Abstrak
Masyarakat muslim di Indonesia memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri
dalam mempraktikkan ajaran agamanya. Termasuk tentang bagaimana cara
memotivasi anak-anak untuk belajar al-Qur’an, seperti yang terdapat dalam tradisi
Katam Kaji masyarakat Pauh. Tidak hanya itu, dalam tradisi tersebut terkandung
juga nilai-nilai budaya dan ajaran Islam yang diekspresikan dalam bentuk simbolik
dan praktik. Keduanya memiliki makna dan fungsi tersendiri bagi masyarakat
setempat. Makna simbolik itu terdapat dalam atribut yang digunakan ketika acara
berlangsung, seperti: pakaian kebesaran, gelar adat, dan mushaf al-Qur’an.
Sedangkan makna praktik yang menjadi esensi dari tradisi ini terkandung dalam
setiap interaksi dan komunikasi yang terbangun selama acara berlangsung.
47
48 Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.1/Juni 2019
ataupun wanita serta pada anak-anak juga merupakan pranata sosial. Artinya,
ataupun orang dewasa, dan lain agama yang dianut melahirkan
sebagainya. Oleh sebab itulah, berbagai perilaku sosial yakni perilaku
masyarakat Pauh ingin terus yang tumbuh dan berkembang dalam
melestarikan Katam Kaji ini karena sebuah kehidupan bersama. Terkadang
banyak memiliki nilai-nilai positif perilaku tersebut saling mempengaruhi
dalam kehidupan mereka. satu sama lain. Norma dan nilai agama
sangat berpengaruh terhadap perilaku
Menilik Simbolisme dalam Tradisi sosial.20
Katam Kaji Katam Kaji yang ditradisikan
Sebagaimana telah disebutkan oleh masyarakat Pauh juga dapat
sebelumnya bahwa Katam Kaji yang dikatakan sebagai bentuk dari pranata
dipahami masyarakat Pauh adalah sosial yang terkait dengan agama.
perayaan untuk memotivasi anak-anak Secara sadar atau tidak, Katam Kaji
gemar membaca al-Qur’an. Menurut telah mempengaruhi bentuk perilaku
Alif Rila perayaan Katam Kaji masyarakat Pauh secara kolektif
masyarakat Pauh adalah haflah untuk ataupun perorangan. Setiap individu
memotifasi anak-anak cinta membaca akan saling mempengaruhi individu
al-Qur’an meskipun para peserta yang lain.
Katam Kaji belum pernah menamatkan Dalam teori antropologi agama
bacaan membaca al-Qur’an.17 Mukhtar dikatakan bahwa beribadat bersama-
Dt. Mangguang juga mengatakan sama memakai lambang keagamaan
bahwa peserta Katam Kaji yang selama telah mempersatukan kelompok-
ini dilaksanakan masyarakat Pauh tidak kelompok manusia dalam ikatan yang
sampai menamatkan bacaan al- paling erat. Agama memberi lambang
Qur’an.18 Hal yang senada juga kepada manusia, dengan lambang-
diungkapkan Syafrinto bahwa dari segi lambang tersebut mereka dapat
istilah, Katam Kaji memang berarti mengungkapakan hal-hal yang susah
telah selesai membaca al-Qur’an untuk diungkapkan. Memiliki
sampai tamat. Akan teapi, Katam Kaji kepercayaan yang sama dan
yang dilaksanakan masyarakat Pauh mengamalkannya bersama-sama dalam
adalah salah satu bentuk syiar Islam. kelompok masyarakat, yaitu kelompok
Tujuan yang ingin dicapai dari acara pemeluk amat penting bagi agama.
tersebut adalah nilai-nilai kebersamaan Hanya dengan kebersamaan inilah
dan nilai-nilai sosial.19 kepercayaan-kepercayaan tersebut
Sudah disebutkan bahwa agama, dapat dilestarikan.21
di samping sebagai sebuah keyakinan, Masyarakat Pauh memandang
Katam Kaji sebagai ritual keagamaan
17
Alif Rila, Guru MDA Muhammadiyah
Puah, Wawancara Langsung, Pauh 14
20
November 2015. Syauthi Ali, Metodologi Penelitian
18
Mukhtar Dt. Mangguang, Tokoh Agama; Pendekatan Teori dan Praktek,
Masyarakat,Wawancara Langsung, Pauh 13 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h.
November 2015. 100.
19 21
Syafrianto, Juri Katam Kaji MDA Plus Elizabeth K. Nottingham, Agama dan
Tigo Kampuang Jorong Pauh ke- Masyarakat, petrj. Abduk Muis Naharong,
VIII,Wawancara Langsung,Pauh 20 Desember (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h.
2015. 4.
Gusnanda, Simbolisme dalam Tradisi Katam Kaji... 53
yang perlu dilestarikan. Pada konteks yang mirip pakaian orang Arab.
inilah tradisi Katam Kaji yang Pakaian tersebut menjadi pakaian
dilakukan masyarakat Pauh lahir wajib yang harus digunakan peserta
sebagai proses budaya yang Khatam al-Qur’am ketika perayaan.
memadukan ajaran Islam dengan adat Oleh karena Katam Kaji merupakan
Minangkabau. Sebagaimana diketahui fenomena sosial yang terkait dengan
bahwa Islam memerintahkan kepada agama Islam maka pakaian
penganutnya untuk mengimani dan pesertanya juga diidentikkan dengan
mencintai kitab sucinya yakni pakaian Islami. Dalam hal ini pakain
al-Qur’an. Salah satu bentuknya adalah Islami itu diidentikkan dengan
dengan cara membaca dan menamatkan pakaian yang berasal dari tanah
bacaan al-Qur’an sebagaimana yang Arab, tempat agama Islam lahir dan
diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. berkembang pertama kali. Pakaian
Namun, perintah membaca dan tersebut tidak boleh diganti dengan
menamatkan al-Qur’an diresepsi pakaian lainnya. Sebagaimana
masyarakat Pauh dalam bentuk bentuk ditegaskan Yadi Dt. Ruhun Basa
dari perayaan. Perayaan tersebut terus bahwa gamis adalah pakaian yang
dilestarikan dan dalam berasal dari Arab. Rasulullah adalah
perkembangannya dipengaruhi unsur orang Arab yang juga memakai
budaya lokal. Unsur-unsur itu gamis. Gamis biasanya dipakai oleh
tercermin dari atribut dan simbol yang para alim ulama di Pauh. Gamis
digunak. Setiap simbol menyimpan adalah pakaian khusus yang
nilai dan makna tersendiri bagi mencerminkan keilmuan orang yang
masyarakat. memakainya. Dengan demikian
Simbolisasi makna dalam tradisi masyarakat menjadikan gamis
Katam Kaji masyarakat Pauh dapat sebagai pakaian kebesaran dalam
dikelompokkan sebagai berikut: Katam Kaji menjadi posisi yang
penting. Kemudian tatkala
1. Makna Simbolik diaraknya peserta Katam Kaji
Dalam pelaksanaan tradisi Katam keliling kampung dengan
Kaji terdapat makna-makan yang berpakaian gamis untuk
diungkapkan masyarakat melalui memberitahukan kepada masyarakat
sistem simbol. Salah satunya dapat bahwa peserta Katam Kaji adalah
diamati dari pakaian kebesaran yang orang-orang yang sudah belajar
digunakan peserta Katam Kaji, gelar agama Islam dan mestinya setelah
adat dan penggunaan mushaf al- perayaan selesai mereka dapat
Qur’an. Semua ini dimaknai sebagai menjadi teladan bagi masyarakat di
simbolisasi wujud ketaatan kepada sekitarnya.22
agama dan budaya setempat. Untuk Penggunaan gamis sebagai
lebih jelasnya makna simbolik yang pakaian kebesaran dan dipandang
digunakan dalam pelaksanaan Katam sebagai upaya mencontoh pakaian
Kajiadalah : Nabi Muhammad SAW merupakan
bentuk masyarakat meneladani
a. Pakaian Kebesaran (Gamis)
22
Pakaian kebesaran peserta Yadi Dt. Ruhun Basa, Mantan
Katam Kaji adalah pakaian gamis Pegawai Camat Kamang Magek, Wawancara
Langsung, 18 November 2015.
