Anda di halaman 1dari 16

SIMBOLISME DALAM TRADISI KATAM KAJI

MASYARAKAT PAUH NAGARI KAMANG MUDIAK


KABUPATEN AGAM
Gusnanda
UIN Imam Bonjol Padang
E-mail: eljambaki46@gmail.com

Abstrak
Masyarakat muslim di Indonesia memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri
dalam mempraktikkan ajaran agamanya. Termasuk tentang bagaimana cara
memotivasi anak-anak untuk belajar al-Qur’an, seperti yang terdapat dalam tradisi
Katam Kaji masyarakat Pauh. Tidak hanya itu, dalam tradisi tersebut terkandung
juga nilai-nilai budaya dan ajaran Islam yang diekspresikan dalam bentuk simbolik
dan praktik. Keduanya memiliki makna dan fungsi tersendiri bagi masyarakat
setempat. Makna simbolik itu terdapat dalam atribut yang digunakan ketika acara
berlangsung, seperti: pakaian kebesaran, gelar adat, dan mushaf al-Qur’an.
Sedangkan makna praktik yang menjadi esensi dari tradisi ini terkandung dalam
setiap interaksi dan komunikasi yang terbangun selama acara berlangsung.

Kata Kunci: Katam Kaji, Simbolisme, Makna, Nilai.

Pendahuluan mempelajari ayat al-Qur’an. Bahkan,


Sebaik-baik umat Islam adalah akhir-akhir ini bermunculan lembaga-
mereka yang belajar al-Qur’an dan lembaga tahfiz yang menjanjikan
mengajarkannya pada orang lain. Kira- pesertanya mampu meghafal al-Qur’an
kira begitulah isi dari sugesti dan dalam hitungan jam. Jika dianalisis
motivasi yang pernah disampaikan secara kritis agaknya fenomena ini
Rasul SAW agar umatnya mau hanya sebatas jual beli jasa dengan
membaca dan mempelajarI al-Qur’an.1 pertimbangan untung rugi. Jika
Terdapat banyak sekali dalil terkait demikian, maka cara seperti itu tidak
persoalan ini yang dapat ditemukan baik untuk dilestarikan.
dalam berbagai kitab hadis. Sebetulnya, dalam warisan
budaya bangsa terdapat beberapa
Akibat dari hadis-hadis tersebut tradisi untuk mendidik dan
muncullah berbagai metode dan mengajarkan anak-anak membaca al-
pengajaran dalam membaca dan Qur’an yang mesti dipertahankan.
Tradisi tersebut berkembang di
1
Hadis ini diterima dari Usman ibn kampung-kampung, di mana
‘Affan bahwa Rasul SAW pernah bersabda: ‫ﺧﯿﺮ‬ masyarakatnya masih bercorak
‫ﻛﻢ ﻣﻦ ﺗﻌﻠﻢ اﻟﻘﺮان و ﻋﻠﻤﮫ‬, yang artinya sebaik-baik tradisionalis. Misalnya, Ternate
kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan
mengajarkannya. Lihat: Muhammad bin Ismail
menyebutnya dengan Mappanre
al-Bukhary dalam Shahih al-Bukhariy kitab Temme’. Ini adalah tradisi khataman al-
Fadhail al-Qur’an Nomor. 4639. Qur’an bagi orang yang sudah tamat

47
48 Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.1/Juni 2019

mengaji.2 Barangkali tradisi serupa pengambilan data, mulai dari


banyak juga yang berkembang di wawancara, observasi dan
daerah lain dengan istilah yang dokumentasi. Adapun dalam
beragam namun belum sempat melakukan wawancara penulis
terdokumentasikan dalam bentuk hasil menggukan metode snowball sampling.
penelitian. Dalam tulisan ini, penulis Sementara yang diwawancarai adalah
ingin menguraikan tradisi serupa, yakni setiap elemen masyarakat, seperti:
tradisi Katam Kaji yang berkembang di pemangku kepentingan, ninik-mamak,
wilayah Barat Indonesia, tepatnya di alim ulama, dan cadiak pandai. Semua
Jorong Pauh Nagari Kamang Mudiak elemen masyarakat ini menjadi sumber
Kecamatan Kamang Magek Kabupaten data primer sedangkan sumber data
Agam Sumatera Barat. sekundernya adalah buku-buku yang
Katam Kaji merupakan cara relevan dengan masalah ang dikaji.
masyarakat mengajarkan dan
memotivasi anak-anaknya untuk Katam Kaji: Makna dan Persepsi
membaca al-Qur’an. Tradisi ini juga Masyarakat Pauh
menjadi sarana dalam menanamkan Sebelum penulis menguraikan
nilai-nilai ajaran agama. Sebagaimana satu-satu persatu bagaimana
diketahui, kebiasaan beragama masyarakat Pauh memaknai dan apa
masyarakat seringkali menggunakan yang membuat mereka melestarikan
sistem simbol dan setiap rangkaian tradisi Katam Kaji, ada baiknya
simbol tersebut memiliki makna dijelaskan terlebih dahulu tentang
tertentu. Begitu juga dalam tradisi falsafah hidup yang mendasari akititas
Katam Kaji di Pauh Kamang Mudiak sosial keagamaan masyarakatnya.
yang secara simbolis mengandung Menurut Mukhtar Dt. Mangguang
pesan-pesan luhur dalam membangun bahwa falsafah hidup masyarakat Pauh
kehidupan sosial masyarakatnya. adalah “Adat Basandi Syarak, Syarak
Tulisan ini selanjutnya akan berusaha Basandi kitabullah (ABS SBK)”.
mengungkap makna apa yang Maksudnya, adat budaya di
terkadung dalam tradisi Katam Kaji Minangkabau khususnya di daerah
tersebut. Pauh berdasarkan pada syari’at Islam
yang bersumber dari al-Qur’an dan
Pespektif Penelitian Sunah. Dalam pepatah lain juga
Penelitian ini adalah penelitian disebutkan bahwa, “syarak mangato,
field reseacrh dengan memfokuskan adat mamakai”. Pepatah ini memiliki
kajian pada bagaimana masyarakat pengertian di mana agama menjadi
Pauh memaknai tradisi Katam Kaji. standar terhadap segala bentuk
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis akitivitas sosial-budaya masyarakat.3
dengan menggunakan pendekatan Masyarakat Pauh merupakan
fenomenologi sebagai pisau masyarakat yang masih menjaga nilai-
analisisnya. Untuk memperoleh data, nilai adat dan ajaran agama mereka
penulis melakukan rangkaian metode dalam kehidupan sehari-harinya.
Ketaatan mereka kepada ajaran agama
2
Lihat: Chaerul Mundzir, “Nilai-Nilai
3
Sosial dalam Tradisi Mappenre Temme’ di Mukhtar Dt. Mangguang, Tokoh
Kecamatan Tenete Kabupaten Barru”, Jurnal Masyarakat, Wawancara Langsung, Pauh 13
Rihlah, Vol. I, No. 2 Tahun. 2014, h. 70. November 2015.
Gusnanda, Simbolisme dalam Tradisi Katam Kaji... 49

