DISUSUN OLEH :
Kelompok 14
Zhukozan Razasqi
71170211002
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dan mulia,
karena manusia diciptakan dengan mempunyai fisik yang bagus serta akal pikiran dan
akhlak yang mulia. Dimana dengan akal yang dimiliki manusia dapat menerima,
mengembangkan serta mengamalkan ilmu yang telah di milikinya. Pendidikan salah satu
sarana dalam mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya sebagaimana tujuan pendidikan
yang tercantum dalam UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003,
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bagsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.1 Setiap proses yang dilakukan dalam pendidikan harus dilakukan secara sadar dan
memiliki tujuan. Adapun tujuan pendidikan secara umum adalah mewujudkan perubahan
positif yang diharapkan ada pada peserta didik setelah menjalani proses pendidikan, baik
perubahan pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun pada kehidupan
masyarakat serta alam sekitarnya dimana subjek didik menjalani kehidupan. 1 Depdiknas,
Undang-Undang RI NO 14 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2008
tentang Guru dan Dosen, (Bandung: Citra Umbara, 2009), hlm. 64. 15 Pendidikan
merupakan unsur yang harus terpenuhi dalam hidup setiap orang, guna mencapai
keberlangsungan yang optimal, baik dunia maupun akherat. Oleh karena itu, pendidikan
akan berjalan optimal apabila diimbangi dengan pendidikan agama. Dalam pandangan
Islam, pendidikan berfungsi sebagai pembentukan individu berdasarkan ajaran-ajaran
Islam. Pendidikan agama mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam
membentuk kepribadian anak. Sebagaimana tujuan pendidikan sendiri adalah
pembentukan kepribadian muslim.2 Mendidik anak adalah kewajiban orang tua untuk
mempersiapkan masa depan yang baik bagi anak, orang tua mendidik anak dengan
tuntutan ajaran agama Islam. Mendidik anak adalah membimbing pertumbuhan
kepribadian anak agar mereka tumbuh menjadi seorang muslim yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah, serta berakhlak mulia. Mendidik anak-anaknya sesuai dengan
ajaran agama Islam, akan sangat menentukan tumbuh kembangnya anak menjadi manusia
yang berkepribadian muslim. Kepribadian merupakan organisasi faktor-faktor biologis,
psikologis dan sosiologis yang mendasari perilaku individu. Kepribadian mencakup
kebiasaan-kebiasaan, sikap yang berperan aktif dalam menentukan tingkah laku individu
yang berhubungan dengan dirinya sendiri maupun orang lain.3 Kepribadian
menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang.4 kepribadian muslim adalah
kepribadian yang seluruh aspeknya baik tingkah 2 Moh Roqib, Ilmu Pendidikan Islam,
(Yogyakarta:LKis, 2009), hlm.30. 3 Moh. Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian Guru,
(Purwokerto: STAIN Press), hlm. 15 4 Agus Sujanto, Halem Lubis dan Taufik Hadi,
Psikologi Kepribadian (Jakarta: Bumi Aksara), hlm. 10. 16 lakunya, kegiatan jiwanya
maupun filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukan pengabdian kepada Tuhan,
penyerahan diri kepada-Nya. Jadi yang dimaksud kepribadian muslim adalah kepribadian
yang mencerminkan citra seorang muslim yang sejatinya berakhlak mulia dan bertaqwa
kepada Allah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendidikan akhlak?
2. Bagaimana dasar-dasar dan tujuan pendidikan akhlak?
3. Bagaimana ruang lingkup pendidikan akhlak?
4. Apa pengertian pendidikan akhlak kepribadian muslim?
BAB II
PEMBAHASAN
Kata akhlak barasal dari bahasa arab berupa jama atau bentuk ganda
dari kata khuluq yang secara etimologis bararti budi pekerti, perangai
tingkah laku, atau tabiat. Istilah akhlak mengandung arti persesuaian
dengan kata khalq yang berarti pencipta, dan makhluq yang berarti yang
diciptakan. yang berarti.1
Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin yang dikutip dalam bukunya asmaran
as mengatakan bahwa ahklak adalah kebiasaan kehendak. Ini berarti
kehendak itu bisa dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut
akhlak. Contohnya: bila kehendaknya itu dibiasakan memberi, maka
kebiasaannya itu ialah akhlak dermawan.
1
Sudirman Tebba, Seri Manusia Malaikat, (Yogyakarta: Scripta Perenia,2005), Cet.
I, h. 65
2
Asmaran as, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1994),Cet ke.2. h.2
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1989) budi pekerti ialah
tingkah laku, perangai, akhlak. Budi pekerti mengandung makna prilaku
yang baik, bijaksana dan manusiawi. Di dalam perkataan itu tercermin
sifat, watak seseorang dalam perbuatan sehari-hari. Budi pekerti sendiri
mengandung pengertian yang positif.3
Menurut Ibn Maskawai akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.5
Iman Ghazali menjelaskan bahwa akhlak itu ialah suatu istilah tentang
bentuk batin yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorong ia
berbuat (bertingkah laku), bukan karena suatu pemikiran dan bukan pula
karena suatu pertimbangan.6
3
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada),
h.346
4
Zakiah Daradjat,Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta:
Ruhama, 1995), h.. 10
5
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2001), h. 3
6
Usman Said. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Proyek
Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/LAIN, 1981), h. 53
kebetulan tanpa disenagja atau dikehendaki. Mengenai yang baik atau
yang buruk, hal itu tidak dinamakn akhlak.7
1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan
tanpa pemikiran.
3. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri
seseorang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari
luar.
4. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
sesungguhnya, bukan main-main atau bersandiwara.
5. Perbuatan akhlaka adalah perbuatan ikhlas yang dilakukan semata-mata
hanya karena Allah.
Dari beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
akhlak adalah bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam rangka
mengembangkan potensinya dan mengubah diri menjadi berakhlak
(berprilaku) sesuai dengan ketentuan-ketentuan ajran Islam.
7
Bambang Trim, Menginstal Akhlak Anak, (Jakarta: PT Grafindo Media Pratama,
2008), h. 6
”(Agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan yang dahulu”
(Q.S Asy-Syu’ara 137)
8
Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
(2005), Cet. 1. h 275
terpuji, kebiasan yang mendalam tumbuh dan berkembang secara
wajar dalam diri manusia.
29
Moh Ardani, Akhlak Tasawuf..., h. 57-59
pelajaran, aktifitas merupakan sarana pendidikan akhlak di atas segala-
galanya.9
9
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia 2006), cet. V h.
90
10
Moh. Atiyah Al-Abrasy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
11
Bambang Trim, Menginstal Akhlak Anak..., h 7
4. Pengertian Kepribadian
Muslim
12
Rafy Sapuri, Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009). h. 149
13
Jalaludin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1996),
cet. 2, h. 89
14
Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta; Kalam Mulia, 2002) hal 106
Dari pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
kepribadian semua itu terjadi berbeda-beda, dari satu saat ke saat yang
lain, dari satu situasi ke situasi yang lain. Kepribadian merupakan suatu
organisasi yang hanya dimiliki oleh manusia yang menjadi penentu
pemikiran dan tingkah lakunya. Dan penampilan kepribadian seperti ini
pasti ada maksudnya kepribadian sejati bersifat tetap, menunjukkan ciri-
ciri yang lebih permanen, tetapi karena kepribadian juga bersifat dinamis
perbedaan-perbedaan atau perubahan pasti disesuaikan dengan situasi,
namun perubahannya tidak mendasar.
15
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung : Al-Maarif, 1989), h. 64
16
Jalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam Konsep Dan Perkembangan
Pemikirannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h. 94
didasarkan pada nilai-nilai keIslaman. Dengan demikian setiap pribadi
muslim akan memiliki pandangan hidup yang sama walaupun masing-
masing mempunyai faktor bawaan yang berbeda-beda.17
5. Unsur-Unsur Kepribadian
Menurut Ahmad Marimba, dalam buku pengantar filsafat Pendidikan
Agama Islam, unsur-unsur kepribadian yaitu sebagai berikut:
a. Aspek kejasmanian, yang meliputi tingkah laku luar yang mudah
nampak dan kelihatan dari luar, misalnya: cara-cara berbuat dan cara-
cara berbicara.
b. Aspek kejiawaan, yang meliputi aspek yang tidak segera dapat dilihat
dan ketahuan dari luar, misalnya: cara bepikir, sikap dan minat.
c. Aspek keruhanian yang luhur meliputi aspek kejiwaan yang lebih
abstrak, yaitu filsafat hidup dan kepercayaan, ini meliputi sistem nilai-
nilai yang telah meresap didalam kepriadian itu, yang telah menjadi
bagian dan mendarah daging dalam kepribadian itu yang mengarahkan
dan memberi corak seluruh kehidupan individu. Bagi orang-orang yang
beragama aspek-aspek yang menuntutnya ke arah kebahagiaan bukan
saja di dunia tetapi juga di akhirat. Ini memungkinkan seseorang
berhubungan dengan hal-hal ghaib, aspek-aspek inilah memberi kualitas
kepribadian seluruhnya.18
17
Jalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Agama Islam Konsep Dan
Perkembangan Pemikirannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h. 100
18
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Islam..., h. 67
Dari keseluruhan inilah kepribadian dinilai, misalnya kepribadian si A
menyenangkan, kepribadian si B buruk atau kurang meyenangkan. tentu
saja meurut ukuran seorang penilai berdasarkan nilai tertinggi yang
diyakininya dari keseluruhan nilai-nilai yang muncul nama-nama
kepribadian nasional, kepribadian kristen, kepribadian muslim dan
seterusnya. Dari sisni kita dapat member batasan tentang kepriabadian
Muslim, yaitu kepribadian yang menunjukkan tingkah laku luar, kegiatan-
kegiatan jiwa dan filsafat hidup serta kepercayaan seseorang Islam.
19
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Rosda Karya, 2006), Cet.
1, h. 160-161
a. Aliran empirisme, meniti beratkan pandangannya pada peranan
lingkungan sebagai penyebab timbulnya suatu tingkah laku.
asumsi psikologi yang mendasari aliran ini adalah bahwa
manusia lahir alam keadaan netral, tidak memiliki pembawaa
apaun. ia bagaikan kertas putih (tabularasa) yang dapat ditulisi
apa saja yang dikehendaki.
b. Aliran nativisme, menitikberatkan pandangannya pada peranan
sifat baaan, keturunan dan kebaikan sebagai penentu tingkah
laku seseorang. asumsi yang mendasari aliran ini adalah bahwa
pada diri anak dan orang tua terdapat persamaan baik pisik
amupun psiskis.
20
Nety Hartanti, dkk, Islam Dan Psikologi, (Ciputat Tanggerang: UIN
Jakarta Pres,2003), h. 178-182
BAB III
KESIMPULAN
Ali, Mohammad Daud. Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Aminuddin, dkk. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2002
Arif, Armai. Pengantar Ilmu Pendidikan Dan Pendidikan Agama Islam, Jakarta:
Ciputat Press, 2002
Ariskunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2002 Ashraf, Ali.
Horizon Baru Pendidikan Islam, Pustaka Firdaus, 1996
As, Asmaran. Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994
Depag RI. Al-Qur;an dan Terjemahnya, Jakarta: Penyelenggara dan Terjemah Al-
Qur’an, 1985