukan hal – hal sebagai berikut :

-          Menghadap qiblat waktu belajar ;

-          Bercermin pada sunah nabi ;

-          Meminta didoalan kaum ulama'.

Itu semua adalah termasuk dalam perbuatan wara', nantinya akan membawa keberhasilan
dalam belajar dan beroleh manfaat ilmu.

            Itulah konsep belajar dalam Kitab Ta'lim al Muta'allim yang penulis ringkas, namun
tidak jauh dari aslinya.

BAB IV
RELEVANSI KONSEP TA'LIM AL MUTA'ALLIM DENGAN
TEORI PENDIDIKAN MASA KINI

Kitab Ta'lim al Muta'allim, karya Imam Az Zarnuji, apabila dilihat dari isi dan materi yang
dibahas didalamnya, pada hakekatnya masih relevan dengan dunia pendidikan sekarang ini.
Hal ini dapat dilihat bahwa komponen – komponen pendidikan dan pengajaran yang banyak
dikemukakan oleh para pakar pendidikan pada abad ini sebenarnya sudah tercakup dalam
kitab tersebut, meskipun harus diakui bahwa dari pola urutan pembahasannya masih kurang
sistematis.

Menurut para pakar pendidikan, sedikitnya ada lima komponen yang harus terdapat dalam
dunia pendidikan saat ini, satu dengan lainnya mempunyai hubungan timbal balik dan tidak
boleh dipisah – pisah. Lima komponen itu  adalah :

a.       Tujuan pendidikan ;

b.      Anak didik ;

c.       Pendidik ;

d.      Alat – alat ;

e.       Lingkungan. (Wasty Soemanto,tt:128)

1.      Komponen Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan menurut Az Zarnuji dijelaskan dalam bab II di kitabnya, yaitu untuk
mengharap dan memperoleh ridla Allah swt, mengabdi, menegakkan, mengembangkan
agama islam, menghilangkan kebodohan, sebab taqwa kepada Allah swt tidak akan terwujud
dengan adanya kebodohan. Karena itu tanpa pendidikan kebodohan merajalela, maka
bencana dan malapetaka akan menimpa dunia. Argumen ini berdasarkan pada dua bait
Syaikh Burhanuddin pengarang Hidayah :

-          Hancur lebur, orang alim tak teratur

Lebih lebur, bila si jahil ibadah ngawur

-          Keduanya menjadi fitnah, menimpa ganas di dunia

Atas yang mengikutinya, sebagai dasar peri agama. (Az Zarnuji,tt:10)

2.      Faktor Anak Didik

Sesuai dengan nama kitab yang dipilih dan dikehendaki oleh Imam Az Zarnuji, yaitu Ta'lim
al Muta'allim artinya pengajaran / pendidikan murid, Thariqut Ta'allum artinya metode
pembelajaran, maka fokus pembahasan banyak ditujukan kepada murid / peserta didik dan
hampir seluruh bab yang ada mengungkap hal – hal yang berkaitan dengan syarat – syarat
yang harus dimiliki dan dipenuhi oleh murid, baik itu mengenai kognitif (intelektual), afektif
(sikap, nilai – nilai) dan psikomotor (kelincahan / keterampilan) dan kehalusan bahasa sesuai
dengan tujuan proses balajar. (Tabrani,1992:10). Unsur anak didik (peserta didik) yang
dibahas antara lain terdapat pada bab III tentang memilih ilmu (bidang studi), guru dan
teman. (Az Zarnuji,tt:13), bab V tentang rajin, tekun dan cita – cita. (Az Zarnuji,tt:20), bab
VI tentang memulai belajar, ukuran ketentuan belajar dan ketertiban belajar. (Az
Zarnuji,tt:28), bab XI tentang sikap wara' murid (menjauhi hal – hal yang diharamkan Allah).
(Az Zarnuji,tt:39) dan bab XII menguraikan tentang hal – hal yang dapat memperkuat,
memperlemah hafalan. (Az Zarnuji,tt:41)
3.      Komponen Pendidik (Guru)

Komponen pendidik (guru) dibahas oleh Imam Az Zarnuji secara jelas dan detail dalam bab
III tentang memilih guru. (Az Zarnuji,tt:13) dan menghormati ahli ilmu atau guru. (Az
Zarnuji,tt:16). Dua bab itu secara khusus membahas hal – hal yang berkaitan dengan sifat
yang harus dimililki oleh guru / pendidik yang berkenaan dengan adab, kesopanan murid
kepada guru dan putra – putrinya.

Selain itu membahas tentang guru yang semestinya dipilih oleh murid, yaitu mempunyai ilmu
yang mumpuni, lebih menjaga diri dan lebih tua (lebih berumur). (Az Zarnuji,tt:13).

4.      Komponen Alat Pendidikan

Yang dimaksud dengan alat pendidikan ialah segala sesuatu yang dipergunakan langsung
atau tidak langsung membantu terlaksananya pendidikan. (Wasty Soemanto,tt:149). Dengan
demikian, alat – alat pendidikan yang dapat digunakan itu cukup banyak. Misalnya, buku,
alat tulis dan sebagainya.

Materi pendidikan yang tertera dalam berbagai macam bidang studi yang terwujud dalam
bentuk buku pelajaran yang merupakan bagian dari komponen alat pendidikan amat
diperhatikan oleh Imam Az Zarnuji dan dibahas dalam beberapa bab, yaitu bab I menekankan
untuk mempelajari ilmu yang terkait dengan kewajiban ibadah, seperti : salat, puasa, zakat,
dan haji atau mu'amalah, seperti : jual beli, namun tidak mengabaikan yang terkait dengan
kesehatan, seperti kedokteran, tetapi tidak membenarkan mempelajari, mempergunakan ilmu
yang sarat dengan ramalan nasib seseorang, seperti ilmu nujum. Bab III membahas keharusan
mendahulukan ilmu Tauhid dan tidak cenderung meninggalkan suatu kitab tafsir diatas kitab
– kitab lainnya, dan bila mengambilnya dilakukan dalam keadaan suci. (Az
Zarnuji,tt:4,13,16).

