Dalam beberapa riset menjukkan bahwa dukungan sosial diyakini bisa menjadi alat
bantu atau penun jang untuk meningkatkan derajat kesehatan sesorang. Hal ini dikarenakan
dengan adanya dukungan sosial yang baik maka akan menciptakan sebuah lingkungan yang
baik pula. Lingkungan yang baik kana memberikan rasa nyaman yang membuat sesorang
merasa dikasih sayangi dan dicintai. Sehingga mampu membentuk suasana emosi yang baik,
dan membuat orang tersebut bahagia selalu. Seperti yang sudah banyak dijelaskan dari
berbagai sumber,, bahwa banyak penyakit muncul akibat stress atau keadaan emosional yang
kurang baik. Oleh karena itu, perlu dipelajari dan dipahami lagi mengenai dukungan sosial
lebih dalam lagi, agar mampu untuk menjadi alat bantu meningkatkan derajat kesehatan
seseorang.
Dukungan sosial bisa artikan sebagai informasi yang membuat seseorang meyakini
bahwa ia dipedulikan, disayangi, dihargai dan termasuk anggota suatu jaringan yang
memiliki beberapa kewajiban timbal balik (Cobb, 1976).
Beberapa pengertian dukungan sosial menurut para ahli adalah sebagi berikut :
Menurut Schwarzer and Leppin, 1990 dalam Smet, 1994; dukungan sosial dapat dilihat
sebagai fakta sosial atas dukungan yang sebenarnya terjadi atau diberikan oleh orang lain
kepada individu (perceived support) dan sebagai kognisi individu yang mengacu pada
persepsi terhadap dukungan yang diterima (received support).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah suatu
bantuan atau support yang berasal dari orang lain yang memiliki hubungan sosial baik
dengan individu yang menerima bantuan. Bentuk dukungan ini dapat berupa perkataan,
tingkah laku, atau materi yang dapat menjadikan individu yang menerima bantuan merasa
disayangi, dicintai, diperhatikan dan bernilai.
Dukungan sosial setiap orang berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruh beberapa faktor.
Menurut stanley (2007), faktor- faktor yang mempengaruhi dukungan sosial adalah sebagai
berikut :
1. Kebutuhan fisik
Kebutuhan fisik dapat mempengaruhi dukungan sosial. Adapun kebutuhan fisik
meliputi sandang, pangan dan papan. Apabila seseorang tidak tercukupi kebutuhan
fisiknya maka seseorang tersebut kurang mendapat dukungan sosial.
2. Kebutuhan sosial
Dengan aktualisasi diri yang baik maka seseorang lebih kenal oleh masyarakat
daripada orang yang tidak pernah bersosialisasi di masyarakat. Orang yang
mempunyai aktualisasi diri yang baik cenderung selalu ingin mendapatkan pengakuan
di dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu pengakuan sangat diperlukan untuk
memberikan penghargaan.
3. Kebutuhan psikis
Dalam kebutuhan psikis pasien pre operasi di dalamnya termasuk rasa ingin tahu,
rasa aman, perasaan religius, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain.
Apalagi jika orang tersebut sedang menghadapi masalah baik ringan maupun berat,
maka orang tersebut akan cenderung mencari dukungan sosial dari orang- orang
sekitar sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan dan dicintai.
Dukungan sosial dapat diwujudkan dalam beberapa aktivitas atau perilaku yang
beraneka ragam. Bisa diwujudkan dalam suatu tindakan ataupun ucapan. Menurut Cohen &
Syme (1985), mengklasifikasikan dukungan sosial dalam 4 kategori yaitu :
1. Dukungan informasi, yaitu memberikan penjelasan tentang situasi dan segala sesuatu
yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi individu. Dukungan ini,
meliputi memberikan nasehat, petunjuk, masukan atau penjelasan bagaimana
seseorang bersikap.
2. Dukungan emosional, yang meliputi ekspresi empati misalnya mendengarkan,
bersikap terbuka, menunjukkan sikap percaya terhadap apa yang dikeluhkan, mau
memahami, ekspresi kasih sayang dan perhatian. Dukungan emosional akan membuat
si penerima merasa berharga, nyaman, aman, terjamin, dan disayangi.
3. Dukungan instrumental adalah bantuan yang diberikan secara langsung, bersifat
fasilitas atau materi misalnya menyediakan fasilitas yang diperlukan, meminjamkan
uang, memberikan makanan, permainan atau bantuan yang lain.
