Anda di halaman 1dari 33

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Mentimun (Cucumis sativus.L) termasuk jenis sayuran buah yang memiliki

banyak manfaat dalam kehidupan masyarakat sehari–hari. Di pasaran mentimun

dibutuhkan dalam jumlah besar dan kontinyu karena buah ini banyak disukai oleh

sebagian besar golongan masyarakat ( Sutanto, 2002).

Buah mentimun mengandung mineral seperti kalsium, phospor, kalium, besi,

vitamin A, B, dan C. Buah mentimun berguna untuk terapi pengobatan berbagai

macam penyakit seperti gangguan lever, mencegah hepatitis, dan meningkatkan

kekebalan tubuh selain sebagai bahan makanan. Mentimun telah banyak

dimanfaatkan dibidang kecantikan. Berbagai produk kosmetik diolah dari bahan

mentimun dengan menggunakan teknologi modern (Hembing, 2000).

Dalam kurun waktu 30 tahun terakhir negara-negara industri mulai

berpendapat bahwa paket pertanian modern yang memberi hasil panen yang tinggi

ternyata menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan ( Sutanto 2002).

Pertanian berkelanjutan memperoleh perhatian besar dari pakar lingkungan,

pertanian dan konsumen. Bentuk pertanian yang berkelanjutan adalah pertanian

organik. Pertanian organik banyak  diterapkan di negara-negara berkembang seperti


2

Korea, Hongkong, Cina, Thailand dan Indonesia. Pemakaian pupuk organik atau

substansi-substansi yang mencirikan produk alamiah merupakan ciri-ciri utama

pertanian organik (Higa dan Wididana, 2003).

Sifat fisik, kimia dan biologi tanah banyak berpengaruh dalam membangun

kesuburan tanah. Pertanian konvensional dalam menggunakan pupuk kimia

merupakan praktek pengelolaan yang cukup dominan. Penggunaan mesin pertanian,

varietas unggul, melupakan usaha perbaikan lahan dan pengelolaan bahan organik

tidak dapat dihindarkan oleh petani konvensional. Keseimbangan pengelolaan tanah

diperlukan dalam pengembangan pertanian yang berkelanjutan (Susilo, 2005).

Pada penelitian ini pemberian pupuk akan sangat mempengaruhi dari

pertumbuhan tanaman tersebut selain faktor-faktor yang lain, hal ini dikarenakan

pupuk sebagai salah satu pemberian unsur-unsur nutrisi yang diperlukan oleh

tanaman. Pada penelitian ini menggunakan pengaruh pemberian pupuk NPK 16-

16-16.

Pupuk NPK 16-16-16 adalah pupuk yang mempunyai kombinasi nitrogen (N),

fosfor (P) dan kalium (K) yang dirancang untuk memaksimalkan hasil dan kualitas

tanaman. Pupuk NPK 16-16-16 merupakan pupuk majemuk yang di buat dari bahan-

bahan bermutu dan berkualitas. Komposisi unsur hara pada pupuk NPK 16-16-16

dapat disesuaikan dengan jenis tanah dan jenis tanaman yang di budidayakan.

(Mulyani¸ 2008)
3

Pupuk NPK 16-16-16 dibuat melalui proses industri berteknologi sehingga

dihasilkan butiran yang homogen. Dalam pertanian unsur mikro dan makro harus

seimbang, hal ini dikarenakan tanaman menyerap unsur-unsur tersebut untuk

melakukan pertumbuhan . Pertumbuhan tanaman itu sebagian besar terdiri atas tiga

unsur yaitu C 43,6 %, O 44,4 % dan H 6,2 %. Unsur-unsur tersebut diambil oleh

tanaman dari udara berupa CO2 dan O2 serta dari tanah berupa H2O.

(Mulyani¸ 2008)

Berdasarkan hal diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian “Pengaruh

Pemberian Pupuk NPK 16-16-16 Terhadap Pertumbuhan Tanaman Mentimun

(Cucumis sativus. L)”.

1.2. Identifikasi Masalah

Adapun indentifikasi masalah penelitian ini yaitu Apakah ada pengaruh

pemberian pupuk NPK 16-16-16 terhadap pertumbuhan Tanaman Mentimun

(Cucumis sativus. L)?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh

pemberian pupuk NPK 16-16-16 terhadap pertumbuhan Tanaman Mentimun

(Cucumis sativus. L).


4

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini yaitu sebagai salah satu syarat untuk

menempuh ujian sarjana pada Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Labuhanbatu

dan bahan imformasi ke arah peningkatan kualitas dan kuantitas dalam

membudidayakan tanaman mentimun (Cucumis sativus. L).

1.5. Kerangka Pemikiran

Kunci keberhasilan budidaya tanaman mentimun (Cucumis sativus. L) terletak

pada penggunaan bibit unggul yang bermutu. Jika tanaman dikelola dengan teknik

budidaya yang tepat, maka potensi pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun

akan terealisasi. Pertumbuhan tanaman mentimun (Cucumis sativus. L) yang sehat

diperoleh melalui pemeliharaan yang baik terutama melalui pemberian pupuk NPK

16-16-16 yang optimal sangat menentukan pertumbuhan.

