Anda di halaman 1dari 10

Azwansyah dan Juniardi. “Studi Pengelolaan Infrastruktur Dasar di Kec.

Telok Batang”
STUDI PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR DASAR DI KECAMATAN
TELOK BATANG KABUPATEN KAYONG UTARA
Studi Kasus: Desa Sungai Paduan Dan Desa Mas Bangun

Heri Azwansyah 1; Ferry Juniardi 2


1
Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Universitas Tanjungpura, Indonesia
2
Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Universitas Tanjungpura, Indonesia
Email : heriazwansyah@gmail.com

ABSTRAK
Infrastruktur yang memadai dapat mendukung kegiatan ekonomi masyarakat. Studi ini
bertujuan untuk mengetahui aksesibilitas infrastruktur dasar bagi masyarakat pedesaan
di Desa Sungai Paduan dan Desa Mas Bangun Kecamatan Telok Batang. Studi ini
membutuhkan data-data aksesibilitas dan kondisi infrastruktur dasar yang diperoleh dari
instansi terkait, observasi lapangan dan interview. Studi ini menggunakan metode
Integrated Rural Accessibility Planning (IRAP). Tingkat aksesibilitas menggunakan
beberapa indikator aksesibilitas tiap infastruktur. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
pada Desa Sungai Paduan prioritas pertama, kedua dan ketiga berturut-turut sektor
pertanian/perkebunan, sektor sumber air bersih, dan sektor industri/perdagangan
dengan nilai aksesibilitas sebesar 9,90, 9,00, dan 7,59. Pada Desa Mas Bangun, prioritas
pertama, kedua dan ketiga untuk mendapat penanganan infrastruktur adalah sektor
pertanian/perkebunan, sektor sumber air bersih, dan sektor Kesehatan dengan nilai
aksesibilitas sebesar 10,80, 9,00, dan 7,62. Untuk meningkatkan aksesibilitas
inftasratruktur tersebut dapat dilakukan dengan perbaikan fasilitas dan penyedian sarana
transportasi, sementara saat ini jalan desa yang ada masih baik.
Kata kunci: infrastruktur dasar, nilai aksesibilitas

ABSTRACT
A decent infrastructure is able to support economic activities. This study aims to find out
the basic infrastructure accessibility for rural communities in Sungai Paduan village and
Mas Bangun village, Telok Batang district. This study requires the data of access and
basic infrastructure conditions, obtained from the relevant agencies/departments, field
observation, and inteview. This study use Integrated Rural Accessibility Planning (IRAP)
method. A level of accessibility uses some indicators of accessibility in each of
infrastructures. The study concluded that the priorities in Sungai Paduan village serially
are: agriculture/plantation as the first priority, followed by water resource sector and the
industrial/trade sector, with accessibility values ranging from 9.90, 9.00, and 7.59. While
in Mas Bangun village, as the first, second and the third priority to get infrastructure
treatment are agriculture/plantation, water resources sector, and the health sector with
the accessibility values ranging from 10.80, 9.00, and 7.62. To improve the accessibility of
infrastructure can be done through facility repairing and the provision of means of
transportation. Currently, the existing roads in both villages are in the good condition.
Keywords: basic infrastructure, accessibility values

1. Pendahuluan Pentingnya ketersediaan infrastruktur


dasar tersebut membuat Pemerintah
Infrastruktur di setiap negara
sebagai pihak yang berwenang untuk
merupakan hal yang sangat penting guna
menyediakan infrastruktur tersebut
meningkatkan kesejahteraan rakyat, begitu
membutuhkan suatu dana yang sangat
pula di Indonesia (KPPOD, 2012).
besar untuk mendanai pembangunan
Ketersediaan infrastruktur yang memadai
infrastruktur yang menyeluruh dan
akan sangat membantu berkembangnya
berkesinambungan. Ironisnya, bahwa
masyarakat di suatu wilayah, kegiatan
kemampuan pemerintah untuk
usaha, ekonomi dan sosial di suatu wilayah
menyediakan dana untuk menyediakan
semakin berkembang seiring dengan
infrastruktur jauh dari kata cukup
semakin baiknya ketersediaan infrastruktur.
Ketersediaan infrastruktur memiliki

Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014 hal 1


Azwansyah dan Juniardi. “Studi Pengelolaan Infrastruktur Dasar di Kec. Telok Batang”
keterkaitan yang sangat kuat dengan arah dan pedoman dalam mengelola
tingkat pertumbuhan ekonomi dan infrastruktur dalam rangka menjawab
kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut kebutuhan riil masyarakat guna mendorong
dapat dilihat dari kenyataan bahwa daerah pembangunan wilayah.
yang mempunyai kelengkapan sistem
2. Aksesibilitas Pedesaan
infrastruktur yang lebih baik, mempunyai
tingkat laju pertumbuhan ekonomi dan Akses pedesaan, menurut Donnges
kesejahteraan masyarakat yang lebih baik (1999) dapat didefinisikan sebagai
pula, dibandingkan dengan daerah yang kemampuan, tingkat kesulitan penduduk
mempunyai kelengkapan infrastruktur yang desa untuk menggunakan, mencapai atau
terbatas. Dengan demikian dapat dikatakan mendapatkan barang dan jasa yang
bahwa penyediaan infrastruktur merupakan diperlukannya. Aksesibilitas mempunyai
faktor kunci dalam mendukung setiap tiga unsur, yaitu lokasi rumah tangga /
kegiatan pembangunan termasuk dalam pemukiman, lokasi fasilitas/ jasa, serta
mendukung pembangunan kawasan sistem transportasi yang menghubungkan
perbatasan. keduanya (Dennis, 1998).
Pembangunan infrastruktur desa harus Akses penduduk pedesaan dapat
dapat meingkatkan martabat hidup (human dikelompokkan menjadi tiga kategori umum
well being) orang desa. Pemahaman (Donnges, 1999) : (1) Akses yang
terhadap martabat hidup orang desa dalam berhubungan dengan kebutuhan pokok
pengertian material, sebagaimana seperti penyediaan air dan sumber energi,
tercermin dalam wacana sandang, pangan (2) Akses yang berhubungan dengan
dan papan sangat keliru dan dangkal. aspek kesejahteraan sosial di pedesaan
Pendekatan tersebut kurang membumi seperti kesehatan dan pendidikan, (3)
pada konteks lokal serta mengabaikan Akses yang berhubungan dengan aspek
potensi (kekuatan) yang tersimpan dalam kesejahteraan ekonomi di pedesaan
kehidupan desa. Gagasan pemberdayaan seperti pertanian, perkebunan, peternakan,
masyarakat merupakan upaya industri kecil dan lain-lain.
membangkitkan kekuatan dan potensi Akses Terhadap Sumber Air
masyarakat yang bertumpu pada
komunitas lokal melalui pendekatan Air merupakan kebutuhan dasar dan
partisipatif dan belajar bersama. harus tersedia sepanjang tahun. Sumber
Kegiatan merencanakan dan air bersih mudah didapat adalah salah satu
membangun infrastruktur pedesaan tujuan pembangunan. Menurut Parikesit
berbasis pemberdayaan masyarakat dapat dkk (2003) informasi yang diperlukan untuk
meningkatkan kesempatan kerja dan mengidentifikasi zona prioritas dilakukan
berusaha masyarakat di daerah pedesaan, perbaikan akses terhadap sumber air
serta dapat meningkatkan komitmen adalah: (a) jumlah penduduk zona tertentu,
masyarakat terhadap keberlangsungan (b) jenis sumber air yang tersedia, (c)
infrastruktur pedesaan yang dibangunnya, jumlah rumah tangga pengguna sumber air,
dengan demikian infrastruktur pedesaan (d) jarak ke sumber air, (e) waktu
tersebut akan lebih terpelihara dan pengambilan air, (f) kualitas sumber air,
manfaatnya dapat dirasakan masyarakat dan (g) persepsi masyarakat tentang
sendiri dalam jangka waktu yang lebih permasalahan dan prioritas.
lama. Pengadaan infrastruktur pedesaan Akses Terhadap Kelistrikan
yang melibatkan masyarakat sangat tepat
karena pada dasarnya teknologi yang Sumber tenaga listrik merupakan
digunakan pada pembangunan sarana yang dapat memperlancar aktifitas
infrastruktur pedesaan secara umum penduduk. Menurut Parikesit dkk (2003),
bersifat sederhana dan masih dalam informasi yang diperlukan untuk
jangkauan kemampuan masyarakat desa. mengidentifikasi zona prioritas dilakukan
Berdasarkan uraian diatas, maka perbaikan akses terhadap Sumber Tenaga
diangkat suatu kajian yaitu „Strategi Listrik adalah : (a) jumlah listrik yang dialiri,
Pengelolaan Infrastruktur Dasar Kecamatan (b) prasarana dan sarana menuju objek
Telok Batang Kabupaten Kayong Utara Studi sumber tenaga listrik, (c) jarak menuju
Kasus Desa Sungai Paduan dan Desa Mas sumber tenaga listrik, (d) waktu menuju
Bangun. Penelitian ini diharapkan menjadi sumber tenaga listrik, (e) biaya yang
diperlukan menuju sumber tenaga listrik, dan (f) persepsi masyarakat tentang
Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014 hal 2
Azwansyah dan Juniardi. “Studi Pengelolaan Infrastruktur Dasar di Kec. Telok Batang”
permasalahan dan prioritas. perkebunan yang dijual, (c) prasarana
transportasi menuju lahan
Akses Terhadap Pendidikan Dasar
pertanian/perkebunan, (d) sarana
Pendidikan adalah kebutuhan dasar di transportasi menuju lahan
zaman modern. Sebagian besar penduduk pertanian/perkebunan, (e) jarak ke tempat
desa sudah beranggapan pentingnya penjualan produk-produk pertanian/
pendidikan bagi anak-anaknya dan demi perkebunan, (f) waktu perjalanan menuju
perkembangan dimasa depan. Menurut tempat penjualan produk-produk
Parikesit dkk (2003) informasi yang pertanian/perkebunan, (g) biaya perjalanan
diperlukan untuk mengidentifikasi zona menuju tempat penjualan produk-produk
prioritas dilakukan perbaikan akses pertanian/perkebunan/peternakan, dan (h)
terhadap pendidikan dasar adalah : (a) persepsi masyarakat tentang
jumlah penduduk zona tertentu, (b) permasalahan dan prioritas.
keberadaan sekolah, (c) jarak ke sekolah,
3. Integrated Rural Accessibility
(d) waktu perjalanan ke sekolah, (e) biaya
Planning (IRAP)
perjalanan menuju sekolah, dan (f)
persepsi masyarakat tentang IRAP adalah prosedur perencanaan
permasalahan dan prioritas. yang mampu menjawab kebutuhan riil
penduduk pedesaan (Parikesit dkk, 2003),
Akses Terhadap Fasilitas Kesehatan
serta merupakan pelengkap bagi prosedur
Sistem pelayanan kesehatan terhadap perencanaan konvensional. IRAP
ibu, anak dan masyarakat merupakan berkembang dari suatu pemahaman
faktor penting yang mempengaruhi tingkat mengenai kebutuhan akses penduduk
kesehatan. Menurut Parikesit dkk (2003) pedesaan dan mencakup berbagai sektor
informasi yang diperlukan untuk antara lain : pusat-pusat pemerintahan,
mengidentifikasi zona prioritas dilakukan transportasi, air bersih, energi, pendidikan,
perbaikan akses terhadap fasilitas kesehatan, dan perekonomian.
kesehatan adalah : (a) jumlah penduduk IRAP merupakan metode perencanan
zona tertentu, (b) keberadaan fasilitas yang melibatkan partisipasi masyarakat,
pelayanan kesehatan, (c) jenis fasilitas atau kata lain IRAP merupakan metode
pelayanan kesehatan, (d) petugas perencanaan yang berbasis pemberdayaan
pelayanan kesehatan, (e) jumlah petugas masyarakat (Parikesit dkk, 2003).
pelayanan kesehatan, (f) prasarana Keberhasilan metode perencanaan ini
transportasi menuju pusat pelayanan sangat ditentukan oleh peran aktif
kesehatan, (g) sarana transportasi menuju masyarakat dalam memberikan informasi
pusat pelayanan kesehatan, (h) jarak ke dan aspirasi sesuai kebutuhan riil
pusat pelayanan kesehatan, (i) waktu masyarakat.
menuju pusat pelayanan kesehatan, (j) IRAP merupakan proses perencanaan
biaya perjalanan menuju sekolah, dan (k) tingkat lokal yang didasarkan pada konsep
persepsi masyarakat tentang bahwa salah satu kendala utama
permasalahan dan prioritas. pembangunan adalah kekurangan akses
Akses Terhadap Pertanian/ penduduk. Metodologi yang diguanakan
Perkebunan/Peternakan IRAP dikatakan terintegrasi, karena
mempertimbangkan semua kemungkinan
Sebagian besar penduduk pedesaan intervensi untuk memperbaiki akses.
bekerja sebagai petani/pekebun/peternak. Proses penentuan prioritas pada sektor-
Hasil produk tersebut dapat dikonsumsi sektor yang tercakup pada proses IRAP
sendiri dan dapat pula dipasarkan. dilakukan dengan menggunakan alat
Parikesit dkk (2003) menjelaskan bahwa sederhana berupa indikator manfaat.
informasi yang diperlukan untuk Indikator manfaat merupakan fungsi dari :
mengidentifikasi zona prioritas dilakukan (1) potensi bebagai sektor ,dan (2) waktu
perbaikan akses terhadap produksi dan upaya yang dibutuhkan untuk
pertanian/perkebunan/ peternakan adalah : mencapai lokasi barang dan jasa tertentu.
(a) jumlah rumah tangga petani/pekebun, Semakin banyak penduduk yang
(b) jumlah hasil produksi pertanian/ kekurangan akses dan semakin jauh jarak
yang harus ditempuh, maka semakin tinggi
angka indikator aksesibilitas.
Penentuan tingkat aksesibilitas menggunakan basis beberapa indikator
Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014 hal 3
Azwansyah dan Juniardi. “Studi Pengelolaan Infrastruktur Dasar di Kec. Telok Batang”
aksesibilitas. Indikator aksesibilitas adalah mendapatkan barang dan jasa yang
indikator tingkat kesulitan untuk mencapai diperlukan cukup sulit.
pelayanan kebutuhan barang dan jasa. Sarana transportasi darat yang ada
Indikator aksesibilitas merupakan sarana adalah mobil, sepeda motor dan sepeda
perencanaan pertama yang memberikan sedangkan sarana transportasi air / sungai
indikasi sederhana kebutuhan transportasi yang ada yaitu speedboat, motor air dan
penduduk suatu daerah. Profil aksesibilitas sampan. Selain itu air sungai tersebut
menyediakan sebuah ringkasan merupakan salah satu sumber air yang
(rekapitulasi) dan penilaian kondisi akses di digunakan penduduk desa dalam
daerah penelitian. Peta aksesibilitas memenuhi kebutuhan hidup.
digunakan untuk berbagai keperluan dan
Analisis Aksesibilitas
dapat menunjukkan infrastruktur
transportasi, distribusi pelayanan dan Analisis nilai aksesibilitas dalam studi
fasilitas serta daerah pelayanannya. ini bertujuan untuk menentukan sektor dan
Azwansyah (2010) menyatakan bahwa nilai desa prioritas untuk mendapat penanganan
nilai aksesibilitas (NA) diperoleh dari masalah aksesibilitasnya. Metode yang
penjumlah dari hasil pengalian nilai digunakan untuk menganalisa data adalah
indikator (NI) dengan bobot indikator (BI), metode Integrated Rural Accessibility
dengan bentuk formula sebagai berikut : Planning ( IRAP ). Komponen yang
n
diperlukan dalam analisa ini adalah
indikator aksesibilitas yang terdiri dari nilai
indikator dan bobot indikator setiap sub
NA =  NI x BI sektor dari masing - masing sektor yang
i1 diteliti dilanjutkan dengan penentuan nilai
aksesibilitas untuk setiap desa dan sektor
4. Hasil dan Pembahasan aksesibilitas yang ditinjau. Dalam analisa
Kecamatan Teluk Batang Kabupaten ini akan terlihat sektor dan desa yang
Kayong Utara merupakan kecamatan yang menjadi prioritas untuk mendapat
memiliki jumlah penduduk yang relatif penanganan terhadap masalah
besar dengan jumlah penduduk tahun 2011 aksesibilitasnya.
sebesar 19.380 jiwa dengan kepadatan Untuk menentukan prioritas
penduduk 30 orang/km2 (BPS Kabupaten peningkatan aksesibilitas di tingkat desa,
Kayong Utara, 2012). Berdasarkan data dilakukan perhitungan nilai aksesibilitas
yang diperoleh dari kuisioner dan dari hasil untuk tiap - tiap sektor yang ditinjau antara
observasi lapangan, diketahui bahwa lain: sumber air, pendidikan, kesehatan,
mayoritas penduduk pada tiap desa adalah pertanian/perkebunan, perkantoran,
petani/nelayan. Dan rata-rata luas tanah industri/perdagangan, pemukiman, sumber
yang ada di Kecamatan Teluk Batang tenaga listrik, dan perikanan.
Kabupaten Kayong Utara digunakan Konsep yang diterapkan pada
sebagai tanah pertanian/ perkebunan dan penelitian ini adalah aksesibilitas
perikanan sehingga sebagian penduduk merupakan tingkat kesulitan. Hal ini berarti
bergantung pada hasil pertanian/ nilai aksesibilitas berbanding lurus dengan
perkebunan dan perikanan. nilai indikator dan bobot indikator, maka
semakin besar nilai indikator maupun bobot
Kondisi Sistem Transportasi Pedesaan indikator berarti semakin besar pula nilai
Sarana perhubungan yang ada pada aksesibilitasnya dan berarti semakin sulit
Kecamatan Teluk Batang Kabupaten penduduk untuk memenuhi kebutuhannya.
Kayong Utara adalah transportasi darat Hal ini berarti pul semakin besar nilai
dan air. Tetapi yang lebih mendominasi aksesibilitas maka semakin diprioritaskan
adalah jalan darat. Jaringan jalan yang untuk mendapatkan peningkatan
ada meliputi jalan aspal, jalan tanah dan aksesibilitas.
jalan beton. Namun hampir di tiap desa Identifikasi Sektor Prioritas
termasuk Desa Sungai Panduan dan Desa
Mas Bangun infrastruktur jalannya sangat Untuk menentukan sektor-sektor dan
jelek, dan hal tersebut merupakan salah masalah prioritas, maka dilakukan
satu kendala yang tampak jelas bahwa perhitungan dengan menggunakan metode
akses untuk mencapai, menggunakan atau IRAP. Analisa perhitungan nilai aksesibilitas
berdasarkan formula yang dijelaskan sebelumnya.
Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014 hal 4
Azwansyah dan Juniardi. “Studi Pengelolaan Infrastruktur Dasar di Kec. Telok Batang”
Hasil analisis aksesibilitas untuk Paduan dan Sungai Mas Bangun dapat
masing-masing sektor pada Desa Sungai dilihat masing-masing pada Tabel 1 dan
Tabel 2.
Tabel 1. Rekapitulas Nilai Aksesiblilitas Tiap Infrastruktur di Desa Sungai Paduan
No Sektor Yang Ditinjau Nilai Aksesibilitas
1 Sektor Sumber Air Bersih 9,00
2 Sektor Pertanian/Perkebunan 9,90
3 Sektor Pendidikan 5,25
4 Sektor Kesehatan 7,46
5 Sektor Pemukiman 5,44
6 Sektor Industri/Perdagangan 7,59
7 Sektor Perkantoran 4,83
8 Sektor Sumber Tenaga Listrik 6,05
9 Sektor Perikanan 7,00
(Sumber : Analisis data, 2012)
Pada tabel Tabel 1 memperlihatkan
utama kebutuhan infrastruktur adalah di
nilai aksesibilitas masing-masing sektor di
sektor pertanian/perkebunan karena selain
Desa Sungai Paduan. Nilai aksesibilitas
sektor perikanan memang penduduk
tertinggi terdapat pada sektor
daerah ini juga relatif besar hidup dari
pertanian/perkebunan dengan nilai
sektor pertanian dan perkebunan dan
aksesibilitas sebesar 9,90, diikuti urutan di
sektor ini dirasakan masyarakat memiliki
bawah sektor sumber air bersih dengan
tingkat aksesibilitas yang relatif sulit
nilai aksesibilitas sebesar 9,00 dan urtan
sehingga menjadi prioritas utama.
ketiga pada sektor industri/ perdagangan
Selanjutnya sumber air bersih menempati
dengan nilai aksesibilitas sebesar 7,59.
prioritas kedua dan prioritas ketiga pada
Sementara nilai aksesibilitas terendaha
indsutri /perdangan. Sementara
pada sektor perkantoran dengan nilai
perkantoran tidak menjadi prioritas karena
aksesibilitas sebesar 4,83.
memang daerah ini merupakan daerah
Berdasarkan nilai aksesibilitas tersebut
pedesaan tentunya kebutuhan akan kantor-
mengandung arti bahwa di Desa Sungai
kantor pelayanan bagi masyarakat belum
Paduan yang menjadi sektor prioritas
dianggap sebagai hal yang penting.
Tabel 2. Rekapitulasi Nilai Aksesiblilitas Tiap Infrastruktur di Desa Mas Bangun
No Sektor Yang Ditinjau Nilai Aksesibilitas
1 Sektor Sumber Air Bersih 9,00
2 Sektor Pertanian/Perkebunan 10,80
3 Sektor Pendidikan 5,45
4 Sektor Kesehatan 7,63
5 Sektor Pemukiman 5,44
6 Sektor Industri/Perdagangan 6,23
7 Sektor Perkantoran 4,83
8 Sektor Sumber Tenaga Listrik 6,78
9 Sektor Perikanan 7,45
(Sumber : Analisis data, 2012)
Pada tabel Tabel 2 memperlihatkan
aksesibilitas terendaha pada sektor
nilai aksesibilitas masing-masing sektor di
perkantoran dengan nilai aksesibilitas
Desa Mas Bangun. Nilai aksesibilitas
sebesar 4,83.
tertinggi terdapat pada sektor
Berdasarkan nilai aksesibilitas tersebut
pertanian/perkebunan dengan nilai
mengandung arti bahwa di Desa Mas
aksesibilitas sebesar 10,80, diikuti urutan di
Bangun yang menjadi sektor prioritas
bawah sektor sumber air bersih dengan
utama kebutuhan infrastruktur adalah di
nilai aksesibilitas sebesar 9,00 dan urtan
sektor pertanian/perkebunan karena selain
ketiga pada sektor kesehatan dengan nilai
sektor perikanan memang penduduk
aksesibilitas sebesar 7,63. Sementara nilai
daerah ini juga relatif besar hidup dari
sektor pertanian dan perkebunan dan tingkat aksesibilitas yang relatif sulit
sektor ini dirasakan masyarakat memiliki sehingga menjadi prioritas utama.
Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014 hal 5
Azwansyah dan Juniardi. “Studi Pengelolaan Infrastruktur Dasar di Kec. Telok Batang”
Selanjutnya sumber air bersih menempati prasarana transportasi diantaranya jaringan
prioritas kedua dan prioritas ketiga pada jalan desa, dan perbaikan/penyediaan
sektor kesehatan. Sementara perkantoran sarana transportasi diantaranya
tidak menjadi prioritas karena memang penyediaan angkutan umum. Sementara
daerah ini merupakan daerah pedesaan itu, perbaikan bukan di bidang
tentunya kebutuhan akan kantor-kantor transportasinya dilakukan dengan
pelayanan bagi masyarakat belum perbaikan / pembangunan prasarana
dianggap sebagai hal yang penting. transportasi dasar tersebut atau
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya fasilitasnya. Untuk menentukan
bahwa penanganan perbaikan infrastruktur menentukan penangan yang
dapat dilakukan melalui dua cara yaitu (1) dilakukan, maka
perbaikan di bidang transportasinya dan (2) berdasarkan penjelasan di atas dilakukan
perbaikan bukan di bidang transportasinya. perbandingan nilai aksesibilitas antara
Penanganan infratsruktur di bidang indikator aksesibilitas, prasarana dan
transportasi dilakukan dengan perbaikan sarana transporrtasi. Hasil analisis nilai
aksesibilitas untuk indikator fasilitas,
prasarana dan sarana transportasi dapat
dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perbandingan Nilai Aksesibilitas Indikator Fasilitas, Prasarana Dan Sarana Transportasi di
Desa Sungai Paduan
Nilai Aksesibilitas
No Sektor Aksesibilitas
Fasilitas Prasarana Sarana
1 Sektor Sumber Air Bersih 15,50 5,50 10,00
2 Sektor Pertanian/Perkebunan 18,00 5,00 9,00
3 Sektor Pendidikan 0,00 5,00 12,50
4 Sektor Kesehatan 0,00 4,00 7,00
5 Sektor Pemukiman 0,00 5,00 8,00
6 Sektor Industri/Perdagangan 16,00 4,00 4,50
7 Sektor Perkantoran 0,00 3,00 9,50
8 Sektor Sumber Tenaga Listrik 8,00 4,00 6,00
9 Sektor Perikanan 16,00 6,00 9,00
(Sumber : Analisis data, 2012)
Pada Tabel 3 menampilkan
intervensinya adalah dengan membangun
peerbandingan nilai aksesibilitas indikator
penampungan air hujan yang bisa
fasilitas, prasarana dan sarana transportas
menyuplai ke semua desa. Sektor
di Desa Sungai Paduan. Untuk Desa
pertanian dan perkebunan, intervensinya
Sungai Paduan pada sektor sumber air
dilakukan dengan membangun tempat
bersih, sektor pertanian dan perkebunan,
penjualan dan pemasaran hasil produksi
sektor industri/perdagangan, sektor sumber
pertanian dan perkebunan. Sektor industri/
tenaga listrik, dan sektor perikanan
perdagangan, pendekatan intervensinya
mendapat prioritas utama pada fasilitasnya,
yang dilakukan adalah membangun tempat
dengan nilai aksesibilatasnya masing-
pelatihan bagi usaha kecil menengah.
masing sektor yaitu pada sektor sumber air
Sektor sumber tenaga listrik, pendekatan
bersih sebesar 15,50, sektor pertanian dan
intervensinya yang dilakukan adalah
perkebunan sebesar 18,00, sektor
dengan memasang jaringan listrik yang
industri/perdagangan sebesar 16,00, sektor
belum dialiri. Sementara pada sektor
sumber tenaga listrik dengan nilai
perikanan, pendekatan intervensinya yang
aksesibilitas sebesar 8,00, dan sektor
dilakukan adalah dengan membangun
perikanan sebesar 16,00. Peningkatan
pasar tempat menjual hasil penangkapan
aksesibilitas ini akan dilakukan dengan
ikan.
pendekatan intervensi, yaitu pada sektor
Indikator prasarana transportasi tidak
sumber air bersih, pendekatan
mendapatkan prioritas utama, hal ini
dikarenakan jaringan jalan di Desa Sungai belum memerlukan penanganan lagi.
Paduan sudah bagus, sehingga saat ini Nilai aksesibilitas indikator sarana
Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014 hal 6
Azwansyah dan Juniardi. “Studi Pengelolaan Infrastruktur Dasar di Kec. Telok Batang”
transportasi di Desa Sungai Paduan juga sebesar 8,00, dan sektor perkantoran
menjadi prioritas utama, sektor yang dengan nilai aksesibilitasnya sebesar 9,50.
menjadi prioritas nya yaitu sektor Pendekatan intervensinya secara
pendidikan dengan nilai aksesibilitasnya keseluruhan adalah sama, yaitu dengan
sebesar 12,50, sektor kesehatan dengan melakukan perbaikan sarana transportasi
nilai aksesibilitasnya sebesar 7,00, sektor menuju tempat pelayan dan pengadaan
pemukiman dengan nilai aksesibilitasnya sarana angkutan umum yang dapat
menunjang aktivitas penduduk, hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah
mobilitas pergerakan lebih cepat, mudah,
dan nyaman.

Tabel 4. Perbandingan Nilai Aksesibilitas Indikator Fasilitas, Prasarana Dan Sarana Transportasi di
Desa Mas Bangun
Nilai Aksesibilitas
No Sektor Aksesibilitas
Fasilitas Prasarana Sarana
1 Sektor Sumber Air Bersih 15,50 5,50 10,00
2 Sektor Pertanian/Perkebunan 18,00 5,00 15,00
3 Sektor Pendidikan 0,00 5,00 12,50
4 Sektor Kesehatan 0,00 4,00 7,00
5 Sektor Pemukiman 0,00 5,00 8,00
6 Sektor Industri/Perdagangan 4,00 4,00 4,50
7 Sektor Perkantoran 0,00 3,00 9,50
8 Sektor Sumber Tenaga Listrik 8,00 4,00 6,00
9 Sektor Perikanan 16,00 10,50 9,00
(Sumber : Analisis data, 2012)
Pada Tabel 4 menampilkan
saat ini belum memerlukan penanganan
perbandingan nilai aksesibilitas indikator
lagi.
fasilitas, prasarana dan sarana transportas
Sektor pendidikan, sektor kesehatan,
di Desa Mas Bangun. Sektor sumber air
sektor pemukiman, sektor industri/
bersih, sektor pertanian/perkebunan, sektor
perdagangan, dan sektor perkantoran di
sumber tenaga listrik dan sektor perikanan
Desa Mas bangun mendapat prioritas
mendapatkan prioritas utama pada
utama pada sarana transportasinya,
indikator fasilitas. Masing-masing nilai
dengan nilai aksesibilitasnya masing-
aksesibilitas dan intervensinya yaitu, sektor
masing sektor yaitu pada sektor pendidikan
sumber air bersih nilai aksesibilitasnya
sebesar 12,50, sektor kesehatan sebesar
sebesar 15,50 dengan intervensinya yaitu
7,00, sektor pemukiman sebesar 8,00,
pembangunan jaringan PDAM yang bisa di
sektor sumber industri/perdagangan
suplai ke semua penduduk desa, sektor
sebesar 4,50, dan sektor perkantoran
pertanian/perkebunan nilai aksesibilitasnya
sebesar 9,50.
sebesar 18,00 dengan intervensinya yaitu
Pendekatan intervensinya sacara
membangun tempat penjualan hasil
keseluruhan adalah sama, yaitu dengan
produksi, Sektor sumber tenaga listrik nilai
melakukan perbaikan sarana transportasi
aksesibilitasnya sebesar 8,00 dengan
menuju tempat pelayanan dan pengadaan
intervensinya yaitu pemasangan jaringan
sarana angkutan umum yang dapat
yang belum di aliri listrik, dan untuk sektor
menunjang aktivitas penduduk, hal ini
perikanan nilai aksesibilitasnya sebesar
dimaksudkan untuk mempermudah
16,00 dengan intervensinya yaitu
mobilitas pergerakan lebih cepat, mudah,
membangun tempat penjualan dan
dan nyaman.
pemasaran hasil perikanan.
Pada Desa Mas Bangun indikator Strategi Program Kegiatan
prasarana transportasi tidak menjadi Berdasarkan data hasil survei
prioritas utama, hal ini dikarenakan jaringan lapangan dan wawancara serta dengan
jalan di desa ini sudah bagus, sehingga merujuk pada hasil analisis, maka dapat

Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014 hal 7


Azwansyah dan Juniardi. “Studi Pengelolaan Infrastruktur Dasar di Kec. Telok Batang”
diidentifikasi hal – hal yang menjadi akan dilakukan selanjutnya. Untuk
masalah utama dalam desa, sasaran yang identifikasi tersebut dapat dilihat pada
ingin dicapai serta program kegiatan yang Tabel 5.

Tabel 5. Matrik Identifikasi Masalah, Sasaran


dan Program Kegiatan di Desa Sungai
Paduan
PERMASALAHAN SASARAN
 Sumber air menggunakan  Tersedianya sumber  P
sungai dan sumur gali dan Air bersih hasil p
tidak layak pengolahan dan c
 Belum ada pasar tempat tersedianya tempat  M
penjualan hasil produksi penampungan air p
pertanian/perkebunan dan hujan (PAH). p
perikanan  sudah ada pasar  P
 Masih ada penduduk desa yang bisa p
yang belum di alirin listrik memasarkan hasil l
 Belum adanya angkutan produksi  M
umum yang dapat pertanian/perkebunan t
menunjang aktifitas dan perikanan. p
penduduk.  Semua penduduk a
 Skala prioritas bagi desa sudah di aliri  P
penduduk adalah aspek listrik m
pertanian/perkebunan  Sudah adanya b
angkutan umum yang y
menunjang aktifitas m
penduduk m
 Aksesibilitas aspek p
pertanian/perkebunan l
memadai.
(sumber : Analisis data, 2012)

