Anda di halaman 1dari 14

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tingkat pengetahuan informasi pra bedah


2.1.1 Definisi pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita dapat
mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain
pengalaman, kita juga menjadi tahu karena kita diberitahu oleh orang lain.
Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (prasetyo, 2007).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmojo,2007).
Pengetahuan (knowledge) adalah suatu proses dengan menggunakan panca
indra yang dilakukan seseorang terhadap obyek tertentu dapat menghasilkan
pengetahuan dan ketrampilan (Hidayat, 2007).
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal
dari berbagai macam sumber seperti, media poster, kerabat terdekat, media
masa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, dan sebagainya.
Pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu, sehingga seseorang
berprilaku sesuai dengan keyakinan tersebut (hidayat, 2007)
2.1.2 Cara memperoleh pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua, menurut wawan
(2010) yaitu :
2.1.2.1 Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan
Cara cara penemuan pengetahuan pada periode ini di lakukan sebelum
ditemukan metode ilmiah,yang meliputi : pertama, Cara coba salah (Trial
and error) Cara coba-coba salah dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.
apabila tidak berhasil, maka akan dicoba kemungkinan yang lain lagi
sampai didapatkan hasil mencapai kebenaran. Kedua, Cara kekuasaan
atau otoritas pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau
kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin agama,
maupun ahli ilmu pengetahuan. Ketiga, Berdasarkan pengalaman pribadi
hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa yang
lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat
memecahkan masalah yang sama, orang dapat juga menggunakan
masalah tersebut. Keempat, Melalui jalan pikiranDari sini manusia
telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh pengetahuan,
manusia telah menggunakan jalan pikiran.
2.1.2.2 Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian
ilmiah.
2.1.3 Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif
Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan : pertama, Tahu diartikan sebagai
mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk
kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang telah
diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan dan sebagai nya. Kedua, Memahami diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui,
dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap
objek yang telah dipelajari. Ketiga, Aplikasi diartikan sebagai kemampuan
untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain. Keempat, Analisa adalah suatu kemampuan
untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen,
tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kelima, Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari fomulasi-formulasi yang ada. Keenam,
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
2.1.4 Faktor – faktor yang mempengruhi pengetahuan
Menurut wawan (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
antara lain :
2.1.4.1 Faktor internal, meliputi : pertama, pendidikan berarti bimbingan yang
diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah
cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat keselamatan
dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Pendidikan dipelukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal
yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku
seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap
berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya
makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah mnerima informasi.
Kedua, pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga (Thomas yang dikutip
Nursalam,2003) Pekerjaan merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan, berulang dan banyak tantangan, bekerja umumnya
merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja akan mempunyai
pengaruh terhadap kehidupan keluarga, dengan demikian akan
berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang dengan hal yang selalu
dilakukan. Ketiga, Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun (Elisabeth BH dikutip Nursalam, 2003)
Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir
dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih
dewasa dipercaya dari orang yang belum tinngi kedewasaannya. Hal ini
akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.
2.1.4.2 Faktor Eksternal
Ada dua faktor eksternal yang mempengaruhi diantaranya : perama,
lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan
pengaruhnya yang dapat memmpengauhi perkembanagn dan perilaku
orang atau kelompok (Ann marinner dikutip Nursalam, 2003). Kedua,
Sistem sosial buadaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi
dari sikap dalam menerima informasi.
2.1.5 Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
(kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subyek
penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan
dengan tingkatan-tingkatan atas. Pengukuran tingkat pengetahuan
dimaksudkan untuk mengetahui status pengetahuan seseorang dan disajikan
dalam distribusu frekuensi (Notoatmojo,2007).

2.2 Tingkat kecemasan pasien pra operasi bedah.


2.2.1 Pengertian kecemasan
Kecemasan adalah istilah yang sering di gunakan dalam kehidupan sehari-
hari, yaitu menggambarkan kekhawatiran, kegelisahan yang tidak jelas, atau
reaksi ketakutan dan tidak tentram yang terkadang diikuti dengan keluhan
fisik. Ganguan kecemasan adalah gangguan yang berkaitan dengan perasaan
khawatir yang tidak nyata, tidak masuk akal, tidak sesuai antara yang
berlangsung terus atas prinsip yang terjadi (manifestasi) dan kenyataan yang
di rasakan (pieter, 2010).
Menurut Asmadi (2008), kecemasan adalah reaksi emosi seseorang yang
berhubungan dengan sesuatu diluar dirinya dan mekanisme pertahanan
dirinya dalam menghadapi masalah. Menurut carpenito (2009), cemas
berbeda dengan takut, walaupun hampir sama tetapi terdapat perbedaan
yang penting, yaitu: Takut merupakan rasa tidak berani terhadap suatu objek
yang konkrit. Kecemasan menyerang pada tingkat lebih dalam dari pada
takut, yaitu sampai pusat kepribadian.
2.2.2 Gejala gejala kecemasan
Menurut Hawari (2008), gejala klinik kecemasan diantaranya : Cemas,
khawatir, takut akan pikirannya sendiri, dan mudah tersinggung. Tegang,
tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut, takut sendiri atau takut banyak
orang,gangguan konsentrasi atau daya ingat, gangguan pola tidur. Keluhan
sometik, seperti sakit pada tulang dan otot, pendengaran berdenging,
berdebar debar sesak napas, gangguan pencernaan, perkemihan dan sakit
kepala.
2.2.3 Rentang respon kecemasan
Menurut stuart dan sundeen (2007), ada beberapa tingkat kecemasan
diantara nya : peratama, Kecemasan ringan adalah Keadaan ini
berhubungan dengan ketegangan akan kehidupan sehari hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lapang
persepsinya, kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan serta kreativitas. Kedua, kecemasan sedang memungkinkan
individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang
lain. Kecemasan ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan
demikian, individu mengalami tidak yang selektif namun dapat berfungsi
pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya. Ketiga,
Kecemasan berat sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu
cenderung berfokus pada suatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir
tentang hal lain. Semua perilaku di tunjukan untuk mengurangi ketegangan.
Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk brfokus pada area lain.
Keempat, Kecemasan sangat berat dan panik Tingkat panik dari kecemasan
berhubungan dengan berpengarah, ketakutan dan teror. Hal yang rinci
terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan terkendali,
individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun
dengan arahan. Panik mencakup di organisasi kepribadian dan
menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan
untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan
kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan
dengan kehidupan, jika langsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi
kelemahan dan kematian.
2.2.4 Ukur kecemasan
Zung self- rating anxiety scale (ZSAS)di rancang oleh william WK zung
MD, (1929-1992) telah digunakan secara luas sebagai alat skrining
kecemasan. Kuesioner ini juga sering digunakan untuk menilai kecemasan
selama dan setelah seseorang mendapatkan terapi atas gangguan yang
dialami nya.
Terdapat 20 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan dinilai 1-4 (1: tidak
pernah, 2: kadang –kadang, 3: sebagian waktu, 4: hampir setiap waktu).
Terdapat 15 pertanyaaan ke arah peningkatan kecemasan dan 5 pertanyaan
ke arah penurunana kecemasan. Rentang penilaian 20-80, dengan
pengelompokan antara lain: skor 20-44 kecemasan ringan, skor 45-59
kecemasan sedang, skor 60-74 kecemasan berat, skor 75-80 kecemasan
panik.
Menurut Ramaiah (2005) ada berbagai kejala kecemasan yang menahun,
gejala-gejala ini yang paling lazim ialah:
Kejengkelan umum : rasa gugup, jengkel, tegang dan rasa panik, rasa cemas
berkepanjangan bahwa suatu bencana yang tidak jelas segera menyerang
menyebabkan seseorang tidak dapat tidur dan selama siang hari
menyebabkan seseorang itu mudah merasa lelah. Sakit kepala : ketegangan
otot, khususnya di kepala, di daerah tengkuk dan di daearah tulang
punggung, mungkin menyebabkan sakit kepala atau rasa tidak enak atau
denyut-denyut kesakitan. Rasa sakitnuya mungkin terdapat di belakang
kepala, di atasnya, atau di sebelah depan.
Gemetaran :sekujur tubuh gemetaran, khususnya di lengan dan tangan.
Aktivitas system otonomik yang meningkat: fungsi tubuh seperti
pernapasan, pencernaan makanan, denyut jantung, dan sebagiannya
dinamakan “fungsi otonomik” karena berfungsi secara mandiri, tanpa
pengaruh dari luar. Kecemasan dapat meningkatkan aktivitas system
otonomik ini dan karena itu menyebabkan keringat bercucuran (khususnya
di telapak tangan), serta memanas dan menerah wajah.
meningkatnya kegiatan otonomik juga menyebabkan gangguan dalam
sistem pencernaan makanan. “rasa mual di dalam perut” sangat lazim
timbul. Gejala gejala lain mencakup rasa terbakar di dalam dada atau perut,
rasa penuh di dalam perut, sering diiringi sendawa, gangguan di perut,
(khususnya mencret) dan makin sering buang air kecil. Diantara pusat otak
dan kortek terletak sistem limbik. Sistem limbik memungkinkan
mengontrol insting dan naluri kita, misalnya kita dipukul seseorang dan
secara reflek kita akan berteriak. Konsultasi antara pusat otak bagian atas
dengan sistem limbik sangat penting dalam formulasi emosi. Sistem limbik
dihubungkan dengan daerah korteks serebal yang terlibat dalam
pembelajaran kompleks, bernalar, dan personalitas. Limbik perempuan
lebih besar daripada laki laki karena perempuan lebih sensitif dalam hal
berperasaan dibanding laki laki karena semakin besar limbik seseorang
maka semakin besar pula tingkat hubungan emosionalnya.
Penting untuk diingat bahwa pemulihan kemajuan dalam gangguan
kecemasan pada umumnya berbeda dari orang ke orang. Ada penderita
yang sembuh setelah mendapat pengobatan jangka pendek, sementara yang
lain tetap menunjukan gejala-gejala dan ketidakmampuan menjalani
kehidupan normal pada tingkat kegawatan yang berbeda beda. Kecemasan
yang menahun dalam diri orang muda dewasa sering cenderung menjadi
kurang berat dengan tambahnya usia, khususnya jika mencapai sukses dan
kestabilan dalam kehidupan profesi dan juga kehidupan pribadi.

2.2.5 Proses adaptasi kecemasan


2.2.5.1 Mekanisme koping
Strategi pemecahan masalah bertujuan untuk mengatasi atau
menanggulangi masalah atau ancaman yang ada dengan kemampuan
realistis. Strategi pemecahan masalah ini secara ringkas dapat di
gunakan dengan metode STOP yaitu source, trial and error, others, serta
pray and patient. Source berarti mencari dan mengidentifikasi apa yang
menjadi sumber masalah. Trial dan error mencoba sebagai rencana
pemecahan masalah yang di susun. Bila satu tidak berhasil maka
mencoba lagi dengan metode yang lain. Begitu selanjutnya. Others
berarti meminta bantuan orang lain bila diri sendiri tidak mampu,
Sedangkan pray and patient yaitu berdoa kepada Tuhan. Hal yang perlu
dihindari adalah adanya rasa keputusasaan yang terhadap kegagalan yang
dialami.
Task oriented (berorentasi pasa tugas). Dipikirkan untuk memecahkan
masalah, konflik, memenuhi kebutuhan, Realistis memenuhi tuntunan
situasi stres. Disadari dalam berorentasi pada tindakan. Berupa reaksi
melawan (mengatasi rintangan untuk memuaskan kebutuhan), menarik
diri (menghindari sumber ancaman fisik atau psikologis), kompromi
(mengubah cara, tujuan untuk memuaskan kebutuhan).
Ego oriented, berguna untuk melindungi diri dengan perasaan yang tidak
adekuat seperti inadequacy dan perasaan buruk berupa penggunaan
mekanisme pertahanan diri (defends mechanisme). Jenis mekanisme
pertahanan diri dikemukakan oleh freud, tetapi beberapa yang lain
merupakan hasil pengembangan ahli psikoanalisis lainnya yaitu:
pertama, Denial Menghindar atau menolak untuk melihat kenyataan yang
tidak diinginkan denagn cara mengabaikan dan menolak kenyataan
tersebut. Kedua, proyeksi Menyalahkan orang lain mengenai
ketidakmampuan pribdinya atas kesalahan yang diperbuatnya.
Mekanisme ini digunakan untuk menghindari celaan atau hukuman yang
mungkin akan ditimpakam pada dirinya. Ketiga, Represi Menekan
kealam tidak sadar dan sengaja melupakan terhadap pikiran, perasaan,
dan pengalaman yang menyakitkan. Keempat, Regresi Kemunduran
dalam hal tingkah laku yang dilakukan individu dalam menghadapi
stress. Kelima, Rasionalisasi Berusahalah memberikan alasn yang masuk
akal terhadap perbuatan yang dilakukannya. Keenam, Fantasi Keinginan
yang tidak tercapai dipuaskan dengan imajinasi yang diciptakan sendiri
dan merupakan situasi yang berkhayal. Ketujuh, Displacement
Memindahkan perasaan yang tidak menyenangkan diri atau objek ke
orang atau objek lain yang biasanya lebih kurang berbahaya dari semula.
Kedelapan, Undoing Tindakan atau komunikasi tertentu yang bertujuan
menghapuskan atau meniadakan tindakan sebelumnya. kesembilan,
Kompensasi Menutupi kekurangan dengan meningkatkan kelebihan yang
ada pada dirinya.
Menurut kalista roy (2004) mengatakan manusia makhluk yang unik
karenanya mempunyai respon yang berbeda beda terhadap cemas
tergantung kemampuan adaptasi ini dipengaruhi oleh pengalaman
berubah dan kemampuan koping individu. Koping adalah mekanisme
mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi stress. Selanjutnya
Roy (1974) menerangkan proses adaptasi dipengaruhi oleh 2 aspek yaitu
masing masing individu dan kemampuan adaptasi ini dipengaruhi oleh
pengalaman berubah dan kemampuan koping individu diantaranya :
Stresor (stimulus lokal), Yaitu semua rangsang yang dihadapi individu
dan memerlukan respon adaptasi, mediator (proses adaptasi). Stimulus
internal, Yaitu faktor dari dalam yang dimiliki individu seperti
keyakinan, pengalaman masa lalu, sikap, dan kepribadian. Stimulus
eksternal (kontekstual), Yaitu faktor dari luar yang berkontribusi atau
melatarbelakangi dan mempengaruhi respon adaptasi individu terhadap
stresor yang dihadapi.
2.2.6 Konsep pra operasi
2.2.6.1 Pengertian Pra operasi
Perawatan pra operasi merupakan tahap pertama dari perawatan
perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima
pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk
dilakukan tindakan pembedahan. Perawatan intra operatif dimulai sejak
pasien ditranfer ke meja bedah dan berakhir bila pasien di tranfer ke
wilayah ruang pemulihan.
Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan
intra operatif yang dimulai saat pasien diterima di ruang
pemulihan/pasca anastesi dan berakhir sampai evaluasi
selanjutnya.(shodiq,2009).
2.2.6.2 Persiapan pre Operasi
Persiapan pembedahan dapat di bagi menjadi 2 bagian, yaitu meliputi
persiapan psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan
fisiologi(khusus pasien) (Robby,2009). Persiapan psikologi, terkadang
pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak stabil.
Hal ini dapat di sebabkan karena: Takut akan perasaan sakit, narcosa atau
hasilnya, keadaan sosial ekonomi dari keluarga. Penyuluhan merupakan
fungsi penting dari perawat pada fase pra bedah dan dapat mengurangi
cemas pasien. Hal hal di bawah ini penyuluhan yang dapat diberikan
kepada pasien pra bedah. Penjelasan tentang peristiwa, Informasi yang
dapat membantu pasien dan keluarganya sebelum operasi:
Pemeriksaan pemeriksaan sebelum operasi(alasan persiapan), Hal hal
yang rutin sebelum operasi, alat alat khusus yang diperlukan, pengiriman
keruang bedah, ruang pemulihan, kemungkinan pengobatan setelah
operasi.
Kemungkinan pengobatan pengobatan setelah operasi: Perlu peningkatan
mobilitas sedini mungkin, perlu kebebasan saluran napas, antisipasi
pengobatan. Bernapas dalam dan latihan batuk, latihan kaki, mobilitas,
membantu kenyamanan.
2.2.7. Persiapan fisiologi
Beberapa persiapan fisiologis yang perlu di persiapkan sebelum tindakan
pra operasi : pertama, Diet 8 jam menjelang operasi pasien tidak
diperbolehkan makan, 4 jam sebelum operasi pasien tidak diperbolehkan
minum, (puasa) pada operasi dengan anastesi umum.
Pada pasien dengan anastesi lokal atau spinal anastesi makanan ringan
diperbolehkan. Bahaya yang sering terjadi akibat makan/minum sebelum
pembedahan antara lain :Apirasi saat pembedahan, mengotori meja operasi,
mengganggu jalannya operasi. Kedua, Persiapan kulit Daerah yang akan
dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran dilakukan pada waktu
malam menjelang operasi. Rambut pubis di cukur bila perlu saja, lemak dan
kotoran harus terbebas dari daerah kulit yang akan di operasi. Luas daerah
yang di cukur sekurang-kurangnya 10-20 cm. Ketiga, Hasil pemeriksaan
Meliputi hasil laboratorium, foto rongen, ecg, usg, dan lain lain. Keempat,
Persetujuan operasi/informed consent Izin tertulis dari pasien/keluarga harus
tersedia. Persetujuan bisa didapat dari keluarga terdekat yaitu suami/isteri,
anak tertua dan keluarga terdekat.
Pada kasus gawat darurat ahli bedah mempunyai wewenang untuk
melaksanakan operasi tanpa surat izin tertulis dari pasien atau keluarga,
setelah dilakukan berbagai usaha untuk mendapat kontak dengan anggota
keluarga pada sisa waktu yang masih mungkin.
2.2.8. Persiapan akhir sebelum operasi di kamar operasi (serah terima dengan
perawat OK)
2.2.8.1 Mencegah cedera
Untuk melindungi pasien dari kesalahan identifikasi atau cedera perlu
dilakukan hal tersebut di bawah ini:
Cek daerah kulit / persiapan kulit dan persiapan perut (lavemen) ,Cek
gelang identitas / identifikasi pasien, Lepas tusuk konde, wig, peciLepas
perhiasan, Bersihkan cat kuku, Kontak lensa harus dilepas dan
diamankan, Protesa (gigi palsu, mata palsu) harus dilepas.
Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang/ada gangguan
pendengaran, Kaos kaki anti emboli perlu dipasang pada pasien yang
beresiko terhadap tromboplebitis, Kandung kencing harus sudah kosong,
Status pasien beserta hasil pemeriksaan harus dicek meliputi:
Catatan tertang persiapan kulit, pengukuran tanda tanda vital, pemberian
obat pre medikasi, tanyakan tentang riwayat pengobatan rutin, misalnya
pengobatan epilepsi, kencing manis, darah tinggi atau riwayat penyakit
lainnya. Data antopometri, informed sonsent, dan pemeriksaan
laboratorium.
2.2.8.2 Pemberian obat pra medikasi
Obat obatan pra anaestesi di berikan untuk mengurangi kecemasan,
memperlancar induksi dan untuk pengelolaan anastesi. Sedative
biasanya diberikan pada malam menjelang operasi agar pasien tidur
banyak dan mencegah terjadinya kecemasan.
2.3 Kerangka Teori

Tingkat pengetahuan Tingkat kecemasan Tingkat kecemasan


informasi pra bedah pasien pra bedah - Ringan
- Sedang
- berat

Faktor pengetahuan Gejala kecemasan:


- pendidikan
- pekerjaan  Cemas, khawatir, takut
- umur akan pikirannya sendiri
dan mudah tersinggung
 Tegaang, tidak tenang,
gelisah dan mudah
terkejut
 Gangguan pola tidur
dan mimpi yang
menyeramkan
 Takut sendiri atau takut
banyak orang
 Gangguan konsentrasi
atau daya ingat

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber : modifikasi dari Asmadi (2008), Hawari(2008), stuart dan sunden(2007) dan (bobak,
lowderwek &jansen, 2004 dalam said 2015)

2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel dependen Variabel independen

Tingkat pengetahuan Tingkat kecemasan


informasi pasien pra operasi bedah
umum
Pra bedah
2.5. Hipotesis penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban semetara dari pertanyaan penelitian. Biasanya
hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel, variabel
bebas dan terikat. Hipotesis berfungsi untuk menentukan ke arah pembuktian,
artinya hipotesis ini merupakan pernyataan yang harus dibuktikan (Notoatmojo,
2002). Hipotesis alternatif (Ha) merupakan hipotesis yang menyatakan adanya
suatu perbedaan antara dua variabel (Notoatmodjo, 2003). Hipotesis nol (H0)
merupakan hipotesis yang merupakan hipotesis yang menyatakan suatu kesamaan
atau tidak adanya suatu perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok atau
lebih mengenai suatu hal yang dipermasalahkan (Notoatmojo, 2003)
Ha : ada hubungan tingkat pengetahuan informasi pra bedah dengan tingkat
kecemasan pasien pra bedah umum.
H0 : tidak ada hubungan tingkat pengetahuan informasi pra bedah dengan
tingkat kecemasan pasien pra bedah umum.

Anda mungkin juga menyukai