Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Photon Vol. 1 No.

1, Oktober 2010

EMISI UDARA INDUSTRI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DI


KABUPATEN ROKAN HILIR
Yeeri Badrun

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan April 2009 di 3 (tiga) lokasi pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS), yang berada di
Kecamatan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau. Analisis terhadap gas buang berupa NOx, SOx, H2s,
partikel (partikulat), opassitas dan Pb yang dilakukan pada lokasi boiler dengan cara menghisap gas yang keluar dan
selanjutnya dilakukan analisis di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PKS PT Dharma Wungu Guna
telah mencemari lingkungan sekitarnya dengan kandungan gas hidrogen sulfida 45,4 mg/Nm3 dan telah melewati
bakumutu dibandingkan 2 PKS lainnya. Untuk partikulat dan tingkat opasitas yang dihasilkan dari ketiga PKS masih
memenuhi baku mutu yang ditetapkan sedangkan partikel Sulfure Diokside (SO2) dan Lead (Pb) tidak terdeteksi
sehingga diperkirakan tidak akan mencemari lingkungan sekitarnya.

Kata Kunci: Emisi, Sawit, Udara

1. PENDAHULUAN numerik yang ditetapkan berdasarkan pada


Pemanfaatkan sumberdaya alam untuk suatu kondisi tertentu dengan
pembangunan merupakan salah satu cara mempertimbangkan berbagai faktor yang
untuk memperkuat perekonomian. mempengaruhi lingkungan udara. Kualitas
Konsekuensi yang terjadi dengan adanya udara mengalami perubahan pada suatu
pemanfaatan sumberdaya alam ini adalah periode tertentu sesuai dengan interaksi
adanya perubahan pada lingkungan hidup. komponen lingkungan. Dengan adanya
Aktivitas industri pengolahan kelapa sawit kegiatan baru dalam lingkungan timbul
(PKS) merupakan salah satu cara interaksi baru antara satu kegiatan atau lebih
pemanfaatan sumber daya alam dalam dengan satu atau lebih komponen
industri kelapa perkebunan sawit. Kegiatan lingkungan. Interaksi tersebut menyebabkan
ini akan memberikan perubahan-perubahan saling pengaruh mempengaruhi dan pada
terhadap lingkungan. Perubahan yang terjadi gilirannya akan menimbulkan dampak
berupa perubahan bentuk ataupun perubahan positif maupun negatif.
fungsi secara cepat maupun secara perlahan- Pengkajian kualitas udara perlu
lahan. Perubahan-perubahan ini ada yang dilakukan karena adanya potensi akumulasi
berdampak positif dan ada juga yang bahan pencemar dalam udara yang
berdampak negatif terhadap lingkungan. dipengaruhi oleh aktifitas yang menyangkut
Salah satu dampak lingkungan dari terjadinya perubahan lingkungan seperti
kegiatan pengoperasian pabrik Pengolahan perindustrian. Dari hasil kajian tersebut,
Kelapa Sawit (PKS) adalah penurunan kemudian dapat dikaji dan disimpulkan
kualitas udara. Adanya buangan gas dari bagaimana performa perusahaan dalam
aktifias PKS akan mengakibatkan perubahan melaksanakan pengelolaan dan pemantauan
dari kualitas udara di lingkungan sekitarnya. lingkungan hidup di sekitar areal usaha.
Tingkat pencemaran udara dapat diukur Tujuan dari penelitian ini adalah
dari perubahan kualitas udara tersebut serta Mengetahui kondisi kualitas udara emisi dan
dapat ditetapkan pada suatu periode dan ambien di lingkungan pabrik pengolahan
tempat tertentu. Kualitas adalah suatu kelapa sawit (PKS) di Kabupaten Rokan

