Chapter III-VI
Chapter III-VI
METODE PENELITIAN
analisis deskriptif. Metode ini dianggap relevan dan sesuai dengan topik penelitian ini
menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie di Era
JKN.
dan makna yang bersifat deskriptif didapat melalui kata atau gambar serta bersifat
induktif.
Lokasi penelitian ini di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie,
yaitu sebuah rumah sakit kelas B. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah:
2. Sebelumnya tidak pernah dilakukan penelitian dengan topik yang sama dengan
Penelitian diawali dari proses pembuatan proposal yang dimulai sejak bulan
Januari 2015. Proses pengumpulan data dilakukan pada bulan April 2015.
sampel sumber data pertimbangan tertentu yakni sumber data dianggap paling tahu
tentang apa yang diharapkan, sehingga mempermudah peneliti menjelajahi objek atau
situasi sosial yang sedang diteliti, yang menjadi kepedulian dalam pengambilan
dari pihak-pihak yang terkait dengan kesiapan BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli di
Wakil Pelayanan Medik di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli membawahi
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Pada penelitian kualitatif, instrumen
utama penelitiannya adalah peneliti sendiri dengan menggunakan alat bantu pedoman
penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang
memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya. Oleh karena itu, tahap ini tidak boleh
salah dan harus dilakukan dengan cermat sesuai prosedur dan ciri-ciri penelitian
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil wawancara mendalam secara terstruktur dengan para informan.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari data-data dan laporan-laporan yang terkait
dengan data tenaga kesehatan, infrastruktur dan kesiapan BLUD RSU Tgk Chik
Adapun teknis atau cara dalam pengumpulan data yang digunakan dalam
bebas. Sehingga data yang diperoleh adalah data yang luas dan mendalam, tetapi
dibuat bervariasi dan disesuaikan dengan situasi yang ada, sehingga tidak kaku. Hasil
menggunakan pertanyaan yang sama tentang suatu hal. Ini dimaksudkan untuk
memperoleh kepastian jawaban dari informan. Apabila hasil jawaban pertama dan
2. Studi Dokumentasi
sekunder dari dokumen-dokumen arsip dan catatan lain yang dianggap perlu dalam
penelitian ini. Dokumen dimaksud diantaranya adalah: data rekam medik, foto-foto
dan profil rumah sakit. Data yang diambil dalam dokumen tersebut dilakukan dengan
tenaga gizi, tenaga keterapian medis, tenaga keteknisian medis baik kuantitas
maupun kualitas yang dibutuhkan untuk kesiapan BLUD RSU Tgk Chik Ditiro
kecukupan obat untuk mendukung kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD
3. Kesiapan adalah keseluruhan kondisi BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli yang
membuat rumah sakit ini siap untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang
data yang diperoleh peneliti pada masa sebelum, selama dan setelah kegiatan di
lapangan (lokasi penelitian), sesuai teori dari Cresswell (1994) dengan tahapan:
penting, mencari tema atau pola dari laporan atau data yang didapat di lapangan.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberi gambaran yang lebih
dimaksudkan untuk mencari makna dan membuat kesimpulan dari data yang telah
sering timbul dan hipotesis kerja. Pada mulanya kesimpulan tersebut tentunya
masih sangat tentatif, kabur dan diragukan. Akan tetapi, dengan bertambahnya
data dan melalui verifikasi yang terus dilakukan selama penelitian berlangsung
HASIL PENELITIAN
BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli berlokasi di Jalan Prof.A.Madjid Ibrahim
Sigli, yang merupakan Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Kabupaten Pidie.
Sebelum tahun 1980/1981 RSU Sigli berlokasi di Jalan RSU Lama Desa Benteng
Kecamatan Kota Sigli yang merupakan peninggalan kolonial Belanda ANNO 1916.
Namun pada tahun 1981/1982 RSU Sigli dibangun berdasarkan Crass Program di
atas tanah persawahan desa Lampeudeu Baroh seluas 29.649 m2 dan baru ditempati
atau difungsikan bulan Februari 1986 dengan type kelas D. Dengan terjadinya
disamping RSU Sigli dijadikan sebagai pusat rujukan kasus di Kabupaten Pidie, juga
digunakan sebagai lahan praktek bagi mahasiswa kesehatan, maka dengan Keputusan
sakit kelas C dan diresmikan oleh Menkes R.I. Dr.Adhyatma, MPH pada tanggal 11
Februari 1993.
SKPD menyebabkan perubahan organisasi dan tata kerja yang diberi nama Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie disingkat dengan RSU Kabupaten Pidie.
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU), maka setelah melalui proses,
Rumah Sakit Umum Daerah (RSU) Tgk Chiek Ditiro Sigli merupakan salah satu
rumah sakit di Kabupaten Pidie yang menerapkan status pola pengelolaan keuangan
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) penuh sesuai Surat Keputusan Bupati Pidie
Pada tahun 2014, BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli berubah status menjadi
2. Visi, Misi dan Motto BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli
Tgk Chiek Ditiro Sigli menetapkan visi yaitu “Terwujudnya Pelayanan Yang Prima,
Efektif, Profesional dengan Nurani yang Islami serta Terjangkau bagi Masyarakat
dengan standar.
kesehatan.”
3. Tugas Pokok dan Fungsi BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli
Adapun tugas pokok rumah sakit termasuk BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli
Kabupaten Pidie adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan
dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan
berlaku. Untuk mendukung pelaksanaan tugas ini, rumah sakit mempunyai fungsi:
1) Pelayanan Medis
4) Pelayanan rujukan
Adapun tujuan BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie terangkum
secara efektif dan efisien agar tercapainya derajat kesehatan yang optimal.
3) Memberikan pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan yang
kesehatan.
dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur serta
tugasnya Kepala Instalasi dibantu oleh tenaga-tenaga fungsional dan atau tenaga non
medis; baik pegawai negeri sipil maupun non pegawai negeri sipil. Pembentukan dan
daya yang tersedia di rumah sakit; meliputi sumber daya manusia, sarana prasarana
dan memperhatikan kebutuhan masyarakat. Instalasi yang ada di BLUD RSU Tgk
c) Poliklinik Bedah
e) Poliklinik Mata
f) Poliklinik THT
g) Poliklinik Saraf
i) Poliklinik Endokrin
j) Poliklinik Gigi
j) Kamar Bersalin
4) Instalasi ICU
a) Instalasi Radiologi
b) Instalasi Laboratorium
c) Instalasi Farmasi
d) Instalasi Gizi
h) UTD RS
9) Mushalla.
Berdasarkan data profil BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie,
rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas. Rumah
sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari puskesmas terutama pasien JKN
pemegang kartu BPJS. Rumah sakit ini termasuk besar dengan 239 tempat tidur, lebih
banyak dibanding setiap rumah sakit di Aceh yang tersedia rata-rata 83 tempat tidur
inap.
Adapun SDM di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli baik tenaga medis dan
Status Kepegawaian
No Jenis Tenaga Total
PNS Honor Kontrak Magang
A. Tenaga Medis 42 2 1 45
1. Dokter spesialis Bedah 3 - - - 3
Dokter spesialis Penyakit 2 2 - - 4
2.
Dalam
3. Dokter spesialis Anak 2 - - - 2
4. Dokter spesialis Obgyn 3 - - - 3
Dokter spesialis Patologi 1 - - - 1
5.
Klinik
6. Dokter spesialis Radiologi 1 - - - 1
7. Dokter spesialis Paru 1 - - - 1
8. Dokter spesialis Anastesi 3 - - - 3
9. Dokter spesialis THT-KL 2 - - - 2
10. Dokter spesialis Orthopedi 1 - - - 1
11. Dokter spesialis Saraf 2 - - - 2
12. Dokter spesialis Mata 2 - - - 2
Dokter spesialis Penyakit 1 - - - 1
13.
Kulit dan Kelamin
14. Dokter Umum 14 - 1 - 15
15. Dokter Gigi 4 - - - 4
B. Tenaga Keperawatan 212 5 - 64 281
1. NERS 7 - - - 7
2. S-Keperawatan 2 - - - 2
3. DIV Keperawatan 1 - - - 1
4. DIV Kebidanan 5 - - - 5
5. DIII Keperawatan 108 4 - 58 170
6. DIII Kebidanan 19 - - 4 23
7. DIII Kesehatan Gigi 3 - - - 3
8. Bidan 27 - - - 27
9. SPK 35 1 - 1 37
10. SPRG 5 - - - 5
C. Tenaga Kes.Masyarakat 26 - - 4 30
1. MARS 3 - - - 3
2. M.Kes 2 - - - 2
3. S-1 Kesmas 4 - - 1 5
4. DIII Kesling 17 - - 3 20
Sumber: Bagian Kepegawaian BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, 2015
Status Kepegawaian
No Jenis Tenaga Total
PNS Honor Kontrak Magang
D. Tenaga Kefarmasian 15 - - 9 24
1. S-1 Farmasi/Apoteker 2 - - 3 5
2. DIII Farmasi 6 - - 5 11
3. SAA 3 - - - 3
4. SMF 4 - - 1 5
E. Tenaga Gizi 5 - - 2 7
1. DIII Gizi 5 - - 2 7
F. Tenaga Keterapian Fisik 11 - - - 11
1. DIII Fisioterapi 11 - - - 11
Tenaga Keteknisian 32 - - 13 45
G.
Medik
1. DIV Atem 1 - - - 1
2. DIII Analis 8 - - 5 13
3. DIII Atro 5 - - 3 8
4. DIII Apikes 10 - - 4 14
5. DIII Atem 3 - - - 3
6. DIII Aro (Refraksi) 1 - - 1 2
SMAK (Analis 4 - - - 4
7.
Kesehatan)
H. Tenaga Non Medis 54 3 - 20 77
1. S1 Psikologis 1 - - - 1
2. S1 Administrasi 9 - - - 9
3. S1 Hukum 2 - - - 2
4. S1 Ekonomi 1 - - - 1
5. S1 Ekonomi Akuntansi 1 - - - 1
6. S1 Komputer 2 - - - 2
7. D III Komputer 5 - - - 5
8. D III Ekonomi 1 1 - - 2
9. D III Sekretaris 1 - - - 1
10. D III Teknik 2 - - 1 3
11. SMA 19 2 - 13 34
12. SMEA 6 - - - 6
13. SMK/STM - - - 6 6
14. SMP 1 - - - 1
15. SD 3 - - - 3
Sumber: Bagian Kepegawaian BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, 2015
terdiri dari 26 dokter spesialis, 15 dokter umum dan 4 dokter gigi. Jumlah tenaga
orang. Jumlah tenaga keterapian fisik 11 orang. Jumlah tenaga keteknisian medik 45
Jumlah tenaga dokter di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sudah memenuhi
dari segi jumlah untuk rumah sakit kelas B. Namun jumlah tenaga keperawatan masih
Berdasarkan data profil BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie,
rumah sakit ini memiliki 239 tempat tidur, 219 diantaranya termasuk di kamar kelas
III. Dikaitkan dengan persyaratan rumah sakit kelas menurut Peraturan Menteri
Perizinan Rumah Sakit pasal 20 bahwa pelayanan rawat inap harus dilengkapi
dengan fasilitas jumlah tempat tidur perawatan Kelas III paling sedikit 30% (tiga
puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah, maka
Berdasarkan data profil BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie,
rumah sakit ini memiliki tingkat kesibukan yang tinggi dalam melayani pasien. Setiap
tahun 152.185 pasien menjenguk rumah sakit ini. Bila dirinci jenis kunjungan pasien
untuk rawat inap rata-rata sebanyak 16.018 orang/tahun, rawat jalan 122.810
Berdasarkan data Profil BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie
1) Bed Occupancy Ratio (BOR); yaitu angka penggunaan tempat tidur. Indikator ini
sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%. BOR BLUD RSU
2) BTO (Bed Turn Over) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu
periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.
Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus : BTO = Jumlah pasien dirawat (hidup + mati) / jumlah tempat tidur. BTO
BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli pada 239 tempat tidur 67 kali.
3) Turn Over Interval (TOI); yaitu rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati
dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi
pada kisaran 1-3 hari. TOI BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli pada kisaran 0,13.
penderita keluar. GDR BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sebesar 4‰.
5) Net Death Rate (NDR); yaitu angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap
1000 penderita keluar. NDR BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sebesar 1‰.
6) Average Length of Stay (ALOS); yaitu rata-rata lama rawat seorang pasien.
Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi rumah sakit. Nilai
ALOS yang ideal di antara 6-9 hari. ALOS BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli
selama 4 hari.
Hasil dari data sekunder yang dilakukan di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli
informasi memiliki rentang usia 39-51 tahun. Berdasarkan jenis kelamin mayoritas
jabatan mayoritas pimpinan baik pimpinan rumah sakit, pimpinan instalasi dan
dicatat dalam bentuk transkrip dan kemudian disederhanakan dengan memilih dan
memfokuskan pada hal-hal yang penting untuk mendapatkan gambaran yang lebih
kecukupan infrastruktur untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU
tenaga kesehatan untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk
Chiek Ditiro Sigli, dikelompokkan dalam beberapa kategori yaitu ketersediaan dokter
masyarakat, apoteker dan tenaga teknis kefarmasian, tenaga gizi, tenaga keterapian
spesialis untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro
Namun untuk dokter spesialis bedah saraf, spesialis jantung, subspesialis untuk setiap
jenis pelayanan medik subspesialis dan dokter gigi spesialis untuk setiap jenis
pelayanan medik spesialis gigi mulut belum ada. Kekurangan ini diatasi dengan cara
wilayah Kabupaten Pidie seperti RSUZA Banda Aceh dan Fakultas Kedokteran
“SDM kita untuk dokter spesialis sudah memenuhi standar Tipe B. Namun
untuk subspesialis dan spesialis gigi mulut kita masih ada kekurangan. Untuk
menyikapi kekurangan beberapa sub spesialis pihak manajemen RS
melakukan kerjasama dengan RSUZA Banda Aceh dan Fakultas Kedokteran
Unsyiah Banda Aceh. Dikarenakan jarak tempuh Sigli Banda Aceh hanya 100
km, dibenarkan oleh tim dari Kemenkes untuk melakukan kerjasama tersebut.
Walaupun kita juga lagi menyiapkan spesialis kita untuk mengambil sub di
setiap bidangnya.” (Sumber Informasi I)
“Memang ada beberapa kasus besar yang harus kita rujuk ke RSUZA seperti
kasus trauma kepala karena kita belum punya spesialis bedah saraf dan
keluhan jantung karena kita belum punya spesialis jantung”. (Sumber
Informasi I)
“RS kami ada Poli Penyakit Dalam, Poli Endokrin, Poli Mata, Poli THT, Poli
Saraf, Poli Bedah, Poli Bedah Ortoped, poli Urologi, Poli Jiwa, Poli Kulit
Kelamin, Poli Obgyn, Poli Anestesi, Poli Gigi. Semua poliklinik dilayani oleh
dokter spesialis.” (Sumber Informasi III)
“Iya kebutuhan dokter spesialis di semua poli sudah terpenuhi. Walaupun ada
beberapa subspesialis yang disyaratkan tipe B belum ada yang definitif. Tetapi
kita sudah adakan penjanjian kerjasama dengan RSUZA dan FK Unsyiah
untuk memenuhi kekurangan Sub spesialis kita.” (Sumber Informasi III)
spesialis sudah mencukupi, sedangkan untuk dokter spesialis bedah saraf dan
“kalau jumlahnya saya nilai sudah cukuplah… malah berlebih … tetapi untuk
dokter spesialis bedah saraf belum ada…” (Sumber Informasi VII)
“dokter spesialis sudah cukup Pak… sudah ada 3 orang hanya untuk
subspesialis belum ada…” (Sumber Informasi VIII).
Khusus untuk Poli Gigi sumber informasi memberitahukan belum ada dokter
“kalau jumlah tenaga secara keseluruhan saya kurang tahu tapi kalau di Poli
ini ya sudah cukuplah… dokter gigi ada 4 orang, perawat gigi 9 orang….
… Ohhh kalau dokter gigi spesialis dan subspesialis belum ada Pak”.
(Sumber Informasi IX)
untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli,
diperoleh informasi bahwa jumlah dokter umum ada sebanyak 15 orang. Seperti
“untuk dokter umum kita sudah cukup apalagi bila dibandingkan dengan
rumah sakit yang sekelas di wilayah ini.”
(Sumber Informasi I)
untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli
untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli,
diperoleh informasi bahwa ketersediaan dokter gigi sebanyak 4 dokter gigi. Seperti
“untuk dokter gigi sudah cukup namun untuk spesialis gigi dan subspesialis
masih belum ada. Maka pihak manajemen RS bekerjasama dengan RSUZA
Banda Aceh dan Fakultas Kedokteran Unsyiah Banda Aceh. ” (Sumber
Informasi I)
“kebutuhan dokter gigi sudah terpenuhi, hanya subspesialis yang belum ada.
Sehingga bila ada kasus pasien yang membutuhkan penanganan subspesialis
dilakukan kerjasama dengan RSUZA dan FK Unsyiah.” (Sumber Informasi
III).
Hasil wawancara di atas memberi makna bahwa dari segi jumlah ketersediaan
dokter gigi untuk pelayanan dasar sudah memadai di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro
Sigli di era JKN, namun dari jenis spesialisasi dan sub spesialis masih kurang.
keperawatan mencakup perawat dan bidan untuk kesiapan dalam menghadapi era
JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, diperoleh pernyataan bahwa ketersediaan
perawat dari segi jumlah masih belum cukup bila dibandingkan dengan rasio tempat
segi kualitas sebagian besar perawat masih perlu peningkatan melalui berbagai
“Dari segi jumlah bidan di rumah sakit ini sudah memenuhi kebutuhan.
Namun terhadap bidan-bidan muda perlu diberikan pelatihan untuk
meningkatkan keterampilan mereka dalam menangani masalah kebidanan”
(Sumber Informasi I)
Hasil wawancara di atas memberi makna bahwa dari segi jumlah ketersediaan
tenaga keperawatan untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk
Chiek Ditiro Sigli masih kurang begitu juga dari segi kualitas.
Hasil dari data sekunder diketahui bahwa jumlah apoteker sebanyak 5 orang
dan asisten apoteker sebanyak 23 orang. Hasil wawancara dengan sumber informasi
kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, bahwa
jumlah apoteker masih kurang karena belum memenuhi standar kebutuhan rumah
sakit, namun untuk tenaga asisten apoteker sudah melebihi kebutuhan. Sebagaimana
“untuk SDM Apoteker kita sudah ada 5 orang, namun jumlah ini masih
kurang. Untuk tenaga asisten apoteker malah sudah berlebih. Kondisi ini
memberi dampak pelaksanaan system depo di setiap ruangan belum
memadai.” (Sumber Informasi V)
Hasil wawancara di atas memberi makna bahwa dari segi jumlah ketersediaan
apoteker untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro
Sigli masih sangat kurang, namun untuk asisten apoteker dan tenaga kefarmasian
Hasil dari data sekunder diketahui bahwa jumlah tenaga kesehatan masyarakat
sebanyak 30 terdiri dari 26 tenaga kesehatan masyarakat berstatus PNS dan 4 status
tenaga kesehatan masyarakat untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD
RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, sudah memenuhi standar kebutuhan rumah sakit.
“Tenaga kesehatan masyarakat ada 30 orang, dan jumlah ini sudah melebihi
kebutuhan.” (Sumber Informasi IV)
Hasil wawancara di atas memberi makna bahwa dari segi jumlah ketersediaan
tenaga kesehatan masyarakat untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD
RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli sudah memadai, namun pemberdayaannya masih kurang
maksimal.
Hasil dari data sekunder diketahui bahwa jumlah tenaga gizi sebanyak 7
orang. Hasil wawancara dengan sumber informasi tentang tenaga gizi untuk kesiapan
dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, jumlah tenaga
gizi masih kurang karena belum memenuhi standar kebutuhan rumah sakit.
“Tenaga gizi di rumah sakit ini hanya sebanyak 7 orang, jumlah ini masih
kurang tapi kami sudah mengajukan pengambahan ke atasan.” (Sumber
Informasi I)
“Tenaga gizi di rumah sakit ini hanya sebanyak 7 orang, jumlah ini masih
kurang.” (Sumber Informasi III)
Hasil wawancara di atas memberi makna bahwa dari segi jumlah ketersediaan
tenaga gizi untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek
Ditiro Sigli di era JKN masih belum mencukupi bila dibandingkan dengan kebutuhan
Hasil dari data sekunder diketahui bahwa jumlah tenaga keterapian fisik
keterapian fisik untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk
Chiek Ditiro Sigli Pidie, bahwa jumlahnya sudah memenuhi kebutuhan rumah sakit.
“Tenaga keterapian fisik di rumah sakit sebanyak 11 orang, jumlah ini sudah
memenuhi kebutuhan rumah sakit.” (Sumber Informasi I)
“Tenaga keterapian fisik di rumah sakit ini ada 11 orang, sampai saat ini
jumlah ini sudah mencukupilah.” (Sumber Informasi III)
Hasil wawancara di atas memberi makna bahwa dari segi jumlah tenaga
keterapian fisik untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk
Hasil dari data sekunder diketahui bahwa jumlah tenaga keteknisian medis
sebanyak 45 orang terdiri dari 32 PNS dan 13 magang. Hasil wawancara dengan
menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, bahwa jumlahnya sudah
memenuhi kebutuhan rumah sakit. Namun secara kualitas perlu diberikan pelatihan
“Tenaga keteknisian medis di rumah sakit ini yang PNS sudah banyak
ditambah lagi yang magang, jumlah ini sudah memenuhi kebutuhan rumah
sakit.” (Sumber Informasi I)
Hasil wawancara di atas memberi makna bahwa dari segi jumlah ketersediaan
tenaga keteknisian medis untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU
Tgk Chiek Ditiro Sigli sudah sangat mendukung tugas rumah sakit.
infrastruktur untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek
Ditiro Sigli dikelompokkan atas kecukupan prasarana rumah sakit dan sarana
untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli,
diperoleh informasi bahwa fasilitas yang ada sudah memenuhi standar minimal
Prasarana gedung seperti ruang tunggu perlu perhatian karena ada keluhan
dari pasien maupun keluarga pasien bahwa ruang tunggu panas karena tidak ada AC
dan ventilasi udara sangat kurang. Begitu juga ruang kamar inap khususnya untuk
pasien JKN dan ruang rawat inap di Poli Kebidanan perlu penambahan. Sebagaimana
berupa depo obat. Depo obat yang ada hanya di ruang farmasi sehingga pengaturan
dan penyimpanan obat belum tertata rapi dan aman. Sementara depo obat di ruang
perawatan belum ada. Rencana ke depannya akan dibuat depo obat di setiap ruang
perawatan. Sumber informasi lain melaporkan kurangnya kamar rawat inap untuk
“Untuk rawat inap sedikit terkendala karena kita belum ada depo obat untuk
setiap ruangan. Jadi obat di ruangan tidak dapat kita kendalikan tanpa ada
depo. Untuk depo sendiri sudah kita rencanakan setiap ruangan. Mungkin
tahun depan kita sudah direalisasikan.” (Sumber Informasi V)
belum ada, sehingga penataan obat masih disusun menompang pada rak/lemari
lainnya yang bukan khusus untuk obat. Seperti diungkapkan berikut ini:
peralatan medis untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk
Chiek Ditiro Sigli, diperoleh informasi bahwa peralatan medis yang dirasa masih
kurang adalah CT-scan sehingga untuk kasus besar seperti trauma kepala harus
“Untuk menangani kasus besar seperti trauma kepala rumah sakit ini masih
belum didukung dengan tersedianya ct-scan. Dan masih banyak sarpras yang
harus kami sediakan. Ini juga pernah disinggung oleh tim visitasi peningkatan
tipe bahwa mainan spesialisnya masih kurang.” (Sumber Informasi I)
memadai seperti alat endoskopi sudah tersedia. Seperti diungkapkan berikut ini:
“untuk peralatan medis sudah cukup Pak, khususnya di Poli Penyakit Dalam
ini alat endoskopi sudah ada….” (Sumber Informasi VIII)
Sumber informasi lain juga memberi informasi tentang prasarana untuk Poli
Gigi sudah memadai, hanya dibutuhkan alat sarana peralatan medis berupa rongent
panoromik untuk mengetahui keadaan gigi pada saluran akar gigi. Seperti
“kalau masalah fasilitas atau sarana prasarana rumah sakit yah sudah
cukup… apalagi di Poli Gigi, sudah ada 4 dental unit…. Hanya kendala ada
pada peralatan medis berupa rongent panoromik…. Untuk mengetahui
keadaan gigi pada saluran akar……” (Sumber Informasi IX)
kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli,
sedang untuk obat yang tidak ada tercantum dalam e-catalog melalui proses lelang.
Kekurangan obat kadang terjadi dan diatasi dengan mencari di apotik di luar rumah
“untuk pengadaan obat yang ada di e-catalog kita mengadakan langsung. Tapi
untuk obat yang tidak ada di e-catalog kita melalui proses lelang.”
PEMBAHASAN
manajemen, dokter dan karyawan merupakan salah satu bentuk kesiapan rumah sakit
di era baru layanan kesehatan di Indonesia. Seluruh jajaran Rumah Sakit perlu
menyiapkan diri dalam menyongsong era JKN ini. Rumah sakit merupakan unsur
paling utama pada sistem pembagunan kesehatan yang mempunyai peran sangat
penting, sekaligus sebagai kunci dari pembangunan kesehatan itu sendiri (Ady, 2014).
Rumah sakit sebagai salah satu organisasi kesehatan harus memiliki kesiapan
di era JKN sebagaimana menurut Lehman (2005) bahwa kesiapan suatu organisasi
antara lain dapat dideteksi dari beberapa variabel seperti variabel motivasional,
ketersediaan sumber daya, nilai-nilai dan sikap positif yang dikembangkan para
penelitian ini bahasan difokuskan pada sumber daya yaitu ketersediaan tenaga
kesehatan dan kecukupan infrastruktur untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di
BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli baru beralih dari rumah sakit kelas C
menjadi kelas B. Dengan peralihan ini nyata diperlukan ketenagaan yang memenuhi
standar rumah sakit kelas B baik tenaga medis, paramedic, dan tenaga non medis.
jumlah tenaga kesehatan yang tersedia untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di
BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli yang dibagi atas: a)tenaga medis mencakup dokter
spesialis, dokter umum, dan dokter gigi; b)tenaga paramedis mencakup perawat dan
kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian medis, dan tenaga keteknisian
medis.
spesialis untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro
Permenkes RI Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
pasal 32-34 dinyatakan ketersediaan sumber daya manusia khusus dokter spesialis
Rumah Sakit Umum kelas B paling sedikit terdiri atas 3 (tiga) dokter spesialis untuk
setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar, 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap
jenis pelayanan medik spesialis penunjang, 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis
pelayanan medik spesialis lain, 1 (satu) dokter subspesialis untuk setiap jenis
pelayanan medik subspesialis, 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis
Dapat dilihat bahwa walau dari segi jumlah, ketersediaan dokter spesialis
untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli
Tahun 2014, karena belum ada dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan
medik, belum ada dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
gigi mulut, belum ada dokter spesialis bedah saraf dan belum ada dokter spesialis
jantung. Sampai akhir tahun 2014, Kekurangan ini disikapi dengan dengan cara
melakukan kerjasama dengan rumah sakit/instansi terkait lainnya yang ada di sekitar
wilayah Kabupaten Pidie seperti RSUZA Banda Aceh dan Fakultas Kedokteran
Unsyiah Banda Aceh. Baik dengan cara merujuk pasien dengan kasus besar misalnya
spesialis maupun dengan mengundang dokter bedah untuk praktek di rumah sakit ini.
untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli,
belum memenuhi standar minimal untuk rumah sakit kelas B. Ketenagaan rumah
sakit kelas B adalah cukupnya bagian spesialis dan beberapa subspesialis. Untuk itu,
tenaga medis perlu direncanakan dan diusulkan pengadaannya antara lain seperti
tenaga bedah saraf, dan beberapa dokter subspesialis. Hal ini mengingat rumah sakit
ini terletak di jalan raya utama dimana sering terjadi kecelakaan sehingga diperlukan
tenaga spesialis bedah saraf dan subspesilis. Mengenai tenaga medis lainnya perlu
kelas B.
adalah tidak ideal. Kita sama mengetahui permasalahan penempatan dokter spesialis
ini berpusat di kota besar dan informasi pengangkatan pegawai apalagi dokter
spesialis sangat minim. Menurut peneliti tenaga yang sudah ada dapat dioptimalkan
antara lain dengan imbalan terutama dari daerah tersebut agar ia tetap mau bekerja
Dalam rumah sakit kelas B, peran dokter umum bersifat lebih kearah
membantu pelayanan spesialis, sebatas kompetensi yang ada, yang diplerukan lebih
umum untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro
jumlah dokter umum yang tersedia di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sebanyak 15
orang.
dimaksud pada ayat (1) huruf a paling sedikit terdiri atas 12 (dua belas) dokter umum
untuk pelayanan medik dasar, jumlah ini sudah memenuhi bahkan sudah berlebih 3
kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli, sudah
memenuhi standar minimal untuk rumah sakit kelas B. Karena rumah sakit kelas B
merupakan rumah sakit dengan pelayanan spesialis yang luas, maka keberadaan
Sumber daya diposisikan sebagai input dalam organisasi sebagai suatu sistem
yang mempunyai implikasi yang bersifat ekonomis dan teknologis. Secara ekonomis,
sumber daya bertalian dengan biaya atau pengorbanan langsung yang dikeluarkan
Melihat peralatan yang ada, tenaga dokter gigi memadai hanya diperlukan
tambahan tenaga dokter gigi spesialis seperti bedah mulut untuk menunjang
sumber informasi, ketersediaan dokter gigi untuk kesiapan dalam menghadapi era
JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sudah memenuhi standar kebutuhan rumah
sakit. Demikian juga berdasarkan data sekunder diketahui bahwa jumlah dokter gigi
yang tersedia di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sebanyak 4 orang.
gigi untuk rumah sakit kelas B sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a paling
sedikit terdiri atas 3 (tiga) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut.
Maka jumlah dokter gigi umum untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD
RSU Tgk Chik Ditiro Sigli dari segi jumlah sudah melebihi. Namun sebagaimana
dijelaskan di atas, khusus untuk dokter gigi spesialis dan subspesialis belum ada.
untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli,
sudah memenuhi standar minimal untuk rumah sakit kelas B. Namun belum
penting dalam implementasi kebijakan yang baik. Salah satu indikator yang
kebijakan, salah satunya disebabkan oleh staf/pegawai yang tidak cukup memadai,
mencukupi, ataupun tidak kompeten dalam bidangnya. Penambahan jumlah staf dan
tetapi diperlukan sebuah kecukupan staf dengan keahlian dan kemampuan yang
membutuhkan waktu, biaya, tenaga sehingga tidak efektif dan efisien. Berdasarkan
era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli, belum mendukung pemberian
pelayanan kepada pasien sesuai kebutuhan rumah sakit bila ditinjau secara rasio
tempat tidur sebanyak 239 tempat tidur. Hal ini diperkuat dari data sekunder bahwa
jumlah perawat yang tersedia sebanyak 281 orang yang merupakan PNS. Untuk
menyikapi kondisi ini, pihak rumah sakit merekrut tenaga keperawatan honorer dan
menerima tenaga keperawatan untuk magang (outsourcing) di rumah sakit ini. Jumlah
tenaga keperawatan di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sudah mencakup bidan.
paramedic non keperawatan. Tenaga paramedis keperawatan yang ada saat ini
sebanyak 281 orang, sedangkan jumlah tempat tidur sebanyak 239. Dari standar
Depkes RI No. 262 dibutuhkan tenaga keperawatan untuk 1 tempat tidur 3 tenaga
perawat, sehingga untuk 239 tempat tidur diperlukan 717 tenaga perawat, sehingga
paramedis non keperawatan dan non medis hendaknya disesuaikan dengan standar
setiap perusahaan, baik perusahaan jasa termasuk rumah sakit maupun bukan jasa
organisasi yang efektif dan efisien. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
diharapkan pada lingkungan yang dinamis dan berubah yang kemudian menuntut
agar organisasi tersebut berubah. Hampir semua organisasi akan menyesuaikan diri
adalah kekuatan sumber daya manusia. Sumber daya manusia harus berubah dalam
untuk karyawannya.
untuk apoteker untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik
Ditiro Sigli, belum memenuhi standar kebutuhan, sedangkan untuk tenaga teknis
diketahui bahwa jumlah apoteker sebanyak 5 orang dan asisten apoteker sebanyak 23
orang.
i. 4 (empat) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling sedikit 8
j. 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 8
k. 1 (satu) orang apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh minimal 2
l. 1 (satu) orang apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2 (dua)
m. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi yang dapat
merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan
dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban
melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu
oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja
tenaga kefarmasian (apoteker) di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli dikatakan belum
cukup (5 orang). Dari pengamatan penelitian hal ini dikarenakan pembagian tugas
yang kurang jelas dan sistem pelayanan kefarmasiannya dirasakan mereka kurang.
Menurut peneliti perlu ditetapkan pembagian tugas yang jelas, siapa yang
dalam peralatan.
cukup banyak (BOR >95%). Walau dalam Permenkes No. 56 tahun2 014 diperlukan
pengangkatan kepegawaian sulit. Jadi sistem pembagian tugas dan sistem pelayanan
kefarmasian serta letak satu unit pelayanan dengan unit lainnya perlu kebijakan yang
diambil.
sedangkan jumlah asisten apoteker sudah berlebih. Maka dapat disimpulkan bahwa
salah satu instalasi dan rumah sakit pemerintah. Tenaga kesehatan masyarakat ini
juga dapat dipakai sebagai tenaga pembantu dalam kegiatan konseling dan kegiatan
sebanyak 30 terdiri dari 26 tenaga kesehatan masyarakat berstatus PNS dan 4 status
menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli, sudah memenuhi standar
Jumlah tenaga kesehatan masyarakat ini jika ditinjau dari kebutuhan BLUD
RSU Tgk Chik Ditiro Sigli terutama untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN
Nomor 56 Tahun 2014 Pasal 34 bahwa “Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain
dan tenaga nonkesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf d dan
Hasil penelitian diketahui bahwa diketahui bahwa jumlah tenaga gizi untuk
kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sebanyak
7 orang, dan jumlah ini masih kurang bila dikaitkan dengan kebutuhan rumah sakit (9
“Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain dan tenaga nonkesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf d dan e disesuaikan dengan kebutuhan
diperlukan ketenagaan keterapian fisik yang khusus seperti speech therapy dan
sebagainya. Hasil penelitian diketahui bahwa jumlah tenaga keterapian fisik sebanyak
11 orang dan seluruhnya berstatus PNS. Jumlah ini sudah memenuhi kebutuhan
rumah sakit. Apalagi pada masa-masa tertentu ada tenaga keterapian fisik yang
melakukan magang di rumah sakit ini, sehingga bisa dimanfaatkan untuk membantu
Jumlah tenaga keterapian fisik ini jika ditinjau dari kebutuhan BLUD RSU
Tgk Chik Ditiro Sigli terutama dalam mendukung kesiapan rumah sakit di era JKN
Nomor 56 Tahun 2014 Pasal 34 bahwa “Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain
dan tenaga nonkesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf d dan
orang terdiri dari 32 PNS dan 13 magang. Jumlah ini sudah sudah memenuhi
kebutuhan untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik
Jumlah tenaga keterapian fisik ini jika ditinjau dari kebutuhan BLUD RSU
Tgk Chik Ditiro Sigli terutama untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD
RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sudah sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf d dan e disesuaikan dengan kebutuhan
Dari hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum BLUD
RSU Tgk Chik Ditiro Sigli ditinjau dari faktor ketersediaan tenaga kesehatan sudah
Jika dilihat dari aspek kuantitas, jumlah SDM (semua kategori tenaga kesehatan
kecuali tenaga keperawatan) rata-rata sudah memenuhi bahkan melebihi standar kelas
B, namun dari aspek kualitas perlu peningkatan seperti tenaga keperawatan dan
tenaga keteknisian medis. Kondisi ini memberi dampak pada beberapa kasus pasien
JKN tidak bisa ditangani di rumah sakit ini, seperti trauma kepala karena tidak
tersedianya dokter spesialis bedah saraf maka terpaksa dirujuk ke rumah sakit tersier.
program pelayanan jaminan kesehatan Kota tersebut, tercermin dari aspek isi
jumlah pelaksana yang terlibat, serta sumber daya yang kurang berkomitmen.
Mengingat BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli ini kegiatannya dianggap
overload terlihat dari BORnya di atas 95%, hal ini sudah diharuskan penambahan
penambahan infrastruktur lainnya seperti ruang CT scan, serta ruang tunggu dan
sebagainya.
tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit pasal 35 bahwa khusus untuk rumah
sakit kelas B berlaku ketentuan bahwa: (1) Peralatan Rumah Sakit Umum kelas B
(2) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri dari peralatan
medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, rawat intensif, rawat
sakit.
standar minimal namun perlu peningkatan. Prasarana gedung seperti ruang tunggu
perlu perhatian karena ada keluhan dari pasien maupun keluarga pasien bahwa ruang
tunggu panas karena tidak ada AC dan ventilasi udara sangat kurang. Begitu juga
ruang kamar inap khususnya untuk pasien JKN dan ruang rawat inap di Poli
bahwa ada keluhan pasien berkaitan dengan kondisi ruang tunggu yang sangat panas
di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli karena tidak dilengkapi dengan AC. Hal ini
dibenarkan oleh Direktur BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli bahwa pasien merasa
panas di ruang tunggu karena belum dipasang AC hanya ada kipas angin.
Dalam mengatasi kekurangan ruang rawat inap untuk pasien JKN, BLUD
RSU Tgk Chik Ditiro Sigli menyikapinya dengan menawarkan pasien JKN untuk
menempati kamar kosong dan mau menambah biaya kamar. Sedangkan untuk pasien
JKN yang enggan mengeluarkan biaya tambahan untuk kamar yang lebih tinggi dari
jatahnya diberi alternatif untuk sementara ditempatkan tetap di ruang rawat inap tapi
pada lorong dengan syarat tidak mengganggu pasien lainnya. Untuk melengkapi
kebutuhan ini, pihak manajemen BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sudah menyusun
(kelas III).
Jika ditinjau dari nilai Bed Occupancy Rate (BOR) BLUD RSU Tgk Chik
Ditiro Sigli pada tahun 2014 sebesar 96,54% (standar nasional 60%-85%), maka
sudah sepantasnya diperlukan penambahan tempat tidur. Hal ini sesuai dengan aturan
pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang
tinggi (lebih dari 85%) menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi
Menurut Edwards III dalam Agustino (2006), fasilitas fisik merupakan faktor
mencukupi, kapabel dan kompeten, tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung (sarana
Dalam hal peralatan hendaknya disesuaikan dengan standar. Dalam era JKN
ini perlu diadakan penyediaan peralatan yang mudah didapat prosesnya yang
disesuaikan dengan masa JKN ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sarana
peralatan medis rumah sakit yang tersedia saat ini untuk kesiapan dalam menghadapi
era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sudah memenuhi standar minimal
untuk rumah sakit kelas B. Namun bila ditinjau dari meningkatnya jumlah pasien
pengguna kartu BPJS di era JKN ini, maka perlu peningkatan di beberapa titik.
Terutama untuk kasus-kasus besar seperti trauma kepala, rumah sakit ini belum
Pidie. Ke depannya, manajemen BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli telah
dinyatakan bahwa “Peralatan medis dan non medis harus memenuhi standar
pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai”. Pasal 26 ayat
(2) bahwa “Peralatan medis tertentu yang akan digunakan dalam pelayanan kesehatan
medik, 8 pelayanan medik spesialis lainnya dan 2 Pelayanan medik sub spesialis
dasar.
disediakan melalui APBD walau dirasa kurang cukup, bisa dikarenakan dana terbatas
atau manajemen perencanaannya yang tidak baik. Di era JKN ini, kebutuhan obat
terutama bagi peserta JKN dapat diproses dengan berpedoman pada e-catalog. Hasil
penelitian kecukupan obat untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU
Tgk Chik Ditiro Sigli masih kurang untuk jenis obat yang tidak tercantum di e-
catalog. Sehingga bila obat yang dibutuhkan pasien tidak ada, terpaksa dibeli dari
membeli menggunakan biaya sendiri dan akan diganti pada saat klaim.
Untuk itu, bila ditinjau dari meningkatnya jumlah pasien pengguna kartu
BPJS di era JKN ini, ke depannya perlu pengadaan obat sesuai kebutuhan. Untuk itu
pihak Instalasi Farmasi telah menyusun permintaan kebutuhan obat ke instansi atasan
kecukupan sarana peralatan medis, dan kecukupan obat untuk kesiapan dalam
menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sudah memenuhi standar
minimal namun perlu peningkatan dan pengadaan beberapa sarana dan prasarana.
Pengadaan sarana dan prasana yang diperlukan seperti AC/ ventilasi udara di ruang
tunggu, peralatan medis ct-scan dan rongent panoromik. Sedangkan yang perlu
ditingkatkan adalah jumlah ruang rawat inap untuk pasien JKN khususnya di Kelas
III dan di Poli Kebidanan. Masih kurangnya infrastuktur ini memberi dampak pada
adanya pasien JKN yang ditempatkan sementara di lorong ruang rawat inap
Kondisi masih kurangnya infrastruktur di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli,
dibuktikan di Harian Serambi pada tanggal 1 Desember 2014 bahwa ada 7 pasien
yang dirawat di lorong di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli. Pada saat itu, terlihat
para pasien di lorong ada yang terbaring, ada yang duduk bersandar dengan tangan
Sigli bahwa jumlah pasien JKN di rumah sakit ini meningkat hingga 270 pasien pada
tanggal 1 Desember 2014, sementara kapasitas tempat tidur hanya 239. Menyikapi
kondisi ini, selain ditempatkan di lorong, pada kamar yang biasanya berisi 5 tempat
kesiapan rumah sakit di era JKN. Menurut Desplaces (2005) definisi kesiapan diawali
dari kesiapan secara individu yaitu: kesiapan individu untuk menghadapi perubahan
akan menjadi daya pendorong yang membuat perubahan itu akan memberikan hasil
yang positif. Beberapa kajian terbaru tentang konstruk variabel kesiapan untuk
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Thalib pada tahun 2009
Buton yang ditinjau dari berbagai aspek diperoleh hasil yaitu untuk aspek
pemerintah pusat.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Dewi pada tahun 2010
Kecamatan Gianyar sebesar 93,75% yang berarti tingkat efektivitas Program JKBM
Selain itu keberhasilan Program JKBM dapat disimpulkan bahwa Program JKBM
paling besar yang dirasakan pengguna JKBM adalah mengurangi pengeluaran biaya
Dari hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum BLUD
RSU Tgk Chik Ditiro Sigli ditinjau dari kecukupan infrastruktur sudah benar-benar
siap memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Era JKN. Walau dalam
hal persediaan obat khususnya pada akhir bulan sering kurang, namun pihak
manajemen rumah sakit selalu memberikan jalan keluar. Hal ini lebih dibuktikan
dengan tingkat efektivitas BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli dinilai dari Bed
Occupancy Ratio (BOR) sudah melebihi target nasional (BOR ideal: 60-85%) yaitu
sebesar 96,54%.
6.1 Kesimpulan
diambil kesimpulan:
RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sebagian sudah memenuhi kebutuhan sesuai kelas B
sakit.
2. Kecukupan infrastruktur untuk kesiapan menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk
Chik Ditiro Sigli sebagian sudah memenuhi kebutuhan sesuai kelas B dan
a. Ruang tunggu di poli rawat jalan masih perlu pengadaan AC, gedung rawat
inap untuk Poli Kebidanan masih perlu penambahan dan depo obat masih
terisi di Instalasi Farmasi saja namun belum ada di tiap ruang perawatan.
c. Kecukupan obat masih terbatas pada daftar obat yang ada di e-catalog.
6.2 Saran
berikut:
Dengan baru beralihnya status kelas BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli jadi kelas
B dan melihat lokasi rumah sakit di jalan lintas Sumatera dan kasus-kasus pasien
b. Mengingat rumah sakit ini berada di jalan lintas perlu diusulkan penambahan
g. Rumah sakit membuat rencana kerja dan rencana kebutuhan dana untuk
tenaga yang dibutuhkan sesuai struktur BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli
kelas B.