Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kelompok 4
Anggota :
Lakukan wawancara dengan Kapolsek atau anggota polisi lainnya di wilayah tempat
Anda tinggal. Tanyakan hal-hal sebagai berikut.
a. Jumlah kasus yang ditangani oleh polsek setempat.
Jumlah Kasus Pencurian Mesin Traktor di Kabupaten Sidenreng Rappang
1. 2017 41 21 8.61 %
2. 2018 46 23 10,58 %
3. 2019 31 23 7,13 %
4. 2020 35 19 6.65 %
Pencurian adalah salah satu jenis kejahatan terhadap kekayaan manusia yang diatur
dalam Bab XXII Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan merupakan
masalah yang tak habis-habisnya. Pencurian sudah merajalela dikalangan
masyarakat, baik di desa maupun di kota.
Menurut KUHP pencurian adalah mengambil sesuatu barang yang merupakan milik
orang lain dengan cara melawan hukum, dan untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada
pasal 362 KUHP.
Pasal 362 KUHP yang berbunyi :
“ Barang siapa yang mengambil sesuatu barang yang sama sekali atau sebagian
termasuk kepunyaan orang lain dengan maksud akan memiliki barang itu dengan
melawan hak, dihukum karena pencurian dengan hukuman penjara selama-lamanya
lima tahun atau denda sebanyakbanyaknya Rp. 900,- “.
Tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok seperti yang diatur Pasal 362 KUHP
terdiri dari unsur subjektif yaitu dengan maksud untuk menguasai benda tersebut
secara melawan hukum dan unsur-unsur objektif yakni, barang siapa, mengambil,
sesuatu benda dan sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain.
Pencurian merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dipahami dari berbagai
sisi yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai
komentar tentang suatu peristiwa kejahatan yang berbeda satu dengan yang lain.
Selain merupakan suatu hal yang sama sekali tidak menyenangkan bagi pihak yang
tertimpa musibah kejahatan tersebut, di satu sisi kejahatan juga sulit dihilangkan dari
muka bumi ini.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan peradaban manusia dari masa
ke masa, maka kebutuhan kepentingan manusia semakin bertambah. Hal ini tentu
membawa dampak negatif sebab akan mengakibatkan bertambahnya kemungkinan
terjadinya kejahatan. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang beraneka
ragam sering menghalalkan berbagai cara tanpa mengindahkan norma-norma hukum
yang berlaku dalam masyarakat. Dengan demikian sampai saat ini kejahatan masih
tetap abadi dan bahkan akan berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi yang
semakin canggih.
Manusia dalam kedudukannya sebagai mahluk sosial akan senantiasa berusaha
untuk mengurangi tindak kejahatan yang terjadi guna mencapai kehidupan
masyarakat yang tertib dan damai. Oleh karena itu usaha pembangunan untuk
mencapai tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia yang telah digariskan dalam Undang-
undang Dasar (selanjutnya disingkat dengan UUD) Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak akan terhapus dari
berbagai hambatan dan ancaman, sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 28 A
amandemen ke-4 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang berbunyi :
“Setiap orang berhak untuk hidup dan berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.”
Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 28 c ayat (2) amandemen ke-4 UndangUndang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan :
“Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negara.”
Dan ketentuan Pasal 28 D ayat (1) amandemen ke-4 Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi :
“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.”
Dengan demikian Negara Republik Indonesia mengakui bahwa hak seseorang untuk
hidup layak dalam hal ekonomi, berhak untuk mendapat penghasilan guna memenuhi
kebutuhan ekonomi masyarakat dan penjaminan hak-hak asasi manusia merupakan
tujuan negara yang fundamental.
Salah satu delik yang akhir-akhir ini sering terjadi dan sangat mengganggu
keamanan dan ketertiban masyarakat adalah delik pencurian barang-barang
berharga. Dalam KUHP delik pencurian diatur dalam Buku Ke-2, Bab XXII mulai dari
Pasal 362 sampai dengan Pasal 367, sedangkan bentuk pokok dari kejahatan
pencurian diatur dalam Pasal 362 KUHP. Pencurian barang merupakan salah satu
jenis kejahatan terhadap harta benda yang banyak menimbulkan kerugian dan
meresahkan masyarakat.
Delik pencurian klasifikasikan atas delik pencurian biasa hingga pencurian yang
diawali dengan kekerasan. Delik pencurian ini menjadi sorotan semua pihak.
Dalam sejarah peradaban manusia pencurian ada sejak terjadi ketimpangan
antara kepemilikan benda-benda kebutuhan manusia, kekurangan akan kebutuhan,
dan ketidakpemilikan cenderung membuat orang berbuat menyimpang (pencurian).
Pencurian dilakukan dengan berbagai cara, dari cara-cara tradisional sampai pada
cara-cara modern dengan menggunakan alat-alat modern dengan pola yang lebih
lihai. Hal seperti ini dapat terlihat dimana-mana, dan cenderung luput dari jeratan
hukum.
Dalam berbagai mediapun banyak diberitakan mengenai delik pencurian barang,
apakah itu barang mewah dan berharga maupun barang lainnya yang memiliki nilai
dari segi ekonomi. Demikian pula halnya di kabupaten
Sidenreng Rappang yang dikenal sebagai daerah lumbung padi di Sulawesi Selatan,
di mana Sidenreng Rappang merupakan daerah agraris yang berpotensi sebagai
daerah pertanian dan memilik banyak lahan persawahan yang pengelolaannya
menggunakan berbagai macam alat-alat pertanian mulai dari alat yang masih
tradisionil sampai pada alat modern seperti mesin traktor.
Dengan makin meningkatnya tuntutan dan biaya hidup saat ini, maka kebutuhan
ekonomi (biaya hidup sehari-hari) juga semakin meningkat, sedangkan tingkat
pendapatan ekonomi masyarakat seolah tidak seimbang dengan tuntutan biaya hidup
tinggi. Hal inilah yang kadang-kadang mendorong seseoarang melakukan segala cara
untuk memenuhi kebutuahn hidupnya yang makin meningkat.
Meningkatnya tingkat kebutuhan hidup yang tidak dibarengi dengan lapangan kerja
yang memadai juga menyebaabkan meningkatnya pula delik pencurian barang
berharga, demi memenuhi kebutuhan hidup seseorang.
Kejahatan merupakan gejala sosial yang senantiasa dihadapi oleh setiap masyarakat
di dunia ini. Kejahatan dalam keberadaannya dirasakan sangat meresahkan,
disamping itu juga mengganggu ketertiban dan ketentraman dalam masyarakat
berupaya semaksimal mungkin untuk menanggulangi kejahatan tersebut.
Upaya penanggulangan kejahatan telah dan terus dilakukan oleh pemerintah maupun
masyarakat. Berbagai program dan kegiatan telah dilakukan sambil terus menerus
mecari cara paling tepat dan efektif untuk mengatasi masalah tersebut.
Upaya atau kebijakan untuk melakukan pencegahan dan
penanggulangan kejahatan termasuk bidang kebijakan kriminal. Kebijakan kriminal ini
pun tidak terlepas dari kebijakan yang lebih luas, yaitu kebijakan sosial yang terdiri dari
kebijakan atau upaya-upaya untuk kesejahteraan sosial dan kebijakan atau upaya-
upaya untuk perlindungan masyarakat. (Barda Nawawi Arief (2007:77)
Kebijakan penanggulangan kejahatan dilakukan dengan menggunakan sarana ”penal”
(hukum pidana), maka kebijakan hukum pidana khususnya pada tahap kebijakan
yudikatif harus memperhatikan dan mengarah pada tercapainya tujuan dari kebijakan
social itu berupa ”social welfare” dan “social defence”. (Barda Nawawi Arief (2007:77)
Lain halnya menurut Baharuddin Lopa (2001:16) bahwa “upaya dalam menanggulangi
kejahatan dapat diambil beberapa langkah-langkah terpadu, meliputi langkah
penindakan (represif) disamping langkah pencegahan (preventif).”
Langkah-langkah preventif menurut Baharuddin Lopa, (2001:16-17) itu
meliputi :
A. Peningkatan kesejahteraan rakyat untuk mengurangi pengangguran, yang dengan
sendirinya akan mengurangi kejahatan.
B. Memperbaiki sistem administrasi dan pengawasan untuk mencegah terjadinya
penyimpangan-penyimpangan.
C. Peningkatan penyuluhan hukum untuk memeratakan kesadaran hukum rakyat.
D. Menambah personil kepolisian dan personil penegak hukum lainnya untuk lebih
meningkatkan tindakan represif maupun preventif.
E. Meningkatan ketangguhan moral serta profesionalisme bagi para pelaksana
penegak hukum.
Penanggulangan kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum terjadi dan
memperbaiki pelaku yang dinyatakan bersalah dan dihukum di penjara atau lembaga
pemasyarakatan. Tetapi menurut Pery bahwa efektivitas kejahatan hanya mungkin
dapat dicapai dengan memulai keikutsertaan masyarakat secara meluas meliputi
kesadaran dan ketertiban yang nyata.
Dalam penanggulangan kejahatan ini, ada upaya yang dapat ditempuh untuk
menyelesaikannya yaitu:
1) Pre-Emtif
Yang dimaksud dengan upaya Pre-Emtif adalah upaya-upaya awal yang dilakukan
oleh pihak kepolisian untuk mencegah terjadinya tindak pidana. Usaha-usaha
yang dilakukan dalam penanggulangan kejahatan pre-entif adalah menanamkan
nilai-nilai/ norma-norma yang baik sehingga norma-norma tersebut tersebut
terinternalisasi dalam diri seseorang. Meskipun ada kesempatan untuk melakukan
pelanggaran/kejahatan tapi tidak ada niatnya untuk melakukan hal tersebut maka
tidak akan terjadi kajahatan. Jadi dalam usaha preventif faktor niat menjadi hilang
meskipun ada kesempatan. Cara pencegah ini berasal dari teori NKK, yaitu; niat
+ kesempatan terjadi kejahatan.
Contohnya : di tengah malam pada saat lampu merah lalu lintas menyala maka
pengemudi itu akan berhenti dan mematuhi aturan lalu lintas tersebut meskipun
pada waktu itu tidak ada polisi yang berjaga. Hal ini selalu terjadi di banyak negara
seperti singapura, sydney, kota besar lainnya di dunia, jadi dalam upaya pre-entif
faktor NIAT tidak terjadi.
2) Preventif
Upaya-upaya preventif ini adalah merupakan tindak lanjut dari upaya pre-entif
yang masih dalam tataran pencegahan sebelum terjadinya kejahatan. Dalam
upaya preventif yang ditekankan adalah menghilangkan kesempatan untuk
melakukan kejahatan. Solusi preventif adalah berupa cara-cara yang cenderung
mencegah kejahatan. Solusi supresif adalah cara-cara yang cenderung
menghentikan kejahatan sudah mulai, kejahatan sedang berlangsung tetapi belum
sepenuhnya sehingga kejahatan dapat dicegah. Solusi yang memuaskan terdiri
dari pemulihan atau pemberian ganti kerugian bagi mereka yang menderita akibat
kejahatan. Sedangkan solusi pidana atau hukuman juga berguna, sebab setelah
kejahatan dihentikan pihak yang dirugikan sudah mendapat ganti rugi, kejahatan
serupa masih perlu dicegah entah dipihak pelaku yang sama atau pelaku lainnya.
Menghilangkan kecendrungan untuk mengulangi tindakan adalah suatu reformasi.
Solusi yang berlangsung kerena rasa takut disebut hukuman. Entah
mengakibatkan ketidakmampuan fisik atau tidak, itu tergantung pada bentuk
hukumannya.
Hal tersebut terkait dengan pandangan Jeremy Bentham (2006:307) bahwa yang
mengemukakan bahwa “Tujuan hukuman adalah mencegah terjadinya kejahatan
serupa, dalam hal ini dapat memberi efek jera kepada pelaku dan individu lain pun
untuk berbuat kejahatan”.
Kejahatan adalah suatu persoalan yang selalu melekat dimana masyarakat itu
ada. Kejahatan selalu akan ada seperti penyakit dan kematian yang selalu
berulang seperti halnya dengan musim yang berganti-ganti dari tahun ke tahun.
Segala daya upaya dalam menghadapi kejahatan hanya dapat menekan atau
menguranagi meningkatnya jumlah kejahatan dan memperbaiki penjahat agar
dapat kembali sebagai warga masyarakat yang baik. Masalah pencegahan dan
penanggulangan kejahatan, tidaklah sekedar mengatasi kejahatan yang sedang
terjadi dalam lingkungan masyarakat, tapi harus diperhatikan pula, atau harus
dimulai dari kondisi yang menguntungkan bagi kehidupan manusia. Perlu digali,
dikembangkan dan dimanfaatkan seluruh potensi dukungan dan partisipasi
masyarakat dalam upaya untuk menanggulangi kejahatan. Hal itu menjadi tugas
dari setiap kita, karena kita adaIah bagian dari masyarakat.
Contohnya : ada orang ingin mencuri motor tetapi kesempatan itu dihilangkan
karena motor-motor yang ada ditempatkan di tempat tidak terjadi kejahatan, jadi
dalam upaya preventif KESEMPATAN di tutup.
3) Represif
Upaya ini dilakukan telah terjadi tindak pidana/kejahatan yang tindakannya berupa
penegakan hukum (law enforcemenet) dengan menjatuhkan hukuman pada
pelaku.
1. Inventarisasi dan analisa data awal oleh penyelidik, penyelidikan lapangan serta
perumusan hasil penyelidikan untuk dikoordinasikan dalam rangka peningkatan.
2. Penindakan dalam rangka penangkapan para pelaku dan pengungkapan jaringan,
operasi di daerah rawan dalam rangka penghadangan atau menangkap tangan para
pelaku, pemeriksaan hasil-hasil penindakan dalam rangka proses penyelesaian
perkara; penyelidikan lanjutan sebagai pengembangan dari hasil penindakan;
pengejaran para tersangka di luar daerah.
3. Melanjutkan proses penyelesaian perkara hasil penindakan; publikasi atau
penerangan kepada masyarakat tentang peningkatan peran serta melalui media cetak
dan media eletronik; analisa dan evaluasi keseluruhan pelaksanaan operasi serta
penyiapan bahan-bahan
Pencurian termasuk kejahatan terhadap harta benda yang diatur dalam pasal 362
sampai dengan pasal 367 KUHPidana. Adapun jenis-jenis pencurian yang diatur
dalam KUHPidana adalah sebagai berikut:
Pasal 236 KUHPidana merupakan pokok delik pencurian, sebab semua unsur dari
delik pencurian tersebut di atas dirumuskan secara tegas dan jelas, sedangkan pada
pasal-pasal KUHPidana lainnya tidak disebutkan lagi unsur tindak pidana atau delik
pencurian akan tetapi cukup disebutkan lagi nama kejahatan pencurian tersebut
disertai dengan unsur pemberatan dan keringanan.
Delik pencurian adalah delik yang paling umum, tercantum di dalam semua
KUHPidana di dunia, disebut delik netral karena terjadi dan diatur oleh semua negara
termasuk Indonesia. Jenis tindak pidana pencurian merupakan jenis tindak pidana
yang terjadi disetiap daerah di Indonesia, oleh karenanya menjadi sangat logis apabila
jenis tindak pidana ini menempati urutan teratas diantara tindak pidana terhadap harta
kekayaan yang lain. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya terdakwa/tertuduh dalam
tindak pidana pencurian yang diajukan ke sidang pengadilan.
1. Perbuatan mengambil
2. Yang diambil harus sesuatu barang
3. Barang itu harus seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain
4. Pengambilan itu harus dilakukan dengan maksud untuk dimiliki
5. Secara melawan hukum
SUMBER TERKAIT
Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Dit Reskrimsus) Polda Metro Jaya sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Kapolri Nomor 22 Tahun 2018 tanggal 28 September 2018
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Daerah, pasal 10
huruf d merupakan unsur pelaksana tugas pokok berada di bawah Kapolda, yang
dipimpin oleh Dir Reskrimsus dengan pangkat Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol)
/Eselon II-B, bertugas menyelenggarakan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana
khusus, koordinasi, pengawasan operasional, dan administrasi penyidikan PPNS sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dir Reskrimsus Polda Metro Jaya bertanggung jawab kepada Kapolda Metro Jaya,
dengan pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Waka Polda Metro Jaya, untuk
menyelenggarakan fungsinya seperti penyelidikan dan penyidikan tindak pidana khusus,
antara lain tindak pidana ekonomi, korupsi, dan tindak pidana tertentu di daerah hukum
Polda Metro Jaya, penganalisaan kasus beserta penanganannya, serta mempelajari dan
mengkaji efektivitas pelaksanaan tugas Dit Reskrimsus Polda Metro Jaya, pembinaan
teknis, koordinasi, pengawasan operasional dan administrasi penyidikan oleh PPNS di
daerah hukum Polda Metro Jaya, pelaksanaan pengawasan penyidikan tindak pidana
khusus di lingkungan Polda Metro Jaya, dan juga pengumpulan dan pengolahan data
serta menyajikan informasi dan dokumentasi program kegiatan Dit Reskrimsus Polda
Metro Jaya.