FMIPA-UMRI 23
Vol. 1 No.1, Oktober 2010 Jurnal Photon

Hilir. Mengevaluasi tingkat pencemaran 2. METODOLOGI PENELITIAN


udara emisi dan ambien sebagai akibat dari Kajian dan pengujian pencemaran udara
aktivitas pabrik pengolahan kelapa sawit telah dilaksanakan pada bulan April 2009 di
(PKS) di Kabupaten Rokan Hilir. 3 (tiga) lokasi pabrik pengolahan kelapa
Hasil penelitian ini diharapkan sawit (PKS), yaitu di PKS Balai Jaya PT.
memberikan gambaran kondisi kualitas Sinar Perdana Caraka (SPC), PKS Sie.
udara yang ada di lingkungan perkebunan Meranti (PT Perkebunan Nusantara III), dan
dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) PKS PT. Dharma Wungu Guna yang berada
di Kabupaten Rokan Hilir. di Kecamatan Sinembah Kabupaten Rokan
Hilir Provinsi Riau (Gambar 1).

Gambar 1. Lokasi Penelitian

PROSEDUR PENELITIAN Titik Gas buang pengambilan sampel


Analisis terhadap gas buang berupa dihisap dengan menggunakan kompresor
Pengambilan sampel udara emisi terdiri dari: yang terlebih dahulu melewati alat
NOx, SOx, H2s, partikel (partikulat), penyaring yang disebut dengan impaktor
opassitas dan Pb yang dilakukan pada lokasi bertingkat. Besar nilai kisaran partikel yang
boiler. Pengambilan sampel dilakukan didapat akan terbagi dengan sendirinya pada
dengan menghisap gas yang keluar dan setiap ukuran diameter saringan. Selanjutnya
ditampung dalam peralatan khusus sampel siap dianalisis di laboratorium
berbentuk tabung kaca yang kedap udara. Pengukuran logam berat terhadap gas buang
Selanjutnya dilakukan analisis dengan alat yang timbul dilakukan dengan cara
gas khromatografi dan spektrofotometri. menganalisis sampel yang didapat dari

24 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 1 No.1, Oktober 2010

impaktor bertingkat. Sampel terlebih dahulu Konsentrasi NO2 di udara ditentukan


diradiasi dengan menggunakan suatu sumber terlebih dahulu dengan rumus:
neutron. Inti atom unsur-unsur yang berada
dalam sampel tersebut akan menangkap
neutron dan berubah menjadi radioaktif. Keterangan,
Setelah paparan radiasi neutron dianggap A = nilai absorbansi dari contoh
cukup, sampel dikeluarkan dari sumber (yang telah dikoreksi)
neutron. Sampel tersebut sekarang Y = volume larutan penyerap NO2
mengandung unsur-unsur yang yang digunakan (25 ml)
memancarkan sinar-sinar radioaktif. Sinar  S = kemiringan kurva kalibrasi
atau sinar gamma yang dipancarkan oleh (absorbansi per μg/ml)
berbagai unsur dalam contoh dapat V = volume udara contoh yang
dianalisis secara spektrometri-. Analisis telah dikoreksi (m3)
kualitatif setiap unsur dilakukan berdasarkan S  0.62/ μg/ml
pada pengukuran energi sinar-, sedangkan
analisis kuantitatif dilakukan dengan c. Timah hitam (Pb) dengan metode AAS
mengukur intensitasnya. pengukuran energi (Atomic Absorbtion Spectrometer)
sinar-, sedangkan analisis kuantitatif Analisis konsentrasi partikel Pb di udara
dilakukan dengan mengukur intensitasnya. dilakukan dengan metode Gravimetrik
dan interaksi pengabuan dengan cara
membuat ekstrak dari 0,5 gram hasil
gilingan dalam labu Kjeldahl dan
menambaHCannya ke dalam larutan
Keterangan,
pengekstrak yang terdiri atas 5 ml HNO3
A = absorbansi contoh
(70%) dan 5 ml HClO4 (70%).
Ao = absorbansi blanko
Campuran didestruksi dengan
Bs = faktor kalibrasi SO2 (μg/unit
pemanasan 100 ̊ C sehingga uap coklat
absorbansi)
dari nitrat hilang, kemudian dipanaskan
Vr = volume udara terkoreksi
pada suhu 200 ̊ C hingga larutan jernih.
(t=25oC, P=70 mm Hg) dalam
Larutan jernih ditambah air suling
liter
hingga 10 ml. Kemudian pengukuran
D = faktor pengencer.
kandungan Pb dalam partikel debu
dibaca dengan menggunakan AAS pada
b. Nitrogen dioksida (NO2) menggunakan
panjang gelombang 283,3 nm.
metode Greiss-Saltzman
Kandungan Pb (ppm) dihitung dengan
Prinsip pengukuran, NO2 di udara
rumus:
ambien diserap dalam larutan penyerap
yang mengandung asam sulfanilat dan
N-(1-Naphtyl)-Ethylene Diamin
Dihidrochloride membentuk senyawa
Keterangan:
berwarna muda. Intensitas warna yang
fa = 1/kemiringan kurva
terjadi diukur dengan alat
kalibrasi
spektrofotometer pada panjang
fb = faktor pengenceran
gelombang 550 nm.

