Anda di halaman 1dari 54

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan metode

analisis deskriptif. Metode ini dianggap relevan dan sesuai dengan topik penelitian ini

yang bertujuan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya dan secara detail

tentang ketersediaan tenaga kesehatan dan kecukupan infrastruktur dalam

menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie di Era

JKN.

Sesuai dengan yang diungkapkan Creswell (1994) “Qualitative research

focuses on the process that is occurring as well as the product or outcome.

Researchers are particulars interested in understanding how things occurs.”

Didefinisikan bahwa pendekatan kualitatif lebih menekankan perhatian pada proses

dan makna yang bersifat deskriptif didapat melalui kata atau gambar serta bersifat

induktif.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie,

yaitu sebuah rumah sakit kelas B. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah:

Universitas Sumatera Utara


1. Rumah sakit ini merupakan salah rumah sakit pemerintah yang melaksanakan

program JKN untuk masyarakat di wilayah kerjanya.

2. Sebelumnya tidak pernah dilakukan penelitian dengan topik yang sama dengan

topik penelitian ini.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian diawali dari proses pembuatan proposal yang dimulai sejak bulan

Januari 2015. Proses pengumpulan data dilakukan pada bulan April 2015.

3.3 Sumber Informasi

Dalam penelitian ini penentuan sumber informasi baik sumber informasi

kunci maupun sumber informasi tambahan dilakukan dengan teknik purposive

sampling. Menurut Sugiyono (2009) purposive sampling adalah teknik pengambilan

sampel sumber data pertimbangan tertentu yakni sumber data dianggap paling tahu

tentang apa yang diharapkan, sehingga mempermudah peneliti menjelajahi objek atau

situasi sosial yang sedang diteliti, yang menjadi kepedulian dalam pengambilan

sampel penelitian kualitatif adalah tuntasnya pemerolehan informasi dengan

keragaman variasi yang ada, bukan pada banyak sumber data.

Sumber informasi dalam penelitian ditetapkan sebanyak 9 orang yang diambil

dari pihak-pihak yang terkait dengan kesiapan BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli di

era JKN yaitu:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.1 Kriteria Sumber Informasi

Kriteria Tempat Tugas Jumlah


1. Direktur BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli 1
2. Wadir Umum BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli 1
3. Wadir Yanmed BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli 1
4. Kabid Keperawatan BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli 1
5. Instalasi Farmasi BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli 1
6. Kepala Poli Kebidanan BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli 1
7. Kepala Poli Bedah BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli 1
8. Kepala Poli Penyakit BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli 1
Dalam
9. Kepala Poli Gigi BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli 1
Jumlah 9

Wakil Pelayanan Medik di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli membawahi

Kepala Sub Bidang Rawat Inap dan Rawat Jalan.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati. Pada penelitian kualitatif, instrumen

utama penelitiannya adalah peneliti sendiri dengan menggunakan alat bantu pedoman

wawancara. Menurut Sugiyono (2009) dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri

menjadi instrumen penelitian dan berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih

sumber informasi, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menganalisis

data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Universitas Sumatera Utara


3.5 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam

penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang

memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya. Oleh karena itu, tahap ini tidak boleh

salah dan harus dilakukan dengan cermat sesuai prosedur dan ciri-ciri penelitian

kualitatif. Sebab, kesalahan atau ketidaksempurnaan dalam metode pengumpulan data

akan berakibat kurang akuratnya hasil penelitiannya atau bias.

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh dari hasil wawancara mendalam secara terstruktur dengan para informan.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari data-data dan laporan-laporan yang terkait

dengan data tenaga kesehatan, infrastruktur dan kesiapan BLUD RSU Tgk Chik

Ditiro Sigli dalam melayani pasien di era JKN.

Adapun teknis atau cara dalam pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu:

1. Wawancara mendalam (depth interview)

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data untuk

mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada informan. Wawancara

mendalam dilakukan secara bebas terkontrol artinya wawancara dilakukan secara

bebas. Sehingga data yang diperoleh adalah data yang luas dan mendalam, tetapi

masih memperhatikan unsur terpimpin yang memungkinkan masih terpenuhinya

prinsip-prinsip komparabilitas dan reliabilitas secara langsung dapat diarahkan dan

memihak pada persoalan-persoalan yang diteliti. Walaupun draft wawancara

Universitas Sumatera Utara


digunakan dalam wawancara ini, akan tetapi dalam pelaksanaannya wawancara

dibuat bervariasi dan disesuaikan dengan situasi yang ada, sehingga tidak kaku. Hasil

wawancara direkam dan dicatat untuk menghindari terjadinya kesesatan “recording”.

Disamping itu peneliti juga menggunakan teknik recall (ulangan) yaitu

menggunakan pertanyaan yang sama tentang suatu hal. Ini dimaksudkan untuk

memperoleh kepastian jawaban dari informan. Apabila hasil jawaban pertama dan

selanjutnya sama, maka data dapat disebut sudah final.

2. Studi Dokumentasi

Dalam penelitian ini teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data

sekunder dari dokumen-dokumen arsip dan catatan lain yang dianggap perlu dalam

penelitian ini. Dokumen dimaksud diantaranya adalah: data rekam medik, foto-foto

dan profil rumah sakit. Data yang diambil dalam dokumen tersebut dilakukan dengan

cara dikutip secara langsung dan tidak langsung.

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini disusun berdasarkan permasalahan

dan kerangka pikir yang dibuat yaitu:

1. Ketersediaan tenaga kesehatan adalah keberadaan tenaga kesehatan mencakup

dokter, perawat, apoteker dan tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat,

tenaga gizi, tenaga keterapian medis, tenaga keteknisian medis baik kuantitas

maupun kualitas yang dibutuhkan untuk kesiapan BLUD RSU Tgk Chik Ditiro

Sigli Kabupaten Pidie di era JKN.

Universitas Sumatera Utara


2. Kecukupan infrastruktur adalah kecukupan prasarana rumah sakit seperti

gedung/bangunan, kecukupan sarana kesehatan seperti peralatan medis, dan

kecukupan obat untuk mendukung kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD

RSU Tgk Chik Ditiro Sigli.

3. Kesiapan adalah keseluruhan kondisi BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli yang

membuat rumah sakit ini siap untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat di bidang pelayanan kesehatan di era JKN.

4. JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah jaminan perlindungan kesehatan agar

peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam

memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang

telah membayar iuran/iurannya dibayar oleh pemerintah.

3.7 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan tehnik menghubungkan

data yang diperoleh peneliti pada masa sebelum, selama dan setelah kegiatan di

lapangan (lokasi penelitian), sesuai teori dari Cresswell (1994) dengan tahapan:

1. Reduksi data; yaitu mengumpulkan data yang didapat dan menyederhanakan

informasi tersebut, memilih hal-hal pokok dan memfokuskannya pada hal-hal

penting, mencari tema atau pola dari laporan atau data yang didapat di lapangan.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberi gambaran yang lebih

tajam tentang hasil pengamatan, di samping mempermudah peneliti untuk

mencari data yang diperlukan.

Universitas Sumatera Utara


2. Display (penyajian data); yaitu menyajikan berbagai informasi dari data yang

telah dianalisis sehingga memberikan gambaran seluruhnya atau bagian-bagian

tertentu dari penelitian yang dilakukan.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi; merupakan kegiatan analisis data yang

dimaksudkan untuk mencari makna dan membuat kesimpulan dari data yang telah

dikumpulkan dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang

sering timbul dan hipotesis kerja. Pada mulanya kesimpulan tersebut tentunya

masih sangat tentatif, kabur dan diragukan. Akan tetapi, dengan bertambahnya

data dan melalui verifikasi yang terus dilakukan selama penelitian berlangsung

maka kesimpulan tersebut menjadi lebih mendalam dan akurat.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli

1. Sejarah BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli

BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli berlokasi di Jalan Prof.A.Madjid Ibrahim

Sigli, yang merupakan Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Kabupaten Pidie.

Sebelum tahun 1980/1981 RSU Sigli berlokasi di Jalan RSU Lama Desa Benteng

Kecamatan Kota Sigli yang merupakan peninggalan kolonial Belanda ANNO 1916.

Namun pada tahun 1981/1982 RSU Sigli dibangun berdasarkan Crass Program di

atas tanah persawahan desa Lampeudeu Baroh seluas 29.649 m2 dan baru ditempati

atau difungsikan bulan Februari 1986 dengan type kelas D. Dengan terjadinya

perkembangan dimana pelayanan spesialisasi yang diberikan semakin komplit,

disamping RSU Sigli dijadikan sebagai pusat rujukan kasus di Kabupaten Pidie, juga

digunakan sebagai lahan praktek bagi mahasiswa kesehatan, maka dengan Keputusan

Menkes R.I. No.009.A/Menkes/SK/I/1993 RSU-Sigli berubah status menjadi rumah

sakit kelas C dan diresmikan oleh Menkes R.I. Dr.Adhyatma, MPH pada tanggal 11

Februari 1993.

Selanjutnya dengan pemberlakuan PP. Nomor 41 Tahun 2007 tentang

Organisasi Perangkat Daerah, telah terjadi penggabungan maupun perampingan

SKPD menyebabkan perubahan organisasi dan tata kerja yang diberi nama Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie disingkat dengan RSU Kabupaten Pidie.

Universitas Sumatera Utara


Selanjutnya sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU), maka setelah melalui proses,

Rumah Sakit Umum Daerah (RSU) Tgk Chiek Ditiro Sigli merupakan salah satu

rumah sakit di Kabupaten Pidie yang menerapkan status pola pengelolaan keuangan

Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) penuh sesuai Surat Keputusan Bupati Pidie

Nomor 546 Tahun 2012.

Pada tahun 2014, BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli berubah status menjadi

rumah sakit kelas B dengan penetapan Keputusan Menkes R.I. Nomor:

HK.02.03/1/2029/2014 tanggal 12 Agustus 2014.

