Anda di halaman 1dari 17

Laporan Kerja Praktek

BAB III
SPESIFIKASI MATERIAL DAN ALAT

III.1. TINJAUAN UMUM

Penyediaan bahan dan alat kerja bangunan pada suatu proyek memerlukan
manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan bahan
bangunan dan alat kerja disesuaikan dengan tahapan pekerjaan yang sedang
berlangsung. Penempatan material yang baik dan tertata rapi akan mendukung
efektifitas kerja dan keselamatan kerja.

Penyedia (supplier) bahan bangunan sebaiknya mudah ditempuh dari lokasi proyek
sehingga akan menghemat waktu dan biaya pengangkutan. Selain itu ketersediaan
bahan bangunan (stocking material) harus selalu dikontrol untuk menghindari
keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat terlambatnya pengadaan bahan bangunan.
Penempatan material harus disesuaikan dengan sifat bahan sehingga resiko kerusakan
bahan bangunan sebelum digunakan dapat dikurangi, terutama pada bahan bangunan
yang peka terhadap kondisi lingkungan seperti semen dan baja tulangan.

Alat kerja berperan penting dalam menunjang keberhasilan suatu proyek. Alat kerja
membantu melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang sulit untuk dikerjakan dengan
tenaga manusia. Penggunaan alat kerja dapat mempercepat waktu pelaksanaan,
mempermudah pekerjaan, dan meningkatkan efektifitas suatu pekerjaan. Oleh karena
itu, perawatan dan pemeliharaan alat kerja harus diperhatikan agar kerusakan alat kerja
dapat dihindari.

III.2. MATERIAL

1. Beton
Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan
oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari bahan agregat campuran (halus dan kasar)
dan ditambah dengan pasta semen. Singkatnya dapat dikatakan bahwa semen
adalah pasta pengikat pasir dan bahan-bahan agregat lain (batu kerikil dan
sebagainya). Dalam perencanaan beton diperlukan suatu komposisi campuran
yang baik atau tept yang diharapkan mendapat suatu hasil yang memuaskan sesuai
kekuatan yang telah direncanakan dan dengan pengeluaran yang seefisien
mungkin. Komposisi campuran beton direncanakan agar memenuhi kekuatan

28
Laporan Kerja Praktek

yang optimal diperlukan perhitungan yang tepat. Hal ini menuntut suatu
kecakapan seorang seorang dalam prakteknya diperlukan pengawasan yang ketat.
Dalam hal ini sebagaimana konstruksi teknik mendifinisikan bahwa beton
adalah sebagai batu-batuan yang dicetak dalam suatu wadah atau cetakan dalam
keadaan cair kental, yang kemudian mampu mengeras secara baik. Setelah terjadi
pengerasan, beton yang hanya mampu terhadap gaya tekan dan lemah terhadap
gaya tarik. Dikarenakan beton hanya kuat terhadap gaya tekan dan lemah terhadap
gaya tarik yang bias menyebabkan keretakan-keretakan, maka dieperlukan
pemasangan tulangan baja pada daerah yang menerima gaya tarik dan di daerah
dimana diperkirakan bahwa beton akan mengalami keretakan. Alasan
menggunakan tulangan baja dikarenakan baja kuat terhadap gaya tarik sesuai
dengan spesifikasinya.
Secara umum beton dapat diartikan sebagai pencampuran bahan-bahan agregat
halus dan kasar yaitu pasir, batu, batu pecah, atau bahan semacamnya dengan
penambahan bahan semen secukupnya sebagai perekat dan air sebagai bahan
pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan berlangsung dan
jika ditambah dengan tulangan besi pada beton tersebut, maka dikenal dengan
nama beton bertulang. Penemuan adanya hubungan kerja antara baja dan beton
merupakan dukungan yang penting dalam penggunaan penulangan beton.
Kepesatan perkembangan metode perhitungan beton bertulang, mengakibatkan
bangunan sturktur beton lebih banyak dilaksanakan.
Beton yang baik adalah beton yang dapat menahan beban yang diberikan
kepadanya baik itu beton bertulang atau beton tumbuk, dikatakan beton yang baik
jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- Kedap air artinya bahwa tersebut tidak bias dimasuki oleh air.
- Awet (durable) artinya beton tersebut harus tahan terhadap pengaruh
lingkungan.
- Tidak banyak mengalami penyusutan artinya beton tersebut pada kondisi awak
meskipun mengalami perubahan sedikit sekali.
- Tidak retak-retak artinya beton tersebut selalu dalam kondisi yang baik
- Tidak timbul karang-karang beton (boney combing) artinya beton tersebut
harus memiliki permukaan yang halus
- Tidak menjadi lapuk (eflorescence), artinya beton tersebut selalu memiliki
struktur tetap

28
Laporan Kerja Praktek

- Tidak pecah-pecah (spalling) artinya bahwa beton tersebut mempunyai ikatan


yang kuat antara komponen-komponen penyusunnya
- Permukaan tahan terhadap pengausan ( abration) artinya beton tersebut tahan
terhadap gesekan apapun.
 Kelebihan dan Kekurangan Beton
Adapun keuntungan dan kerugian dari beton adalah :
o Kelebihan:
a. Mempunyai daya dukung yang besar, melebihi bahan-bahan kayu, batu
bata dan sebagainya. Karena kuat tekan sangat tinggi dari betonya dan
kuat tarik yang sangat besar dari bajanya
b. Mempunyai daya tahan terhadap temperatur yang tinggi dan dapat tahan
lama asalkan dipelihara dengan baik
c. Cukup tahan terhadap kejutan serta getaran, misalnya akibat gempa
bumi, mesin yang bergetar dan lain-lain
d. Beton dapat dicor dalam bentuk yang diisyaratkan sehingga
penggunaannya praktis.
o Kekurangan:
a. Biayanya mahal dan pembongkarannya sulit sehingga tidak sesuai
dengan bangunan yang sifatnya sementara
b. Berat sendiri yang relatif besar
c. Sisa pembongkaran konstruksi beton tidak dapat digunakan lagi (sulit
untuk dibongkar pasang)
d. Sifat keteguhan beton dicapai pada saat pelaksanaanya, sehingga untuk
mengetahui kekuatan beton harus mengadakan pengujian beton dan
slump test
e. Relatif sulit dalam pelaksanaannya, dimana membutuhkan keahlian dan
pengawasan khusus di dalam pengerjaanya.
 Kelas dan Mutu Beton
Kelas dan mutu beton sangat beraneka ragam, disesuaikan dengan keperluan
untuk konstruksi yang dibangun. Hal ini sangat dipengaruhi oleh nilai
keenceran dari adukan, diameter maksimum yang terkandung di dalamnya,
maupun perbandingan dari masing-masing agregat pendukung serta umur dari
beton itu sendiri. Adapun pada proyek pembangunan gedung kelas baru
Gedung Ruko ini dipergunakan beton konvensional yang dikerjakan langsung

28
Laporan Kerja Praktek

di lokasi proyek oleh para pekerja dengan karakteristik beton K-225 untuk
struktur.
Material Pembentuk Beton
a. Semen
Semen adalah bahan pengikat hidrolis yang terbuat dari penggilingan halus
(klingker) dan gips, bila dicampur air didiamkan akan mengikat, mengeras,
membatu dan direndam air tidak larut. Semen dipergunakan sebagai
pengikat antara agregat-agregat menjadi satu kesatuan. Untuk mendapatkan
mutu semen yang optimal sebelum digunakan, maka semen harus
memenuhi persyaratan yang ditetapkan didalam NI-8 (Normalisasi Semen
Portland Indonesia). Salah satu sifat semen yang dapat dilihat dan layak
dipakai adalah warna semen abu kehijauan. Adapun hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penyimpanan persediaan semen diantaranya:
1. Sebelum diangkut ke lapangan untuk digunakan, semen harus dijaga
agar tidak lembap
2. Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan dan zak
(kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat
3. Tinggi tumpukan maksimum tidak lebih dari 2 meter atau maksimal 10
zak. Hal ini untuk menghindari rusaknya semen yang berada pada
tumpukan yang paling bawah akibat beban yang berat dalam waktu yang
cukup lama sebelum digunakan sebagai bahan bangunan
4. Karena penimbunan semen dalam waktu yang lama juga akan
mempengaruhi mutu semen, maka diperlukan adanya pengaturan
penggunaan semen secara teliti. Sehingga dalam hal ini semen lama
harus dipergunakan terlebih dahlu
5. Zak-zak semen disimpan di dalam gudang yang cukup ventilasinya.

