Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh:
Khairul Anam (191310004390)
Masdi (191310004362)
1
2
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, Yang telah memberikan rahmat-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang bejudul “AKHLAK KEPADA / TERHADAP
KELUARGA ” dengan baik. Makalah ini disusun untuk memnuhi tugas mata kuliah Akhlak.
Penulisan makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak H. M. Zainuri, S.Ag., M.Pd. yang telah
membimbing dan memberi arahan sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik
dan lancar. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Karena keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan wawasan, penulis menyadari bahwa
penyusunan makalaah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penulis
2
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................5
C. Tujuan Masalah..............................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
BAB III.....................................................................................................................................12
A. Kesimpulan...................................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa Nabi Muhammad adalah sosok manusia yang
sempurna. Beliau adalah orang terpilih untuk dijadikan panutan bagi umat manusia. Beliau
mempunyai sifat-sifat yang Arif dan Bijaksana. Sifat-sifat baiknya itu ditunjukkan pada
semua umat manusia, baik pada kalangan keluarga, sahabat maupun semua penduduk
disekitar. Dalam lingkungan keluarga, Nabi mendapat rahmat yang diperuntukkan bagi
keluarganya.
Hidup berkeluarga, menurut islam, harus diawali dengan pernikahan. Pernikahan itu sendiri
merupakan upacara suci yang harus di lakukan oleh kedua calon pengantin, harus ada
penyerahan dari pihak wali pengantin putri (Ijab), harus ada penerimaan dari pihak pengantin
putra (Qabul) dan harus disaksikan oleh dua orang saksi yang adil.
4
5
A. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, maka penulis memperoleh beberapa
perumusan masalah.rumusan masalah itu antara lain adalah :
B. Tujuan Masalah
Tujuan penyusun makalah ini antara lain :
1. Untuk Mengetahui Urgensi Keluarga dalam Hidup Manusia
2. Untuk Mengetahui Akhlakul Karimah dalam Rumah Tangga
3. Untuk Mengetahui Akhlak Suami atau Isteri
4. Untuk Mengetahui Akhlak Orang Tua Kepada Anak
5. Untuk Mengetahui Akhlak anak terhadap Orang Tua
6. Untuk Mengetahui Membangun Keluarga Sakinah
7. Untuk Mengetahui Larangan kekerasan dalam rumah tangga
5
6
BAB II
PEMBAHASAN
Sedangkan karimah berarti mulia, terpuji, baik. Apabila perbuatan yang keluar atau yang
dilakukan itu baik dan terpuji menurut syariat dan akal maka perbuatan itu dinamakan akhlak yang
mulia atau akhlakul karimah.
Sebelum membahas akhlak terhadap suami atau isteri, maka timbullah pertanyaan, mengapa
orang ingin hidup berumah tangga ? Karena pernikahan dalam Islam bertujuan untuk membangun
pondasi pertama dalam sebuah komunitas masyarakat, yang dibangun dalam sebuah
ikatan sangat kuat serta dibalut dengan rasa cinta, kasih sayang dan saling menghormati.
Dengan demikian timbul lagi sebuah pertanyaan, siapkah anda menikah ? Kesiapan berumah
tangga secara islami harus dibentuk melalui peristiwa pernikahan antara laki-laki dan perempuan
muslimah, yang tentunya diawali dengan persiapan-persiapan diantaranya ;
6
7
a. Memberi nafkah zahir dan batin, Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah suatu
ujian dalam menjalankan agama. (At-Taubah: 24)
b. Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami dalam mentaati Allah dan Rasul- Nya. (At-
Taghabun: 14)
c. Hendaknya senantiasa berdo’a kepada Allah meminta istri yang sholehah. (Al Furqan : 74)
d. Diantara kewajiban suami terhadap istri, ialah: Membayar mahar, Memberi
e. Nafkah (makan, pakaian, tempat tinggal), Menggaulinya dengan baik, ( AI-Ghazali)
f. Jika istri berbuat ‘Nusyuz’, maka dianjurkan melakukan tindakan berikut ini secara
berurutan: (1) Memberi nasehat, (2) Pisah kamar, (3) Memukul dengan (4). pukulan yang
tidak menyakitkan. (An-Nisa’: 34) … ‘Nusyuz’ adalah: Kedurhakaan istri kepada suami
dalam hal ketaatan kepada Allah.
g. Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling baik akhlaknya dan
paling ramah terhadap istrinya/keluarganya. (Tirmudzi)
h. Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan hartanya untuk istri dan anaknya.(Ath-
Thalaq: 7)
i. Suami wajib selalu memberikan pengertian, bimbingan agama kepada istrinya, dan
menyuruhnya untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. (AI-Ahzab: 34, At-Tahrim :
6, Muttafaqun Alaih)
j. Suami wajib mengajarkan istrinya ilmu-ilmu yang berkaitan dengan wanita (hukum-hukum
haidh, istihadhah, dll.). (AI-Ghazali)
k. Suami wajib berlaku adil dan bijaksana terhadap istri. (An-Nisa’: 3)
l. Suami tidak boleh membuka aib istri kepada siapapun. (Nasa’i)
m. Apabila istri tidak mentaati suami (durhaka kepada suami), maka suami wajib mendidiknya
dan membawanya kepada ketaatan, walaupun secara paksa. (AIGhazali)
Jadilah kau raja di rumahmu. Cintailah isterimu dengan tulus dan jadikanlah ia sebagai ratumu.
Buat ia bangga menjadi permaisuri di kerajaanmu dengan berlandaskan cinta kasih dan ketaatan
kepada Allah SWT. Berikanlah dirinya makanan yang cukup dan persembahkan untuknya beragam
jenis pakaian. Belikan untuknya minyak wangi karena wanita menyukai minyak wangi. Buatlah
dirinya bahagia selama kau hidup dan berilah nafkah yang baik dan halal untuk isteri dan anak –
anakmu. Sesungguhnya seorang istri laksana cermin bagi suaminya dan menjadi bukti akan apa yang
diusahakannya dalam mencapai kebahagiaan ataupun kesengsaraan. Engkau adalah laksana pakaian
baginya yang mampu menampakkan kecantikan diri dan pribadinya serta menutupi setiap
kekurangannya. Jangan terlalu keras dalam rumah tanggamu karena isteri diciptakan dari tulang
rusukmu, bagian dari dirimu. Tulang rusuk berada di tempat yang terlindung sehingga isterimu pun
ada untuk kau lindungi. Sebagaimana tulang rusuk yang bengkok, berwasiatlah yang baik terhadap
isterimu karena jika engkau keras dalam meluruskan maka ia akan patah dan jika engkau biarkan
maka selamanya ia akan bengkok.
7
8
a. Berbakti kepada suami baik dikala suka maupun duka, diwaktu kaya maupun miskin
b. Patuh dan taat pada suami, menghormatinya dalam batas-batas tertentu sesuai dengan
ajaran Islam
c. Selalu menyenangkan hati dan perasaan suami, serta dapat menentramkan pikirannya
d. Menghargai usaha atau jerih payah suami dan bahkan membantu suami dalam
menyelesaikan kesulitan yang dihadapinya
e. Isteri menyadari dan menerima dengan ikhlas bahwa kaum laki-laki adalah pemimpin
kaum wanita. (An-Nisa’: 34)
f. Isteri menyadari bahwa hak (kedudukan) suami setingkat lebih tinggi daripada istri. (Al-
Baqarah: 228)
g. Isteri wajib mentaati suaminya selama bukan kemaksiatan. (An-Nisa’: 39)
h. Isteri menyerahkan dirinya, mentaati suami, tidak keluar rumah, kecuali dengan ijinnya,
tinggal di tempat kediaman yang disediakan suami, menggauli suami dengan baik, dan
bersifat jujur (Al-Ghazali).
Nabi Muhammad SAW diutus ke dunia ini tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia. Akhlak sangat berkaitan dengan adab. Untuk itulah beliau mengajarkan kita adab sejak
bangun tidur hingga tidur. Semua ada tuntunannya. Termasuk adab anak kepada orang tuanya,
murid kepada gurunya, pendidik kepada peserta didik.
Para pakar pendidikan sering mengatakan bahwa ketika orang tua mengajarkan adab kepada
anaknya, walaupun sebelumnya ia juga belum melakukan adab itu, dengan belajar adab tersebut
bersama anaknya, maka hal itu bisa berubah menjadi kebiasaan dalam beradab. Hal ini akan
berujung pada terbentuknya karakter yang bagus.
Keberhasilan anak bukan karena guru, tapi dengan orang tuanya. Anak berprestasi bukan karena
gurunya, tapi karena orang tuanya sudah mencetak generasi yang seperti itu. Sebaik-baik orang tua
adalah orang tua yang mampu membuat anaknya menjadi generasi rabbani, yang memiliki akhlak
dan adab seperti Rasulullah SAW. Semoga dengan informasi tentang cara mengajarkan akhlak
yang baik kepada anak ini, kita bisa menjadikan anak menjadi generasi rabbani dan beradab.
Orang tua harus lebih memperhatikan, membimbing, dan mendidik anak dengan baik, sehingga
tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
8
9
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan
yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)-nya. Oleh sebab
itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata
yang benar”. (QS. An-Nisa’:9)
Ayat di atas mengisyaratkan kepada orang tua agar tidak meninggalkan anak dalam keadaan
lemah. Lemah dalam hal ini adalah lemah dalam segala aspek kehidupan, seperti lemah mental,
psikis, pendidikan, ekonomi terutama lemah iman (spiritual). Anak yang lemah iman akan menjadi
generasi tanpa kepribadian. Jadi, semua orang tua harus memperhatikan semua aspek
perkembangan anak, baik dari segi perhatian, kasih sayang, pendidikan mental, maupun masalah
akidah atau keimananya.
Oleh karena itu, para orang tua hendaklah bertakwa kepada Allah, berlaku lemah lembut kepada
anak, karena sangat membantu dalam menanamkan kecerdasan spiritual pada anak. Keadaan anak
ditentukan oleh cara-cara orang tua mendidik dan membesarkannya.
Ada beberapa langkah yang dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam peranannya mendidik
anak, antara lain:
9
10
ِ ي ْال َم
صي ُر َ ِص ْينَا اإْل ِ ْن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ أُ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَى َو ْه ٍن َوف
َّ َصالُهُ فِي عَا َم ْي ِن أَ ِن ا ْش ُكرْ لِي َولِ َوالِ َد ْيكَ إِل َّ َو َو
Artinya:“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah dan bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku
lah kembalimu” (QS.Al-Luqman:14)
Menurut ukuran secara umum, si orang tua tidak sampai akan menganiaya kepada anaknya.
Kalaulah itu terjadi penaniayaan orang tua kepada anaknya adalah disebakan perbuatan si anak itu
sendiri yang menyebabkan marah dan penganiayaan orang tua kepada anaknya. Didalam kasus
demikian seandainya si orang tua marah kepada anaknya dan berbuat aniaya sehingga ia tiada ridha
kepada anaknya, Allah SWT pun tidak meridhai si anak tersebut lantaran orang tua
d. Berbuat baik kepada ibu dan ayah yang sudah meninggal dunia
Bagaimana berbuat baik seorang anak kepada ibu dan ayahnya yang sudah tiada. Dalam hal ini
menurut tuntunan ajaran Islam sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW, yang diriwayatkan oleh
Abu Usaid yang artinya: ”Kami pernah berada pada suatu majelis bersama Nabi, seorang bertanya
kepada Rasulullah SAW: Wahai Rasulullah, apakah ada sisa kebajikan setelah keduanya meninggal
dunia yang aku untuk berbuat sesuatu kebaikan kepada kedua orang tuaku. “Rasulullah SAW
bersabda: ”Ya, ada empat hal :”mendoakan dan memintakan ampun untuk keduanya, menempati /
melaksanakan janji keduanya, memuliakan teman-teman kedua orang tua, dan bersilaturrahim
yang engkau tiada mendapatkan kasih sayang kecuali karena kedua orang tua”.