4. Dukungan appraisal atau penilaian, dukungan ini bisa terbentuk penilaian yang
positif, penguatan (pembenaran) untuk melakukan sesuatu, umpan balik atau
menunjukkan perbandingan sosial yang membuka wawasan seseorang yang sedang
dalam keadaan stres.
Sumber dukungan sosial yang bersifat natural berbeda dengan sumber dukungan
sosial yang bersifat artifisial dalam sejumlah hal. Perbedaan tersebut terletak dalam hal
sebagai berikut ;
1. Keberadaan sumber dukungan sosial natural bersifat apa adanya tanpa dibuat- buat
sehingga lebih mudah diperoleh dan bersifat spontan.
2. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki kesesuaian dengan norma yang
berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan.
3. Sumber dukungan sosial yang natural berakar dari hubungan yang telah berakar lama.
4. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki keragaman dalam penyampaian
dukungan sosial, mulai dari pemberian barang- barang nyata hingga sekedar menemui
seseorang dengan penyampaian salam.
5. Sumber dukungan sosial yang natural terbebas dari beban dan label psikologis .
Menurut Wangmuba (2009), sumber dukungan sosial yang natural terbebas dari beban
dan label psikologis terbagi atas :
Ada beberapa bentuk dukungan sosial, salah satunya menurut Kaplan and Saddock
(1998), adapun bentuk dukungan sosial adalah sebagai berikut :
Sedangkan menurut Sarafino (2006) terdapat lima bentuk dukungan sosial yaitu :
a. Dukungan emosional
Terdiri dari ekspresi seperti perhatian, empati, dan turut prihatin kepada
seseorang. Dukungan ini akan menyebabkan penerima dukungan merasa nyaman,
tenteram kembali, merasa dimiliki dan dicintai ketika dia mengalami stres,
memberi bantuan dalam bentuk semangat, kehangatan personal, dan cinta.
b. Dukungan penghargaan
Dukungan ini dapat menyebabkan individu yang menerima dukungan
membangun rasa menghargai dirinya, percaya diri, dan merasa bernilai. Dukungan
jenis ini akan sangat berguna ketika individu mengalami stres karena tuntutan
tugas yang lebih besar daripada kemampuan yang dimilikinya.
c. Dukungan instrumental
Merupakan dukungan yang paling sederhana untuk didefinisikan, yaitu
dukungan yang berupa bantuan secara langsung dan nyata seperti memberi atau
meminjamkan uang atau membantu meringankan tugas orang yang sedang stres.
d. Dukungan informasi
Orang-orang yang berada di sekitar individu akan memberikan dukungan
informasi dengan cara menyarankan beberapa pilihan tindakan yang dapat
dilakukan individu dalam mengatasi masalah yang membuatnya stres.
e. Dukungan kelompok
Merupakan dukungan yang dapat menyebabkan individu merasa bahwa
dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok dimana anggota-anggotanya dapat
saling berbagi.
Sedangkan menurut Cohen dan Hoberman, dukungan sosial terbagi menjadi empat
bentuk, yaitu (Isnawati dkk, 2013:3):
1. Appraisal Support, yaitu adanya bantuan yang berupa nasihat yang berkaitan dengan
pemecahan suatu masalah untuk membantu mengurangi stressor.
2. Tangiable support, yaitu bantuan yang nyata yang berupa tindakan atau bantuan fisik
dalam menyelesaikan tugas.
3. Self esteem support, yaitu dukungan yang diberikan oleh orang lain terhadap perasaan
kompeten atau harga diri individu atau perasaan seseorang sebagai bagian dari sebuah
kelompok dimana para anggotanya memiliki dukungan yang berkaitan dengan self-
esteem seseorang.
4. Belonging support, yaitu dukungan yang menunjukkan perasaan diterima menjadi
bagian dari suatu kelompok dan rasa kebersamaan.
1.1.8 Dampak Dukungan Sosial
Dukungan sosial merupakan bantuan atau dukungan yang diterima individu dari
orang-orang tertentu dalam kehidupannya. Diharapkan dengan adanya dukungan sosial maka
seseorang akan merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai. Dukungan sosial dapat
memberikan kenyamanan fisik dan psikologis kepada individu dapat dilihat bagaimana
dukungan sosial mempengaruhi kejadian dan efek dari keadaan kecemasan.