Didalam penelitian ini budidaya tanaman mentimun (Cucumis sativus. L)

merupakan kunci keberhasilan dari Kerangka pemikiran ini mengemukakan tentang

variabel yang di teliti yaitu pupuk NPK 16-16-16 merupakan variabel bebas, serta

Pertumbuhan Tanaman mentimun (Cucumis sativus. L) merupakan variabel terikat,

secara sederhana kerangka pemikiran didalam penelitian ini dapat dilihat dalam

gambar berikut:
5

Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran

Pupuk NPK Pertumbuhan dan Produksi


16-16-16 Tanaman Mentimun

Pelaksanaan Penelitian

Parameter yang diamati yaitu : - Diameter Batang (mm)


Jumlah Daun (helai)

Metode Penelitian Rancangan Acak Lengkap faktorial dengan 1


faktor yaitu :
1 Faktor pengaruh pemangkasan dengan 4 taraf

Metode Analisa Sidik Ragam Linier sebagai berikut :


Yij = µij + eij
6

1.6. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian ini yaitu ada pengaruh pemberian pupuk NPK 16-

16-16 terhadap pertumbuhan dan produksi Tanaman Mentimun (Cucumis sativus. L).

1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitan ini dilaksanakan di Desa Tanjung Harapan, Kecamatan Pangkatan,

Kabupaten Labuhanbatu dengan tofografi datar dan jenis tanah top soil yang berada

pada ketinggian ± 75 m dari permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

April sampai dengan bulan Juni 2017.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistematika dan Morfologi Tanaman mentimun

Klasifikasi tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) (Nawangsih, 2001)

dalam tatanama tumbuhan, diklasisfikasikan kedalam :

Kingdom : Plantarum

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Clas : Dikotyledonae

Sub klas : Symperalae

Ordo : Cucurbitales

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Cucumis

Spesies : Cucumis sativa L.

2.1.1. Beberapa jenis varietas tanaman mentimun

Tanaman mentimun termasuk jenis tanaman sayur-sayuran buah

(Cucurbitaceae). Beberapa jenis tanaman lain yang masih satu famili dengan

mentimun diantaranya semangka, wuluh belewah, dan melon. Berdasarkan cara


8

pemeliharaan mentimun terbagi dua jenis yaitu varietas hibrida diantaranya Hercules

dan OP/open polingated (Nawangsih, 2001).

Varietas Hercules diproduksi oleh Chia Tai Seed, Thailand. Tanaman ini

pertumbuhanya kuat dan bercabang banyak, tahan terhadap penyakit embun pagi.

Buah beragam, tidak berongga, cukup tebal, dan rasanya tidak pahit. Buah berbentuk

panjang silindris dan kulitnya berwarna hijau tua. Buah memiliki ukuran panjang 18

cm dan diameter 4 cm, berat buah 350 – 400gr. Setiap tanaman dapat menghasilkan

5 – 5,5 kg dengan jumlah buah 10 – 16. Umur panen tanaman 35 hts

(Cahyono, 2003).

Untuk produksi mentimun hijau yang diramalkan akan mampu menduduki

posisi brand image diareal Sumbagsel ini, PT. Tanindo Subur Prima memiliki produk

handal, yakni Hercules 56. Hercules 56 adalah mentimun hibrida yang merupakan

hasil persilangan yang kini dikembangkan oleh PT. BISI (Benih Inti Subur Intani),

Kediri Jawa Timur (Harist, 2001).

Bila dilihat dari segi hasilnya dapat mencapai 5 kg per tanaman, dengan

jumlah buah antara 10 – 16 buah pertanaman. Panen pertama biasanya dimulai pada

umur 35 hts, sedangkan masa panen mampu bertahan hingga 60 hari setelah tanam.

Bila tanaman dalam kondisi yang baik dapat dipanen hingga 17 kali. Ada pun

kelebihan lainya adalah penggunaan benih / kebutuhan benih yang cukup hemat yakni

antara 750 hingga 800 gr/ha dengan jarak tanam 40 cm x 50 cm (Susanto 2002).
9

Keungulan komperatif dibandingkan timun sejenis diantaranya : daya tahan

terhadap serangan hama penyakit Downy Mildew relatif kuat, penampilan tanaman

maupun vigornya kuat dan bercabang banyak, bahkan ada kecendrungan

pertumbuhanya kesamping. Pertubuhan menyamping ini tentu sangat positif karena

berarti banyak cabang – cabang yang lebih produktif. Di samping, itu buah seragam

tidak berongga dengan warna yang hijau tua dan tidak berasa pahit sedikit pun.

Potensi tumbuhnya pun cukup luas, yakni dari dataran renda hingga pada dataran

yang cukup tinggi (Hembing, 2000).

Selama ini timun Hercules lebih menguasai pasar, hal ini dikarnakan pertama

sejarah perkembangan dalam pengenalan produk yang memang lebih didahulu

daerah, kemudian yang kedua oleh karena orang – orang di daerah ini mengenal lebih

dahulu tentang karakteristik timun ini, yakni yang lebih tahan lama, tidak muda

keriput sehingga pedagang lebih menyukainya karena memiliki waktu yang lebih

panjang untuk memasarkanya (Susilo, 2005).