Adapun jenis semen yang digunakan dalam proyek ini ialah Semen Portland
Komposit Merah Putih yang digunakan sebagai campuran pengecoran
kolom, pelat lantai.

28
Laporan Kerja Praktek

Gambar: Semen

b. Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar atau beton yang saling diikat oleh perekat semen.
Pengaruh kekuatan agregat terhadap beton begitu besar, karena umumnya
kekuatan agregat lebih besar dari kekuatan pasta semennya. Agregat kira-
kira menempati sebanyak 70% volume mortar atau beton, agregat sangat
berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar atau beton, sehingga pemilihan
agregat merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan mortar atau
beton. Pemilihan agregat tergantung dari :
1. Syarat-syarat yang ditentukan oleh suatu jenis beton
2. Perbandingan yang telah ditentukan antara biaya dan mutu
3. Dari pemakaian agregat spesifik, sifat-sifat beton dapat dipengaruhi.
Agregat umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok, diantaranya:
 Agregat halus, yakni pasir (butiran antara 0,15 sampai 5 mm).
Pada umumnya dalam pengerjaan suatu pekerjaan ada dua jenis pasir
yang digunakan yaitu pasir pasang dan pasir beton. Pasir pasang
berwarna agak kecoklat-coklatan dipergunakan untuk membuat adukan
yang berfungsi sebagai bahan perekat, misalnya untuk spesi, pasangan
bata merah, plesteran tembok dan memasang lantai keramik. Sedangkan
pasir beton warnanya agak keabu-abuan dicampur dengan batu kali,
kerikil dan semen untuk membuat campuran beton sebagai pengisi beton

28
Laporan Kerja Praktek

kolom, balok, pelat lantai dan pondasi. Syarat-syarat agregat halus


sebagai material penyususn beton menurut Peraturan Beton Bertulang
Indonesia (1971) sebagai berikut:
1. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras, serta
bersifat kekal (tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca)
2. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% berat
kering
3. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu
banyak, yang dapat mengurangi kekuatan beton sampai 95%
4. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam
besarnya dengan syarat-syarat:
- sisa di atas ayakan 4 mm harus minimum 2% berat
- sisa di atas ayakan 1 mm harus minimum 10% berat
- sisa di atas ayakan 0,25 mmm harus berkisar antara 80% dan 95%
berat
5. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk beton.

Gambar: Pasir

 Agregat kasar, dapat berupa kerikil (untuk butiran antara 5 sampai 40


mm) dan batu pecah (untuk butiran lebih besar dari 40 mm).
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh agregat kasar atau kerikil sebagai
material penyusun beton menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia
(1971) sebagai berikut:
1. Agregat kasar harus terdiri dari butr-butir yang keras dan tidak
berpori, serta bersifat kekal (tidak pecah atau hancur oleh pengaruh
cuaca)
2. Agregat kasar tidak boleh mengandung butir-butir yang pipih lebih
dari 20% dari berat seluruhnya

28
Laporan Kerja Praktek

3. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% berat


kering
4. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak
beton, seperti zat-zat reaktif alkali
5. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam
besarnya, dengan syarat:
- sisa di atas ayakan 31,5 mm harus 0% berat
- sisa di atas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90% dan 98% berat,
dan
- selisish antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan
maksimum 60% dan minimum 10% berat
6. Besar butir agregat terbesar tidak boleh lebih dari:
- seperlima dari jarak terkecil antara bidang-bidang samping cetakan
- sepertiga dari tebal pelat
- tigaperempat dari jarak bersih antar tulangan baja atau antara
tulangan baja dengan cetakan (bekisting).

Gambar: Batu dan Kerikil

c. Air
Air diperlukan untuk pembuatan adukan dan perawatan beton. Air yang
akan digunakan harus memenuhi syarat-syarat tertentu, diantaranya:
1. Air yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, alkali, garam, zat
organic atau bahan lain yang dapat merusak beton atau tulangan dalam
hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum
2. Apabila terjadi keraguan-keraguan mengenai air, dianjurkan untuk
mengirimkan contoh air itu ke lembaga pemeriksaan bahan yang diakui,

28
Laporan Kerja Praktek

untuk diselidiki seberapa jauh air itu mengandung zat-zat yang dapat
merusak beton dan tulangan
3. Apabila pemeriksaan contoh air seperti tertera pada poin (2) ini tidak
dapat dilakukan, maka pemeriksaan juga dapat dilakukakan percobaan
perbandingan antara kekuatan tekan mortar dan air dengan memakai air
tanpa suling. Air tersebut dapat dipakai apabila kekuatan tekan mortar
dan air dengan memakai air tanpa suling pada umur 7 dan 28 hari paling
sedikit adalah 90% dari kekuatan tekan mortar dengan memakai air yang
telah disuling pada umur yang sama
4. Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton, dapat ditentukan
menurut ukuran isi dan ukuran berat dan harus dilakukan dengan tepat.
Selain hal tersebut diatas, air yang digunakan untuk perawatan selanjutnya
harus mempunyai syarat-syarat lebih tinggi dengan tingkat keasaman (PH)
air tidak boleh lebih dari 6, juga tidak diperbolehkan apabila zat kapur yang
terkandung didalamnya terlalu sedikit. Air tawar yang memenuhi syarat air
minum, tanpa diragukan lagi boleh digunakan untuk pembuatan adukan dan
perawatan beton.

Gambar: Air

2. Baja Tulangan dan Sengkang


Baja tulangan adalah baja yang berbentuk batang yang digunakan untuk
penulangan beton. Tulangan merupakan suatu fungsi yang sangat penting untuk
struktur beton karena daya dukung struktur beton bertulang didapatkan dari hasil
kerja sama antara beton dan tulangan. Dalam konstruksi bangunan dikenal dengan
baja ulir dan baja polos, dimana baja berpenampang ulir mempunyai kekuatan
lebih jika dibandingkan dengan baja polos. Pada pelaksanaan pekerjaan
pembesian atau pemasangan tulangan ulir yang terbuat dari bahan baja haruslah
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Baja tulangan tidak boleh mengandung serpih-serpih, lipatan–lipatan, retak-
retak dan gelombang
28
Laporan Kerja Praktek

2. Permukaan hanya diperbolehkan untuk berkarat ringan


3. Batang-batang baja tulangan harus lurus.
Adapun pada proyek ini dipergunakan baja tulangan ulir dengan ketentuan untuk
baja tulangan ulir pokok pondasi, kolom dan balok menggunakan mutu baja
tulangan ulir Φ22 Φ19 Φ16, Φ12 mm BJTD40 (fy = 400 Mpa). Sedangkan untuk
tulangan sengkang menggunakan mutu baja tulangan ulir Φ8 mm BJTP24 (fy =
240 Mpa).

Gambar: Baja Ulir


3. Kawat Bendrat
Kawat bendrat berfungsi sebagai pengikat antar baja tulangan agar dapat
membentuk struktur seperti yang dikehendaki. Kawat bendrat yang digunakan
berdiameter 1 mm dan dalam pemakaiannya digunakan tiga lapis kawat agar lebih
kuat dalam mengikat baja tulangan. Agar baja tulangan saling terikat dengan kuat
maka kawat yang digunakan harus mempunyai kualitas yang baik dan tidak
mudah putus.

Gambar: Kawat Bendrat

28
Laporan Kerja Praktek

4. Wiremesh
Wiremesh adalah besi dengan bentuk seperti kawat dan dianyam menjadi
lembaran. Wiremesh dipilih sebagai pengganti besi beton rakitan pada tulangan
pelat lantai. Ukuran diameter besi wiremesh yang paling kecil adalah 4 mm dan
yang terbesar 10 mm. Biasanya penyebutan diameter besi wiremesh M4, M5, dan
seterusnya.
Wiremesh dipilih sebagai tulangan pelat lantai atas pertimbangan berikut:
1. Pelaksanaan pekerjaan pembesian tulangan beton dapat dilakukan dengan
lebih mudah dan cepat karena tidak harus merangkai lagi, hanya tinggal
digelar saja
2. Meningkatkan mutu dan ketepatan jarak antar tulangan beton
3. Memudahkan dalam pengawasan pekerjaan pembesian di lapangan
4. Lebih mudah transportasi pengiriman materialnya karena wiremesh berukuran
2,1 x 5,4 m tidak sepanjang besi beton yang panjangnya 12 m
5. Lebih ekonomis karena penggunaan wiremesh akan mengurangi berat besi
tulangan dalam beton.
Adapun wiremesh yang dipakai pada proyek ini adalah wiremesh dengan diameter
besi 6 mm (M6).

Gambar: Wiremesh
5. Kayu
Bahan kayu pada pelaksanaan proyek ini digunakan sebagai penyangga bekisting
(kolom, balok, pelat lantai dan tangga), balok grider dan balok suri (pada
pekerjaan bekisting pelat dan balok) dan berbagai penggunaan lainnya.

28
Laporan Kerja Praktek

6. Bekisting
Bekisting adalah sebuah cetakan yang bersifat sementara yang digunakan untuk
menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan yang
diinginkan. Cetakan ini akan dibuka jika telah memenuhi standar waktu yang
dibutuhkan guna pengerasan beton hingga cukup kuat untuk menahan beban
sendiri dan beban lainnya. Agar diperoleh hasil pengecoran beton bertulang yang
baik, maka diperlukan beberapa persyaratan bekisting dari sisi bahan dan cara
pengerjaannya:
a. Bahan yang digunakan harus keras dan kuat menahan beban ke samping
maupun beban dari atas
b. Bahan yang digunakan harus seefisien mungkin sesuai dengan anggaran yang
tersedia
c. Bahan yang digunakan aman bagi pekerja (tukang) dan mudah dalam
pengerjaannya
d. Bahan yang digunakan diperlukan waktu yang tidak terlalu lama sehingga
dapat menghemat biaya tenaga kerja
e. Khusus bekisting konvensional, gunakan bahan yang baru akan lebih baik
hasilnya
f. Mudah dibuka dan tidak lengket
g. Kedap air dan tidak mudah bocor
h. Bahan yang digunakan untuk pembuatan bekisting harus presisi.
Adapun bahan yang dipakai sebagai bekisting dalam proyek ini adalah
menggunakan bahan dari kayu, papan dan multiplek. Penggunaan kayu ini
biasanya terbagi dalam system penyangga / perancah, rehel, penyangga volume
balok, dan klem.

28
Laporan Kerja Praktek

Gambar: Bekisting
7. Beton Decking (tahu beton)
Untuk menjaga agar tulangan tidak sampai menonjol atau menjorok keluar
sewaktu pembongkaran bekisitng setelah pengecoran, maka diperlukan beton
decking untuk mendapatkan selimut beton yang merata, sehingga tulangan
tertutup semua, dengan demikian didapatkan struktur yang sesuai dengan rencana
dan baja tulangan terhindar dari korosi.

Gambar: Beton Decking


8. Baut dan Paku
Baut digunakan untuk merekatkan balok angkur dengan memasang mur dan
dikencangkan dengan torque wrench (kunci momen) yang dipasang pada
bekisting kolom agar tidak terjadi pembengkakkan pada saat pekerjaan
pengecoran. Sedangkan paku digunakan untuk merekatkan balok grider satu sama
lain dengan bantuan palu agar merekat dengan kokoh.

28
Laporan Kerja Praktek

Gambar: Paku

III.3. PERALATAN

1. Pemotong Tulangan (Bar Bender Cutter manual)


Baja tulangan dipesan dengan ukuran-ukuran panjang standar (12 m). untuk
keperluan tulangan-tulangan yang pendek, maka perlu dilakukan pemotongan
terhadap tulangan yang ada. Untuk itu diperlukan suatu alat pemotong tulangan,
yaitu bar cutter yang dioperasikan dengan menggunakan tenaga listrik atau pun
manual. Cara kerja alat ini, terlebih dahulu angkat mata pisau bar cutter ke atas,
kemudian letakkan baja yang akan dipotong tepat dibawah mata pisau bar cutter,
selanjutnya turunkan mata pisau secara perlahan hingga baja terpotong.

Gambar: Bar Cutter

2. Pembengkok Tulangan (Bar Bender)


Merupakan alat yang digunakan untuk membengkokan tulangan seperti
pembengkokan tulangan sengkang, pembengkokan untuk sambungan tulangan
kolom, dan pembengkokan tulangan balok dan pelat lantai. Alat yang dipakai

28
Laporan Kerja Praktek

sebagai pembengkok tulangan pada proyek ini adalah alat konvensional, yakni
linggis.

Gambar: Linggis

3. Perancah
Perancah merupakan konstruksi pembantu pada pekerjaan bangunan gedung.
Perancah dibuat apabila pekerjaan bangunan gedung sudah mencapai ketinggian 2
meter dan tidak dapat dijangkau oleh pekerja. Perancah adalah work platform
sementara.
Adapun fungsi dari perancah dalam proyek konstruksi Antara lain:
a. Sebagai penerima beban
b. Sebagai penyangga
c. Untuk mempermudah para pekerja menjangkau wilayah yang tinggi
d. Sebagai penahan balok sesaat sebelum pengecoran.

Gambar: Perancah/scaffolding
28
Laporan Kerja Praktek

4. Site Mix
Site mix adalah alat yang digunakan untuk mencampur komponen beton agar
dihasilkan adukan beton yang homogen. Cara kerja site mix yaitu diletakkan
diatas tanah, kemudian masukkan pasir, semen, agregat dan air sesuai dengan
perbandingan mutu beton yang diinginkan. Site mix memiliki kapasitas kurang
lebih 0,25 m3, dan sebagai penggerak alat ini pada umumnya menggunakan listrik
atau diesel. Penggunaan site mix pada proyek ini adalah untuk kebutuhan beton
pada pengecoran tangga.

Gambar: Site Mix

5. Gerobak Dorong
Gerobak dorong digunakan untuk mengangkut dan memindahkan material
bangunan serta sisa material (sampah) yang akan dibuang. Gerobak dorong juga
digunakan untuk mengangkut adukan beton dari site mix ke lokasi pengecoran
tangga.

Gambar: Gerobak Dorong


28
Laporan Kerja Praktek

6. Water Pump
Water pump atau pompa air digunakan untuk menarik air kemudian
menyiramkannya ke tulangan baja agar bersih dari kotoran-kotoran sebelum
dilakukan pengecoran. Pompa air juga digunakan untuk menyiram bagian beton
yang telah dibongkar dengan tujuan agar beton tersebut jenuh terhadap air.

Gambar: Water Pump

7. Peralatan Pertukangan
Untuk memudahkan pekerjaan tukang, tentunya diperlukan peralatan yang dapat
menunjang kecepatan dan efektifitas pekerjaan tukang itu sendiri. Adapan
peralatan yang dipakai para tukang dalam proyek ini diantaranya:
o Palu, untuk memukul paku sehingga dapat menancap ke bidang yang
diinginkan
o Gergaji, untuk memotong bahan kayu dan bekisting
o Kunci momen (torque wrench), digunakan untuk mengencangkan dan melepas
baut dan mur
o Tang besi, digunakan sebagai alat bantu dalam pemasangan kawat bendrat
untuk mengikat sengkang pada tulangan utama
o Meteran, sebagai alat ukur di lapangan
o Benang, sebagai alat ukur dan waterpass sederhana
o Kampak, untuk pemotongan halus pada bahan kayu
o Ember, sebagai wadah untuk menaruh peralatan tukang ketika bekerja

28
Laporan Kerja Praktek

Gambar: Palu, Kampak, Ember dan Benang

28

Anda mungkin juga menyukai