Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Pengetahuan

1. Definisi

Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui

proses sensorik, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu.

Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam terbentuknya

perilaku terbuka atau open behavior (Donsu, 2017).

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, tingkat

pendidikan yang tinggi diharapkan seorang individu semakin luas

pengetahuannya, pendidikan rendah bukan berarti pengetahuannya juga

rendah. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan

formal akan tetapi, dapat diperoleh melalui pendidikan non formal.

Pengetahuan mengenai suatu obyek mengandung dua aspek yaitu aspek

positif dan aspek negatif (WHO, 2016).

2. Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo dalam (Febrianto, 2016) menyatakan pengetahuan atau

kognitif merupakan domain terbentuknya tindakan seseorang (ovent

behavior). Perilaku yang didasari dengan pengetahuan akan lebih

langgeng dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari dengan


pengetahuan. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkatan yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari.

b. Memahami (comprehension)

Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan obyek yang telah

diketahui dan dapat menginterprestasikan secara benar. Orang yang

paham terhadap suatu obyek dapat menyebutkan contoh,

menyimpulkan dan meramalkan suatu obyek yang telah dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi suatu obyek ke

dalam komponen-komponen yang masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi yang ada.


f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian

itu berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

3. Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmojo dalam (Febrianto, 2016), faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan antara lain:

a. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang

secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan

mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibanding dengan

seseorang yang tingkat pendidikannya rendah.

b. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalamannya sendiri maupun

oranglain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas

pengetahuan seseorang.

c. Fasilitas

Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang misalnya radio, televisi, majalah, koran dan

buku.

d. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan

seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka


ia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas sumber

informasi.

e. Social budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat

mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap

sesuatu.

4. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur. Guna mengukur suatu

pengetahuan dapat digunakan suatu pertanyaan. Adapun pertanyaan yang

dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat

dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu pertanyaan subjektif misalnya

jenis pertanyaan essay dan pertanyaan objektif misalnya pertanyaan

pilihan ganda (multiple choice). Betul salah dan pertanyaan

menjodohkan. Pertanyaan essay disebut pertanyaan subjektif karena

penilaian untuk pertanyaaan ini melibatkan factor subjektif dari nilai,

sehingga nilainya akan berbeda dari seorang penilai yang satu

dibandingkan dengan yang lain dari satu waktu ke waktu lainnya.

Pertanyaan pilihan ganda, betu-salah, menjodohkan disebut pertanyaan

objektif karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh

penilainya tanpa melibatkan factor subjektifitas dari penilai. Pertanyaan

yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum

yaitu pertanyaan subjektif dari peneliti. Pertanyaan objektif khususnya


pertanyaan pilihan ganda lebih disukai dalam pengukuran pengetahuan

karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur

dan penilaiannya akan lebih cepat (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Arikunto (2010), pengukuran pengetahuan ada dua

kategori yaitu, menggunakan pertanyaan subjektif misalnya jenis

pertanyaan essay dan pertanyaan objektif misalnya pertanyaan pilihan

ganda (multiple choice), pertanyaan betul-salah dan pertanyaan

menjodohkan.

5. Cara Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan isi materi yang akan diukur dari subjek

penelitian atau responden. Dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui

atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan

(Notoatmodjo, 2010) :

a. Tingkat pengetahuan baik

Tingkat pengetahuan baik adalah tingkat pengetahuan dimana

seseorang mampu mengetahui, mengaplikasikan, menganalisis,

mensintesis, dan mengevaluasi. Tingkat pengetahuan dapat

dikatakan baik jika sesorang mempunyai 76-100%.

b. Tingakt pengetahuan cukup

Tingkat pengetahuan cukup adalah tingkat pengetahuan dimana

seseorang mengetahui, memahami, tetapi kurang mengaplikasikan,


menganalisis, mensisntesi, dan mengevaluasi. Tingkat pengetahuan

dapat dikatakan cukup jika sesorang mempunyai 56-75%.

c. Tingkat pengetahuan kurang

Tingkat pengetahuan kurang adalah tingkat pengetahuan dimana

seseorang kurang mampu mengetahui, mengaplikasikan,

menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Tingkat pengetahuan

dapat dikatakan kurang jika sesorang mempunyai <56%.

2.1.2 Keterampilan

1. Definisi

Keterampilan adalah kemampuan seseorang terhadap suatu hal

yang meliputi semua tugas-tugas kecakapan, sikap, dan nilai suatu yang

penting untuk menunjang keberhasilannya dalam penyelesaiaan tugas

(Rusyadi, 2012).

Keterampilan adalah kemampuan seseorang menerapkan

pengetahuan kedalam bentuk tindakan. Keterampilan seseorang

dipengaruhi oleh pendidikan dan latihan (Justine, 2014).

Menurut Kusuma (2015) mengatakan keterampilan dibagi

menjadi 4 kategori :

a. Basic Literacy Skill :

Keahlian dasar yang sudah pasti harus dimiliki oleh setiap orang seperti

membaca, menulis, berhitung serta mendengarkan.

b. Technical Skill :
Keahlian secara teknis yang didapat melalui pembelajaran dalam bidang

teknik seperti mengoperasikan kompter dan alat digital lainnya.

c. Interpersonal Skill :

Keahlian setiap orang dalam melakukan komunikasi satu sama lain

seperti mendengarkan seseorang, memberi pendapat dan bekerja secara

tim.

d. Problem Solving :

Keahlian seseorang dalam memecahkan masalah dengan menggunakan

logika atau perasaanya.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan

Menurut Bertnus (2009) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

keterampilan seseorang dalam melakukan sebuah tindakan sebagai berikut :

a. Pengetahuan

Pengetahuan mencakup segenap apa yang diketahui tentang objek

tertentu dan disimpan didalam ingatan. Pengetahuan dipengaruhi

berbagai faktor yaitu latarbelakang pendidikan, pengalaman kerja, usia

dan jenis kelamin.

b. Pengalaman

Pengalaman akan memperkuat kemampuan dalam melakukan sebuah

tindakan (keterampilan). Pengalaman ini membangun seorang perawat

bisa melakukan tindakan-tindakan yang telah diketahui. Pengalaman

kerja seseorang yang banyak, selain berhubungan dengan masa kerja

seseorang juga dilatarbelakangi oleh pengembangan diri melalui

pendidikan baik formal maupun informal.


c. Keinginan atau motivasi

Merupakan sebuah keinginan yang membangkitkan motivasi dalam diri

seorang perawat dalam rangka mewujudkan tindakan-tindakan tersebut.

2.1.3 Ibu

1. Definisi

Ibu adalah orang yang berdiri di belakang tokoh yang agung. Ibu di

belakang anak selalu memberikan dorongan dan motivasi. Ibu selalu

memberi peringatan kepada anaknya apabila melakukan kesalahan,

memberikan semangat apabila anak berbuat kebaikan, serta tidak

memperdulikan keletihan yang ibu rasakan selama membuat anaknya

bahagia (Wati, 2019).

Ibu adalah posisi sebagai istri, pemimpin, dan pemberi asuhan

kesehatan. Ibu adalah sebutan untuk seorang perempuan yang telah

menikah dan melahirkan, sebutan wanita yang telah bersuami

(Khotimah & Kuswandi, 2014).

2. Peran dan Fungsi Ibu

Ibu sebagai istri, ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai peranan

dalam mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anaknya,

pelindung dan sebagai salah satu kelompok dalam peranan sosialnya,

serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Disamping itu

ibu berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya

(Sakban, 2019).
Seorang ibu bersama keluarga mempunyai peran dan fungsi-

fungsinya sebagai berikut:

a. Fungsi fisiologis: berperan dalam reproduksi, pengasuh anak,

pemberian makanan, pemelihara kesehatan dan rekreasi.

b. Fungsi ekonomi: menyediakan cukup untuk mendukung fungsi

lainya, mmenentukan alokasi sumber dana, menjamin keamanan

vital keluarga.

c. Fungsi pendidik: mengajarkan ketrampilan, tingkah laku, dan

pengetahuan berdasarkan fungsi lainnya.

d. Fungsi psikologis: memberikan lingkungan yang mendukung

fungsi alamiah setiap individu, menawarkan perlindungan

psikologis yang optimal dan mendukung untuk membentuk

hubungan dengan oranglain.

2.1.4 Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Homemade

1. Definisi

MP-ASI adalah merupakan makanan peralihan dari ASI ke

makanan keluarga berupa makanan atau minuman yang mengandung

gizi yang diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan

gizinya (Maryunani, 2010).

MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi

yang diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan untuk memenuhi

kebutuhan gizi selain ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke


makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan

secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya sesuai dengan

kemampuan bayi (Mufida dkk, 2015).

Homemade adalah

2. Syarat – Syarat Pemberian MP-ASI

WHO Global Strategy for Feeding Infant and Young Children (2003)

dalam Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) (2015) merekomendasikan

agar pemberian MP-ASI memenuhi 4 syarat, yaitu:

a. Tepat waktu (timely), artinya MPASI harus diberikan saat ASI

eksklusif sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.

b. Adekuat, artinya MPASI memiliki kandungan energi, protein, dan

mikronutrien yang dapat memenuhi kebutuhan makronutrien dan

mikronutrien bayi sesuai usianya.

c. Aman, artinya MPASI disiapkan dan disimpan dengan cara-cara

yang higienis, diberikan menggunakan tangan dan peralatan makan

yang bersih.

d. Diberikan dengan cara yang benar (properly fed), artinya MPASI

diberikan dengan memperhatikan sinyal rasa lapar dan kenyang

seorang anak. Frekuensi makan dan metode pemberian makan harus

dapat mendorong anak untuk mengonsumsi makanan secara aktif

dalam jumlah yang cukup menggunakan tangan, sendok, atau makan

sendiri yang disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan

seorang anak.
3. Prinsip Pemberian MP-ASI

Prinsip – prinsip pemberian MP-ASI menurut Leman (2013) adalah

sebagai berikut :

a. ASI eksklusif diberikan sejak lahir sampai 6 bulan, selanjutnya MP-

ASI ditambahkan mulai dari usia bayi 6 bulan, sementara ASI

diteruskan sampai usia bayi mencapai 2 tahun.

b. Perilaku hidup bersih dan higienis harus diterapkan.

c. frekuensi pemberian MP-ASI

Frekuensi MP-ASI diberikan bertahap. Saat pengenalan dapat

diberikan makanan berat 2 kali sehari, lalu ditingkatkan menjadi 2-3

kali sehari disertai selingan 1 kali. Selanjutnya, 3-4 kali sehari

dengan selingan 1-2 kali sehari. Selama pemberian MP-ASI,

lanjutkan pemberian ASI.

d. Porsi pemberian MP-ASI

Pada usia 12 sampai 24 bulan ASI hanya memberikan sepertiga

kebutuhan energi anak. Porsi makanan yang diberikan menyesuaikan

kapasitas lambung bayi dan hendaknya diberikan secara bertahap,

berangsur mulai dari satu sendok hingga tiga perempat mangkuk

berukuran 250 ml sesuai dengan usianya.

4. Tujuan Pemberian MP-ASI Homemade

Menurut Molika (2014) pada usia 6 bulan atau lebih ASI saja sudah

tidak lagi dapat melengkapi kebutuhan nutrisi bayi, usia pemberian ASI
disarankan sesudah berumur 6 bulan atau lebih. Tujuan pemberian MP-

ASI diantaranya :

a. Melengkapi zat gizi yang kurang karena kebutuhan zat gizi yang

semakin meningkat sejalan dengan pertambahan umur anak.

b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-

macam makanan dari berbagai bentuk, tekstur, dan rasa.

c. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.

d. Mencoba beradaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar

energy tinggi.

5. Jenis MP-ASI Homemade

a. Makanan Lumat

Makanan lumat adalah makanan yang dihancurkan atau disaring

tampak kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan

lumat halus, contonya bubur susu, bubur sumsum, pisang saring,

papaya saring.

b. Makanan Lunak

Makanan lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air

dan tampak berair, contohnya bubur nasi, bubur ayam, nasi tim.

c. Makanan Padat

Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair dan

biasanya disebut makanan keluarga, contohnya lontong, kentang

rebus, biskuit.
6. Pemberian MP-ASI Homemade berdasarkan Usia

Pemberian MP-ASI berdasarkan usia pada anak :

a. Makanan pendamping ASI mulai diberikan pada usia 6 bulan.

b. Jika ASI tidak mencukupi maka MP-ASI dapat diberikan paling dini

usia 4 bulan.

b. Usia 6-9 bulan adalah masa kritis untuk mengenalkan makanan padat

secara bertahap sebagai stimulasi keterampilan (IDAI, 2015).

7. Porsi Pemberian Makanan Pendamping ASI Homemade

Menurut Riksani (2012) untuk tiap kali makan, dalam pemberian porsi

yang tepat adalah sebagai berikut:

a. Pada usia enam bulan, beri enam sendok makan.

b. Pada usia tujuh bulan, beri tujuh sendok makan.

c. Pada usia delapan bulan, beri delapan sendok makan.

d. Pada usia sembilan bulan, beri sembilan sendok makan.

e. Pada usia 10 bulan, diberi 10 sendok makan, dan usia selanjutnya

porsi pemberiannya menyesuaikan dengan usia anak.

2.1.5 Konsep Promosi Kesehatan

1. Definisi

Pengertian kesehatan secara luas tidak hanya meliputi aspek medis,

tetapi juga aspek mental dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan

yang bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan, sedangkan pengertian

kesehatan menurut UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 adalah keadaan


sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. Hal ini berarti, kesehatan tidak hanya diukur dari aspek fisik

mental dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam

mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi

(Notoatmodjo, 2010).

Hasil rumusan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di

Ottawa, Canada menyatakan bahwa promosi kesehatan adalah suatu

proses untuk memampukan masyarakat dalam memelihara dan

meningkatkan kesehatan mereka. Dengan kata lain, promosi kesehatan

adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka

mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan

mereka sendiri (Notoatmodjo, 2010).

Menurut WHO (2019), promosi kesehatan adalah proses

mengupayakan individuindividu dan masyarakat untuk meningkatkan

kemampuan mereka mengandalkan faktor- faktor yang mempengaruhi

kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya. Bertolak

dari pengertian yang dirumuskan WHO, Indonesia merumuskan

pengertian promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan

bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri serta

mengembangkan kegiatan bersumber daya masyarakat sesuai sosial


budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang

berwawasana kesehatan (Depkes RI, 2015).

Anda mungkin juga menyukai