54 Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.1/Juni 2019
Katam Kaji bagi masyarakat Pauh saling berkomunikasi lebih lama dan
merupakan alek kampung (baralek saling bersilaturahmi.27
gadang) yang diikuti oleh setiap Selain bisa berkumpul
lapisan masyarakatnya. Prosesi bersama pada acara Katam Kaji,
tradisi Katam Kaji dari awal hingga mereka juga dipertemukan dalam
akhir pelaksanaannya yang acara baralek Katam Kaji yang
melibatkan seluruh masyarakat dilaksanakan pesertanya di rumah
Pauh. Dalam pelaksaan tersebut mereka. Sirajul Munir salah seorang
terajalin silaturrahmi. Karena, tokoh agama di daerah itu
seluruh masyarakat berpartisipasi di menuturkan bahwa setiap orang tua
dalamnya, mulai dari panitia, yang anaknya menjadi peserta
peserta, dan masyarakat luas. Katam Kaji pasti melaksanakan
Menurut Alif Rila bahwa syukuran dalam bentuk alek atau
Katam Kaji merupakan adat dan pesta. Para sanak famili, tetangga
kebiasaan yang baik untuk dan orang kampung diundang untuk
dilestarikan. Banyak nilai-nilai al- datang menghadiri pesta tersebut.
Qur’an yang tersimpan dalam acara Setiap orang yang datang ke rumah
Katam Kaji ini. Di antaranya adalah membawa amplop berisi uang, kado,
memberikan motivasi pada anak- dan sejenisnya sebagai hadiah untuk
anak, membumikan membaca al- anak yang ikut Katam Kaji. Bentuk
Qur’an dan terdapat juga nilai-nilai pesta seperti ini juga didasarkan
persaudaraan. Banyak ayat yang pada ayat al-Qur’an, seperti
mendorong masyarakat untuk disebutkan dalam surat al-Dhuha
meningkatkan rasa persaudaraan. ayat 11.28
Misalnya, dalam surat Ali Imran Dengan adanya alek Katam
ayat 103 yang memerintahkan Kaji ini juga memberikan
bahwa “janganlah kalian bercerai kesempatan pada para tamu
berai”. Selain itu, terdapat juga undangan yang terdiri dari famili,
perintah untuk menjaga nilai orang kampung dan para pemuda
persaudaraan dengan cara serta remaja dapat bersilaturrahmi
berkumpul bersama-sama, seperti dengan tuan rumah dan antara
yang hadis tentang al-Jam’atu sesama mereka.
Rahmah.26 Apabila dilihat dalam al-
Masyarakat berbondong- Qur’an terkait dengan ayat yang
bondong melihat perayaan Katam berbicara mengenai silaturrahmi
Kaji. Di saat inilah terjadi interaksi bahwa pada dasarnya Allah SWT
sosial yang lebih intens antara berfirman dalam surat al-Ra’du ayat
sesama mereka. Kalau pada hari lain 21 :
mereka lebih disibukan dengan
pekerjaan sehari-hari, maka pada 27
Ibid.,
momentum Katam Kaji mereka bisa 28
Sirajul Munir, Tokoh Agama,
Wawancara Langsung, 18 November 2015.