Mentimun hibrida terdiri dari Asian Star 22 dan Pretty swallau. Asian star

memiliki ciri - ciri sebagai berikut :

1) banyak percabangan,

2) warna buah putih,

3) panjang buah 15 - 19 cm,

4) diameter 3 - 4 cm,
10

5) dipanen umur 35 hst.

Hercules 56 memiliki ciri - ciri sebagai berikut :

1) percabangan yang banyak,

2) warna buah hijau,

3) panjang buah 15 - 20 cm,

4) diameter 4 cm,

5) umur panen 35-60 hst (Rukmana, 2004).

Pretty Swallow mempunyai ciri - ciri sebagai berikut :

1) buah berbentuk lurus,

2) berwarna hijau,

3) berduri putih,

4) panjang 20 - 21 cm,

5) jenis ini cocok untuk asinan.

Shout Swallow mempunuyai ciri - ciri sebagai berikut :

1) warna buah hijau,

2) panjang 45 cm,

3) diameter 3,5 cm.

Yang kedua jenis mentimun OP (Open polingated) terdiri dari mars, Pluto dan

local. Varitas mars memiliki ciri - ciri sebagai berikut : Umur panen 34 hst, buah

muda berwarna hijau dan buah tua berwarna coklat bersisik, panjang 15 - 18 cm.
11

Pluto memiliki ciri - ciri sebagai berikut : umur panen 33 hst, buah muda berwarna

hijau muda, buah tua berwarna kuning sampai coklat bersisik, panjang 11 - 1 3 cm.

Venus : umur panen 32 hst, buah muda berwarna hijau keputihan dan buah tua

berwarna putih sampai kuning, panjang 14 - 18 cm. Lokal : umur panen 30 - 35 hs,t

warna buah beragam arna putih, hijau keputihan, kuning, coklat panjang antara 12 -

19 cm (Sumpena, 2001).

2.1.2. Morfologi tanaman mentimun

Morfologi tanaman mentimun terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah dan

biji. Tanaman mentimun memiliki akar tunggang dengan bulu akar, tetapi daya

tembusnya relatif dangkal dangan kedalaman sekitar 30 - 60 cm. Untuk membantu

pertumbuhanya penggemburan tanah perlu dilakuan minimal kedalaman tersebut

tanaman mentimun termasuk peka terhadap kekurangan dan kelebihan air

(Imdad, 2001).

Biji mentimun berbentuk pipih, kulitnya berwarna putih atau putih kekuning -

kuningan sampai coklat. Biji ini dapat digunakan sebagai alat perbanyakan tanaman.

Tanaman mentimun memiliki batang yang berwarna hijau, lunak, menjalar, dan

berbulu berair, berbentuk pipih, berambut halus, berbuku – buku, berwarna hijau

segar, batang utama dapat menumbuhkan cabang anakan. Luas batang atau buku -
12

buku berukuran 7 - 10 cm dan diameter 10 - 15 mm tergantung varietasnya

(Nawangsih, 2001).

Daun mentimun berbentuk bulat lebar, persegi mirip jantung, dan bagian

ujung daunya meruncing. Daun ini tumbuh berselang - seling keluar dari buku - buku

(ruas) batang. Bunga mentimun berbentuk terompet berwarna kuning bila suda mekar

mentimun termasuk tanaman berumah satu artinya bunga jantan dan bunga betina

letaknya terpisah, tetapi masih dalam satu tanaman (Rukmana, 2004).

Bunga betina mempunyai bakal buah yang bengkok terletak dibawah mahkota

bunga, sedangkan pada mahkota bunga jantan tidak mempunyai bakal buah yang

membengkok. Bunga jantan keluar beberapa hari lebih dulu baru bunga betina

muncul pada ruas ke enam setelah bunga jantan. Buah mentimun menggantung dari

ketiak antara daun dan batang bentuk ukuranya bermacam - macam antara 12 - 25 cm

dan diameter 2 - 5 cm. Kulit buah mentimun ada yang berbintik - bintik, ada pula

yang halus. Warna kulit buah antara hijau keputih - putihan, hijau muda dan hijau

gelap sesuai dengan varietas (Cahyono, 2003).

2.2. Syarat Tumbuh Mentimun

Mentimun dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah, dataran menengah,

sampai dengan dataran tinggi. Mentimun diusahakan sebagai tanaman utama atau

sebagai tanaman sela setelah panen padi dan palawija. Di dataran tinggi mentimun
13

diusahakan setelah tanaman cabai atau tomat dan dalam budidayanya digunakan

teknologi mulsa plastik hitam perak.

Aspek agronomi penanaman mentimun tidak berbeda dengan komoditas

sayuran komersial lainnya. Penerapan usaha tani yang intensif, kondisi iklim yang

cocok, dan penerapan kultur teknis tanaman di lapangan secara tepat merupakan hal

yang perlu diperhatikan dan tidak dapat diabaikan.

2.2.1. Kecocokan tanah dan ketinggian tempat

Tanaman mentimun mempunyai daya adaptasi yang cukup luas terhadap

lingkungan tumbuhan dan tidak membutuhkan perawatan dengan khusus, tanaman

mentimun dapat ditanam mulai dataran rendah sampai dataran tinggi 1000 M di atas

permukaan laut (dpl).

selama masa pertumbuhanya, tanaman mentimun membutuhkan iklim, sinar

matahari cukup (tempat terbuka), temperatur berkisar 21,1 - 26,7˚ C (Prajnata, 2001).