5.      Komponen Millieu / Lingkungan

Millieu atau lingkungan adalah lapangan – lapangan berupa keluarga, sekolah dan
masyarakat, itu yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan. (Wasty Soemanto,tt:162).

Komponen lingkungan dibahas oleh Imam Az Zarnuji secara khusus dalam bab III. Beliau
menekankan agar anak didik memilih teman yang rajin, tekun, wara' (menjauhi hal – hal yang
diharamkan oleh Allah) dan menjauhi teman yang banyak bicara, suka berbuat keburukan
dan gemar membuat fitnah. (Az Zarnuji,tt:14).

Disamping besarnya pengaruh pergaulan teman – teman Imam Az Zarnuji juga menguraikan
betapa kuatnya pengaruh keluiarga, terutama kedua orang tua dengan mengutip sebuah hadits
nabi yang artinya : "Setiap bayi dilahirkan

BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Setelah dilakukan perbandingan dan pembahasn pada Kitab Ta'lim al Muta'allim dapat
diambil beberapa kesimpulan bahwa kitab tersebut mempunyai konsep pendidikan dan
mengandung lima unsur (komponen pendidikan) dengan demikian Kitab Ta'lim al Muta'allim
sesuai / relevan dengan konsep pendidikan saat ini.

Namun konsep yang terkandung didalamnya tidak disusun secara sistematis dan terkesan
tidak begitu rinci.

Kitab tersebut betul – betul bernuansa Islam yang mendalam dan menekankan pada bidang
akhlaqul karimah yang semestinya dimiliki oleh pelajar.

B.     Saran – saran.

Tata krama yang ada dalam Kitab tersebut sebaiknya diajarkan kepada siswa dengan
memperhatikan perkembangan zaman. Karena didalamnya banyak mengungkapkan kaum
shalih.

Penelitian tentang kitab itu, perlu dilakukan guna menggali pengetahuan yang ada di
dalamnya.

C.     Penutup

Penulis yakin disana – sini dalam skripsi ini terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu
saran perbaikan akan penulis perhatikan.

Daftar Kepustakaan

Aliy As'ad, Drs. (Penterjemah).  Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan.Kudus :


Menara Kudus, tt.

Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al Bukhori. Bukhori bi Hasyiyati al Nada.Semarang :


Usaha Keluarga, tt.

Abi Daud Sulaiman al Azdi. Sunan Abi Daud. Dahlan. Indonesia

Abi Hamid Muhammad al Ghozali. Ihya' Ulumuddin. Beirut : Darul Fikr. Libanon, 1989.

Ali bin Muhammad. Fathul Karim al Manan. Damsik : Darul Bayan, tt.

Arifin, Prof.,H.M.M. Ed. Kapita Selekta Pendidikan : Islam dan Umum. Jakarta : Bumi


Aksara, 1991.

Choiron Chusen, Ust.,H.M. Kunci Da'wah. Bangil : Pustaka Salafiyah Bangil, 1987.

Dedi Supriyadi, Dr. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta : Adi Cipta Nusa,
1998.
Depag.  Kurikulum Pendidikan Dasar Berciri Khas Agama Islam. Jakarta. Dirjen. Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, 1996.

Ibrahim ibnu Ismail. Syarah Ta'lim al Muta'allim. Surabaya : Al Hidayah.

Muhammad ibnu Abdil Qodir. Manaqib Imam Asy Syafi'i. Kediri : Maktabah Muhammad


Usman, tt.

Muhammad Ali. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. Jakarta : Pustaka Amani, tt.

Muslim bin Hijaj ibnu Muslim al Qusyairi. Shahih Muslim. Nur Asiyah, tt.

Sudarto, Drs. Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta : Raja Grafindo, 1996.

Syahminan Zaini, Drs. Prinsip – Prinsip Konsepsi Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia,


1986.

Tatang M. Amirin. Menyusun Penelitian. Jakarta : Rajawali Pres, 1990.

Tim Penyusun  Kamus Pusat. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud, 1990.

Tabrani Rusyan, Drs.,A., Atang Kusnidar B.A. dan Drs. Zainal Arifin. Pendendekatan Dalam
Proses Belajar – Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1992.

The Liang Gie. Cara Belajar Yang Efisien. Yogyakarta : Pusat Studi Yogyakarta, 1988.

Wasty Soemanto, Drs. Dan Dra. Hemdyatsoetopo. Dasar dan Teori Pendidikan Dunia
Tantangan Bagi Para Pemimpin Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional, tt.

Yayasan Penyelenggara Penterjemah / Pentafsir al Qur'an. Al Qur'an dan


Terjemah. Madinah : Percetakan al Qur'an, 1411 H.

Az Zarnuji. Ta'lim al Muta'allim Fi Bayani Thariqi al Ta'allum. Surabaya : Al Hidayah, tt.

Zakiah Darajat. Kepribadian Guru. Jakarta : Bulan Bintang, 1980.


____________ (Penterjemah). Mencari Bakat Anak – Anak. Jakarta : Bulan Bintang, 1984.

Kunjungi www.facebook.com/muslimedianews Sumber


MMN: http://www.muslimedianews.com/2016/02/skripsi-konsep-belajar-dalam-talim-
al.html#ixzz447QMKuyi

Anda mungkin juga menyukai