10
11
Hadist ini menunjukkan cara kita berbuat baik kepada ibu dan ayah kita, apabila beliau-beliau itu
sudah tiada yaitu:
a. Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan meminta ampun kepada Alloh SWT dari segala dosa
orang tua kita.
b. Menepati janji kedua ibu bapak. Kalau sewaktu hidup orang tua mempunyai janji kepada
seseorang, maka anaknya harus berusaha menunaikan menepati janji tersebut. Umpamanya
beliau akan naik haj, yang belum sampai melaksanakannya, maka kewajiban anaknya
menunaikan haji orang tua tersebut.
c. Memuliakan teman-teman kedua orang tua. Diwaktu hidupnya ibu atau ayah mempunyai teman
akrab, ibu atau ayah saling tolong-menolong dengan temannya dalam bermasyarakat. Maka
untuk berbuat kebajikan kepada kedua orang tua kita yang telah tiada, selain tersebut di atas,
kita harus memuliakan teman ayah dan ibu semasa ia masih hidup.
d. Bersilalaturrahmi kepada orang yang kita mempunyai hubungan karena kedua orang tua. Maka
terhadap orang yang dipertemukan oleh ayah atau ibu sewaktu masih hidup, maka hal itu
termasuk berbuat baik kepada ibu dan bapak kita yang sudah meninggal dunia.
Akhlak anak terhadap kedua orang tua menurut al-Ghazali masih relevan bagi pemuda Islam pada
masa sekarang, karena berdasarkan atas al-Qur’an dan Hadits. Akan tetapi anak yang diterlantarkan
orang tua sejak kecil, membuat mereka tidak dapat menghayati tanggung jawab orang tua
terhadapnya, tanggung jawab anak terhadap orang tua terhadap anak dan akan menyebabkan
mereka tidak berbuat baik kepada orang tua. Sayangilah, cintailah, hormatilah, patuhlah kepadanya
rendahkan dirimu, sopanlah kepadanya. Oleh karena itu orang tua dan anak harus sama-sama
memperhatikan tanggung jawab dan haknya masing-masing, antara hak-hak orang tua terhadap
anak dan sebaliknya, supaya akhlak atau etika anak terhadap kedua
11
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak, karena merekalah anak mula-
mula menerima pendidikan-pendidikan serta anak mampu menghayati suasana kehidupan
religius dalam kehidupan keluarga yang akan berpengaruh dalam perilakunya sehari-hari
yang merupakan hasil dari bimbingan orang tuanya, agar menjadi anak yang berakhlak mulia,
budi pekerti yang luhur yang berguna bagi dirinya demi masa depan keluarga agama, bangsa
dan negara.
B. Saran
Hendaklah orang tua selalu memberikan perhatian yang jenuh kepada anaknya dalam membina
akhlak bukan hanya menyuruh anak agar melakukan perbuatan yang baik tetapi hendaklah orang
tua selalu memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya
Serta orang tua tampil selalu tauladan baik, membiasakan berbagai bacaan dan menanamkan
kebiasaan memerintah melakukan kegiatan yang baik, menghukum anak apabila bersalah, memuji
apabila berbuat baik, menciptakan suasana yang hangat yang religius (membaca Al-Qur’an, sholat
berjamaah, memasang kaligrafi, Do’a-Do’a dan ayat-ayat Al-Qur’an).
12
13
DAFTAR PUSTAKA
13