Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

VOLUME 1 No. 01 Maret 2010 Tinjauan Pustaka

ASPEK PENTING PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA


MANUSIA (SDM) KESEHATAN DI ERA DESENTRALISASI

DEVELOPMENT AND EMPOWERMENT OF HEALTH HUMAN RESOURCES


THE IMPORTANT ASPECT IN DECENTRALIZATION

Misnaniarti
Bagian Administrasi Kebijakan Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

ABSTRACT
Since the decentralization applied in Indonesia, the district has flexibility to organize aspects of
government that includes several sectors, including the health sector. One aspect need to examine carefully
the impact of decentralization in the health sector is in the management of Human Resources. This paper
highlights some aspects of change in health human resources in the decentralization, used literature study.
Improving the quality of service will be related also to increase the quality of human resources as
the health service providers. Improving the quality of human resources must be done starting from the
preparation stage until utilization. Development and empowerment of human resource in decentralization
includes three main elements, including planning, procurement and utilization of health human resources.
Decentralization cause positive changes in human resource management functions in a
organizations at the provincial and district. Hopefully with this can be input in the service in health
institutions and can be used as information in support of policies on human resources development to
improve services to patients.
Keywords : decentralization, human resources, management

ABSTRAK
Sejak kebijakan desentralisasi mulai diberlakukan di Indonesia, daerah mempunyai keleluasaan
untuk menyelenggarakan aspek pemerintahan yang mencakup beberapa sektor, termasuk sektor kesehatan.
Salah satu aspek yang perlu kita cermati dengan seksama sebagai dampak pelaksanaan desentralisasi di
bidang kesehatan adalah dalam hal manajemen Sumber Daya Manusia (SDM). Makalah ini menyoroti
beberapa perubahan aspek SDM kesehatan dalam era desentralisasi, dilakukan dengan teknik studi literatur.
Peningkatan mutu pelayanan akan berhubungan juga dengan peningkatan kualitas SDM sebagai
penyelenggara pelayanan kesehatan tersebut. Peningkatan kualitas SDM harus dilakukan mulai dari tahap
persiapan hingga pemanfaatan. Pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan di era desentralisasi
mencakup tiga unsur utama, yaitu perencanaan, pengadaan dan pendayagunaan SDM kesehatan.
Desentralisasi menimbulkan perubahan yang positif pada beberapa fungsi manajemen SDM dalam
organisasi dinas tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Diharapkan dengan adanya penulisan semacam ini dapat
menjadi bahan masukan dalam pelayanan di institusi kesehatan serta dapat dijadikan sebagai informasi dalam
mendukung kebijakan-kebijakan tentang pengembangan SDM dalam meningkatkan pelayanan kepada pasien.
Kata kunci : desentralisasi, sumber daya manusia, manajemen

PENDAHULUAN dengan adanya keleluasaan daerah untuk


Kebijakan desentralisasi di Indonesia menyelenggarakan pemerintahan yang
mulai diterapkan pada tahun 2001, sehingga mencakup beberapa sektor, termasuk sektor
sejak saat itu otonomi daerah mulai kesehatan.
diberlakukan di setiap daerah di Indonesia

Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 1, No.1 Maret 2010 • 12


Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

Desentralisasi kesehatan sebenarnya kesehatan pusat dengan departemen lain yang


merupakan bagian dari desentralisasi politis sangat mempengaruhi alokasi sumber daya
dan ekonomi yang lebih luas. Mills, dkk kesehatan.
menyebutkan bahwa secara umum SDM yang tidak dikelola dengan
desentralisasi merupakan pemindahan baik juga akan menjadi ancaman terbesar
kewenangan atau pembagian kekuasaan bagi pelaksanaan kebijakan, strategi, program
dalam perencanaan pemerintahan, dan prosedur apabila tidak dikelola dengan
manajemen dan pengambilan keputusan dari seksama. Desentralisasi sebagai kebijakan
tingkat nasional ke tingkat daerah1. berniat untuk memperbaiki kinerja sistem
Menurut Ribot (2002) sebagaimana dalam hal efisiensi, kualitas pelayanan, dan
yang dijelaskan oleh Trisnantoro2 terdapat akuntabilitas. SDM sebagai operator dari
bentuk lain dari desentralisasi yaitu sistem sudah diketahui sebagai kunci sukses
desentralisasi fiskal dan desentralisasi dalam pelaksanaan desentralisasi. Namun
manajemen. Desentralisasi fiskal adalah dalam praktiknya, indikator keberhasilan
pemindahan kekuasaan untuk mengumpulkan manajemen SDM adalah sangat kompleks.3
dan mengelola sumber daya finansial, Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, di
sedangkan desentralisasi manajemen adalah antaranya mengelola SDM berarti mengubah
penyerahan tanggung jawab manajerial perilaku, dan perilaku adalah salah satu aspek
kepada manajer unit di dalam suatu individu yang paling sulit untuk diintervensi.
organisasi. Di dalam Sistem Kesehatan Nasional
Dalam era desentralisasi, sedikit (SKN) 20044 disebutkan bahwa tujuan
banyaknya terjadi perubahan pada aspek subsistem sumber daya manusia kesehatan
ketenagaan di daerah. Salah satu aspek yang adalah tersedianya tenaga kesehatan yang
perlu kita cermati dengan seksama sebagai bermutu secara mencukupi, terdistribusi
dampak pelaksanaan desentralisasi di bidang secara adil serta termanfaatkan secara
kesehatan ini adalah dalam hal manajemen berhasil guna dan berdaya guna, untuk
tenaga kesehatan sebagai sumber daya menjamin terselenggaranya pembangunan
penggerak untuk program-program di sektor kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan. Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan masyarakat yang setinggi-
dalam sektor kesehatan merupakan aspek tingginya.
penting karena merupakan input dalam Dalam era reformasi, pengembangan
pelaksanaan program pelayanan kesehatan dan pemberdayaan SDM kesehatan
sebagai bagian dari upaya meningkatkan mencakup tiga unsur utama yaitu
status kesehatan masyarakat. Peranan SDM perencanaan, pengadaan dan pendayagunaan
sebagai input juga sangat menentukan derajat SDM kesehatan.5 Sejalan dengan itu di SKN4
kesehatan suatu bangsa, yang dapat dilihat juga disebutkan bahwa subsistem SDM
dari indikator-indikator kesehatan. kesehatan terdiri tiga unsur yaitu
Dampak desentralisasi pada tenaga perencanaan, pendidikan dan pelatihan, serta
kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendayagunaan tenaga kesehatan.
kekuasaan yang akan ditransfer oleh pusat Mutu SDM kesehatan masih
kepada daerah, bagaimana peran yang baru membutuhkan pembenahan, hal ini tercermin
tersebut diformulasikan, kompetensi SDM dari kepuasan masyarakat terhadap pelayanan
yang tersedia di daerah, dan otoritas kesehatan yang belum optimal. Menurut

Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 1, No.1 Maret 2010 • 13


Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

SUSENAS 2001, ditemukan 23,2% pengembangan SDM dalam meningkatkan


masyarakat yang bertempat tinggal di pulau pelayanan kepada pasien.
Jawa dan Bali tidak/kurang puas terhadap
pelayanan rawat jalan yang diselenggarakan PEMBAHASAN
oleh rumah sakit pemerintah di kedua pulau Dalam upaya meningkatkan mutu
tersebut. pelayanan di rumah sakit perlu diperhatikan
Berbagai penelitian sudah banyak tuntutan masyarakat akan pelayanan
dilakukan oleh para praktisi maupun oleh kesehatan yang bermutu. Peningkatan mutu
mahasiswa tentang kepuasan pasien terhadap pelayanan akan berhubungan juga dengan
pelayanan tenaga kesehatan di suatu rumah peningkatan kualitas SDM sebagai
sakit, akan tetapi aplikasi dari hasil penelitian penyelenggara pelayanan kesehatan tersebut.
tersebut kadang-kadang tidak kelihatan. Peningkatan kualitas SDM harus dilakukan
Padahal mungkin saja dari hasil penelitian mulai dari tahap persiapan hingga
tersebut memang bersifat valid sehingga pemanfaatan. Menurut Hapsara5
setiap permasalahan yang ditemukan, kalau pengembangan dan pemberdayaan SDM
memang faktor itu yang dibenahi dalam kesehatan di era desentralisasi mencakup tiga
perbaikan manajemen pelayanan maka akan unsur utama, yaitu perencanaan, pengadaan
mempunyai daya ungkit yang besar terhadap dan pendayagunaan SDM kesehatan.
keberhasilan peningkatan kinerja tenaga di
rumah sakit tersebut. Perencanaan SDM
Terlepas dari status rumah sakit itu Perencanaan menurut George R.
6
pemerintah ataupun swasta, pelayanan Terry adalah menetapkan apa yang harus
kesehatan di suatu rumah sakit dituntut dilaksanakan oleh anggota-anggota organisasi
adanya tenaga kesehatan yang profesional untuk menyelesaikan pekerjaan, di mana
dan bermutu, sehingga pada akhirnya akan perlu juga ditetapkan oleh manajer bila dan
membentuk image yang baik bagi rumah bagaimana pekerjaan harus dilakukan. Bila
sakit tersebut secara keseluruhan. dikaitkan dengan konteks SDM, perencanaan
Makalah ini menyoroti beberapa tenaga kesehatan adalah upaya penetapan
perubahan aspek SDM kesehatan dalam era jenis, jumlah dan kualifikasi kesehatan sesuai
desentralisasi. Dalam penulisan makalah ini, dengan kebutuhan pembangunan kesehatan.
untuk memperkuat fakta uraian yang Kebutuhan baik jenis, jumlah maupun
mendukung isi pokok bahasan maka banyak kualifikasi tenaga kesehatan dirumuskan dan
sumber yang digunakan dengan teknik yang ditetapkan oleh pemerintah pusat berdasarkan
dilakukan adalah studi literatur yang masukan dari Majlis Tenaga Kesehatan yang
memanfaatkan data sekunder dan data tersier. dibentuk di pusat dan provinsi.4
Data tersebut didapatkan dari beberapa Perencanaan SDM juga menurut
literatur cetak maupun elektronik berupa Yaslis7 merupakan proses estimasi terhadap
buku-buku serta jurnal. jumlah SDM berdasarkan tempat,
Diharapkan dengan adanya penulisan keterampilan, dan perilaku yang dibutuhkan
semacam ini dapat menjadi bahan masukan untuk memberikan pelayanan kesehatan.
dalam pelayanan di institusi kesehatan serta Dengan kata lain meramalkan atau
dapat dijadikan sebagai informasi dalam memperkirakan siapa mengerjakan apa,
mendukung kebijakan-kebijakan tentang dengan keahlian apa, kapan dibutuhkan dan

Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 1, No.1 Maret 2010 • 14


Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

berapa jumlahnya. Melihat pengertian ini berdasarkan kebutuhan di tingkat wilayah


seharusnya perencanaan SDM di rumah sakit (propinsi/kabupaten/kota) yang
berdasarkan fungsi dan beban kerja merupakan gabungan antara kebutuhan
pelayanan kesehatan yang akan dihadapi di institusi dan organisasi.
masa depan, sehingga kompetensi SDM harus 3. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan
sesuai dengan spesifikasi SDM yang untuk bencana ; dimaksudkan untuk
dibutuhkan rumah sakit. mempersiapkan SDM kesehatan saat
Yang dimaksud perencanaan tenaga prabencana, terjadi bencana dan post
kesehatan adalah upaya penetapan jenis, bencana, termasuk pengelolaan kesehatan
jumlah dan kualifikasi tenaga sesuai dengan pengungsi.
kebutuhan pembangunan kesehatan5.
Sehingga dari kalimat ini jelas sudah bahwa Pengadaan SDM
dalam pemilihan tenaga kesehatan di suatu Pengadaan tenaga kesehatan
instansi harus memperhatikan analisis situasi dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan
pembangunan kesehatan di wilayah tersebut, tenaga kesehatan yaitu upaya untuk
jangan sampai jumlah tenaga yang ada itu pemenuhan kebutuhan tenaga sesuai dengan
kurang atau malah overkuantitas. jenis, jumlah dan kulifikasi yang telah
Perencanaan SDM kesehatan direncanakan serta peningkatan kemampuan
meliputi perencanaan kebutuhan SDM sesuai dengan kebutuhan pembangunan
kesehatan, perencanaan program SDM kesehatan.4
kesehatan, analisa dan desain pekerjaan, dan Pada umumnya jumlah SDM
sistem informasi SDM kesehatan. kesehatan belum memadai. Rasio tenaga
Perencanaan SDM selama ini masih kesehatan dengan jumlah penduduk masih
dilakukan terutama berdasarkan kebutuhan rendah. Produksi dokter setiap tahun sekitar
pemerintah, kurang memperhatikan 2.500 dokter baru, sedangkan rasio dokter
kebutuhan dan potensi masyarakat (organisasi dengan jumlah penduduk adalah 1 : 5000.
profesi, LSM, swasta dan pengobatan Produksi perawat setiap tahun sekitar 40.000
tradisional). Selain itu kurang berorientasi perawat baru, dengan rasio terhadap jumlah
pada paradigma sehat dan pengaruh penduduk adalah 1 : 2.850, sedangkan
globalisasi serta kebutuhan spesifik daerah. produksi bidan setiap tahun sekitar 600 bidan
Secara garis besar perencanaan baru dengan rasio terhadap jumlah penduduk
kebutuhan SDM kesehatan dapat adalah 2 : 2.600. Namun daya serap tenaga
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok kesehatan oleh jaringan pelayanan kesehatan
besar, yaitu8 : masih terbatas.5
1. Perencanaan kebutuhan SDM pada Dengan kemungkinan perubahan
tingkat institusi ; ditujukan pada yang cepat dan kompleks diperlukan pola
perhitungan kebutuhan SDM kesehatan pendidikan dan pelatihan yang mantap dan
untuk memenuhi kebutuhan sarana akomodatif terhadap berbagai perkebangan di
pelayanan kesehatan seperti puskesmas, segala sektor termasuk ilmu pengetahuan dan
rumah sakit, poliklinik, dan lain-lain. teknologi kesehatan. Untuk menjaga mutu
2. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan tenaga kesehatan perlu adanya kurikulum
pada tingkat wilayah ; ditujukan untuk standar dengan manajemen mutu total
menghitung kebutuhan SDM kesehatan

Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 1, No.1 Maret 2010 • 15


Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

pendidikan tenaga kesehatan secara nasional penyebaran penduduk, keadaan geografi serta
dan internasional. sarana dan prasarana.5
Dewasa ini pembinaan dan Kebijakan pegawai tidak tetap (PTT)
pengawasan SDM yang meliputi sertifikasi, belum mampu menempatkan tenaga
registrasi dan lisensi dari pelaksanaan tugas kesehatan (dokter umum, dokter gigi) secara
profesi tenaga kesehatan, belum terlaksanan merata. Pada tahun 2001 sekitar 25-40%
sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut puskesmas tidak mempunyai dokter
terlihat dari masih cukup tingginya angka khususnya di daerah dengan geografi sulit
keluhan masyarakat terhadap akan pelayanan seperti di kawasan Timur Indonesia . hal yang
kesehatan yang kurang/tidak memuaskan. sama terjadi pada bidan di desa, walaupun
Data Susenas 2001 menunjukkan menurut data yang ada hampir seluruh desa
ketidakpuasan terhadap pelayanan kesehatan tetapi pada kenyataannya di lapangan banyak
pemerintah lebih besar dibandingkan desa yang tidak memiliki bidan. Keadaan ini
pelayanan yang diberikan oleh fasilitas telah diatasi secara bertahap dengan
swasta. Mereka yang melaporkan kurang pengangkatan PNS baik untuk tenaga dokter,
puas atau tidak puas untuk pelayanan RS, dokter gigi dan paramedis melalui
puskesmas dan pustu berturut-turut adalah penyediaan 5000 formasi pegawai.5
20%, 16% dan 18%. Untuk pelayanan RS
swasta, praktek dokter dan poliklinik adalah SDM Kesehatan Pra-Desentralisasi
11%, 9% dan 9%. Ketidakpuasan ini Sebelum desentralisasi terdapat
cenderung naik dibandingkan data hasil empat lembaga yang mengatur sistem
Susenas 1998. kesehatan di daerah, yang terdiri dari :
Peran pemerintah dalam pembinaan 1. Kantor Wilayah Depkes, yang menjadi
dan pengawasan ini masih dominan. kepanjangan tangan Depkes di Provinsi
Demikian pula pengawasan institusi diklat 2. Kantor Departemen yang menjadi
SDM yang meliputi akreditasi dan subordinat kantor wilayah provinsi di
benchmarking institusi, belum terstruktur tingkat kabupaten
dengan baik. 3. Dinas kesehatan propinsi, sebagai
lembaga yang berada di bawah koordinasi
Pendayagunaan SDM pemerintah provinsi
Pendayagunaan tenaga kesehatan 4. Dinas kesehatan kabupaten/kota, sebagai
adalah upaya pemerataan, pemanfaatan, lembaga yang berada di bawah koordinasi
pembinaan dan pengawasan tenaga pemerintah kabupaten/kota
kesehatan.4 Pendayagunaan SDM yang Dengan adanya keempat lembaga yang
meliputi sistem penempatan, penghargaan mengatur sistem kesehatan, maka kegiatan
dan sanksi serta peningkatan karir profesional supervisi di lapangan menimbulkan masalah
masyarakat dan belum ada kejelasan yang berkaitan dengan power and respect.
wewenang antara pemerintah dan Telah terjadi kehilangan wibawa untuk satu
masyarakat. Pendayagunaan SDM belum lembaga dan kelebihan respect untuk
sepenuhnya memperhatikan segi lembaga lainnya karena memiliki power
perimbangan kebutuhan pemerintah dan dalam kegiatan supervisi sehingga misi dari
unsur masyarakat yang disesuaikan dengan supervisi yang bertujuan untuk menciptakan
kebijakan yang berlaku, keadaan dan perbaikan sering tidak tercapai.3

Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 1, No.1 Maret 2010 • 16


Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

Kegiatan human resource planning yang responsif terhadap kebutuhan


berada di Depkes sehingga pola rekruitmen masyarakat
dan transferral tenaga kesehatan sepenuhnya 3) Memperkuat kerja sama dan integrasi
berada dalam kebijakan pusat. Kemudian pelayanan masyarakat di daerah
timbul masalah yang berkaitan dengan pola 4) Restrukturisasi dan efisiensi pelayanan
ketenagaagn dan distribusi karena tidak masyarakat
tersedianya informasi mengenai kebutuhan 5) Mendukung inovasi dan pengembangan
tenaga dan realokasi tenaga di masing-masing pelayanan masyarakat
daerah. Untuk transfer tenaga kesehatan yang
terjadi adalah kelambatan pengiriman tenaga Namun, seperti yang banyak dikhawatirkan
ke daerah karena lamanya prosedur oleh para pakar pembangunan kesehatan,
administrasi. Dalam konteks pola ketenagaan hasil yang dicapai pada tahun-tahun pertama
yang terjadi adalah : pelaksanaan desentralisasi pelayanan
1. Over staffing untuk tenaga non- kesehatan tidak berhasil meningkatkan
profesional (tenaga non-teknis) penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
2. Under staffing untuk tenaga profesional efisien, adil dan merata maupun tepat guna.
(tenaga teknis) Hal ini bisa disebabkan karena lemahnya
kemampuan SDM daerah dalam
Dalam organisasi dinas, populasi merencanakan dan mengelola pembangunan
terbanyak adalah tenaga adminstrasi yang kesehatan secara mandiri.
perekrutannya lebih bernuansa politis Tenaga kerja merupakan sumber
daripada berdasarkan kebutuhan. Dalam hal daya terpenting sesudah pembiayaan
pelatihan tenaga kesehatan, program yang kesehatan, termasuk salah satu kesulitan-
dijalankan adalah program pusat yang kesulitan yang timbul dalam pelaksanaan
diselenggarakan di pusat atau di daerah. Hal desentralisasi. Isu-isu paling relevan adalah
ini menyebabkan sering terjadi mis-match yang berkaitan dengan human resource
antara kebutuhan pelatihan yang terkait erat planning dan supplai tenaga, mengakibatkan
pada masalah lapangan dengan program yang distribusi tenaga yang tidak merata.
diberikan. Kemudian isu yang terkait dengan
administrasi dan informasi, di antaranya
Dampak Desentralisasi terhadap SDM adalah3 : peran organisasi yang mengelola
Desentralisasi merupakan bentuk kesehatan, distribusi SDM yang tidak merata,
reformasi sektor pelayanan masyarakat yang pola rekruitment tenaga kesehatan dan pola
banyak ditempuh oleh berbagai negara, baik ketenagaan, kebutuhan staf untuk kategori-
negara maju maupun negara berkembang kategori tertentu atau kebutuhan akan
pada era tahun 1980-an dan 1990-an. Pada keterampilan-keterampilan yang lebih
umumnya desentralisasi dilaksanakan oleh spesifik, supervisi, training, pemberdayaan
adanya dorongan politik yang bertujuan dan utilisasi, pola pengurangan pegawai, serta
untuk9 : sistem informasi SDM
1) Meningkatkan wewenang dan tanggung Menurut Ilyas7, pada era
jawab pemerintah daerah desentralisasi terjadi perubahan yang
2) Meningkatkan keikutsertaan masyarakat mendasar pada manajemen SDM kesehatan
dan penyelenggara pelayanan masyarakat seperti :

Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 1, No.1 Maret 2010 • 17


Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

1. Terjadinya perubahan pola manajemen adanya redefinisi struktur organisasi, fungsi


SDM yang tadinya sangat sentralis dan tanggung jawab pelayanan kesehatan
menjadi lebih desentralis antara pusat dan daerah, serta realokasi SDM
2. Terjadinya perubahan pola perencanaan kesehatan itu sendiri.
dan pengelolaan SDM kesehatan yang Proses tersebut di atas membutuhkan
tadinya sangat top down menjadi bottom perhatian yang sangat tinggi dan hati-hati
up terhadap isu yang sangat mempengaruhi
3. Terjadinya transfer otoritas yang tadinya sukses atau gagalnya proses desentralisasi.
pusat sangat power full menjadi sharing Ada 4 masalah yang harus ditangani dengan
power dengan daerah baik oleh eksekutif SDM kesehatan terutama
4. Terjadinya tuntutan perubahan regulasi di daerah7, yaitu :
SDM kesehatan yang tadinya otoritas a. Tersedianya informasi SDM kesehatan
sangat terpusat menjadi lebih diwarnai yang adekuat
otoritas daerah. Status tenaga b. Kompleksitas transfer SDM
dipekerjakan dan diperbantukan mungkin c. Pengaruh Pemda, DPRD, Assosiasi dan
perlu ditinjau ulang, untuk memberikan LSM
otoritas lebih besar kepada daerah untuk d. Moral dan motivasi SDM
mengelola SDM kesehatan sesuai dengan
kebutuhan mereka. Implementasi desentralisasi di daerah
5. Terjadinya perubahan jelas terhadap diharapkan dapat membawa dampak yang
fungsi dan tanggung jawab pusat dengan positif bagi pengembangan SDM tenaga
daerah secara jelas. Separasi bidang kerja kesehatan, yaitu3 :
antara pusat dan daerah menjadi hal yang 1. Penyatuan administrasi kesehatan di
perlu ditentukan secara jelas dan tingkat provinsi dan kabupaten
konsisten. 2. Pemberdayaan dinas tingkat
Tuntutan perubahan ini turut mengubah visi kabupaten/kota sesuai dengan atmosfer
dan konsep manajemen SDM kesehatan yang UU No.22 tahun 1999 (selanjutnya
selama ini diadopsi oleh Departemen diperbaharui dengan UU No. 32. tahun
Kesehatan. Perubahan total terhadap perilaku 2004)
manajemen harus dilakukan dengan merujuk 3. Pemberian kesempatan untuk menjalankan
kepada perubahan yang dituntut oleh era fungsi manajemen SDM di tingkat
desentralisasi. provinsi atau tinglat kabupaten/kota
Untuk menerapkan desentralisasi seperti rekruitment, penempatan,
SDM kesehatan merupakan masalah yang pemberdayaan, pemberian penghargaan
sangat kompleks. Hal ini tidak hanya dan pelepasan
menyangkut transfer personel, tetapi juga 4. Pengurangan pegawai sampai dengan 25%
kompetensi, administratif, serta seluruh aspek pada tahun 2005
yang berhubungan dengan pengelolaan SDM.
Keputusan politik tinggi tentang Dampak desentralisasi lainnya adalah
desentralisasi menuntut perubahan peran dan adanya peran baru dan transfer of authority
tanggung jawab yang baru dari organisasi menyebabkan karier fungsional memiliki
kesehatan baik di pusat maupun daerah. prosfek pengembangan yang lebih luas dan
Sehingga untuk merespon keadaan ini perlu

Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 1, No.1 Maret 2010 • 18


Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

bersifar antar wilayah dibandingkan dengan 3. Meliala, Andreasta (2005). Desentralisasi


karier struktural yang makin sempit. Manajemen Sumber Daya Manusia
Dengan desentralisasi, maka masing- Kesehatan ; Pengalaman Implementasi di
Daerah Istimewa Yogyakarta. dalam :
masing dinas wajib memiliki SDM yang
Trisnantoro L, (editor), Desentralisasi
handal untuk memiliki jabatan strategis. Oleh Kesehatan di Indonesia dan Perubahan
sebab itu keberadaan SDM dengan tingkat Fungsi Pemerintah : 2001-2003, Apakah
pendidikan yang tinggi akan meningkatkan Merupakan Periode Uji Coba? Gajah
kinerja organisasi. Pejabat struktur tingkat Mada University Press, Yogyakarta.
seksi di dinas provinsi diperkecil. 4. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor : 131/
KESIMPULAN DAN SARAN
Menkes/SK/II/2004 tentang Sistem
Desentralisai menimbulkan Kesehatan Nasional 2004.
perubahan yang positif pada beberapa fungsi 5. Hapsara, R. Habib Rachmat (2004).
manajemen SDM dalam organisasi dinas Pembangunan Kesehatan di Indonesia ;
tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Prinsip Dasar, Kebijakan, Perencanaan
Desentralisasi menimbulkan inspirasi bagi dan Kajian Masa Depannya, Gajah Mada
daerah untuk melaksanakan peran sentral, University Press, Yogyakarta.
6. Sarwoto (1991). Dasar-dasar Organisasi
misalnya dalam pengadaan dan
dan Manajemen. Ghalia Indonesia.
pendayagunaan tenaga kesehatan. Jakarta
Desentralisasi merupakan salah satu faktor 7. Ilyas, Y (2004). Perencanaan SDM
pendukung terjadinya perubahan pola Rumah Sakit ; Metode, Teori dan
manajemen SDM di daerah. Formula, Badan Penerbit FKM UI,
Disarankan kepada pihak Pemerintah Depok.
8. Departemen Kesehatan RI (2004).
Daerah dapat meninjau ulang sistem
Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan
perekrutan tenaga kesehatan agar sesuai Nomor : 81/Menkes/SK/I/2004 tentang
dengan kebutuhan. Agar pihak SDM Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM
kesehatan di daerah, baik medis maupun Kesehatan di Tingkat Propinsi,
nonmedis senantiasa meningkatkan Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit
kemampuan dan keterampilan dalam bekerja 9. Eka, Asih Putri (2005). Implikasi
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Desentralisai sistem Kesehatan
Masyarakat dan Paket Agenda Reformasi
kepada masyarakat
Kesehatan ; Pelajaran Menarik dari
Filipina bagi Indonesia. dalam :
DAFTAR PUSTAKA Trisnantoro L, (2005), Desentralisasi
1. Mills A, Vaughan JP, Smith Kesehatan di Indonesia dan Perubahan
DL,Tabibzadeh I (1991). Desentralisasi Fungsi Pemerintah : 2001-2003, Apakah
Sistem Kesehatan; Konsep-konsep, Isu- Merupakan Periode Uji Coba? Gajah
isu, dan Pengalaman di Berbagai Mada University Press, Yogyakarta
Negara. Gajah Mada Univeristy Press.
Yogyakarta
2. Trisnantoro L, (2005), Desentralisasi
Kesehatan di Indonesia dan Perubahan
Fungsi Pemerintah : 2001-2003, Apakah
Merupakan Periode Uji Coba? Gajah
Mada University Press, Yogyakarta.

Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 1, No.1 Maret 2010 • 19

Anda mungkin juga menyukai