Menurut Sarafino (2006), dukungan sosial dapat mempengaruhi fisik dan psikologis
individu yang dijelaskan dalam dua teori berikut ini:
Dukungan sosial merupakan bantuan atau dukungan yang diterima individu dari
orang- orang tertentu dalam kehidupannya. Diharapkan dengan adanya dukungan sosial maka
seseorang akan merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai. Dengan pemberian dukungan
sosial yang bermakna maka seseorang akan mengatasi rasa cemasnya terhadap pembedahan
yang akan dijalaninya (Suhita, 2005).
Dukungan sosial dapat memberikan kenyamanan fisik dan psikologis kepada individu
dapat dilihat dari bagaimana dukungan sosial mempengaruhi kejadian dan efek dari keadaan
kecemasan. Lieberman (1992) mengemukakan bahwa secara teoritis dukungan sosial dapat
menurunkan munculnya kejadian yang dapat mengakibatkan kecemasan. Apabila kejadian
tersebut muncul, interaksi dengan orang lain dapat memodifikasi atau mengubah persepsi
individu pada kejadian tersebut dan oleh karena itu akan mengurangi potensi munculnya
kecemasan.
Dukungan sosial juga dapat mengubah hubungan antara respon individu pada
kejadian yang dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan itu sendiri mempengaruhi strategi
untuk mengatasi kecemasan dan dengan begitu memodifikasi hubungan antara kejadian yang
menimbulkan kecemasan dan efeknya. Pada derajat dimana kejadian yang menimbulkan
kecemasan mengganggu kepercayaan diri dan dukungan sosial dapat memodifikasi efek itu.
Sheridan and Radmacher (1992), Rutter, dkk. (1993), Sarafino (1998) serta Taylor
(1999) mengemukakan dua model untuk menjelaskan bagaimana dukungan sosial dapat
mempengaruhi kejadian dan efek dari keadaan kecemasan, yaitu:
1. Dukungan yang tersedia tidak dianggap sebagai sesuatu yang membantu. Hal ini
dapat terjadi karena dukungan yang diberikan tidak cukup, individu merasa tidak
perlu dibantu atau terlalu khawatir secara emosional sehingga tidak
memperhatikan dukungan yang diberikan.
2. Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan individu.
3. Sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu seperti melakukan
atau menyarankan perilaku tidak sehat.
4. Terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam melakukan sesuatu yang
diinginkannya. Keadaan ini dapat mengganggu program rehabilitasi yang
seharusnya dilakukan oleh individu dan menyebabkan individu menjadi
tergantung pada orang lain.
Terdapat 3 faktor yang sebagai penghambat pemberian dukungan sosial pada seorang yaitu
“Apollo dan Cahyadi. 2012:262” :
1. Penarikan diri menurut orang lain disebabkan lantaran harga diri yg rendah ketakutan
dikritik, pengharapan bahwa orang lain tidak akan menolong seperti menghindar,
mengutuk diri, membisu, menjauh, nir mau meminta bantuan.
2. Melawan orang lain, misalnya sikap curiga, tidak sensitif, tidak timbal balik &
agresif.
3. Tindakan sosial yg tidak pantas, seperti membicarakan dirinya secara terus menerus,
mengganggu orang lain, berpakaian tidak pantas & tidak pernah merasa puas
Dukungan sosial merupakan bentuk hubungan antar manusia yang berperan menjadi
penengah atau jembatan antara status hubungan (integrasi soaial) dengan kesehata (Atkins et
al, 1991).
Dukungan sosial juga bisa dilihat sebagai kegiatan sehari-hari yang dilakukan
berasama dalam ikatan keluarga dan pertemanan (Vaux, 1988). Terdapat dua jenis dukungan
sosial, ditinjau dari cara pengukurannya, yaitu dukungan sosial struktrual dan fungsional.
Dukungan sosial ialah informasi yang membuat seseorang meyaakini bahwa ia dipedulikan,
disayangi, dihargai dan termasuk anggota jaringan yang memiliki beberapa kewajiban timbal
balik (Cobb, 1976). Dukungan Sosial bisa juga diartikan sebagai kegiatan sehari-hari berbagi
tugas dan perasaan, bertukar informasi dan afeksi, hingga pengalaman manusia yang dramatis
seperti kegembiraan cinta, skitnya isolasi, ikatan keluarga dan ikatan pertemanan
(Vaux,1988).
Dukungan sosial struktural diukur dengan ukuran jejaring sosial. Sementara dukungan
sosial fungsional diukur dengan sejauh mana kebutuhan psikologis dan tujuan seseorang
dipenuhi oleh jejaring sosialnya (Berscheid & Regan, 2005). Jenis dukungan sosial
fungsional yang sering digunakan ialah dukungan emosional seperti ekspresi yang
menenangkan atau membuat seseorang merasa berharga; dukungan appraisal, misalnya
memberikan nasihat, informasi dan panduan; serta dukungan instrumental, dalam bentuk
materi seperti uang (Berscheid & Reis, 1998). Contohnya adalah jika sahabat menunjukkan
ekspresi yang membuat tenang saat kita sedang stres, berarti ia sedang memberikan dukungan
emosional untuk kita.
Aspek penting lainnya dari dukungan sosial ialah perceived support, yaitu persepsi
mengenai dukungan yang diterima. Perceived support tidak berhubungan dengan enacted
support atau dukungan yang diberikan secara aktual oleh sang pemberi dukungan (Cutrona,
1990). Artinya, meskipun seseorang merasa telah memberi dukungan, belum tentu si
penerima merasa didukung. Faktor yang mempengaruhi perceived support antara lain ialah
atribusi mengenai perilaku pasangan (atribusi: pikiran mengenai alasan perilaku tersebut,
apakah perilaku tersebut dilakukan secara sukarela dan dilandasi oleh motif yang tidak
egois), mood, dan kepuasan pernikahan (Fincham & Bradburry, 1990; Cutrona & Suhr,
1994). Oleh karena itu, untuk dapat memahami proses dukungan sosial, maka perlu
memperjelas peran hubungan personal dalam pemberian, penerimaan dan evaluasi dari
dukungan sosial (Sarason, Sarason, Gurung, 2001). Seperti yang dilakukan Cutrona (1996)
dengan mendefinisikan dukungan sosial sebagai perilaku yang mengkomunikasikan rasa
peduli, memvalidasi keberhargaan diri, perasaan, dan perilaku orang lain; atau memfasilitasi
cara mengatasi masalah yang adaptif melalui penyediaan informasi, bantuan, atau
sumberdaya lainnya (Cutrona, 1996). Definisi dari Cutrona tersebut memperjelas kaitan
antara dukungan yang diberikan atau diterima dengan konsep lainnya seperti rasa percaya,
cinta dan komitmen (Berscheid & Regan, 2005).
Hubungan antara dukungan sosial dan kesehatan bisa dilihat sebagai: a) hubungan
langsung, orang yang mendapatkan dukungan sosial akan lebih dapat menjaga kesehatan
(direct effect hypothesis) atau b) dukungan sosial melindungi diri seseorang hanya saat ia
mengalami stress, sehingga tidak memiliki efek jika tidak ada stress yang terjadi (stress-
buffering effect hypothesis). Stress tidak terhindarkan dalam hidup manusia, sehingga
hipotesis kedua lebih sering dibahas dalam berbagai penelitian. Stres ialah proses saat
seseorang mempresepsi dan merespon situasi yang mengancam kesejahteraannya. Dalam
kondisi stres, tubuh merespon dengan reaksi fight or flight, ditandai dengan perubahan pada
sistem cardiovaskuler dan endokrin.
Lebih dalam lagi, Lazarus, seperti dijelaskan oleh Berscheid & Regan (2005),
mengajukan Transactional model of stress, menjelaskan bahwa respon individu pada suatu
kejadian tergantung pada penilaian kognitif terhadap kejadian. Maka, perubahan respon
fisiologis terjadi saat seseorang menilai kejadian sebagai menekan (stressful). Saat terjadi
perubahan, tubuh berusaha mempertahankan kondisi keseimbangan (homeostasis), sehingga
bukan hanya satu sistem yang berubah, tapi keseluruhan sistem. Jika terjadi stres kronis,
maka dapat terjadi allostatic load, atau perubahan sistem tubuh yang relatif menetap sehingga
merusak fungsi organ tubuh dan bisa mengakibatkan sakit fisik.
Dalam McEwen & Stellar (1993) perubahan dramatis dalam jangkauan operasi sitem
fisiologi bisa merusak sistem tersebut atau biasa disebut allostatic load. Pengertian dari
allostatic load adalah tekanan pada tubuh karena perubahan respon fisiologis yang berulang,
karena menanggapi kondisi lingkungan. Sedangkan menurut Sterling & Eyer (1988)
Allostatis adalah kemampuan tubuh untuk mengubah fungsi ketubuhuan ke kondisi yang
baru, sebagai respon dari perubahan lingkungan. Selain kondisi tersebut ada juga yang
dinamakan Homeostatis yaitu usaha tubuh untuk mempertahankan kondisi equilibrium
(Cannon, 1932).