Terkait ayat yang dimaksud informan ini yaitu:
ﱢث َ َوأَﱠﻣﺎ ﺑِﻨِ ْﻌ َﻤ ِﺔ َرﺑﱢ
ْ ﻚ ﻓَ َﺤﺪ
26
Alif Rila, Guru MDA Muhammadiyah Artinya: “dan terhadap nikmat Tuhanmu,
Puah, Wawancara Langsung, 14 November Maka hendak-lah kamu siarkan”.(QS.Al-
2015. Dhuha:11)
56 Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.1/Juni 2019
ِِ ِ ِﱠ
َ ُﻳﻦ ﻳَﺼﻠُﻮ َن َﻣﺎ أ ََﻣَﺮ اﻟﻠﱠﻪُ ﺑﻪ أَ ْن ﻳ
ﻮﺻ َﻞ َ َواﻟﺬ
Acara Katam Kaji mustahil akan
terlaksana jika masyarakatnya tidak
ِ اﳊِﺴ
ﺎب َ ْ ََوَﳜْ َﺸ ْﻮ َن َرﺑـﱠ ُﻬ ْﻢ َوَﳜَﺎﻓُﻮ َن ُﺳﻮء kompak. Untuk mempersiapkan
acara Katam Kaji masyarakat Pauh
Artinya:“ orang-orang yang
saling bantu membantu dan
menghubungkan apa-apa yang
bergotong royong agar acara
Allah perintahkan supaya
tersebut terlaksana. Dengan
dihubungkan, dan mereka takut
demikian rasa persaudaraan antara
kepada Tuhannya dan takut kepada
sesama mereka akan semakin terasa,
hisab yang buruk”. (QS. Al-Ra’du:
terlebih lagi dengan adanya sesi
21)
makan bersama di talam (piring
besar) untuk seluruh orang kampung
Menurut M. Quraish Shihab
yang dipersiapkan oleh panitia
ayat ini menjelaskan tentang ciri-ciri
ketika acara Katam Kaji. Tradisi
dan sifat Ulul albab, di mana salah
seperti ini tentu akan menambah
satu ciri dan sifatnya adalah orang-
rasa persatuan di kalangan
orang yang senantiasa 30
masyarakat.
menghubungkan apa-apa yang Allah
Islam adalah agama yang
perintahkan supaya digabungkan
menolak adanya diskriminasi dalam
seperti seperti silaturrahmi.29
kehidupan manusia. Oleh sebab itu,
Oleh sebab itu, penulis ingin
Islam selalu menjunjung tinggi
menegaskan bahwa tradisi Katam
nilai-nilai persatuan dan kesatuan.
Kaji ingin memberikan pesan
Salah satu ajaran Islam yang
tentang perlunya membangun
berbicara tentang hal itu ialah
hubungan komunikasi masyarakat
seperti yang tertera dalam al-Qur’an
yang baik. Pesan itu diciptakan
yaitu surat al-Hujurat ayat 10:
melalui kerjasama, komunikasi, dan
ِ إﱠﳕَﺎ اﻟْﻤﺆِﻣﻨﻮ َن إِﺧﻮةٌ ﻓَﺄ
َﲔ أ
َﺧ َﻮﻳْ ُﻜ ْﻢ َ ْ ََﺻﻠ ُﺤﻮا ﺑـ
interaksi yang terbangun dalam
perhelatan tradisi ini. Cara ini secara ْ َْ ُ ُْ
tidak langsung memperlihatkan .َواﺗـﱠ ُﻘﻮا اﻟﻠﱠﻪَ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗـُ ْﺮ َﲪُﻮ َن
peranan budaya agama dalam
Artinya:‘’sesungguhnya orang-
mempererat dan merawat
orang ber-iman itu bersaudara.
silaturahmi.
Maka, damaikanlah antara
saudaramu itu dan takutlah
b. Nilai-nilai Ukhwah Islamiyah
terhadap Allah, supaya kamu
Katam Kaji sebagai fenomena
mendapat rahmat. (QS.Al-
sosial-agama juga memiliki nilai
Hujurat: 10)
semangat ukhwah islamiyah.
Menurut Abdurrahman, bahwa
M. Quraish Shihab ketika
Katam Kaji adalah tradisi yang dari
menafsirkan ayat di atas
dahulu sampai sekarang masih
mengatakan bahwa ayat ini
dipegang erat oleh masyarakat Pauh.
mengisyaratkan dengan sangat jelas
bahwa persatuan dan kesatuan serta
29
M. Quraish Shihab, Tafsir al-
30
Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al- Abdurrahman, Tokoh Agama Pauh,
Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 06, Wawancara Langsung, Pauh 18 November
h. 590. 2015.
Gusnanda, Simbolisme dalam Tradisi Katam Kaji... 57
35
Syafrianto, Juri Katam Kaji MDA
34
Sayyid Quthb, Tafsir Fii Zhilalil Plus Tigo Kampuang Jorong Pauh ke-
Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 173- VIII,Wawancara Langsung,Pauh 20 Desember
177. 2015.
