2.1.1 Definisi pengetahuan Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain pengalaman, kita juga menjadi tahu karena kita diberitahu oleh orang lain. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (prasetyo, 2007). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo,2007). Pengetahuan (knowledge) adalah suatu proses dengan menggunakan panca indra yang dilakukan seseorang terhadap obyek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan ketrampilan (Hidayat, 2007). Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber seperti, media poster, kerabat terdekat, media masa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, dan sebagainya. Pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu, sehingga seseorang berprilaku sesuai dengan keyakinan tersebut (hidayat, 2007) 2.1.2 Cara memperoleh pengetahuan Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua, menurut wawan (2010) yaitu : 2.1.2.1 Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan Cara cara penemuan pengetahuan pada periode ini di lakukan sebelum ditemukan metode ilmiah,yang meliputi : pertama, Cara coba salah (Trial and error) Cara coba-coba salah dilakukan dengan menggunakan kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. apabila tidak berhasil, maka akan dicoba kemungkinan yang lain lagi sampai didapatkan hasil mencapai kebenaran. Kedua, Cara kekuasaan atau otoritas pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan. Ketiga, Berdasarkan pengalaman pribadi hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang sama, orang dapat juga menggunakan masalah tersebut. Keempat, Melalui jalan pikiranDari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikiran. 2.1.2.2 Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah. 2.1.3 Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan : pertama, Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagai nya. Kedua, Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari. Ketiga, Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Keempat, Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kelima, Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari fomulasi-formulasi yang ada. Keenam, Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. 2.1.4 Faktor – faktor yang mempengruhi pengetahuan Menurut wawan (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain : 2.1.4.1 Faktor internal, meliputi : pertama, pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat keselamatan dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan dipelukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah mnerima informasi. Kedua, pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga (Thomas yang dikutip Nursalam,2003) Pekerjaan merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan, bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga, dengan demikian akan berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang dengan hal yang selalu dilakukan. Ketiga, Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun (Elisabeth BH dikutip Nursalam, 2003) Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinngi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa. 2.1.4.2 Faktor Eksternal Ada dua faktor eksternal yang mempengaruhi diantaranya : perama, lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat memmpengauhi perkembanagn dan perilaku orang atau kelompok (Ann marinner dikutip Nursalam, 2003). Kedua, Sistem sosial buadaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi. 2.1.5 Pengukuran pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket (kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan atas. Pengukuran tingkat pengetahuan dimaksudkan untuk mengetahui status pengetahuan seseorang dan disajikan dalam distribusu frekuensi (Notoatmojo,2007).
2.2 Tingkat kecemasan pasien pra operasi bedah.
2.2.1 Pengertian kecemasan Kecemasan adalah istilah yang sering di gunakan dalam kehidupan sehari- hari, yaitu menggambarkan kekhawatiran, kegelisahan yang tidak jelas, atau reaksi ketakutan dan tidak tentram yang terkadang diikuti dengan keluhan fisik. Ganguan kecemasan adalah gangguan yang berkaitan dengan perasaan khawatir yang tidak nyata, tidak masuk akal, tidak sesuai antara yang berlangsung terus atas prinsip yang terjadi (manifestasi) dan kenyataan yang di rasakan (pieter, 2010). Menurut Asmadi (2008), kecemasan adalah reaksi emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu diluar dirinya dan mekanisme pertahanan dirinya dalam menghadapi masalah. Menurut carpenito (2009), cemas berbeda dengan takut, walaupun hampir sama tetapi terdapat perbedaan yang penting, yaitu: Takut merupakan rasa tidak berani terhadap suatu objek yang konkrit. Kecemasan menyerang pada tingkat lebih dalam dari pada takut, yaitu sampai pusat kepribadian. 