Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS INDIVIDU

MANAJEMEN FISIOTERAPI PADA HERNIA NUCLEUS PULPOSUS (HNP)

LUMBAL

DIYAH TRI WAHYUNI

PO715241202007

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI

TAHUN 2020
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus Stase Fisioterapi Muskuloskeletal

DIYAH TRI WAHYUNI


PO715241202007

Dengan Judul :
MANAJEMEN FISIOTERAPI PADA HERNIA NUCLEUS PULPOSUS (HNP)

LUMBAL

Periode 3 tanggal 28 Desember 2020 – 23 Januari 2021 di RSUD Sanjiwani Gianyar,

telah disetujui oleh Pembimbing Lahan / Clinical Educator.

Bali, ……………………….

Clinical Educator,

______________________

2
KATA PENGANTAR

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Ida

Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya Laporan

Kasus Stase Fisioterapi Muskuloskeletal dengan judul “Manajemen Fisioterapi pada

Hernia Nucleus Pulposus (HNP) Lumbal” ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Bapak I Gede Sujana, S.Ft, Ftr selaku Clinical Educator di

RSUD Sanjiwani Gianyar, yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan,

semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program Profesi Fisioterapi,

khususnya pada stase musculoskeletal ini.

Penulis tentu menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna

dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis

mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan kasus ini, supaya nantinya

dapat menjadi laporan kasus yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak

kesalahan pada laporan kasus ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Semoga laporan kasus ini bermanfaat dan semoga Ida Sang Hyang Widhi

Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-NYA kepada semua pihak

yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian laporan ini.

Bali, Januari 2021

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Aktivitas manusia yang beragam tanpa disadari dapat menimbulkan berbagai macam

keluhan dan gangguan, ini terjadi karena kurangnya perhatian terhadap masalah keamanan

anggota tubuh terhadap pola gerak yang dilakukan. Misalnya mengangkat beban dengan

tehnik yang salah dapat menimbulkan keluhan pada punggung bawah yang akhirnya dapat

terjadi keluhan nyeri menjalar pada daerah pinggang sampai tungkai yang disebut dengan

ischialgia. Pertambahan usia juga dapat menimbulkan keluhan yang sama salah satunya

penyakit degeneratif yang apabila mengenai tulang belakang akan mengakibatkan perubahan-

perubahan pada tulang tersebut, dan penyakit ini juga dapat mempengaruhi suatu penyakit

lain salah satunya ischialgia (Sidharta, 1999).

Nyeri punggung bawah merupakan permasalahan yang sering dijumpai dan mengenai

60-80 % populasi dalam suatu masa selama hidupnya. Dari semua kasus hanya 20-30 %

kasus yang dapat ditemukan kelainan anatomisnya salah satunya akibat hernia nucleus

pulposus, sisanya sebanyak 70-80 % tidak diketahui penyebabnya (idiopatik). Namun

demikian etiologi dari kelompok yang semula idiopatik dapat ditunjukkan dengan jelas

penyebab dari nyeri punggung bawah tersebut seiring dengan adanya pengetahuan mengenai

biomekanika tulang belakang (vertebra) dan struktur yang erat hubungannya dengan vertebra

tersebut (Minkowsky, 1996, dikutip oleh Yanuar, 2002).

Nyeri punggung bawah dialami oleh 70% orang di negara - negara maju (McIntonsh

dan Hall, 2011). NPB termasuk dalam sepuluh penyakit prevalensi tinggi di dunia. Global

Burden of Disease Study (GBD) 2010 menyatakan bahwa prevalensi nyeri punggung bawah

di dunia 9,17% dengan jumlah populasi 632.045 jiwa. Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi

4
pada laki –laki lebih tinggi sebesar 9,64% daripada perempuan sebesar 8,70% (Vos et al.,

2010).

Di Indonesia tidak terdapat data yang menunjukkan prevalensi nyeri punggung bawah

secara jelas, tetapi prevalensi penyakit sendi di Indonesia berdasarkan diagnosis atau gejala

menurut Riskesdas tahun 2013 adalah 24,7 persen. Prevalensi penyakit sendi berdasarkan

wawancara meningkat seiring dengan bertambahnya umur yaitu prevalensi tertinggi pada

umur ≥75 tahun (33% dan 54,8%). Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi pada perempuan

(27,5%) lebih tinggi dari laki-laki (21,8%) (Riskesdas, 2013).

Ischialgia merupakan suatu kondisi nyeri punggung bawah yang menjalar hingga ke

tungkai dimana pada saraf ischiadicus terdapat gangguan dalam distribusi persarafan

sehingga menyebabkan rasa yang tidak enak atau nyeri. Nyeri tersebut dirasakan bertolak

dari pantat kemudian menjalar sampai pertengahan bagian belakang paha (Sidharta, 1999).

Hernia Nucleus Pulposus diketahui sebagai penyebab yang sering dari nyeri

punggung bawah. Sekitar 95 % HNP pada region lumbal terjadi pada segmen VL 4-L5 atau

VL5-S1 (Yanuar, 2002).

Tingkat gangguan akibat terjadinya ischialgia akibat HNP digolongkan dalam

berbagai tingkat, yaitu dari Impairment seperti nyeri, spasme, keterbatasan LGS, dan

penurunan kekuatan otot, kemudian dari Functional Limitation yaitu kesulitan saat posisi dari

tidur terlentang ke tidur miring, tidur miring ke duduk, duduk ke berdiri, dan berdiri ke

berjalan, dari Participation Restriction yaitu ketidak mampuan melaksanakan interaksi sosial.

Fisioterapi berperan sesuai dengan kondisi problematik pada kasus ischialgia akibat

HNP berdasarkan hasil-hasil kajian fisioterapi yang meliputi assesment, diagnosis, planning,

intervention dan evaluation. Intervensi fisioterapi berupa aspek promotif, preventif, currative,

serta rehabilitative dan maintenance dengan modalitas dasar fisioterapi.

5
Manifestasi klinik HNP tergantung dari radiks saraf yang mengalami lesi. Gejala

klinik yang paling sering adalah ischialgia berupa nyeri radikuler sepanjang perjalanan saraf

ischiadicus (Rempe Y, 2010). Karena nyeri merupakan keluhan subjektif, maka informasi

langsung dari pasien merupakan gold standard untuk melakukan penilaian. Informasi yang

diperoleh dari pasien harus mencakup kondisi saat ini (onset, pola, dan perjalanan penyakit),

lokasi (lokasi primer dan pola penyebaran nyeri), kualitas, faktor-faktor yang memperberat

atau meringankan nyeri, dan beratnya (biasanya diukur dengan verbal rating scale, misal,

ringan-sedang-berat, atau dengan skala numerik (0-10) (Portenoy, 1998).

6
BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Tinjauan Tentang Anatomi Biomekanik

Tulang belakang adalah struktur lentur sejumlah tulang yang disebut vertebra.

Diantara tiap dua ruas vertebra terdapat bantalan tulang rawan. Panjang rangkaian vertebra

pada orang dewasa dapat mencapai 57 sampai 67 cm. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang,

24 buah diantaranya adalah tulang tulang terpisah dan 9 ruas sisanya bergabung

membentuk 2 tulang. Vertebra dikelompokkan dan dinilai sesuai dengan daerah yang

ditempatinya, tujuh vertebra cervical, dua belas vertebra thoracal, lima vertebra lumbalis,

lima vertebra sacralis, dan empat vertebra koksigeus (Pearce, 2009). Susunan tulang

vertebra terdiri dari corpus, arcus, foramen vertebrale, foramen intervertebrale, processus

articularis superior dan inferior, processus transfersus, spina, dan discus intervertebralis.

Gambar 2.1 Vertebra (Eidelson, 2012)

7
Discus intervertebralis terdiri dari dua bagian pokok yaitu nucleus pulposus di

tengah dan anulus fibrosus di sekelilingnya. Discus dipisahkan dari tulang yang di atas

dan di bawahnya oleh dua lempengan tulang rawan yang tipis (Sylvia A, 1995).

Nucleus pulposus adalah bagian tengah discus yang bersifat semi gelatin.

Nukleus ini mengandung berkas-berkas serat kolagen, sel-sel jaringan penyambung dan

sel-sel tulang rawan. Zat ini berfungsi sebagai peredam benturan antara korpus vertebra

yang berdekatan. Selain itu, juga memainkan peranan penting dalam pertukaran cairan

antara diskus dan pembuluh-pembuluh darah kapiler (Reijo A, 2006).

Anulus fibrosus terdiri atas cincin-cincin fibrosa konsentris yang mengelilingi

nukleus pulposus. Anulus fibrosus berfungsi untuk memungkinkan gerakan antara

korpus vertebra (disebabkan oleh struktur spiral dari serabut-serabut), untuk menopang

nukleus pulposus, dan meredam benturan. Jadi anulus berfungsi mirip dengan simpail di

sekeliling tong air atau seperti gulungan pegas, yang menarik korpus vertebra bersatu

melawan resistensi elastis nukleus pulposus, sedangkan nukleus pulposus bertindak

sebagai bola penunjang antara korpus vertebra (ReijoA,2006).

Discus intervertebralis berukuran kira-kira seperempat panjang kolumna

vertebralis. Discus paling tipis terdapat pada daerah thoracal sedangkan yang paling

tebal terdapat di daerah lumbal. Bersamaan dengan bertambahnya usia, kandungan air

diskus berkurang dan menjadi lebih tipis (ReijoA,2006).

8
Gambar 2.2 Nucleus Pulposus (Reijo, 2006)

a. Sistem Otot Vertebra Lumbal

Menurut Moore dan Agur (2013) otot penggerak batang tubuh secara langsung atau

pun tidak langsung mempengaruhi vertebra. Otot-otot tersebut adalah m. erector spinae,

m. psoas, m. rectus abdominis.

1. Musculus Erector Spinae

Origo: berasal melalui tendo yang lebar dari bagian dorsal crista iliaca, permukaan

dorsal sacrum dan processus spinosus vertebrae lumbalis kaudal, dan ligament

supraspinale. Insertion : M. iliocostalis: lumborum, thoracis, dan cervicis; serabut

melintas kranial ke angulus costae kaudal dan proccecus transversus vertebrae

cervicalis.

M. longissimus : thoracis, cervicis dan capitis; serabut melintas kranial ke costae antara

tuberculum costae dan angulus costae, ke proc. Spinosus di daerah thorakal dan

cervical, dan proc. Mastoideus ossis temporalis.

9
M. spinalis : thoracis, cervicis dan capitis: serabut melintas kranial ke proc. Spinosus di

daerah torakal kranial dan cranium.

Fungsi utama : bekerja bilateral: ekstensi columna vertebralis dan kepala sewaktu

punggung membungkuk, otot-otot ini mengatur gerakan dengan memperpanjang

serabutnya secara bertahap, bekerja unilateral yaitu laterofleksi columna vertebralis.

2. Musculus Psoas Major

Origo : Proc. Tansversus vertebrae lumbalis, sisi corpus vertebrae T12-L5 dan discus

intervertebralis.

Insertio : melalui tendon yang kuat pada trochanter minor femur.

Fungsi : Kontraksi bagian kranial bersama m. illiacus mengadakan fleksi paha;

kontraksi bagian kaudal megadakan laterofleksi columna vertebralis; berguna untuk

mengatur keseimbangan batang tubuh seaktu duduk; kontraksi bagian kaudal bersama

m. illiacus mengadakan fleksi batang tubuh.

3. Musculus Rectus Abdominis

Origo : Symphysis pubica dan crista pubica

Insertion: Proc. Xiphoideus dan cartilagines costales V-VII

Fungsi : fleksi batang tubuh dan menekan visera abdomen.

b. Sistem Saraf Vertebra

Tiga puluh satu pasang saraf spinal (nervus spinalis) dilepaskan dari medulla

spinalis. Beberapa anak akar keluar dari permukaan dorsal dan permukaan ventral medulla

spinalis, dan bertaut untuk membentuk akar ventral (radix anterior) dan akar dorsal (radix

posterior). Dalam radix posterior terdapat serabut aferen atau sensoris dari kulit, jaringan

subkutan dan profunda, dan sringkali dari visera.radix anterior terdiri dari serabut eferen

10
atau motoris untuk otot kerangka. Pembagian nervus spinal adalah sebagai berikut: 8

pasang nervus cervicalis, 12 pasang nervus thoracius, 5 pasang nervus lumbalis, 5 pasang

nervus sakralis, dan satu pasang nervus coccygeus.

c. Biomekanika Vertebra Lumbal

Biomekanik terbagi atas gerakan osteokinematik dan arthrokinematik. Gerak

osteokinematik merupakan gerakan yang berhubungan dengan Lingkup Gerak Sendi.

Pada lumbal spine melibatkan gerakan fleksi, ekstensi, rotasi dan lateral fleksi.

Sedangkan gerak arthrokinemetik merupakan gerakan yang terjadi didalam kapsul sendi

pada persendian. Pada lumbal spine gerakannya berupa gerak slide atau glide terjadi

pada permukaan persendian.

1. Osteokinematik

Gerakan osteokinematik pada fleksi dan ekstensi terjadi pada sagital plane, lateral fleksi

pada frontal plane, dan rotasi kanan-kiri terjadi pada transverse plane. Sudut normal

gerakan fleksi yaitu 65° - 85°, gerakan ekstensi sudut normal gerakan sekitar 25°-40°, dan

untuk gerakan lateral fleksi 25°, sedangkan gerakan rotasi dengan sudut normal yang

dibentuk adalah 45° (Reese dan bandy, 2010).

2. Arthrokinematik

Pada lumbal, ketika lumbal spine bergerak fleksi discus intervertebralis tertekan

pada bagian anterior dan menggelembung pada bagian posterior dan terjadi berlawanan

pada gerakan ekstensi. Pada saat lateral flexion, discus intervertebralis tertekan pada sisi

terjadi lateral fleksi. Misalnya, lateral fleksi ke kiri menyebabkan discus intervertebralis

tertekan pada sisi sebelah kiri. Secara bersamaan discus intervertebralis sisi kanan menjadi

menegang. Pada level lumbal spine, jaringan collagen pada setengah dari lamina mengarah

11
pada arah yang berlawanan (kira-kira 120°) dari jaringan setengah lainnya. Setengah

jaringan itu lebih mengarah ke kanan akan membatasi rotasi kekiri.

B. Tinjauan Tentang Herni Nucleus Pulposus

1. Definisi

Ischialgia adalah nyeri yang menjalar menurut perjalanan saraf ischiadicus dari daerah

vertebra lumbosacralis ke distal sepanjang tungkai (Sidharta, 1999).

Hernia nucleus pulposus lumbal adalah keluarnya material nuclear dari pembungkus

anulus fibrosus kapsul (Calliet, 1981), adanya trauma langsung atau tidak langsung pada

discus intervertebralis akan menyebabkan kompresi hebat dan fragmentasi nucleus

pulposus sehingga anulus menjadi pecah bahkan dapat robek. Hernia nukleus pulposus

adalah suatu kondisi dimana menonjolnya sebagian atau seluruh bagian dari sentral

nukleus pulposus kedalam kanalis vertebralis akibat degenerasi dari anulus fibrosus korpus

intervertebralis, yang menyebabkan sakit punggung dan kaki akibat iritasi akar saraf

tersebut (Mujianto, 2013).

2. Anatomi Fungsional

a. Tulang vertebra lumbal

Lumbal tersusun atas lima vertebra lumbal yang masing-masing ruas di pisahkan oleh

adanya diskus intervertebralis. Vertebra pada regio ini ditandai dengan korpusnya yang

besar, laminanya besar dan kuat.Korpusnya jika dilihat dari atas tampak seperti ginjal dan

foramen vertebranya bervariasi mulai dari oval (VL1) sampai triangular (VL5). Prosesus

spinosus vertebra lumbal lebih pendek, tumpul dan mengarah ke posterior dan processus

ricularis vertebra lumbalis, facet superiornya mengarah ke postero medial dan facet

inferiornya mengarah ke antero lateral seperti halnya vertebra lain antar segmen vertebra

12
lumbal juga dipisahkan oleh discus yang dibentuk oleh nucleus polposus pada bagian

centralnya dan annulus fibrosus pada bagian tepinya.

Vertebra lumbalis IV, dilihat dari crania dan ventrall ( Putz R dan Pabst R, 2002)

b. Saraf Ischiadikus

Saraf ischiadikus merupakan saraf perifer terbesar dalam tubuh yang keluar

dari vertebra lumbal 4-5 dan sacral 1-3.Saraf ischiadicus meninggalkan pelvis lewat

foramen ischiadicus major tulang femur dan tuberositas ischiadicus sepanjang

permukaan posterior paha ke ruang poplitea di mana serabut saraf ini berakhir dengan

bercabang menjadi nervus tibialis dan nervus peroneus communis (Chusid, 1993).

Cabang saraf ischiadicus pada paha mensarafi otot hamstring meliputi,

semimembranosus, semitendinosus, dan bicep femoris caput longum. Adductor

magnusotot-otot tersebut diatas berasal dari rami truncus tibialis ramus dari trunkus

peroneus communis mensuplai otot bicep femoris caput brevis karena nervus tibialis

dan peroneus merupakan lanjutan nervus ischiadicus maka juga dikatakan bahwa

semua otot tungkai bawah merupakan kawasan motorik nervus ischiadicus. Kawasan

sensorik nervus ischiadicus terletak diseluruh tungkai bawah yaitu kulit bagian

lateralnya sedangkan sensibilitas tungkai atas bagian ventro lateral diisarafi oleh

13
nervus cutaneus lateral femoris yang merupakan cabang pleksus lumbalis (Chusid,

1993).

Nervus Ischiadicus (Putz R dan Pabst R, 2002).

c. Kelompok otot daerah lumbal

Kelompok otot yang ada pada daerah lumbal secara garis besar yang sesuai

dengan fungsinya masing-masing untuk gerakan-gerakan yang terjadi pada lumbal:

1). Kelompok fleksor dan lateral fleksor

Otot yang berfungsi untuk fleksi lumbal adalah rectus

abdominalis, sedangkan obliqus internus abdominalis dan obliqus

externus abdominalis berfungsi sebagai fleksor dan lateral fleksor trunk

2). Kelompok ekstensor,

Otot-otot yang berfungsi untuk ekstensi lumbal adalah sacrospinalis,

illiocostalis thoracalis, langisimus thorakalis, spinalis thorakalis,

illiocostalis lumborum, quadratus lumborum, semi spinalis, multifidus

dan rotators.

14
3). Kelompok rotators,

Otot-otot yang berfungsi untuk rotasi lumbal adalah obliqus

eksternus, abdominis, obliqus abdominis, latissimus dorsi, semispinalis,

multifidus, rotator dan rectus abdominis (Putz R dan Pabst R, 1995).

1
7

2
6

Otot punggung, dilihat dari dorsal ( Putz R dan Pabst R, 2002)

3. Etiologi

Dilihat dari lokasi awal timbulnya nyeri yang menjalar sepanjang tungkai maka

sindroma ischialgia dapat dideferensiasi dalam tiga golongan yaitu (Sidharta, 1999).

15
a. Ischialgia sebagai perwujudan dari entrapment neuritis

Ischialgia ini terjadi karena n. Ischiadicus terperangkap oleh proses patologis yang

terjadi di berbagai jaringan yang dilewatinya. Jaringan tersebut antara lain: (1) Pleksus

lumbosakralis yang diinfiltrasi oleh sel-sel sarcoma reproperitonial, karsinoma uteri dan

ovarii, (2) Garis persendian sakroiliaka dimana bagian-bagian dari pleksus lumbosakralis

sedang membentuk n. Ischiadikus mengalami proses radang (sakrolitis), (3) Bursitis di

sekitar trochantor mayor femoris, (4) Bursitis pada bursa m. piriformis (5) Adanya

metatasis karsinoma prostat di tuber ischii.

Tempat dari proses patologi primer dari Ischialgia ini dapat diketahui dengan adanya

nyeri tekan dan nyeri gerak. Nyeri tekan dapat dilakukan dengan penekanan langsung pada

sendi panggul, trochantor mayor, tuber ischii dan spina ischiadika. Sedangkan nyeri gerak

dapat diprovokasi dengan cara melakukan tes Patrick dan tes kontra Patrick. Cara

pelaksanaan dari tes Patrick adalah pasien tidur terlentan, dengan knee fleksi dan tumit

diletakkan diatas lutut tungkai yang satunya. Kemudian lutut yang fleksi tadi ditekan

kebawah. Pemeriksaan ini bertujuan untuk merangsang nyeri pada sendi panggul.

Sedangkan tes kontra Patrick kebalikan dari tes Patrick, caranya knee fleksi dengan arah

gerakan endorotasi dan adduksi, kemudian knee didorong ke medial. Tes ini untuk

membuktikan adanya kelainan pada sendi sakroilliaka.

b. Ischialgia sebagai perwujudan entrapment radikulitis dan radikulopati.

Ischialgia ini dapat terjadi karena nucleus pulposus yang jebol ke dalam kanalis

vertebralis, yang sering disebut hernia nucleus pulposus (HNP), ostefit (Spondylosis),

herpes zoster (peradangan) atau karena adanya tumor pada kanalis vertebralis.

Pada kasus ini pasien akan meraskan nyeri hebat, dimulai dari daerah lumbosakral

menjalar menurut perjalanan n. ischiadikus dan lanjutannya pada n. peroneus communis

dan n. tibialis. Makin ke distal nyeri akan berkurang, ini disebabkan karena radiks saraf

16
yang terangsang sehingga nyeri yang dirasakan pada radiks saraf yang bersangkutan.

Ischialgia ini dikenal sebagai Ischialgia disgonik.

Data-data yang dapat diperoleh untuk mengetahui adanya Ischialgia radikulopati,

antara lain : (1) Nyeri punggung bawah (low back pain), (2) Adanya peningkatan tekanan

didalam ruang arachnoidal, seperti : batuk, bersin dan mengejan, (3) Faktor trauma, (4)

Lordosis lumbosakral yang berkurang, (5) Adanya keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS)

lumbosakral, (6) Nyeri tekan pada lamina L4, L5 dan S1, (7) Tes Laseque selalu positif,

(8) Tes Naffiger hampir selalu positif.

c. Ischialgia sebagai perwujudan neuritis primer.

Ischialgia sebagai perwujudan neuritis primer adalah adanya peradangan pada saraf

ischiadikus. Ischialgia ini sering berhubungan dengan diabetes meilitus (DM), masuk

angin, flu, sakit kerongkongan dan nyeri pada persendian. Ischialgia ini dapat

disembuhkan dengan menggunakan NSAID (non-steroid anti inflammatory drugs). Gejala

utama neuritis Ischiadikus primer adalah adanya nyeri yang dirasakan berasal dari daerah

antara sacrum dan sendi panggul, tepatnya pada foramen infrapiriforme atau incisura

ishiadika dan menjalar sepanjang perjalanan n. ischiadikus dan lanjutannya pada n.

peroneus communis dan n. tibialis.Neuritis ischiadikus primer timbul akut, sub akut dan

tidak berhubungan dengan nyeri punggung bawah kronik. Neuritisischiadikus dapat

diketahui dengan adanya nyeri tekan positif pada n. ischiadikus, m. tibialis anterior dan m.

peroneus longus.

4. Patoanatomi dan Patofisiologi

a. Proses Degeneratif

Discus intervertebralis tersusun atas jaringan fibrokartilago yang berfungsi

sebagai shock absorber, menyebarkan gaya pada columna vertebralis dan juga

memungkinkan gerakan antar vertebra. Kandungan air discus berkurang dengan

17
bertambahnya usia (dari 90% pada bayi sampai menjadi 70% pada orang usia lanjut).

Selain itu serabut-serabut menjadi kasar dan mengalami hialinisasi yang ikut membantu

terjadinya perubahan ke arah herniasi nukleus pulposus melalui anulus dan menekan

radiks saraf spinal. Pada umumnya hernia paling mungkin terjadi pada bagian kolumna

vertebralis dimana terjadi peralihan dari segmen yang lebih mobil ke yang kurang mobil

(perbatasan lumbosakral dan servikothorak).

b. Proses Traumatik

Dimulainya degenerasi discus mempengaruhi mekanika sendi intervertebral, yang

dapat menyebabkan degenerasi lebih jauh. Selain degenerasi, gerakan repetitive, seperti

fleksi, ekstensi, lateral fleksi, rotasi, dan mengangkat beban dapat memberi tekanan

abnormal pada nucleus. Jika tekanan ini cukup besar sampai bisa melukai annulus, nucleus

pulposus ini berujung pada herniasi. Trauma akut dapat pula menyebabkan herniasi,

seperti mengangkat benda dengan cara yang salah dan jatuh.

Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan keadaan herniasinya,

dimana ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia yang sesungguhnya, yaitu: (Grade I)

Protrusi discus intervertebralis : nucleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa kerusakan

annulus fibrosus., (Grade II) Prolaps discus intervertebral : nukleus berpindah, tetapi

masih dalam lingkaran anulus fibrosus., (Grade III) Extrusi dickus intervertebral : nucleus

keluar dan anulus fibrosus dan berada di bawah ligamentum longitudinalis posterior,

(Grade IV) Sequestrasi discus intervertebral : nucleus telah menembus ligamentum

longitudinalis posterior.

Gambar 2.4 Grade Hernia Nucleus Pulposus (Munir, 2015)

18
5. Tanda dan Gejala Klinis

Penyakit degenerasi pada vertebra lumbal dapat terjadi tanpa memberikan gejala-

gejala yang jelas. Umumnya gejala-gejala berupa :

a. Nyeri

Nyeri yang dirasakan pada punggung bawah yang bertambah apabila penderita

melakukan aktifitas juga terdapat rasa kaku dari daerah punggung bawah, misalnya

kesulitan membungkuk karena nyeri, aktifitas jongkok berdiri, nyeri saat berjalan. Apabila

terjadi penjepitan pada saraf akibat penyempitan akan menimbulkan gejala nyeri radikuler.

Lokasi paling sering ditemukan melintang pada sacrum diantara sendi sakro iliaka.

Terkadang juga menjalar ke bawah pada salah satu atau kedua pantat dan ke lateral pada

satu atau dua sendi panggul. Pusat nyeri dapat terjadi pada tingkat lumbal 4-5 dan sacral

pertama.

b. Spasme otot

Pada pemeriksaan ditemukan kelainan yang ringan berupa spasme ringan pada otot-

otot punggung bawah serta gangguan pergerakan tulang belakang.Spasme otot dapat

terjadi pada otot errector spine dan pada salah satu atau kedua karena pada daerah tersebut

terdapat nyeri.

c. Keterbatasan gerak

Pergerakan tulang belakang menjadi terbatas saat fleksi, ekstensi dan side fleksi

karena kencangnya jaringan lunak serta nyeri. Pada foto rontgen didapatkan adanya

kelainan berupa penyempitan ruangan intervertebral serta adanya osteofit (Sidharta,1999).

19
C. Tinjauan Tentang Intervensi Fisioterapi

1. Ultrasound

Ultrasound (US) adalah gelombang suara berfrekuensi tinggi yang tidak dapa

terdeteksi oleh telinga manusia. Energi ultrasound dapat dihantarkan secara kontinyu atau

denyut titik. Gelombang ultrasound dihasilkan oleh kristal keramik piezoelektrik (biasanya

disebut timbal zirkonattanata) yang dipasang pada aplikator atau tranduser yang

menghantarkan gelombang tersebut ke klien. Ketika arus bolak – balik dipasangkan pada

kristal tersebut terjadi pemecahan struktur molekul, lalu molekul bergetar menghasilkan

gelombang mekanis yang serupa gelombang suara. Perpindahan energi ultrasound ada dua

cara yaitu secara kontak langsung dan tidak langsung (Hayes, 2014).

Efek micromasage yang dihasilkan oleh ultrasound akan menimbulkan efek panas

dalam jaringan, panas yang dihasilkan dalam setiap jaringan tidak sama, hal ini tergantung

pada pemilihan gelombang dan durasi yang digunakan. Panas yang dihasilkan akan

berpengaruh pada jaringan otot, kartilago, tendon, dan kulit dan mengakibatkan teradinya

vasodilatasi sehingga mampu meningkatkan sirkulasi darah, relaksai otot, meningkatkan

kemampuan regenerasi jaringan, pengaruh terhadap saraf perifer dan mengurangi nyeri

(Hayes, 2014)

2. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)

Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) adalah penggunaan arus listrik

yang dihasilkan oleh perangkat untuk merangsang saraf untuk mengurangi rasa sakit. Unit

ini biasanya dilengkapi dengan elektroda untuk menyalurkan arus listrik yang akan

merangsang saraf pada daerah yang mengalami nyeri. Sinyal dari TENS ini berfungsi

untuk mengganggu sinyal nyeri yang mempengaruhi saraf-saraf dan memutus sinyal nyeri

tersebut sehingga klien merasakan nyerinya berkurang. Namun teori lain mengatakan

bahwa stimulasi listrik saraf dapat membantu tubuh untuk memproduksi obat penghilang

20
rasa sakit alami yang disebut endorfin, yang dapat menghalangi persepsi nyeri (Hayes,

2014).

3. Mc Kenzie Exercise

Mc Kenzie Exercise direkomendasikan untuk mengurangi disabilitas dan perbaikan

fungsional dalam penanganan penderita pada kasus HNP dengan program Back Training

(Albenhaim et al., 2002). Mc. Kenzie Exercise adalah metode perbaikan tulang belakang

dengan gerak ekstensi. Pada gerakan ekstensi nucleus pulposus akan terdorong ke anterior

akibat dari meningkatnya tekanan di posterior. Sehingga jika latihan ini dilakukan dengan

rutin dan ritmis akan mereposisi posisi nucleus pulposus dalam annlulus fibrosus yang

mengalami herniasi.

Gambar 2.5 Mc. Kenzie Exercise

21
BAB III

PROSES ASSESMENT FISIOTERAPI

A. Data Medis

B. Identitas Pasien

Nama : Ny. H

Umur : 30 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Kristen

Pekerjaan : Perias Salon

Alamat : Gianyar

C. History Taking

1. Keluhan utama

Keluhan pada pasien ini adalah nyeri pada pinggang dan kesemutan, nyeri menjalar dari

pinggang hingga kaki kanan.

2. Riwayat penyakit sekarang

Dari pemeriksaan ini didapatkan data yaitu: pada tanggal 28 Desember 2020 pasien

mengeluhkan sakit pada pinggangnya, kemudian pasien dikeroki dan dipijat tetapi

selang beberapa hari kemudian sakitnya tak kunjung sembuh, malah pasien merasakan

kesemutan pada tungkai atas bagian belakang. Pada tanggal 5 Januari 2021 pasien

berobat ke dokter spesialis saraf dekat rumahnya, dan disarankan untuk dilakukan MRI,

dengan hasil adanya Herniasi disc (HNP) VL5-S5, kemudian pasien diminta untuk

fisioterapi karena nyeri pinggangnya yang disertai kesemutan pada tungkainya.

3. Riwayat penyakit dahulu

Pasien pernah mengalami sakit pinggang sebelumnya

22
4. Riwayat pribadi

Riwayat pribadi dari anamnesis ini ditanyakan mengenai hobi pasien dan juga

kebiasaan pasien. Dari pemeriksaan ini diperoleh data bahwa pasien adalah seorang

perias yang sehari hari nya merias pengantin maupun customer yang datang ke

salonnya, posisi yang sering dilakukan saat merias kebanyakan berdiri, membungkuk

dan duduk.

D. Inspeksi dan Palpasi

1. Inspeksi statis

Dari pemeriksaan ini didapatkan hasil kondisi umum pasien terlihat pucat dan nampak

menahan rasa sakit, tidak terlihat adanya oedema maupun erithema, pasien terlihat

sedikit membungkuk saat berdiri serta memegangi pinggang nya.

2. Inspeksi dinamis

Dari pemeriksaan ini didapatkan pasien mengalami kesulitan saat berjalan,

membungkuk, naik ketempat tidur, berpindah posisi dan bangun dari tempat tidur.

3. Palpasi

Diketahui hasil adanya nyeri tekan pada otot paravertebra, ada spasme pada otot para

vertebra dan hamstring, Nyeri tekan pada otot m. Quadratus Lumborum, nyeri tekan

pada otot m. Gluteus Maximus, terasa tebal pada daerah betis hingga ankle.

E. Regional Screening Test

- Regio Hip : nyeri pada otot gluteus dan tidak ada keterbatasan gerak pada regio

hip.

- Regio Knee : tidak ada nyeri dan keterbatasan gerak pada regio knee.

23
F. Pemeriksaan Gerak

1. Test Gerak Aktif

Regio Gerakan Hasil

Lumbal Fleksi Limited ROM, nyeri pada area gluteal

Ekstensi Full ROM, tidak ada nyeri

Lateral Fleksi Full ROM, tidak ada nyeri

Rotasi Full ROM, tidak ada nyeri

Hip Fleksi Limited ROM, nyeri pada area gluteal

Ekstensi Full ROM, tidak ada nyeri

Abduksi Full ROM, tidak ada nyeri

Adduksi Full ROM, tidak ada nyeri

Internal Rotasi Limited ROM, nyeri pada area gluteal

Eksterna Rotasi Full ROM, tidak ada nyeri

2. Test Gerak Pasif

Regio Gerakan Hasil

Lumbal Fleksi Nyeri, endfeel : firm

Ekstensi Tidak nyeri, endfeel : soft

Lateral Fleksi Tidak nyeri, endfeel : soft

Rotasi Tidak nyeri, endfeel : soft

Hip Fleksi Nyeri, endfeel : firm

Ekstensi Tidak nyeri, endfeel : soft

Abduksi Tidak nyeri, endfeel : soft

Adduksi Tidak nyeri, endfeel : soft

Internal Rotasi Nyeri, endfeel : firm

24
Eksterna Rotasi Tidak nyeri, endfeel : soft

3. Test Gerak Resisted Isometric

Regio Gerakan Hasil

Lumbal Fleksi Nyeri, dapat melawan tahanan minimal

Ekstensi Tidak nyeri, dapat melawan tahanan penuh

Lateral Fleksi Tidak nyeri, dapat melawan tahanan penuh

Rotasi Tidak nyeri, dapat melawan tahanan penuh

Hip Fleksi Nyeri, dapat melawan tahanan minimal

Ekstensi Tidak nyeri, dapat melawan tahanan penuh

Abduksi Tidak nyeri, dapat melawan tahanan penuh

Adduksi Tidak nyeri, dapat melawan tahanan penuh

Internal Rotasi Nyeri, dapat melawan tahanan minimal

Eksterna Rotasi Tidak nyeri, dapat melawan tahanan penuh

G. Pemeriksaan Spesifik

Test Spesifik Hasil

Laseque Test Positif – terdapat nyeri menjalar ke tungkai

Patrick Test Positif – terdapat nyeri pinggang bawah

Kontra Patrick Test Positif – terdapat nyeri pinggang bawah

Gillet Test Negatif – tidak ada nyeri pada sacroilliaca joint

Squish Test Negatif – tidak ada nyeri pada sacroilliaca joint

Yoeman Test Negatif – tidak ada nyeri pada sacroilliaca joint

25
H. Pengukuran Fisioterapi

Pengukuran Alat Ukur Hasil

Nyeri Lumbal VAS - Nyeri diam : 0


- Nyeri tekan pinggang kanan : 3
- Nyeri tekan pinggang kiri : 2
- Nyeri tekan gluteal kanan : 3
- Nyeri tekan gluteal kiri : 2
- Nyeri gerak lumbal : 2

ROM Lumbal Goniometer - S:300–00–850


- F:300–00–300
- R:250–00-250

ROM Hip Goniometer - S : 200– 00 – 1100


- F:400–00–250
- R:450–00-250

MMT Lumbal MMT - Fleksi lumbal : 4


- Ekstensi lumbal : 5
- Lateral fleksi lumbal : 5
- Rotasi lumbal : 5

MMT Hip MMT - Fleksi hip : 4


- Ekstensi hip : 5
- Abduksi hip : 5
- Adduksi hip : 5
- Internal rotasi : 4
- Eksternal rotasi : 5

26
I. Algoritma Assessment

History Taking :
Nyeri pada pinggang bawah, hingga ke bokong
kanan dan kiri, dan kesemutan pada betis hingga
kaki kanan.

Inspeksi :
Kurva vertebra normal, membungkuk saat
berjalan, menggunakan lumbal korset

Pemeriksaan fisik

Jika tidak Algoritma kondisi lain

Tes gerak aktif/pasif : Palpasi : Test kekuatan otot Spesifik Test : Slump,
Nyeri saat fleksi lumbal dan Nyeri tekan MMT Valsava, Laseque,
fleksi hip. pinggang bawah Patrick, Kontra Patrick
Firm endfeel saat fleksi dan area gluteal.
lumbal dan fleksi hip.

Palpasi : Nyeri tekan pinggang, gluteal.


Menentukan grade HNP Test Kekuatan Otot :
Lumbal dengan MRI Score 4 MMT : fleksi lumbal, fleksi hip
Spesifik Test : Slump (+), Valsava (+),
Laseque (+), Patrick (+), Kontra Patrick
(+)

Diagnosa ICF : With muscle spasm


Hernia Nucleus Pulposus and muscle weak
(HNP) Lumbal

27
J. Diagnosa Fisioterapi

1. Diagnosa ICF

Impairment (Body Structure) Impairment (Body Function)


S7601 Muscle of trunk B28013 Pain in back
S7608 Structure of trunk, other specified B265 Touch function

Activity Limitation Participation Restriction


D510 Washing oneself D9205 Sosializing
D4103 Sitting D930 Religion and spiritually
D430 Lifting and carrying object

2. Diagnosa ICD

Hernia Nucleus Pulposus (HNP) Lumbal

K. Problematika Fisioterapi

No. Komponen ICF Pemeriksaan/Pengukuran Yang


Membuktikan

1. Impairment

a. Nyeri tekan dan nyeri gerak Visual Analog Scale (VAS)

b. Penurunan ROM Goniometer

c. Penurunan kekuatan otot Manual Muscle Testing (MMT)

2. Activity Limitation

a. Mandi Owestry Disabilitas Index

b. Duduk Owestry Disabilitas Index

c. Mengangkat atau membawa barang Owestry Disabilitas Index

3 Participation Restriction

a. Kehidupan social Owestry Disabilitas Index

b. Beribadah Owestry Disabilitas Index

28
BAB IV
INTERVENSI DAN EVALUASI FISIOTERAPI

A. Rencana Intervensi Fisioterapi

1. Tujuan Jangka Panjang


Mengembalikan kemampuan fungsional pasien agar dapat beraktivitas kembali,
dan mencegah terjadinya cedera berulang.

2. Tujuan Jangka Pendek

- Mengurangi nyeri pada pinggang bawah dan area gluteal

- Meningkatkan kekuatan otot lumbal dan tungkai bawah

- Meningkatkan luas gerak lumbal dan tungkai bawah

B. Strategi Intervensi Fisioterapi

No. Problematik Fisioterapi Tujuan Intervensi Jenis Intervensi

1. Impairment

a. Nyeri gerak dan nyeri Menurunkan nyeri Ultrasound


tekan TENS

b. Penurunan lingkup Mengembalikan ROM Mc. Kenzie Exercise


gerak sendi

c. Penurunan kekuatan Meningkatkan kekuatan Bridging exercise


otot otot

2. Activity Limitation

a. Mandi – self care Mengembalikan Ultrasound


kemampuan fungsional TENS
Terapi Latihan

b. Duduk Mengembalikan Ultrasound


kemampuan fungsional TENS
Terapi Latihan

29
c. Mengangkat dan Mengembalikan Ultrasound
membawa barang kemampuan fungsional TENS
Terapi Latihan

3. Participation Restriction

a. Sosial Mengembalikan aktivitas Ultrasound


sehari-hari tanpa keluhan TENS
Terapi Latihan

b. Beribadah Mengembalikan aktivitas Ultrasound


sehari-hari tanpa keluhan TENS
Terapi Latihan

C. Prosedur Pelaksanaan Intervensi Fisioterapi

1. Ultrasound
- Pasien dalam posisi tengkurap atau miring sesuai dengan sisi yang
akan diterapi.

- Bebaskan pakaian dari area yang akan diterapi.

- Selama terapi, tanyakan pada pasien apakah ada rasa hangat, sakit, atau
rasa tidak nyaman.
- Nyalakan ultrasound, atur intensitas, waktu, dan frekuensi yang
akan digunakan.

- Atur timer 10 menit, dengan frekuensi 1 Mhz, dan intensitas 1 Watt/cm2

- Oleskan gel atau oil pada area yang akan diterapi.

- Mulai ultrasound, terapkan pada area yang sakit, lakukan


dengan gerakan sirkuler.

- Setelah 10 menit, ultrasound berhenti otomatis, bersihkan transducer


dan kembalikan pada posisinya.

30
- Bersihkan area tubuh pasien yang telah selesai di terapi.

- Matikan alat ultrasound.

2. Transcuteneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) Persiapan Pasien :


- Pasien dalam posisi tengkurap atau miring sesuai dengan sisi yang akan
diterapi.
- Bebaskan pakaian dari area yang akan diterapi.
- Selama terapi, tanyakan pada pasien apakah ada rasa sakit atau rasa tidak
nyaman.
- Basahi electroda dengan air atau oleskan electroda pada pad sebagai
penghantar.
- Letakkan electrode pada titik nyeri otot, yaitu di pinggang bawah dan area
gluteal.
- Nyalakan TENS, timer 15 menit, frekuensi 50 Hz, intensitas 22 mA
- Setelah 15 menit, TENS berhenti otomatis, lepas electrode dari tubuh pasien,
dan bersihkan area yang selesai diterapi.
- Matikan TENS dan bersihkan electrode.

3. MC. Kenzie Exercise

- Latihan 1

Posisi tidur tengkurap, kedua lengan sejajar badan, kepala menoleh kesamping atur

pernapasan dan ikuti dengan relaksasi otot punggung, tekan perut kearah matras, posisi ini

dipertahankan 8-10 kali hitungan (5 menit) sehingga tercapai relaksasi sempurna dan untuk

penguatan otot-otot pinggang.

Gambar 9

Posisi awal Mc.Kenzie exercise (Mc.Kenzie, 1986)

31
- Latihan 2

Posisi tidur tengkurap bertumpu pada kedua siku, pandangan lurus kedepan.

Pertahankan posisi ini kira – kira 5 menit sehingga dirasakan dari bagian pinggang kebawah

benar – benar rileks.

Gambar 10

Latihan 1 Mc.Kenzie Exercise (Mc.kenzie, 1986)

- Latihan 3

Posisi tetap tidur tengkurap, kedua tangan diletakkan pada posisi seperti push up,

kemudian tangan menekan lantai sehingga elbow ekstensi badan terangkat ke atas sampai

pinggang terasa batas rasa sakit, pertahankan selama 1 – 2 detik dan usahakan pinggul bawah

serta kedua tungkai tetap menempel di lantai. Setiap kali latihan diulangi sampai 10 kali

gerakan dilakukan 4 – 6 kali sehari. Tujuan gerakan ini yang utama untuk mempertahankan

lengkung normal pinggang, untuk mendorong discus kembali ketempatnya.

Gambar 11

Latihan 2 Mc. Kenzie Exercise (Mc.Kenzie, 1986)

32
- Latihan 4

Posisi tidur tengkurap, kemudian kedua tangan dan kaki di angkat ke atas Ditahan 5

detik dan diulangi 8 kali. Tujuan dari gerakan ini adalah untuk penguatan otot-otot punggung

dan pinggang serta untuk koreksi postur.

Gambar 12

Latihan 3 Mc.Kenzie Exercise (Mc.Kenzie, 1986)

- Latihan 5

Berdiri tegak dengan kedua tangan diletakkan pada bagian pinggang, kemudian

tubuh dilengkungkan ke belakang, kedua lutut dalam posisi lurus, selanjutnya posisi kembali

tegak tahan 1 – 2 detik.

Gambar 13

Latihan 4 Mc.Kenzie Exercise (Mc.Kenzie, 1986)

33
D. Edukasi dan Home Program
1. Edukasi

- Istirahat . jika nyeri dalam melakukan aktivitas,sebaiknya diistirahatkan.


- Kemudian kompres hangat selama 15-20 menit, 2x dalam sehari akan membuat lumbal
dan pinggang terasa lebih rileks.
- Lakukan pemanasan yang baik sebelum melakukan aktivitas olahraga.
- Lakukan stretching dan exercise 2x sehari sesuai instruksi fisioterapis.

2. Home Program

Mc Kenzie Exercise Penguatan Otot – Otot Core


Lakukan 2 kali sehari dengan dosis 4 set Lakukan 2 kali sehari dengan dosis
8 kali hitungan. 4 set, 8 kali repetisi dengan
Gerakan : beberapa latihan:
- Mc Kenzie prone lying - Plank
- Mc Kenzie press elbow - Push up
- Mc Kenzie press ups - Sit up
- Mc Kenzie backward bending - Bridging

E. Evaluasi

Setelah dilakukan terapi pada pasien diperoleh hasil penurunan nyeri dan adanya

peningkatan LGS, dan peningkatan kekuatan otot.

Pengukuran Alat Ukur Hasil Evaluasi


Nyeri Lumbal VAS - Nyeri diam : 0 - Diam : 0
- Nyeri tekan pinggang kanan : 3 - Tekan kanan : 1
- Nyeri tekan pinggang kiri : 2 - Tekan kiri : 0
- Nyeri tekan gluteal kanan : 3 - Gluteal kanan : 1
- Nyeri tekan gluteal kiri : 2 - Gluteal kiri : 0

34
- Nyeri gerak lumbal : 2 - Gerak lumbal : 1

ROM Lumbal Goniometer - S:300–00–850 - S:350–00–950


- F:300–00–300 - F:400–00–400
- R:250–00-250 - R:350–00-350
ROM Hip Goniometer - S : 200– 00 – 1100 - S : 200– 00 – 1200
- F:400–00–250 - F:400–00–250
- R:450–00-250 - R:450–00-350
MMT MMT - Fleksi lumbal : 4 - Fleksi : 5
Lumbal - Ekstensi lumbal : 5 - Ekstensi : 5
- Lateral fleksi lumbal : 5 - Lateral fleksi : 5
- Rotasi lumbal : 5 - Rotasi : 5
MMT Hip MMT - Fleksi hip : 4 - Fleksi : 5
- Ekstensi hip : 5 - Ekstensi : 5
- Abduksi hip : 5 - Abduksi : 5
- Adduksi hip : 5 - Adduksi : 5
- Internal rotasi : 4 - Internal Rotasi : 5
- Eksternal rotasi : 5 - Eksternal rotasi : 5

35
BAB V
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Assessment Fisioterapi

Pembahasan kasus ini tentang seorang pasien yaitu Ibu H berumur 30 tahun yang

mengeluh nyeri pada pinggang bawah, hingga ke bokong kanan dan kiri, dan kesemutan

pada betis hingga kaki kanan. Pasien mengalami nyeri pada pinggang bawah sejak 1 bulan

yang lalu karena aktivitasnya sehari-hari sebagai perias di salon. Nyeri awalnya dirasakan

hanya di sekitar pinggang bawah dan bokong kanan kiri, namun dua minggu kemudian

pasien mulai merasakan kesemutan dan tebal pada betis hingga kaki kanan. Pasien

kemudian datang ke dokter spesialis saraf dan mendapat pengantar melakukan MRI dan

penanganan fisioterapi. Saat datang ke fisioterapi, pasien nampak datang dengan

menggunakan lumbal korset dan berjalan agak membungkuk.

B. Pembahasan Intervensi Fisioterapi

Intervensi fisioterapi yang diberikan yaitu ultrasound, US bertujuan untuk

meningkatkan extensibilitas colagen dari otot dan scar tissue, serta meningkatkan

konduksi syaraf motor maupun sensor dengan meningkatkan ambang rangsang rasa

nyeri, mengurangi spasme otot yang secara sekunder menyebabkan nyeri dan

meningkatkan aliran darah ke jaringan yang di terapi untuk membantu proses wound

healing. Pengaplikasian TENS bertujuan untuk memodulasi nyeri pada area yang

spasme, sehingga dapat mengurangi nyeri pada punggung bawah.

Mc Kenzie Exercise direkomendasikan untuk mengurangi disabilitas dan perbaikan

fungsional dalam penanganan penderita pada kasus HNP dengan program Back Training

(Albenhaim et al., 2002). Mc. Kenzie Exercise adalah metode perbaikan tulang belakang

dengan gerak ekstensi. Pada gerakan ekstensi nucleus pulposus akan terdorong ke

anterior akibat dari meningkatnya tekanan di posterior. Sehingga jika latihan ini
36
dilakukan dengan rutin dan ritmis akan mereposisi posisi nucleus pulposus dalam

annlulus fibrosus yang mengalami herniasi.

Manfaat Mc Kenzie Exercise membebaskan kekakuan sendi oleh capsulo

ligament tightness, menurunkan nyeri dan spasme otot melalui efek rileksasi, dapat

memanjangkan otot, perbaikan atau koreksi tehadap postur yang buruk dengan

memberikan kebiasaan postur baru dengan aligment yang senormal mungkin. Dalam

ekstensi spine secara intermiten akan mereposisi nucleus ke posisi anterior sebagai

akibat dai penekanan pada discus bagian dorsal dan peregangan discus bagian anterior

(El-Bandrawy & Ghareeb, 2016).

37
DAFTAR PUSTAKA

Awad, J., & Moskovich, R. (2006). Lumbar Disc Herniation. Clinical Ortopedic and

Related Reasearch, 183-197.

Karppinen, J., & Sciatica. (2001). Studies of Symptoms, Genetic Factots and Treatment

with Periradicular Infiltration. Oulu University Press.

Mc Kenzie, R, 1997; Threat Your Own Back; Spinal Publications, New Zeland, hal 48-

55.

Moore, K. L., & Agur, A. (2013). Clinically Oriented Anatomy. Philadelphia:

Lippincott Williams & Wilkins.

Mujiyanto, 2013; Cara Cepat Mengatasi 10 Besar Kasus Muskuloskeletal Dalam

Praktik Klinik Fisioterapi; Trans Info Media, Jakarta, hal 51-52.

Priatna, H, 1985; Exercise Therapy; Akademi Fisioterapi Surakarta, Surakarta.

Parjoto, S., 2006; Terapi Listrik Untuk Modulasi Nyeri; IFI Cabang Semarang,

Semarang..

Patrianingrum, M., Oktaliansah, E., & dan Surahman, E. (2015). Prevalensi dan Faktor

Resiko Nyeri Punggung Bawah di Lingkungan Kerja Anestesiologi Rumah Sakit

Umum Pusat Dr. Dr. Hasan Sadikin Bandung. Jurnal Anestesi Perioperatif, IV(1),

47-56.

Reijo, A. (2006). MRI lumbo-sakral Of Herniated Nukleus Pulposus. Acta Universitatis

Ouluensis D Medica.

Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Sylvia, A., Price, Lorraine, & Wilson, M. (1999). Patofisiologi Konsep-konsep proses

penyakit. Jakarta: EGC.

38
Vos, T., Flaxman, A. D., Naghavi, M., & al, e. (2010). Years Lived with Disability

(YLDs) for 1160 Sequelae of 289 Diseases and Injuries 1990-2010: A Systematic

Analysis for The Global Burden of Disease Study 2010. Lancet, 2168.

Yanuar Andre, (2002); Anatomi Fisiologi Dan Biomekanik Tulang Belakang, Dalam

Herdaetha, Adriesti (ed); Manajemen Terpadu Nyeri Punggung Bawah, FK UNS

Surakarta.

39

Anda mungkin juga menyukai