FMIPA-UMRI 25
Vol. 1 No.1, Oktober 2010 Jurnal Photon

d. Partikel dengan menggunakan metode Vt = total volume


3
Gravimetry udarasampel (m )
Analisis sampel dilakukan sebagai 106 = konversi g ke µg
berikut:
- Kertas fiber filter dioven sebelum Data-data yang diperoleh akan dianalisi dan
digunakan disajikan dalam bentuk tabular dan grafik.
- Kertas fiber filter kosong ditimbang Masing-masing parameter kualitas udara
(dicatat nilainya) emisi dan udara ambien dibahas dan
- Kertas filter dioven kembali dibandingkan berdasarkan dengan
- Kertas fiber filter yang berisi debu Keputusan Menteri Negara Lingkungan
ditimbang Hidup No. 7 Tahun 2007 tentang Baku Mutu
Konsentrasi Total Parikel Terspensi (TSP) Udara Emisi Sumber Tidak Bergerak dan
ditetapkan dengan formula: Kepmen LH No Kep-13/MENLH/3/1995
(Wf  Wi) x10 6
TSP  3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Vt
Hasil pengujian sampel udara emisi di
Keterangan: TSR = konsentrasi TSP lokasi boiler pabrik kelapa sawit di daerah
(µg/m3) kajian pada saat pengukuran dapat dilihat
Wf = berat akhir filter (g) pada uraian di bawah ini.
Wi = berat awal filter (g)
Hasil PerMen LH N0: 07
Air emission
Unit PT Dharma Sei PT. Sinar Perdana tahun 2007
Parameter
Wungu Guna Meranti Caraka BAKU MUTU
mg/
Partikulat Nm3 177 137 184 300
Opacity % 20 15 30 30
Sulfure Diokside mg/
(SO2) Nm3 Below 1 Below 1 Below 1 600
Nitrogen Dioksida mg/
(NO2) Nm3 2,63 2,82 1,32 800
Total Reducer mg/
Sulfur (H2S) Nm3 45,4 4,21 12,6 -
mg/ ttd ttd
Lead (Pb) Nm3 ttd -
ttd: Tidak terdeteksi

26 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 1 No.1, Oktober 2010

Gambar 2. Grafik Perbandingan Hasil Pengukuran Kualitas Udara Emisi yang


dihasilkan dari 3 (tiga) boiler pabrik Kelapa Sawit di Kabupaten Rokan Hilir

Hasil pengukuran Kualitas Udara Emisi konsentrasinya akan semakin meningkat,


yang dihasilkan dari Boiler 3 (tiga) Pabrik bahkan dapat melebihi batas maksimal baku
Kelapa Sawit di Kabupaten Rokan Hulu mutu lingkungan yang ditetapkan
menunjukkan masih memenuhi standar pemerintah. Jika kondisi ini terjadi, maka
bakumutu berdasarkan Permen LH No 7 partikulat di udara ambien akan semakin
tahun 2007. meningkat konsentrasinya sehingga besar
Pada grafik dari gambar 1 diatas terlihat kemungkinan akan mengakibatkan
bahwa partikulat yang dihasilkan dari ke tiga terjadinya pencemaran udara oleh partikulat.
PKS yang diamati masih berada dibawah Berdasarkan tingkat opasitasnya, terlihat
nilai baku mutu yang ditetapkan. sebaran konsentrasinya hampir sama dengan
Konsentrasi yang paling rendah terdapat parameter partikulat. Konsentrasi yang
pada PKS Sie Meranti (137 mg/Nm3) paling rendah terdapat pada PKS Sie
selanjutnya di ikuti PKS PT Dharma Wungu Meranti (15 %) selanjutnya di ikuti PKS PT
Guna (177 mg/Nm3) dan yang tertinggi Dharma Wungu Guna (20 %) dan yang
terdapat pada PKS Sinar Perdana Caraka tertinggi terdapat pada PKS Sinar Perdana
(184 mg/Nm3). Partikulat dari sumber emisi Caraka (30%). Opasitas emisi dari PKS
pabrik dapat berupa debu atau partikel- Sinar Perdana Caraka telah barada pada nilai
partikel kecil padatan dan droplet cairan ambang batas berdasarkan bakumutu yang
yang terdapat dalam jumlah tinggi di udara ditetapakan pemerintah. Opasitas adalah
emisi. Sumber partikel yang utama adalah tingkat kekeruhan atau kegelapan suatu gas
pembakaran bahan bakar dari sumbernya, dan berhubungan korelatif dengan total
diikuti oleh proses-proses industri (Fardiaz, partukulat. Dengan demikian warna gas
1992). buangan dari PKS Sinar Perdana Caraka
Debu merupakan produk-produk lebih gelap dibandingkan PKS Dharma
pembakaran terutama asap dari pembakaran Wungu Guna dan Sie Meranti. Hasil
tidak sempurna. Dari hasil pengujian sampel pengukuran opasitas ini sejalan dengan hasil
didapatkan bahwa konsentrasi partikulat pengukuran partikulat.
udara emisi di lokasi boiler PKS hampir Gas hidrogen sulfida (H2S) yang di ukur
mendekati ambang batas yang ditetapkan. pada ketiga PKS yang diteliti menunjukkan
Jika kondisi tersebut dibiarkan terus tanpa bahwa PT Dharma Wungu Guna
ada pengelolaan kualitas udara emisi yang melepaskan gas hidrogen sulfida paling
baik, maka besar kemungkinannya partikulat tinggi sebesat 45,4 mg/Nm3 dibandingkan ke
dalam udara emisi di daerah kajian ini dua PKS Lainnya, dimana PT Sinar Perdana

FMIPA-UMRI 27
Vol. 1 No.1, Oktober 2010 Jurnal Photon

Caraka melepaskan gas hidrogen sulfida 4. KESIMPULAN


sebesar 12,6 mg/Nm3 sedangkan Sei Meranti Dari hasil analisis beberapa gas emisi yang
hanya sebesar 4,21 mg/Nm3. Konsentrasi diukur pada 3 (tiga) PKS di wilayah
gas hidrogen sulfida yang dilepaskan PT administrasi Kabupaten Rokan Hilir dapar
Dharma Wungu Guna telah melewati nilai disimpulkan bahwa:
ambang batas berdasarkan baku mutu yang 1. PKS PT Dharma Wungu Guna telah
ditetapkan dalam Kepmen LH No 13 tahun mencemari lingkungan sekitarnya
1995. Gas hidrogen sulfida (H2S) dengan kandungan gas hidrogen sulfidan
mempunyai bau yang tidak enak serta yang sangat tinggi (45,4 mg/Nm3)
memberikan gangguan selaput lendir pada melebihi nilai ambang batas dari baku
saluran cerna dan saluran nafas yang dapat mutu yang telah ditetapkan (35 45,4
memberikan gangguan pada hidung dan mg/Nm3 berdasarkan Kepmen LH No 13
mata. tahun 1995). Besarnya konsentrasi akan
Untuk parameter sulfur dioksida dan mencemari kualitas udara disekitarnya.
timbal (Pb) serta nitrogen dioksida (N02), 2. Untuk partikulat dan tingkat opasitas
masing-masing PKS menghasilkan dalam yang dihasilkan dari ketiga PKS
konsentrasi yang sangat kecil dan bahkan masih memenuhi baku mutu yang
tidak terdeteksi. Oleh karena itu ketiga ditetapkan sehingga diperkirakan
parameter ini tidak akan berdampak belum mencemari kualitas udara
terhadap lingkungan diskitarnya. Timbal ini disekitarnya.
sangat berbahaya terhadap kesehatan 3. Untuk partikel Sulfure Diokside
manusia, mulai dari yang kadarnya rendah (SO2) dan Lead (Pb) yang diukur
yang mengakibatkan gangguan dari ketiga PKS tidak terdeteksi
pendengaran, penurunan IQ, gangguan sehingga diperkirakan tidak akan
pertumbuhan dan fungsi penglihtan sampai mencemari lingkungan sekitarnya.
yang kadarnya tinggi yang dapat
mengakibatkan anemia, kerusakan otak 5. DAFTAR PUSTAKA
bahkan dapat mengakibatkan kematian. Asdep Urusan pengendalian Pencemaran
Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 Emisi Sumber Bergerak Deputi
berbahaya bagi manusia. Penelitian Bidang Pengendalian Pencemaran
menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih Lingkungan Kementrian Negara
beracun daripada NO. NO2 bersifat racun Lingkungan Hidup. 2008.
terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang Proceeding of Fuel Quality
lebih tinggi dari 100 ppm dapat mematikan Monitoring in 10 Big Cities in
sebagian besar binatang percobaan dan 90% Indonesia.
dari kematian tersebut disebabkan oleh Badan Lingkungan Hidup Jawa Timur.
gejala pembengkakan paru (edema 2007. Polusi Surabaya Lebih Parah
pulmonari). Kadar NO2 sebesar 800 ppm dari Jakarta . Bapedal.
akan mengakibatkan 100% kematian pada Diko, Handono. 2002. Permodelan Dinamis
binatang-binatang yang diuji dalam waktu Dan Peramalan Kebutuhan Bahan
29 menit atau kurang. Pemajanan NO2 Bakar Gas (BBG) 10 Tahun
dengan kadar 5 ppm selama 10 menit Mendatang Di Wilayah Surabaya.
terhadap manusia mengakibatkan kesulitan Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik
dalam bernafas. Industri, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. Surabaya

28 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 1 No.1, Oktober 2010

Hamdan, Dani. 2002. Model Dinamis Sains Atmosfer dan Iklim LAPAN.
Mengenai Hujan Asam di lilik@bdg.lapan.go.id
Kotamadya Bandung. Tugas Akhir Utami, E. A. (2009). Modeling Supply Chain
S1 Jurusan Teknik Lingkungan, Contracts in Pharmaceutical
Institut Teknologi Bandung. Industry Using System Dynamics
Bandung Approach. Thesis S2 Jurusan Teknik
Slamet, Lilik. 2002. Skenario Emisi CO2 di Industri, Institut Teknologi Sepuluh
Indonesia. Prosiding Seminar Nopember. Surabaya.
Nasional Pemanasan Global dan Wardhana, Wisnu Arya. 2004. Dampak
Perubahan Global . Fakta, Mitigasi, Pencemaran Lingkungan.
dan Adaptasi. Pusat Pemanfaatan Yogyakarta: Penerbit ANDI.

FMIPA-UMRI 29

Anda mungkin juga menyukai