844 2338 1 SM

Anda mungkin juga menyukai

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

Tuturan, Vol. 4, No.

1, Januari 2015: 688 – 703 ISSN 2089-2616

POLITIK BAHASA INDONESIA DARI PRAKEMERDEKAAN DAN


PASCAKEMERDEKAAN

Juanda
Universitas Samawa, Sumbawa

ABSTRAK

Bahasa Indonesia memunyai nilai-nilai historis kejuangan sehingga perlu direflesikan


kedudukan dan fungsinya. Prakemerdekaan, bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat perjuangan
dan persatuan bangsa, sedangkan pascakemerdekaan dijadikan sebagai bahasa nasional dan
resmi Negara, yang diatur melalui berbagai kebijakan bahasa. Merefleksikan kedudukan dan
fungsinya dari prakemerdekaan dan pascakemerdekaan masih sangat relevan. Persoalan bahasa,
apalagi memasuki era globalisasi, tidaklah lebih kompleks daripada persoalan hukum, politik,
ekonomi, pendidikan, dan sebagainya. Kebijakanbahasa bisa menjadi salah satu alternatif
melindungi, membina, dan mengembangkan bahasa nasional.

Kata Kunci: Kebijakan Bahasa, prakemerdekaan, dan pascakemerdekaan

A. PENDAHULUAN sikap primordialisme, seperti yang


Prakemerdekaan, pembicaran dilakukan oleh G. J. Nieuwenhuis. Politik
tentang bahasa nasional sangat jarang bahasa Belanda bertujuan menghambat
terdengar karena dianggap tidak dan menghalangi proses kemerdekaan
substantif. Kebijakan pemerintah kolonial serta mengangkat bahasa Melayu menjadi
juga tidak berpihak kepada bahasa bahasa Indonesia Slametmuljana, 1959:
Melayu. Penggunaan bahasa Melayu 4).
sangat dibatasi, hanya dalam pendidikan Siapa yang berkuasa sangat
(sekolah tertentu) dan administrasi menentukan ragam bahasa (Barry, 2008:
pemerintahan (Slametmuljana, 1959: 4-5). 214-215; Bloomfield, 1995: 1; Thomas &
Pemerintah kolonial justru Waering, 2007: 49). Masa prakolonial
menumbuhkan dan membolehkan (abad 17), bahasa Melayu sudah
penggunaan bahasa-bahasa daerah. digunakan di Zaman Sriwijaya. Bahasa
Kebijakan ini jelas sangat politis, di satu Melayu dipakai sebagai bahasa
sisi bahasa Malayu dibolehkan penghubung antarsuku di nusantara dan
penggunaan secara terbatas, sedangkan sebagai bahasa yang digunakan dalam
sisi yang lain pemerintah justru perdagangan dari dalam nusantara dan
membangkitkan semangat primordialisme. luar nusantara. Penggunaan ini ditandai: a)
Persoalan politik bahasa sudah diterapkan tulisan yang terdapat pada batu nisan di
sejak prakolonial sampai pascakolonial. Minye Tujoh, Aceh, pada tahun 1380; b)
Belanda secara sistematis menanamkan prasasti Talang Tuo, di Palembang (684);

688
Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

c) prasasti Kota Kapur (688), di Bangko, gangguan (Shohamy, 2006: 1). Dalam
Merangi, Jambi. kolonial, bahasa Melayu ditempatkan
Bahasa Melayu sudah berfungsi pada posisi marjinal/subordinat,
sebagai bahasa buku-buku yang berisi sedangkan bahasa kolonial (bahasa
aturan-aturan hidup dan sastra; bahasa Belanda) adalah superordinat. Selain
perhubungan; bahasa perdagangan dan sebagai alat komunikasi, bahasa juga
bahasa resmi kerajaan. Bahasa Melayu digunakan untuk mengendalikan orang
menyebar ke pelosok nusantara bersamaan lain, termasuk perilaku dan nilai-nilai
dengan menyebarnya agama Islam di yang diyakininya.
wilayah nusantara. Bahasa Melayu mudah Pengangkatan bahasa Melayu
diterima oleh masyarakat nusantara menjadi bahasa Indonesia bertujuan untuk
sebagai bahasa perhubungan antarpulau, memfasilitasi dan memediasi serta
antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, menghubungkan kebudayaan-kebudayaan
dan antarkerajaan (Samuel, 2008: 111). yang ada di nusantara (Badudu, 1985: 3).
Masa kolonial, bahasa Melayu Tambahan pula, bahasa menggambarkan
adalah ragam bahasa yang kurang diakui kondisi sosial-budaya Indonesia (Hasan,
penggunaannya. Belanda sangat paham 2005: 48). Bahasa nasional adalah bahasa
bahwa bahasa Melayu bisa Indonesia yang lahir sebagai sistesis dari
mempersatukan dan memperkokoh tesis dan antitesis bahasa-bahasa nusantara
nusantara. Pembatasan dan pelarangan ini yang telah digunakan sebagai lingua
sebetulnya sangat beralasan, yaitu franca. Semua bahasa nusantara tidak
dikhawatirkan bisa menguatkan semangat mungkin dihapuskan, apalagi tidak diakui
kemerdekaan. Kebijakan bahasa eksistensinya. Bahasa nusantara atau
pemerintah kolonial tetap membolehkan bahasa-bahasa daerah juga berperan
penggunaan bahasa Melayu, meskipun penting dalam proses pengangkatan dan
diharuskan menggunakan Ejaan van pembentukan bahasa Indonesia.
Ophuysen, yaitu ejaan yang ditulis oleh Dalam pasal 32 menyebutkan,
Belanda. Pascakolonial, bahasa Melayu “Negara menghormati dan memelihara
bermetamorfosa menjadi bahasa Indonesia bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
yang bersumber dari bahasa daerah dan nasional” (UUD, 1945).Kemudian junto
bahasa asing. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989
Ragam bahasa dapat pula digunakan (UU, 1989) pasal 42 tentang Sistem
oleh pembuat kebijakan sebagai alat Pendidikan Nasional, yang menyebutkan
simbolik untuk manipulasi politik, sosial, bahwa “Bahasa daerah dapat digunakan
ekonomi, dan pendidikan (Fairclough, sebagai bahasa pengantar dalamtahap
2001: 204). Bahasa juga digunakan untuk awal pendidikan dan sejauh diperlukan
mengatagorikan orang, menciptakan dalampenyampaian pengetahuan dan/atau
kelompok, mengidentifikasikan diri, keterampilan tertentu.”
bahkan variasi lain dianggap sebagai

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 689


Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

Bahasa daerah juga dihormati dan B. POLITIK BAHASA


diakui oleh perundang-undangan Badudu (1985: 1) mengemukakan
(Septiningsih, 2012; Sugiyono, 2013). bahwa politik bahasa adalah pengolahan
Pengangkatan bahasa Melayu menjadi bahasa secara menyeluruh dengan
bahasa Indonesia tidak lantas mengingkari kebijaksaan nasional mengenai
bahasa-bahasa daerah yang sudah ada kebahasaan dan kesastraan. Politik bahasa
dengan sosial-budayanya. Pengakuan tidak diartikan secara sempit, yaitu
fungsi dan kedudukan bahasa-bahasa tentang politik sich, tetapi pembicaraan
daerah pada intinya digunakan sebagai tentang kebudayaan dan kebangsaan suatu
sumber pengayaan bahasa Indonesia. bangsa. Kebijakan nasional dirumuskan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 sebagai politik bahasa nasional yang berisi
tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU, perencanaan, pengarahan, dan ketentuan-
1989) menjelaskan bahwa bahasa daerah ketentuan yang dapat dipakai sebagai
juga dapat digunakan sebagai bahasa dasar bagi pengolahan keseluruhan
pengantar pendidikan. masalah kebahasaan (Alwi & Sugono
Masyarakat Indonesia yang (Eds.), 2011: 7-8).
multilingual atau bahu-bahasa Bangsa Indonesia terdiri dari aneka
(Slametmuljana, 1959: 2-3) atau bahasa, suku, agama (kepercayaan), adat-
keanekabahasaan (Chaer & Agustina, istiadat, teknologis, sosial-budaya, dan
2004: 85) sering menghadapi persoalan sebagainya. Lebih luas lagi, bahasa
kebahasaan, antara bahasa nasional dan nasional merupakan jatidiri/identitas
bahasa daerah. Pengangkatan bahasa bangsa, sehingga untuk menjembati
nasional Indonesia dapat dikatakan unsur-unsur kebudayaan dan kebangsaan
berjalan lancar, meskipun belum yang berbeda tadi pemerintah harus
menyelesaikan persoalan tentang bahasa, menetapkan kebijakan bahasa nasional.
penutur/pemakai, dan wilayah pakai. Bahasa Indonesia tidak lagi sekadar
Perkembangan politik bahasa dari bahasa perhubungan, akan tetapi harus
prakemerdekaan dan pascakemerdekaan menjadi bahasa resmi negara.
merupakan fokus tulisan ini. Pertanyaan Amran Halim (Badudu, 1985: 4)
yang dapat diajukan: 1) Bagaimana menyebutkan tujuan politik bahasa adalah:
perkembangan politik bahasa Indonesia a) perencanaan dan perumusan kerangka
pada masa prakemerdekaan?; 2) dasar kebijaksaan di dalam kebahasaan; b)
Bagaimana perkembangan politik bahasa perumusan dan penyusunan ketentuan-
Indonesia pada masa pascakemerdekaan? ketentuan serta garis-garis kebijaksaan
Tujuan tulisan ini 1) untuk menganalisis umum mengenai penelitian,
perkembangan bahasa Indonesia pada pengembangan, pembakuan, dan
masa prakemerdekaan; 2) untuk pengajaran bahasa, termasuk sastra; c)
menganalisis perkembangan bahasa penyusunan rencana pengembangan
Indonesia pada masa pascakemerdekaan. kebijaksaan nasional.

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 690


Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

Politik bahasa sesungguhnya sangat bahwa bangsa ini sedang terjebak oleh
diperlukan, terutama dalam upaya penjara hukum dan politik. Seolah-olah
pembinaan dan pengembangan bahasa persoalan kebahasaan adalah masalah
Indonesia. Tanpa politik bahasa akan yang kurang diprioritaskan.
sangat sulit untuk mengembangkan, Pembicaraan kebahasaan dianggap
apalagi mewacanakan bahasa Indonesia sebagai sesuatu yang tidak produktif dan
menjadi bahasa internasional. Sebetulnya, tidak menghasilkan serta tidak
niatan tersebut harus ditanggapi secara mendapatkan apa-apa, kecuali menjadi
positif, namun juga harus didukung oleh lebih bingung. Padahal, bahasa adalah
kebijakan pemerintah yang memihak cara yang paling ampuh mempersatukan
kepada bahasa Indonesia. Graddol bangsa ini. Bahasa juga mampu
(Maurais & Morris, (Eds.) 2003: 16-17) menyelesaikan segala konflik yang
memperkirakan bahasa Melayu/Indonesia cenderung separatis. Barangkali bangsa
akan menjadi bahasa regional tahun 2050. ini telah melupakan sejarah, bagaimana
Pemerintah sebagai pembuat peran bahasa Indonesia mempersatukan
kebijakan tentunya harus memikirkan bangsa. Sekarang terlalu menjunjung
persoalan kebahasaan. Pemerintah tidak tinggi hukum positif untuk menyelesaikan
hanya mengurus sosial (kesejahteraa dan persoalan bangsa. Mengapa bahasa tidak
ketenagakerjaan), ketatanegaraan, digunakan sebagai media persatuan
perpolitakan dan hukum, akan tetapi juga bangsa?
melihat lebih dekat persoalan kebahasaan. Seminar politik bahasa nasional
Selama ini, masalah kebahasaan kurang yang diselenggarakan tahun 1975 di
diminati daripada masalah hukum, politik, Jakarta telah memberikan gambaran
ataupun perfilman. Padahal komprehensif dan lengkap mengenai
kekurangbanggaan terhadap bahasa butir-butir pokok yang harus diperhatikan
Indonesia bisa berdampak langsung dalam menangani masalah kebahasaan di
terhadap disintegrasibangsa. Indonesia. Hasil seminar itu meliputi tiga
Intensitas pembinaan dan aspek, yaitu bahasa, pemakai bahasa, dan
pengembagan bahasa Indonesia yang pemakaian bahasa. (Alwi dan Sugono,
dilakukan oleh media hampir tidak ada. (Eds.) 2011: 6-7).
Pemberitaan tentang kebahasaan telah Lewat politik kebijakan, bahasa
mati, termasuk pemberitaan di televisi dapat ditingkatkan fungsi dan
nasional. Ini sungguh menyedihkan kedudukannya sehingga sangat tidak
mengingat peranan media dalam upaya masuk akal suatu bahasa mampu
pembinaan dan pengembangan bahasa berkembang dan mengekspansikan diri
sangat dibutuhkan. Setiap hari tanpa didukung oleh kebijakan (perundang
pemberitaan tentang hukum dan politik, - undangan, peraturan pemerintah,
sedangkan acara/berita kebahasaan keputusan presiden, peraturan menteri,
sungguh nihil. Hal ini mengindikasikan keputusan menteri, dan sebagainya).

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 691


Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

Penetapan fungsi dan kedudukan bahasa perumusan, perencanaan, dan penggunaan


menjadi penting ketika merumuskan peta bahasa tersebut.
perencanaan, pembinaan, dan Language policy has always been
perkembangan bahasa. Jadi, perundang- about far more than choosing which
undangan merupakan legitimasi (istilah language to use in government, education,
Jurgen Habermas) yang berfungsi sebagai or the law…language policy involves the
upaya melindungi, membenarkan, dan use of languages for purposes of cultural
menguatkan kedudukan bahasa tersebut. governance, or governmentality
Alwasilah (1997: 4) menjelaskan (Pennycook dalam Tollefson, 2002: 91).
tiga aspek politik bahasa, yaitu korpus Kebijakan bahasa didefinisikan sebagai
bahasa, status bahasa, dan pemerolehan pengangkatan suatu bahasa menjadi
bahasa. Korpus data atau kode bahasa bahasa resmi negara, yang digunakan
meliputi pelafalan, kosakata, dan tata dalam pemerintahan, pendidikan, dan
bahasa, sedangkan status bahasa hukum. Ini berarti bahwa penggunaan
mencakup kedudukan, peran, dan fungsi bahasa resmi hanya di ketiga ranah
bahasa Indonesia. Terakhir, pemerolehan tersebut. Bagaimana dengan penggunaan
bahasa berkaitan dengan bagaimana bahasa resmi sehari-hari/bahasa
bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan pergaulan?
bahas asing diajarkan di lembaga Bahasa resmi digunakan dalam
pendidikan. urusan pemerintahan (pengurusan surat-
menyurat, pidato, perundang-undangan,
C. KEBIJAKAN BAHASA dan sebagainya) dapat
Language policy (LP) is the primary dipahami/dimaklumi, karena penetapan
mechanism for organizing, managing and penggunaan satu bahasa dalam urusan
manipulating language behaviors as it administrasi pemerintahan sangat
consists of decisions made about dibutuhkan. Penggunaan satu bahasa tidak
languages and their uses in society lain bertujuan untuk memudahkan hal-hal
(Shohamy, 2006: 45). Secara historis, yang berhubungan dengan urusan
bahasa Indonesia adalah bahasa administrasi pemerintahan. Jika tidak ada
perjuangan, sehingga sangat wajar penggunaan bahasa standar yang jelas
dilindungi melalui kebijakan. Sebagai tentu akan menimbulkan persoalan karena
identitas nasional, bahasa Indonesia harus setiap penutur boleh jadi memiliki bahasa
mendapatkan tempat terhormat. ibu yang berbeda.
Bentuknya bisa melalui kebijakan Pemerintah perlu juga menetapkan
pemerintah, yaitu untuk membina dan bahasa standar dalam pendidikan,
mengembangkan bahasa Indonesia. misalnya bahasa Indonesia. Penggunaan
Kebijakan bahasa diperlukan supaya bahasa Indonesia sebagai bahasa
memastikan fungsi dan kedudukan bahasa pengantar dalam pendidikan bertujuan
tersebut. Kebijaksaan bahasa mencakup untuk menanamkan nilai-nilai dan

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 692


Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

identitas kebangsaan supaya peserta didik sehari-hari saya menggunakan bahasa


mempunyai jiwa nasionalisme yang Indonesia bila berkomunikasi dengan
tinggi. Selain itu, bahasa Indonesia tetangga. Jadi, bahasa standar menjadi
berfungsi sebagai alternatif bahasa pergaulan, meskipun bahasa yang
mempertemukan berbagai ragam bahasa digunakan tidak baku.
yang digunakan peserta didik. Betapa Kebijakan bahasa yang
sulitnya seorang guru/dosen mengajar dan dikemukakan oleh Pennycook terkesan
mendidik jika tidak ada bahasa standar. sangat sederhana dan sempit maknanya.
Guru/dosen mengajar dengan bahasa ibu, Penggunaan bahasa standar tidak hanya di
sedangkan peserta didik juga menyimak pemerintahan, pendidikan, dan hukum,
dan berbicara dengan bahasa ibunya. Bila tetapi dalam pergaulan sehari-hari juga
ini yang terjadi, maka proses dipakai. Orman (2008: 39) mengatakan,
pembelajaran pun akan kacau. Semua Language policy usually refers to the
unsur pembelajaran menjadi tidak jelas formulation of laws, regulations and
dan tentu saja menghilankan esensi official positions regarding language
pendidikan itu sendiri. Kehadiran bahasa usage and the allocation of linguistic
pengantar dalam pendidikan, yaitu bahasa resources by some government or other
Indonesia bersifat definitif. political organization. Bila diartikan,
Selain ranah pemerintahan dan kebijakan bahasa memuat peraturan
pendidikan, kebijakan bahasa juga perundang-undangan, regulasi, fungsi dan
dipandang penting untuk menulis dan kedudukan resmi penggunaan serta
membukukan perundang-undangan. sumber bahasa tersebut. Penetapan
Penulisan perundang-undangan perlu bahasa standar, yaitu melalui perundang-
adanya keseragaman, terutama undangan dipandang sangat urgen fungsi
penggunaan bahasa standar. Apa jadinya dan kedudukannya dalam berbangsa dan
bangsa ini bila peraturan ditulis dengan bernegara.
bahasa legislator masing-masing. Semua Penetapan bahasa resmi/bahasa
akan bingung dan mungkin proses standar sebetulnya tidaklah mudah, karena
komunikasi akan buntuh. banyak negera yang terlibat perang
Apakah kebijakan bahasa hanya saudara disebabkan oleh bahasa standar,
mengatur penggunaan bahasa dalam seperti Filipina, negara-negara pecahan
pemerintahan, pendidikan, dan hukum? Uni Soviet, dan sebagainya. Bangsa
Tidak. Bahasa standar harus juga Indonesia terbilang sangat mulus—tidak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. ada rintangan dan halangan yang berarti
Contohnya: saya (orang Sumbawa) tinggal ketika mengangkat bahasa Melayu
di Kalitirto Sleman. Tetangga—samping menjadi bahasa Indonesia. Apa yang
kiri dan kanan, depan dan belakang adalah dimaksud bahasa Indonesia?
penutur bahasa Jawa. Oleh karena belum Badudu (1985: 1) mengemukakan
bisa berkomunikasi dengan bahasa Jawa, bahwa bahasa Indonesia bersumber dari

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 693


Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

bahasa Melayu, bahasa-bahasa daerah, Bahasa Melayu sudah berfungsi


dan bahasa-bahasa asing, yang kemudian sebagai bahasa buku-buku yang berisi
pertemuan atau sistesis dari aneka ragam aturan-aturan hidup dan sastra; bahasa
bahasa tadi disebut bahasa Indonesia. perhubungan; bahasa perdagangan dan
Berbeda dengan bahasa Melayu kuno bahasa resmi kerajaan. Bahasa Melayu
yang berdiri sendiri, yang tidak menyerap menyebar ke pelosok nusantara bersamaan
bahasa-bahasa lain. Bahasa Melayu adalah dengan menyebarnya agama Islam di
bahasa Indonesia atau sebaliknya wilayah nusantara. Bahasa Melayu mudah
sebetulnya tidak lagi relevan. Umar Junus diterima oleh masyarakat nusantara
termasuk salah satu orang yang sebagai bahasa perhubungan antarpulau,
menganggap dan mengafirmasi antarsuku, antarpedagang, antarbangsa,
pernyataan tadi. dan antarkerajaan (Ratna, 2008: 43).
Dari tiga pendapat ahli tadi Masa prakemerdekaan kebijakan
(Shohamy, Pennycook, dan Orman), politik pemerintahan berada di tangan
penulis dapat menyimpulkan bahwa bangsa penjajah, yaitu Belanda. Masa ini
kebijakan bahasa memuat keputusan- Belanda menerapkan politik diskriminatif
keputusan (perundang-undangan) tentang terhadap rakyat jajahannya. Dalam
perencanaan, perumusan, pembinaan dan pendidikan, bahasa pengantar yang
pengembangan bahasa serta fungsi dan digunakan adalah bahasa Belanda
kedudukan penggunaannya dalam (Slametmuljana, 1959), sedangkan bahasa
masyarakat. Melayu/Indonesia adalah bahasa kelas
dua.
D. PERKEMBANGAN BAHASA Setelah mendapat tekanan dari dunia
INDONESIA internasional, Belanda mulai memberikan
kesempatan secara terbatas kepada bangsa
Prakemerdekaan Indonesia untuk mendapatkan pendidikan,
Zaman Kerajaan Sriwijaya, bahasa termasuk penggunaan bahasa Indonesia.
Melayu dipakai sebagai bahasa Tujuan pendidikan adalah untuk menjadi
penghubung antarsuku di nusantara dan tenaga kerja yang akan dipekerjakan di
sebagai bahasa yang digunakan dalam pemerintahan Belanda dan digaji murah.
perdagangan antara pedagang dari dalam Meskipun demikian, penggunaan bahasa
nusantara dan dari luar nusantara. Melayu/Indonesia mulai dipertimbangkan
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa dalam proses pembelajaran.
Melayu tampak lebih jelas dari Akhir abad 19 pemerintah kolonial
peninggalan-peninggalan: 1) tulisan yang Hindia-Belanda melihat bahwa bahasa
terdapat pada batu nisan di Minye Tujoh, Melayu dapat dipakai untuk membantu
Aceh, pada tahun 1380; 2) prasasti Talang administrasi bagi kalangan pegawai
Tuo, di Palembang (684); 3) prasasti Kota pribumi. Pada periode ini mulai
Kapur (688), di Bangko, Merangi, Jambi. terbentuklah bahasa Indonesia yang secara

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 694


Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

perlahan-lahan terpisah dari bentuk Para generasi pejuang kemerdekaan


semula bahasa Melayu Riau-Johor. sudah sering membicarakan tentang
Bahasa Melayu di Indonesia kemudian bahasa, terutama bahasa Melayu yang
digunakan sebagai lingua franca, namun kelak akan menjadi bahasa resmi negara
belum banyak yang menggunakannya dan bahasa nasional. Masa kolonial,
sebagai bahasa ibu. Awal abad 20, bahasa pendirian Volksraad/DPR(1918)
Melayu menjadi dua ragam. Pertama, sebetulnya memberikan peluang untuk
Indonesia mengadopsi Ejaan Ophuysen, membicarakan peran resmi bahasa
sedangkan Malaysia menggunakan Ejaan Melayu. R. A. A. Achmad Djajadiningrat,
Wilkinson. seorang pejabat tinggi bumiputra,
Soewardi Soerjaningratatau Ki meminta agar bahasa Melayu disamakan
Hadjar Dewantara—pendiri sekolah kedudukan dan fungsinya dengan bahasa
Taman Siswa pada tahun 1922 (O’neil, Belanda.
2008: 697-698), orang pertama yang Bahasa Melayu, bagi orang Belanda
memperkenalkan istilah “bahasa Melayu” tetaplah bahasa bumiputra, yaitu bahasa
sebagai bahasa perhubungan di forum kelas dua, yang kedudukannya lebih
internasional. Tahun 1916, dalam Kongres rendah dari bahasa Belanda. Hal ini erat
Pendidikan Kolonial pertama di Den hubungannya dengan status sosial penutur
Haag, K.H. Dewantaramengemukakan yang lebih prestisius (Schaefer dan Lamm,
bahwa bahasa Melayu akan menjadi 1989: 213). Van der Wal mengemukakan
bahasa perhubungan di seluruh wilayah bahwa gagasan tentang pengakuan
Hindia-Belanda. terhadap bahasa Melayu sebagai bahasa
Wacana penggunaan bahasa negara sebetulnya kurang mendapat
Indonesia di seluruh wilayah Hindia- perhatian dan dianggap tidak penting,
Belanda bisa bermakna akan lahir sebuah walaupun Bahasa Melayu boleh
bangsa yang bernama Indonesia. K.H. digunakan dalam persidangan dan
Dewantara seakan-akan sudah tahu bahwa administrasi pemerintahan (dalam Samuel,
tidak lama lagi Indonesia akan merdeka 2008: 160).
secara hakiki dan mempunyai bahasa Tahun 1926, kaum muda nasionalis
persatuan, yaitu bahasa Melayu/Indonesia. yang berpendidikan kolonial, terutama
Hoffman (dalam Samuel, 2008: 160) dari HIS (1914) mulai mengintegrasikan
menjelaskan: diri dengan masyarakat kolonial. Mereka
Untuk pertama kalinya menetapkan banyak yang putus kerja. Selain itu,
ikatan hakiki antara kesatuan bahasa mereka membentuk perkumpulan-
di Nusantara melalui bahasa Melayu perkumpulan sosial, kebudayaan, dan
dan suatu pemerintahan otonom politik. Pertengahan tahun 1920-an,
nasional dan pribumi yang memerintah mereka mengabdi di sekolah swasta yang
hanya dengan bahasa Melayu. disebut sekolah liar (Belanda: wilde
scholen).

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 695


Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

Perkumpulan-perkumpulan pelajar Nieuwenhuis adalah menolong bangsa


masih berdasarkan pada suku dan agama, Hindia membangunkan masa depan dan
seperti: Jong Java (1918),Jong menolong bangsa Belanda
Sumatranen Bond, Jong Minahasa (1918), mempertahankan masa yang silam. Untuk
Jong Ambon, Jong Celebes (1920),Jong mencapai tujuan ini tidak ada cara lain
Islamieten Bond, Pakempalan Politik kecuali: a) menjauhkan para pelajar
Katolik Jawi (1925), dll. Di Belanda, para bumiputra dari bahasa Melayu dan
pelajar Indonesia membentuk memupuk pertumbuhan bahasa daerah; b)
perkumpulan serupa, Indische Vereniging membuka perspektif kehidupan yang luas
(1908), Indonesische Vereniging (1922), dan menguntungkan bagi yang pandai
Perhimpoenan Indonesia (1924). Para berbahasa Belanda; c) menyebarkan
pemuda menyadari bahwa perkumpulan- bahasa Belanda seluas-luasnya.
perkumpulan tersebut harus bersatu untuk Persebaran bahasa Belanda akan
melawan Belanda. Tahun 1927, Soekarno merapatkan hubungan bangsa bumiputra
menyatukan berbagai perkumpulan ke dan bangsa Belanda.
dalam Partai Nasional Indonesia. Rintangan terbesar untuk tujuan ini
Akhirnya, tahun 1928, para pemuda adalah pertumbuhan bahasa Melayu. Oleh
berkumpul dalam Kongres Pemuda, 27-28 sebab itu, Nieuwenhuis (Slametmuljana,
Oktober 1928 mengikrarkan kesatuan 1959: 8) mengatakan bahwa segala usaha
tanah air, bangsa, dan bahasa. untuk mengangkat bahasa Melayu
Ketakutan bangsa Belanda akan menjadi lingua franca, menghalangi
bangkitnya semangat kebangsaan persebaran bahasa Belanda, menghalangi
bumiputra, terutama penggunaan bahasa pemasukan kebudayaan internasional dan
Melayu yang semakin kuat pengaruhnya, pengabadian kepentingan Belanda. Hal ini
maka Belanda pun menugaskan tentu sangat merugikan pihak Hindia dan
Niewenhuis untuk berusaha menyuburkan Belanda.
pertumbuhan bahasa Belanda di Hindia- Tahun 1908, pemerintah kolonial
Belanda. Perluasan daerah bahasa dan mendirikan Commisie voor de
kebudayaan Belanda mempermudah Volkslectuur, yaitu lembaga bahasa yang
perluasan ekonomi dan pengabdian bertugas dalam perencanaan bahasa.
penjajahan. Bahasa Belanda harus Tahun 1917 lembaga tersebut berubah
menyusup sampai ke desa-desa. Itulah menjadi “Balai Pustaka.”Lembaga ini
sebabnya didirikan Schaelschool di mana kemudian menjadi semacam lembaga
untuk anak-anak desa yang telah sensor penerbitan. Lembaga penerbitan ini
menamatkan sekolah desa atau sekolah ikut secara langsung menyebarluaskan
angka 2, karena mereka tidak dapat masuk bahasa Indonesia, terutama dalam
HIS (Slametmuljana, 1959: 7). perkamusan. Kamus-kamus yang
Tujuan pokok politik bahasa dimaksud sebagai berikut.
kolonial seperti yang direncanakan oleh

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 696


Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

Jenis Pengajaran,” yang menangani masalah


Kamus kebahasaan, termasuk pembakuan bahasa.
Tahun Pengarang
dan Kantor bahasa ini didominasi oleh orang-
Bidang orang Jepang. Di antara mereka ada juga
satu atau dua orang yang bisa berbahasa
1911 Mangkoedimedja Metalurgi Melayu. Tugas mereka lebih banyak
(Jawa- menerjemahkan dan mengalihbahasakan
Belanda) bahasa Jepang-Melayu atau sebaliknya.
1923 K.D. Kwik Kamus Jepang sebenarnya turut menetapkan
Kemajuan politik bahasa, sementara orang-orang
1928 Dj. Adi Negoro Kamus Melayu (sekarang disebut Indonesia)
Kemajuan hanya ditugasi mengurus “pembinaan
1933 Dul Arnowo Kamus bahasa” dan “pengembangan bahasa.”
Politik Jepang mengubah kesatuan administrasi
1938 A.Hasjim Kamus Hindia-Belanda. Nusantara dibagi tiga
Farmasi wilayah pendudukan di bawah
1939 Sabirin Kamus pengawasan Komando Daerah 25
Kemajuan (Sumatera dan pulau-pulau sekitarnya),
Sumber: dikutip dari Samuel (2008: 156) Komando 16 (Jawa dan Madura), dan
Pemerintah kolonial juga menyerap Angkatan Laut (wilayah nusantara yang
istilah-istilah dalam ilmu pengetahuan dan lain, kecuali Irian Barat). Awalnya Jepang
teknologi, seperti: bidang kelautan, sipil, berusaha mengganti peran bahasa
dan militer (8 lema); kedokteran dan Belanda, dalam segala aspek
farmasi (7 lema); ilmu alam (28 lema), pemerintahan dan masyarakat. Di Jawa,
dan sebagainya (Samuel, 2008: 156). penggunaan bahasa Belanda semakin
Sumbangsih bahasa Belanda terhadap tidak diberi ruang, karena alasan politis.
bahasa Indonesia sampai sekarang masih Bahkan April 1942, Jepang mengeluarkan
dirasakan. pengumuman bahwa seluruh nama tempat
Tahun 1942-1945, Jepang menjajah yang menggunakan bahwa Belanda harus
nusantara di mana masa ini diganti dengan sesuai “kehendak rakyat”
penulis/sastrawan tidak dapat melakukan (Samuel, 2008: 199).
Perkembangan bahasa Melayu tidak
apa-apa. Seluruh yang berhubungan
dengan kebahasaan harus disetujui oleh dapat lagi dibendung dan dihentikan baik
pemerintah Jepang. Balai Pustaka, ketika masa penjajahan Belanda maupun
Poedjangga Baroe, dan Pandji Poestaka masa penjajahan Jepang. Pihak Jepang
menyadari betul betapa mustahil bahasa
adalah lembaga-lembaga resmi dan
Jepang dipaksakan digunakan di
diakui, sementara lembaga-lembaga lain
nusantara. Di satu sisi, jumlah orang
dianggap lembaga makar.Pemerintah
Indonesia yang bekerja di pemerintahan
pendudukan Jepang mendirikan “Kantor

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 697


Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

meningkat tajam. Di sisi lain, Jepang Indonesia sudah beberapa kali


membentuk gerakan-gerakan massa dan dijajah oleh bangsa lain, seperti Portugis,
banyak menggunakan propaganda untuk Belanda, dan Jepang. Jika dilihat dari sisi
mendorong penduduk Indonesia kebijakan bahasa yang telah dilakukan
menerima politiknya. Sayangnya, usaha oleh ketiga bangsa tersebut, Portugis dan
ini juga tidak berhasil disebabkan bahasa Jepang termasuk bangsa penjajah yang
propaganda yang digunakan adalah bahasa ikut mengembangkan dan membina
Jepang. bahasa Indonesia. Kedua bangsa ini sama-
Dalam pendidikan, Jepang sama menaruh perhatian terhadap bahasa
mengindonesiakan buku-buku pelajaran Indonesia, termasuk bahasa daerah, akan
yang berbahasa Belanda. Sekolah-sekolah tetapi kebijakan yang dikeluarkan secara
yang ada di daerah kurang mendapat tidak langsung tetap merugikan bangsa
“perhatian” pemerintah karena lembaga- Indonesia dan secara tidak langsung juga
lembaga pendidikan tersebut diyakini menguntungkan pihak penjajah.
masih menggunakan bahasa daerah. Seperti yang dilakukan oleh Jepang,
Sementara sekolah-sekolah yang khusus yang mengumumkan bahwa seluruh nama
untuk orang Belanda, diubah secara total tempat yang masih menggunakan bahasa
baik struktur dan kurikulumnya. Belanda harus digantikan. Jepang
Pendidikan tinggi sempat dimoratorium memberi kebebasan kepada rakyat
selama setahun (April 1942-April 1943). Indonesia untuk mengantinya dengan
Bidang-bidang studi yang diperbolehkan, bahasa Indonesia atau bahasa daerah
yaitu: kesehatan, hukum dan administrasi, masing-masing. Sementara masa
serta teknik. penjajahan Belanda sangat membatasi
Jepang juga membangun lembaga- ruang gerak penggunakan bahasa
lembaga bahasa, antara lain di Jakarta dan Indonesia. Bahasa Indonesia sangat
Medan. Lembaga bahasa di Jakarta, dilarang keras digunakan di MULO, MLS,
seperti: a) Balai Pustaka (menerjemahkan dan HIS. Penggunaan bahasa Indonesia
buku-buku pelajaran ke dalam bahasa hanya diperbolehkan di sekolah-sekolah
Indonesia); b) Pandji Poestaka. Oleh rakyat yang terdapat dipelok. Kebijakan
karena dua lembaga ini tugasnya terbatas, ini pun karena tekanan dunia internasional
Jepang membentuk Komisi Bahasa supaya Belanda menyelenggarakan
Indonesia (1942-1945), bertugas pendidikan tanpa diskriminatif.
menyusun dan menyempurnakan istilah
bahasa Indonesia. Di Medan dibentuklah Pascakemerdekaan
Lembaga Bahasa Indonesia (1943-1945), Bahasa Indonesia diangkat menjadi
yang didirikan tanggal 15 Januari 1943. bahasa negara berdasarkan Undang-
Lembaga ini menaruh perhatian pada tata Undang Dasar 1945, status sebagai bahasa
bahasa, kosakata, masalah ejaan, dan negara sebetulnya telah diperoleh ketika
bahasa buku pelajaran. Jepang menjajah Indonesia. Dalam

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 698


Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

Konstitusi RIS (14 Desember 1949) dan di- pada ditulis dan dikarang (Rahim,
Undang-Undang Dasar Sementara 2009).
(Slametmuljana, 1959), bahasa Indonesia Balai Bahasa bertugas melakukan
tidak lagi menjadi bahasa negara seperti penelitian-penelitian terapan, terutama
tercantum dalam UUD 1945. Konstitusi mengenai bahasa Indonesia (juga bahasa-
RIS dan UUDS merupakan kebijakan bahasa daerah), baik tertulis maupun lisan
kompomistis (kompensasi) bangsa dan bahasa-bahasa yang punah. Tahun
Belanda. Dengan kata lain, ini merupakan 1952, Balai Bahasa digantikan perannya
syarat yang harus dipenuhi pemerintah oleh Lembaga Bahasa dan Budaya,
jika menginginkan Belanda meninggalkan kemudian lembaga ini diubah lagi menjadi
nusantara. Lembaga Bahasa dan Kesusastraan. LBB
Masa pemerintahan Soekarno mempunyai tujuh bagian, yaitu: a)
(1945-1966), jumlah penutur bahasa penyelidikan bahasa dan penyusunan tata
Indonesia meningkat. Ahli-ahli bahasa bahasa; b) leksikografi; c) penyelidikan
Orde Lama juga menghasilkan ratusan antropologi; d) komisi istilah; e)
ribu istilah dan kosakata baru, walaupun penyelidikan kesusastraan; f)
banyak sarjana menilai istilah dan perpustakaan; dan g) terjemahan. Berbeda
kosakata tersebut bermutu rendah. dengan LBB, LBK terdiri dari delapan
Lembaga-lembaga bahasa yang bagian, yakni: a) tata bahasa; b)
dibentuk,yaitu: a) Panitia Pekerdja Bahasa peristilahan; c) kesusastraan Indonesia
Indonesia (1947); b) Balai Bahasa; c) modern; d) kesusastraan Indonesia lama;
Lembaga Bahasa dan Budaja; d) Lembaga e) bahasa daerah; f) perkamusan; g)
Bahasa dan Kesusastraan. PPBI dokumentasi; h) terjemahan.
menghasilkan Ejaan Soewandi, yang Orde Baru memiliki sumbangsih
menggantikan ejaan sebelumnya. Tangal positif bagi perkembangan bahasa
19 Maret 1947 Ejaan Soewandi Indonesia. Misalnya pemerintah
diresmikan untuk menggantikan ejaan van membentuk Pusat Pembinaan dan
Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat Pengembangan Bahasa (P3B). Lembaga
disebut Ejaan Republik. Adapun ciri-ciri ini didirikan berdasarkan Kepmendikbud
penyempurnaan ini yaitu: a) huruf /oe/ No.079/0, 1975. Lembaga ini berada di
diganti dengan /u/, seperti guru, itu, umur; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
b) bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis P3B bertugas melaksanakan penelitian,
dengan /k/, seperti pada kata-kata tak, pak, pembinaan, dan pengembangan bahasa
maklum, rakjat; c) kata ulang boleh ditulis dan kesusastraan. P3B juga ditugasi untuk
dengan angka -2, seperti anak2, berjalan2, merumuskan kebijakan di tingkat menteri
bermain2; awalan di-dan kata depan di dan kebijakan teknis mengenai penelitian
kedua-duanya ditulis serangkai dengan dan pengembangan bahasa.
kata yang mengikutinya, seperti kata Era Orde Baru berhasil merumuskan
depan di pada dirumah, dikebun, imbuhan ejaan baru, yang mengantikan dan

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 699


Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

menyempurnakan Ejaan Soewandi (masa Kepmendikbud Nomor 0543a/U/1987,


Soekarno), yaitu Ejaan Yang tanggal 9 September 1987 (Rahim, 2009:
Disempurnakan (EYD) yang sampai 39-41).
sekarang masih digunakan, meskipun Revisi pascareformasi mengacu
sudah direvisi tahun 2009. Permendiknas RI Nomor 46 Tahun 2009,
Akhir 1959 sidang perutusan tentangPedoman UmumEjaan Bahasa
Indonesia dan Melayu (Slamet Mulyana- IndonesiaYang Disempurnakan,
Syeh Nasir bin Ismail, ketua) sedangkan Pedoman Pembentukan Istilah
menghasilkan konsep ejaan bersama yang disusun dan digunakan oleh Majelis
kemudian dikenal dengan nama Ejaan Bahasa Brunei Darussalam, Indonesia,
Melindo (Melayu-Indonesia). Mungkin dan Malaysia (Mabbim). Pascareformasi,
karena dipengaruhi oleh politik kedua pemerintah lebih banyak berfokus pada
negara, ejaan ini urung digunakan. Ejaan pembedayaan balai bahasa yang bertugas
yang belum sempat diresmikan ini mengkaji dan menyebarluaskan bahasa
merupakan pijakan awal EYD. Tepat 16 Indonesia dan bahasa daerah.
Agustus 1972 Presiden Republik Politik bahasa antara Indonesia dan
Indonesia meresmikan pemakaian “Ejaan Malaysia yang sempat memanas ketika
Yang Disempurnakan”. Ejaan ini Orde Baru berkuasa, kini sudah mulai
berdasarkan pada Kepres Nomor 57 mencair. Hal tersebut ditandai dengan
Tahun 1972. Kemudian, Departemen dibentuknya Mabbim. Forum ini bisa
Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan diharapkan menjadi wadah bagaimana
buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia bangsa-bangsa serumpun bisa meletakkan
yang Disempurnakan sebagai buku bahasa Melayu/Indonesia sebagai bahasa
standarisasi. bersama. Jika hal ini terjadi, maka peluang
Buku standarisasi dirasakan belum bahasa serumpun menjadi bahasa
lengkap sehingga Panitia Pengembangan internasional sangatlah terbuku.
Bahasa Indonesia, Depdikbud, yang
dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan E. PENUTUP
Kebudayaan berdasarkan surat Prakemerdekaan, Belanda ikut
Kepmendikbud Nomor 156P/1972. menentukan ketentuan-ketentuan dan
Saudara Amran Halim ditunjuk sebagai garis-garis politik bahasa. Belanda juga
ketua untuk menyusun pedoman EYD dan berperan penting dalam upaya pembinaan
kaidah-kaidah ejaannya. Mendikbud dan pengembangan bahasa Indonesia. Ini
menerbitkan Kepmendikbud Nomor dapat dilihat dari pembentukan Balai
0196/1975 tentang pemberlakuan Pustaka yang banyak menerbitkan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia perkamusan. Selain itu, istilah-istilah ilmu
yang Disempurnakan dan Pedoman pengetahuan dan teknologi diserap dari
Pembentukan Istilah. Tahun 1987, EYD bahasa Belanda. Bahkan ejaan yang
pun direvisi. Edisi revisi mengacu pada digunakan pertama kali oleh bahasa

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 700


Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

Indonesia adalah Ejaan van Ophuysen, Soekarno), yaitu Ejaan Yang


yang tulis pada masa Belanda. Disempurnakan (EYD).
Jepang (1942-1945) mendirikan Tahun 2009 (pascareformasi),
lembaga khusus yang untuk membina dan pemerintah menyusun Pedoman
mengembangkan bahasa Indonesia. Pembentukan Istilah bersama yang
Lembaga tersebut berpusat di Jakarta dan digunakan oleh Majelis Bahasa Brunei
Medan, sedangkan Angkatan Laut Darussalam, Indonesia, dan Malaysia
berbasis di Makassar. Di Jakarta (Mabbim). Pascareformasi, belum ada
dibentuklah Kelompok Balai Pustaka, perubahan standarisasi kecuali melakukan
Komisi Bahasa Indonesia (1942-1945), penyempurnaan terhadap EYD.
sedangkan di Medan didirikan Lembaga Negara berkewajiban melindungi,
Bahasa Indonesia (1943-1945). Semua mengembangkan, dan membina bahasa
lembaga ini bertugas mengembangkan nasional, bahasa resmi negara, dan bahasa
bahasa Indonesia, termasuk sumbernya daerah. Balai bahasa dan Badan
dari bahasa daerah. Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Bahasa Indonesia sudah melakukan harus lebih produktif mengkaji bahasa-
standarisasi/kodifikasi bahasa Indonesia. bahasa daerah sesuai dengan
Pada era Soekarno (Orde Lama), Ejaan kewenangannya. Tidak hanya berkantor,
van Ophuysen digantikan oleh Ejaan tetapi lebih banyak meneliti dan
Suwandi/Ejaan Republik. Era ini banyak menyosialisasikan tentang
menciptakan peristilahan, meskipun pemasyarakatan bahasa Indonesia.
peristilahan tersebut kurang bermutu. Perundang-undangan kebahasaan masih
Selain itu, pemerintah juga membentuk perlu digalakkan supaya seluruh pihak
Panitia Pekerdja Bahasa Indonesia terkait mengetahui kebijakan ini.
(1947); Balai Bahasa; Lembaga Bahasa Makalah ini terlalu sederhana untuk
dan Budaja; Lembaga Bahasa dan menjelaskan dan mengkaji perkembangan
Kesusastraan.Orba membentuk Pusat bahasa Indonesia dan bahasa daerah.
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Selain itu, pemakalah sungguh-sungguh
Era Orde Baru berhasil merumuskan ejaan merasa kekurangan rujukan yang relevan
baru, yang mengantikan dan dengan judul makalah. Seperti seorang
menyempurnakan Ejaan Soewandi (masa anak yang baru belajar berbicara dan
berjalan.

DAFTAR PUSTAKA
Adelaar, K. Alexander. (1994). Bahasa Pengembangan Bahasa dan
Melayik Purba: Rekonstruksi Universitas Leiden.
Fonologi dan sebagaian dari Alwasilah, A. C. (1997). Politik Bahasa
Leksikon dan Morfologi. Jakarta: dan Pendidikan. Bandung: PT
Pusat Pembinaan dan Remaja Rosdakarya.

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 701


Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

Alwi,Hasan. Fungsi Politik Bahasa. Bahasa dan Populari Penutunya.


Dalam Politik Bahasa (Hasan Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Alwi dan Dendy Sugono, 2011: 6- Maurais, Jacques & Morris, M.A. (Eds.).
15). (2003). Languages in a
Badudu, J.S. (1985). Cakrawala Bahasa Globalising World. Cambridge:
Indonesia. Jakarta: PT Gramedia. Cambridge University Press.
Baker, A.E.,& Hengeveld, K. (2012). O’neil, William F. 2008. Ideologi-
Linguistics. Oxpord: Wiley- Ideologi Pendidikan. Terjemahan
Blackwell. oleh Naomi. Yogyakarta: Pustaka
Barry, A. K. (2008). Linguistics Pelajar.
Perspectives on Language and Ophuijsen, Cv.van. (1983). Tata Bahasa
Education. New Jersey: Person Melayu. Jakarta: Djambatan.
Merrill Prentice Hall. Orman, Jon. (2008). Language Policy and
Chaer, Abdul., & Agustina, Leonie. Nation-Building in Post-Apartheid
(2004). Sosiolinguistik: South Africa. Vienna: Spinger.
Perkenalan Awal. (Edisi revisi). Ratna, Y. K. (2008). Postkolonialisme
Jakarta: Rineka Cipta. Indonesia: Relevansi Sastra.
Cummings, Louise. (2010). Pragmatik Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Klinis: Kajian tentang Ricento, Thomas. (2006). An Introduction
Penggunaan Gangguan Bahasa to Language Policy: Theory and
Secara Klinis. Terjemahan oleh Method. Oxford: Blackwell
Adolina Lefaan, dkk. Yogyakarta: Publishing.
Pustaka Pelajar. Samuel, JérỐme. (2008). Kasus Ajaib
Fairclough, Norman. (2001). Language Bahasa Indonesia? Pemodernan
and Power (2nd edition). New Kosakata dan Politik Peristilahan.
York: Pearson Education Limited. (Terjemahan oleh Dhany
Hasan, Ruqaiya. (2005). Language, Saraswati Wardhany). Jakarta:
Society, and Consciousness. Kepustakaan Populer Gramedia.
London: Equinox. Septiningsih, Lustantini. (2012).
Junus, Umar. (1969). Sedjarah dan Pemertahanan Bahasa Daerah
Perkembangan Kearah Bahasa Melalui Penggunaan Bahasa
Indonesia dan Bahasa Indonesia. Daerah dalam Karya Sastra.
Jakarta: Bhratara. http://badanbahasa.kemdikbud.go.i
Mahsun. (1995). Dialektologi Diakronis: d/lamanbahasa/content/pemertahan
Sebuah Pengantar. Yogyakarta: an bahasa-daerah-melalui-
Gadjah Mada University Press. penggunaan-bahasa-daerah-dalam-
----------. (2010). Genolinguistik: karya-sastra. Diakses 4 Nopember
Kolaborasi Lingusitik dengan 2014.
Genetika dalam Pengelompokan

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 702


Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

Shohamy, Elana. (2006). Language Thomas, Linda & Waering, Shan. (2007).
Policy: Hidden Agendas and New Bahasa, Masyarakat dan
Approaches. London: Routledge Kekuasaan. (Terjemahan Sunoto,
Taylor and Friends Group. dkk.). Yogyakarta: Pustaka
Slametmuldjana. (1959). Politik Bahasa Pelajar.
Nasional. Jakarta: Djambatan. Tollefson, J. W. (Ed.). (2002). Language
Sugiyono. (2013) Pelindungan Bahasa Policies in Education: Critical
Daerah dalam Kerangka Kebijakan Issues. London: Lawrence
Nasional Kebahasaan. Erlbaum Associates Publishers.
http://badanbahasa.kemdikbud.go.i Young, Lynn.,& Fitzgerald, Brigid.
d/lamanbahasa. Diakses 4 (2006). The Power of Language:
Nopember 2014. How Discourse Influences Society.
London: Equinox Publishing.

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 703

Anda mungkin juga menyukai