PENDAHULUAN
Dinamakan demikian karena golongan famili ini mempunyai jaringan tanaman yang
banyak mengandung getah (lateks) dan getah tersebut mengalir keluar apabila
Amazone. Karet liar atau semi liar masih ditemukan di bagian utara benua Amerika
Selatan, mulai dari Brazil hingga Venezuela dan dari Kolombia hingga Peru dan
Karet alam merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting untuk
Indonesia dan lingkup internasional. Di Indonesia, karet merupakan salah satu hasil
diperoleh dari karet cukup besar. Bahkan, Indonesia pernah menguasai produksi karet
dunia dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal tanaman
Tanaman karet bukan tanaman asli Indonesia. Tanaman karet diduga sebagai
tanaman asli dari Brasil, Amerika Selatan. Diperkirakan bangsa kulit putih yang
1
pertama kali mengenal dan memanfaatkan tanaman karet, yaitu pada abad ke – 15 tak
Karet merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, khususnya Brasil.
Selatan, Afrika, dan Asia sebenarnya telah memanfaatkan beberapa jenis tanaman
Dinamakan demikian karena golongan famili ini mempunyai jaringan tanaman yang
banyak mengandung getah (latek) dan getah tersebut mengalir keluar apabila jaringan
penemuan tersebut adalah banyaknya jenis barang atau alat-alat yang dapat dibuat
dari bahan karet cair (lateks) sehingga permintaan karet pun terus meningkat sejalan
Sistem perkebunan karet muncul pada abad ke-19. Akan tetapi sistem
perkebunan di Asia Tenggara tidak terjadi sebelum akhir abad ke-19, ketika
2
permintaan menuntut perluasan sumber penawaran. Sistem diperkenalkan oleh
Karena lebih dari 80% dikelola oleh rakyat, perkebunan juga merupakan
devisa, maupun pelestarian alam, perkebunan masih akan tetap memegang peranan
merambat atau legume cover crop (LCC). Dalam budidaya tanaman karet,
baku teknis. Walaupun sudah terbukti berdampak positif, penanaman LCC pada
perkebunan rakyat kurang berkembang. Hal ini disebabkan karena pekebun tidak
(Anonim, 2010).
Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik maupun
lingkungan. Pematahan dormansi kulit biji ini dapat dilakukan dengan skarifikasi
mekanik. Pre treatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji,
merupakan salah satu upaya ore trearment atau perawatan awal pada benih yang
3
dutunjukan untuk mematahkan dormansi serta mempercepat perkembangan biji yang
yang baik, yaitu sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang tersedia
bagi tanaman dapat melatukan pertukaran udara antar akar dari atmosfer di atas
media dan berakhir harus dapat menyokong tanaman asal tidak kokoh (Nelson, 1991).
Pada awalnya seluruh karet dikumpulkan dari tanaman liar, awalnya karet dari
Brazil tetapi ada juga dari daerah lain dalam jumlah perbandingan yang kecil. Karena
permintaan yang bertambah dan lebih cepat dibandingkan dengan persediaan yang
ada dan harga yang melambung tinggi. Ini memungkinkan terjadinya pelanggaran
terhadap pengelupasan benih dilanggar dan pohon karet pula diperkenalkan kepada
menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan produksi dan
perkembangan perakaran. Jumlah asam nukleat, phytin dan fosfolipida yang cukup
pada awal pertumbuhan tanaman adalah penting pada fase piramida tanaman yang
4
Jumlah zat kimia yang mengatur pertumbuhan sangat banyak, begitu juga
dengan produk-produk berupa pupuk cair untuk diperlukan suatu pengujian dan
unsur-unsur mikro lainnya yaitu Fe, Mn, Cu, Zn, Co, No, Gelatin dan zat penyangga,
Tanah yang diisi kedalam kantong adalah tanah bagian atas (topsoil) 30 cm.
Tanah galian parit-parit batas tertentu. Penyusunan kantong plastik ( 15 cm) dapat
juga diambil sebagai bahan pengisi. Tanah tersebut dihancurkan sehingga tidak
Pupuk SP36 dan Pupuk Daun Bayfolan Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Bibit
Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) Varietas Klon GT1 Dalam Polibag”.
5
1.2. Identifikasi Masalah
3. Apakah ada interaksi perlakuan pemberian pupuk SP36 dan pupuk Daun
diameter batang, jumlah daun, luas daun, dan berat basah tanaman?
6
3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu interaksi antara pemberian
proyek penelitian itu ditujukan hal ini merupakan jaringan hubungan antar
langsung.
7
Kerangka pemikiran ini mengemukakan tentang variabel yang di teliti
yaitu Pupuk SP36 dan Pupuk Daun Bayfolan.merupakan variabel bebas, serta
gambar berikut:
8
Gambar 1.1. Skema Kerangka Pemikiran
Pupuk SP36
Pertumbuhan Vegetatif
Tanaman Karet
Metode Penelitian
Rancangan Acak Lengkap
Metode Analisa
Sidik Ragam Linier
9
1.6. Hipotesis Penelitian
3. Ada interaksi antara pupuk SP36 dan pupuk Daun Bayfolan terhadap
54 m dari permukaan laut selama 3 bulan yaitu pada bulan Januari sampai
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiareae
Genus : Hevea
2.2.1. Akar
Tanaman karet memiliki sistem perakaran tunggang dan perakaran serabut. Akar
tunggangnya dapat menghunjam tanah hingga kedalaman 1-2 meter. Akar tunggang
tanaman karet menembus ke dalam tanah menuju pusat bumi cukup dalam dan
11
kokoh. Oleh karena itu, tanaman karet sangat tahan kekeringan dan tanaman tidak
mudah roboh. Sedangkan akar serabutnya dapat menyebar sejauh 10 meter dan akar
(Syamsulbahri, 1996).
2.2.2. Batang
Tanaman karet berupa pohon yang tingginya bisa mencapai 25 meter dengan
diameter batang cukup besar. Umumnya batang karet tumbuh lurus ke atas dengan
percabangan dibagian atas. Kulit batang tanaman karet menempel kuat pada kayunya,
berwarna cokelat sampai cokelat tua, tergantung pada klonnya. Kulit bercorak
memanjang teratur, terputus-putus tidak teratur, seperti jala, tergantung pada klonnya
dan cukup tebal. Pertumbuhan batang lurus samapai jagur. Bentuk batang silindris,
pipih lurus, pipih spiral dengan ketegakan batang tegak, lurus, bengkok, dan
lengkung, tergantung pada klonnya. Dibatang inilah terkandung getah yang lebih
2.2.3. Daun
Daun berselang-seling, tangkai daun panjang, 3 anak daun yang licin berkilat.
Bentuk helaian daun elips, belah ketupat dan oval dengan pinggiran daun rata,
bergelombang, tergantung pada klonnya. Helaian daun berwarna hijau muda, hijau
12
tua dan hijau kekuningan, tergantung pada klonnya Helaian anak daun bertangkai
pendek dan berbentuk lonjong oblong tergantung pada klonnya (Sianturi, 2001).
2.2.4. Bunga
Tanaman karet adalah tanaman berumah dua (monoecious). Pada satu tangkai
bunga yang berbentuk bunga majemuk terdapat bunga betina dan bunga jantan.
Bunga karet muncul (tumbuh) dari ranting-ranting yang bersemi selesai gugur
daun. Bunga tersusun (terangkai) dalam malai yang setiap malai atau tangkai bunga
tersusun banyak bunga. Bunga itu disebut bunga majemuk. Bunga karet terdiri atas
tangkai bunga, daun kelopak atau tebal berwarna hijau, daun mahkota berwarna putih
kekuningan, benang sari, kepala putik, dan bakal buah. Bunga karet berukuran kecil
2.2.5. Buah
Buah karet yang masih muda berwarna hijau dan akan berubah menjadi
cokelat sampai hitam apabila sudah matang. Buah karet tidak berdaging dan tidak
berair. Buahnya berbentuk bulat segitiga seperti belimbing, dan berukuran sebesar
buah apel atau sebesar bola tenes. Di dalam buah terdapat tiga ruangan dan masing-
13
masing ruangan berisi 1 butir biji. Proses pemasakan buah berlangsung selama 5,5 – 6
bulan sejak pembungaan. Buah karet berbiji dan jumlah bijinya 3 butir. Secara
keseluruhan buah karet terdiri atas tangkai buah, kulit buah, cangkang buah, dan biji
(Bambang, 2010)
Buah karet dengan diameter 3-5 cm, terbentuk dari penyerbukan bunga karet
dan memiliki pembagian ruangan yang jelas, biasanya 3-6 ruang. Setiap ruangan
2.2.6. Biji
Biji karet berukuran sebesar telur burung puyuh bentuknya bulat agak
lonjong, berwarna cokelat kehitaman, dan bersifat keras. Bobot biji berkisar antara
3,30 g – 4 g. Biji karet tersusun atas cangkang, kulit ari berwarna putih, daging biji
berwarna putih susu, dan lembaga yang berwarna putih kekuningan. Biji karet
bersifat monoembrional, yaitu biji hanya mengandung satu embrio. Biji yang bersifat
(Bambang, 2010).
Biji karet mengandung minyak yang dapat dimanfaatkan untuk bahan sabun,
minyak cat, varnish, dan lain – lain. Sedangkan bungkil biji karet dari hasil
pengepresan banyak mengandung albumin yang baik untuk pupuk tanaman dan
14
makanan ternak. Didalam perbanyakan tanaman (pembibitan), biji digunakan untuk
2.2.1. Iklim
Tanaman karet dapat tumbuh baik dan berproduksi tinggi pada kondisi iklim
sebagai berikut, yaitu didataran rendah sampai dengan ketinggian 200 m diatas
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 15 dan 15.
Bila ditanam diluar zone tersebut, pertumbuhannya agak lambat, sehingga memulai
Vegetasi yang sesuai untuk kondisi lintang tersebut adalah hutan hujan
tropis yang disertai dengan suhu panas dan kelembaban tinggi. Curah hujan rata-rata
yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman karet adalah sekitar 2000 mm per tahun
15
2.2.2. Tanah
Tanah yang dikehendaki adalah bersolom dalam, jeluk lapisan padas lebih
dari 1 m, permukaan air tanah rendah yaitu 1 m. Sangat toleran terhadap keasaman
Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik pada tanah-tanah
vulkanis muda ataupun vulkanis tua, aluvial dan bahkan tanah gambut. Tanah-tanah
vukanis umumnya memiliki sifat-sifat fisika yang cukup baik, terutama dari segi
(Setyamidjaja, 1999).
Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti tanah berpasir
hingga laterit merah dan padsolik kuning, tanah abu gunung, tanah berilat serta tanah
Syarat tanah ideal untuk tanaman karet adalah subur, gembur dan banyak
mengandung bahan organik (humus), tidak menggenang (becek), tata udara dalam
tanah berjalan dengan baik dan pH antara 6-7. Karet data ditanam pada berbagai jenis
tanah, namun untuk pertumbuhan yang paling baik adalah jenis tanah lempung
berpasir seperti tanah andosol. Pada tanah-tanah yang mengandung liat perlu
(Sianturi, 2001).
16
Tanah yang paling baik untuk tanaman karet sudah tentu tanah yang subur.
yang dimaksud dengan tanah subur adalah tanah yang akan kaya zat hara yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman. Tapi kesuburan tanah juga belum cukup menjamin
berhasilnya tanaman. selain menghendaki tanah yang subur, tanaman karet juga
membutuhkan air yang cukup dan kepadatan tanah yang memadai pula
(Anonim, 2009).
tegak. Hal ini berhubungan dengan kinerja akar dalam tanah. Oleh sebab itu, tanah
harus menyediakan ruang yang cukup bagi perakaran tanaman. Pada teknik
penanaman karet di dalam polibag perlu diperhatikan ukuran wadah yang tidak terlalu
Kelembaban tanah harus cukup dengan ditandai oleh kandungan air yang
tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Normal tidaknya kelembaban tanah dan
gembur tidaknya tanah dapat diamati dengan menguji daya serap tanah terhadap air.
Caranya adalah tanah disiram air, lalu perhatikan lamanya air tersebut terserap ke
lama satu jam, maka tanah masih bisa dikatakan cukup mampu menjaga kelembaban.
Apabila lebih dari itu berarti tanahnya tergolong liat dan bisa membuat tanah becek
(Anonim, 2010).
17
Tanah perlu diperhatikan dalam budidaya karet yaitu jenis tanah dan derajat
keasaman ( pH ) tanah.
1. Jenis Tanah
Tanah yang digunakan sebagai media tanam sebaiknya merupakan tanah yang
gembur, perakaran akan mudah untuk melakukan proses respirasi atau pernapasan.
Tanah yang remah dan berbutir – butir memiliki aerasi dan daya tahan air yang baik.
Selain itu, akar juga akan mudah manembus saat mencari bahan makanan. Tanah
yang baik adalah jenis aluvial dan andosol karena kedua tanah ini mamiliki komposisi
Derajat keasaman (pH) tanah yang ideal untuk pertumbuhan tanaman cabai
berkisar antara 4,5 – 7. Pada pH yang terlalu rendah (di bawah 4), tanaman akan
keracunan aluminium (AL) dan besi (Fe) atau kekurangan unsur hara yang penting,
misalnya fosfor. Sementara, pada pH yang terlalu tinggi tanaman juga dapat
Untuk mengatasi hal ini, dapat dilakukan penambahan bahan – bahan kimia
tertentu. Jika tanah terlalu asam, untuk mengatasinya dapat menambahkan kation
basa seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), atau kalium (K). Senyawa yang paling
umum digunakan adalah kation basa CA dalam bentuk kalsium oksida (CaO) atau
lebih populer dengan sebutan kapur kalsit. Selain kapur kalsit, dapat juga digunakan
18
dolomit. Dolomit adalah mineral yang berasal dari alam serta mengandung unsur hara
magnesium dan kalsium berbentuk tepung dengan rumus kimia CaMg (CO 3)2. Selain
kapur, untuk meningkatkan pH tanah dapat pula menggunakan abu sekam atau abu
Sementara itu untuk menurunkan pH tanah yang terlalu asam dapat dilakukan
yaitu pada masa pembungaan dan pematangan buah, yang penting dari matahari
adalah intensitas cahaya berhubungan menentukan kualitas buah karet dalam batas
pencahayaan yang cukup akan menampakkan warna buah yang menarik, serta
19
2.3.4. Curah hujan
2.3.5. Angin
Angin yang bertiup sepoi-sepoi akan membawa uap air dan melindungi
tanaman dari terik matahari, sehingga penguapan yang berlebihan akan berkurang
pada saat mendung dan diselingi hujan, biasanya lebah penyerbuk jarang muncul
penyerbukan, meskipun perananya tidak besar bila dibandingkan lebah. Angin yang
2.3.6. Air
hidupnya mulai dari perkecambahan sampai panen. Dalam jaringan tanaman secara
fungsional air berperan sebagai pelarut dalam proses fisiologis dan merupakan alat
yang dapat membawa zat hara serta gas dari luar ke dalam jaringan tanaman
(Sianturi, 2001).
20
Air adalah suatu unsur yang menentukan mati/hidupnya tanaman. Telah
mineral dari larutan didalam tanah melalui air. Di sinilah peranan air bagi kehidupan
tumbuh-tumbuhan.
Seperti lazimnya tanaman lain, tanaman karet juga sangat membutuhkan air.
Air berfungsi sebagai media pengangkutan unsur – unsur hara yang ada di dalam
Air yang digunakan sebaiknya tidak mengandung kadar garam terlalu tinggi.
Sel – sel tanaman karet sangat rentan terhadap pengaruh kadar garam. Tanaman karet
pada larutan dengan kadar garam tinggi dapat terhambat pertumbuhannya, bahkan
mati. Selain itu, air yang digunakan sebaiknya bebas dari polutan dan logam berat.
Yang dimaksud curah hujan di sini adalah air hujan dengan segala bentuknya
yang langsung diterima oleh bumi, seperti air embun, kabut dan segenap jumlah air
yang turun berbagai macam. Banyak air yang diterima pada permukaan tanah diukur
dengan tebalnya lapisan air per mm, andai kata air tidak mengalir, tidak menguap dan
21
2.3. Perkecambahan Benih Karet
Terdapat dua tipe pertumbuhan awal dari suatu kecambah tanaman, yaitu:
sedangkan kotiledon tetap berada di dalam kulit biji di bawah permukaan tanah.
(mata lembaga) ke satu arah, biasanya ke arah yang lebih longgar (jarak tanam 1 cm).
Perut biji (tuniculus) menghadap ke bawah dan ditekan dengan jari tangan
sedemikian rupa sehingga bagian punggung biji masih berada di atas permukaan pasir
dan mata lembaga telah berada di bawah permukaan pasir, atau 2/3 bagian biji
terbenam dalam pasir. Dengan cara meletakkan biji demikian. Bakar akar (radikula)
dan bakal batang (plumula) dapat muncul tanpa terganggu oleh biji yang lain
(Sianturi, 2001).
Biji karet yang dikecambahkan diambil dari pohon induk yang berumur
minimal 10 tahun dan jelas diketahui klonnya. Biji memiliki tingkat kesegaran >
70%, karena daya kecambah ditentukan dari kesegarannya. Daya kecambah biji dapat
22
diseleksi dengan cara merendam atau melentingkan di atas lantai semen atau papan.
Biji yang baik adalah bila dipantulkan di atas lantai semen akan melenting, sedangkan
bila direndam akan terapung 1/3 bagian dan 2/3 bagian lain terendam dalam air .
secara terminal (tempat yang wajar) dari batang utama dengan pertambahan daun-
Pengambilan air pada benih umumnya terjadi dalam 3 fase : Penyerapan awal
dengan cepat, dan fase kedua adalah pengambilan air dengan kemunculan akar.
Imbibisi diidentifikasi dengan fase pertama pengambilan air dan merupakan proses
23
Pengambilan air dikendalikan oleh kekuatan dinding sel yang kekurangan air,
Exogenous dormancy umumnya terjadi karena sifat kulit benih. Dalam proses
perkecambahan sehingga proses perkecambahan tidak terjadi. Selain itu, kulit benih
Dormansi ini dapat dipatahkan dengan memberi perlakuan terhadap kulit benih agar
(1) struktur benih, misalnya kulit benih yang mempersulit masuknya keluar air
dan udara
Lapisan yang membentuk embrio yaitu endosperma kulit biji dan kulit buah,
dapat mengganggu masuknya air atau antigen. Lapisan itu pun bertindak penghalang
24
2.3.2. Media tanam
Media tumbuh benih dari pasir harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai
berikut:
(Sumpena, 2005).
penyiram berlubang halus, satu atau dua kali sehari. Perlu diperhatikan, agar pasir
Biji-biji yang telah diseleksi berdasarkan kemurnian klon dan daya kecambah
seperti telah diuraikan harus segera dikecambahkan. Ada dua tempat untuk
menggunakan peti kayu dan jika biji karetnya banyak pengecambahan dilakukan di
Media tanam karet dapat dikombinasikan dari top soil, subsil, humus, dan
25
mudah terurai (resisten, bewarna cokelat sampai hitam), berkemampuan mengikat
Tanah untuk media tanam harus subur dan bethumus yang bisa diambil dari
tanah permukaan (top soil) degan kedalaman maksimum 15 cm. Tanah tidak perlu
dicampur pupuk kandang, pasir atau bahan-bahan lainnya. Setelah itu, kecambah
karet ditanam dengan cara yang sama dengan menanam kecambah pada persemalan
Peran pupuk fosfor untuk tanaman antara lain : dapat mempercepat dan
dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah, dapat
perkembangan perakaran. Jumlah asam nukleat, phytin dan fosfolipida yang cukup
pada awal pertumbuhan tanaman adalah penting pada fase piramida tanaman yang
pembangun dan terikat dalam senyawa – senyawa organis. Hanya sebagian kecil saja
26
yang tersedia dalam bentuk anorganis sebagai ion – ion fosfat, sebagai bahan
Menurut (Pinus, 1996). Bibit karet diberi pupuk, terutama pupuk untuk
menggunakan TSP. Pemupukan dilakukan dua minggu sekali dengan dosis 30 gr per
bibit . Pupuk diberikan ke dalam sebuah lingkaran yang dibuat 3 cm dari batang bibit,
kandungan kadar N 11%, P2O5 10 %, K2O 6% dan unsur-unsur hara mikro lainya
yang melengkapi yaitu : Fe, Mn, Cu, Co, No, Gelatin serta zat penyangga. Warna
200 CC Bayfolan dilarutkan dalam air/ pelarut sebanyak 100 liter air
(Sutejo, 2008).
- Bebas dicampur dengan pestisida dan fungisida kecuali campuran alkalis seperti
27
- Dapat digunakan dengan alat penyemprot dan dapat dilarutkan langsung ke air
unsure hara telah larut terlebih dahulu atau mengalami fiksasi dalam tanah sehingga
Jika penyerapan unsur hara dari pupuk yang diberikan melalui tanah
penempatan pupuk.
Unsur C dan O diserap oleh tanaman melalui udara dalam bentuk CO 2 yang
diambil melalui stomata dalam proses fotosintesis. Unsur H diambil dari air oleh akar
tanaman, unsur hara yang diserap dari larutan tanah dapat tersedia sekitar akar.
Akar akan menghisap hara yang larut dalam air pada kedalaman tertentu,
akar yang tidak normal akibat adanya rintangan dalam menembus tanah, maka unsur
hara yang terdapat jauh dibawah jangkauan daya hisap akar tidak akan terserap
(Sarif, 1996).
28
2.7. Mekanisme Masuknya Unsur Hara Melalui Daun
Proses masuknya unsur hara melalui daun terjadi karena adanya difusi dan
osmosi melalui lubang stomata. Maka dengan demikian mekanisme masuknya unsur
Membukanya stomata merupakan proses yang diatur oleh tekanan turgor dari
mengakibatkan membukanya stomata daun pada saat itu juga unsur hara akan
dengan tiga proses yaitu pembelahan sel, pemanjangan sel, dan difresiasi akan sel.
Jika kerja pembelahan sel berjalan cepat maka pertumbuhan batang, daun, dan akar
29
BAB III
METODE PENELITIAN
- Tanah topsoil
- Pupuk SP36
- Insektisida 8.5 S
- Air
- Jaring
- Cangkul
- Parang
- Dodos
- Gembor
30
- Schliper
- Alat ukur
- Hand sprayer
- Timbangan
- Gergaji, dan
- Alat tulis.
Rancangan yang digunakan untuk mengolah data dalam percobaan ini adalah
31
3.3. Analisa Data
sebagai berikut :
Dimana :
Yijk : Hasil pengamatan pada ulangan ke-i, diperlukan pupuk SP36 pada taraf
(aβ) jk : Efek dari interaksi pupuk SP36 pada taraf ke-j dan pengaruh pupuk daun
∑ijk : Efek error pada ulangan ke-I, perlakuan pupuk SP36 pada taraf ke-j dan
32
Jumlah ulangan (n) adalah :
(t-1) (n-1) ≥ 15
(12-1) (n-1) ≥ 15
11 (n-1) ≥ 15
11- n (11) ≥ 15
11- n ≥ 15 + 11
n ≥ 26/11
n = 2,36
33
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN
Tempat pembibitan dilakukan pada lokasi yang memiliki sumber air yang
cukup, areal yang rata dengan drainase harus baik pula, sehingga tidak terjadi
genangan air sewaktu terjadi hujan lebat, dan aman dari gangguan hama binatang
mengendalikan gulma, memagar lahan agar terhindar dari serangan hama binatang
Untuk melindungi tanaman pembibitan dari teriknya matahari dan guyuran air
hujan secara langsung maka pembuatan dibuat secara kolektif. Naungan dibuat
dengan memanjang arah utara selatan, tinggi tiang naungan depan 2 m atau
timur,tiang belakang atau barat setinggi 1,75 m dengan tujuan untuk mendapatkan
34
sinar matahari pagi. Jarak antar tiang 3 m. Atap dan tiang terbuat dari pelepah kelapa
sawit.
Tanah yang digunakan sebagai media adalah tanah dengan kedalaman 0-20
cm dari permukaan tanah, terlebih dahulu dibersihkan dari sisa akar dan batu-batuan.
Kemudian tanah dimasukkam ke dalam polibag sampai kira-kira 1-2 cm dibawah tepi
atas bibir polibag dan segera disiram dan disusun serta diatur sesuai dengan plotnya
masing-masing.
adalah dengan memberi pasir setebal 10 cm pada semua lahan persemaian. Lahan
4.1.6. Drainase
Pada fase ini, pembuatan drainase di pinggir lahan pembibitan sangat penting
untuk mengalirkan air ketika hujan turun. Ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
35
4.2. Perkecambahan dan Penanaman
4.2.1. Perkecambahan
a. Biji diletakkan di antara lapisan karung goni yang selalu basah dan
b. Biji diletakkan disebuah peti berisi tanah halus yang diatasnya ditaburi
pasir setebal 3 – 5 cm. Biji ini ditekan sedalam ¾ ukuran biji. Perut biji
4.2.2. Penanaman
Bibit dari persemaian dipindahkan ke dalam polibag pada umur 10-15 hari.
Bibit dipilih yang sehat, seragam, akarnya lurus dan tidak mengalami kerusakan.
Setiap polibag yang sudah berisi medium tumbuh ditanami satu kecambah karet.
65%.
36
Benih yang telah berumur lebih dari 15 hari belum juga tumbuh harus dibuang
demikian juga kecambah yang akarnya bengkok atau melingkar. Penandaan benih
yang siap dipindahkan adalah kecambah yang belum menampakkan sepasang daun.
Kecambah dengan sepasang daun akan cepat menjadi layu dan mati. Akar tombak
yang baik adalah akar yang tumbuhnya lurus. Jenis akar tombak yang biasa terjadi
pada pengecambahan ada lima macam, yaitu akar bedenggol, bercabang, lurus,
Benih yang sudah berkecambah dan memenuhi syarat diambil secara hati-hati
dari persemaian, polibag yang telah disiapkan diberi lubang pada media pembibitan
sedalam 2-3 cm. Kemudian kecambah dimasukkan kedalam lubang dan diusahakan
akar dapat berdiri lurus didalam lubang, selanjutnya lubang ditutup dengan tanah.
Kecambah yang telah tumbuh menjadi bibit selama masa pertumbuhan sampai
4.3.1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Pagi sebelum pukul
10.00 WIB dan sore hari sesudah pukul 15.00 WIB. Penyiraman dilakukan
37
menggunakan gembor ukuran 10 liter air, apabila turun hujan dan polybag telah
4.3.2. Penyiangan
penggunaan unsur hara antara tanaman pokok dengan rumput. Pengendalian gulma
dapat dilakukan secara manual dan teknis. Diusahakan pengendalian secara manual
4.3.3. Pemupukan
- Pupuk SP36 dilakukan setelah tanaman berumur 4 minggu setelah tanam dan
diberikan dengan cara ditanam ditanah dengan jarak 3 cm dari batang atau
dibuat sebuah lingkaran dengan jarak 3 cm dari batang dan pupuk SP36
38
- F3 : Pemberian pupuk SP36 45 gr/bibit
- Pupuk Daun Bayfolan dilakukan pada saat tanaman berumur 4 minggu setelah
Disamping itu diberikan juga pupuk Kompos 300 gr/polibag yang diberikan 1
hama dan penyakit terhadap bibit karet di pembibitan sangat besar oleh karena itu,
perlu pengamatan yang cermat terhadap setiap individu tanaman agar gangguan hama
cara manual. Apabila gangguan hama ataupun penyakit sudah tingkat yang lebih
39
konsentrasi 2 gr/liter air, Fungisida Dithane M-45 dengan konsentrasi 2 gr/liter air,
ujung daun yang paling tinggi dengan menggunakan Rol (cm). Pengukuran dilakukan
pada saat tanaman berumur 6 minggu dengan interval 2 minggu sekali sampai umur
12 minggu pada akhir penelitian yaitu pada minggu ke 6, 8, 10, dan 12. Untuk
mempermudah pengukuran dibuat pancang dengan titik nol sejajar dengan leher akar
permukaan tanah.
dijumlahkan dan dibagi dua atau dirata-ratakan. Pengukuran dilakukan pada saat
tanaman berumur 6 minggu dengan interval 2 minggu sekali sampai umur 12 minggu
40
4.4.3. Jumlah daun (helai)
Daun yang dihitung adalah daun pertama sampai daun terakhir yang telah
membuka sempurna, termasuk daun yang gugur juga dihitung. Pengukuran dilakukan
pada saat tanaman berumur 6 minggu dengan interval 2 minggu sekali sampai umur
12 minggu pada akhir penelitian yaitu pada minggu ke 6, 8, 10, dan 12.
Cara pengukuran lebar daun diukur pada bagian tengah daun (bagian terlebar),
sedangkan panjang daun diukur dari pangkal daun sampai ke bagian ujung daun.
P x L x 0,654 (cm)
Keterangan :
Pengukuran luas daun dilakukan pada saat tanaman berumur 6 minggu dengan
interval 2 minggu sekali sampai umur 12 minggu pada akhir penelitian yaitu pada
41
4.4.5. Berat basah tanaman (gr)
dengan membongkar tanaman dari polibag secara hati-hati agar tidak putus.
Kemudian dibersihkan dari tanah dengan menggunakan air dan dikering anginkan,
setelah itu ditimbang. Pengamatan ini sebaiknya dilakukan pada tanaman sampel plot
yang ditentukan.
42
BAB V
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dan data rataan dari pengaruh pemberian
Pupuk SP36 dan Pupuk Daun Bayfolan serta interaksi keduanya pada parameter yang
diamati seperti, tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun, dan berat
basah tanaman dapat dilihat pada lampiran 4 sampai dengan lampiran 20.
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman umur 6 sampai
12 minggu dapat dilihat pada lampiran 4 sampai lampiran 7. Untuk perlakuan Pupuk
SP36 dan Pupuk Daun Bayfolan pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang
sangat nyata, sedangkan interaksinya juga menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.
Dengan adanya hasil uji beda rataan dari tinggi tanaman bibit Karet pada
perlakuan Pupuk SP36 dan Pupuk Daun Bayfolan dapat dilihat nilai tertinggi dan
nilai terendah pada tanaman karet berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada F1B0
sebesar 170,00 cm dan nilai terendah pada F2B2 sebesar 132,00 cm. Dari hasil rataan
pada tinggi tanaman Karet tersebut dapat dilihat pada tabel 5.1.
43
Tabel 5.1 : Rataan Tinggi Tanaman (cm) Bibit Karet Umur 12 MST
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam diameter batang umur 6 sampai 12
minggu dapat dilihat pada lampiran 8 sampai lampiran 11. Untuk perlakuan Pupuk
Pupuk SP36 dan Pupuk Daun Bayfolan pada umur 12 minggu menunjukkan
pengaruh tidak nyata sedangkan interaksinya juga menunjukkan pengaruh yang tidak
nyata.
Dengan adanya hasil uji beda rataan dari diameter batang bibit Karet pada
perlakuan Pupuk SP36 dan Pupuk Daun Bayfolan dapat dilihat nilai tertinggi dan
nilai terendah pada tanaman karet berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada F3B0
sebesar 17,50 mm dan nilai terendah pada F0B0 sebesar 15,25 mm. Dari hasil rataan
pada tinggi tanaman Karet tersebut dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2. : Rataan Diameter Batang (mm) Bibit Karet Umur 12 MST
44
F0 15,25 16,50 15,75 48,50 15,50
F1 16,26 15,74 16,75 50,00 16,00
F2 16,74 16,00 15,26 48,00 15,33
F3 17,50 17,00 17,25 49,50 15,83
Total 66,75 65,25 65,00 200,00
Rataan 15,94 15,56 15,50
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam jumlah daun umur 6 sampai 12
minggu dapat dilihat pada lampiran 12 sampai lampiran 15. Untuk perlakuan Pupuk
SP36 dan Pupuk Daun Bayfolan pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruhnya
Dengan adanya hasil uji beda rataan dari jumlah daun bibit Karet pada
perlakuan Pupuk SP36 dan Pupuk Daun Bayfolan dapat dilihat nilai tertinggi dan
nilai terendah pada tanaman karet berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada F3B0
sebesar 42,00 helai dan nilai terendah pada F0B2 sebesar 33,50 helai. Dari hasil
rataan pada tinggi tanaman Karet tersebut dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3. : Rataan Jumlah Daun (helai) Bibit Karet Umur 12 MST
45
F2 37,50 35,00 37,00 109,50 35,83
F3 42,00 35,25 34,75 110,00 36,00
Total 149,50 143,00 140,00 435,50
Rataan 36,62 35,00 34,25
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam luas daun umur 6 sampai 12
minggu dapat dilihat pada lampiran 16 sampai lampiran 19. Untuk perlakuan Pupuk
SP36 dan Pupuk Daun Bayfolan pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruhnya
Dengan adanya hasil uji beda rataan dari luas daun bibit Karet pada perlakuan
Pupuk SP36 dan Pupuk Daun Bayfolan dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai terendah
pada tanaman karet berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada F3B1 sebesar
265,51 cm2 dan nilai terendah pada F1B0 sebesar 225,56 cm2. Dari hasil rataan pada
Tabel 5.4. : Rataan Luas Daun (cm²) Bibit Karet Umur 12 MST
46
Total 961,96 1009,87 984,82 2958,65
Rataan 239,74 251,71 245,45
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam berat basah tanaman umur 12
minggu dapat dilihat pada lampiran 20.Untuk perlakuan Pupuk SP36 dan Pupuk
Dengan adanya hasil uji beda rataan dari berat basah tanaman bibit Karet pada
perlakuan Pupuk SP36 dan Pupuk Daun Bayfolan dapat dilihat nilai tertinggi dan
nilai terendah pada tanaman karet berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada F3B1
sebesar 61,82 gr dan nilai terendah pada F0B0 sebesar 50,95 gr. Dari hasil rataan
pada tinggi tanaman Karet tersebut dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5. : Rataan Berat Basah Tanaman (gr) Bibit Karet Umur 12 MST
47
5.2. Pembahasan Penelitian
5.2.1. Pengaruh pupuk SP36 terhadap pertumbuhan vegetatif bibit tanaman karet.
bahwa perlakuan Pupuk SP36 berpengaruh sangat nyata terhadap parameter tinggi
tanaman dan luas daun pada umur 12 minggu. Sedangkan terhadap parameter
diameter batang, jumlah daun, dan berat basah tanaman tidak menunjukkan hasil
Hal ini disebabkan karena Pupuk SP36 yang diberikan dengan dosis 15
pertumbuhan tanaman pada parameter diameter batang, jumlah daun, dan berat basah
tanaman.
tanah. Kalau dilihat dari laboratorium maka tanah di Indonesia ini pada umumnya
kekurangan unsur P, dengan demikian pemberian pupuk SP36 selalu memberi respon
sebagai penyerap unsur hara bagi tanaman, akar menjadi pintu gerbang utama bagi
zat-zat hara untuk masuk ke jaringan tanaman. Namun, karena unsur hara hanya
48
dapat diserap akar tanaman dalam bentuk ion maka sebagian besar pupuk yang
diberikan tidak dapat digunakan secara langsung oleh tanaman. Oleh karena itu,
parameter jumlah daun dan luas daun pada umur 12 minggu. Sedangkan terhadap
parameter tinggi tanaman, diameter batang, dan berat basah tanaman tidak
Hal ini disebabkan karena Pupuk Daun Bayfolan yang diberikan dengan dosis
2 ml/liter air dan 3 ml/liter belum mampu untuk mendukung pertumbuhan tanaman
pertumbuhan vegetatif kalau waktu pemupukan yang diberikan tepat sebab Pupuk
49
Menurut Pinus (1996), jika Pupuk Daun Bayfolan diberikan pada waktu
pemupukan yang jauh lebih tinggi, maka faktor Pupuk Daun Bayfolan dapat
5.2.3. Pengaruh interaksi antara pupuk SP36 dan pupuk daun Bayfolan terhadap
pertumbuhan vegetatif bibit tanaman karet
Dari hasil pengamatan pada penelitian pengaruh interaksi antara Pupuk SP36
dan Pupuk Daun Bayfolan terhadap pertumbuhan vegetatif bibit tanaman Karet,
Pupuk SP36 dan Pupuk Daun Bayfolan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter
tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun dan berat basah tanaman
Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya keseimbangan antara Pupuk SP36
dan Pupuk Daun Bayfolan untuk mendukung pertumbuhan tanaman, dengan kata lain
Pupuk SP36 dan Pupuk Daun Bayfolan bekerja masing-masing di dalam tubuh
- Struktur tanah
50
- Apakah tanah itu lengkap mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh
tanaman.
Menurut Sutejo (2008), bahwa pada Pupuk Daun Bayfolan terdapat unsur
Natrium yang ikut dalam proses fisiologi dengan fosfor yaitu menghalangi atau
BAB VI
6.1. Kesimpulan
51
1. Perlakuan pemberian Pupuk SP36 berpengaruh sangat nyata terhadap
parameter tinggi tanaman dan luas daun, sedangkan pengaruh yang tidak
nyata terhadap parameter diameter batang, jumlah daun, dan berat basah
tanaman.
nyata terhadap parameter jumlah daun dan luas daun, sedangkan yang
adanya pengaruh yang tidak nyata dengan nilai tertinggi terhadap semua
6.2. Saran
1. Untuk penggunaan Pupuk SP36 lebih baik melalui tanah dengan dosis 45
gr/polibag.
52
2. Untuk penggunaan Pupuk Daun Bayfolan lebih baik dengan dengan dosis
3 ml/liter air.
DAFTAR PUSTAKA
53
Anonim, 2010. Okulasi Karet. Diakses pada tanggal 12 April 2010.
Anonim, 2010. Budidaya Tanaman Karet. Diakses pada tanggal 12 April 2010.
Musa, L., 2006. Dasar Ilmu Tanah. Universitas Sumatera Utara Press, Medan.
Nyakpa, M. Y., A. M. Lubis, Mamat. A. P., A. G. Amran., Ali, M. G.B. Hong dan N.
Hakim, 1998. Kesuburan Tanah. Penerbit Universitas Lampung, Lampung.
Nelson P. V., 1991. Green House Operador and Managemen. 2 edition Restore
Publishing Company Inc, Virginia.
54
Salisbury, F. B., dan C. W. Ross, 1995. Plant Physiology Third Edition. Wadsworth
Publishing, California.
Schery, R. W., 1991. Plants for Man. Prentice Hall Inc, New York.
Westphal, E. Dan P. C. M. Jansen, 1993. Plant Resources of South East Asia. Prosea,
Bogor.
55