Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 8

SI – 4211 BETON PRATEGANG

Dosen: Prof. Bambang Boediono M.E, P.hD

Disusun oleh:

MUHAMMAD SIDDIQ ABDULLOH 15016011

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
Tugas 8

SI – 4211 Beton Prategang

Dosen: Prof. Bambang Boediono M.E, P.hD

Oleh: Muhammad Siddiq Abdulloh – 15016011

Diketahui anchorage zone prategang eksentris seperti pada gambar dibawah ini:

Ketentuan:

1. End Bearing : Psu = 2500 kN; ∅ end bearing (tekan) = 0,75; fc’ = fci’=40 MPa; diameter tendon
= 110 mm; dimensi blok angkur 400 x 400 mm2.
2. Fy tulangan Sengkang untuk momen bursting dan momen spalling = 400 MPa, ∅ Sengkang =
0,85.

Saudara diminta untuk menghitung :

1. Apakah end bearing cukup aman dimana bearing stress memenuhi syarat desain.
2. Luas tulangan Sengkang (mm2) yang dibutuhkan untuk momen bursting arah vertical
3. Luas tulangan sengkang (mm2) yang dibutuhkan untuk momen bursting arah horizontal
4. Luas tulangan Sengkang (mm2) yang dibutuhkan untuk momen spalling arah vertical
5. Sketch desain tulangan anchorage zone.

Solusi:
Informasi Data
Psu 2500 kN
∅ 0,75
fc' 40 MPa
fci' 40 MPa
fy sengkang 400 MPa
∅ 0,85
Dia. Tendon 110 mm
e 300 mm
Ap 9503,317777 mm^2
Ac 600000 mm^2
y bot 600 mm
y top 600 mm
I 72000000000 mm^4
0,5D = De 600 mm
z1 300 mm
z2 100 mm
a. Apakah end bearing cukup aman dimana bearing stress memenuhi syarat desain.
Analisis Geometri Penampang
Pertama akan dihitung terlebih dahulu luas penampang, pusat massa dari beton dan juga momen
inersia penampang sebagai berikut:
𝐴𝑐 = 𝑏 × ℎ
Sehingga,
𝐴𝑐 = 500 × 1200 = 6 × 105 𝑚𝑚2
Lalu karena bentuknya yang simetris (penampang persegi Panjang), maka pusat massa dari
penampang dapat dipastikan berada pada jarak H/2 diukur dari serat paling bawah. Sehingga,
1200
𝑦𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 = 𝑦𝑡𝑜𝑝 = = 600 𝑚𝑚
2
Sehingga nilai inersia penampangnya,
1
𝐼= × 𝑏 × ℎ3
12
1
𝐼= × 500 × 12003 = 7,2 × 1010 𝑚𝑚4
12
Analisis Bearing Stress
1
Diketahui bahwa nilai 𝐷𝑒 merupakan tinggi pusat anchorage block diukur dari serat terbawah
2

yaitu:
1
𝐷 = 300 𝑚𝑚
2 𝑒
Sehingga,
𝐷𝑒 = 600 𝑚𝑚
Maka hitung terlebih dahulu nilai anchorage block yang sudah dikurangi oleh tendon yaitu 110
mm, sehingga
1
𝐴1 = 4002 − × 𝜋 × 1102 = 150496,7 𝑚𝑚2
4
Dan nilai A2 merupakan nilai yang terkecil dari De maupun geometri lebar penampangnya beton
yaitu 500 mm sehingga karena nilai De = 600 > 500.
𝐴2 = 5002 = 25 × 104 𝑚𝑚2
Berdasarkan persyaratan SNI, tegangan pada end block anchorage tidak boleh melebihi
tegangan izin, fpn yang melebihi dari 2 persamaan berikut:

𝐴2
𝑓𝑝𝑛 (1) = 1,5 × ∅ × 0,85 × 𝑓𝑐′ × √
𝐴1

𝑓𝑝𝑛 (2) = 2,5 × ∅ × 𝑓𝑐′


Sehingga

25 × 104
𝑓𝑝𝑛 (1) = 1,5 × 0,75 × 0,85 × 40 × √ = 49,29899 𝑀𝑃
150496,7

Dan
𝑓𝑝𝑛 (2) = 2,5 × 0,75 × 40 = 75 𝑀𝑃
Sehingga batas yang digunakan ialah nilai fpn terkecil yaitu 𝑓𝑝𝑛 (1) = 49,29899 𝑀𝑃 .
Sedangkan tegangan ultimate yang terjadi adalah,
𝑃𝑠𝑢 2500 × 1000
𝑓𝑏𝑢 = = = 16,612 𝑀𝑃
𝐴1 150496,7
Maka dapat disimpulkan bahwa 𝑓𝑏𝑢 < 𝑓𝑝𝑛 (1) → 𝑂𝐾 End Bearing sudah cukup aman.
b. Luas tulangan Sengkang (mm2) yang dibutuhkan untuk momen bursting arah
vertical

Sebelum dilakukan pencarian nilai bursting, maka terleih dahulu harus dicari posisi dimana
nilai momen bursting, Mb bernilai maksimum. Nilai ini akan bernilai maksimum ketika nilai
gesernya (pada saat itu) adalah nol.

Sehingga terlebih dahulu harus dicari tegangan sera tatas maupun serat terbawah dari beton
tersebut melalui persamaan tipikal mekanika bahan,

𝑃 𝑀𝑦
𝜎=− ±
𝐴 𝐼

Sehingga tegangan pada serat atas beton didefinisikan sebagai berikut:

𝑃 𝑃 𝑦𝑡𝑜𝑝 2500 2500 × 1000 × 300 × 600


𝜎𝑡𝑜𝑝 = − + =− 5
+ = 2,0833 𝑀𝑃
𝐴 𝐼 6 × 10 7,2 × 1010
Lalu tegangan pada serat bawah beton didefinisikan sebagai berikut :

𝑃 𝑃 𝑦𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 2500 2500 × 1000 × 300 × 600


𝜎𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 = − − =− 5
− = −10.4167 𝑀𝑃
𝐴 𝐼 6 × 10 7,2 × 1010

Akan dihitung tegangan per satuan Panjang di sera tatas, dengan mengalikan 𝜎𝑡𝑜𝑝 dan 𝜎𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚
dengan lebar penampang sehingga diperoleh nilai sebagai berikut:

500
𝑓𝑡𝑜𝑝 = 𝜎𝑡𝑜𝑝 × 𝑏 = 2,0833 × = 1,041667 𝑁/𝑚𝑚
1000

500
𝑓𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 = 𝜎𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 × 𝑏 = −10,4167 × = −5,20833 𝑁/𝑚𝑚
1000

Dengan memanipulasi dan membentuk sudut 𝛼 diukur dari sumbu tegak, maka didapatkan,

2,0833 + 10,4167
tan 𝛼 = = 0,005208
1200

Lalu lokasi bursting dapat dicari dengan cara menyamakan gaya ke kanan dan gaya ke kiri yang
menggambarkan dengan menyamakan ruas kanan dan kiri persamaan berikut ini:

𝑃𝑠𝑢 𝑓𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 + (𝑓𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 − tan 𝛼 𝑥)


× (𝑥 − 𝑧1 ) = 𝑥
𝐻𝑏𝑙𝑜𝑐𝑘 2

2500 5,2083 + (5,2083 − 0,0052𝑥)


× (𝑥 − 100) = 𝑥
400 2

Menyelesaikan persamaan diatas akan mendapatkan nilai x yaitu

𝑥 = 329,1503 𝑚𝑚

Sehingga momen nominal bursting merupakan kesetimbangan gaya statika dari gambar dan
dinyatakan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
𝑥2 𝑥2 𝑃𝑠𝑢 (𝑥 − 𝑧1 )2
𝑀𝑏 = 𝑓𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 × − tan 𝛼𝑥 × − ×
2 6 𝐻𝑏𝑙𝑜𝑐𝑘 2

329,152 329,152 2500 (329,15 − 100)2


𝑀𝑏 = 5,20833 × − 0,005208 × 329,15 × − ×
2 6 500 2
= 87, 087 𝑁𝑚

Maka gaya Bursting yang terjadi ialah


𝑀𝑏 87,087
𝑇𝑏𝑢 = = = 290,2898 𝑁
𝐷 0,6/2
2
Kebutuhan tulangan yang diperlukan adalah
𝑇𝑏𝑢 290,2898 × 103
𝐴𝑠𝑏 = = = 853,7935 𝑚𝑚2
∅𝑓𝑦 0,85 × 400
Momen Bursting
𝜎𝑡𝑜𝑝 2,083333 MPa
𝜎𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 -10,4167 MPa
f top 1,041667 kN/mm
f bottom -5,20833 kN/mm
tan 𝛼 0,005208
Vqp 1432,189 kN
Vqr 1432,189 kN
0
x 329,1503 mm
Mb 87,08693 kNm
Penulangan Bursting Vertikal
Tbu 290,2898 kN
Asb 853,7935 mm^2
Asumsi menggunakan Sengkang 2D13
𝐴𝑠 = 2 × 0,25 × 𝜋 × 132 = 265,4646 𝑚𝑚2
853,7935
= = 3,2164
265,4644
Sengkang akan dipasang pada daerah 0,2𝐷𝑒 ≤ 𝑋 ≤ 𝐷𝑒 , maka
𝑃 𝑗 ℎ𝑠 = (0,2 × 600) ≤ 𝑥 ≤ 600 → 120 ≤ 𝑥 ≤ 600
600 − 120
𝑚𝑎𝑘𝑥 = = 149,243 𝑚𝑚
3,216
Sengkang Bursting Vertikal
Jumlah 2
Diameter 13 mm
Luas 1
Sengkang
265,4646 mm^2
n 3,216224
S.max 149,2434 mm
120 ≤ 𝑥 ≤ 600
c. Luas tulangan sengkang (mm2) yang dibutuhkan untuk momen bursting arah
horizontal
Untuk Momen Bursting Horizontal dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:
𝑃 2500
𝑀𝑏 = (𝐷 − ℎ) = × (500 − 400) × 10−3 = 31,25 𝑁𝑚
8 8

Maka gaya Bursting yang terjadi ialah


𝑀𝑏 31,25
𝑇𝑏𝑢 = = = 125 𝑁
𝐷 0,5/2
2
Kebutuhan tulangan yang diperlukan adalah
𝑇𝑏𝑢 125 × 103
𝐴𝑠𝑏 = = = 367,6471 𝑚𝑚2
∅𝑓𝑦 0,85 × 400
Penulagan Bursting Horizontal
Mb 31,25 kNm
Tbu 125 kN
Asb 367,6471 mm^2
Asumsi menggunakan Sengkang 2D13
𝐴𝑠 = 2 × 0,25 × 𝜋 × 132 = 265,4646 𝑚𝑚2
367,6471
= = 1,385
265,4644
Sengkang akan dipasang pada daerah 0,2 ≤ 𝑋 ≤ , maka
𝑃 𝑗 ℎ𝑠 = (0,2 × 500) ≤ 𝑥 ≤ 500 → 100 ≤ 𝑥 ≤ 000
500 − 100
𝑚𝑎𝑘𝑥 = = 288,825 𝑚𝑚
1,385
Sengkang Bursting Horizontal

Jumlah 2

Diameter 13 mm
Luas 1
Sengkang
265,4646 mm^2
n 1,384919
S.max 288,8255 mm
120 ≤ 𝑥 ≤ 500

d. Luas tulangan Sengkang (mm2) yang dibutuhkan untuk momen spalling arah
vertical
Untuk menentukan momen Spalling akan dicari terlebih dahulu letak momen maksimum
dari Spalling dengan cara mencari distribusi tegangan yang simetris dan menghasilkan
tegangan,
𝜎𝑡𝑜𝑝 = 2,08333
𝜎𝑠 = −2,08333
Maka,
𝑃 𝑃 𝑦 2500 2500 × 1000 × 300 × 𝑦
𝜎𝑠 = − + =− 5
− = −2,0833 𝑀𝑃
𝐴 𝐼 6 × 10 7,2 × 1010
Memecahkan persamaan diatas akan mendapatkan nilai y,
𝑦 = 200 𝑚𝑚 ( 𝑢 𝑢 𝑐 𝑐)
Kemudian menentukan nilai Ls dengan persamaan berikut:
𝐻 1200
𝑙𝑠 =−𝑦 = − 200 = 400 𝑚𝑚
2 2
Maka momen Spalling dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut:
𝑙𝑠2 4002
𝑀𝑠 = 𝑞𝑟3 × = 1,04 × ( ) = 27,78 𝑁𝑚
6 6
Sedangkan gaya Tarik yang diakibatkan oleh momen Spalling adalah
𝑀𝑠 27,78
𝑇𝑠𝑢 = = = 46,3 𝑁
0,5𝐻 0,5 × 1200
Sehingga dibutuhkan tulangan untuk menahan Spalling sebesar
𝑇𝑠𝑢
𝐴𝑠 =
0,85 × 𝑓𝑦
46,3 × 1000
𝐴𝑠 = = 136,17 𝑚𝑚2
0,85 × 400
Momen Spalling
𝜎𝑡𝑜𝑝 2,083333 MPa
𝜎𝑠 -2,08333 MPa
0
y -200 mm
Ms - 13,88889 kNm
Ms + 69,44444 kNm
Ls 400 mm
Ms 27,77778 kNm
Penulagan Spalling arah vertikal
Tbu 46,2963 kN
Asb 136,1656 mm^2
Asumsi menggunakan Sengkang 2D8
𝐴𝑠 = 2 × 0,25 × 𝜋 × 82 = 100,53 𝑚𝑚2
136,166
= = 1,3544
100,53
Sengkang akan dipasang pada daerah 0,2𝐷𝑒 , di mulai dari cover dengan mengansumsikan
jaraknya 40 mm.
0,2 × 1200
𝑚𝑎𝑘𝑥 = = 177,191 𝑚𝑚
1,3544
e. Sketch desain tulangan anchorage zone.

Anda mungkin juga menyukai