tersebut terlihat dengan tingginya awal era perkembangan Islam dalam


keinginan dalam menerapkan nilai-nilai bentuk dan skala yang berbeda.6
ajaran Islam, baik dalam bentuk Prinsip yang dimaksud di sini adalah
normatif maupun dalam bentuk bagaimana membuat “ghirah” atau
akulturasi budaya. Di antaranya adalah semangat anak-anak maupun orang
dengan melestarikan tradisi Katam Kaji dewasa untuk mencintai al-Qur’an dan
setiap tahunnya.4 Tradisi ini merupakan gemar membacanya.7
sebuah perayaan santri ketika sudah Anwar selaku Wali Jorong Pauh
menamatkan pendidikan agama atau juga menuturkan bahwa tradisi Katam
“mengaji” di surau, TPA, atau Kaji bagi masyarakat Pauh memberi
Madrasah Diniyah Awwaliyah (MDA). pengaruh terhadap sikap mental dan
Tradisi Katam Kaji merupakan perilaku para generasi muda mereka
pengamalan masyarakat tentang untuk lebih Islami dan menjaga norma-
bagaimana membumikan nilai-nilai al- norma Islam. Para peserta yang telah
Qur’an sehingga syiar Islam hidup di mengikuti tradisi Katam Kaji berarti
tengah masyarakat. Masyarakat Pauh mereka telah memahami ajaran agama
memandang adanya Katam Kaji sedikit banyaknya. Seadainya mereka
menjadi wujud dan manifestasi dari tidak mendalami ilmu agama dan tidak
rumusan budaya Minangkabau tentang mengerti dengan ajaran agamanya
“Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi
6
Kitabullah”. Dalam ranah yang lain, Pandangan informan ini jika dirujuk
hal ini kemudian juga menjadi ideologi pada kitab-kitab hadis ditemukan banyak
masyarakat Minang dalam riwayat tentang bagaimana Rasul SAW
menjelaskan keutamaan al-Qur’an sehingga
mengaktualisasikan ajaran agama umat Islam diperintahkan untuk membaca,
mereka. Oleh karena itu, dengan menghafal, dan mentadabburi isi al-Qur’an.
melestarikan tradisi ini berarti Salah satunya dapat dilihat dari hadis yang
masyarakat Pauh telah menjalankan diriwayatkan imam al-Bukhary dalam kitab
dan memperkuat falsafah hidup mereka Shahihnya, yakni sebagai berikut:
ِ ُ ‫َﺣ ﱠﺪﺛَِﲏ إِ ْﺳ َﺤ‬
sebagai masyarakat Minangkabau.5 ‫ﻮﺳﻰ َﻋ ْﻦ َﺷْﻴﺒَﺎ َن َﻋ ْﻦ َْﳛ َﲕ‬ َ ‫َﺧﺒَـَﺮﻧَﺎ ُﻋﺒَـْﻴ ُﺪ اﻟﻠﱠﻪ ﺑْ ُﻦ ُﻣ‬
ْ ‫ﺎق أ‬
Senada dengan itu, Bardas َ َ‫َﻋ ْﻦ ُﳏَ ﱠﻤ ِﺪ ﺑْ ِﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﻟﱠﺮ ْﲪَ ِﻦ َﻣ ْﻮَﱃ ﺑَِﲏ ُزْﻫَﺮةَ َﻋ ْﻦ أَِﰊ َﺳﻠَ َﻤﺔَ ﻗ‬
‫ﺎل‬
Samnil, selaku tokoh agama yang ‫ﺖ أَﻧَﺎ ِﻣ ْﻦ أَِﰊ َﺳﻠَ َﻤﺔَ َﻋ ْﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑْ ِﻦ َﻋ ْﻤ ٍﺮو‬ ِ َ َ‫وأَﺣ ِﺴﺒ ِﲏ ﻗ‬
ُ ‫ﺎل َﲰ ْﻌ‬ ُ ْ َ
tertua di Pauh mengatakan bahwa
ٍ‫ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠﻢ اﻗْـﺮإِ اﻟْ ُﻘ ْﺮآ َن ِﰲ َﺷ ْﻬﺮ‬ َ
ِ‫ﻮل اﻟﻠﱠﻪ‬
ُ ‫ﺎل َر ُﺳ‬َ َ‫ﻗ‬:‫ﺎل‬
َ َ‫ﻗ‬
Katam Kaji merupakan tradisi kuno َ َ
٦ ِ ِ
yang turun temurun dilakukan. Dengan ‫ﻚ‬ َ َ‫ﺖ إِ ﱢﱐ أَﺟ ُﺪ ﻗُـ ﱠﻮًة َﺣ ﱠﱴ ﻗ‬
َ ‫ﺎل ﻓَﺎﻗْـَﺮأْﻩُ ِﰲ َﺳْﺒ ٍﻊ َوَﻻ ﺗَ ِﺰْد َﻋﻠَﻰ َذﻟ‬ ُ ْ‫ﻗُـﻠ‬
demikian tradisi ini harus terus Artinya: ‘’Ishaq menceritakan pada
dilestarikan dari generasi ke generasi. kami, ‘Ubaidullah bin Musa mengkhabarkan
Menurutnya, tradisi ini juga merupakan pada kami, dari Syaiban dari Yahya, dari
Muhammad bin ‘Abdul Rahman Maula bani
bagian dari syiar Islam. Secara Zuhrah, dari Abi Salamah ia berkata: dari
teologis, tradisi ini memang tidak ‘Abdullah bin ‘Amr ia berkata, Rasul SAW
ditemukan pada zaman Nabi bersabda: Bacalah (khatamkanlah) Al Quran
Muhammad SAW. Akan tetapi, pada dalam sebulan.” ‘Abdullah bin ‘Amr lalu
prinsipnya sudah dipraktikkan sejak berkata, “Aku mampu menambah lebih dari
itu.” Beliau pun bersabda, “Bacalah
(khatamkanlah) Al Qur’an dalam tujuh hari,
4
Ahmad Latif Dt. Sami’, Niniak Mamak jangan lebih daripada itu‘’ (H.R. Bukhari).
7
Jorong Pauh, Wawancara Langsung, Pauh 20 Bardas Samnil, Imam Mesjid Jami’
Desember 2015. Pauh, Wawancara Langsung, Pauh 13
5
Ibid., November 2015.
50 Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.1/Juni 2019

sendiri tentu akan menghasilkan kawanya yang lain tersebut.10 Hanya


karakter remaja dan pemuda yang jauh saja, dalam konteks ini tidak akan
dari nilai-nilai agama Islam.8 tujuan tradisi Katam Kaji tidak sampai
Masyarakat Pauh sangat antusias pada pesan substantifnya sebab
dengan acara Katam Kaji. Hal ini motivasi mereka hanya sebatas
terbukti ketika setiap kali diadakannya mendapatkan hadiah.
tradisi Katam Kaji, mereka Pernyataan yang serupa denga
berbondong-bondong untuk informan sebelumnya juga
menghadirinya. Membaca al-Quran disampaikan Yamun Dt. Samiak selaku
adalah kewajiban dan bernilai ninik mamak dan cadiak pandai bahwa
pahala. Namun, tidak semua orang Katam Kaji yang dilakukan masyarakat
bersemangat dan mau membaca al- Pauh adalah bentuk dari penerapan
Quran dengan berbagai alasan, seperti nilai-nilai “Adat Basandi Syara’ dan
kesibukan dan lain-lain. Tradisi ini Syara’ Basandi Kitabullah, Syara’
berperan dalam memberikan semangat Mangato Adat Mamakai dalam
membaca al-Quran kepada masyarakat. kehidupan masyarakat Pauh. Sebagai
Semangat itu ditularkan melalui acara salah satu petinggi adat dalam
yang diadakan dengan meriah agar masyarakat Pauh, ia ingin tegak
masyarakat menjadi tertarik untuk kokhnya ajaran Islam dalam kehidupan
membaca al-Quran. Atau, paling tidak bermasyarakat di Pauh. Oleh karena
merasa terpanggil untuk menyerahkan itu, para ninik mamak sebetulnya
anaknya belajar mengaji al-Quran berharap dengan adanya tradisi Katam
ke surau, TPA, atau MDA.9 Kaji, nilai-nilai Islam tetap terpatri
Peserta Katam Kaji adalah pihak dalam adat masyarakat Pauh, karena
yang langsung merasakan bagaimana orang yang sudah melakukan Katam
nilai-nilai dari pelaksanaan Katam Kaji Kaji berarti mereka telah memiliki
tersebut. Tradisi ini membuat mereka kemampuan untuk membaca al-Qur’an,
saling berkompetisi dalam meraih memahami dan mengkajinya sehingga
prestasi dalam membaca al-Qur’an membuat mereka mudah untuk
dengan baik dan benar. Hal yang memahami ajaran agama.11
menjadi penting adalah mereka Sejalan dengan itu menurut
memperoleh ilmu agama terkhusus Syarifuddin Dt. Tumbasa dalam adat
kepandaian dalam membaca al-Qur’an. Minangkabau ninik mamak adalah
Di sisi lain, tradisi ini memberikan orang yang bertanggung jawab untuk
dampak hiburan bagi anak-anak karena membina anak dan kamanakan.
mendapatkan hadiah berupa kado dan Pepatah Minang mengatakan, “anak
uang dari tamu undangan. Dengan dipangku kamanakan dibimbing”.
demikian, anak-anak yang belum Berdasarkan pepatah ini menunjukkan
mengikuti tradisi Katam Kaji tentu bagaimana fungsi ninik mamak dalam
akan terpantik dan berkeinginan pula membina dan membimbing anak
merasakan hal-hal seperti kawan-
10
Rahmi, Peserta Khatam al-Qur’an ke-
35 MDA Muhammadiyah Ranting
Pauh,Wawancara Langsung, 15 November
8
Anwar, Wali Jorong Pauh, Wawancara 2015.
11
Langsung, Pauh 5 November 2015. Yamun Dt. Samiak, Ninik Mamak,
9
Ibid., wawancara langsung, 18 November 2015
Gusnanda, Simbolisme dalam Tradisi Katam Kaji... 51

kemenakan mereka. Dengan adanya yang membicarakan hal itu. Maka,


Katam Kaji dapat menjadi salah satu dengan begitu Katam Kaji pada
metode untuk membina dan masyarakat Pauh telah sejalan dengan
membimbing anak kemenakan mereka anjuran Islam untuk mencintai dan
agar memiliki pribadi yang luhur serta membaca al-Qur’an.
taat bergama.12 Banyak nilai-nilai al-Qur’an yang
Sementara golongan cendikiawan bisa diperoleh dari Katam Kaji, seperti
di Pauh memahami bahwa Katam Kaji nilai-nilai persatuan dan kesatuan
sangat baik dijadikan sebagai metode antara sesama umat Islam, nilai-nilai
dalam mendidik anak-anak. Pendidikan ibadah di mana ketika acara Katam
yang didapatkan dari Katam Kaji Kaji banyak orang yang datang untuk
berorientasi pada pendidikan akidah menyaksikan dan mendengarkan
dan akhlak.13 Ini tentu akan sangat peserta Katam Kaji membacakan
bermamfaat bagi masyarakat Pauh beberapa ayat al-Qur’an. Di
karena tradisi Katam Kaji dapat sinilah letak nilai ibadahnya, bahwa
menghasilkan generasi yang dalam ajaran Islam, tidak hanya orang
bermentalkan qur’ani. yang membaca saja yang mendapatkan
Pendidikan agama di daerah Pauh pahala, namun orang yang
lebih banyak diajarkan di surau, TPA mendengarkannya juga mendapatkan
dan MDA. Meskipun ada beberapa pahala.15
Sekolah Dasar tetapi persentase Menurut Abdurrahman bahwa
pendidikan agama tidak terlalu besar dalam tradisi Katam Kaji juga terdapat
dibanding dengan pendidikan umum. nilai-nilai akidah di mana dalam ajaran
Maka, mendidik anak-anak di surau, Islam orang yang membaca ayat-ayat
TPA, dan MDA dapat membekali Allah akan dilindungi oleh Allah dan
keilmuan agama lebih banyak. Apalagi diberkati-Nya karena membaca al-
jika anak tersebut sampai Qur’an merupakan salah satu wujud
melaksanakan Katam Kaji karena ia dari ketaatan seorang hamba pada
adalah simbol bagi yang Penciptanya. Maka dari itu, Katam Kaji
melaksanakannya bahwa mereka dalam pelaksanaanya membaca ayat-
adalah orang yang memiliki ayat al-Qur’an tentu akan memberi
pengetahuan agama.14 rahmat terhadap makhluk sekelilingnya
Sementara itu, dari golongan alim dan tentunya al-Qur’an benar-benar
ulama juga memandang tradisi Katam akan menjadi rahmat untuk seluruh
Kaji yang dilakukan masyarakat Pauh alam.16
sebagai syiar agama Islam. Dalam Dari sekian komentar lapisan
Islam diperintahkan untuk membaca al- masyarakat Pauh tentang Katam Kaji
Qur’an, banyak dalil atau landasan yang telah mereka laksanakan secara
turun temurun menunjukan bahwa
12
Syarifuddin Dt. Tumbasa, Ketua Katam Kaji memiliki urgensi dan
Kerapatan Adat Nagari (KAN) Kamang eksistensi yang tinggi, baik itu pada
Mudik, Wawancara Langsung, Kamang 07 agama ataupun adatistiadat, laki-laki
November 2015.
13
Bujang Kaeh Tuangku Samiak, Tokoh
15
Agama dan Terpelajar di Jorong Pauh, Abdurrahman, Tokoh Agama Pauh,
Wawancara Langsusng, Pauh 13 November Wawancara Langsung,Pauh 18 November
2015. 2015.
14 16
Ibid., Ibid.,
52 Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.1/Juni 2019