2. Visi, Misi dan Motto BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli

Dalam melaksanakan operasionalnya di wilayah Kabupaten Pidie, BLUD RSU

Tgk Chiek Ditiro Sigli menetapkan visi yaitu “Terwujudnya Pelayanan Yang Prima,

Efektif, Profesional dengan Nurani yang Islami serta Terjangkau bagi Masyarakat

Kabupaten Pidie”. Visi tersebut tertuang dalam misi sebagai berikut:

1) Menjadikan rumah sakit rujukan di Kabupaten Pidie.

2) Meningkatkan dan mengembangkan kompetensi sumber daya manusia sesuai

dengan standar.

3) Memberdayakan karyawan secara profesional sehingga tercapai pelayanan yang

bermutu dan Islami.

4) Memberikan pelayanan yang berorientasi kepada kepentingan pelanggan yang

bisa dipertanggung jawabkan secara medik maupun secara moral dengan

pelayanan yang berdasarkan hati nurani.

Universitas Sumatera Utara


Motto BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli adalah “Dengan nurani mewujukan

kesehatan.”

3. Tugas Pokok dan Fungsi BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli

Adapun tugas pokok rumah sakit termasuk BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli

Kabupaten Pidie adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan

berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang

dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan

melaksanakan upaya rujukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Untuk mendukung pelaksanaan tugas ini, rumah sakit mempunyai fungsi:

1) Pelayanan Medis

2) Pelayanan penunjang medis dan non medis

3) Pelayanan asuhan keperawatan

4) Pelayanan rujukan

5) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

6) Pelaksanaan penelitian dan pelatihan

7) Pengelolaan administrasi dan keuangan.

4. Tujuan BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli

Adapun tujuan BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie terangkum

dalam aspek-aspek berikut:

1) Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui program peningkatan mutu pelayanan

secara efektif dan efisien agar tercapainya derajat kesehatan yang optimal.

Universitas Sumatera Utara


2) Memberikan pelayanan kesehatan secara efektif dan efisien melalui optimalisasi

tenaga, sarana dan prasarana.

3) Memberikan pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan yang

dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan pasien.

4) Memanfaatkan teknologi, hasil penelitian dan pengembangan pelayanan

kesehatan.

5. Fasilitas Pelayanan di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli

Untuk tersedianya fasilitas dan terselenggaranya kegiatan pelayanan,

pendidikan dan pelatihan dibentuk instalasi-instalasi yang merupakan unit-unit

pelaksana pelayanan. Pembentukan instalasi ditetapkan oleh Direktur. Instalasi

dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur serta

bertanggung jawab kepada Direktur melalui Kepala Bidang. Dalam melaksanakan

tugasnya Kepala Instalasi dibantu oleh tenaga-tenaga fungsional dan atau tenaga non

medis; baik pegawai negeri sipil maupun non pegawai negeri sipil. Pembentukan dan

perubahan instalasi didasarkan atas analisis organisasi dengan mengingat sumber

daya yang tersedia di rumah sakit; meliputi sumber daya manusia, sarana prasarana

dan memperhatikan kebutuhan masyarakat. Instalasi yang ada di BLUD RSU Tgk

Chik Ditiro Sigli:

1) Instalasi Gawat Darurat

2) Instalasi Rawat Jalan:

Universitas Sumatera Utara


a) Poliklinik Anak

b) Poliklinik Penyakit Dalam

c) Poliklinik Bedah

d) Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan

e) Poliklinik Mata

f) Poliklinik THT

g) Poliklinik Saraf

h) Poliklinik Kulit dan Kelamin

i) Poliklinik Endokrin

j) Poliklinik Gigi

3) Instalasi Rawat Inap

a) Ruang Rawat Kelas Utama

b) Ruang Rawat PDP

c) Ruang Rawat PDW

d) Ruang Rawat Saraf

e) Ruang Rawat Anak

f) Ruang Rawat Kebidanan

g) Ruang Rawat Bedah

h) Ruang Rawat Perinatologi

i) Ruang Rawat Mata/THT

j) Kamar Bersalin

4) Instalasi ICU

Universitas Sumatera Utara


5) Unit Haemodialisa

6) Instalasi Bedah Sentral (IBS)

7) Pelayanan Penunjang Medik

a) Instalasi Radiologi

b) Instalasi Laboratorium

c) Instalasi Farmasi

d) Instalasi Gizi

e) Instalasi Rehabilitasi Medik

f) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit

g) Instalasi Kamar Jenazah

h) UTD RS

8) Fasilitas Umum RS : Kantin, Koperasi, Tempat Parkir

9) Mushalla.

6. SDM di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli

Berdasarkan data profil BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie,

rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas. Rumah

sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari puskesmas terutama pasien JKN

pemegang kartu BPJS. Rumah sakit ini termasuk besar dengan 239 tempat tidur, lebih

banyak dibanding setiap rumah sakit di Aceh yang tersedia rata-rata 83 tempat tidur

inap.

Adapun SDM di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli baik tenaga medis dan

tenaga non medis sebagaimana tabel berikut.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1. Sumber Daya Manusia di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli

Status Kepegawaian
No Jenis Tenaga Total
PNS Honor Kontrak Magang
A. Tenaga Medis 42 2 1 45
1. Dokter spesialis Bedah 3 - - - 3
Dokter spesialis Penyakit 2 2 - - 4
2.
Dalam
3. Dokter spesialis Anak 2 - - - 2
4. Dokter spesialis Obgyn 3 - - - 3
Dokter spesialis Patologi 1 - - - 1
5.
Klinik
6. Dokter spesialis Radiologi 1 - - - 1
7. Dokter spesialis Paru 1 - - - 1
8. Dokter spesialis Anastesi 3 - - - 3
9. Dokter spesialis THT-KL 2 - - - 2
10. Dokter spesialis Orthopedi 1 - - - 1
11. Dokter spesialis Saraf 2 - - - 2
12. Dokter spesialis Mata 2 - - - 2
Dokter spesialis Penyakit 1 - - - 1
13.
Kulit dan Kelamin
14. Dokter Umum 14 - 1 - 15
15. Dokter Gigi 4 - - - 4
B. Tenaga Keperawatan 212 5 - 64 281
1. NERS 7 - - - 7
2. S-Keperawatan 2 - - - 2
3. DIV Keperawatan 1 - - - 1
4. DIV Kebidanan 5 - - - 5
5. DIII Keperawatan 108 4 - 58 170
6. DIII Kebidanan 19 - - 4 23
7. DIII Kesehatan Gigi 3 - - - 3
8. Bidan 27 - - - 27
9. SPK 35 1 - 1 37
10. SPRG 5 - - - 5
C. Tenaga Kes.Masyarakat 26 - - 4 30
1. MARS 3 - - - 3
2. M.Kes 2 - - - 2
3. S-1 Kesmas 4 - - 1 5
4. DIII Kesling 17 - - 3 20
Sumber: Bagian Kepegawaian BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, 2015

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1 (Lanjutan)

Status Kepegawaian
No Jenis Tenaga Total
PNS Honor Kontrak Magang
D. Tenaga Kefarmasian 15 - - 9 24
1. S-1 Farmasi/Apoteker 2 - - 3 5
2. DIII Farmasi 6 - - 5 11
3. SAA 3 - - - 3
4. SMF 4 - - 1 5
E. Tenaga Gizi 5 - - 2 7
1. DIII Gizi 5 - - 2 7
F. Tenaga Keterapian Fisik 11 - - - 11
1. DIII Fisioterapi 11 - - - 11
Tenaga Keteknisian 32 - - 13 45
G.
Medik
1. DIV Atem 1 - - - 1
2. DIII Analis 8 - - 5 13
3. DIII Atro 5 - - 3 8
4. DIII Apikes 10 - - 4 14
5. DIII Atem 3 - - - 3
6. DIII Aro (Refraksi) 1 - - 1 2
SMAK (Analis 4 - - - 4
7.
Kesehatan)
H. Tenaga Non Medis 54 3 - 20 77
1. S1 Psikologis 1 - - - 1
2. S1 Administrasi 9 - - - 9
3. S1 Hukum 2 - - - 2
4. S1 Ekonomi 1 - - - 1
5. S1 Ekonomi Akuntansi 1 - - - 1
6. S1 Komputer 2 - - - 2
7. D III Komputer 5 - - - 5
8. D III Ekonomi 1 1 - - 2
9. D III Sekretaris 1 - - - 1
10. D III Teknik 2 - - 1 3
11. SMA 19 2 - 13 34
12. SMEA 6 - - - 6
13. SMK/STM - - - 6 6
14. SMP 1 - - - 1
15. SD 3 - - - 3
Sumber: Bagian Kepegawaian BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, 2015

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah dokter yang tersedia 45 orang

terdiri dari 26 dokter spesialis, 15 dokter umum dan 4 dokter gigi. Jumlah tenaga

keperawatan termasuk bidan sebanyak 281 orang. Jumlah tenaga kesehatan

masyarakat 30 orang. Jumlah tenaga kefarmasian 23 orang. Jumlah tenaga gizi 7

orang. Jumlah tenaga keterapian fisik 11 orang. Jumlah tenaga keteknisian medik 45

orang. Jumlah tenaga non medis sebanyak 77 orang.

Jumlah tenaga dokter di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sudah memenuhi

dari segi jumlah untuk rumah sakit kelas B. Namun jumlah tenaga keperawatan masih

kurang apalagi jika dikalkulasikan perbandingan jumlah perawat dengan jumlah

tempat tidur untuk rawat inap.

7. Jumlah Tempat Tidur

Berdasarkan data profil BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie,

rumah sakit ini memiliki 239 tempat tidur, 219 diantaranya termasuk di kamar kelas

III. Dikaitkan dengan persyaratan rumah sakit kelas menurut Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan

Perizinan Rumah Sakit pasal 20 bahwa pelayanan rawat inap harus dilengkapi

dengan fasilitas jumlah tempat tidur perawatan Kelas III paling sedikit 30% (tiga

puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah, maka

jumlah ini sudah melebihi.