Tanaman mentimun kurang tahan terhadap curah hujan yang tinggi. Hal ini

akan mengakibatkan bunga - bunga yang terbentuk berguguran, sehingga gagal

membentuk buah. Demikian juga daerah temperatur siang dan malam harinya

berbeeda sangat mencolok, sering memudahkan penyakit tepung atau powdery

mldew maupun busuk daun (Kalie, 2001).


14

2.2.2. Iklim yang sesuai

Tanaman mentimun mempunyai daya adaptasi cukup terhadap lingkungan

tumbuhanya. Indonesia memiliki iklim tropis, sehingga mentimun dapat di tanam dari

dataran rendah sampai dataran tinggi (1000m dpl) (Smadi, 2002).

Pada masa pertumbuhan, tanaman sangat cocok ditanam di lahan terbuka

dengan suhu berkisar antara 21˚ C - 27˚ C. Panjang atau lama penyinaran, intensitas

penyinaran, dan suhu udara, merupakan faktor yang penting karena berpengaruh

terhadap munculnya bunga betina. Panjang penyinaran lebih dari 12 jam perhari

dengan intensitas dan suhu udara yang tinggi, tanaman mentimun lebih banyak

membentuk bunga jantan (Gynoecious). Sebaliknya, pada panjang penyinaran kurang

dari 12 jam perhari, dengan intensitas sinar dan suhu udara yang rendah ternyata

tanaman mentimun lebih banyak membentuk bunga betina (monoecious)

(Sumpena, 2001).

2.2.3. Tanah

Tanah merupakan media dasar bagi tanaman, maka harus mampu memberikan

lingkungan yang cocok bagi tanaman agar akar tanaman dapat menyerap unsur hara

dan air dengan baik. Tanaman mentimun tidak dianjurkan ditanaman pada tanah

becek karena akan menyebabkan kematian (Sarif, 2006).


15

Semua tanah yang digunakan untuk lahan pertanian cocok untuk di tanami

mentimun. Supaya produksi yang tinggi dan kualitas yang baik, tanaman mentimun

membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus, tidak

menggenang dan memiliki pH 6 - 7 (Sarif, 2006).

Tanah yang memiliki sifat kimia dan biologinya kurang baik sering kali

menghambat partumbuhan mentimun sehingga produksinya menurun dan kualitasnya

merendah. Pada tanah masam (di bawah 5) dapat menyebabkan tanaman mentimun

unsur hara dan kekurangan garam - garam mineral. Tanah yang becek dapat

memudahkan berjangkitnya penyakit layu bakteri. Oleh karena itu pengolahan lahan

untuk tanaman mentimun perlu perbaikan drainase, pengolahan tanah, pemberian

bahan organik dan pengapuran (Hardjowigeno, 2007).

Apabila tanah bersifat asam perlu diberi kapur dolamit dosisnya ditentukan

oleh tingkat keasaman tanah. Semakin rendah pH tanah, semakain banyak kapur

dolamit atau kalsiat yang harus diberikan pada tanah. Namun demikian, pada tanah

yang terlalu asam tidak dianjurkan untuk di tanami mentimun.

2.3. Peranan Pupuk NPK 16-16-16 Terhadap Pertumbuhan Mentimun

Fungsi pupuk adalah sebagai salah satu sumber zat hara buatan yang

diperlukan untuk mengatasi kekurangan nutrisi terutama unsur-unsur nitrogen, fosfor

dan kalium. Sedangkan unsur sulfur, kalsium, magnesium, besi, tembaga, seng, dan

boron merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit (mikronutrien).


16

Pupuk NPK 16-16-16 adalah pupuk yang mempunyai kombinasi nitrogen (N),

fosfor (P), dan kalium (K) yang dirancang untuk memaksimalkan hasil dan kualitas.

Pupuk NPK ini terdiri dari 4 jenis yaitu NPK 16-16-16, NPK 15-15-15, NPK 25-7-7,

NPK 14-14-21. Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 ini diberikan 2 minggu sekali terhadap

tanaman dengan dosis 15 gr/tanaman (Lingga, 2007).

Tanaman yang kekurangan pupuk NPK 16-16-16 akan memperlihatkan

gejala-gejala seperti daun mengerut atau keriting terutama pada daun tua walaupun

tidak merata. Kemudian pada daun akan timbul bercak-bercak merah coklat.

Selanjutnya, daun akan mengering, lalu mati. Buah tumbuh tidak sempurna, kecil,

mutu jelek, hasilnya rendah, dan tidak tahan simpan. Maka pupuk NPK 16-16-16

sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan, kualitas dan produksi tanaman

cabai. Pada penelitian ini digunakan pupuk NPK 16-16-16 sebab unsur haranya lebih

tinggi meskipun kandungan zat haranya sama (Sarif, 2006).

2.4. Hama Dan Penyakit Dominan Pada Mentimun

Hama penting yang menyerang tanaman mentimun, yaitu:

1. Aulocophora similis oliver (oteng-oteng).

Hama ini berupa kumbang daun yang panjangnya ± 1 cm, bersifat pemangsa

segala jenis tanaman (polifag) serta dapat berpindah dari satu tanaman ke tanaman

lain dengan terbang. Hama ini merusak dan memakan daging daun, sehingga

menimbulkan gejala bolong-bolong dan jika serangan cukup berat maka semua
17

jaringan daun habis dimakan dan tinggal tulang-tulang daunnya. Pengendaliannya

dengan cara melakukan rotasi tanaman, waktu tanaman serempak dan disemprot

dengan insektisida atau pengendalian natural BVR atau PESTONA.

2. Thrips dan Aphids

Dua jenis kutu pengisap cairan tanaman, yaitu Thrips sp. dan Myzus persicae.

Thrips suka mengisap pucuk tunas dan bunga, sehingga daun mengeriting serta

bentuk buah menjadi abnormal dan berbercak cokelat. Hama Aphids ini akan

mengisap cairan tanaman dari pucuk hingga daun bagian bawah. Serangan hama ini

lebih sporadis dan menyebabkan daun mengeras, menggulung ke bawah, dan

berembun jelaga berwarna hitam sehingga, proses fotosintesis menjadi terganggu.

Pencegahannya dengan cara (a) gunakan mulsa plastik hitam perak. (b) hindari

menanam berdekatan dengan tanaman mentimun yang lebih tua dan terserang

penyakit. Selain itu, hindari juga menanam berdekatan dengan tanaman sefamili

lainnya, seperti melon, semangka, dan waluh. Pemberantasannya melalui (a) jika

serangan banyak dilakukan oleh Thrips sp, lakukan penyemprotan insektisida yang

tepat pada sore hingga malam hari. Jika hanya aphids yang menyerang,

penyemprotan bisa dilakukan pada pagi atau sore hari, (b) beberapa contoh

insektisida yang bisa digunakan adalah Arrivo 30 EC, Marshal 200 EC, Pounce 20

EC dan Confidor 5 WP. Gunakan dosis sesuai anjuran yang tertera di labelnya.
18

3. Mites

Bisa disebabkan oleh Tarsonomus sp, Tretahichus sp, dan Hermitarsonemus

sp. Hama ini termasuk jenis akarina. Bentuk tubuhnya seperti laba-laba; berukuran 1 -

2 mm; serta berwarna cokelat, merah, dan kuning. Binatang ini disebut juga tungau.

Biasanya, tungau akan mengisap cairan tanaman. Perilakunya seperti aphids,

bergerombol di balik daun. Serangan hama ini akan menyebabkan daun mengeras dan

muncul karat di balik daun. Pencegahannya dengan cara (a) gunakan mulsa plastik

hitam perak, (b) hindari menanam berdekatan dengan tanaman mentimun yang lebih

tua dan terserang penyakit. Selain itu, hindari juga menanam berdekatan dengan

tanaman sefamili, seperti melon, semangka dan waluh. Pemberantasannya melalui:

(a) semprot dengan akarisida (pestisida untuk jenis akarina) yang tepat sasaran.

Lakukan penyemprotan pada pagi atau sore hari. Arahkan mata spray ke balik daun.

(b) contoh beberapa akarisida yang bisa digunakan adalah Kelthane 200 EC,

Morestan 25 WP, Meothrin 50 EC, dan Omithe 570 EC. Gunakan dosis sesuai

dengan anjuran yang tertera di label kemasan.

Sedangkan beberapa penyakit yang dominan pada tanaman mentimun yaitu:

1. Downy Mildew atau Embun Bulu

Penyakit ini disebabkan oleh Pseudoperonospora cubensis. Serangan penyakit

ini menimbulkan gejala awal berupa bercak kuning yang berbentuk kotak mengikuti
19

alur tulang daun. Serangannya dimulai dari daun yang sudah tua. Semakin lama,

bercak kuning semakin lebar dan daun mengering, Pencegahannya dengan cara: (a)

hindari menanam berdekatan dengan tanaman mentimun yang umurnya lebih tua, (b)

perbaiki saluran drainase, terutama pada musim hujan, dan (c) lakukan sanitasi lahan

secara rutin. Pemberantasannya dengan cara (a) jika tampak gejala awal, segera

semprot dengan fungisida yang tepat. Arahkan mata spray ke permukaan daun bagian

atas dan bawah, (b) beberapa contoh fungisida yang bisa digunakan adalah Anvil 50

5C, Nimrod 250 EC dan Score 250 EC. Gunakan dosis yang sesuai dengan anjuran.

2. Powdery Mildew atau Embun Tepung

Penyakit ini disebabkan oleh Erisiphe sp. Gejalanya hampir sama dengan

gejala downy mildew tetapi terdapat serbuk putih seperti tepung yang muncul di balik

daun.Pencegahannya dengan cara (a) hindari menaman berdekatan dengan tanaman

mentimun yang umurnya lebih tua, (b) perbaiki saluran drainase, terutama pada

musim hujan dan, (c) lakukan sanitasi lahan secara rutin.Pemberantasannya melalui

(a) ketika gejala awal muncul, segera semprot dengan fungisida yang tepat. Arahkan

mata spray lebih dominan ke permukaan daun bagian bawah. (b)fungisida yang bisa

digunakan di antaranya Afugan 300 EC, Score 250 EC, dan Morestan 25 WP.

Gunakan dosis sesuai dengan anjuran yang tertera di label kemasan.


20

3. Antraknose.

Penyebabnya adalah cendawan Colletotrichum Lagenarium Pass. Gejala mula

bercak-bercak coklat pada daun. Bentuk agak bulat atau bersudut-sudut sehingga

daun mati, gejala bercak dapat meluas ke batang, tangkai dan buah. Bila udara

lembab, ditengah bercak dapat meluas ke batang, tangkai dan buah.Pengendaliannya

pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

4. Bercak Daun Bersudut.

Penyebabnya cendawan Pseudomonas Lachrynmans, Menyebar pada musim

hujan. Gejalanya, berupa daun berbercak kecil kuning dan bersudut; pada serangan

berat seluruh daun yang berbercak berubah menjadi coklat muda kelabu, mengering

dan berlubang. Pengendalian dengan pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

Penyakit lain yang menyerang tanaman mentimun, yaitu virus, kudis (scab) dan

busuk buah (Lasarus, Pusluhtan).


21

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian ini adalah Benih

Mentimun, Pupuk NPK 16-16-16, Tanah topsoil, Insektisida (Perfekthion 400 EC,

Hostathion 40 EC, Thiodan 35 EC dan Decis 2,5 EC), Fungisida Derasol 60 Wp dan

Dithane M-45, Baktersida Agrimycin/Agrept, dan Air. Sedangkan alat yang

digunakan untuk penelitian ini adalah Cangkul, Parang, Parang babat, Gembor,

Schleiper, Alat ukur, Hand sprayer, Timbangan, Gergaji, dan Alat tulis.

3.2. Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan untuk mengolah data dalam percobaan ini adalah

Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 1 faktor dan 3 ulangan yaitu:

1. Faktor pengaruh pemberian pupuk NPK 16-16-16 dengan 4 taraf yang telah

dirubah berdasarkan dosis 15 gr/tanaman menurut (Lingga,2007) yaitu :

- N0 : Tanpa perlakuan

- N1 : pemberian pupuk NPK 16-16-16 13 gr/tanaman

- N2 : pemberian pupuk NPK 16-16-16 15 gr tanaman

- N3 : pemberian pupuk NPK 16-16-16 17 gr tanaman


22

3.3. Analisa Data

Data hasil pengamatan analisis dengan menggunakan sidik ragam linear

sebagai berikut :

Yij = µij + eij

Keterangan:    

Yij = Hasil pengamatan pada ulangan ke-i dan blok  ke-j

µij = Overall mean

eij = Random error dengan asumsi IIDN (0, δ2) (Hanafiah, 2014)

Menurut Hanafiah (2014), untuk memudahkan pengujian, maka analisa sidik

ragam (uji F) ini dilakukan dalam suatu daftar analisa sidik ragam seperti berikut :

Tabel 3.1. Daftar Analisa Sidik Ragam Menurut Rancangan Acak Kelompok

F tabel
Sumber Derajat bebas Jumlah Kuadrat F hitung
Keragama kuadrat tengah 5% 1%
n
Ulangan r-1 = 2 JKR KTR KTR/KTG * 5,14 10,92
Perlakuan t-1 = 3 JKT KTT KTT/KTG ** 4,76 9,78
Galat (rt-1)(t-1)= 9 JKG KTG
Total (rt-1)=5 JKT
Keterangan * = nyata (F hitung > F 5 %)

** = sangat nyata (F hitung > F 1 %)

Hasil uji F ini menunjukkan derajat pengaruh perlakuan terhadap data hasil

percobaan sebagai berikut : (1) Perlakuan berpengaruh nyata jika H 1 (biasanya =


23

hipotesis penelitian diterima pada taraf uji 5%. (2) Perlakuan berpengaruh sangat

nyata jika H1 diterima pada taraf uji 1%, dan (3) Perlakuan berpengaruh tidak nyata

jika H0 diterima pada taraf uji 5 %.

Sehubungan dengan uji F ini, berdasarkan pengalamannya Gomez dan Gomez

1984 dalam (Hanafiah, 2014) mengemukakan bahwa hasil uji F ini akan dapat

diandalkan kebenarannya jika dilakukan terhadap percobaan-percobaan yang

mempunyai derajat bebas galat minimal = 6, untuk itu sebaiknya uji F hanya

dilakuakn jika derajat bebas galat ≥ 6.

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah plot : 36 plot

Jumlah tanaman perplot : 8 tanaman

Jumlah seluruh tanaman : 288 tanaman

Jumlah tanaman sampel perplot : 3 tanaman

Jumlah tanaman sampel keseluruhan : 108 tanaman

Jarak antar plot : 30 cm

Jarak antar ulangan : 60 cm

BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN
24

4.1. Persemaian

Persemaian dilakukan sebelum penanaman langsung di lapangan. Benih di

semai di polibag ukuran 4x7 cm. Media polibag terdiri dari campuran tanah : pupuk

organik dengan perbandingan 1 : 1. Selama dalam persemaian, bibit disiram air 1–2

kali sehari, serta disemprot dengan fungisida atau insektisida untuk mencegah

serangan hama atau penyakit dengan dosis rendah. Pindah tanam dilakukan setelah

bibit berumur 5-7 hari (Agus, 2002).

4.2. Pengolahan Lahan

Lahan yang tersedia dibajak dan digaru untuk menciptakan kondisi tanah yang

berstruktur gembur, kemudian di bentuk bedengan. Dalam bedengan ditambah pupuk

dasar yaitu pupuk kandang, bedengan dicangkul untuk meratakan campuran pupuk.

4.3.. Pindah.Tanam

Satu hari sebelum pindah tanam, lahan diairi untuk menambah kelembaban

tanah. Pindah tanam dilakukan sore hari untuk memperpendek masa stress tanaman

akibat pindah tanam.

4.4.. Pemeliharaan
25

Pemeliharaan tanaman meliputi pengairan, pemasangan para-para, pengikatan,

serta pengendalian hama dan penyakit.

4.4.1. Pengairan

Pengairan rutin diberikan dengan melihat kondisi tanah, pada musim hujan,

yang harus diperhatikan adalah drainase yang harus terbuka untuk membuang air dari

dalam areal tanaman.

4.4.2. Pemasangan Para-para

Pemasangan para-para dilakukan sebelum pindah tanam. Hal ini untuk

mencegah kerusakan pada akar tanaman.

4.4.3. Pemangkasan.dan.Pengikatan

Pemangkasan dilakukan 3 minggu setelah tanam sesuai dengan perlakuan,

sedangkan pengikatan tanaman ke para-para dilakukan 5 Hst.

4.4.4. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan berdasarkan jenis hama dan

penyakit yang menyerang, di kontrol setiap 3 hari sekali.

4.5. Pemanenan
26

Panen pertama mentimun dapat dilakukan saat tanaman berumur 31 hari dan di

hentikan setelah 11 kali panen, dengan selang waktu pemetikan sehari sekali. Untuk

mempercepat pengeringan luka bekas pemotongan dan mencegah pembusukan pada

tangkai yang terpotong buah dipanen di pagi hari sebelum jam 9.00 dengan cara

memotong tangkai buah dengan pisau tajam.

4.6. Pengumpulan Data

Setiap plot jumlah tanaman sampel yang diamati sebanyak 3 dari jumlah

tanaman 8 per plot. Parameter pengamatan  yang diamati sebagai berikut :

4.6.1. Diameter batang (mm)

Diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong, pengukuran

dilakukan 5 cm diatas leher dengan 2 arah saling tegak lurus kemudian dirata-

ratakan, untuk menghindari kesalahan dalam pengukuran maka setiap tanaman

sampel diberi tanda. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 12 minggu.

4.6.2. Jumlah daun (helai)

Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah terbuka sempurna,

termasuk daun yang gugur juga dihitung. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman

berumur 12 minggu.

BAB V
27

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan dari data rataan pengaruh

pemberian Pupuk NPK 16-16-16 pada parameter yang diamati seperti diameter

batang, dan jumlah daun dapat dilihat dari tabel berikut ini.

5.1.1. Diameter batang (mm)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam diameter batang umur 12 minggu

setelah tanam dapat dilihat pada tabel 5.1. Untuk perlakuan Pupuk NPK 16-16-16

pada umur 12 minggu setelah tanam menunjukkan pengaruh yang tidak nyata

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari diameter batang mentimun pada

perlakuan Pupuk NPK 16-16-16 dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai terendah pada

tanaman mentimun berumur 12 minggu setelah tanam yaitu nilai tertinggi pada P2

sebesar 3.32 mm dan nilai terendah pada P0 sebesar 1.82 mm. Dari hasil rataan pada

diameter batang mentimun tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. : Rataan Diameter Batang (mm) MentimunUmur 12 MST.


28

Perlakuan Ulangan Total Rataan


Pupuk I II III
N0 1.82 2.05 2.12 5.99 2.00
N1 2.03 2.24 2.27 6.54 2.18
N2 2.42 2.27 2.32 7.01 2.34
N3 2.12 2.37 2.81 7.30 2.43
Total 8.39 8.93 9.52 26.84
Rataan 0.70 0.74 0.79 2.24 1.49

Tabel 5.2. Analisis Sidik Ragam Diameter Batang (mm) Tanaman Mentimun Pada
Umur 12 Minggu
SK Db JK KT F.hit F.05 F.01
tn
Ulangan 2 60.25 30.12 1.80 5.14 10.92
tn
Perlakuan 3 20.339 50.36 3.01 4.76 9.78
Error 9 0.339 16.17
Total 15
KK 1.64 %

Keterangan : tn : Tidak Nyata


* : Nyata
** : Sangat Nyata
Fhitung < Ftabel

5.1.2. Jumlah daun (helai)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam jumlah daun umur 12 minggu

setelah tanam dapat dilihat pada tabel 5.3. Untuk perlakuan Pupuk NPK 16-16-16

pada umur 12 minggu setelah tanam menunjukkan pengaruh tidak nyata. Dengan

adanya hasil uji beda rataan dari jumlah daun mentimun pada perlakuan Pupuk Pupuk

NPK 16-16-16 dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai terendah pada tanaman mentimun

berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada P3 sebesar 4,63 helai dan nilai terendah
29

pada P0 sebesar 4,43 helai. Dari hasil rataan pada jumlah daun mentimun tersebut

dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. : Rataan Jumlah daun (helai) MentimunUmur 12 MST.

Perlakuan Ulangan Total Rataan


Pupuk I II III
N0 4.32 4.46 4.49 13.27 4.42
N1 4.52 4.34 4.48 13.34 4.45
N2 4.56 4.48 4.57 13.61 4.54
N3 4.57 4.52 4.63 13.72 4.57
Total 17.97 17.80 18.17 53.94
Rataan 4.49 4.45 4.54 13.49 3.00

Tabel 5.4. Analisis Sidik Ragam Jumlah daun (helai)Tanaman Mentimun Pada Umur
12 Minggu
SK Db JK KT F.hit F.05 F.01
Ulangan 2 242.48 121.24 1.80 tn 5.14 10.92
tn
Perlakuan 3 606.29 202.10 3.00 4.76 9.78
Error 9 606.20 67.36
Total 15
KK 2.73 %

Keterangan : tn : Tidak Nyata


* : Nyata
** : Sangat Nyata
Fhitung < Ftabel
30

5.2. Pembahasan

5.2.1 Pengaruh pupuk NPK 16-16-16 terhadap pertumbuhan tanaman mentimun

Setelah dilakukan pemeliharaan tanaman selama kurang lebih 12 minggu,

dilakukan pemeliharaan tanaman mentimun dari varietas unggul. Pada pemeliharaan

tersebut dilakukan pengukuran diameter batang dan jumlah daun. Pengamatan ini

dilakukan berdasarkan diberikannya perlakuan berupa pemberian pupuk dengan dosis

0 gram (kontrol); 13 gram/ tanaman; 15 gram/tanaman dan 17 gram/tanaman.

Dari hasil pengamatan pada penelitian pengaruh pupuk NPK 16-16-16

terhadap pertumbuhan tanaman mentimun, secara keseluruhan dapat dijelaskan

bahwa perlakuan pupuk NPK 16-16-16 terhadap parameter diameter batang dan

jumlah daun tidak menunjukkan hasil yang nyata pada umur 12 minggu,

Pupuk NPK 16-16-16 yang berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang

dan jumlah daun. Hal ini di duga karena diameter batang dan jumlah buah

dikendalikan oleh faktor genetik, faktor lingkungan dan tanaman itu sendiri. Hal ini

sesuai dengan pendapat Lingga (2007), yang menyatakan genotif dapat

mempengaruhi pertumbuhan kecambah dan menentukan potensial untuk jumlah

bunga , jumlah asimilasi yang diproduksi dan pembagian fotosintesa. Hal ini dapat

dimengerti bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari satu

varietas, sehingga potensi genetiknya sama (Mulyani, 2008).


31

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan yaitu perlakuan

pemberian pupuk NPK 16-16-16 berpengaruh tidak nyata terhadap parameter

diameter batang dan jumlah daun

6.2. Saran

Dari hasil penelitian ini disarankan untuk pemberian Pupuk NPK 16-

16-16 dianjurkan dengan dosis 17 gr/tanaman (N3). Dan sebaiknya dilakukan

penelitian lebih lanjut terhadap pupuk NPK 16-16-16 dengan dosis 17

gr/tanaman untuk mendapatkan hasil pertumbuhan tanaman mentimun yang

lebih baik.
32

DAFTAR PUSTAKA

Agus. 2002. Budidaya Mentimun Dengan Menggunakan Pupuk Organik. PT. Raja
Grafindo persada, Jakarta.

Cahyono, 2003. Budidaya Tanaman Mentimun. Insitut Pertanian Bogor. Bogor.

Hardjowigeno, 2007. Dasar-Dasar ilmu tanah. Erlangga. Jakarta.

Harist, 2001. Menuju Pertanian Tangguh, Jakarta

Hanafiah. 2014. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo
persada, Jakarta.

Hembing, 2000. Diktorat Bina Program Tanaman Pangan. Yogyakarta

Higa dan Wididana. 2003. Pedoman Bertanam Mentimun. CV. Yrama Widya,
Bandung.

Imdad, 2001. Sayuran Jepang. Erlangga. Jakarta.

Kalie, 2001. Teknik Budidaya Mentimun Hibrida. Kanisius. Yogyakarta.

Lingga, 2007. Aneka Jenis Tanam dan Pengunaanya. CV. Yrama Widya. Jakarta.

Mulyani, 2008. Peranan Pupuk Terhadap Tanaman Mentimun. Sinar Baru


Algesindo. Bandung.

Nawangsih, 2001. Budidaya Mentimun Intensif. CV. Yrama Widya Jakarta

Rukmana, R 2004. Budidaya Mentimun. Kanisius. Yogyakarta.


33

Sarif, 2006. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jurusan Tanah. Erlangga. Jakarta.

Susilo, 2005. Pemupukan Yang Efektif. PT. Agro Media Pustaka. Depok.

Sumpena, 2001. Kiat Bercocok Tanam Sayuran Organik. Lembaga Sehat Dompet
Dhuafa Republika.

Sutanto, 2002. Pengaruh Komposisis Media Tanam dan Pemberian Pupuk Kascing
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Mentimun. Kanisius. Yogyakarta.

Smadi, 2002. Teknik Budidaya Mentimun. Deptan. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai