Anda di halaman 1dari 14

1.

Koperatif (CL, Cooperative Learning)

Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang
penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab
bersama, pemberian tugas, dan rasa senasib.

Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih
dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas,
tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi
karena koperatif adalah miniatur dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari
kekurangan dan kelebihan masing-masing.

2. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)


Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau
tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata
kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi
yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi
konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan.

Prinsip pembelajaran kontekstual adalah : siswa melakukan dan mengalami,


tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan
sosialisasi.

Model pembelajaran PAIKEM

Merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan


Menyenangkan. Pembelajaran ini dirancang agar membuat anak lebih aktif
mengembangkan kreativitas sehingga pembelajaran bisa berlangsung secara
efektif, optimal, dan pada akhirnya terasa lebih menyenangkan.

Model Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning)

Kerangka perencanaan dalam pembelajaran kuantum adalah TANDUR


(Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan). Komponen
utama pembelajaran kuantum dapat berupa:
1. Peta konsep sebagai teknik belajar efektif;
2. Teknik memori, adalah teknik memasukkan informasi ke dalam otak
sesuai dengan cara kerja otak;
3. Sistem pasak lokasi;
4. Teknik akrostik, teknik menghafal dengan cara mengambil huruf depan
dari materi yang ingin diingat kemudian menggabungkannya

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based


Learning)

Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran


yang menggunakan masalah nyata dalam kehidupan
sehari-hari (otentik) yang bersifat terbuka ( open-
ended) untuk diselesaikan oleh pendidik untuk
mengembangkan keterampilan berfikir, keterampilan
menyelesaikan masalah sosial, keterampilan sosial,
keterampilan untuk belajar mandiri, dan membangun atau
memperoleh pengetahuan baru.
Sintaks atau langkah-langkah pembelajaran berbasis
masalah adalah sebagai berikut :

Tahap Deskripsi
Tahap 1   Guru menyajikan masalah nyata
kepada peserta didik
Orientasi terhadap
masalah
Tahap 2 Guru memfasilitasi peserta didik
untuk memahami masalah nyata yang
Organisasi  telah disajikan yaitu mengidentifikasi
belajar
apa yang mereka ketahui, apa yang
mereka perlu ketahui, dan apa yang
perlu dilakukan  untuk menyelesaikan
masalah tersebut.
Tahap 3 Guru membimbing peserta didik
melakukan pengumpulan
Penyelidikan data/infromasi (pengetahuan, konsep,
individual teori) melalui berbagai macam cara
maupun kelompok untuk menemukan berbagai alternatif
penyelesaian masalah
Tahap 4 Guru membimbing peserta didik
untuk menentukan penyelesaian
Pengembangan masalah yang paling tepat dari
dan penyajian berbagai alternatif pemecahan
hasil penyelesaian masalah peserta didik temukan.
masalah Peserta didik menyusun laporan hasil
penyelesaian masalah, misal dalam
bentuk gagasan, model, bagan, atau
power point slides
Tahap 5 Guru memfasilitasi peserta didik
untuk melakukan refleksi atau
Analisis dan evaluasi terhadap proses penyelesaian
evaluasi proses masalah yang dilakukan
penyelesaian
masalah

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-based Learning)


Pembelajaran berbasis proyek adalah kegiatan pembelajaran
yang menggunakan / kegiatan sebagai proses pembelajaran
untuk mencapai komptensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada akativitas -
aktivitas peserta didik untuk menghasilkan produk dengan
menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat,
sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran
berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dimaksud dalam
bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya prakarya
dan lain sebagainya. Pendekatan ini menghendaki peserta didik
baik secara individu atau kelompok menghasilkan produk nyata.
Sintak atau langkah pembelajaran model ini adalah sebagai
berikut :

Langkah - langkah Deskripsi


Langkah 1 Guru bersama dengan peserta
Penentuan didik menentukan tema / topik
Langkah 2 Guru memfasilitasi peserta didik
Perancangan langkah untuk merancang langkah –
– langkah langkah kegiatan penyelesaian
penyelesaian beserta pengelolaannya
Langkah 3 Guru memberikan pendampingan
kepada peserta didik melakukan
Penyusunan jadwal penjadwalan semua kegiatan yang
pelaksanaan telah dirancangnya
Langkah 4 Guru memfasilitasi dan
memonitor peserta didik dalam
Penyelesaian dengan melaksanakan rancangan yang
fasilitasi dan telah dibuat
monitoring guru
Langkah 5
Guru memfasilitasi peserta didik
Penyusunan laporan untuk mempresentasikan dan
dan presentasi / mempublikasikan hasil karya
publikasi hasil
Langkah 6 Guru dan peserta didik pada akir
proses pembelajaran melakukan
Evaluasi proses dan refleksi terhadap aktivitas dan
hasil hasil tugas

Pembelajaran Inquiry/Discovery Learning
Walau dalam tataran teoritis inquiry dan discovery dua hal yang
berbeda, namun Permendikbud nomor 22 tahun 2016
mencantumkan inquiry dan discovery secara bersama. Inquiry /
Discovery Learning merupakan proses pembelajaran pada
pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara
sistematis. Pengetahuan dikontruksi  dari proses penemuan atau
dengan kata lain peserta didik memperoleh pengetahuan dan
keterampilannya melalui penemuannya sendiri. 
Tujuan pertama Inquiry/Discovery Learning adalah agar siswa
mampu merumuskan dan menjawab pertanyaan apa, siapa,
kapan, dimana, bagaimana, mengapa, dsb. Tujuan kedua adalah
untuk mendorong siswa agar semakin berani dan kreatif
berimajinasi.
Sintaks atau langkah pembelajaran dalam Inquiry / Discovery
Learning adalah sebagai berikut
Langkah -
Deskripsi
langkah
Merumuskan Merumuskan pertanyaan, masalah, atau
Pertanyaan topik yang akan diselidiki
Merencanakan prosedur atau langkah –
Merencanakan
langkah pengumpulan dan analisis data
Mengumpulkan Kegiatan mengumpulkan infromasi ,
dan menganalisis fakta, maupun data, dilanjutkan dengan
data kegiatan menganalisisnya
Menarik Menarik simpulan – simpulan (jawaban
simpulan atau penjelasan ringkas)
Menerapkan hasil dan mengeksplorasi
Aplikasi dan pertanyaan – pertanyaan atau
tindak lanjut permasalahan lanjutan untuk dicari
jawabnya

Artikel penting lainnya :

Bagaimanakah merancang PTK?


Hal pertama yang harus dilakukan dalam merancang PTK adalah menetapkan fokus
masalah penelitian. Ada empat langkah yang harus dilakukan dalam tahap ini.

1.   Merasakan Adanya Masalah


Banyak guru yang mungkin bertanya bagaimanakah memulai penelitian tindakan kelas.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, guru harus memiliki perasaan tidak puas terhadap
praktik pembelajaran yang dilakukannya. Jika guru merasa selalu puas terhadap apa yang
dilakukannya, meskipun sebenarnya masih sangat benyak kekurangan dan hambatan dalam
proses pengelolaan, sulit kiranya bagi guru untuk memiliki inisiatif memulai PTK.
Oleh karena itu, agar guru dapat mempraktikkan PTK, ia dituntut untuk berkata jujur
terutama pada dirinya sendiri untuk mengakui bahwa masih ada kekurangan dalam proses
pembelajran yang dikelolanya. Dengan kata lain, guru harus merefleksi, merenung, serta
berpikir balik mengenai apa saja yang telah dilakukannya dalam proses pembelajaran dalam
rangka mengidentifikasi sisi-sisi lemah yang mungkin ada.
Untuk membantu merasakan adanya masalah, guru dapat mengajukan pertanyaan:
Apakah kompetensi awal siswa yang mengikuti pembelajaran cukup memadai? Apakah proses
pembelajaran yang dilakukan sudah cukup efektif? Apakah hasil pembelajaran cukup
berkualitas? Jika pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab dengan jujur, akan muncul masalah
yang dapat dijadikan pijakan awal untuk melakukan PTK karena pada dasarnya tidak ada satu
pun keadaan guru, siswa, atau kelas yang sempurna.