ataupun wanita serta pada anak-anak juga merupakan pranata sosial. Artinya,
ataupun orang dewasa, dan lain agama yang dianut melahirkan
sebagainya. Oleh sebab itulah, berbagai perilaku sosial yakni perilaku
masyarakat Pauh ingin terus yang tumbuh dan berkembang dalam
melestarikan Katam Kaji ini karena sebuah kehidupan bersama. Terkadang
banyak memiliki nilai-nilai positif perilaku tersebut saling mempengaruhi
dalam kehidupan mereka. satu sama lain. Norma dan nilai agama
sangat berpengaruh terhadap perilaku
Menilik Simbolisme dalam Tradisi sosial.20
Katam Kaji Katam Kaji yang ditradisikan
Sebagaimana telah disebutkan oleh masyarakat Pauh juga dapat
sebelumnya bahwa Katam Kaji yang dikatakan sebagai bentuk dari pranata
dipahami masyarakat Pauh adalah sosial yang terkait dengan agama.
perayaan untuk memotivasi anak-anak Secara sadar atau tidak, Katam Kaji
gemar membaca al-Qur’an. Menurut telah mempengaruhi bentuk perilaku
Alif Rila perayaan Katam Kaji masyarakat Pauh secara kolektif
masyarakat Pauh adalah haflah untuk ataupun perorangan. Setiap individu
memotifasi anak-anak cinta membaca akan saling mempengaruhi individu
al-Qur’an meskipun para peserta yang lain.
Katam Kaji belum pernah menamatkan Dalam teori antropologi agama
bacaan membaca al-Qur’an.17 Mukhtar dikatakan bahwa beribadat bersama-
Dt. Mangguang juga mengatakan sama memakai lambang keagamaan
bahwa peserta Katam Kaji yang selama telah mempersatukan kelompok-
ini dilaksanakan masyarakat Pauh tidak kelompok manusia dalam ikatan yang
sampai menamatkan bacaan al- paling erat. Agama memberi lambang
Qur’an.18 Hal yang senada juga kepada manusia, dengan lambang-
diungkapkan Syafrinto bahwa dari segi lambang tersebut mereka dapat
istilah, Katam Kaji memang berarti mengungkapakan hal-hal yang susah
telah selesai membaca al-Qur’an untuk diungkapkan. Memiliki
sampai tamat. Akan teapi, Katam Kaji kepercayaan yang sama dan
yang dilaksanakan masyarakat Pauh mengamalkannya bersama-sama dalam
adalah salah satu bentuk syiar Islam. kelompok masyarakat, yaitu kelompok
Tujuan yang ingin dicapai dari acara pemeluk amat penting bagi agama.
tersebut adalah nilai-nilai kebersamaan Hanya dengan kebersamaan inilah
dan nilai-nilai sosial.19 kepercayaan-kepercayaan tersebut
Sudah disebutkan bahwa agama, dapat dilestarikan.21
di samping sebagai sebuah keyakinan, Masyarakat Pauh memandang
Katam Kaji sebagai ritual keagamaan
17
Alif Rila, Guru MDA Muhammadiyah
Puah, Wawancara Langsung, Pauh 14
20
November 2015. Syauthi Ali, Metodologi Penelitian
18
Mukhtar Dt. Mangguang, Tokoh Agama; Pendekatan Teori dan Praktek,
Masyarakat,Wawancara Langsung, Pauh 13 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h.
November 2015. 100.
19 21
Syafrianto, Juri Katam Kaji MDA Plus Elizabeth K. Nottingham, Agama dan
Tigo Kampuang Jorong Pauh ke- Masyarakat, petrj. Abduk Muis Naharong,
VIII,Wawancara Langsung,Pauh 20 Desember (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h.
2015. 4.
Gusnanda, Simbolisme dalam Tradisi Katam Kaji... 53

yang perlu dilestarikan. Pada konteks yang mirip pakaian orang Arab.
inilah tradisi Katam Kaji yang Pakaian tersebut menjadi pakaian
dilakukan masyarakat Pauh lahir wajib yang harus digunakan peserta
sebagai proses budaya yang Khatam al-Qur’am ketika perayaan.
memadukan ajaran Islam dengan adat Oleh karena Katam Kaji merupakan
Minangkabau. Sebagaimana diketahui fenomena sosial yang terkait dengan
bahwa Islam memerintahkan kepada agama Islam maka pakaian
penganutnya untuk mengimani dan pesertanya juga diidentikkan dengan
mencintai kitab sucinya yakni pakaian Islami. Dalam hal ini pakain
al-Qur’an. Salah satu bentuknya adalah Islami itu diidentikkan dengan
dengan cara membaca dan menamatkan pakaian yang berasal dari tanah
bacaan al-Qur’an sebagaimana yang Arab, tempat agama Islam lahir dan
diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. berkembang pertama kali. Pakaian
Namun, perintah membaca dan tersebut tidak boleh diganti dengan
menamatkan al-Qur’an diresepsi pakaian lainnya. Sebagaimana
masyarakat Pauh dalam bentuk bentuk ditegaskan Yadi Dt. Ruhun Basa
dari perayaan. Perayaan tersebut terus bahwa gamis adalah pakaian yang
dilestarikan dan dalam berasal dari Arab. Rasulullah adalah
perkembangannya dipengaruhi unsur orang Arab yang juga memakai
budaya lokal. Unsur-unsur itu gamis. Gamis biasanya dipakai oleh
tercermin dari atribut dan simbol yang para alim ulama di Pauh. Gamis
digunak. Setiap simbol menyimpan adalah pakaian khusus yang
nilai dan makna tersendiri bagi mencerminkan keilmuan orang yang
masyarakat. memakainya. Dengan demikian
Simbolisasi makna dalam tradisi masyarakat menjadikan gamis
Katam Kaji masyarakat Pauh dapat sebagai pakaian kebesaran dalam
dikelompokkan sebagai berikut: Katam Kaji menjadi posisi yang
penting. Kemudian tatkala
1. Makna Simbolik diaraknya peserta Katam Kaji
Dalam pelaksanaan tradisi Katam keliling kampung dengan
Kaji terdapat makna-makan yang berpakaian gamis untuk
diungkapkan masyarakat melalui memberitahukan kepada masyarakat
sistem simbol. Salah satunya dapat bahwa peserta Katam Kaji adalah
diamati dari pakaian kebesaran yang orang-orang yang sudah belajar
digunakan peserta Katam Kaji, gelar agama Islam dan mestinya setelah
adat dan penggunaan mushaf al- perayaan selesai mereka dapat
Qur’an. Semua ini dimaknai sebagai menjadi teladan bagi masyarakat di
simbolisasi wujud ketaatan kepada sekitarnya.22
agama dan budaya setempat. Untuk Penggunaan gamis sebagai
lebih jelasnya makna simbolik yang pakaian kebesaran dan dipandang
digunakan dalam pelaksanaan Katam sebagai upaya mencontoh pakaian
Kajiadalah : Nabi Muhammad SAW merupakan
bentuk masyarakat meneladani
a. Pakaian Kebesaran (Gamis)
22
Pakaian kebesaran peserta Yadi Dt. Ruhun Basa, Mantan
Katam Kaji adalah pakaian gamis Pegawai Camat Kamang Magek, Wawancara
Langsung, 18 November 2015.
54 Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.1/Juni 2019

sunah Rasul SAW dalam pawai terdapat dua orang


berpakaian. Pada konteks ini, terlah perempuan membawa al-Qur’an
terjadi upaya penerjemahan sunah pada barisan paling depan.24
dalam bentuk praksis. Oleh karena Menurut Alif Rila, prosesi ini
itu, apa yang dilakukan masyarakat mengandung makna sebagai berikut:
Pauh telah membuktikan adanya Sabana nyo dasar hukum nyo
proses pembumian sunah Rasul ndak ada gai do, tu hanyo
SAW, atau dalam istilah lain yakni sabagai tando bahaso awak
living traditions (living sunah/ malakukan Katam Kaji,
living hadis). mangkonyo dilatak-an di muko.
Ba a ndak ndak di tangah atau
b. Gelar Adat di balakang, karano al-Qur’an
Sudah menjadi kebiasaan nilainyo tinggi.25
pada keseharian masyarakat Pauh
memanggil seseorang dengan gelar Sebenarnya tidak ada dasar
adat. Ada tiga bentuk pemberian hukumnya. Itu hanya tanda
gelar adat kepeada seseorang. bahwa sedang diadakan
Pertama, gelar yang diberikan ketika perayaan Katam Kaji, maka-nya
batagak panghulu. Kedua, gelar diletakan di depan. Lalu,
yang diberikan ketika akan menikah. kenapa tidak di tengah atau di
Ketiga, gelar yang diberikan ketika belakang. Karena, al-Qur’an
Katam Kaji. Gelar tersebut hanya memiliki nilai yang tinggi dan
diberikan kepada kaum laki-laki. harus dijadikan pedoman dalam
Hal ini dikarenakan dalam beberapa hidup.
aspek kehidupan di Minangkabau Fenomena di atas
kaum lelaki memiliki peran yang menunjukkan bagaimana al-Qur’an
dominan. diperlakukan dan oleh masyarakat
Jenis gelar yang ketiga di Pauh. Secara simbolik, perlakukan
atas merupakan gelar yang pertama seperti itu menjadi simbol bahwa al-
kali didapatkan seseorang dalam Qur’an harus dijadikan imam dalam
kehidupan sosialnya di daerah Pauh. kehidupan sehari hari. Dalam
Gelar tersebut antara lain seperti: melakukan hal apapun, al-Qur’an
Tuangku, Malin, Kari, Labai dan mestinya menjadi acuan utama.
Sutan. Gela-gelar ini pada dasarnya
melambangkan karakter orangnya. 2. Makna Praktik atau Esensi
Selain itu, gelar tersebut juga a. Nilai Silaturrahmi
mencerminkan bagaimana kapasitas Perayaan Katam Kaji
ilmu agama mereka.23 menyimpan makna-makna yang
memiliki nilai-nilai religius yang
c. Mushaf Al-Qur’an berlandaskan pada ajaran agama.
Sebagaimana pengamatan
penulis pada acara Katam Kaji 24
Hasil observasi lapangan pada acara
masyarakat Pauh, dalam rombongan Katam Kaji MDA Plus Tigo Kampung Jorong
Pauh pada 20 Desember 2015.
25
Alif Rila, Guru MDA Muhammadiyah
23
Syahrial Dt. Kayo Niniak Mamak. Pauh, Wawancara Langsung, Pauh 14
Wawancara Langsung, 15 November 2015. November 2015.
Gusnanda, Simbolisme dalam Tradisi Katam Kaji... 55

Katam Kaji bagi masyarakat Pauh saling berkomunikasi lebih lama dan
merupakan alek kampung (baralek saling bersilaturahmi.27
gadang) yang diikuti oleh setiap Selain bisa berkumpul
lapisan masyarakatnya. Prosesi bersama pada acara Katam Kaji,
tradisi Katam Kaji dari awal hingga mereka juga dipertemukan dalam
akhir pelaksanaannya yang acara baralek Katam Kaji yang
melibatkan seluruh masyarakat dilaksanakan pesertanya di rumah
Pauh. Dalam pelaksaan tersebut mereka. Sirajul Munir salah seorang
terajalin silaturrahmi. Karena, tokoh agama di daerah itu
seluruh masyarakat berpartisipasi di menuturkan bahwa setiap orang tua
dalamnya, mulai dari panitia, yang anaknya menjadi peserta
peserta, dan masyarakat luas. Katam Kaji pasti melaksanakan
Menurut Alif Rila bahwa syukuran dalam bentuk alek atau
Katam Kaji merupakan adat dan pesta. Para sanak famili, tetangga
kebiasaan yang baik untuk dan orang kampung diundang untuk
dilestarikan. Banyak nilai-nilai al- datang menghadiri pesta tersebut.
Qur’an yang tersimpan dalam acara Setiap orang yang datang ke rumah
Katam Kaji ini. Di antaranya adalah membawa amplop berisi uang, kado,
memberikan motivasi pada anak- dan sejenisnya sebagai hadiah untuk
anak, membumikan membaca al- anak yang ikut Katam Kaji. Bentuk
Qur’an dan terdapat juga nilai-nilai pesta seperti ini juga didasarkan
persaudaraan. Banyak ayat yang pada ayat al-Qur’an, seperti
mendorong masyarakat untuk disebutkan dalam surat al-Dhuha
meningkatkan rasa persaudaraan. ayat 11.28
Misalnya, dalam surat Ali Imran Dengan adanya alek Katam
ayat 103 yang memerintahkan Kaji ini juga memberikan
bahwa “janganlah kalian bercerai kesempatan pada para tamu
berai”. Selain itu, terdapat juga undangan yang terdiri dari famili,
perintah untuk menjaga nilai orang kampung dan para pemuda
persaudaraan dengan cara serta remaja dapat bersilaturrahmi
berkumpul bersama-sama, seperti dengan tuan rumah dan antara
yang hadis tentang al-Jam’atu sesama mereka.
Rahmah.26 Apabila dilihat dalam al-
Masyarakat berbondong- Qur’an terkait dengan ayat yang
bondong melihat perayaan Katam berbicara mengenai silaturrahmi
Kaji. Di saat inilah terjadi interaksi bahwa pada dasarnya Allah SWT
sosial yang lebih intens antara berfirman dalam surat al-Ra’du ayat
sesama mereka. Kalau pada hari lain 21 :
mereka lebih disibukan dengan
pekerjaan sehari-hari, maka pada 27
Ibid.,
momentum Katam Kaji mereka bisa 28
Sirajul Munir, Tokoh Agama,
Wawancara Langsung, 18 November 2015.
Terkait ayat yang dimaksud informan ini yaitu:
‫ﱢث‬ َ ‫َوأَﱠﻣﺎ ﺑِﻨِ ْﻌ َﻤ ِﺔ َرﺑﱢ‬
ْ ‫ﻚ ﻓَ َﺤﺪ‬
26
Alif Rila, Guru MDA Muhammadiyah Artinya: “dan terhadap nikmat Tuhanmu,
Puah, Wawancara Langsung, 14 November Maka hendak-lah kamu siarkan”.(QS.Al-
2015. Dhuha:11)
56 Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.1/Juni 2019

ِِ ِ ِ‫ﱠ‬
َ ُ‫ﻳﻦ ﻳَﺼﻠُﻮ َن َﻣﺎ أ ََﻣَﺮ اﻟﻠﱠﻪُ ﺑﻪ أَ ْن ﻳ‬
‫ﻮﺻ َﻞ‬ َ ‫َواﻟﺬ‬
Acara Katam Kaji mustahil akan
terlaksana jika masyarakatnya tidak
ِ ‫اﳊِﺴ‬
‫ﺎب‬ َ ْ َ‫َوَﳜْ َﺸ ْﻮ َن َرﺑـﱠ ُﻬ ْﻢ َوَﳜَﺎﻓُﻮ َن ُﺳﻮء‬ kompak. Untuk mempersiapkan
acara Katam Kaji masyarakat Pauh
Artinya:“ orang-orang yang
saling bantu membantu dan
menghubungkan apa-apa yang
bergotong royong agar acara
Allah perintahkan supaya
tersebut terlaksana. Dengan
dihubungkan, dan mereka takut
demikian rasa persaudaraan antara
kepada Tuhannya dan takut kepada
sesama mereka akan semakin terasa,
hisab yang buruk”. (QS. Al-Ra’du:
terlebih lagi dengan adanya sesi
21)
makan bersama di talam (piring
besar) untuk seluruh orang kampung
Menurut M. Quraish Shihab
yang dipersiapkan oleh panitia
ayat ini menjelaskan tentang ciri-ciri
ketika acara Katam Kaji. Tradisi
dan sifat Ulul albab, di mana salah
seperti ini tentu akan menambah
satu ciri dan sifatnya adalah orang-
rasa persatuan di kalangan
orang yang senantiasa 30
masyarakat.
menghubungkan apa-apa yang Allah
Islam adalah agama yang
perintahkan supaya digabungkan
menolak adanya diskriminasi dalam
seperti seperti silaturrahmi.29
kehidupan manusia. Oleh sebab itu,
Oleh sebab itu, penulis ingin
Islam selalu menjunjung tinggi
menegaskan bahwa tradisi Katam
nilai-nilai persatuan dan kesatuan.
Kaji ingin memberikan pesan
Salah satu ajaran Islam yang
tentang perlunya membangun
berbicara tentang hal itu ialah
hubungan komunikasi masyarakat
seperti yang tertera dalam al-Qur’an
yang baik. Pesan itu diciptakan
yaitu surat al-Hujurat ayat 10:
melalui kerjasama, komunikasi, dan
ِ ‫إﱠﳕَﺎ اﻟْﻤﺆِﻣﻨﻮ َن إِﺧﻮةٌ ﻓَﺄ‬
َ‫ﲔ أ‬
‫َﺧ َﻮﻳْ ُﻜ ْﻢ‬ َ ْ َ‫َﺻﻠ ُﺤﻮا ﺑـ‬
interaksi yang terbangun dalam
perhelatan tradisi ini. Cara ini secara ْ َْ ُ ُْ
tidak langsung memperlihatkan .‫َواﺗـﱠ ُﻘﻮا اﻟﻠﱠﻪَ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗـُ ْﺮ َﲪُﻮ َن‬
peranan budaya agama dalam
Artinya:‘’sesungguhnya orang-
mempererat dan merawat
orang ber-iman itu bersaudara.
silaturahmi.
Maka, damaikanlah antara
saudaramu itu dan takutlah
b. Nilai-nilai Ukhwah Islamiyah
terhadap Allah, supaya kamu
Katam Kaji sebagai fenomena
mendapat rahmat. (QS.Al-
sosial-agama juga memiliki nilai
Hujurat: 10)
semangat ukhwah islamiyah.
Menurut Abdurrahman, bahwa
M. Quraish Shihab ketika
Katam Kaji adalah tradisi yang dari
menafsirkan ayat di atas
dahulu sampai sekarang masih
mengatakan bahwa ayat ini
dipegang erat oleh masyarakat Pauh.
mengisyaratkan dengan sangat jelas
bahwa persatuan dan kesatuan serta
29
M. Quraish Shihab, Tafsir al-
30
Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al- Abdurrahman, Tokoh Agama Pauh,
Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 06, Wawancara Langsung, Pauh 18 November
h. 590. 2015.
Gusnanda, Simbolisme dalam Tradisi Katam Kaji... 57

hubungan harmonis antar anggota pesertanya untuk memahami teks-


masyarakat kecil atau besar akan teks agama secara mendalam.
melahirkan limpahan rahmat bagi Sebagaimana pendapat Bujang Kaeh
mereka semua.31 Selain ayat al- Tuangku Samiak tentang hal ini :
Qur’an juga terdapat sabda Katam Kaji bisa dikecekan
Rasulullah SAW yang senada tamaik kaji untuak anak-anak
dengan ayat di atas yaitu: nan mangaji. Inyo indak kabisa
‫ َﻋ ْﻦ‬،‫ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﺳ ْﻔﻴَﺎ ُن‬:‫ﺎل‬ َ َ‫ ﻗ‬،‫َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ َﺧ ﱠﻼ ُد ﺑْ ُﻦ ﻳَ ْﺤﻴَﻰ‬ ikut Katam Kaji kalau alun
pandai mambaco al-Qur’an.
،ِ‫ َﻋ ْﻦ َﺟﺪﱢﻩ‬،َ‫أَﺑِﻲ ﺑُـ ْﺮ َدةَ ﺑْ ِﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑْ ِﻦ أَﺑِﻲ ﺑُـ ْﺮ َدة‬ Jadi urang nan Katam Kaji tu
‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬ َ ‫ َﻋ ِﻦ اﻟﻨﱠﺒِ ﱢﻲ‬،‫ﻮﺳﻰ‬ َ ‫ﻴﻤ‬ ِ
ُ ‫َﻋ ْﻦ أَﺑ‬
yo urang nan lah tapiliah. Tapi
nan paralu diingek tamat kaji tu
ُ‫ﻀﻪ‬ ُ ‫ﺸ ﱡﺪ ﺑَـ ْﻌ‬ ِ ‫ »إِ ﱠن اﻟﻤ ْﺆِﻣﻦ ﻟِﻠْﻤ ْﺆِﻣ ِﻦ َﻛﺎﻟْﺒـ ْﻨـﻴ‬:‫ﺎل‬
ُ َ‫ﺎن ﻳ‬ َ َ‫ﻗ‬
َُ ُ َ ُ dak bararti lah salasai mangaji
٣٢ do. Indak. Tamat kaji tu adolah
‫ﻀﺎ‬
ً ‫ﺑَـ ْﻌ‬ awal untuk bisa baraja agamo.
Artinya: ’Khallad bin Yahya Kalau lah bisa mambaco ansua
berkata,memberitahukan pada kami ansua mamahami maknanyo,
Sufyan menyampaikan pada kami sudah tu baru diansua ma-
Abu Burdah bin ‘Abdillah bin Abi amaan. Tapi di urang awak nan
Burdah dari kakeknya dari Abi itu nan ditinggaan. Kalau lah
Musa bahwa Nabi Muhammad SAW siap Katam Kaji dak ado se pai
pernah bersabda, yaitu ka surau lai. Urang gaek no
sesungguhnya orang-orang mukmin indak lo manyuruahan. Iko nan
itu seperti sebuah bangunan yang harus wak pelokan basamo.33
saling menguatkan satu sama lain.’’ Katam Kaji dapat dikatakan
(H.R. Al-Bukhari) selesai mengaji bagianank-anak
yang belajar mengaji. Ia tidak
Terkait dengan tradisi Katam akan bisa ikut “Katam Kaji jia
Kaji pada masyarakat Pauh bahwa belum bisa membaca al-Qur’an.
ini merupakan bentuk realisasi dari Jadi orang yang Katam Kaji
nilai-nilai ukhwah yang tersebut adalah orang yang
dimaksudkan Allah dalam al-Qur’an terpilih. Tapi yang perlu
dalam kehidupan umat. Hal itu diketahui Katam Kaji itu bukan
sejalan dengan pandangan- berarti telah selesai belajar
pandangan para tokoh tentang mengaji. Tidak. Katam Kaji itu
tradisi ini. adalah awal untuk mempelajari
c. Nilai-nilai Edukasi ajaran agama. Jika telah bisa
Proses tradisi Katam Kaji juga membaca al-Qur’an maka
tidak bisa terlepas dari tradisi oral cobalah untuk mempelajari
atau proses membaca. Katam Kaji makna ayatnya, lalu cobalah
merupakan langkah awal bagi untuk mengamalkannya. Tapi
bagimasyarakat kita hal itu
31
M. Quraish Shihab, op cit., Vol. 13, h.
33
249. Bujang Kaeh Tuangku Sami’, Tokoh
32
H.R. al-Bukhariy (CD Maktabah al- Agama dan Terpelajar di Jorong Pauh,
Syamilah : Shahih Bukhariy, Bab Tasybiikal Wawancara Langsusng, Pauh 13 November
Ashabi’iy Fil Masjid wa Ghairih, hadis 103). 2015.
58 Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.1/Juni 2019

yang telah dilupakan. Jika telah bekerja dengan sunguh-sungguh.


ikut Katam Kaji tidak pernah Sebagaimana menurut Syafrianto:
lagi datang ke surau. Orang tua “bagi urang awak mangalua-an
mereka-pun tidak pitih untuak basidakah kini ko
memerintahkan untuk itu. Hal ha, mungkin labiah barek dari
ini yang harus diperbaiki pado maagiahan iyuran untuak
bersama”. anak no Katam Kaji. Mode tu
Dari pernyataan Bujang Kaeh bana antusias orang gaek ka
di atas dapat dipahami bahwa Katam anak nyo buliah bisa ikuik
Kaji dapat menunjang motivasi Katam Kaji.Bagi urang gaek
belajar. Anak-anak dituntut untuk pitih sajuta limo ratuh tu
bisa membaca kitab suci agama untuak iyuran Katam Kaji tu
mereka. Katam Kaji menjadi sarana bisa diusahokannyo mandapek-
dalam memberikan pendidikan an, bahkan jauh hari sabalun
agama di usia dini pada anak-anak. anak nyo ka Katam Kaji lah
Hal ini juga sejalan dengan al- disadioan sabalunno.Katam
Qur’an, di mana dalam al-Qur’an Kaji bisa mandorong urang
juga terdapat nilai-nilai pendidikan untuk mancari pitih. ‘’Ko anak
agama pada usia dini bagi seorang wak ka Katam Kaji lai ko’’, ha
anak. Salah satunya adalah kisah jadi diansua-ansua
Luqman memberi nasehat kepada malungguakkan pitih untuak
anaknya yang terdapat pada surat baiyua. Mode tu lah, pitih
Luqman ayat 12-19. Dalam tafsir sajuta limo ratuh tu dak terlalu
Fii Zhilali Al-Qur’an yang ditulis gadang bagi urang gaek nan ka
Sayyid Quthb dijelaskan bahwa ayat mangKatam Kajian anak no”.35
ini merupakan kisah yang penuh
dengan hikmah dan kebijaksanaan “Bagi masyarakat kita
serta menjelaskan nilai-nilai apa memberikan uang untuk
yang seharusnya ditanamkan kepada bersedekah mungkin lebih berat
anak.34 Dengan kata lain, tradisi dari pada memberikan iyuran
Katam Kaji adalah media edukasi untuk Katam Kaji.Seperti itulah
bagi masyarakat Pauh untuk antusias orang tua kepada
mengintenalisasikan ayat-ayat anaknya agar bisa ikut Katam
tentang penanaman nilai-nilai Kaji. Bagi orang tua uang
spirittual bagi anak-anak sejak usia sebesar satu juta lima ratus bisa
dini. diusahakan untuk mencarinya,
bahkan jauh sebelum anak
d. Etos Kerja mereka akan ikut Katam Kaji
Bagi masyarakat Pauh selain sudah dipersiapkan. Jadi,
makna silaturrahmi, pemersatu dengan adanya Katam Kaji bisa
umat, dan pendidikan. Katam Kaji mendorong seseorang untuk
juga memiliki nilai motivasi untuk berusaha. Ini anak kita akan

35
Syafrianto, Juri Katam Kaji MDA
34
Sayyid Quthb, Tafsir Fii Zhilalil Plus Tigo Kampuang Jorong Pauh ke-
Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 173- VIII,Wawancara Langsung,Pauh 20 Desember
177. 2015.
Gusnanda, Simbolisme dalam Tradisi Katam Kaji... 59

ikut Katam Kaji, ha mulai lah baik, kepadamu, dan janganlah


mengumpulkan uang untuk kamu berbuat kerusakan di (muka)
iyurannya. Seperti itulah.Uang bumi. Sesungguhnya Allah tidak
satu juta lima ratus itu tidak menyukai orang-orang yang berbuat
terlalu besar bagi mereka untuk kerusakan. (QS. Al-Qashash: 77)
mengeluarkan uang iyuran Ayat ini menggambarkan
Katam Kaji”. keseimbangan manhaj Ilahi yang
Seorang muslim meyakini lurus. Allah menciptakan kenimatan
bahwa Islam adalah agama yang duniawi tidak hanya untuk dinikmati
sempurna. Kesempurnaan oleh manusia, tetapi agar mereka
Islam sesuai dengan fithrah Allah, di berusaha menyimpan dan meng-
mana adanya keseimbangan antara hasilkannya. Menyimpan dan
aspek duniawi dan ukhrawi. Islam menghasilkannya di sini adalah agar
tidak hanya mendorong umatnya manusia bisa memelihara
untuk mengejar kehidupan akhirat kenikmatan duniawi dan men-
semata atau sebalinya dunia semata. dapatkannya. Berkerja termasuk
Jika kita lihat dalam ibadah yang cara manusia menyimpan dan
dilakukan dalam Islam tidak bisa menghasilkan kenimatan duniawi
dilepaskan dari nilai ekonomi agar kehidupan ini terus berlanjut.36
seperti zakat, shadaqah, waqaf, Al-Qur’an selain berfungsi
bahkan untuk shalatpun seseorang sebagai bacaan ia juga merupakan
mesti memiliki pakainan yang petunjuk dan pedoman bagi
menutup aurat dan lain sebaginya. manusia, sebagaimana yang terdapat
Ini tentu mengindikasikan bahwa dalam surat al-Jin ayat 1-2 yaitu:
Islam mendorong umatnya untuk ‫اﳉِ ﱢﻦ ﻓَـ َﻘﺎﻟُﻮا‬
ْ ‫اﺳﺘَ َﻤ َﻊ ﻧـَ َﻔٌﺮ ِﻣ َﻦ‬ ِ ‫ﻗُﻞ أ‬
‫ُوﺣ َﻲ إِ َﱠ‬
ْ ُ‫ﱄ أَﻧﱠﻪ‬ ْ
bekerja agar memiliki ekonomi yang
ِ‫( ﻳـﻬ ِﺪي إِ َﱃ اﻟﱡﺮ ْﺷﺪ‬١) ‫إِﻧﱠﺎ َِﲰﻌﻨﺎ ﻗـُﺮآﻧًﺎ ﻋﺠﺒﺎ‬
mapan sehingga memudahkan ia َْ ً َ َ ْ َْ
untuk beribadah kepada Allah.
ِ ِِ َ‫ﻓ‬
Nilai-nilai inilah yang terdapat َ ‫ﺂﻣﻨﱠﺎ ﺑﻪ َوﻟَ ْﻦ ﻧُ ْﺸ ِﺮَك ﺑَﺮﺑـﱢﻨَﺎ أ‬
.‫َﺣ ًﺪا‬ َ
dalam surat al-Qashash ayat 77 Artinya:‘’Katakanlah hai
yaitu : Muhammad: "Telah diwahyukan
ِ ِ
‫ﺲ‬
َ ‫ﱠار ْاﻵﺧَﺮَة َوَﻻ ﺗَـْﻨ‬ َ ‫ﺎك اﻟﻠﱠﻪُ اﻟﺪ‬ َ َ‫ﻴﻤﺎ آﺗ‬ َ ‫َواﺑْـﺘَ ِﻎ ﻓ‬
kepada-mu bahwasanya: telah
mendengarkan sekumpulan jin
ِ ‫ﻚ ِﻣﻦ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴﺎ وأ‬ ِ
ُ‫َﺣ َﺴ َﻦ اﻟﻠﱠﻪ‬
ْ ‫َﺣﺴ ْﻦ َﻛ َﻤﺎ أ‬ْ َ َ َ َ َ‫ﻧَﺼﻴﺒ‬ (akan al-Quran), lalu mereka
‫ض إِ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ َﻻ‬ َ ‫إِﻟَْﻴ‬
ِ ‫ﻚ َوَﻻ ﺗَـْﺒ ِﻎ اﻟْ َﻔ َﺴ َﺎد ِﰲ ْاﻷ َْر‬ berkata: Sesungguh-nya Kami telah
mendengarkan Al- Quran yang me-

.‫ُِﳛ ﱡﺐ اﻟْ ُﻤ ْﻔ ِﺴ ِﺪ َﻳﻦ‬ nakjubkan. (yang) Memberi


petunjuk kapada jalan yang benar,
Artinya:‘’carilah pada apa yang lalu Kami ber-iman kepadanya.dan
telah dianugerahkan Allah Kami sekali-kali tidak akan
kepadamu (kebahagiaan) negeri mempersekutukan seseorangpun
akhirat, dan janganlah kamu dengan Tuhan Kami’’ (QS. Al-Jin:
melupakan bahagianmu dari 1-2).
(kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat 36
Sayyid Quthb, op cit., Jil. 9, h. 72.
60 Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.1/Juni 2019

Menurut Farid Esack pada tetapi, yang jauh lebih penting dari itu
ayat ini terdapat paling tidak dua semua adalah bahwa Katam Kaja
fungsi utama al-Qur’an dalam menjadi salah satu pilihan dalam
kehidupan umat Islam yakni sebagai memotivasi dan mensugesti anak-anak
bacaan dan petunjuk.37 Melalui untuk belajar al-Qur’an secara
Tradisi Katam Kaji, masyarakat tradisionalis. Adapun rekomendasi
Pauh berusaha untuk menanamkan yaitu menganjurkan bagi yang ingin
rasa cinta kepada al-Qur’an dan meneliti Katam Kaji untuk mengkaji
memotivasi untuk membaca serta bagaimana tradisi ini dilihat dengan
mempelajarinya. Di sisi lain, perspektif dan metodologi yang
sebenarnya masyarakat Pauh telah berbeda, seperti melihat keterkaitannya
mengfungsikan al-Qur’an sebagai dengan daerah-daerah lain di Sumatera
petunjuk dalam kehidupan mereka. Barat. Selanjutnya kepada para pihak di
Dengan adanya tradisi Katam Kaji daerah Pauh Kamang Mudiak
nilai-nilai tentang silaturrahmi, semestinya tradisi baik ini dijaga dan
ukhwah islamiyah, pendidikan dan dirawat dalam bingkai keislaman dan
semangat etos kerja yang terdapat kebudayaan. Seandainya hal ini tidak
dalam ayat al-Qur’an tidak lagi dilakukan maka dikhawatirkan akan
berada dalam lembaran mushaf terjadi kesalahpahaman yang
melainkan telah membumi dalam menyebabkan tradisi ini ditinggalkan
kehidupan masyarakat Pauh. sehingga nilai-niliai kebajikan yang
tersimpan di dalamnya luntur dan
Kesimpulan dan Rekomendasi hilang.
Sebagai sebuah kesimpulan
penulis ingin mengatakan bahwa Daftar Kepustakaan
Katam Kaji merupakan tradisi islami.
Di dalamnya mengandung nilai-nilai A. Buku dan Jurnal
kebajikan yang diekspresikan melalui Ali, Syauthi. Metodologi Penelitian
simbol dan pemaknaan yang mendalam Agama; Pendekatan Teori dan
terhadap esensi acaranya. Adapun Praktek. Jakarta: PT. Raja
simbol itu disematkan pada pakaian, Grafindo Persada. 2002.
gelar adat, dan mushaf
al-Qur’an. Sedangkan makna esensinya Al-Bukhary, Muhammad bin Ismail.
adalah sebagai sarana merajut dalam Shahih al-Bukhariy kitab
silaturahmi, memperkokoh ikatan Fadhail al-Qur’an Nomor. 4639.
persaudaraan sesama umat Islam dalam
anggota masyarakat, sebagai sarana Esack, Farid Samudera Al-Qur’an.
dalam memotivasi masyarakat terutama pterj. Nuril Hidayah. Jogjakarta:
anak-anak untuk membaca dan DIVA Press. 2007.
mempelajari al-Qur’an, dan
meningkatkan etos kerja sebab dalam H.R. al-Bukhariy (CD Maktabah al-
prosesi tersebut memerlukan dalan Syamilah: Shahih Bukhariy, Bab
untuk pelaksanaan perhelatan. Akan Tasybiikal Ashabi’iy Fil Masjid
wa Ghairih. hadis 103.
37
Farid Esack, Samudera Al-Qur’an,
pterj. Nuril Hidayah, (Jogjakarta: DIVA Press,
2007), h. 43.
Gusnanda, Simbolisme dalam Tradisi Katam Kaji... 61

Mundzir, Chaerul. “Nilai-Nilai Sosial


dalam Tradisi Mappenre Temme’ Mukhtar Dt. Mangguang. Tokoh
di Kecamatan Tenete Kabupaten Masyarakat. Wawancara
Barru” Jurnal Rihlah. Vol. I. No. Langsung. Pauh 13 November
2 Tahun. 2014. 2015.

Nottingham, Elizabeth K. Agama dan Rahmi. Peserta Khatam al-Qur’an ke-


Masyarakat. Petrj. Abduk Muis 35 MDA Muhammadiyah
Naharong. Jakarta: PT. Raja Ranting Pauh.Wawancara
Grafindo Persada. 1996. Langsung. 15 November 2015.

Quthb, Sayyid. Tafsir Fii Zhilalil Sirajul Munir. Tokoh Agama.


Qur’an. Jakarta: Gema Insani. Wawancara Langsung. 18
2004. November 2015.

Shihab, M. Quraish Tafsir al-Mishbah; Syafrianto. Juri Katam Kaji MDA Plus
Pesan, Kesan dan Keserasian al- Tigo Kampuang Jorong Pauh ke-
Qur’an. Jakarta: Lentera Hati, VIII. Wawancara Langsung.
2002. Pauh 20 Desember 2015.

B. Wawancara, Observasi, dan Syahrial Dt. Kayo. Niniak Mamak.


Dokumentasi Wawancara Langsung. 15
Abdurrahman. Tokoh Agama Pauh, November 2015.
Wawancara Langsung.Pauh 18 Syarifuddin Dt. Tumbasa. Ketua
November 2015. Kerapatan Adat Nagari (KAN)
Ahmad Latif Dt. Samiak. Niniak Kamang Mudik. Wawancara
Mamak Jorong Pauh. Langsung. Kamang 07 November
Wawancara Langsung. Pauh 20 2015.
Desember 2015.
Yadi Dt. Ruhun Basa. Mantan Pegawai
Alif Rila. Guru MDA Muhammadiyah Camat Kamang Magek.
Puah. Wawancara Langsung. Wawancara Langsung. 18
Pauh 14 November 2015. November 2015.

Anwar. Wali Jorong Pauh. Wawancara Yamun Dt. Samiak. Ninik Mamak.
Langsung. Pauh 5 November Wawancara Langsung. 18
2015. November 2015.

Bardas Samnil. Imam Mesjid Jami’


Pauh. Wawancara Langsung,
Pauh 13 November 2015.

Bujang Kaeh Tuangku Samiak. Tokoh


Agama dan Terpelajar di Jorong
Pauh. Wawancara Langsusng.
Pauh 13 November 2015.
62 Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.1/Juni 2019

Anda mungkin juga menyukai