2.2.2 Gejala gejala kecemasan Menurut Hawari (2008), gejala klinik kecemasan diantaranya : Cemas, khawatir, takut akan pikirannya sendiri, dan mudah tersinggung. Tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut, takut sendiri atau takut banyak orang,gangguan konsentrasi atau daya ingat, gangguan pola tidur. Keluhan sometik, seperti sakit pada tulang dan otot, pendengaran berdenging, berdebar debar sesak napas, gangguan pencernaan, perkemihan dan sakit kepala. 2.2.3 Rentang respon kecemasan Menurut stuart dan sundeen (2007), ada beberapa tingkat kecemasan diantara nya : peratama, Kecemasan ringan adalah Keadaan ini berhubungan dengan ketegangan akan kehidupan sehari hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya, kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. Kedua, kecemasan sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak yang selektif namun dapat berfungsi pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya. Ketiga, Kecemasan berat sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada suatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku di tunjukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk brfokus pada area lain. Keempat, Kecemasan sangat berat dan panik Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan berpengarah, ketakutan dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan terkendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup di organisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika langsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelemahan dan kematian. 2.2.4 Ukur kecemasan Zung self- rating anxiety scale (ZSAS)di rancang oleh william WK zung MD, (1929-1992) telah digunakan secara luas sebagai alat skrining kecemasan. Kuesioner ini juga sering digunakan untuk menilai kecemasan selama dan setelah seseorang mendapatkan terapi atas gangguan yang dialami nya. Terdapat 20 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan dinilai 1-4 (1: tidak pernah, 2: kadang –kadang, 3: sebagian waktu, 4: hampir setiap waktu). Terdapat 15 pertanyaaan ke arah peningkatan kecemasan dan 5 pertanyaan ke arah penurunana kecemasan. Rentang penilaian 20-80, dengan pengelompokan antara lain: skor 20-44 kecemasan ringan, skor 45-59 kecemasan sedang, skor 60-74 kecemasan berat, skor 75-80 kecemasan panik. Menurut Ramaiah (2005) ada berbagai kejala kecemasan yang menahun, gejala-gejala ini yang paling lazim ialah: Kejengkelan umum : rasa gugup, jengkel, tegang dan rasa panik, rasa cemas berkepanjangan bahwa suatu bencana yang tidak jelas segera menyerang menyebabkan seseorang tidak dapat tidur dan selama siang hari menyebabkan seseorang itu mudah merasa lelah. Sakit kepala : ketegangan otot, khususnya di kepala, di daerah tengkuk dan di daearah tulang punggung, mungkin menyebabkan sakit kepala atau rasa tidak enak atau denyut-denyut kesakitan. Rasa sakitnuya mungkin terdapat di belakang kepala, di atasnya, atau di sebelah depan. Gemetaran :sekujur tubuh gemetaran, khususnya di lengan dan tangan. Aktivitas system otonomik yang meningkat: fungsi tubuh seperti pernapasan, pencernaan makanan, denyut jantung, dan sebagiannya dinamakan “fungsi otonomik” karena berfungsi secara mandiri, tanpa pengaruh dari luar. Kecemasan dapat meningkatkan aktivitas system otonomik ini dan karena itu menyebabkan keringat bercucuran (khususnya di telapak tangan), serta memanas dan menerah wajah. meningkatnya kegiatan otonomik juga menyebabkan gangguan dalam sistem pencernaan makanan. “rasa mual di dalam perut” sangat lazim timbul. Gejala gejala lain mencakup rasa terbakar di dalam dada atau perut, rasa penuh di dalam perut, sering diiringi sendawa, gangguan di perut, (khususnya mencret) dan makin sering buang air kecil. Diantara pusat otak dan kortek terletak sistem limbik. Sistem limbik memungkinkan mengontrol insting dan naluri kita, misalnya kita dipukul seseorang dan secara reflek kita akan berteriak. Konsultasi antara pusat otak bagian atas dengan sistem limbik sangat penting dalam formulasi emosi. Sistem limbik dihubungkan dengan daerah korteks serebal yang terlibat dalam pembelajaran kompleks, bernalar, dan personalitas. Limbik perempuan lebih besar daripada laki laki karena perempuan lebih sensitif dalam hal berperasaan dibanding laki laki karena semakin besar limbik seseorang maka semakin besar pula tingkat hubungan emosionalnya. Penting untuk diingat bahwa pemulihan kemajuan dalam gangguan kecemasan pada umumnya berbeda dari orang ke orang. Ada penderita yang sembuh setelah mendapat pengobatan jangka pendek, sementara yang lain tetap menunjukan gejala-gejala dan ketidakmampuan menjalani kehidupan normal pada tingkat kegawatan yang berbeda beda. Kecemasan yang menahun dalam diri orang muda dewasa sering cenderung menjadi kurang berat dengan tambahnya usia, khususnya jika mencapai sukses dan kestabilan dalam kehidupan profesi dan juga kehidupan pribadi.
2.2.5 Proses adaptasi kecemasan
2.2.5.1 Mekanisme koping Strategi pemecahan masalah bertujuan untuk mengatasi atau menanggulangi masalah atau ancaman yang ada dengan kemampuan realistis. Strategi pemecahan masalah ini secara ringkas dapat di gunakan dengan metode STOP yaitu source, trial and error, others, serta pray and patient. Source berarti mencari dan mengidentifikasi apa yang menjadi sumber masalah. Trial dan error mencoba sebagai rencana pemecahan masalah yang di susun. Bila satu tidak berhasil maka mencoba lagi dengan metode yang lain. Begitu selanjutnya. Others berarti meminta bantuan orang lain bila diri sendiri tidak mampu, Sedangkan pray and patient yaitu berdoa kepada Tuhan. Hal yang perlu dihindari adalah adanya rasa keputusasaan yang terhadap kegagalan yang dialami. Task oriented (berorentasi pasa tugas). Dipikirkan untuk memecahkan masalah, konflik, memenuhi kebutuhan, Realistis memenuhi tuntunan situasi stres. Disadari dalam berorentasi pada tindakan. Berupa reaksi melawan (mengatasi rintangan untuk memuaskan kebutuhan), menarik diri (menghindari sumber ancaman fisik atau psikologis), kompromi (mengubah cara, tujuan untuk memuaskan kebutuhan). Ego oriented, berguna untuk melindungi diri dengan perasaan yang tidak adekuat seperti inadequacy dan perasaan buruk berupa penggunaan mekanisme pertahanan diri (defends mechanisme). Jenis mekanisme pertahanan diri dikemukakan oleh freud, tetapi beberapa yang lain merupakan hasil pengembangan ahli psikoanalisis lainnya yaitu: pertama, Denial Menghindar atau menolak untuk melihat kenyataan yang tidak diinginkan denagn cara mengabaikan dan menolak kenyataan tersebut. Kedua, proyeksi Menyalahkan orang lain mengenai ketidakmampuan pribdinya atas kesalahan yang diperbuatnya. Mekanisme ini digunakan untuk menghindari celaan atau hukuman yang mungkin akan ditimpakam pada dirinya. Ketiga, Represi Menekan kealam tidak sadar dan sengaja melupakan terhadap pikiran, perasaan, dan pengalaman yang menyakitkan. Keempat, Regresi Kemunduran dalam hal tingkah laku yang dilakukan individu dalam menghadapi stress. Kelima, Rasionalisasi Berusahalah memberikan alasn yang masuk akal terhadap perbuatan yang dilakukannya. Keenam, Fantasi Keinginan yang tidak tercapai dipuaskan dengan imajinasi yang diciptakan sendiri dan merupakan situasi yang berkhayal. Ketujuh, Displacement Memindahkan perasaan yang tidak menyenangkan diri atau objek ke orang atau objek lain yang biasanya lebih kurang berbahaya dari semula. Kedelapan, Undoing Tindakan atau komunikasi tertentu yang bertujuan menghapuskan atau meniadakan tindakan sebelumnya. kesembilan, Kompensasi Menutupi kekurangan dengan meningkatkan kelebihan yang ada pada dirinya. Menurut kalista roy (2004) mengatakan manusia makhluk yang unik karenanya mempunyai respon yang berbeda beda terhadap cemas tergantung kemampuan adaptasi ini dipengaruhi oleh pengalaman berubah dan kemampuan koping individu. Koping adalah mekanisme mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi stress. Selanjutnya Roy (1974) menerangkan proses adaptasi dipengaruhi oleh 2 aspek yaitu masing masing individu dan kemampuan adaptasi ini dipengaruhi oleh pengalaman berubah dan kemampuan koping individu diantaranya : Stresor (stimulus lokal), Yaitu semua rangsang yang dihadapi individu dan memerlukan respon adaptasi, mediator (proses adaptasi). Stimulus internal, Yaitu faktor dari dalam yang dimiliki individu seperti keyakinan, pengalaman masa lalu, sikap, dan kepribadian. Stimulus eksternal (kontekstual), Yaitu faktor dari luar yang berkontribusi atau melatarbelakangi dan mempengaruhi respon adaptasi individu terhadap stresor yang dihadapi. 2.2.6 Konsep pra operasi 2.2.6.1 Pengertian Pra operasi Perawatan pra operasi merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan. Perawatan intra operatif dimulai sejak pasien ditranfer ke meja bedah dan berakhir bila pasien di tranfer ke wilayah ruang pemulihan. Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan intra operatif yang dimulai saat pasien diterima di ruang pemulihan/pasca anastesi dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.(shodiq,2009). 2.2.6.2 Persiapan pre Operasi Persiapan pembedahan dapat di bagi menjadi 2 bagian, yaitu meliputi persiapan psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi(khusus pasien) (Robby,2009). Persiapan psikologi, terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak stabil. Hal ini dapat di sebabkan karena: Takut akan perasaan sakit, narcosa atau hasilnya, keadaan sosial ekonomi dari keluarga. Penyuluhan merupakan fungsi penting dari perawat pada fase pra bedah dan dapat mengurangi cemas pasien. Hal hal di bawah ini penyuluhan yang dapat diberikan kepada pasien pra bedah. Penjelasan tentang peristiwa, Informasi yang dapat membantu pasien dan keluarganya sebelum operasi: Pemeriksaan pemeriksaan sebelum operasi(alasan persiapan), Hal hal yang rutin sebelum operasi, alat alat khusus yang diperlukan, pengiriman keruang bedah, ruang pemulihan, kemungkinan pengobatan setelah operasi. Kemungkinan pengobatan pengobatan setelah operasi: Perlu peningkatan mobilitas sedini mungkin, perlu kebebasan saluran napas, antisipasi pengobatan. Bernapas dalam dan latihan batuk, latihan kaki, mobilitas, membantu kenyamanan. 2.2.7. Persiapan fisiologi Beberapa persiapan fisiologis yang perlu di persiapkan sebelum tindakan pra operasi : pertama, Diet 8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam sebelum operasi pasien tidak diperbolehkan minum, (puasa) pada operasi dengan anastesi umum. Pada pasien dengan anastesi lokal atau spinal anastesi makanan ringan diperbolehkan. Bahaya yang sering terjadi akibat makan/minum sebelum pembedahan antara lain :Apirasi saat pembedahan, mengotori meja operasi, mengganggu jalannya operasi. Kedua, Persiapan kulit Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran dilakukan pada waktu malam menjelang operasi. Rambut pubis di cukur bila perlu saja, lemak dan kotoran harus terbebas dari daerah kulit yang akan di operasi. Luas daerah yang di cukur sekurang-kurangnya 10-20 cm. Ketiga, Hasil pemeriksaan Meliputi hasil laboratorium, foto rongen, ecg, usg, dan lain lain. Keempat, Persetujuan operasi/informed consent Izin tertulis dari pasien/keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa didapat dari keluarga terdekat yaitu suami/isteri, anak tertua dan keluarga terdekat. Pada kasus gawat darurat ahli bedah mempunyai wewenang untuk melaksanakan operasi tanpa surat izin tertulis dari pasien atau keluarga, setelah dilakukan berbagai usaha untuk mendapat kontak dengan anggota keluarga pada sisa waktu yang masih mungkin. 2.2.8. Persiapan akhir sebelum operasi di kamar operasi (serah terima dengan perawat OK) 2.2.8.1 Mencegah cedera Untuk melindungi pasien dari kesalahan identifikasi atau cedera perlu dilakukan hal tersebut di bawah ini: Cek daerah kulit / persiapan kulit dan persiapan perut (lavemen) ,Cek gelang identitas / identifikasi pasien, Lepas tusuk konde, wig, peciLepas perhiasan, Bersihkan cat kuku, Kontak lensa harus dilepas dan diamankan, Protesa (gigi palsu, mata palsu) harus dilepas. Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang/ada gangguan pendengaran, Kaos kaki anti emboli perlu dipasang pada pasien yang beresiko terhadap tromboplebitis, Kandung kencing harus sudah kosong, Status pasien beserta hasil pemeriksaan harus dicek meliputi: Catatan tertang persiapan kulit, pengukuran tanda tanda vital, pemberian obat pre medikasi, tanyakan tentang riwayat pengobatan rutin, misalnya pengobatan epilepsi, kencing manis, darah tinggi atau riwayat penyakit lainnya. Data antopometri, informed sonsent, dan pemeriksaan laboratorium. 2.2.8.2 Pemberian obat pra medikasi Obat obatan pra anaestesi di berikan untuk mengurangi kecemasan, memperlancar induksi dan untuk pengelolaan anastesi. Sedative biasanya diberikan pada malam menjelang operasi agar pasien tidur banyak dan mencegah terjadinya kecemasan. 2.3 Kerangka Teori
Tingkat pengetahuan Tingkat kecemasan Tingkat kecemasan
informasi pra bedah pasien pra bedah - Ringan - Sedang - berat
Faktor pengetahuan Gejala kecemasan:
- pendidikan - pekerjaan Cemas, khawatir, takut - umur akan pikirannya sendiri dan mudah tersinggung Tegaang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut Gangguan pola tidur dan mimpi yang menyeramkan Takut sendiri atau takut banyak orang Gangguan konsentrasi atau daya ingat
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : modifikasi dari Asmadi (2008), Hawari(2008), stuart dan sunden(2007) dan (bobak, lowderwek &jansen, 2004 dalam said 2015)
2.4. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel dependen Variabel independen
Tingkat pengetahuan Tingkat kecemasan
informasi pasien pra operasi bedah umum Pra bedah 2.5. Hipotesis penelitian Hipotesis adalah suatu jawaban semetara dari pertanyaan penelitian. Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel, variabel bebas dan terikat. Hipotesis berfungsi untuk menentukan ke arah pembuktian, artinya hipotesis ini merupakan pernyataan yang harus dibuktikan (Notoatmojo, 2002). Hipotesis alternatif (Ha) merupakan hipotesis yang menyatakan adanya suatu perbedaan antara dua variabel (Notoatmodjo, 2003). Hipotesis nol (H0) merupakan hipotesis yang merupakan hipotesis yang menyatakan suatu kesamaan atau tidak adanya suatu perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok atau lebih mengenai suatu hal yang dipermasalahkan (Notoatmojo, 2003) Ha : ada hubungan tingkat pengetahuan informasi pra bedah dengan tingkat kecemasan pasien pra bedah umum. H0 : tidak ada hubungan tingkat pengetahuan informasi pra bedah dengan tingkat kecemasan pasien pra bedah umum.