2.   Identifikasi Masalah
Pada tahap ini, guru berusaha menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai
permasalahan awal yang dalam pembelajaran. Masalah tersebut dapat berkaitan dengan
manajemen kelas dan iklim belajar, proses pembelajaran, dan perkembangan personal. Tiap-
tiap kelompok tersebut dapat dijabarkan ke dalam tema-tema yang lebih operasional.
          Cara melakukan identifikasi masalah dapat menggunakan langkah berikut:
         Menuliskan semua hal yang dirasakan memerlukan perhatian dan kepedulian karena
akan berdampak kurang baik, terutama yang terkait dengan pembelajaran.
         Pilahkan dan klasifikasikan masalah menurut jenis/bidang permasalahnnya, jumlah siswa yang
mengalami, dan tingkat frekuensi timbulnya masalah
         Urutkan dari yang ringan, jarang terjadi, dan banyaknya siswa yang mengalami permasalahan
yang teridentifikasi
         Ambil 3-5 masalah dan konfirmasikan dengan guru mata pelajaran yang sama atau serumpun.
         Jika yang dirumuskan ternyata mendapat konfirmasi (diakui sebagai masalah yang urgen untuk
dipecahkan), masalah tersebut patut diangkat sebagai calon masalah PTK.

3.   Analisis Masalah
Analisis masalah dilakukan untuk mengetahui proses tindak lanjut perbaikan atau solusi
yang akan diambil. Analisis masalah adalah kajian terhadap permasalahan dilihat dari segi
kelayakannya. Sebagai acuan, dapat diajukan pertanyaan sebagai berikut.
         di mana konteks, situasi atau iklim masalah terjadi
         kondisi prasarat apakah yang menimbulkan terjadinya masalah
         bagaimanakah keterlibatan komponen, aktor dalam terjadinya masalah
         adakah alternatif solusi yang dapat diajukan
         apakah pemecahan masalah yang akan diambil memerlukan durasi waktu yang tidak terlalu
lama
Analisis masalah digunakan untuk merancang rencana tindakan, baik dalam bentuk
spesifikasi tindakan, keterlibatan aktor yang berkolaborasi, waktu dalam satu siklus, identifikasi
indikator keberhasilan tindakan, dan hal-hal yang terkait dengan solusi yang diajukan.
Setelah masalah dianalisis, peneliti dapat menentukan judul PTK. Judul PTK biasanya
mencerminkan adanya permasalahan, tujuan, solusi yang digunakan untuk memecahkan
permasalahan, dan setting. Membuat judul PTK untuk dilaporkan pada lembaga dan untuk
dijadikan naskah lomba memiliki perbedaan. Sebagai laporan pada lembaga cukup dibuat
dengan bahasa yang lugu, tetapi sebagai naskah lomba, judul PTK haruslah menarik, inovatif,
dan provokatif.
Contoh judul PTK untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani adalah:
Upaya Peningkatan Pembelajaran Lempar Lembing dengan Pemberian Model Bermain Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 1 Tempel (Skripsi - Danang Pujo Broto)
Dari judul di atas dapat dianalisis bahwa permasalahan yang ada adalah pembelajaran
lempar lembing yang belum maksimal. Solusi yang diambil peneliti adalah dengan pemberian
model bermain. Tujuan yang hendak dicapai adalah untuk meningkatkan (kualitas)
pembelajaran, baik dari komponen proses maupun hasil. Adapun setting yang menjadi subjek
penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tempel.
Untuk memperoleh gambaran berbagai judul PTK, berikut ini dikemukakan contoh-
contoh judul PTK yang berhasil masuk final di Lomba Kreativitas Ilmiah Guru (LKIG) LIPI:
           Upaya Meningkatkan Hasil Belajar  Matematika dengan Permainan Sulap Matematika  – Soleh
Mawardi, SMP 1 Ngajum, Malang
           Peningkatan Pemahaman Konsep Listrik Statis melalui Miako  – Gufron, SMPN 2 Tanggul,
Jember
           “Dari ‘Samdesing’ hingga Tepuk Tangan” Upaya Meningkatkan Kompetensi Mendongeng
melalui Penerapan Strategi “BABAK” – Sutrisno, SMP 1 Tepus, GK
           Mengantarkan Siswa Menggapai Bintang Panggung Sastra dengan Menerapkan Teknik
Kolase – Basuki, SMP 21 Malang
           Penerapan Metode “DIKSI”, Sebuah Upaya Meningkatkan Kulitas Pembelajaran Membacakan
Puisi – Murwati Widiani, SMA Muh. Pakem
           Penerapan Model   Pembelajaran TANDUR untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Ekonomi   Siswa Kelas XA di SMA Negeri 1 Godean –  Tri Ismiyati, M.Pd., SMA Negeri 1 Godean.

4.   Merumuskan Masalah
Selanjutnya, masalah-masalah yang telah diidentifikasi dirumuskan secara jelas, spesifik,
dan operasional. Perumusan masalah yang jelas akan memungkinkan peluang untuk pemilihan
tindakan yang tepat. Rumusan masalah biasanya berbentuk kalimat pertanyaan, walaupun
boleh juga berupa pernyataan.

Contoh perumusan masalah:


         Bagaimanakah pelaksanaan model bermain pada pembelajaran lempar lembing?
         Bagaimanakah peningkatan kualitas proses belajar siswa dalam pembelajaran lempar lembing
setelah diberikan model bermain?
         Bagaimanakah peningkatan kompetensi lempar lembing siswa setelah diberikan model
bermain?

5.   Mengkaji Teori
Kegiatan mengkaji teori sebenarnya sudah dilakukan sebelum peneliti menentukan judul
atau menemukan solusi atas permasalahan yang ditentukan. Tanpa teori, sebuah permasalahan
tidak akan dapat diselesaikan. Seorang guru dapat menciptakan metode, teknik, dan model
pembelajaran kreatif dan inovatif. Namun, hasil ciptaannya itu haruslah berpijak pada satu teori
yang sudah ada atau menggabungkan berbagai teori menjadi satu.
          Setelah peneliti membuat judul PTK, perlu dikaji berbagai teori yang berkaitan dengan
judul. Untuk judul PTK Penerapan Metode “DIKSI”, Sebuah Upaya Meningkatkan Kulitas
Pembelajaran Membacakan Puisi,  teori yang dikaji misalnya:
a.    Manfaat Pembelajaran Sastra / Puisi
b.    Baca Puisi sebagai Bagian dari Kegiatan Apresiasi Puisi
c.    Dasar Teori Metode ”DIKSI” (Diskusi, Aksi, dan Refleksi) yang meliputi:
1)    pembelajaran berbasis kontekstual  (contextual teaching and learning/CTL).
2)    cooperative learning
3)    teori humanistik
4)    quantum learning  dan teori suggestology

Hasil mengkaji teori dituangkan pada bab Landasan Penelitian, subbab Kajian Teori.
Setelah kajian teori, dikemukakan kerangka pikir. Kerangka pikir menggambarkan bagaimana
peneliti menghubungkan antara masalah yang dihadapi dengan teori yang dikaji sehingga
ditetapkan solusi yang tercermin dalam judul PTK. Selain dengan mendeskripsikan, kerangka
pikir juga bisa digambarkan dalam bentuk bagan/skema.
Langkah akhir dalam kegiatan mengkaji teori adalah menentukan hipotesis
tindakan. Hipotesis tindakan adalah dugaan terhadap perubahan yang akan terjadi setelah
suatu tindakan dilakukan. Hipotesis tindakan umumnya dirumuskan dalam bentuk keyakinan
tindakan yang akan diambil akan dapat memperbaiki sistem, proses, atau hasil. Contoh
hipotesis tindakan:
      Jika metode DIKSI diterapkan pada pembelajaran membacakan puisi, kualitas proses belajar
siswa akan meningkat.
      Jika metode DIKSI diterapkan pada pembelajaran membacakan puisi, kompetensi siswa dalam
membacakan puisi akan meningkat.

Kalimat hipotesis tersebut dapat juga dirumuskan dengan kalimat berikut:


      Dengan penerapan metode DIKSI pada pembelajaran membacakan puisi, kualitas proses
belajar siswa akan meningkat.
      Setelah diterapkan metode DIKSI pada pembelajaran membacakan puisi, kompetensi
membacakan puisi siswa meningkat.

6.   Merencanakan Tindakan
Setelah peneliti menentukan judul PTK, merumuskan masalah, mengkaji teori, dan
merumuskan hipotesis tindakan, tahap berikutnya adalah merencanakan tindakan. Kegiatan
merencanakan tindakan meliputi:
a.    Membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah-langkah kegiatan dalam
pembelajaran (sama dengan langkah-langkah pembelajaran dalam RPP).
b.    Mempersiapkan sarana pembelajaran yang mendukung terlaksananya tindakan.
c.    Mempersiapkan instrumen penelitian, seperti lembar observasi, kuisioner, angket, pertanyaan
wawancara, soal tes, dsb.
d.    Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan
Hal penting yang juga harus dilakukan dalam kegiatan merencanakan tindakan adalah
menentukan kriteria keberhasilan tindakan. Kriteria merupakan ukuran yang ditentukan peneliti
untuk menentukan apakah tindakan yang nantinya dilakukan berhasil atau tidak. Kriteria
keberhasilan tindakan biasanya dihubungkan dengan rumusan masalah yang meliputi kriteria
keberhasilan proses dan hasil pembelajaran. Ukuran keberhasilan proses misalnya: Proses
belajar dikatakan berhasil jika 95% siswa terlibat dalam proses pembelajaran, jika 50% siswa
mengajukan pertanyaan dalam kegiatan pembelajaran, dsb. Ukuran keberhasilan hasil
misalnya: Keberhasilan hasil belajar jika 100% siswa mencapai nilai minimal sama dengan KKM,
jika rata-rata nilai siswa dalam kompetensi ... meningkat 0,5 dan sebagainya.
         
D.   Bagaimanakah Menyusun Proposal PTK?
Sebelum melaksanakan PTK, guru dituntut membuat proposal PTK terlebih dahulu.
Proposal PTK dapat difungsikan sebagai media untuk mengajukan dana penelitian dari lembaga
tertentu. Terlepas dari itu, proposal PTK tetap saja menjadi hal wajib yang harus dilakukan guru
sebelum melaksanakan PTK karena proposal adalah sebuah rancangan yang akan membantu
guru dalam melaksanakan sampai dengan menyusun laporan PTK. 
Format proposal PTK ada bermacam-macam. Jika proposal dibuat berdasarkan tawaran
dari lembaga tertentu, guru wajib mengikuti format dan sistematika dari lembaga yang
bersangkutan. Salah satu format PTK yang dapat digunakan sebagai acuan bagi guru adalah
format PTK dari Depdiknas sebagai berikut:
Halaman Depan
a. Judul Penelitian
b. Bidang Kajian
c. Pendahuluan
d. Perumusan Masalah
e. Tujuan Penelitian
f. Manfaat Penelitian
g. Tinjauan Pustaka
h. Metode Penelitian
i. Personalia Penelitian
j. Jadwal Penelitian
Lampiran-lampiran

Halaman depan
Halaman depan berisi judul Proposal PTK, nama peneliti, identitas peneliti (NIP, Unit Kerja),
Lokasi Penelitian, dan tahun dibuatnya proposal.

Judul Penelitian
Penjelasan dan contoh judul penelitian sudah dikemukakan pada bagian terdahulu. Prinsipnya,
judul haruslah mudah dipahami pembaca.

Bidang Kajian
Tuliskan bidang kajian yang diteliti. Misalnya: Desain dan Strategi Pembelajaran (jika peneliti
menerapkan desain atau strategi pembelajaran dalam pemecahan masalah) atau Media
Pembelajaran (jika peneliti menerapkan media pembelajaran dalam pemecahan masalah), dan
sebagainya.

Pendahuluan
Bagian pendahuluan berisi hal-hal yang melatarbelakangi penelitian tindakan kelas yang
dilakukan. Bagian ini memaparkan kondisi ideal atau harapan yang dipertentangkan dengan
kondisi nyata yang terjadi di kelas. Setelah itu jelaskan permasalahan yang terjadi dan
dilanjutkan dengan solusi yang diambil atau pilihan tindakan yang ditetapkan.

Perumusan Masalah
Kemukakan rumusan masalah PTK dalam kalimat naratif. Biasanya berupa kalimat pertanyaan,
tetapi bias juga berupa kalimat pernyataan. Rumusan masalah merupakan kalimat yang
nantinya akan dijawab dalam penelitian.

Tujuan Penelitian
Kemukakan tujuan penelitian yang ingin dicapai dengan mendasarkan pada permasalahan yang
dikemukakan. Tujuan diuraikan dengan jelas sehingga tampak gambaran keberhasilannya.

Manfaat Penelitian
Uraikan manfaat praktis hasil penelitian terkait dengan kualitas pendidikan dan/atau
pembelajaran bagi siswa, guru, maupun komponen pendidikan lainnya. Bila perlu, kemukakan
juga manfaat teoretis sebagai bahan penelitian yang perlu diteliti lebih lanjut oleh peneliti lain.

Kajian Pustaka
Uraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari
penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan teori, temuan dan bahan penelitian lain yang
dipahami sebagai acuan, yang dijadikan landasan untuk menunjukkan ketepatan tentang
tindakan yang akan dilakukan dalam mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini
digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam
penelitian. Pada bagian akhir dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan tingkat
keberhasilan tindakan yang diharapkan/diantisipasi.

Metode Penelitian
Uraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan: (1) setting atau
lokasi penelitian (kemukakan identitas sekolah yang menjadi tempat penelitian); (2) subjek
penelitian (siswa kelas berapa beserta informasi penting mengenai kondisi siswa); (3) alat-alat
dan teknik pengumpulan data; (4) prosedur penelitian (mengacu pada konsep PTK, yakni
melalui kegiatan: perencanaan-tindakan-observasi/evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang
atau siklus); dan (5) kriteria keberhasilan tindakan, yakni ukuran atau indikator yang ditetapkan
untuk menentukan keberhasilan tindakan yang dilakukan.
Personalia Penelitian
Tulislah personalia yang terlibat dalam PTK. Tuliskan identitas dan perannya dalam PTK, yakni
sebagai peneliti atau kolaborator. Kemukakan juga kelebihan yang terkait dengan penelitian
yang akan dilakukan bila perlu.

Jadwal Penelitian
Buatlah jadwal kegiatan penelitian yang meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan, dan
penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk bar chart. Contohnya, jadwal kegiatan
penelitian disusun selama 10 bulan.

Lampiran-lampiran
1.    Daftar Pustaka yang dituliskan secara konsisten
2.    Riwayat Hidup Peneliti dan Anggota Peneliti (kolaborar)
3.    Pengalaman penelitian relevan yang telah dihasilkan sampai saat ini

E.    Penutup
          Memulai kegiatan PTK harus dengan merancang yang meliputi kegiatan menemukan
masalah, identifikasi dan analisis masalah, menentukan judul, merumuskan masalah, mengkaji
teori, dan merencanakan tindakan. Dari kegiatan tersebut, guru menuangkan ke dalam bentuk
proposal atau draf proposal PTK sesuai dengan sistematika yang ditentukan.
          Draf proposal PTK akan menjadi proposal PTK yang lebih mantap dengan cara
diseminarkan di forum yang relevan (KKG, MGMP, dsb.). Jika seorang guru telah
memiliki proposal PTK, langkah selanjutnya tinggal melaksanankan tindakan, mengobservasi,
mengevaluasi, dan menyimpulkan. Dengan merancang PTK dalam wujud membuat proposal
PTK dapat dikatakan guru sudah menyelesaikan kegiatan penelitian tindakan kelas sebanyak
50%. Selamat  memulai PTK.

Empat jenis penelitian tindakan kelas, yaitu:


1) Penelitian Tindakan Kelas Diagnostik. PTK diagnostik ialah penelitian yang dirancang
dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosa
dan mendalami situasi yang terdapat di dalam latar penelitian. Sebagai contohnya ialah
apabila peneliti berupaya menangani perselisihan, pertengkaran, konflik yang dilakukan
antar siswa yang terdapat di suatu sekolah atau kelas.

2) Penelitian Tindakan Kelas Partisipan. PTK partisipan ialah apabila orang yang akan
melaksanakan penelitian terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai
dengan hasil penelitian berupa penyusunan laporan. Dengan demikian, sejak perencanan
panelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat, dan
mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil
panelitiannya. PTK partisipasi dapat juga dilakukan di sekolah seperti halnya contoh pada
butir di atas. Hanya saja, di sini peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan
terus-menerus sejak awal sampai berakhir penelitian. Jenis ini yang biasanya dilakukan
guru saat ini.

3) Penelitian Tindakan Kelas Empiris. Penelitian dilakukan dengan cara merencanakan,


mencatat pelaksanaan dan mengevaluasi pelaksanaan dari luar arena kelas, jadi dalam
penelitian jenis ini peneliti harus berkolaborasi dengan guru yang melaksanakan tindakan
di kelas.

4) Penelitian Tindakan Kelas Eksperimental (Chein, 1990). PTK eksperimental


diselenggarakan dengan peneliti (guru) berupaya menerapkan berbagai macam
pendekatan, model, metode atau strategi pembelajaran secara efektif dan efisien di dalam
suatu kegiatan belajar-mengajar. Di dalam kaitannya dengan kegiatan belajar-mengajar,
dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau teknik yang ditetapkan untuk
mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti
dapat menentukan cara mana yang paling efektif dalam rangka untuk mencapai tujuan
pengajaran.

Langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas merupakan satu


daur atau siklus yang umumnya dilaksanakan minimal 2 siklus. Masing-
masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu:
1. Merencanakan perbaikan
2. Melaksanakan tindakan penelitian
3. Mengamati atau observasi
4. Melakukan refleksi

Keempat langkah ini terus berjalan sampai ditemukan solusi atas permasalahan
yang dihadapi. Keempat langkah dimaksud adalah :

1. Menyusun rancangan tindakan (perencanaan)


Pada tahap ini, peneliti menjelaskan apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa
dan bagaimana penelitian tindakan kelas dilakukan. Peneliti menentukan titik-titik
atau fokus peristiwa yang perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati,
kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti
merekam fakta-fakta yang terjadi selama pengamatan berlangsung. Strategi
pembelajaran harus disesuaikan dengan selera guru (peneliti) agar pelaksanaan
penelitian tindakan kelas dapat terjadi dengan wajar tanpa merubah
pembelajaran sebelumnya.

2. Pelaksanaan
Rancangan pelaksanaan penelitian tindakan kelas diimplementasikan atau
diterapkan dan yang perlu diperhatikan adalah harus ada komitmen guru untuk
tetap mengikuti rancangan yang telah direncanakan sebelumnya tanpa merubah
kewajaran berprilaku, serta hindari situasi kekakuan, artinya biarkan mengalir
seperti biasa supaya informasi yang diperoleh akurat.

3. Pengamatan
Pada saat pengamatan sebaiknya dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
pembelajaran, akan sangat sulit apabila peneliti (guru) juga bertindak sebagai
pengamat. Dua cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi kelemahan ini,
pertama dengan menjamin obyektifitas reflesi atau evaluasi atas pembelajaran
dan yang kedua dengan memanfaatkan media informasi seperti kamera CCTV.
Pada umumnya peneliti (guru) memanfaatkan teman sejawat untuk membantu
mengamati kejadian-kejadian selama pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi atau pantulan


Kegiatan ini merupakan kegiatan menelusuri kembali perjalanan pelaksanaan
pembelajaran dengan jalan mengingat-ngingat kejadian-kejadian yang terjadi
selama pembelajaran. Kegiatan refleksi biasanya dilaksanakan setelah proses
pembelajaran selesai dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai