Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Waktu : 90 Menit
3. Bagaimana Kriteria Pembangunan atau Revitalisasi Pusat Kegiatan yang Membutuhkan Studi Analisis
Dampak Lalulintas ?
Jawab :
- Ditjen Perhubungan Darat (1995), “ Daerah-daerah atau lokasi dengan kriteria yang mempunyai pola
perjalanan yang cukup tinggi yang perlu dilakukan analisis dampak lalu lintas adalah :
- daerah pemukiman dengan densitas yang cukup tinggi,
- perkantoran,
- pertokoan dan perdagangan,
- hotel, rumah sakit, sekolah, industri dan stadion olah raga”.
- Ditjen Perhubungan Darat (1995), menegaskan “Beberapa lokasi pembangunan daerah tertentu walau
tidak menyebabkan dampak seperti diuraikan pada rekomendasi pertama studi analisis dampak lalu
lintas dan dianggap jenis pembangunan kawasan besar dapat dilaksanakan Analisis dampak lalu lintas”.
Lokasi tersebut meliputi :
- Perumahan yang melebihi 200 unit.
- Pertokoan dengan Gross Floor Area (GFA) melebihi 1000 m 2
- Desain perkantoran dengan GFA melebihi 5000 m 2
- Pergudangan dengan GFA melebihi 7500 m 2
- Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 12 Tahun 2006, Kriteria kegiatan dan/atau usaha yang wajib
memiliki andalalin antara lain :
a. perumahan;
b. apartemen;
c. toko/rumah toko/kantor/rumah kantor;
d. pusat perbelanjaan/pasar/perkantoran;
e. hotel/motel/penginapan;
f. rumah sakit /klinik;
g. industri/pergudangan;
h. sekolah/perguruan tinggi;
i. tempat kursus;
j. restoran/rumah makan;
k. gedung pertemuan/tempat hiburan/pusat olah raga;
l. terminal/pool kendaraan/gedung parkir;
m. pelabuhan/bandara;
n. bengkel kendaraan bermotor;
o. stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum/Gas;
p. perpaduan/kombinasi antara huruf a sampai dengan o.
1. Pengembang atau pembangun properti melakukan AMDALALIN dengan menunjuk lembaga konsultan
yang memiliki tenaga ahli bersertifikat. Lalu hasil analisis AMDALALIN tersebut disusun dalam bentuk
dokumen hasil AMDALALIN
2. Hasil analisis dampak lalu lintas harus mendapat persetujuan dari:
a. Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan,
untuk jalan nasional;
b. Gubernur, untuk jalan provinsi;
c. Bupati, untuk jalan kabupaten dan/atau jalan desa; atau
d. Walikota, untuk jalan kota.
3. Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan,
gubernur, bupati, atau walikota memberikan persetujuan dalam jangka waktu paling lama 60 (enam
puluh) hari kerja sejak diterimanya dokumen hasil analisis dampak lalu lintas secara lengkap dan
memenuhi persyaratan.
4. Untuk memberikan persetujuan, Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu
lintas dan angkutan jalan, Gubernur, Bupati, atau Walikota sesuai dengan kewenangannya membentuk
tim evaluasi dokumen hasil analisis dampak lalu lintas. Tim tersebut terdiri atas unsur pembina sarana
dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, pembina jalan, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
5. Tim evaluasi tersebut mempunyai tugas, antara lain:
a. Melakukan penilaian terhadap hasil analisis dampak lalu lintas; dan
b. Menilai kelayakan rekomendasi yang diusulkan dalam hasil analisis dampak lalu lintas.
6. Penilaian tim evaluasi disampaikan kepada menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan
prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, gubernur, bupati, atau walikota sesuai dengan
kewenangannya.
7. Jika hasil penilaian belum memenuhi persyaratan, Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana
dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, Gubernur, Bupati, atau Walikota mengembalikan hasil
analisis kepada pengembang atau pembangun untuk disempurnakan.
8. Jika hasil penilaian telah memenuhi persyaratan, Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan
prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, Gubernur, Bupati, atau Walikota meminta kepada pengembang
atau pembangun untuk membuat dan menandatangani surat pernyataan kesanggupan melaksanakan
semua kewajiban yang tercantum dalam dokumen hasil analisis dampak lalu lintas.
1. Setiap Badan Hukum, Badan dan perorangan yang akan membangun, menyelenggarakan
dan/atau memperluas pusat kegiatan, permukiman dan infrastruktur yang berpotensi
menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran LLAJ, wajib
menyusun Andalalin atau kajian dampak Lalu Lintas.
2. Andalalin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dalam bentuk dokumen analisis dampak
Lalu Lintas yang sekurang-kurangnya memuat:
a. gambaran umum lokasi yang akan dibangun atau dikembangkan;
b. perencanaan dan metodologi Andalalin;
c. analisis bangkitan dan tarikan LLAJ;
d. analisis distribusi perjalanan, pemilihan moda dan pembebanan perjalanan;
e. simulasi kinerja Lalu Lintas tanpa adanya pembangunan, pada saat pembangunan,
dengan adanya pembangunan dan masa yang akan datang
f. rekomendasi dan rencana implementasi penanganan dampak;
g. tanggungjawab Pemerintah Daerah dan pengembang atau pembangun dalam penanganan
dampak; dan
h. rencana pemantauan dan evaluasi berisi rencana dan program implementasi penanganan
dampak pada saat pra konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi.
3. Kajian dampak Lalu Lintas sebagaimana dimaksud pada poin (1) sekurang-kurangnya memuat:
a. gambaran umum lokasi yang akan dibangun atau dikembangkan;
b. analisis bangkitan dan tarikan LLAJ;
c. analisis distribusi perjalanan, pemilihan moda dan pembebanan perjalanan;
d. simulasi kinerja Lalu Lintas tanpa adanya pembangunan, pada saat pembangunan, dengan
adanya pembangunan dan masa yang akan datang;
e. rekomendasi dan rencana implementasi penanganan dampak;
f. tanggungjawab Pemerintah Daerah dan pengembang atau pembangun dalam penanganan
dampak
4. Andalalin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat oleh Lembaga konsultan yang berbadan
Hukum dan memiliki tenaga ahli bersertifikasi yang dikeluarkan oleh Menteri yang
bertanggungjawab dibidang sarana dan prasarana LLAJ dan ditunjuk oleh pengembang atau
pembangun
5. Kajian dampak Lalu Lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat oleh perorangan.
6. Dokumen hasil Andalalin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) atau kajian dampak Lalu Lintas
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Walikota
1. Pengembang atau pembangun melakukan analisis dampak lalu lintas dengan menunjuk lembaga
konsultan yang memiliki tenaga ahli bersertifikat.
2. Sertifikat sebagaimana dimaksud diberikan oleh menteri yang bertanggung jawab di bidang saranadan
prasarana lalu lintas dan angkutan jalan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tatacara untuk memperoleh sertifikasi analisis
dampak lalulintas diatur olehmenteri yang bertanggung jawab di bidang sarana danprasarana lalu lintas
dan angkutan jalan setelahmemperoleh pertimbangan dari menteri yangbertanggung jawab di bidang
jalan dan Kepala KepolisianNegara Republik Indonesia.
4. Hasil analisis dampak lalu lintas disusun dalam bentuk dokumen hasil analisis dampak lalu lintas.