Universitas Sumatera Utara


8. Kunjungan Pasien

Berdasarkan data profil BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie,

rumah sakit ini memiliki tingkat kesibukan yang tinggi dalam melayani pasien. Setiap

tahun 152.185 pasien menjenguk rumah sakit ini. Bila dirinci jenis kunjungan pasien

untuk rawat inap rata-rata sebanyak 16.018 orang/tahun, rawat jalan 122.810

orang/tahun dan Instalasi Gawat Darurat (IGD) 13.357 orang/tahun.

9. Tingkat Efektivitas (Kinerja Rumah Sakit)

Berdasarkan data Profil BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie

(2014), rumah sakit ini memiliki tingkat efektivitas dengan indikator:

1) Bed Occupancy Ratio (BOR); yaitu angka penggunaan tempat tidur. Indikator ini

memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah

sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%. BOR BLUD RSU

Tgk Chik Ditiro Sigli sebesar 96,54%.

2) BTO (Bed Turn Over) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu

periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.

Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.

Rumus : BTO = Jumlah pasien dirawat (hidup + mati) / jumlah tempat tidur. BTO

BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli pada 239 tempat tidur 67 kali.

3) Turn Over Interval (TOI); yaitu rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati

dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi

pada kisaran 1-3 hari. TOI BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli pada kisaran 0,13.

Universitas Sumatera Utara


4) Gross Death Rate (GDR); yaitu angka kematian umum untuk setiap 1000

penderita keluar. GDR BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sebesar 4‰.

5) Net Death Rate (NDR); yaitu angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap

1000 penderita keluar. NDR BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sebesar 1‰.

6) Average Length of Stay (ALOS); yaitu rata-rata lama rawat seorang pasien.

Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi rumah sakit. Nilai

ALOS yang ideal di antara 6-9 hari. ALOS BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli

selama 4 hari.

4.2 Karakteristik Sumber informasi

Hasil dari data sekunder yang dilakukan di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli

Kabupaten Pidie diketahui karakteristik sumber informasi berdasarkan umur, sumber

informasi memiliki rentang usia 39-51 tahun. Berdasarkan jenis kelamin mayoritas

laki-laki. Berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas sarjana strata S-1. Berdasarkan

jabatan mayoritas pimpinan baik pimpinan rumah sakit, pimpinan instalasi dan

pimpinan poli. Lebih jelas sebagaimana tabel berikut ini.

Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Sumber informasi

No. Sumber Jenis


Jabatan Umur Pendidikan
informasi Kelamin
1 Direktur 50 Lk S-2
2 Wadir Umum 45 Lk S-1
3 Wadir Yanmed 42 Pr S-2
4 Kabid Perawatan 51 Lk S-1
5 Ka. Instalasi Farmasi 39 Lk S-1
6 Ka.Poli Kebidanan 46 Pr S-1
7 Ka.Poli Bedah 41 Lk S-1
8 Ka. Poli Penyakit Dalam 47 Lk S-1
9 Ka.Poli Gigi 42 Lk S-1

Universitas Sumatera Utara


4.3 Penyajian Data Hasil Wawancara

Hasil wawancara dengan sumber informasi yang dilakukan oleh peneliti

dicatat dalam bentuk transkrip dan kemudian disederhanakan dengan memilih dan

memfokuskan pada hal-hal yang penting untuk mendapatkan gambaran yang lebih

tajam. Selanjutnya dikelompokkan berdasarkan ketersediaan tenaga kesehatan dan

kecukupan infrastruktur untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU

Tgk Chiek Ditiro Sigli.

4.3.1 Ketersediaan Tenaga Kesehatan untuk Kesiapan dalam Menghadapi Era


JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie

Wawancara yang dilakukan kepada sumber informasi mengenai ketersediaan

tenaga kesehatan untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk

Chiek Ditiro Sigli, dikelompokkan dalam beberapa kategori yaitu ketersediaan dokter

spesialis, dokter umum, dokter gigi, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan

masyarakat, apoteker dan tenaga teknis kefarmasian, tenaga gizi, tenaga keterapian

fisik, tenaga keteknisian medis sebagaimana diuraikan berikut ini.

1. Ketersediaan Dokter Spesialis

Hasil wawancara dengan sumber informasi tentang ketersediaan dokter

spesialis untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro

Sigli, diperoleh informasi bahwa ketersediaan dokter spesialis sebanyak 26 dokter.

Namun untuk dokter spesialis bedah saraf, spesialis jantung, subspesialis untuk setiap

jenis pelayanan medik subspesialis dan dokter gigi spesialis untuk setiap jenis

pelayanan medik spesialis gigi mulut belum ada. Kekurangan ini diatasi dengan cara

Universitas Sumatera Utara


melakukan kerjasama dengan rumah sakit/instansi terkait lainnya yang ada di sekitar

wilayah Kabupaten Pidie seperti RSUZA Banda Aceh dan Fakultas Kedokteran

Unsyiah Banda Aceh. Seperti diungkapkan berikut ini:

“SDM kita untuk dokter spesialis sudah memenuhi standar Tipe B. Namun
untuk subspesialis dan spesialis gigi mulut kita masih ada kekurangan. Untuk
menyikapi kekurangan beberapa sub spesialis pihak manajemen RS
melakukan kerjasama dengan RSUZA Banda Aceh dan Fakultas Kedokteran
Unsyiah Banda Aceh. Dikarenakan jarak tempuh Sigli Banda Aceh hanya 100
km, dibenarkan oleh tim dari Kemenkes untuk melakukan kerjasama tersebut.
Walaupun kita juga lagi menyiapkan spesialis kita untuk mengambil sub di
setiap bidangnya.” (Sumber Informasi I)

“Memang ada beberapa kasus besar yang harus kita rujuk ke RSUZA seperti
kasus trauma kepala karena kita belum punya spesialis bedah saraf dan
keluhan jantung karena kita belum punya spesialis jantung”. (Sumber
Informasi I)

Sumber informasi berikutnya mengungkapkan bahwa semua poli sudah

dilayani oleh dokter spesialis walaupun beberapa subspesialis sebagai dipersyaratkan

untuk tipe rumah sakit kelas B belum ada.

Sebagaimana diungkapkan berikut ini:

“RS kami ada Poli Penyakit Dalam, Poli Endokrin, Poli Mata, Poli THT, Poli
Saraf, Poli Bedah, Poli Bedah Ortoped, poli Urologi, Poli Jiwa, Poli Kulit
Kelamin, Poli Obgyn, Poli Anestesi, Poli Gigi. Semua poliklinik dilayani oleh
dokter spesialis.” (Sumber Informasi III)

“Iya kebutuhan dokter spesialis di semua poli sudah terpenuhi. Walaupun ada
beberapa subspesialis yang disyaratkan tipe B belum ada yang definitif. Tetapi
kita sudah adakan penjanjian kerjasama dengan RSUZA dan FK Unsyiah
untuk memenuhi kekurangan Sub spesialis kita.” (Sumber Informasi III)

Universitas Sumatera Utara


Sumber informasi lain menegaskan bahwa jika dari segi jumlah dokter

spesialis sudah mencukupi, sedangkan untuk dokter spesialis bedah saraf dan

subspesialis memang belum ada. Sebagaimana diungkapkan berikut ini:

“kalau jumlahnya saya nilai sudah cukuplah… malah berlebih … tetapi untuk
dokter spesialis bedah saraf belum ada…” (Sumber Informasi VII)

“dokter spesialis sudah cukup Pak… sudah ada 3 orang hanya untuk
subspesialis belum ada…” (Sumber Informasi VIII).

Khusus untuk Poli Gigi sumber informasi memberitahukan belum ada dokter

gigi spesialis dan juga subspesialis.

Sebagaimana diungkapkan berikut ini:

“kalau jumlah tenaga secara keseluruhan saya kurang tahu tapi kalau di Poli
ini ya sudah cukuplah… dokter gigi ada 4 orang, perawat gigi 9 orang….
… Ohhh kalau dokter gigi spesialis dan subspesialis belum ada Pak”.
(Sumber Informasi IX)

2. Ketersediaan Dokter Umum

Hasil wawancara dengan sumber informasi tentang ketersediaan dokter umum

untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli,

diperoleh informasi bahwa jumlah dokter umum ada sebanyak 15 orang. Seperti

diungkapkan berikut ini:

“untuk dokter umum kita sudah cukup apalagi bila dibandingkan dengan
rumah sakit yang sekelas di wilayah ini.”
(Sumber Informasi I)

“kalau dokter umum sudah sangat mendukung.” (Sumber Informasi III)

Universitas Sumatera Utara


Hasil wawancara di atas memberi makna bahwa ketersediaan dokter umum

untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli

sudah sangat mendukung.

3. Ketersediaan Dokter Gigi

Hasil wawancara dengan sumber informasi tentang ketersediaan dokter gigi

untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli,

diperoleh informasi bahwa ketersediaan dokter gigi sebanyak 4 dokter gigi. Seperti

diungkapkan berikut ini:

“untuk dokter gigi sudah cukup namun untuk spesialis gigi dan subspesialis
masih belum ada. Maka pihak manajemen RS bekerjasama dengan RSUZA
Banda Aceh dan Fakultas Kedokteran Unsyiah Banda Aceh. ” (Sumber
Informasi I)

Informasi yang sama diungkapkan:

“kebutuhan dokter gigi sudah terpenuhi, hanya subspesialis yang belum ada.
Sehingga bila ada kasus pasien yang membutuhkan penanganan subspesialis
dilakukan kerjasama dengan RSUZA dan FK Unsyiah.” (Sumber Informasi
III).

Hasil wawancara di atas memberi makna bahwa dari segi jumlah ketersediaan

dokter gigi untuk pelayanan dasar sudah memadai di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro

Sigli di era JKN, namun dari jenis spesialisasi dan sub spesialis masih kurang.

4. Ketersediaan Tenaga Keperawatan

Hasil wawancara dengan sumber informasi tentang ketersediaan tenaga

keperawatan mencakup perawat dan bidan untuk kesiapan dalam menghadapi era

JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, diperoleh pernyataan bahwa ketersediaan

perawat dari segi jumlah masih belum cukup bila dibandingkan dengan rasio tempat

Universitas Sumatera Utara


tidur, sehingga masih sebagian perawat masih honor dan magang. Begitu juga dari

segi kualitas sebagian besar perawat masih perlu peningkatan melalui berbagai

pelatihan. Seperti diungkapkan berikut ini.

“Jumlah tenaga keperawatan belum memenuhi standar rumah sakit kelas B.


Namun pendidikan perawat rata-rata S1, D3 dan sebagian ada sedang
melanjutkan pendidikan S2 di Australia. Sebagian besar perawat dimaksud
sudah berstatus PNS dan beberapa masih honorer dan magang sehingga tidak
tercantum jumlahnya dalam profil rumah sakit ini. Hanya bagi sebagian
perawat apalagi yang muda perlu peningkatan kualitas jadi perlu diadakan
pelatihan-pelatihan terutama dalam pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien.”

“Dari segi jumlah bidan di rumah sakit ini sudah memenuhi kebutuhan.
Namun terhadap bidan-bidan muda perlu diberikan pelatihan untuk
meningkatkan keterampilan mereka dalam menangani masalah kebidanan”
(Sumber Informasi I)

Hal senada diungkapkan sumber informasi lain berikut ini.

“Kalau Bicara SDM tenaga keperawatan secara jumlahnya belum memenuhi


standar rumah skait kelas B. Namun strata pendidikan perawat sudah rata-rata
S1 dan D3. Bahkan ada yang lagi pendidikan S2 di Australia. Begitu juga
untuk kualitasnya masih perlu banyak pelatihan-pelatihan penanganan pasien
khusus. Memang sesudah tsunami banyak perawat yang sudah mengikuti
pelatihan khusus misalnya BCLS untuk perawat ICU dan NICU, BTLS untuk
perawat Bedah dan IGD serta APN untuk perawat bidan di ruang bersalin.
Namun itu sudah lama dan sekarang di diklat juga telah mengajukan ke
bidang perencanaan terkait pelatihan perawat.” (Sumber Informasi IV)

“Menurut saya kualitas yang paling perlu ditingkatkan khususnya tenaga


keperawatan…. Perlu dikirim mengikuti pelatihan… (Sumber Informasi VI)

Hasil wawancara di atas memberi makna bahwa dari segi jumlah ketersediaan

tenaga keperawatan untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk

Chiek Ditiro Sigli masih kurang begitu juga dari segi kualitas.

Universitas Sumatera Utara


5. Ketersediaan Apoteker dan Tenaga Kefarmasian

Hasil dari data sekunder diketahui bahwa jumlah apoteker sebanyak 5 orang

dan asisten apoteker sebanyak 23 orang. Hasil wawancara dengan sumber informasi

tentang ketersediaan apoteker dan tenaga kefarmasian (asisten apoteker) untuk

kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, bahwa

jumlah apoteker masih kurang karena belum memenuhi standar kebutuhan rumah

sakit, namun untuk tenaga asisten apoteker sudah melebihi kebutuhan. Sebagaimana

diungkapkan oleh sumber informasi berikut ini:

“untuk SDM Apoteker kita sudah ada 5 orang, namun jumlah ini masih
kurang. Untuk tenaga asisten apoteker malah sudah berlebih. Kondisi ini
memberi dampak pelaksanaan system depo di setiap ruangan belum
memadai.” (Sumber Informasi V)

Hasil wawancara di atas memberi makna bahwa dari segi jumlah ketersediaan

apoteker untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro

Sigli masih sangat kurang, namun untuk asisten apoteker dan tenaga kefarmasian

lainnya sudah mencukupi.

6. Ketersediaan Tenaga Kesehatan Masyarakat

Hasil dari data sekunder diketahui bahwa jumlah tenaga kesehatan masyarakat

sebanyak 30 terdiri dari 26 tenaga kesehatan masyarakat berstatus PNS dan 4 status

sedang magang. Hasil wawancara dengan sumber informasi tentang ketersediaan

tenaga kesehatan masyarakat untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD

RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, sudah memenuhi standar kebutuhan rumah sakit.

Sebagaimana diungkapkan oleh sumber informasi berikut ini:

Universitas Sumatera Utara


“Tenaga kesehatan masyarakat sudah tersedia 30 orang, namun belum
diberdayakan secara maksimal.” (Sumber Informasi II)

“Tenaga kesehatan masyarakat ada 30 orang, dan jumlah ini sudah melebihi
kebutuhan.” (Sumber Informasi IV)

Hasil wawancara di atas memberi makna bahwa dari segi jumlah ketersediaan

tenaga kesehatan masyarakat untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD

RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli sudah memadai, namun pemberdayaannya masih kurang

maksimal.

7. Ketersediaan Tenaga Gizi

Hasil dari data sekunder diketahui bahwa jumlah tenaga gizi sebanyak 7

orang. Hasil wawancara dengan sumber informasi tentang tenaga gizi untuk kesiapan

dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, jumlah tenaga

gizi masih kurang karena belum memenuhi standar kebutuhan rumah sakit.

Sebagaimana diungkapkan oleh sumber informasi berikut ini:

“Tenaga gizi di rumah sakit ini hanya sebanyak 7 orang, jumlah ini masih
kurang tapi kami sudah mengajukan pengambahan ke atasan.” (Sumber
Informasi I)

“Tenaga gizi di rumah sakit ini hanya sebanyak 7 orang, jumlah ini masih
kurang.” (Sumber Informasi III)

Hasil wawancara di atas memberi makna bahwa dari segi jumlah ketersediaan

tenaga gizi untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek

Ditiro Sigli di era JKN masih belum mencukupi bila dibandingkan dengan kebutuhan

rumah sakit yaitu 9 tenaga gizi.

Universitas Sumatera Utara


8. Ketersediaan Tenaga Keterapian Fisik

Hasil dari data sekunder diketahui bahwa jumlah tenaga keterapian fisik

sebanyak 11 orang. Hasil wawancara dengan sumber informasi tentang tenaga

keterapian fisik untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk

Chiek Ditiro Sigli Pidie, bahwa jumlahnya sudah memenuhi kebutuhan rumah sakit.

Sebagaimana diungkapkan oleh sumber informasi berikut ini:

“Tenaga keterapian fisik di rumah sakit sebanyak 11 orang, jumlah ini sudah
memenuhi kebutuhan rumah sakit.” (Sumber Informasi I)

“Tenaga keterapian fisik di rumah sakit ini ada 11 orang, sampai saat ini
jumlah ini sudah mencukupilah.” (Sumber Informasi III)

Hasil wawancara di atas memberi makna bahwa dari segi jumlah tenaga

keterapian fisik untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk

Chiek Ditiro Sigli sudah memenuhi kebutuhan.

9. Ketersediaan Tenaga Keteknisian Medis

Hasil dari data sekunder diketahui bahwa jumlah tenaga keteknisian medis

sebanyak 45 orang terdiri dari 32 PNS dan 13 magang. Hasil wawancara dengan

sumber informasi tentang tenaga keteknisian medis untuk kesiapan dalam

menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, bahwa jumlahnya sudah

memenuhi kebutuhan rumah sakit. Namun secara kualitas perlu diberikan pelatihan

baik di internal rumah sakit maupun dengan dikirim ke instansi/institusi terkait.

Sebagaimana diungkapkan oleh sumber informasi berikut ini:

“Tenaga keteknisian medis di rumah sakit ini yang PNS sudah banyak
ditambah lagi yang magang, jumlah ini sudah memenuhi kebutuhan rumah
sakit.” (Sumber Informasi I)

Universitas Sumatera Utara


“Tenaga keteknisian medis sampai saat ini jumlah ini sudah mencukupilah.”
(Sumber Informasi III)

“Tenaga keteknisian medis sudah sangat mendukung jumlahnya, tinggal yang


perlu adalah peningkatan secara kualitas.” (Sumber Informasi IV)

Hasil wawancara di atas memberi makna bahwa dari segi jumlah ketersediaan

tenaga keteknisian medis untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU

Tgk Chiek Ditiro Sigli sudah sangat mendukung tugas rumah sakit.

4.3.2 Kecukupan Infrastruktur untuk Kesiapan dalam Menghadapi Era JKN


di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli

Hasil Wawancara mendalam kepada sumber informasi mengenai kecukupan

infrastruktur untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek

Ditiro Sigli dikelompokkan atas kecukupan prasarana rumah sakit dan sarana

peralatan medis rumah sakit.

1. Kecukupan Prasarana Rumah Sakit

Hasil wawancara dengan sumber informasi tentang kecukupan prasarana

untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli,

diperoleh informasi bahwa fasilitas yang ada sudah memenuhi standar minimal

namun perlu peningkatan.

Prasarana gedung seperti ruang tunggu perlu perhatian karena ada keluhan

dari pasien maupun keluarga pasien bahwa ruang tunggu panas karena tidak ada AC

dan ventilasi udara sangat kurang. Begitu juga ruang kamar inap khususnya untuk

pasien JKN dan ruang rawat inap di Poli Kebidanan perlu penambahan. Sebagaimana

diungkapkan berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


“mengenai fasilitas seperti gedung untuk ruang tunggu dan ruang kamar untuk
rawat inap bila ditinjau dari banyaknya pasien di era JKN memang perlu
penambahan. Khususnya kamar rawat inap sebenarnya sudah lebih dari cukup
untuk kategori kelas rumah sakit B. Namun karena banyaknya pasien rujukan
dari puskesmas di wilayah kerja rumah sakit maka perlu penambahan lagi.
Dan saat ini sedang disusun rencana pengusulannya ke pihak atasan” (Sumber
Informasi I)

“dari pantauan kami bahwa ruang tunggu perlu pembenahan karena


kondisinya sudah tidak nyaman tanpa AC, sehingga banyak pasien atau
keluarga pasien yang resah menunggu”. (Sumber Informasi II)

“Sejak diberlakukannya JKN bulan Januari 2014, pasien yang berkunjung ke


Poli Kebidanan meningkat, sehingga ruang rawat inap yang tersedia tidak
mencukupi termasuk ruang untuk bayi. Pernah terjadi pasien ditempatkan di
lorong ruangan” (Sumber Informasi VI)

Sumber informasi lain juga memberi informasi tentang keterbasan prasarana

berupa depo obat. Depo obat yang ada hanya di ruang farmasi sehingga pengaturan

dan penyimpanan obat belum tertata rapi dan aman. Sementara depo obat di ruang

perawatan belum ada. Rencana ke depannya akan dibuat depo obat di setiap ruang

perawatan. Sumber informasi lain melaporkan kurangnya kamar rawat inap untuk

Poli Kebidanan. Seperti diungkapkan berikut ini:

“Untuk rawat inap sedikit terkendala karena kita belum ada depo obat untuk
setiap ruangan. Jadi obat di ruangan tidak dapat kita kendalikan tanpa ada
depo. Untuk depo sendiri sudah kita rencanakan setiap ruangan. Mungkin
tahun depan kita sudah direalisasikan.” (Sumber Informasi V)

Sumber informasi lain memberitahukan bahwa depo obat di ruang bedah

belum ada, sehingga penataan obat masih disusun menompang pada rak/lemari

lainnya yang bukan khusus untuk obat. Seperti diungkapkan berikut ini:

Universitas Sumatera Utara


“kalau peralatan medis sudah memadai hanya depo obat di ruang bedah belum
ada…” (Sumber Informasi VII)

2. Kecukupan Sarana Peralatan Medis Rumah Sakit

Hasil wawancara dengan sumber informasi tentang kecukupan sarana

peralatan medis untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk

Chiek Ditiro Sigli, diperoleh informasi bahwa peralatan medis yang dirasa masih

kurang adalah CT-scan sehingga untuk kasus besar seperti trauma kepala harus

dirujuk ke rumah sakit tersier. Seperti diungkapkan berikut ini:

“Untuk menangani kasus besar seperti trauma kepala rumah sakit ini masih
belum didukung dengan tersedianya ct-scan. Dan masih banyak sarpras yang
harus kami sediakan. Ini juga pernah disinggung oleh tim visitasi peningkatan
tipe bahwa mainan spesialisnya masih kurang.” (Sumber Informasi I)

Sumber informasi lain memberitahukan bahwa peralatan medis sudah

memadai seperti alat endoskopi sudah tersedia. Seperti diungkapkan berikut ini:

“untuk peralatan medis sudah cukup Pak, khususnya di Poli Penyakit Dalam
ini alat endoskopi sudah ada….” (Sumber Informasi VIII)

Sumber informasi lain juga memberi informasi tentang prasarana untuk Poli

Gigi sudah memadai, hanya dibutuhkan alat sarana peralatan medis berupa rongent

panoromik untuk mengetahui keadaan gigi pada saluran akar gigi. Seperti

diungkapkan berikut ini:

“kalau masalah fasilitas atau sarana prasarana rumah sakit yah sudah
cukup… apalagi di Poli Gigi, sudah ada 4 dental unit…. Hanya kendala ada
pada peralatan medis berupa rongent panoromik…. Untuk mengetahui
keadaan gigi pada saluran akar……” (Sumber Informasi IX)

Universitas Sumatera Utara


3. Kecukupan Obat

Hasil wawancara dengan sumber informasi tentang kecukupan obat untuk

kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli,

diperoleh informasi bahwa pengadaan obat sesuai e-catalog dilakukan langsung,

sedang untuk obat yang tidak ada tercantum dalam e-catalog melalui proses lelang.

Kekurangan obat kadang terjadi dan diatasi dengan mencari di apotik di luar rumah

sakit. Seperti diungkapkan berikut ini:

“untuk pengadaan obat yang ada di e-catalog kita mengadakan langsung. Tapi
untuk obat yang tidak ada di e-catalog kita melalui proses lelang.”

“Manajemen pengelolaan obat di rumah sakit dilakukan oleh instalasi


farmasi. Pertama obat dari pengadaan di terima oleh gudang farmasi rumah
sakit. Setelah itu sesuai kebutuhan apotik rumah sakit mengamprah obat di
gudang. Apotik yang medistribusikan obat kepada pasien sesuai dengan resep
dokter.” “kekurangan pernah ada, namun langsung kita atasi dengan mencari
obat di apotik luar untuk mencukupinya. Namun itu tidak sering. Karena kita
juga sudah disusun formolarium obat RS.” (Sumber Informasi V)

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

PEMBAHASAN

Pelaksanaan program JKN yang digelar Badan Penyelenggara Jaminan Sehat

(BPJS) Kesehatan diyakini akan membawa perubahan besar dalam pelayanan

kesehatan di Indonesia. Dengan disosialisasikannya JKN melalui BPJS kepada

manajemen, dokter dan karyawan merupakan salah satu bentuk kesiapan rumah sakit

di era baru layanan kesehatan di Indonesia. Seluruh jajaran Rumah Sakit perlu

menyiapkan diri dalam menyongsong era JKN ini. Rumah sakit merupakan unsur

paling utama pada sistem pembagunan kesehatan yang mempunyai peran sangat

penting, sekaligus sebagai kunci dari pembangunan kesehatan itu sendiri (Ady, 2014).

Rumah sakit sebagai salah satu organisasi kesehatan harus memiliki kesiapan

di era JKN sebagaimana menurut Lehman (2005) bahwa kesiapan suatu organisasi

antara lain dapat dideteksi dari beberapa variabel seperti variabel motivasional,

ketersediaan sumber daya, nilai-nilai dan sikap positif yang dikembangkan para

karyawan, serta iklim organisasi yang mendukung perubahan.

Dalam konteks rumah sakit, ketersediaan sumber daya dapat dikategorikan

antara lain ketersediaan tenaga kesehatan dan infrastruktur. Sebagaimana di dalam

penelitian ini bahasan difokuskan pada sumber daya yaitu ketersediaan tenaga

kesehatan dan kecukupan infrastruktur untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di

BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli.

Universitas Sumatera Utara


Penelitian Geswar tahun 2014 tentang kesiapan stakeholder dalam

pelaksanaan program JKN di Kabupaten Gowa. Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif dengan metode pengumpulan data dengan teknik indepth interview,

observasi, dan telaah dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

implementasi kebijakan JKN belum optimal.

5.1 Ketersediaan Tenaga Kesehatan untuk Kesiapan dalam Menghadapi Era


JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie

BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli baru beralih dari rumah sakit kelas C

menjadi kelas B. Dengan peralihan ini nyata diperlukan ketenagaan yang memenuhi

standar rumah sakit kelas B baik tenaga medis, paramedic, dan tenaga non medis.

Disamping untuk penyesuaian dengan standar kelas B juga dengan diberlakukannya

JKN, rumah sakit ini akan menjadi rujukan tindak lanjut.

Dalam penelitian ini, ketersediaan tenaga kesehatan dimaksudkan bagaimana

jumlah tenaga kesehatan yang tersedia untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di

BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli yang dibagi atas: a)tenaga medis mencakup dokter

spesialis, dokter umum, dan dokter gigi; b)tenaga paramedis mencakup perawat dan

bidan; c) tenaga kefarmasian mencakup apoteker dan asisten apoteker, tenaga

kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian medis, dan tenaga keteknisian

medis.

Universitas Sumatera Utara


5.1.1 Ketersediaan Dokter Spesialis

Hasil wawancara dengan sumber informasi tentang ketersediaan dokter

spesialis untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro

Sigli, diperoleh informasi bahwa ketersediaan dokter spesialis sebanyak 26 orang.

Permenkes RI Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit

pasal 32-34 dinyatakan ketersediaan sumber daya manusia khusus dokter spesialis

Rumah Sakit Umum kelas B paling sedikit terdiri atas 3 (tiga) dokter spesialis untuk

setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar, 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap

jenis pelayanan medik spesialis penunjang, 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis

pelayanan medik spesialis lain, 1 (satu) dokter subspesialis untuk setiap jenis

pelayanan medik subspesialis, 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis

pelayanan medik spesialis gigi mulut belum memenuhi persyaratan.

Dapat dilihat bahwa walau dari segi jumlah, ketersediaan dokter spesialis

untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli

sudah berlebih namun belum memenuhi persyaratan sesuai Permenkes RI Nomor 56

Tahun 2014, karena belum ada dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan

medik, belum ada dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis

gigi mulut, belum ada dokter spesialis bedah saraf dan belum ada dokter spesialis

jantung. Sampai akhir tahun 2014, Kekurangan ini disikapi dengan dengan cara

melakukan kerjasama dengan rumah sakit/instansi terkait lainnya yang ada di sekitar

wilayah Kabupaten Pidie seperti RSUZA Banda Aceh dan Fakultas Kedokteran

Unsyiah Banda Aceh. Baik dengan cara merujuk pasien dengan kasus besar misalnya

Universitas Sumatera Utara


pasien dengan trauma di kepala yang tidak bisa ditangani karena tidak adanya dokter

spesialis maupun dengan mengundang dokter bedah untuk praktek di rumah sakit ini.

Namun berdasarkan wawancara ada perencanaan pengadaannya di tahun 2015.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan dokter spesialis

untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli,

belum memenuhi standar minimal untuk rumah sakit kelas B. Ketenagaan rumah

sakit kelas B adalah cukupnya bagian spesialis dan beberapa subspesialis. Untuk itu,

tenaga medis perlu direncanakan dan diusulkan pengadaannya antara lain seperti

tenaga bedah saraf, dan beberapa dokter subspesialis. Hal ini mengingat rumah sakit

ini terletak di jalan raya utama dimana sering terjadi kecelakaan sehingga diperlukan

tenaga spesialis bedah saraf dan subspesilis. Mengenai tenaga medis lainnya perlu

direncanakan dan diusulkan pengadaannya sesuai dengan standar rumah sakit

kelas B.

Ketersediaan dokter spesialis standar pada Permenkes NO. 56 Tahun 2014

adalah tidak ideal. Kita sama mengetahui permasalahan penempatan dokter spesialis

ini berpusat di kota besar dan informasi pengangkatan pegawai apalagi dokter

spesialis sangat minim. Menurut peneliti tenaga yang sudah ada dapat dioptimalkan

antara lain dengan imbalan terutama dari daerah tersebut agar ia tetap mau bekerja

sambil mengembangkan keterampilan.

5.1.2 Ketersediaan Dokter Umum

Dalam rumah sakit kelas B, peran dokter umum bersifat lebih kearah

membantu pelayanan spesialis, sebatas kompetensi yang ada, yang diplerukan lebih

Universitas Sumatera Utara


banyak dalam penegakan non teknis medis, dan ia antara lain dapat ditempatkan pada

poli umum IGD (triase) atau pada instalasi pelayanan medis.

Berdasarkan hasil wawancara dengan sumber informasi, ketersediaan dokter

umum untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro

Sigli sudah memenuhi kebutuhan. Berdasarkan data sekunder diketahui bahwa

jumlah dokter umum yang tersedia di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sebanyak 15

orang.

Bila dibandingkan dengan persyaratan jumlah dokter umum menurut

Permenkes RI Nomor 56 Tahun 2014 untuk rumah sakit kelas B sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a paling sedikit terdiri atas 12 (dua belas) dokter umum

untuk pelayanan medik dasar, jumlah ini sudah memenuhi bahkan sudah berlebih 3

(tiga) dokter umum.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan dokter umum untuk

kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli, sudah

memenuhi standar minimal untuk rumah sakit kelas B. Karena rumah sakit kelas B

merupakan rumah sakit dengan pelayanan spesialis yang luas, maka keberadaan

dokter umum kurang dibutuhkan dalam pelayanan spesialis. Keberadaan dokter

umum dapat diberdayakan dalam pelayanan kegiatan dapat diberi kewenangan

spesialis, di IGD (triase) atau instalasi pelayanan.

Sumber daya diposisikan sebagai input dalam organisasi sebagai suatu sistem

yang mempunyai implikasi yang bersifat ekonomis dan teknologis. Secara ekonomis,

sumber daya bertalian dengan biaya atau pengorbanan langsung yang dikeluarkan

Universitas Sumatera Utara


oleh organisasi yang merefleksikan nilai atau kegunaan potensial dalam

transformasinya ke dalam output. Sedang secara teknologis, sumber daya bertalian

dengan kemampuan transformasi dari organisasi (Tachjan dalam Winarno, 2007).

5.1.3 Ketersediaan Dokter Gigi

Melihat peralatan yang ada, tenaga dokter gigi memadai hanya diperlukan

tambahan tenaga dokter gigi spesialis seperti bedah mulut untuk menunjang

pelayanan perorangan kasus kecelakaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan

sumber informasi, ketersediaan dokter gigi untuk kesiapan dalam menghadapi era

JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sudah memenuhi standar kebutuhan rumah

sakit. Demikian juga berdasarkan data sekunder diketahui bahwa jumlah dokter gigi

yang tersedia di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sebanyak 4 orang.

Sesuai dengan Permenkes RI Nomor 56 Tahun 2014 yang menyatakan dokter

gigi untuk rumah sakit kelas B sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a paling

sedikit terdiri atas 3 (tiga) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut.

Maka jumlah dokter gigi umum untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD

RSU Tgk Chik Ditiro Sigli dari segi jumlah sudah melebihi. Namun sebagaimana

dijelaskan di atas, khusus untuk dokter gigi spesialis dan subspesialis belum ada.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan dokter gigi umum

untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli,

sudah memenuhi standar minimal untuk rumah sakit kelas B. Namun belum

memenuhi untuk dokter gigi spesialis dan subspesialis.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Edwards III dalam Agustino (2006), sumberdaya merupakan hal

penting dalam implementasi kebijakan yang baik. Salah satu indikator yang

digunakan untuk melihat sejauh mana sumber daya mempengaruhi implementasi

kebijakan termasuk kebijakan pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah sumber

daya manusia kesehatan. Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi

kebijakan, salah satunya disebabkan oleh staf/pegawai yang tidak cukup memadai,

mencukupi, ataupun tidak kompeten dalam bidangnya. Penambahan jumlah staf dan

implementor saja tidak cukup menyelesaikan persoalan implementasi kebijakan,

tetapi diperlukan sebuah kecukupan staf dengan keahlian dan kemampuan yang

diperlukan (kompeten dan kapabel) dalam mengimplementasikan kebijakan.

5.1.4 Ketersediaan Perawat dan Bidan

Analisis kebutuhan tenaga keperawatan di rumah sakit harus betul-betul

direncanakan dengan baik agar tidak dilakukan berulang-ulang karena akan

membutuhkan waktu, biaya, tenaga sehingga tidak efektif dan efisien. Berdasarkan

hasil wawancara diketahui ketersediaan perawat untuk kesiapan dalam menghadapi

era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli, belum mendukung pemberian

pelayanan kepada pasien sesuai kebutuhan rumah sakit bila ditinjau secara rasio

tempat tidur sebanyak 239 tempat tidur. Hal ini diperkuat dari data sekunder bahwa

jumlah perawat yang tersedia sebanyak 281 orang yang merupakan PNS. Untuk

menyikapi kondisi ini, pihak rumah sakit merekrut tenaga keperawatan honorer dan

menerima tenaga keperawatan untuk magang (outsourcing) di rumah sakit ini. Jumlah

tenaga keperawatan di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sudah mencakup bidan.

Universitas Sumatera Utara


Selain tenaga medis perlu ketersediaan tenaga paramedis keperawatan dan

paramedic non keperawatan. Tenaga paramedis keperawatan yang ada saat ini

sebanyak 281 orang, sedangkan jumlah tempat tidur sebanyak 239. Dari standar

Depkes RI No. 262 dibutuhkan tenaga keperawatan untuk 1 tempat tidur 3 tenaga

perawat, sehingga untuk 239 tempat tidur diperlukan 717 tenaga perawat, sehingga

masih dibutuhkan banyak tenaga paramedis keperawatan. Untuk ketersediaan tenaga

paramedis non keperawatan dan non medis hendaknya disesuaikan dengan standar

rumah sakit kelas B.

Selain salah satu alternatif pengadaan tenaga kerja kontrak (outsourcing), di

setiap perusahaan, baik perusahaan jasa termasuk rumah sakit maupun bukan jasa

dituntut untuk berusaha meningkatkan kinerja usahanya melalui pengelolaan

organisasi yang efektif dan efisien. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan

mempekerjakan tenaga kerja seminimal mungkin untuk dapat memberi kontribusi

maksimal sesuai sasaran melalui sistem outsourcing (PPM Manajemen, 2008).

Sebagaimana menurut Rivai & Mulyadi (2009), sebuah organisasi akan

diharapkan pada lingkungan yang dinamis dan berubah yang kemudian menuntut

agar organisasi tersebut berubah. Hampir semua organisasi akan menyesuaikan diri

dengan lingkungan multibudaya. Salah satu kekuatan untuk perubahan organisasi

adalah kekuatan sumber daya manusia. Sumber daya manusia harus berubah dalam

mempertahankan angkatan kerja yang beragam. Dalam mengubah sumber daya

manusia tersebut, suatu perusahaan harus mengadakan pendidikan dan pelatihan

untuk karyawannya.

Universitas Sumatera Utara


5.1.5 Ketersediaan Tenaga Kefarmasian

Hasil wawancara dengan sumber informasi, ketersediaan tenaga kefarmasian

untuk apoteker untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik

Ditiro Sigli, belum memenuhi standar kebutuhan, sedangkan untuk tenaga teknis

kefarmasian/asisten apoteker sudah melebihi kebutuhan. Berdasarkan data sekunder

diketahui bahwa jumlah apoteker sebanyak 5 orang dan asisten apoteker sebanyak 23

orang.

Menurut Permenkes RI Nomor 56 Tahun 2014 bahwa tenaga kefarmasian

ayat (1) huruf b paling sedikit terdiri atas:

h. 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit;

i. 4 (empat) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling sedikit 8

(delapan) orang tenaga teknis kefarmasian;

j. 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 8

(delapan) orang tenaga teknis kefarmasian;

k. 1 (satu) orang apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh minimal 2

(dua) orang tenaga teknis kefarmasian;

l. 1 (satu) orang apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2 (dua)

orang tenaga teknis kefarmasian;

m. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi yang dapat

merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan

dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban

kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit; dan

Universitas Sumatera Utara


n. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat merangkap

melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu

oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja

pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.

Dari uraian persyaratan tenaga kefarmasian di rumah sakit kelas B sesuai

Permenkes RI Nomor 56 Tahun 2014 di atas dapat ditotal dibutuhkan sebanyak 13

apoteker dan tenaga kefarmasian (asisten apoteker) sebanyak 20 orang. Sementara

tenaga kefarmasian (apoteker) di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli dikatakan belum

cukup (5 orang). Dari pengamatan penelitian hal ini dikarenakan pembagian tugas

yang kurang jelas dan sistem pelayanan kefarmasiannya dirasakan mereka kurang.

Menurut peneliti perlu ditetapkan pembagian tugas yang jelas, siapa yang

bertanggungjawab dalam penyusunan e-catalog obat, siapa yang bertanggungjawab

dalam peralatan.

Mengenai sistem pelayanannya, menurut peneliti sebaiknya secara

desentralisasi u ntuk mempermudah pelayanan obat ke pasien mengingat pasien

cukup banyak (BOR >95%). Walau dalam Permenkes No. 56 tahun2 014 diperlukan

banyak tenaga kefarmasian namun tidaklah mungkin didapat mengingat

pengangkatan kepegawaian sulit. Jadi sistem pembagian tugas dan sistem pelayanan

kefarmasian serta letak satu unit pelayanan dengan unit lainnya perlu kebijakan yang

diambil.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah apoteker masih kurang

sedangkan jumlah asisten apoteker sudah berlebih. Maka dapat disimpulkan bahwa

Universitas Sumatera Utara


ketersediaan apoteker untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk

Chik Ditiro Sigli belum mendukung.

5.1.6 Ketersediaan Tenaga Kesehatan Masyarakat

Tenaga kesehatan masyarakat lebih diperlukan untuk kegiatan PKRS sebagai

salah satu instalasi dan rumah sakit pemerintah. Tenaga kesehatan masyarakat ini

juga dapat dipakai sebagai tenaga pembantu dalam kegiatan konseling dan kegiatan

pada instasi apalagi di era JKN.