Dukungan sosial, terutama dari figur yang familiar, dapat menurunkan stres, baik
pada tikus, monyet, maupun pada manusia dewasa (Berscheid & Pamela, 2005). Hubungan
keluarga merupakan sumber dukungan sosial yang penting untuk mendukung fungsi imun
tubuh. Hal ini didukung oleh penelitian yang memperlihatkan bahwa tingkat kematian dan
penyakit cenderung lebih rendah pada orang yang menikah daripada yang tidak menikah
(Gordon & Rosenthal, 1995; Seeman, 2001).
Dukungan sosial yang paling baik dan berpengaruh adalah dari keluarga. Hubungan
keluarga merupakan sumber dukungan sosial yang penting untuk mendukung fungsi imun
tubuh. Menurut Gordon & Rosenthal (1995) tingkat kematian dan penyakit cenderung rendah
pada orang yang menikah daripada tidak menikah, karena hubungan keluarga yang dibuat
suami dan istri.
Akan tetapi, status menikah semata tidak cukup untuk memberi dampak positif pada
kesehatan. Meta analisis Kiecold-Glaser, Newton (2001) menemukan bahwa pernikahan yang
tidak bahagia berhubungan dengan 2.5 kali resiko lebih tinggi terkena depresi. Di sisi lain,
Semakin tinggi kualitas pernikahan, semakin rendah kemungkinan mengalami sakit fisik
(Wickrama, Lorenz, Conger, & Elder, 1997).
Studi longitudinal dari Miller, Hollist, Olsen, Law (2013) juga mendukung fakta
bahwa kebahagiaan pernikahan dan permasalahan dalam pernikahan berhubungan dengan
kesehatan fisik. Perubahan dalam kebahagiaan pernikahan berhubungan dengan perubahan
kesehatan pada pasangan yang lebih muda, dan perubahan permasalahan pernikahan
berhubungan dengan perubahan masalah kesehatan pada cohort yang lebih tua (midlife).
Referensi:
Atkins, C. J., Kaplan, R. M., Toshima, M. T. (1991). Close Relationships in the epidemiology of
cardiovascular disease. In W. H. Jones & D. Perlman (Eds). Advances in personal
relationships (Vol 2, pp. 207-231). London: Jessica Kingsley.
Berscheid, E., Regan, P. (2005). The Psychology of Interpersonal Relationship. New Jersey:
Pearson.
Cutrona, C. E. (1990). Stress and social support: In search of optimal matching. Journal of Social
and Clinical Psychology, 9, 3-14.
Miller, R. B., Hollist, C. S., Olsen, J., & Law, D. (2013). Marital Quality and Health Over 20
Years: A Growth Curve Analysis. Journal of Marriage and Family, 75(3), 667–
680. http://doi.org/10.1111/jomf.12025
Vaux, A. (1988). Social support: Theory, research, and intervention. New York: Praeger.
Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Literasi Media Publishing.
Sodik, M. A. (2015, April). The “Kimcil” Phenomenon: Sexual Knowledge and Safe Sex
Behaviour among Adolescents in Kediri. In The 1st Joint International Conference.
Sodik, M. A. (2014). Sikap Pencegahan Aborsi Ditinjau Dari Pengetahuan Tentang Bahaya Dan
Resiko Kesehatan. Strada Jurnal Kesehatan http://publikasi. stikesstrada. ac.
id/wpcontent/uploads/2015/02/9-SIKAP-SIKAPPENCEGAHAN-ABORSI. pdf.
Sodik, M. A., & Nzilibili, S. M. M. (2017). The Role Of Health Promotion And Family Support
With Attitude Of Couples Childbearing Age In Following Family Planning Program In
Health. Journal of Global Research in Public Health, 2(2), 82-89.
Al Annas, S. N. N., Indasah, I., Yudhana, A., & Sodik, M. A. (2018). Analysis of Using Basic
Material and Process on Organoleptic Result of Tempe Chips in Ngantru Trenggalek.
Indonesian Journal of Nutritional Epidemiology and Reproductive, 1(1), 46-55.