Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TINJAUAN FILOSOFIS TENTANG ASPEK PENDIDIKAN ISLAM

DISUSUN OLEH :

Kelompok 14

Zhukozan Razasqi
71170211002

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

2021

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dan mulia,
karena manusia diciptakan dengan mempunyai fisik yang bagus serta akal pikiran dan
akhlak yang mulia. Dimana dengan akal yang dimiliki manusia dapat menerima,
mengembangkan serta mengamalkan ilmu yang telah di milikinya. Pendidikan salah satu
sarana dalam mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya sebagaimana tujuan pendidikan
yang tercantum dalam UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003,
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bagsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.1 Setiap proses yang dilakukan dalam pendidikan harus dilakukan secara sadar dan
memiliki tujuan. Adapun tujuan pendidikan secara umum adalah mewujudkan perubahan
positif yang diharapkan ada pada peserta didik setelah menjalani proses pendidikan, baik
perubahan pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun pada kehidupan
masyarakat serta alam sekitarnya dimana subjek didik menjalani kehidupan. 1 Depdiknas,
Undang-Undang RI NO 14 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2008
tentang Guru dan Dosen, (Bandung: Citra Umbara, 2009), hlm. 64. 15 Pendidikan
merupakan unsur yang harus terpenuhi dalam hidup setiap orang, guna mencapai
keberlangsungan yang optimal, baik dunia maupun akherat. Oleh karena itu, pendidikan
akan berjalan optimal apabila diimbangi dengan pendidikan agama. Dalam pandangan
Islam, pendidikan berfungsi sebagai pembentukan individu berdasarkan ajaran-ajaran
Islam. Pendidikan agama mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam
membentuk kepribadian anak. Sebagaimana tujuan pendidikan sendiri adalah
pembentukan kepribadian muslim.2 Mendidik anak adalah kewajiban orang tua untuk
mempersiapkan masa depan yang baik bagi anak, orang tua mendidik anak dengan
tuntutan ajaran agama Islam. Mendidik anak adalah membimbing pertumbuhan
kepribadian anak agar mereka tumbuh menjadi seorang muslim yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah, serta berakhlak mulia. Mendidik anak-anaknya sesuai dengan
ajaran agama Islam, akan sangat menentukan tumbuh kembangnya anak menjadi manusia
yang berkepribadian muslim. Kepribadian merupakan organisasi faktor-faktor biologis,
psikologis dan sosiologis yang mendasari perilaku individu. Kepribadian mencakup
kebiasaan-kebiasaan, sikap yang berperan aktif dalam menentukan tingkah laku individu
yang berhubungan dengan dirinya sendiri maupun orang lain.3 Kepribadian
menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang.4 kepribadian muslim adalah
kepribadian yang seluruh aspeknya baik tingkah 2 Moh Roqib, Ilmu Pendidikan Islam,
(Yogyakarta:LKis, 2009), hlm.30. 3 Moh. Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian Guru,
(Purwokerto: STAIN Press), hlm. 15 4 Agus Sujanto, Halem Lubis dan Taufik Hadi,
Psikologi Kepribadian (Jakarta: Bumi Aksara), hlm. 10. 16 lakunya, kegiatan jiwanya
maupun filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukan pengabdian kepada Tuhan,
penyerahan diri kepada-Nya. Jadi yang dimaksud kepribadian muslim adalah kepribadian
yang mencerminkan citra seorang muslim yang sejatinya berakhlak mulia dan bertaqwa
kepada Allah.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian pendidikan akhlak?
2. Bagaimana dasar-dasar dan tujuan pendidikan akhlak?
3. Bagaimana ruang lingkup pendidikan akhlak?
4. Apa pengertian pendidikan akhlak kepribadian muslim?

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendidikan akhlak

Kata akhlak barasal dari bahasa arab berupa jama atau bentuk ganda
dari kata khuluq yang secara etimologis bararti budi pekerti, perangai
tingkah laku, atau tabiat. Istilah akhlak mengandung arti persesuaian
dengan kata khalq yang berarti pencipta, dan makhluq yang berarti yang
diciptakan. yang berarti.1

Baik kata akhlak atau khuluq kedua-duannya dapat dijumpai didalam


Al-Qur’an sebagai berikut:

“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi


pekerti yang agung” (Q.S Al-Qalam:4)

Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin yang dikutip dalam bukunya asmaran
as mengatakan bahwa ahklak adalah kebiasaan kehendak. Ini berarti
kehendak itu bisa dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut
akhlak. Contohnya: bila kehendaknya itu dibiasakan memberi, maka
kebiasaannya itu ialah akhlak dermawan.

Di dalam ensiklopedia pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi


pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etika dan moral) yaitu kelakuan baik
yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan
terhadap sesama manusia.2

1
Sudirman Tebba, Seri Manusia Malaikat, (Yogyakarta: Scripta Perenia,2005), Cet.

I, h. 65

2
Asmaran as, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1994),Cet ke.2. h.2
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1989) budi pekerti ialah
tingkah laku, perangai, akhlak. Budi pekerti mengandung makna prilaku
yang baik, bijaksana dan manusiawi. Di dalam perkataan itu tercermin
sifat, watak seseorang dalam perbuatan sehari-hari. Budi pekerti sendiri
mengandung pengertian yang positif.3

Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antra


hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu,
membentuk suatu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan
hidup keseharian. dari kelakuan itu lahirlah perasaan moral yang terdapat
dalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana
yang baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang
tidak berguna.4

Menurut Ibn Maskawai akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.5

Iman Ghazali menjelaskan bahwa akhlak itu ialah suatu istilah tentang
bentuk batin yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorong ia
berbuat (bertingkah laku), bukan karena suatu pemikiran dan bukan pula
karena suatu pertimbangan.6

Seorang ulama mendefinisikan akhlak sebagai berikut: sesungguhnya


akhlak itu ialah kemamuan (azimah) yang kuat tentang sesuatu yang
dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi adat yang membudaya, yang
mengarah pada kebaikan atau keburukan. Terkadang adat itu terjadi secara

3
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada),
h.346

4
Zakiah Daradjat,Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta:
Ruhama, 1995), h.. 10

5
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2001), h. 3

6
Usman Said. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Proyek
Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/LAIN, 1981), h. 53
kebetulan tanpa disenagja atau dikehendaki. Mengenai yang baik atau
yang buruk, hal itu tidak dinamakn akhlak.7

Sedangkan pendidikan akhlak merupakan usaha yang dilakukan


dengan sengaja, sistematis untuk mendorong, membantu serta
mambimbing seseorang dalam mengembangkan segala potensinya serta
mengubah diri sendiri kepada kualitas yang lebih tinggi.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, terdapat lima ciri dalam


perbuatan akhlak, yaitu sebagai berikut:

1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan
tanpa pemikiran.
3. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri
seseorang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari
luar.
4. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
sesungguhnya, bukan main-main atau bersandiwara.
5. Perbuatan akhlaka adalah perbuatan ikhlas yang dilakukan semata-mata
hanya karena Allah.
Dari beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
akhlak adalah bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam rangka
mengembangkan potensinya dan mengubah diri menjadi berakhlak
(berprilaku) sesuai dengan ketentuan-ketentuan ajran Islam.

2. Dasar Pendidikan Akhlak


Dasar pendidikan akhlak secara spesifik terdapat dalam Al-Qur’an dan
Hadist. Kedua sumber hukum Islam ini yang berkenaan dengan pentingnya
pendidikan akhlak bagi anak didik. Ayat al-Qur’an dan hadist yang
berkenaan dengan akhlak, ialah:

7
Bambang Trim, Menginstal Akhlak Anak, (Jakarta: PT Grafindo Media Pratama,
2008), h. 6
”(Agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan yang dahulu”
(Q.S Asy-Syu’ara 137)

“Sesungguhnya Aku diutus di muka bumi untuk menyempurnakan


akhlak” (HR. Ahmad)8

Ayat al-Qura’an dan hadist di atas mengisyaratkan bahwa akhlak


merupakan ajaran yang diterima Rasulullah dengan tujuan untuk
memperbaiki kondisi umat yang pada saat itu dalam kejahiliyahan dan
Rasulullah diutus ke muka bumi untuk menyempurnakan akhlak.

Akhlak yang diajarkan didalam Al-Qur’an bertumpu kepada aspek


fitrah yang terdapat dalam diri manusia dan aspek wahyu (agama),
kemudian kemauan dan tekad manusiawi. Pendidikan akhlak dapat
dikembangkan melalui beberapa cara, yaitu:

a. Menumbuh kembangkan dorongan dari dalam, yang bersumber pada


iman dan takwa, untuk ini perlu pendidikan agama.
b. Meningkatkan pengetahuan tentang akhlak lewat ilmu pengetahuan,
pengamalan dan latihan, agar dapat membedakan mana yang baik dan
mana yang jahat.
c. Meningkatkan pendidikan kemauan, yang menumbuhkan pada
manusia kebebasan memilih yang baik dan melaksanakannya.
selanjutnya kemamuan itu akan mempengaruhi pikiran dan perasaan.
d. Latihan untuk melakukan yang baik serta mengajak orang lain untuk
bersama-sama melakukan perbuatan baik tanpa paksaan.
e. Pembiasaan dan pengulangan melaksanakan yang baik, sehingga
perbuatan baik itu menjadi keharusan moral dan perbuatan akhlak

8
Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
(2005), Cet. 1. h 275
terpuji, kebiasan yang mendalam tumbuh dan berkembang secara
wajar dalam diri manusia.

3. Tujuan Pendidikan Akhlak

Setiap kegiatan yang dilakukan seseorang ataupun sekelompok orang


sudah barang tentu mempunyai suatu tujuan yang hendak dicapai,
termasuk juga dalam kegiatan pendidikan, yaitu pendidikan akhlak.
Tujuan merupakan landasan berpijak, sebagai sumber arah suatu kegiatan,
sehingga dapat mencapai suatu hasil yang optimal.
Akhlak manusia yang ideal dan mungkin dapat dicapai dengan usaha
pendidikan dan pembinaan yang sungguh-sungguh, tidak ada manusia
yang mencapai keseimbangan yang sempurna kecuali apabila ia
mendapatkan pendidikan dan pembinaan akhlaknya secara baik.

Tujuan pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk


manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan
perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangai, bersifat bijaksana,
sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci. dengan kata lain
pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang memiliki
keutamaan (al-fadhilah). berdasarkan tujuan ini, maka setiap saat, keadaan

29
Moh Ardani, Akhlak Tasawuf..., h. 57-59
pelajaran, aktifitas merupakan sarana pendidikan akhlak di atas segala-
galanya.9

Tujuan pendidikan akhlak jika diamati lebih lanjut tentang pengertian


akhlak dan pendidikan akhlak di atas, maka tujuan pendidikan akhlak
sebenarnya ialah mengembagkan potensi akhlak itu sendiri melalui
pendidikan sekolah keluarga dan msyarakat. Potensi yang akan
dikembangkan adalah potensi yang baik.

Adapun tujuan pendidikan akhlak secara spesifik telah dirumuskan


oleh para ahli Pendidikan Agama Islam diantaranya sebagi berikut:

a. Menurut Moh Atiyah Al-Abrasyi mengatakan bahwa “tujuan


pendidikan akhlak adalah membentuk manusia bermoral baik, sopan
dalam perkataan dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku,
berperangai, bersifat sederhana, sopan, ikhlas, jujur dan suci.10
b. Menurut Al-Ghazali tujuan pendidikan akhlak adalah membuat amal
yang dikerjakan menjadi nikmat, sesorang yang dermawan akan
merasakan lezat dan lega ketika memberikan hartanya dan ini
berbeda dengan orang yang memberikan hartanya karena terpaksa.
Seseorang yang merendahkan hati, ia merasakan lezatnya tawadhu.11

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan


akhlak dalah agar manusia mempunyai budi pekerti yang luhur dan mulia,
taat kepada Allah, penciptaannya dan berbuat baik kepada sesama manusia
dan makhluk lainnya sesuai dengan ajaran Allah dan Rasullnya.

9
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia 2006), cet. V h.

90

10
Moh. Atiyah Al-Abrasy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:

Bulan Bintang, 1984), Cet IV, h. 104

11
Bambang Trim, Menginstal Akhlak Anak..., h 7
4. Pengertian Kepribadian
Muslim

Secara etimologi “kepribadian” berasal dari bahasa latin, yaitu kata


persona yang berarti topeng. pada awalnya kata topeng ini digunakan oleh
para pemain sandiwara. Kemudian lambat laun kata ini menjadi suatu
istilah yang mengacu pada gambaran sosial yang dimiliki seseorang.12

Kata pribadi diartikan sebagai keadaan manusia orang perorang, atau


keseluruhan sifat-sifat merupakan watak perorang. Kepribadian adalah
sifat hakiki yang bercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang
membedakan dirinya dari orang lain/bangsa lain. Dalam pengertian umum,
kepribadian dipahami sebagai tampilan sikap pribadi atau ciri khas yang
dimiliki seseorang atau bangsa.13

Sedangkan pengertian kepribdian menurut menurut istilah terdapat


beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli psikologi antara lain:

a. Menurut May, kepribadian sesuatu yang menjadikan seseorang berlaku


efektif atau sesuatu yang dapat member pengaruh perbuatan-perbuatan
selainnya. Dalam bahasa psikologi dikatakan perbuatan-perbuatan
selainnya. Dalam bahasa psikologi dikatakan sebagai stimulus social
yang utama yang terdapat pada diri seseorang.
b. Dashiel mendefinisikan sebagaimana yang dikutip oleh crow and crow
bahwa kepribadian adalah keseluruhan gambaran tingkah laku yang
teroganisir, terutama sebagaimana yang dapat dihayati oleh orang-orang
sekitarnya, dalam bentuk cara hidup yang hidup.
c. Allpor mengatakan bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam
diri individu yang terdiri atas berbagai sistem psikopisik yang bekerja
sebagai penentu tunggal dalam penyesuaian diri pada lingkungan.14

12
Rafy Sapuri, Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009). h. 149

13
Jalaludin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1996),
cet. 2, h. 89

14
Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta; Kalam Mulia, 2002) hal 106
Dari pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
kepribadian semua itu terjadi berbeda-beda, dari satu saat ke saat yang
lain, dari satu situasi ke situasi yang lain. Kepribadian merupakan suatu
organisasi yang hanya dimiliki oleh manusia yang menjadi penentu
pemikiran dan tingkah lakunya. Dan penampilan kepribadian seperti ini
pasti ada maksudnya kepribadian sejati bersifat tetap, menunjukkan ciri-
ciri yang lebih permanen, tetapi karena kepribadian juga bersifat dinamis
perbedaan-perbedaan atau perubahan pasti disesuaikan dengan situasi,
namun perubahannya tidak mendasar.

Selanjutnya kepribadian Muslim menurut Ahmad D Marimba ialah


kepribadian yang seluruh aspeknya yaitu tingkah laku luarnya, kegiatan-
kegiatan jiwanya, filsafat hidup dan kepercayaan menunjukkan
pengapdian kepada Tuhanya dan penyerahan diri kepadanya.15

Jadi yang dimaksud kepribadian Muslim adalah identitas yang


dimiliki seseorang dari keseluruhan tingkah laku lahiriyah seperti
berbicara, berjalan, makan dan minum, maupun dalam sikap batinya
pengasih, penyayang, dan pemaaf.

Secara individu kepribadian muslim mencerminkan ciri khas yang


berbeda. Ciri khas tersebut di peroleh berdasarkan potensi bawaan.
Dengan demikian secara potensial (pembawaan) akan dijumpai adanya
perbedaan kepriadian antara seorang muslim dengan muslim lainnya.16

Dalam pembentukan kepribadian muslim yang individu


pembentukannya diarahkan kepada peningkatan dan pengembangan faktor
dasar bawaan dan faktor lingkungan, berpedoman kepada nilai-nilai
keIslaman.

Pembentukkan kepribadian muslim secara individu pada dasarnya


didasarkan kepada pembentukan pandangan hidup yang mantap yang

15
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung : Al-Maarif, 1989), h. 64

16
Jalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam Konsep Dan Perkembangan
Pemikirannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h. 94
didasarkan pada nilai-nilai keIslaman. Dengan demikian setiap pribadi
muslim akan memiliki pandangan hidup yang sama walaupun masing-
masing mempunyai faktor bawaan yang berbeda-beda.17

Pendidikan akhlak dalam pembentukan kepribadian muslim berfungsi


sebagai nilai-nilai keislaman. dengan adanya cermin dari nilai-nilai
dimaksud dalam sikap dan prilaku seseorang, maka tampilah
kepribadiannya sebagai seorang muslim. Pemberian nilai-nilai keislamn
dalam upaya membentuk kepribadian muslim pada dasarnya merupakan
untuk memberi tuntunan dalam mengarahkan perubahan sikap ke sikap-
sikap yang dikehendaki oleh islam.

5. Unsur-Unsur Kepribadian
Menurut Ahmad Marimba, dalam buku pengantar filsafat Pendidikan
Agama Islam, unsur-unsur kepribadian yaitu sebagai berikut:
a. Aspek kejasmanian, yang meliputi tingkah laku luar yang mudah
nampak dan kelihatan dari luar, misalnya: cara-cara berbuat dan cara-
cara berbicara.
b. Aspek kejiawaan, yang meliputi aspek yang tidak segera dapat dilihat
dan ketahuan dari luar, misalnya: cara bepikir, sikap dan minat.
c. Aspek keruhanian yang luhur meliputi aspek kejiwaan yang lebih
abstrak, yaitu filsafat hidup dan kepercayaan, ini meliputi sistem nilai-
nilai yang telah meresap didalam kepriadian itu, yang telah menjadi
bagian dan mendarah daging dalam kepribadian itu yang mengarahkan
dan memberi corak seluruh kehidupan individu. Bagi orang-orang yang
beragama aspek-aspek yang menuntutnya ke arah kebahagiaan bukan
saja di dunia tetapi juga di akhirat. Ini memungkinkan seseorang
berhubungan dengan hal-hal ghaib, aspek-aspek inilah memberi kualitas
kepribadian seluruhnya.18

17
Jalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Agama Islam Konsep Dan
Perkembangan Pemikirannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h. 100

18
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Islam..., h. 67
Dari keseluruhan inilah kepribadian dinilai, misalnya kepribadian si A
menyenangkan, kepribadian si B buruk atau kurang meyenangkan. tentu
saja meurut ukuran seorang penilai berdasarkan nilai tertinggi yang
diyakininya dari keseluruhan nilai-nilai yang muncul nama-nama
kepribadian nasional, kepribadian kristen, kepribadian muslim dan
seterusnya. Dari sisni kita dapat member batasan tentang kepriabadian
Muslim, yaitu kepribadian yang menunjukkan tingkah laku luar, kegiatan-
kegiatan jiwa dan filsafat hidup serta kepercayaan seseorang Islam.

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan


Kepribadian
Kepribadian itu berkembang dan mengalami perubahan tetapi dalam
perkembangna itu makin terbentuklah pola-polanya yang tetap dan khas,
sehingga merupakan ciri-ciri yang unik bagi setiap individu.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan
kepribadian itu dapat dibagi sebagai berikut:
a. Faktor biologis yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani,
atau sering pula disebut faktor fisiologis
b. Faktor sosial yaitu masyarakat yakni manusia-manusia lain disekitar
individu yang mempengaruhi individu yang bersangkutan.
c. Faktor kebudayaan19

Namun dalam hal ini juga terdapat beberapa perbedaan pandapat


menganai faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan keparibadian.
Diantaranya terdapat tiga aliran membahas secata detai mengenai hal
tersebut, yaitu aliran empirisme, nativisme, dan konvergensi masing-
masing. Aliran tersebut memliki asumsi psiklogi tersendiri dalam memuat
hakikat manusia.

19
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Rosda Karya, 2006), Cet.

1, h. 160-161
a. Aliran empirisme, meniti beratkan pandangannya pada peranan
lingkungan sebagai penyebab timbulnya suatu tingkah laku.
asumsi psikologi yang mendasari aliran ini adalah bahwa
manusia lahir alam keadaan netral, tidak memiliki pembawaa
apaun. ia bagaikan kertas putih (tabularasa) yang dapat ditulisi
apa saja yang dikehendaki.
b. Aliran nativisme, menitikberatkan pandangannya pada peranan
sifat baaan, keturunan dan kebaikan sebagai penentu tingkah
laku seseorang. asumsi yang mendasari aliran ini adalah bahwa
pada diri anak dan orang tua terdapat persamaan baik pisik
amupun psiskis.

c. Aliran konvergensi, aliran yang menggabungkan antara dua


aliran di atas yaitu interaksi antara faktor hereditas dan faktor
lingkungan dalam proses pemunculan tingkah laku. Menurut
aliran ini hereditas tidak akan berkembang secara wajar apabila
tidak diberi rangsangan dari faktor lingkungan sebaliknya
rangsangan tidak akan membina kepribadian yang ideal tanpa
didasari oleh faktor hereditas.20

20
Nety Hartanti, dkk, Islam Dan Psikologi, (Ciputat Tanggerang: UIN
Jakarta Pres,2003), h. 178-182
BAB III

KESIMPULAN

          Pendidikan Akhlak adalah bimbingan, asuhan dan pertolongan dari orang


dewasa untuk membawa anak didik ke tingkat kedewasaan yang mampu
membiasakan diri dengan sifat-sifat yang terpuji dan menghindari sifat-sifat yang
tercela. Dasar pendidikan akhlak dalam agama Islam bersumber pada Al-Qur’an
dan As-Sunnah. Al-Qur’an sendiri sebagai dasar utama dalam Agama Islam telah
memberikan petunjuk pada jalan kebenaran, mengarahkan kepada pencapaian
kebahagiaan di dunia dan akhirat.

            Dalam pendidikan akhlak mulia terdapat ruang lingkup akhlak kepada


Allah, manusia dan lingkungan. Penerapan metode pendidikan akhlak mulia
dalam pendidikan Islam adalah dengan keteladanan, nasihat, dan pembiasaan.
DAFTAR PUSTAKA

Al. Abrasy, Mohd. Athiyah. 1993. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta:


Bulan Bintang.
Jalaludin Dan Usman Said. 1994. Filsafat Pendidikan Islamn: Konsep Dan
Perkembangan Pemikirannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Al-Abrasy, Moh. Atiyah. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan


Bintang, 1984

Ali, Mohammad Daud. Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Aminuddin, dkk. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2002

Ardani, Moh. Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Mitra Cahaya,2001 Arifin, H. M.


Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987

Arif, Armai. Pengantar Ilmu Pendidikan Dan Pendidikan Agama Islam, Jakarta:
Ciputat Press, 2002

Ariskunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2002 Ashraf, Ali.
Horizon Baru Pendidikan Islam, Pustaka Firdaus, 1996

As, Asmaran. Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994

Depag RI. Al-Qur;an dan Terjemahnya, Jakarta: Penyelenggara dan Terjemah Al-
Qur’an, 1985

Daradjat, Zakiyah. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992

Daradjat, Zakiyah. Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta:


Ruhama, 1995

Daryanto, M. Administrasi Pendidikan, Jakarta: Rineka cipta, 2001

Hadzar, Ibnu. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan,


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999

Anda mungkin juga menyukai