Drowning Baru
Drowning Baru
PENDAHULUAN
Drowning atau tenggelam adalah masuknya cairan yang cukup banyak dalam
saluran napas atau paru-paru.1 Drowning tidak terbatas di dalam air seperti sungai,
danau atau kolam renang tetapi mungkin juga terbenam dalam kubangan atau selokan
dengan hanya muka yang berada di bawah permukaan air.2
Tenggelam merupakan salah satu kecelakaan yang dapat berujung pada
kematian jika terlambat mendapat pertolongan. Badan Kesehatan Dunia (WHO),
mencatat, tahun 2000 di seluruh dunia ada 400.000 kejadian tenggelam tidak sengaja.
Artinya, angka ini menempati urutan kedua setelah kecelakaan lalu lintas.3
Setiap tahun angka kejadian tenggelam di seluruh dunia mencapai 1,5 juta,
angka ini bisa lebih dari kenyataan mengingat masih banyaknya kasus yang belum
dilaporkan. Insiden paling banyak terjadi pada negara berkembang, terutama pada
anak-anak kurang dari 5 tahun dan orag dewasa umur 15-24 tahun. Dry drowning
termasuk ke dalam subklasifikasi atypical drowning sendiri merupakan 10-15% dari
kasus tenggelam.3
Secara umum 90% kasus tenggelam terjadi di air tawar (danau, sungai,
kolam) dan 10% terjadi di air laut. Tenggelam di dalam cairan lain lebih jarang terjadi
dan biasanya merupakan kecelakaan kerja. Laki-laki disebutkan 4-5 kali lebih sering
mengalami kejadian tenggelam ini dibandingkan wanita.4
Adanya mekanisme kematian yang berbeda-beda pada tenggelam akan
memberikan warna yang berbeda-beda pada pemeriksaan korban.4 Oleh karena itu
referat ini dibuat agar kita dapat mengenali kematian akibat tenggelam dan dapat
mengetahui hasil pemeriksaan luar dan dalam yang dapat ditemukan pada korban
tenggelam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Drowning (tenggelam) didefinisikan sebagai kematian akibat mati lemas
(asfiksia) yang disebabkan masuknya cairan di dalam saluran pernapasan. Sebenarnya
istilah tenggelam harus pula mencakup proses yang terjadi akibat terbenamnya
korban korban dalam air yang menyebabkan kehilangan kesadaran dan mengancam
jiwa.2
2.2 Epidemiologi
Tenggelam merupakan salah satu masalah besar. Sekitar 4000 orang
tenggelam tiap tahunnya dan 1400 diantaranya adalah anak-anak. Kasus tenggelam
diperkirakan jumlahnya lebih banyak dibandingkan yang ada dalam data. Beberapa
data menyebutkan kasus tenggelam berada di peringkat kedua penyebab kematian
pada usia muda setelah kecelakaan lalu lintas. Berdasarkan klasifikasi Federal
Centers for Disease Control and Prevention di Atlanta, 10-15% korban masuk dalam
kategori dry drowning.3
Badan Kesehatan Dunia (WHO), mencatat tahun 2000 di seluruh dunia ada
400.000 kejadian tenggelam tidak sengaja. Artinya, angka ini menempati urutan
kedua setelah kecelakaan lalu lintas. Bahkan Global Burden of Disease (GBD)
menyatakan bahwa angka tersebut sebenarnya lebih kecil dibanding seluruh kematian
akibat tenggelam yang disebabkan oleh banjir, kecelakaan angkutan air dan bencana
lainnya.3
Diperkirakan, selama tahun 2000, 10 % kematian di seluruh dunia adalah
akibat kecelakaan, dan 8 % akibat tenggelam tidak disengaja (unintentional) yang
sebagian besar terjadi di negara-negara berkembang. Dry drowning dikatakan terjadi
pada 10-15% dari semua tenggelam.3
2.3 Klasifikasi
Adapun klasifikasi tenggelam berdasarkan kondisi paru adalah:2,4,5,6
1. Typical drowning (wet drowning)
2. Atypical drowning
a. Dry drowning
b. Immersion syndrome (vagal inhibition)
c. Subemersion of the unconscious
d. Delayed death (near drowning and secondary drowning)
2. Atypical drowning
Pada atypical drowning ditandai dengan sedikitnya atau bahkan tidak
adanya cairan dalam saluran napas. Karena tidak khasnya tanda otopsi pada
korban atypical drowning maka untuk menegakkan diagnosis kematian selain
tetap melakukan pemeriksaan luar juga dilakukan penelusuran keadaan korban
sebelum meninggal dan riwayat penyakit dahulu.
Atypical drowning dibedakan menjadi :
a. Dry drowning
Pada keadaan ini cairan tidak masuk ke dalam saluran pernapasan,
akibat spasme laring. Dry drowning dapat terjadi secara klinis, atau karena
penyakit atau kecelakaan atau karena cedera berulang seperti pada olahraga
selancar.
Mekanisme yang dapat menyebabkan dry drowning antara lain:
1) Paralisis otot
2) Luka tusuk pada torso yang mempengaruhi kemampuan diafragma
untuk melakukan gerakan respirasi
3) Perubahan pada jaringan yang mengabsorbsi oksigen
4) Spasme laring yang persisten pada saat terbenam di air
5) Menghirup udara selain oksigen yang tidak membunuh secara
langsung seperti helium
6) Kelebihan cairan dalam tubuh yang menyebabkan penurunan kadar
sodium dalam darah yang kemudian menyebabkan edema otak
Menurut teori adalah bahwa ketika sedikit air memasuki laring atau
trakea, tiba-tiba terjadi spasme laring yang dipicu oleh vagal refleks. lendir
tebal, busa, dan buih dapat terbentuk, menghasilkan plug fisik. Dengan
demikian, air tidak pernah memasuki paru-paru. Volume darah sirkulasi
meningkat pada daerah paru akibat penarikan semua darah dari abdomen,
kepala, dan ekstremitas yang ditimbulkan oleh tekanan negatif yang
meningkat pada paru. Terjadi pula perubahan vaskular pada daerah paru.
Pembuluh darah yang membawa daerah yang kaya oksigen menjadi
sangat sempit dan hanya cukup satu sel darah merah yang dapat melewati
pembuluh darah tersebut. Dinding pembuluh darah juga menjadi tipis yang
memungkinkan oksigen masuk ke dalam darah dan karbondioksida
dikeluarkan dari darah. Pada kasus dry drowning tidak terjadi pertukaran gas
karena tidak adanya oksigen dalam paru. Sedangkan tekanan negatif yang
muncul menyebabkan tertariknya cairan dari pembuluh darah ke dalam paru
sehingga menyebabkan edema paru dan pasien tenggelam karena cairan
tubuhnya sendiri. Pada saat yang sama, sistem saraf simpatik merespon
kondisi spasme pada laring. Sistem ini menyebabkan vasokonstriksi yang
mengakibatkan peningkatan tekanan darah yang akhirnya memperburuk
proses edema paru yang sudah ada.
Gambar 2.3 Keluarnya cairan busa putih yang berasal dari campuran udara,
mukus, dan cairan aspirasi6
7. Cadaveric spasme, merupakan tanda intravital yan terjadi pada waktu korban
berusaha untuk menyelamatkan diri dengan memegang apa saja seperti
rumput atau benda-benda lain dalam air.
Gambar 2.5 Cadaveric spasme pada korban tenggelam menunjukkan korban
masih hidup saat masuk dalam air7
8. Luka-luka lecet pada siku, jari tangan, lutut, dan kaki akibat gesekan pada
benda-benda dalam air. Puncak kepala mungkin terbentur pada dasar waktu
terbenam, tetapi dapat pula terjadi luka post mortal akibat benda-benda atau
binatang dalam air. Luka-luka tersebut seringkali mengeluarkan “darah”,
sehingga tidak jarang memberi kesan korban dianiaya sebelum
ditenggelamkan.
9. Pada pria genitalianya dapat membesar, ereksi atau semi-ereksi. Namun yang
paling sering dijumpai adalah semi-ereksi.
10. Pada lidah dapat ditemukan memar atau bekas gigitan, yang merupakan tanda
bahwa korban berusaha untuk hidup, atau tanda sedang terjadi epilepsi,
sebagai akibat dari masuknya korban ke dalam air.
Terdapat delapan tanda intravital yang dapat menunjukkan korban masih hidup
saat tenggelam. Tanda tersebut adalah :
1. Tanda cadaveric spasme yakni suatu keadaan dimana terjadi kekakuan pada
sekelompok otot dan kadang-kadang pada seluruh otot, segera setelah terjadi
kematian somatis dan tanpa melalui relaksasi primer.
2. Perdarahan pada liang telinga
3. Adanya benda asing (lumpur, pasir, tumbuhan dan binatang air) pada saluran
pernafasan dan pencernaan
4. Adanya bercak paltouf di permukaan paru yakni bercak perdarahan yang
besar (diameter 3-5 cm), terjadi karena robeknya partisi interalveolar dan
sering terlihat di bawah pleura. Bercak paltouf berwarna biru kemerahan dan
banyak terlihat pada bagian bawah paru-paru, yaitu pada permukaan anterior
dan permukaan antar bagian paru-paru.
5. Berat jenis darah pada jantung kanan dan kiri
6. Ditemukan diatome yakni sejenis ganggang yang mempunyai dinding dari
silikat. Silikat ini tahan terhadap pemanasan dan asam keras. Diatome
dijumpai di air tawar, air laut, sungai, sumur, dan lain-lain. Pada korban mati
tenggelam diatome akan masuk ke dalam saluran pernafasan dan saluran
pencernaan, karena ukurannya yang sangat kecil, diatome di absorpsi dan
mengikuti aliran darah. Diatome ini dapat sampai ke hati, paru, otak, ginjal,
dan sumsum tulang. Bila diatome positif berarti korban masih hidup sewaktu
tenggelam.
7. Adanya tanda asfiksia
8. Ditemukannya mushroom like mass.
5. Pemeriksaan Histopatologi
Pada pemeriksaan histopatologi dapat kita temukan adanya bintik perdarahan
di sekitar bronkioli yang disebut Partoff spot.