PENDAHULUAN
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi mungkin
tidak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau perimpilan korteks; biasanya patahan
itu lengkap dan fragmen tulang bergeser. Bilamana tidak ada luka yang menghubungkan
fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit atau kulit diatasnya masih utuh ini disebut
fraktur tertutup (atau sederhana), sedangkan bila terdapat luka yang menghubungkan tulang
yang fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit yang cenderung untuk mengalami
Fraktur femur sering terjadi akibat dari kecelakaan lalu lintas, yang mengakibatkan
femur menjadi patah atau retak. Fraktur femur biasanya disebabkan oleh trauma akibat
tekanan yang berlebihan pada tulang melebihi kapasitas tulang tersebut. Secara
epidemiologi, fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan
perbandingan 3:1. Fraktur femur 1/3 proksimal sering disebut fraktur subtrochantor. Femur
merupakan tulang panjang yang dilewati oleh otot-otot besar yang berfungsi sebagai
Prinsip menangani fraktur meliputi: (1) reduksi yaitu memperbaiki posisi fragmen
yang terdiri dari reduksi tertutup (tanpa operasi) dan reduksi terbuka (dengan operasi), (2)
1
Immobilisasi dengan internal fiksasi adalah: (1) plate and screws, (2) cortical bone
graft and screws, (3) intra modular nail, (4) screw plate and screws, (5) nail plate, (6)
oblique transfixion screws, (7) circumferential wire band (Adams, 1992). Dalam kasus ini
Problematik fisioterapi post operasi ORIF 1/3 distal os femur dextra meliputi
impairment dan functional limitation. Problematik yang termasuk impairment yaitu (1)
adanya nyeri pada tungkai kanan, (2) adanya keterbatasan gerak, (3) adanya penurunan
modalitas fisioterapi yaitu terapi latihan. Terapi latihan adalah salah satu usaha
baik secara aktif maupun pasif. Terapi latihan yang diberikan antara lain : (1) static
contraction untuk mengurangi nyeri post operasi, (2) Passive exercise untuk memelihara
luas gerak sendi, (3) Hold relax untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan luas gerak
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi
a) Os Femur
corpus, dan collum dengan ujung distal dan proximal. Tulang ini bersendi
tulang tibia pada sendi lutut. Tulang paha atau tungkai atas merupakan
tulang terpanjang dan terbesar dari pada tubuh yang termasuk seperempat
bagian dari panjang tubuh. Tulang paha terdiri dari 3 bagian, yaitu epiphysis
3
1) Epiphysis Proximalis
disebut trachanter minor. Dilihat dari depan, kedua bulatan mayor dan
(linea spirialis). Dilihat dari belakang kedua bulatan ini dihubungkan oleh
trachanterica.
2) Diaphysis
bagian belakang berupa garis disebut linea aspera, yang dimulai dari
glutea. Linea ini terbagai menjadi dua bibit yaitu labium mediale dan
4
linea pectinea. Pada dataran belakang terdapat foramen nutricium, labium
3) Epiphysis Distalis
aspera bagian distal dilihat dari depan terdapat dataran sendi yang
inercondyloidea.
Sendi adalah hubungan antar dua tulang atau lebih dari system sendi
labium acetabuli mengandung zat rawan fibrosa. Facies lunata dan labium
meliputi dua pertiga caput femoris lekuk tulang tidak lengkap dan bagian
bantalan lemak menuju caput femoris. Kapsul sendi melekat pada tulang
5
bebas masuk ke rongga kapsul. Sendi panggul diperkuat oleh ligamentum-
1) Ligamentum Iliofemorale
2) Ligamentum Pubofemorale
3) Ligamentum Ischiofemorale
acetabulum.
sendi.
Sendi lutut dibentuk oleh tiga sendi yang berbeda dan dilindungi oleh
kapsul sendi. Sendi tersebut dibentuk oleh tulang femur dan patella yang
mana pada facet joint terdiri dari tiga permukaan pada bagian lateral, yang
6
mana pada satu permukaan bagian medial otot vastus lateralis menarik
patella ke arah medial sehingga patella stabil. Pada posisi 300 , 400 dari
ekstensi, patella tertarik oleh mekanisme gaya kerja otot sangat kuat.
pasien post operasi ORIF (Operation Reduction Internal Fixation) fraktur femur
1/3 tengah dextra dengan pemasangan intra medular nail adalah otot yang
berfungsi ke segala arah seperti regio hip untuk gerakan flexi-extensi, abduksi-
7
Otot-Otot Penggerak Tungkai (Putz and Pabts, 2005).
Otot-otot paha dan pinggul; lapisan dalam setelah sebagian besar otot
Pabts, 2005).
a) Sartorius
b) Illiacus
c) Pectineus
e) Vatus lateralis
f) Vatus medialis
g) Vatus intermediaus
a) Biceps femoralis
8
b) Semi tendonosus
c) Semi membranosus
d) Adductor magnus
a) Gutues Maximus
b) Gutues Minimus
c) Gutues Medius
d) Priformis
e) Obturatorius internus
a) M. gracilis
b) M. adductor logus
c) M. adductor brevis
d) M. obturatoirus
e) M. Obturatorius externus
a) Nervus Femoralis
Merupakan cabang terbesar dari plexus lumbalis. Nervus ini berisi dari
tiga bagian plexus yang berasal dari nervus lumbalis (L2, L3 dan L4).
Nervus ini muncul dari tepi lateral psoas di dalam abdomen dan berjalan ke
dan memasuki pada lateral terhadap anterior femoralis dan selubung femoral
9
dibelakang ligament inguinal dan pecah menjadi devisi anterior dan posterior
b) Nervus Obturatorius
Berasal dari plexus lumbalis (L2,L3,L4) dan muncul pada bagian tepi
m. psoas di dalam abdomen, nervus ini berjalan ke bawah dan depan pada
lateral pelvis untuk mencapai bagian atas foramen abturatorium, yang mana
tempat ini pecah menjadi devisi anterior dan posterior. Devisi anterior
magnus.
2. Biomekanik
b. Osteokinematik
ekstensi dengan ROM 00 untuk ekstensi dan 1200-1350 untuk fleksi. Sendi lutut
tetapi karena terjadi rotasi pada axis longus saat fleksi lutut, maka dianggap
memiliki 2 DKG yang bersifat asesoris). Stabilisasi yang terbaik dari lutut
10
adalah saat ekstensi lutut penuh yang ditambah pula oleh penumpuan berat
badan.
pada bidang gerak sagital dengan ROM fleksi aktif dengan posisi hip
fleksi 1400, aktif posisi dengan ekstensi 1200, pasif 1600 (membuat tumit
2) DKG II adalah aksis longus (panjang tungkai yang disertai dengan fleksi
lutut, DKG II tidak mungkin saat ekstensi lutut) dengan ROM endorotasi
300 dan eksorotasi 400. Peneliti yang lalu menyatakan bahwa jika fleksi
lutut 300 maka eksorotasi 320, dan jika fleksi lutut 900 maka eksototasi
420. Rotasi aksial secara pasif dapat dilakukan dalam posisi tengkurap
dengan lutut fleksi lalu kaki digenggam dan diputar ke dalam serta keluar
(ROM yang terjadi lebih besar dari pada rotasi axial aktif yakni eksorotasi
c. Arthrokinemati
a) Tibiofemoral
Memiliki ciri khas sendi hinge biaksial yang diantarai oleh 2 meniskus,
11
demikian pula untuk stabilitas sendi sisi medial-lateral diberikan oleh
tidak simetris pada ujung distal femur, dimana kondilus medial lebih panjang
Tulang tibia berbentuk konkaf dan dua dataran tibia pada ujung
slide dalam arah yang sama dengan gerakan tulang. Pada gerakan femur
akan slide dalam arah yang berlawanan dengan gerakan tulang. Contohnya
dalah dari berdiri ke duduk atau jongkok dan sebaliknya. Rotasi terjadi
antara kondilus femur dengan tibia pada saat derajat akhir ekstensi.
b) Patellofemoral
Memiliki ciri khas yaitu patella merupaka tulang sesamoidea dari otot
kartilago hyalin yang halus. Patella tersusup kedalam bagian anterior dari
12
kapsul sendi dan akan dihubungkan ke tibia melalui ligamen patella, serta
Pada saat fleksi lutut, maka patella akan slide ke caudal disepanjang
sulcus intercondilodea, sedangkan saat ekstensi lutut maka patella akan slide
ke cranial. Letak tulang patella dirujuk dengan bentuk Q-Angle yaitu sudut
yang dibentuk oleh perpotongan 2 garis yakni garis SIAS ketitik tengah
patella dengan garis dari tuberculum tibia ketitik tengah patella, dengan nilai
patella adalah fiksasi lateral diberikan oleh serabut iliotibial dan retinaculum
lateral untuk melawan tarikan ke arah medial dari otot vastus medialais, dan
fiksasi inferior diberikan oleh ligamen patella untuk melawan tarikan dari
Tulang patella sisi posterior akan menekan ke tulang femur , yang akan
meningkat dengan tajam setelah 300 fleksi lutut. Sebelum 300 fleksi akan
13
B. Tinjauan tentang Fraktur Femur
1. Definisi
adalah fraktur pada tulang femur yang disebabkan oleh benturan atau trauma
hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur femur secara klinis bisa berupa
fraktur femur terbuka yang disertai adanya kerusakan jaringan lunak (otot, kulit,
jaringan saraf dan pembuluh darah) dan fraktur femur tertutup yang dapat
disebabkan oleh trauma langsung pada paha (Helmi, 2012) Dari beberapa
penjelasan tentang fraktur femur di atas, dapat disimpulkan bahwa fraktur femur
merupakan suatu keadaan dimana terjadi kehilangan kontinuitas tulang femur yang
dapat disebabkan oleh trauma langsung maupun trauma tidak langsung dengan
akan terjadi edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi,
ruptur tendon, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah (Brunner, 1997).
2. Etiologi
kita harus mengetahui kondisi fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat
14
menyebabkan tulang patah. Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat
b) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
klavikula.
c) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang
kuat.
b. Fraktur patologik. Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit
dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi
a) Tumor tulang ( jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak
b) Infeksi seperti osteomielitis: dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau
dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambta dan sakit
nyeri.
15
c) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi vitamin D
kegagalan adsorbsi vitamin D atau karena asupan kalsium atau fosfat yang
rendah.
c. Secara spontan.
Disebabakan oleh stres tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit
terjadinya fraktur ada dua cara, yaitu kareana trauma maupun kecelakaan langsung
yang mengenai tungkai atas pada batang femur, sehigga mengakibatkan perubahan
Tulang bersifat terlalu rapuh, namun cukup mepunyai kekutaan dan daya
tahan pegas untuk menahan tekanan tulang, yang mengalami fraktur biasanya
komplek karena pada fraktur tersebut tidak ditemui luka terbuka sehingga dalam
mereposisi fraktur tersebut perlu pertimbangan dengan fiksasi yang baik, agar
tidak timbul komplikasi selama reposisi. Fraktur ganggguan pada tulang biasanya
disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress,
16
tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan
poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka
atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan ganggguan
rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral
Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan
dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan
integritas kulit Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan
pendarahan, maka volume darah menurun. COP menurun maka terjadi peubahan
edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan
mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri.
Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang
fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi
kulit.
17
Penggunan fiksasi yang tepat yaitu dengan internal fiksasi jenis plate and
tulang yang patah kenormal atau tulang pada posisi sejajar sehingga akan terjadi
suatu proses penyambungan tulang (Appley, 1995). Pada umumnya pada pasien
fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk
sembuh.
seimbangan, fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan fraktur tertutup.
Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak seperti tendon, otot,
ligament dan pembuluh darah. Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang
akan menderita komplikasi antara lain : nyeri, iritasi kulit karena penekanan,
4. Gambaran Klinis
a. Deformitas
c. Bengkak : edema muncul secara cepat dan lokasi dari ekstravaksasi darah
18
f. Tenderness
g. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya
i. Pergerakan abnormal
k. Krepitasi
1. Terapi Latihan
Terapi latihan gerakan tubuh, postur atau aktivitas fisik yang dilakukan
secara sistematis dan terencana guna memberikan manfaat bagi pasien untuk : (1)
menambah fungsi fisik (3) mencegah atau mengurangi faktor resiko terkait
(Kisner&Colby,2017).
a. Static Contraction
19
dapat membantu mengurangi oedem dan nyeri serta menjaga kekuatan otot agar
b. Passive Exercise
luar dan bukan merupakan kontraksi otot yang disadati. Kekuatan luar tersebut
dapat berasal dari gravitasi, mesin, individu atau bagian tubuh lain dari individu
itu sendiri.
c. Hold Relax
maximal dapat meningkatkan kekuatan otot dan merupakan bagian dari active
exercise dimana terjadi kontraksi otot secara statik maupun dinamik dengan
diberikan tahanan dari luar, dengan tujuan meningkatkan kekuatan otot dan
meningkatkan daya tahan otot. Tahanan dari luar bisa manual atau mekanik.
20
BAB III
A. Data Medis
B. Identitas Pasien
Nama : An. T
Umur : 13 Tahun
Pekerjaan : Pelajar
C. History Taking
21
D. Inspeksi/Observasi
1. Statis
Anterior : Pasien duduk di atas bed dan terpasang bandage pada paha sampai
knee
Posterior :-
Lateral : tungkai lurus kedepan dan terpasang bandage pada paha sampai
knee
2. Dinamis
F. Pemeriksaan Gerak
a. HIP
c. Ankle
22
Dorso Fleksi : Nyeri dan terbatas
a. HIP
c. Ankle
a. HIP
c. Ankle
23
Plantar fleksi : tahanan minimal
G. Pemeriksaan Spesifik
H. Pengukuran Fisioterapi
1. VAS :
a. Nyeri diam :2
b. Nyeri tekan :5
c. Nyeri gerak :8
2. ROM :
3. MMT :
24
I. Algoritma Assessment
History Taking :
Nyeri dan sulit untuk menggerakkan
tungkai bagian kanan
Inspeksi :
Pemeriksaan fisik
Nyeri dan ketebatasan gerak Suhu pada daerah Nyeri diam : 2 Grup otot HIP : 3
pada regio HIP, Knee, dan fraktur normal. nyeri tekan : 5 Grup otot ankle : 3
Ankle nyeri gerak :8
Pemeriksaan penunjang
(X-Ray) :
Terpasang selang drain dan fiksasi internal pada 1/3
distas os femur dextra, masih tampak garis fraktur
pada region tersebut dengan pembentukkan callus
dan soft tissue swelling disekitarnya.
Diagnosa ICF :
Pain, muscle weakness with hipomobile et causa
Post ORIF fracture 1/3 distal os femur dextra
25
J. Diagnosa Fisioterapi (ICF-ICD)
Pain, muscle weakness with hipomobile et causa Post ORIF fracture 1/3 distal os
femur dextra.
K. Problematik Fisioterapi
No Pemeriksaan/Pengukuran Yang
Komponen ICF
. Membuktikan
1. Impairment
a. Nyeri pada tungkai kanan Tes gerak aktif dan pasif
b. Keterbatasan gerak tungai Pengukuran ROM
kanan
c. Kelamahan pada otot tungkai Pengukuran MMT
kanan
2. Activity Limitation
a. Kesulitan menggerakkan
kanan
b. Kesulitan saat Lower Extremity Function Scale
berdiri/menumpu
3. Participation Restriction
a. Pasien belum mampu untuk
ke sekolah
Lower Extremity Function Scale
b. Pasien belum mampu untuk
bermain bersama teman
26
BAB IV
a. Mengurangi nyeri
b. Meningkatkan ROM
2. Activity Limitation
a. Kesulitan menggerakkan
tungkai kanan Mengembalikan Passive Exercise,
b. Kesulitan saat fungsional pada Hold Relax dan
berdiri/menumpu tungkai kanan Ressisted Exercise
3. Participation Restriction
a. Pasien belum mampu untuk Mengembalikan Passive Exercise,
ke sekolah aktivitas fungsional Hold Relax dan
27
b. Pasien belum mampu untuk
bermain bersama teman sebagai pelajar Ressisted Exercise
dorso fleksi.
b. Passive Exercise
HIP
c. Hold Relax
28
Dosis : 10x repitisi
abduksi, dan adduksi HIP sinistra, dorsal dan plantar fleksi dextra dengan diberi
1. Edukasi
Disarankan untuk tidak melakukan aktifitas berat diam yang menumpu pada
2. Home Program
Diharapkan di rumah pasien mau melakukan latihan sendiri sesuai yang telah
E. Evaluasi
29
BAB V
PEMBAHASAN
dan pedoman dalam pelaksaan terapi terhadap keluhan yang dialami pasien. Baik
yang terarah dan terstruktur dapat di peroleh diagnosa yang tepat. Berikut langkah
a. History Taking
pasien melalui tanya jawab, pada saat melakukan anamnesis seorang pemeriksa
menempuh setengah jalan kearah diagnosis yang tepat. Secara umum sekitar
30
Vital sign merupakan pemeriksaan tanda-tanda vital berupa tekanan
b. Inspeksi/Observasi
pasien. Inspesi ini dilakukan dalam posisi nyaman pasien (antalgic position)
dan juga dalam posisi terkoreksi. Inspeksi dilakukan dalam 2 cara yaitu :
a) Inspeksi Statis
Inspeksi statis atau inspeksi saat pasien dalam posisi diam. Sebelum
b) Inspeksi Dinamis
sebenarnya telah dimulai sejak awal pertama bertatap muka dengan pasien.
Saat pertama kali melihat pada inspeksi yang diperhatikan adalah raut muka
umum dan praktis. Sebagai contoh penderita dengan keluhan nyeri lutut, maka
tes orientasinya adalah berdiri ke jongkok dan sebaliknya, oleh karena biasanya
31
gangguan primer terletak di sendi hip atau di sendi lutut itu sendiri yang dapat
d. Pemeriksaan Gerak
gerakan. Selain itu juga penting untuk memeriksa endfeel dari setiap gerakan
untuk menilai adanya kondisi abnormal dari sendi terkait. Gerakan pasif ini
stabilitas sendi, dan mengenai struktur yang di ulur (stretch). Pada kondisi
dengan gangguan sendi maka akan muncul rasa sakit pada gerakan pasif
32
c) Tes Isometrik Melawan Tahanan
dan menilai kualitas saraf motorik dari suatu regio. Pemeriksaan ini
oleh pasien sehingga pasien akan tampak melakukan kontraksi otot tanpa
e. Pemeriksaan Spesifik
a) Palpasi
memegang bagian tubuh pasien yang akan diperiksa atau yang dikeluhkan
pasien. Bertujuan untuk mengetahui adanya spasme otot, nyeri tekan, suhu
f. Pengukuran Fisioterapi
a) VAS
garis, dengan setiap ujungnya ditandai dengan tingkat intensitas nyeri (ujung
kiri diberi tanda “no pai” dan ujung kanan diberi tanda “bad pain”). Pasien
33
diminta untuk menandai disepanjang garis tersebut sesuai dengan tingkat
intensitas nyeri yang dirasakan pasien, kemudia jaraknya diukur dari batas
kiri sampai pada tanda yang diberi oleh pasien dan itulah tingkat intensitas
nyeri pasien. Skor tersebut dicatat dan digunakan untuk melihat kemajuan
2004).
saraf motorik suatu regio. Pasien diposisikan pada postur yang optimun
dialami pasien dan membandingkan sisi yang normal dengan sisi yang
mengalami cedera.
34
1. Terapi Latihan
a. Static Contraction
karena oedem menurun maka tekanan ke serabut saraf sensiris juga menurun
latihan pada post ORIF dengan Plate abd screw neglected close fracture
femur” menunjukkan bahwa intervensi berupa terapi latihan pada kondisi post
ORIF fracture femur efektif dalam menurunkan derajat nyeri dan meningkatkan
b. Passive Exercise
propiceptif dengan perubahan panjang otot pada saat terjadi kontraksi otot
bertambah.
35
Menurut penelitian Santi(2010) yang berjudul “Terapi Latihan pada
kondisi pasca operasi pertrokanter femur dextra dengan pemasangan Plate and
c. Hold Relax
yang kuat dan disertai dengan rileksasi maka ketegangan otot dan spasme dapat
sarcomer otot yang semula memendek akan dapat memanjang kembali dan
berakibat pada kembalinya fungsi otot secara normal. Pada kasus ini, Hold
dengan hold relaxed diharapkan spasme dapat berkurang dan LGS lutut akan
meningkat.
berjudul “Efek pemberian latihan Hold relax dan penguluran pasif otot
quadriceps terhadap peningkatan lingkup gerak fleksi lutut dan penurunan nyeri
pada kasus pasca ORIF karena fraktur femur 1/3 bawah dan tibia 1/3 atas”
36
d. Active Resisted Exercise
exercise adalah dengan adanya irradiasi atau over flow reaction akan
rangsangan pada cell (AHC)nya. Jadi kekutan kontraksi otot ditentukan motor
unitnya, karena otot terdiri fari serabut-serabut dengan motor unit yang
motor unit yang mengaktifkan otot tersebut pada saat itu. Jumlah motor unit
yang besar akan menimbulkan kotraksi otot yang kuat, sedangka kontraksi otot
yang lemah hanya membutuhkan keaktifan motor unit relatif lebih sedikit.
peningkatan kekuatan otot karena gerakan tubuh selalu disertai kontraksi otot.
diberikan pada otot yang berkontraksi otot akan beradaptasi dan memaksa otot
bekerja sehingga bergerak untuk melawan gerakan tersebut dan secara tidak
langsung kekuatan otot akan meningkat. Hal ini juga didukung adanya nyeri
yang sudah mulai berkurang, maka kerja otot untuk berkontraksi semakin kuat.
latihan pada post ORIF dengan Plate abd screw neglected close fracture
femur” menunjukkan bahwa intervensi berupa terapi latihan pada kondisi post
37
ORIF fracture femur efektif dalam menurunkan derajat nyeri dan meningkatkan
DAFTAR PUSTAKA
Khosrojerdi, H., Tajabadi, A., Amadani, M., Akrami, R., & Tadayonfar, M. (2018) The
Effect of Isometric Exercise on Pain Severity and Muscle Stregth of Patient with Lower
Limb Fracture: A Randomized Clinical Trial Study.
Maryani.(2008).Terapi Latihan pada Kondisi Post Operasi Fraktur Femur 1/3 Medial
Dekstra.Surakarta. KTI UMS.
38