Gusnanda, Simbolisme dalam Tradisi Katam Kaji... 59
Menurut Farid Esack pada tetapi, yang jauh lebih penting dari itu
ayat ini terdapat paling tidak dua semua adalah bahwa Katam Kaja
fungsi utama al-Qur’an dalam menjadi salah satu pilihan dalam
kehidupan umat Islam yakni sebagai memotivasi dan mensugesti anak-anak
bacaan dan petunjuk.37 Melalui untuk belajar al-Qur’an secara
Tradisi Katam Kaji, masyarakat tradisionalis. Adapun rekomendasi
Pauh berusaha untuk menanamkan yaitu menganjurkan bagi yang ingin
rasa cinta kepada al-Qur’an dan meneliti Katam Kaji untuk mengkaji
memotivasi untuk membaca serta bagaimana tradisi ini dilihat dengan
mempelajarinya. Di sisi lain, perspektif dan metodologi yang
sebenarnya masyarakat Pauh telah berbeda, seperti melihat keterkaitannya
mengfungsikan al-Qur’an sebagai dengan daerah-daerah lain di Sumatera
petunjuk dalam kehidupan mereka. Barat. Selanjutnya kepada para pihak di
Dengan adanya tradisi Katam Kaji daerah Pauh Kamang Mudiak
nilai-nilai tentang silaturrahmi, semestinya tradisi baik ini dijaga dan
ukhwah islamiyah, pendidikan dan dirawat dalam bingkai keislaman dan
semangat etos kerja yang terdapat kebudayaan. Seandainya hal ini tidak
dalam ayat al-Qur’an tidak lagi dilakukan maka dikhawatirkan akan
berada dalam lembaran mushaf terjadi kesalahpahaman yang
melainkan telah membumi dalam menyebabkan tradisi ini ditinggalkan
kehidupan masyarakat Pauh. sehingga nilai-niliai kebajikan yang
tersimpan di dalamnya luntur dan
Kesimpulan dan Rekomendasi hilang.
Sebagai sebuah kesimpulan
penulis ingin mengatakan bahwa Daftar Kepustakaan
Katam Kaji merupakan tradisi islami.
Di dalamnya mengandung nilai-nilai A. Buku dan Jurnal
kebajikan yang diekspresikan melalui Ali, Syauthi. Metodologi Penelitian
simbol dan pemaknaan yang mendalam Agama; Pendekatan Teori dan
terhadap esensi acaranya. Adapun Praktek. Jakarta: PT. Raja
simbol itu disematkan pada pakaian, Grafindo Persada. 2002.
gelar adat, dan mushaf
al-Qur’an. Sedangkan makna esensinya Al-Bukhary, Muhammad bin Ismail.
adalah sebagai sarana merajut dalam Shahih al-Bukhariy kitab
silaturahmi, memperkokoh ikatan Fadhail al-Qur’an Nomor. 4639.
persaudaraan sesama umat Islam dalam
anggota masyarakat, sebagai sarana Esack, Farid Samudera Al-Qur’an.
dalam memotivasi masyarakat terutama pterj. Nuril Hidayah. Jogjakarta:
anak-anak untuk membaca dan DIVA Press. 2007.
mempelajari al-Qur’an, dan
meningkatkan etos kerja sebab dalam H.R. al-Bukhariy (CD Maktabah al-
prosesi tersebut memerlukan dalan Syamilah: Shahih Bukhariy, Bab
untuk pelaksanaan perhelatan. Akan Tasybiikal Ashabi’iy Fil Masjid
wa Ghairih. hadis 103.
37
Farid Esack, Samudera Al-Qur’an,
pterj. Nuril Hidayah, (Jogjakarta: DIVA Press,
2007), h. 43.
Gusnanda, Simbolisme dalam Tradisi Katam Kaji... 61
Shihab, M. Quraish Tafsir al-Mishbah; Syafrianto. Juri Katam Kaji MDA Plus
Pesan, Kesan dan Keserasian al- Tigo Kampuang Jorong Pauh ke-
Qur’an. Jakarta: Lentera Hati, VIII. Wawancara Langsung.
2002. Pauh 20 Desember 2015.
Anwar. Wali Jorong Pauh. Wawancara Yamun Dt. Samiak. Ninik Mamak.
Langsung. Pauh 5 November Wawancara Langsung. 18
2015. November 2015.