Tabel 6. Matrik Identifikasi Masalah, Sasaran


dan Program Kegiatan di Desa Mas Bangun
PERMASALAHAN SASARAN
 Sumber air menggunakan  Tersedianya sumber 
sungai dan sumur gali. Air bersih hasil
 Belum ada pasar tempat pengolahan dan
penjualan hasil produksi tersedianya tempat 
pertanian/perkebunan dan penampungan air
perikanan hujan (PAH).
 Masih ada penduduk desa  sudah ada pasar 
yang belum di aliri listrik yang bisa
 Sebagian penduduk desa memasarkan hasil
kerja nya adalah produksi 
nelayan,hasil dari pertanian/perkebunan
perikanan biasa jual di dan perikanan.
Teluk Batang. dengan jalan  Semua penduduk
yang rusak, sehingga desa sudah di alirin 
mempengaruhi harga jual listrik
 Belum adanya angkutan  membangun pasar
umum yang dapat dan/atau kondisi jalan
menunjang aktifitas baik
penduduk.  Sudah adanya
 Skala prioritas bagi angkutan umum yang
penduduk adalah aspek menunjang aktifitas
pertanian/perkebunan penduduk
 Aksesibilitas aspek
pertanian/perkebunan
memadai.
Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014 hal 60
Azwansyah dan Juniardi. “Studi Pengelolaan Infrastruktur Dasar di Kec. Telok Batang”
(sumber : Analisis data, 2012) yang cukup, transportasi
4. Kesimpulan bersih membangun menuju tempat
menempati pasar atau pelayanan dan
 Hasil analisa tempat pengadaan
prioritas kedua
nilai penjualan hasil sarana
dan prioritas
aksesibilitas pertanian dan angkutan
ketiga pada
yang perkebunan dan umum.
sektor
diprioritaskan perikanan,
pada kesehatan. Ucapan Terima
 Pendekatan pemasangan
Kecamatan kasih
penanganan jaringan listrik
Teluk Batang pada penduduk Penulis
sebagai infrastruktur
desa yang mengucapkan
berikut: untuk kedua
belum di aliri terima kasih yang
- Desa desa
listrik, sebesar-besarnya
Sungai keseluruhan
melakukan kepada pihak-
Paduan nilai adalah
perbaikan pihak yang telah
aksesibilitas melakukan
prasarana membantu dalam
Sektor setiap atau
Pertanian/Pe perbaikan/peny
sebagian tahapan
rkebunan ediaan sarana
dari studi ini baik
sebesar 9,90 transportasi
langsung maupun
- Desa Mas menuju tempat
tidak langsung.
Bangun nilai pelayanan yang
aksesibilitas dapat
Sektor menunjang Referensi
aktivitas Azwansyah, H.
Pertanian/P penduduk, hal 2010.
ini dimaksudkan Perencanaan
erkebunan Infrastruktur
sebesar untuk di Desa
10,80. mempermudah Tanjung
 Priritas utama mobilitas Satai dan
pergerakan Desa Satai
di Desa Sungai Lestari
Paduan adalah lebih cepat, Kecamatan
sektor mudah, dan Pulau Maya
nyaman. Karimata.
pertanian/perk Jurnal Teknik
ebunan,  Indikator Sipil
selanjutnya prasarana Universitas
sumber air transportasi Tanjungpura
(jaringan jalan) vol 10 Nomor
bersih 2. Desember
menempati tidak menjadi 2010.
prioritas kedua prioritas karena Fakultas
jalan yang ada Teknik Untan.
dan prioritas Pontianak.
ketiga pada dirasakan
BPS Kabupaten
industri masih bisa
Kayong
/perdagangan. melayani
Utara. 2012.
 Desa Mas pergerakan
Kalimantan
bangun penduduk desa.
Barat Dalam
memiliki  Beberapa
Angka, BPS
prioritas utama program
Kabupaten
kebutuhan penyediaan
Kayong
infrastruktur fasilitas yang
Utara.
adalah di dapat dilakukan
Sukadana.
sektor yaitu
Parikesit, D.,
Penyediaan
Pratama,
pertanian/perke sumber air
D.A.,
bunan, bersih
Ekawati, N.,
selanjutnya pengolahan dan
2003. Modul
sumber air terdapat PAH
Pelatihan
Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014 hal 60
Azwansyah dan Juniardi. “Studi Pengelolaan Infrastruktur Dasar di Kec. Telok Batang”
Perencana Pelaksanaan
an Otonomi
Infrastrukt Daerah
ur (KPPOD).
Perdesaan, 2012.
Kerjasama Mewujudka
Universitas n
Gajah Mada Pembangun
dengan an Ekonomi
Kementrian Bagi
Koordonato Kesejahtera
r Bidang an Rakyat.
Ekonomi KPPOD Brief
dan Edisi
Internationa September –
l Labour Oktober
Organizatio 2012.
n. Jurusan KPPOD.
Teknik Sipil Jakarta
Fakultas
Teknik
UGM.
Yogyakarta.
Dennis, Ron.
1998.
Rural
Transpor
t and
Accessib
ility.

Develop
ment
Policies
Departe
ment,
ILO office
Geneva.
Donnges, Chris.
1999.
Rural
Access
and
Employm
ent, The
Laos
Experienc
e.
Developm
ent
Policies
Departem
ent, ILO
office
Geneva.
Komite
Pemantaua
n
Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014 hal 60

Anda mungkin juga menyukai