Hasil penelitian diketahui bahwa jumlah tenaga kesehatan masyarakat

sebanyak 30 terdiri dari 26 tenaga kesehatan masyarakat berstatus PNS dan 4 status

sedang magang. Jumlah tenaga kesehatan masyarakat untuk kesiapan dalam

menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli, sudah memenuhi standar

kebutuhan rumah sakit.

Jumlah tenaga kesehatan masyarakat ini jika ditinjau dari kebutuhan BLUD

RSU Tgk Chik Ditiro Sigli terutama untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN

sudah sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Sebagaimana menurut Permenkes RI

Nomor 56 Tahun 2014 Pasal 34 bahwa “Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain

dan tenaga nonkesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf d dan

e disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.”

5.1.7 Ketersediaan Tenaga Gizi

Hasil penelitian diketahui bahwa diketahui bahwa jumlah tenaga gizi untuk

kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sebanyak

7 orang, dan jumlah ini masih kurang bila dikaitkan dengan kebutuhan rumah sakit (9

Universitas Sumatera Utara


orang). Sebagaimana menurut Permenkes RI Nomor 56 Tahun 2014 Pasal 34 bahwa

“Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain dan tenaga nonkesehatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf d dan e disesuaikan dengan kebutuhan

pelayanan Rumah Sakit.”

5.1.8 Ketersediaan Tenaga Keterapian Fisik

Dengan menghitung kasus kecelakaan dan tingginya kasus hipertensi

diperlukan ketenagaan keterapian fisik yang khusus seperti speech therapy dan

sebagainya. Hasil penelitian diketahui bahwa jumlah tenaga keterapian fisik sebanyak

11 orang dan seluruhnya berstatus PNS. Jumlah ini sudah memenuhi kebutuhan

rumah sakit. Apalagi pada masa-masa tertentu ada tenaga keterapian fisik yang

melakukan magang di rumah sakit ini, sehingga bisa dimanfaatkan untuk membantu

tugas-tugas pelayanan terapi kepada pasien.

Jumlah tenaga keterapian fisik ini jika ditinjau dari kebutuhan BLUD RSU

Tgk Chik Ditiro Sigli terutama dalam mendukung kesiapan rumah sakit di era JKN

sudah sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Sebagaimana menurut Permenkes RI

Nomor 56 Tahun 2014 Pasal 34 bahwa “Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain

dan tenaga nonkesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf d dan

e disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.”

5.1.9 Ketersediaan Tenaga Keteknisian Medis

Hasil penelitian diketahui bahwa jumlah tenaga keteknisian medis ada 45

orang terdiri dari 32 PNS dan 13 magang. Jumlah ini sudah sudah memenuhi

kebutuhan untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik

Universitas Sumatera Utara


Ditiro Sigli. Namun secara kualitas ke depannya perlu diberikan pelatihan baik di

internal rumah sakit maupun dengan dikirim ke instansi/institusi terkait.

Jumlah tenaga keterapian fisik ini jika ditinjau dari kebutuhan BLUD RSU

Tgk Chik Ditiro Sigli terutama untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD

RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sudah sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.

Sebagaimana menurut Permenkes RI Nomor 56 Tahun 2014 Pasal 34 bahwa “Jumlah

dan kualifikasi tenaga kesehatan lain dan tenaga nonkesehatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf d dan e disesuaikan dengan kebutuhan

pelayanan Rumah Sakit.”

Dari hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum BLUD

RSU Tgk Chik Ditiro Sigli ditinjau dari faktor ketersediaan tenaga kesehatan sudah

benar-benar siap memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Era JKN.

Jika dilihat dari aspek kuantitas, jumlah SDM (semua kategori tenaga kesehatan

kecuali tenaga keperawatan) rata-rata sudah memenuhi bahkan melebihi standar kelas

B, namun dari aspek kualitas perlu peningkatan seperti tenaga keperawatan dan

tenaga keteknisian medis. Kondisi ini memberi dampak pada beberapa kasus pasien

JKN tidak bisa ditangani di rumah sakit ini, seperti trauma kepala karena tidak

tersedianya dokter spesialis bedah saraf maka terpaksa dirujuk ke rumah sakit tersier.

Penelitian Fajrin tahun 2013 tentang implementasi Kebijakan Pelayanan

Jaminan Kesehatan Kota (Jamkesko), yang merupakan penelitian deskriptif kualitatif.

Dengan hasil penelitian bahwa implementasi kebijaksan program pelayanan Jaminan

Kesehatan Kota (Jamkesko) di Kecamatan Pontianak Selatan belum berlangsung

Universitas Sumatera Utara


efektif dan cenderung lambat. Belum efektif dan lambatnya implementasi kebijakan

program pelayanan jaminan kesehatan Kota tersebut, tercermin dari aspek isi

kebijakan yang menyangkut dengan aspek perubahan yang diinginkan, minimnya

jumlah pelaksana yang terlibat, serta sumber daya yang kurang berkomitmen.

5.2 Kecukupan Infrastruktur untuk Kesiapan dalam Menghadapi Era JKN di


BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli

Mengingat BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli ini kegiatannya dianggap

overload terlihat dari BORnya di atas 95%, hal ini sudah diharuskan penambahan

ruangan perawatan dengan fasilitasnya. Disamping ruang perawatan, diperlukan juga

penambahan infrastruktur lainnya seperti ruang CT scan, serta ruang tunggu dan

sebagainya.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014

tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit pasal 35 bahwa khusus untuk rumah

sakit kelas B berlaku ketentuan bahwa: (1) Peralatan Rumah Sakit Umum kelas B

harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

(2) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri dari peralatan

medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, rawat intensif, rawat

operasi, persalinan, radiologi, laboratorium klinik, pelayanan darah, rehabilitasi

medik, farmasi, instalasi gizi, dan kamar jenazah.

Dalam penelitian ini, kecukupan infrastruktur untuk kesiapan dalam

menghadapi era JKN di BLUD RSU dikategorikan atas: a)kecukupan prasarana

Universitas Sumatera Utara


rumah sakit; b) kecukupan sarana peralatan medis; dan c) kecukupan obat di rumah

sakit.

5.2.1 Kecukupan Prasarana Rumah Sakit

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prasarana yang ada sudah memenuhi

standar minimal namun perlu peningkatan. Prasarana gedung seperti ruang tunggu

perlu perhatian karena ada keluhan dari pasien maupun keluarga pasien bahwa ruang

tunggu panas karena tidak ada AC dan ventilasi udara sangat kurang. Begitu juga

ruang kamar inap khususnya untuk pasien JKN dan ruang rawat inap di Poli

Kebidanan perlu penambahan.

Sebagaimana diberitakan di Harian Serambi Indonesia oleh Nadar (2014)

bahwa ada keluhan pasien berkaitan dengan kondisi ruang tunggu yang sangat panas

di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli karena tidak dilengkapi dengan AC. Hal ini

dibenarkan oleh Direktur BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli bahwa pasien merasa

panas di ruang tunggu karena belum dipasang AC hanya ada kipas angin.

Dalam mengatasi kekurangan ruang rawat inap untuk pasien JKN, BLUD

RSU Tgk Chik Ditiro Sigli menyikapinya dengan menawarkan pasien JKN untuk

menempati kamar kosong dan mau menambah biaya kamar. Sedangkan untuk pasien

JKN yang enggan mengeluarkan biaya tambahan untuk kamar yang lebih tinggi dari

jatahnya diberi alternatif untuk sementara ditempatkan tetap di ruang rawat inap tapi

pada lorong dengan syarat tidak mengganggu pasien lainnya. Untuk melengkapi

kebutuhan ini, pihak manajemen BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sudah menyusun

Universitas Sumatera Utara


rencana pengusulan penambahan ruang kamar untuk rawat inap khusus pasien JKN

(kelas III).

Jika ditinjau dari nilai Bed Occupancy Rate (BOR) BLUD RSU Tgk Chik

Ditiro Sigli pada tahun 2014 sebesar 96,54% (standar nasional 60%-85%), maka

sudah sepantasnya diperlukan penambahan tempat tidur. Hal ini sesuai dengan aturan

Depkes RI (2005) bahwa angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya

pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang

tinggi (lebih dari 85%) menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi

sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur.

Menurut Edwards III dalam Agustino (2006), fasilitas fisik merupakan faktor

penting dalam implementasi kebijakan. Implementor mungkin mempunyai staf yang

mencukupi, kapabel dan kompeten, tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung (sarana

dan prasarana) maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil.

5.2.2 Kecukupan Sarana Peralatan Medis Rumah Sakit

Dalam hal peralatan hendaknya disesuaikan dengan standar. Dalam era JKN

ini perlu diadakan penyediaan peralatan yang mudah didapat prosesnya yang

disesuaikan dengan masa JKN ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sarana

peralatan medis rumah sakit yang tersedia saat ini untuk kesiapan dalam menghadapi

era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sudah memenuhi standar minimal

untuk rumah sakit kelas B. Namun bila ditinjau dari meningkatnya jumlah pasien

pengguna kartu BPJS di era JKN ini, maka perlu peningkatan di beberapa titik.

Terutama untuk kasus-kasus besar seperti trauma kepala, rumah sakit ini belum

Universitas Sumatera Utara


memiliki alat medis berupa ct-scan, sehingga bila ada pasien dengan kasus yang

disebutkan di atas, terpaksa dirujuk ke rumah sakit tersier di wilayah Kabupaten

Pidie. Ke depannya, manajemen BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli telah

mengusulkan penambahan sarana medis maupun sarana penunjang medis ke atasan.

Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 16

dinyatakan bahwa “Peralatan medis dan non medis harus memenuhi standar

pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai”. Pasal 26 ayat

(2) bahwa “Peralatan medis tertentu yang akan digunakan dalam pelayanan kesehatan

di rumah sakit harus melalui penapisan teknologi”.

Selanjutnya Rumah Sakit Kelas B : harus mempunyai alat kesehatan untuk

paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis dasar, 4 pelayanan spesialis penunjang

medik, 8 pelayanan medik spesialis lainnya dan 2 Pelayanan medik sub spesialis

dasar.

5.2.3 Kecukupan Obat Rumah Sakit

Dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan selama ini kebutuhan obat ada

disediakan melalui APBD walau dirasa kurang cukup, bisa dikarenakan dana terbatas

atau manajemen perencanaannya yang tidak baik. Di era JKN ini, kebutuhan obat

terutama bagi peserta JKN dapat diproses dengan berpedoman pada e-catalog. Hasil

penelitian kecukupan obat untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU

Tgk Chik Ditiro Sigli masih kurang untuk jenis obat yang tidak tercantum di e-

catalog. Sehingga bila obat yang dibutuhkan pasien tidak ada, terpaksa dibeli dari

Universitas Sumatera Utara


apotik lain di luar rumah sakit. Ada kalanya, pasien/keluarga pasien dianjurkan untuk

membeli menggunakan biaya sendiri dan akan diganti pada saat klaim.

Untuk itu, bila ditinjau dari meningkatnya jumlah pasien pengguna kartu

BPJS di era JKN ini, ke depannya perlu pengadaan obat sesuai kebutuhan. Untuk itu

pihak Instalasi Farmasi telah menyusun permintaan kebutuhan obat ke instansi atasan

dan meningkatkan pengawasan penggunaan obat.

Dari hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum

ditinjau dari kecukupan infrastruktur yaitu kecukupan prasarana rumah sakit,

kecukupan sarana peralatan medis, dan kecukupan obat untuk kesiapan dalam

menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sudah memenuhi standar

minimal namun perlu peningkatan dan pengadaan beberapa sarana dan prasarana.

Pengadaan sarana dan prasana yang diperlukan seperti AC/ ventilasi udara di ruang

tunggu, peralatan medis ct-scan dan rongent panoromik. Sedangkan yang perlu

ditingkatkan adalah jumlah ruang rawat inap untuk pasien JKN khususnya di Kelas

III dan di Poli Kebidanan. Masih kurangnya infrastuktur ini memberi dampak pada

adanya pasien JKN yang ditempatkan sementara di lorong ruang rawat inap

menunggu tempat tidur dan kamar rawat inap kosong.

Kondisi masih kurangnya infrastruktur di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli,

dibuktikan di Harian Serambi pada tanggal 1 Desember 2014 bahwa ada 7 pasien

yang dirawat di lorong di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli. Pada saat itu, terlihat

para pasien di lorong ada yang terbaring, ada yang duduk bersandar dengan tangan

terpasang infus. Sesekali keluarga mendampingi mengipasi pasien karena kepanasan.

Universitas Sumatera Utara


Berita lainnya menurut Kepala Bidang Pelayanan Medis BLUD RSU Tgk Chik Ditiro

Sigli bahwa jumlah pasien JKN di rumah sakit ini meningkat hingga 270 pasien pada

tanggal 1 Desember 2014, sementara kapasitas tempat tidur hanya 239. Menyikapi

kondisi ini, selain ditempatkan di lorong, pada kamar yang biasanya berisi 5 tempat

tidur dipadatkan menjadi 7 tempat tidur (Nurhayati, 2014).

Kecukupan infrastruktur rumah sakit dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

kesiapan rumah sakit di era JKN. Menurut Desplaces (2005) definisi kesiapan diawali

dari kesiapan secara individu yaitu: kesiapan individu untuk menghadapi perubahan

akan menjadi daya pendorong yang membuat perubahan itu akan memberikan hasil

yang positif. Beberapa kajian terbaru tentang konstruk variabel kesiapan untuk

berubah menjelaskan bahwa sesungguhnya kesiapan individu untuk berubah dapat

diidentifikasi dari sikap positif individu terhadap perubahan, persepsi dari

keseluruhan warga organisasi untuk menghadapi perubahan, dan rasa percaya

individu dalam menghadapi perubahan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Thalib pada tahun 2009

tentang studi pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat di Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Buton, bahwa pelaksanaan Jamkesmas di RSUD Kabupaten

Buton yang ditinjau dari berbagai aspek diperoleh hasil yaitu untuk aspek

kepesertaan, pelayanan kesehatan dan pendanaan di RSUD Kab. Buton sudah

terlaksana sesuai dengan pedoman pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat namun

dalam pelaksanaannya belum maksimal dan masih terdapat masalah dalam

Universitas Sumatera Utara


pelaksanaannya baik dari pihak rumah sakit, pemerintah setempat maupun dari

pemerintah pusat.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Dewi pada tahun 2010

menunjukkan efektivitas program JKBM (Jaminan Kesehatan Bali Mandra) di

Kecamatan Gianyar sebesar 93,75% yang berarti tingkat efektivitas Program JKBM

di Kecamatan Gianyar Kabupaten Gianyar masuk dalam kategori sangat efektif.

Selain itu keberhasilan Program JKBM dapat disimpulkan bahwa Program JKBM

dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kecamatan Gianyar. Manfaat

paling besar yang dirasakan pengguna JKBM adalah mengurangi pengeluaran biaya

kesehatan mereka. Terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik responden

dengan persepsinya terhadap manfaat Program JKBM.

Dari hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum BLUD

RSU Tgk Chik Ditiro Sigli ditinjau dari kecukupan infrastruktur sudah benar-benar

siap memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Era JKN. Walau dalam

hal persediaan obat khususnya pada akhir bulan sering kurang, namun pihak

manajemen rumah sakit selalu memberikan jalan keluar. Hal ini lebih dibuktikan

dengan tingkat efektivitas BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli dinilai dari Bed

Occupancy Ratio (BOR) sudah melebihi target nasional (BOR ideal: 60-85%) yaitu

sebesar 96,54%.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang telah dilakukan dapat

diambil kesimpulan:

1. Ketersediaan tenaga kesehatan untuk kesiapan menghadapi era JKN di BLUD

RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sebagian sudah memenuhi kebutuhan sesuai kelas B

dan sebagian masih kurang, dengan rincian sebagai berikut:

a. Ketersediaan dokter spesialis masih perlu penambahan karena belum ada

dokter spesialis bedah saraf dan subspesialis.

b. Ketersediaan dokter umum sudah melebihi jumlah yang dibutuhkan.

c. Ketersediaan dokter gigi belum memenuhi kebutuhan karena belum ada

dokter spesialis gigi dan subspesialis.

d. Ketersediaan perawat belum memenuhi kebutuhan rumah sakit sementara

bidan sudah memenuhi.

e. Ketersediaan apoteker belum memenuhi kebutuhan rumah sakit sedangkan

tenaga asisten apoteker sudah melebihi.

f. Ketersediaan tenaga kesehatan masyarakat sudah memenuhi kebutuhan

rumah sakit namun belum dimaksimalkan pemberdayaannya.

g. Ketersediaan tenaga gizi belum memenuhi kebutuhan rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara


h. Ketersediaan tenaga keterapian medis sudah memenuhi kebutuhan rumah

sakit.

i. Ketersediaan tenaga keteknisian medis sudah memenuhi kebutuhan rumah

sakit, namun perlu peningkatan secara kualitas.

2. Kecukupan infrastruktur untuk kesiapan menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk

Chik Ditiro Sigli sebagian sudah memenuhi kebutuhan sesuai kelas B dan

sebagian masih kurang, dengan rincian sebagai berikut:\

a. Ruang tunggu di poli rawat jalan masih perlu pengadaan AC, gedung rawat

inap untuk Poli Kebidanan masih perlu penambahan dan depo obat masih

terisi di Instalasi Farmasi saja namun belum ada di tiap ruang perawatan.

b. Peralatan medis berupa ct-scan dan rongent panoramik untuk mengetahui

keadaan gigi pada saluran akar gigi belum ada.

c. Kecukupan obat masih terbatas pada daftar obat yang ada di e-catalog.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka diajukan beberapa saran sebagai

berikut:

1. Kepada Rumah Sakit

Dengan baru beralihnya status kelas BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli jadi kelas

B dan melihat lokasi rumah sakit di jalan lintas Sumatera dan kasus-kasus pasien

rumah sakit yang tinggi (BOR 96,54%) disarankan:

Universitas Sumatera Utara


a. Rumah sakit mengusulkan penambahan tenaga ahli sesuai standar rumah sakit

kelas B (seperti dokter spesialis dan perawat).

b. Mengingat rumah sakit ini berada di jalan lintas perlu diusulkan penambahan

peralatan seperti CT scan.

c. Rumah sakit perlu mengusulkan penambahan ruang perawatan dengan

peralatannya mengingat BOR > 95%.

d. Perlu penambahan infrastruktur lainnya untuk kenyamanan seperti ruang

tunggu yang nyaman, dan halaman parkir yang luas.

e. Mengusulkan penambahan tenaga subspesialis sesuai kebutuhan seperti ahli

gigi, ahli jantung dan sebagainya.

f. Mengembangkan program pelatihan untuk tenaga yang diperlukan (seperti

perawat, tenaga administrasi dan sebagainya) sesuai dengan kebutuhan.

g. Rumah sakit membuat rencana kerja dan rencana kebutuhan dana untuk

diusulkan ke pusat dalam rangka meningkatkan kinerja rumah sakit.

h. Diperlukan tambahan insentif tenaga spesialis dalam meningkatkan kinerja

dan menghindari turn over.

2. Kepada Pemerintah Kabupaten Pidie

a. Mengusulkan penambahan ruang perawatan dan tempat tidur khusus untuk

ruang rawat inap di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli.

b. Menyalurkan tambahan anggaran di APBD Rumah Sakit untuk biaya

beasiswa bagi tenaga kesehatan melanjutkan pendidikannya khususnya dokter

spesialis di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli.

Universitas Sumatera Utara


c. Menempatkan formasi tenaga kesehatan dan non kesehatan PNS yang

diusulkan oleh BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli.

d. Penambahan tenaga administrasi terutama keuangan/akuntansi dan tenaga-

tenaga yang dibutuhkan sesuai struktur BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli

kelas B.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai