DHF
( DENGUE HEMORGIC FEVER )
Jl.Waletno.21,Kertawinangun,Kedawung,Cirebon,JawaBarat
TAHUNAKADEMIK2020/2021
( DHF )
DENGUE HEMORGIC FEVER
A. DEFENISI
B. ETIOLOGI
Virus dengue ,termasuk genus flavivirus ,keluarga faviridae . terdapat
4 serotipe virus yaitu DEN-1,DEN-2 ,DEN -3 dan DEN-4 .keempatnya di
temukan di Indonesia dengan DEN -3 serotype terbanyak . infeksi
salah satu serotype akan menimbulkan antibody terhadap serotype
yang bersangkutan ,sedangkan antibody yang berbentuk terhadap
serotipe lain sangat kurang , sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan yang memadai terhadap serotype lain tersebut
.seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi
oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya .keempat serotype virus
dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (sudoyo Aru
,dkk 2009)
C. PATOFISIOLOGI
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari di tandai
dengan dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut :
Nyeri kepala
Nyeri petro-orbital
Myalgia /artralgia
Ruam kulit
Manifestasi perdarahan ( petekie atau uji bending positif )
Leukopenia
Pemeriksaan seriologi dengue positif ;atau di temukan
DD/DBD yang sudah di konfirmasi pada lokasi dan waktu
≥yang sama .
2. Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD di tegagkan bila
semua hal di bawah ini dipenuhi :
a. Demam atau Riwayat demam akut antara 2-7 hari ,biasanya
bersifat bifasik .
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
- Uji tourniquet positif
- Petekie ,ekimosis ,atau purpura
- Perdarahan mukosa ( epistaksis ,perdarahan gusi ),saluran
cerna ,tempat bekas suntikan
- Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia < 100.00/ul
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan
- Peningkatan nilai hematrokrit ≥ 20 % dari nilai baku sesuai
umur dan jenis kelamin .
- Penurunan nilai hematokrit ≥ 20 % setelah pemberian
cairan yang adekuat .
e. Tanda kebocoran plasma seperti : hopoproteinemi ,asites ,
efusi pleura
3. Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DBD di atas disertai dengan tanda kegagalan
sirkulasi yaitu :
a. Penurunan kesadaran ,gelisah
b. Nadi cepat ,lemah
c. Hipotensi
d. Tekanan darah turun ≤20 mmhg
e. Perfusi perifer menurun
f. Kulit dingin -lembab
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Trombositopenia ( 100.000/mm3)
2.Hb dan PCV meningkat (20 %)
3.Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis )
4.Isolasi virus
5.Serologi ( uji H ) ; respon antibody sekunder
6.Pada renjatan yang berat , periksa ; HB , PCV berulang kali
( setiap jam atau 4-6 jam apabila sudah menunjukan tanda
perbaikan ), faal hemostasis ,FDP,EKG , foto dada ,BUN
,creatinine serum .
F. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari DHF (Hadinegoro, 2008) adalah:
1. Perdarahan
Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah
trombosit dan koagulopati, dan trombositopeni
dihubungkan meningkatnya megakoriosit muda dalam sel-
sel tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi
perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif, ptekie,
ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan
melena.
2. Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom)
terjadi pada hari ke 2-7 yang disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma,
efusi cairan serosa ke ronnga pleura dan peritoneum,
hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang
mngekaibatkan berkurangnya alran balik vena, penurunan
volume sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi 13
disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS juga disertai
kegagalan hemeostasis yang mengakibatkan aktivitas dan
integritas sistem kardiovaskular, perfusi miokard dan curah
jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi
iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan
irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien
akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.
3. Hepatomegali Hati
umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan
dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada
lobulus hati dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel
metrofil dan limphosit yang lebih besar dan lebih banyak
dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibody.
4. Efusi Pleura
Terjadi karena kebocoran plasma yang mengakibatkan
ekstrasi cairan intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan
dengan adanya cairan dalam rongga pleura dan adanya
dipsnea.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
ada dasarnya pengoobatan pasien DHF bersifat simtomatis dan
suportif
DHF tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan
pasien dehidrasi dan haus. Pada pasien ini perlu diberi
banyak minum, yaitu 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat
diberikan teh manis, sirup, susu, dan bila mau lebih baik
oralit. Cara memberikan minum sedikit demi sedikit dan
orang tua yang menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika
anak tidak mau minum sesuai ang dianjurkan tidak
dibenarkan pemasangan sonde karena merangsang resiko
terjadi perdarahan.
Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik
dan kompres dingin. Jika terjadi kejang diberi luminal atau
anti konfulsan lainnya. Luminal diberikan dengan dosis :
anak umur kurang 1 tahun 50 mg IM, anak lebih 1 tahun 75
mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti lminal diberikan
lagi dengan dosis 3 mg/kg BB. Anak diatas 1 tahun diveri 50
mg, dan dibawah 1 tahun 30 mg, dengan memperhatikan
adanya depresi fungsi vital.
Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :
1) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum
sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.
2) Hematokrit yang cenderung meningkat.Hematokrit
mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya mendahului
mnculnya secara klinik perubahan fungsi vital (hipotensi,
penurunan tekanan nadi), sedangkan turunya nilai trombosit
biasanya mendahului naiknya hematokrit. Oleh karena itu,
pada pasien yang diduga menderita DHF harus diperiksa Hb,
Ht dan trombosit setiap hari mlai hari ke-3 sakit sampai
demam telah turun 1-2 hari. Nilai hematokrit itlah yang
menentukan apabila pasien perlu dipasang infus atau tidak.
DHF disertai renjatan (DSS)
Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera
sipasang infus sebagai penganti cairan yang hilang akibat
kebocoran plasma. Caiaran yang diberikan bisanya Ringer
Laktat. Jika pemberian cairan tidak ada respon diberikan
plasma atau plasma ekspander, banyaknya 20-30 ml/kgBB.
Pada pasien dengan renjatan berat diberikan infs harus
diguyur dengan cara membuka klem infus. Apabila renjatan
telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi besar,
tekanan sistolik 80 mmHg /lebih, kecepatan tetesan dikurangi
10 l/kgBB/jam. Mengingat kebocoran plasma 24-48 jam,
maka pemberian infus dipertahankan sampai 1-2 hari lagi
walaupn tanda-tanda vital telah baik.
Pada pasien renjatan berat atau renjaan berulang perlu
dipasang CVP (Central Venous Pressure) untuk mengukur
tekanan vena sentral melalui vena magna atau vena jugularis,
dan biasanya pasien dirawat di ICU.Trafusi darah diberikan
pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang berat.
Kadang-kadang perdarahan gastrointestinal berat dapat
diduga apabila nilai hemoglobin dan hematokrit menutun
sedangkan perdarahanna sedikit tidak kelihatan. Dengan
memperhatikan evaluasi klinik yang telah disebut, maka
engan keadaan ini dianjurka pemberian darah.
H. PENGKAJIAN
Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak
dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat,
pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan
pekerjaan orang tua.
Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF datang
ke rumah sakit adalah panas tinggi dan pasien lemah.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran : bisa saja Composmentis, samnolen, atau
koma (tergantung dari derajat penyakit DHF) TTV :
Biasanya terjadinya penurunan dalam pemeriksaan
tanda-tanda vital
Kepala
o Wajah : mengalami kemerahan (flushig), pada
hidung terjadi epistaksis
o Mulut : adanya perdarahan pada gusi, mukosa
bibirtampak kering & kadang-kadang lidah
tampak kotor dan adanya hiperemia pada
tenggorokan
o Leher : Tidak ada masalah pada leher
o Paru : Pernafasan dangkal, ketika dilakukan
perkusi biasanya dapat ditemukan bunyi redup
lantaran adanya efusi fleura
o Jantung : Dapat terjadi anemia karena
kekurangan cairan
o Abdomen : adanya nyeri ulu hati, ketika
dilakukan palpasi dapat ditemukan adanya
pembesaran hepar & limpa
o Ekstremitas : Biasanya di temukan nyeri sendi
o Kulit : Ditemukan adanya ptekie, purpura,
ekimosis, dan hyperemia serta hematoma.
I. Diagnosa Keperawatan
J. Intervensi Keperawatan
Daftar pustaka
Buku nanda nic noc (2015)
Unknow (2016). LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN DHF [Online]. Tersedia :
https://kumpulanmateriaskep.blogspot.com/2016/06/laporan-pendahuluan-asuhan-
keperawatan.html (24 Januari 2021)
https://images.app.goo.gl/wpMJtzc3S1osdjEc9
Unknow (2016). LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN DHF [online]. Tersedia :
http://kumpulanmateriaskep.blogspot.com/2016/06/laporan-pendahuluan-asuhan-
keperawatan.html (24 januari 2021