Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KESEHATAN

Dalam beberapa riset menjukkan bahwa dukungan sosial diyakini bisa menjadi alat
bantu atau penun jang untuk meningkatkan derajat kesehatan sesorang. Hal ini dikarenakan
dengan adanya dukungan sosial yang baik maka akan menciptakan sebuah lingkungan yang
baik pula. Lingkungan yang baik kana memberikan rasa nyaman yang membuat sesorang
merasa dikasih sayangi dan dicintai. Sehingga mampu membentuk suasana emosi yang baik,
dan membuat orang tersebut bahagia selalu. Seperti yang sudah banyak dijelaskan dari
berbagai sumber,, bahwa banyak penyakit muncul akibat stress atau keadaan emosional yang
kurang baik. Oleh karena itu, perlu dipelajari dan dipahami lagi mengenai dukungan sosial
lebih dalam lagi, agar mampu untuk menjadi alat bantu meningkatkan derajat kesehatan
seseorang.

Dukungan sosial bisa artikan sebagai informasi yang membuat seseorang meyakini
bahwa ia dipedulikan, disayangi, dihargai dan termasuk anggota suatu jaringan yang
memiliki beberapa kewajiban timbal balik (Cobb, 1976).

Beberapa pengertian dukungan sosial menurut para ahli adalah sebagi berikut :

 Diamtteo (1991) mendefinisikan dukungan sosial sebagai dukungan atau bantuan


yang berasal dari orang lain seperti teman, tetangga, teman kerja dan orang- orang
lainnya.
 Gottlieb (dalam Smet, 1994) menyatakan dukungan sosial terdiri dari informasi
atau nasehat verbal maupun non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang
didapatkan karena kehadiran orang lain dan mempunyai manfaat emosional atau
efek perilaku bagi pihah penerima.
 Pierce (dalam Kail and Cavanaug, 2000) mendefinisikan dukungan sosial sebagai
sumber emosional, informasional atau pendampingan yang diberikan oleh orang-
orang disekitar individu untuk menghadapi setiap permasalahan dan krisis yang
terjadi sehari- hari dalam kehidupan.
 Rook (1985, dalam Smet, 1994) mendefinisikan dukungan sosial sebagai salah satu
fungsi pertalian sosial yang menggambarkan tingkat dan kualitas umum dari
hubungan interpersonal yang akan melindungi individu dari konsekuensi stres.
Dukungan sosial yang diterima dapat membuat individu merasa tenang,
diperhatikan, timbul rasa percaya diri dan kompeten.
 Sarafino (2006) menyatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada memberikan
kenyamanan pada orang lain, merawatnya atau menghargainya.
 Saroson (dalam Smet, 1994) yang menyatakan bahwa dukungan sosial adalah
adanya transaksi interpersonal yang ditunjukkan dengan memberikan bantuan pada
individu lain, dimana bantuan itu umunya diperoleh dari orang yang berarti bagi
individu yang bersangkutan. Dukungan sosial dapat berupa pemberian infomasi,
bantuan tingkah laku, ataupun materi yang didapat dari hubungan sosial akrab yang
dapat membuat individu merasa diperhatikan, bernilai, dan dicintai.

Menurut Schwarzer and Leppin, 1990 dalam Smet, 1994; dukungan sosial dapat dilihat
sebagai fakta sosial atas dukungan yang sebenarnya terjadi atau diberikan oleh orang lain
kepada individu (perceived support) dan sebagai kognisi individu yang mengacu pada
persepsi terhadap dukungan yang diterima (received support).

            Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah suatu
bantuan atau support yang berasal dari orang lain yang memiliki hubungan sosial baik
dengan individu yang menerima bantuan. Bentuk dukungan ini dapat berupa perkataan,
tingkah laku, atau materi yang dapat menjadikan individu yang menerima bantuan merasa
disayangi, dicintai, diperhatikan dan bernilai.

1.1.2 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Sosial

Dukungan sosial setiap orang berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruh beberapa faktor.
Menurut stanley (2007), faktor- faktor yang mempengaruhi dukungan sosial adalah sebagai
berikut :

1. Kebutuhan fisik
Kebutuhan fisik dapat mempengaruhi dukungan sosial. Adapun kebutuhan fisik
meliputi sandang, pangan dan papan. Apabila seseorang tidak tercukupi kebutuhan
fisiknya maka seseorang tersebut kurang mendapat dukungan sosial.
2. Kebutuhan sosial
Dengan aktualisasi diri yang baik maka seseorang lebih kenal oleh masyarakat
daripada orang yang tidak pernah bersosialisasi di masyarakat. Orang yang
mempunyai aktualisasi diri yang baik cenderung selalu ingin mendapatkan pengakuan
di dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu pengakuan sangat diperlukan untuk
memberikan penghargaan.
3. Kebutuhan psikis
Dalam kebutuhan psikis pasien pre operasi di dalamnya termasuk rasa ingin tahu,
rasa aman, perasaan religius, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain.
Apalagi jika orang tersebut sedang menghadapi masalah baik ringan maupun berat,
maka orang tersebut akan cenderung mencari dukungan sosial dari orang- orang
sekitar sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan dan dicintai.

1.1.3 Klasifikasi Dukungan Sosial

Dukungan sosial dapat diwujudkan dalam beberapa aktivitas atau perilaku yang
beraneka ragam. Bisa diwujudkan dalam suatu tindakan ataupun ucapan. Menurut Cohen &
Syme (1985), mengklasifikasikan dukungan sosial dalam 4 kategori yaitu :

1. Dukungan informasi, yaitu memberikan penjelasan tentang situasi dan segala sesuatu
yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi individu. Dukungan ini,
meliputi memberikan nasehat, petunjuk, masukan atau penjelasan bagaimana
seseorang bersikap.
2. Dukungan emosional, yang meliputi ekspresi empati misalnya mendengarkan,
bersikap terbuka, menunjukkan sikap percaya terhadap apa yang dikeluhkan, mau
memahami, ekspresi kasih sayang dan perhatian. Dukungan emosional akan membuat
si penerima merasa berharga, nyaman, aman, terjamin, dan disayangi.
3. Dukungan instrumental adalah bantuan yang diberikan secara langsung, bersifat
fasilitas atau materi misalnya menyediakan fasilitas yang diperlukan, meminjamkan
uang, memberikan makanan, permainan atau bantuan yang lain.
4. Dukungan appraisal atau penilaian, dukungan ini bisa terbentuk penilaian yang
positif, penguatan (pembenaran) untuk melakukan sesuatu, umpan balik atau
menunjukkan perbandingan sosial yang membuka wawasan seseorang yang sedang
dalam keadaan stres.

Sedangkan menurut Sheridan dan Radmacher (1992), Sarafino (1998) serta


Taylor (1999); membagi dukungan sosial kedalam 5 bentuk, yaitu

1. Dukungan instrumental (tangible or instrumental support)


Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan
pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta
pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi kecemasan karena individu dapat
langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dukungan
instrumental sangat diperlukan dalam mengatasi masalah yang dianggap dapat
dikontrol.
2. Dukungan informasional (informational support)
Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, pengetahuan, petunjuk,
saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini
dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih
mudah.
3. Dukungan emosional (emotional support)
Bentuk dukungan ini melibatkan rasa empati, ada yang selalu mendampingi,
adanya suasanya kehangatan, dan rasa diperhatikan akan membuat individu memiliki
perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial
sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini sangat
penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol.
4. Dukungan pada harga diri (esteem support)
Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu, pemberian
semangat, persetujuan pada pendapat individu dan perbandingan yang positif dengan
individu lain. Bentuk dukungan ini membantu individu dalam membangun harga diri
dan kompetensi.
5. Dukungan dari kelompok sosial (network support)
Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa menjadi anggota dari suatu
kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas sosial dengan kelompok.
Dengan begitu individu akan memiliki perasaan senasib.

1.1.4 Cakupan Dukungan Sosial


Menurut Saranson (1983) yang dikutip oleh Kuntjoro (2002), dukungan sosial
itu selalu mencakup 2 hal yaitu ;
1. Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia
Merupakan persepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat
diandalkan saat individu membutuhkan bantuan (pendekatan berdasarkan
kuantitas).
2. Tingkat kepuasan akan dukungan sosial yang diterima
Tingkatan kepuasan akan dukungan sosial yang diterima berkaitan
dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan
berdasarkan kualitas).

1.1.5 Sumber- Sumber Dukungan Sosial


Menurut Rook dan Dootey (1985) yang dikutip oleh Kuntjoro (2002), ada 2
sumber dukungan sosial yaitu sumber artifisial dan sumber natural.
1. Dukungan sosial artifisial
Dukungan sosial artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang ke dalam
kebutuhan primer seseorang, misalnya dukungan sosial akibat bencana alam melalui
berbagai sumbangan sosial.
2. Dukungan sosial natural
Dukungan sosial yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam
kehidupanya secara spontan dengan orang- orang yang berada di sekitarnya, misalnya
anggota keluarga (anak, isteri, suami dan kerabat), teman dekat atau relasi. Dukungan
sosial ini bersifat non- formal.

Sumber dukungan sosial yang bersifat natural berbeda dengan sumber dukungan
sosial yang bersifat artifisial dalam sejumlah hal. Perbedaan tersebut terletak dalam hal
sebagai berikut ;

1. Keberadaan sumber dukungan sosial natural bersifat apa adanya tanpa dibuat- buat
sehingga lebih mudah diperoleh dan bersifat spontan.
2. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki kesesuaian dengan norma yang
berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan.
3. Sumber dukungan sosial yang natural berakar dari hubungan yang telah berakar lama.
4. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki keragaman dalam penyampaian
dukungan sosial, mulai dari pemberian barang- barang nyata hingga sekedar menemui
seseorang dengan penyampaian salam.
5. Sumber dukungan sosial yang natural terbebas dari beban dan label psikologis .

Menurut Wangmuba (2009), sumber dukungan sosial yang natural terbebas dari beban
dan label psikologis terbagi atas :

1. Dukungan sosial utama bersumber dari keluarga


Mereka adalah orang- orang terdekat yang mempunyai potensi sebagai sumber
dukungan dan senantiasa bersedia untuk memberikan bantuan dan dukungannya
ketika individu membutuhkan. Keluarga sebagai suatu sistem sosial, mempunyai
fungsi- fungsi yang dapat menjadi sumber dukungan utama bagi individu, seperti
membangkitkanpersaan memiliki antara sesama anggota keluarga, memastikan
persahabatan yang berkelanjutan dan memberikan rasa aman bagi anggota-
anggotanya.
Menurut  Argyle (dalam Veiel & Baumann,1992), bila individu dihadapkan
pada suatu stresor maka hubungan intim yang muncul karena adanya sistem keluarga
dapat menghambat, mengurangi, bahkan mencegah timbulnya efek negatif stresor
karena ikatan dalam keluarga dapat menimbulkan efek buffering (penangkal) terhadap
dampak stresor. Munculnya efek ini dimungkinkan karena keluarga selalu siap dan
bersedia untuk membantu individu ketika dibutuhkan serta hubungan antar anggota
keluarga memunculkan perasaan dicintai dan mencintai. Intinya adalah bahwa
anggota keluarga merupakan orang- orang yang penting dalam memberikan dukungan
instrumental, emosional dan kebersamaan dalam menghadapi berbagai peristiwa
menekan dalam kehidupan.
2. Dukungan sosial dapat bersumber dari sahabat atau teman.
Suatu studi yang dilakukan oleh Argyle & Furnham (dalam Veiel &
Baumann,1992) menemukan tiga proses utama dimana sahabat atau teman dapat
berperan dalam memberikan dukungan sosial. Proses yang pertama adalah membantu
meterial atau instrumental. Stres yang dialami individu dapat dikurangi bila individu
mendapatkan pertolongan untuk memecahkan masalahnya. Pertolongan ini dapat
berupa informasi tentang cara mengatasi masalah atau pertolongan berupa uang.
Proses kedua adalah dukungan emosional. Perasaan tertekan dapat dikurangi dengan
membicarakannya dengan teman yang simpatik. Harga diri dapat meningkat, depresi
dan kecemasan dapat dihilangkan dengan penerimaan yang tulus dari sahabat karib.
Proses yang ketiga adalah integrasi sosial. Menjadi bagian dalam suatu aktivitas
waktu luang yang kooperatif dan diterimanya seseorang dalam suatu kelompok sosial
dapat menghilangkan perasaan kesepian dan menghasilkan perasaan sejahtera serta
memperkuat ikatan sosial.
3. Dukungan sosial dari masyarakat, misalkan yang peduli terhadap korban kekerasan.
Dukungan ini mewakili anggota masyarakat pada umumnya, yang dikenal
dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan dilakukan secara profesional
sesuai dengan kompetensi yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Hal ini
berkaitan dengan faktor- faktor yang mempengaruhi efektifitas dukungan sosial yaitu
pemberi dukungan sosial. Dukungan yang diterima melalui sumber yang sama akan
lebih mempunyai arti dan berkaitan dengan kesinambungan dukungan yang diberikan,
yang akan mempengaruhi keakraban dan tingkat kepercayaan penerima dukungan.
Proses yang terjadi dalam pemberian dan penerimaan dukungan itu
dipengaruhi oleh kemampuan penerima dukungan untuk mempertahankan dukungan
yang diperoleh. Para peneliti menemukan bahwa dukungan sosial ada kaitannya
dengan pengaruh- pengaruh positif bagi seseorang yang mempunyai sumber- sumber
personal yang kuat. Kesehatan fisik individu yang memiliki hubungan dekat dengan
orang lain akan lebih cepat sembuh dibandingkan dengan individu yang terisolasi.
1.1.6 Komponen- Komponen Dalam Dukungan Sosial
Para ahli berpendapat bahwa dukungan sosial dapat dibagi ke dalam berbagai
komponen yang berbeda- beda. Misalnya menurut Weiss Cutrona dkk (994;371) yang
dikutip oleh Kuntjoro (2002), mengemukakan adanya 6 komponen dukungan sosial
yang disebut sebagai “The social provision scale” ,dimana masing- masing komponen
dapat berdiri sendiri- sendiri, namun satu sama lain saling berhubungan. Adapun
komponen- komponen tersebut adalah :
1. Kerekatan emosional (Emotional Attachment)
Merupakan perasaan akan kedekatan emosional dan dan rasa aman.
Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang memperoleh
kerekatan emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang menerima.
Sumber dukungan sosial semacam ini yang paling sering dan umum adalah
diperoleh dari pasangan hidup atau anggota keluarga atau teman dekat atau
sanak saudara yang akrab dan memiliki hubungan yang harmonis.
2. Integrasi sosial (social integrasion)
Merupakan perasaan menjadi bagian dari keluarga, tempat seseorang
berada dan tempat saling berbagi minat dan aktivitas. Jenis dukungan sosial
semacam ini memungkinkan seseorang untuk memperoleh perasaan memiliki
suatu keluarga yang memungkinkanya untuk membagi minat, perhatian serta
melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif atau secara bersamaan. Sumber
dukungan semacam ini memungkinkan mendapat rasa aman, nyaman serta
memiliki dan dimilki dalam kelompok.
3. Adanya pengakuan (Reanssurance of Worth)
Meliputi pengakuan akan kompetensi dan kemampuan seseorang dalam
keluarga. Pada dukungan sosial jenis ini seseorang akan mendapat pengakuan
atas kemampuan dan keahliannya serta mendapat penghargaan dari orang lain
atau lembaga. Sumber dukungan semacam ini dapat berasal dari keluarga atau
lembaga atau instansi atau perusahaan atau organisasi dimana seseorang
bekerja.
4. Ketergantungan yang dapat diandalkan (Reliable alliance)
Meliputi kepastian atau jaminan bahwa seseorang dapat mengharapkan
keluarga untuk membantu semua keadaan. Dalam dukungan sosial jenis ini,
seseorang akan mendapatkan dukungan sosial berupa jaminan bahwa ada
orang yang dapat diandalkan bantuannya ketika sseorang membutuhkan
bantuan tersebut. Jenis dukungan sosial ini pada umunya berasal dari
keluarga. 
5. Bimbingan (Guidance)
Dukungan sosial jenis ini adalah adanya hubungan kerja ataupun
hubungan sosial yang dapat memungkinkan seseorang mendapat informasi,
saran, atau nasehat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan
mangatasi permasalahan yang dihadapi. Jenis dukungan sosial ini bersumber
dari guru, alim ulama, pamong dalam masyarakat, dan juga figur yang
dituakan dalam keluarga.
6. Kesempatan untuk mengasuh (Opportunity for Nurturance)
Suatu aspek penting dalam hubungan interpersonal akan perasaan yang
dibutuhkan oleh orang lain. Jenis dukungan sosial ini memungkinkan
seseorang untuk memperoleh perasaan bahwa orang lain tergantung padanya
untuk memperoleh kesejahteraan. Sumber dukungan sosial ini adalah
keturunan (anak- anaknya) dan pasangan hidup.
7. Aspek hubungan sosial pada pasien
Seseorang yang hubungannya dekat dengan keluarganya akan
mempunyai kecenderungan lebih sedikit untuk stres  dibandingkan seseorang
yang hubungannya jauh dengan keluarga (Stanley, 2007).

Sedangkan menurut Heller dkk (1986) mengemukakan ada 2 komponen dukungan


sosial, yaitu :

1. Penilaian yang mempertinggi penghargaan


Komponen penilaian yang mempertinggi penghargaan mengacu pada
penilaian seseorang terhadap pandangan orang lain kepada dirinya. Seseorang
menilai seksama evaluasi seseorang terhadap dirinya dan percaya dirinya berharga
bagi orang lain. Tindakan orang lain yang menyokong harga diri seseorang,
semangat juang dan kehidupan yang baik.
2. Transaksi interpersonal yang berhubungan dengan kecemasan
Komponen transaksi interpersonal yang berhubungan dengan  kecemasan
mengacu pada adanya seseorang yang memberikan bantuan ketika ada masalah.
Seseorang memberikan bantuan untuk memecahkan masalah dengan menyediakan
informasi untuk menjelaskan situasi yang berhubungan dengan kecemasan.
Bantuan ini berupa dukungan emosional, kognitif yang distruktur ulang dan
bantuan instrumental.

1.1.7 Bentuk Dukungan Sosial

Ada beberapa bentuk dukungan sosial, salah satunya menurut Kaplan and Saddock
(1998), adapun bentuk dukungan sosial adalah sebagai berikut :

1. Tindakan atau perbuatan


Bentuk nyata dukungan sosial berupa tindakan yang diberikan oleh orang
disekitar pasien, baik dari keluarga, teman dan masyarakat.
2. Aktivitas religius atau fisik
Semakin bertambahnya usia maka perasaan religiusnya semakin tinggi. Oleh
karena itu aktivitas religius dapat diberikan untuk mendekatkan diri pada Tuhan .
3. Interaksi atau bertukar pendapat
Dukungan sosial dapat dilakukan dengan interaksi antara pasien dengan
orang- orang terdekat atau di sekitarnya, diharapkan dengan berinteraksi dapat
memberikan masukan sehingga merasa diperhatikan oleh orang di sekitarnya.

Sedangkan menurut Sarafino (2006) terdapat lima bentuk dukungan sosial yaitu :

a. Dukungan emosional 
Terdiri dari ekspresi seperti perhatian, empati, dan turut prihatin kepada
seseorang. Dukungan ini akan menyebabkan penerima dukungan merasa nyaman,
tenteram kembali, merasa dimiliki dan dicintai ketika dia mengalami stres,
memberi bantuan dalam bentuk semangat, kehangatan personal, dan cinta.
b. Dukungan penghargaan 
Dukungan ini dapat menyebabkan individu yang menerima dukungan
membangun rasa menghargai dirinya, percaya diri, dan merasa bernilai. Dukungan
jenis ini akan sangat berguna ketika individu mengalami stres karena tuntutan
tugas yang lebih besar daripada kemampuan yang dimilikinya.
c. Dukungan instrumental
Merupakan dukungan yang paling sederhana untuk didefinisikan, yaitu
dukungan yang berupa bantuan secara langsung dan nyata seperti memberi atau
meminjamkan uang atau membantu meringankan tugas orang yang sedang stres.
d. Dukungan informasi 
Orang-orang yang berada di sekitar individu akan memberikan dukungan
informasi dengan cara menyarankan beberapa pilihan tindakan yang dapat
dilakukan individu dalam mengatasi masalah yang membuatnya stres.
e. Dukungan kelompok
Merupakan dukungan yang dapat menyebabkan individu merasa bahwa
dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok dimana anggota-anggotanya dapat
saling berbagi.

Sedangkan menurut Cohen dan Hoberman, dukungan sosial terbagi menjadi empat
bentuk, yaitu (Isnawati dkk, 2013:3):

1. Appraisal Support, yaitu adanya bantuan yang berupa nasihat yang berkaitan dengan
pemecahan suatu masalah untuk membantu mengurangi stressor.
2. Tangiable support, yaitu bantuan yang nyata yang berupa tindakan atau bantuan fisik
dalam menyelesaikan tugas.
3. Self esteem support, yaitu dukungan yang diberikan oleh orang lain terhadap perasaan
kompeten atau harga diri individu atau perasaan seseorang sebagai bagian dari sebuah
kelompok dimana para anggotanya memiliki dukungan yang berkaitan dengan self-
esteem seseorang.
4. Belonging support, yaitu dukungan yang menunjukkan perasaan diterima menjadi
bagian dari suatu kelompok dan rasa kebersamaan.
1.1.8 Dampak Dukungan Sosial

Dukungan sosial merupakan bantuan atau dukungan yang diterima individu dari
orang-orang tertentu dalam kehidupannya. Diharapkan dengan adanya dukungan sosial maka
seseorang akan merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai. Dukungan sosial dapat
memberikan kenyamanan fisik dan psikologis kepada individu dapat dilihat bagaimana
dukungan sosial mempengaruhi kejadian dan efek dari keadaan kecemasan.

Menurut Sarafino (2006), dukungan sosial dapat mempengaruhi fisik dan psikologis
individu yang dijelaskan dalam dua teori berikut ini:

1. The Buffering Hypothesis 


Menurut teori ini, dukungan sosial melindungi individu dengan melawan efek-
efek negatif dari tingkat stres yang tinggi, yaitu dengan dua cara berikut :
a. Ketika individu menghadapi stressor yang kuat, seperti krisis keuangan, maka
individu dengan tingkat dukungan sosial yang tinggi menjadi kurang melihat
situasi tersebut sebagai situasi yang penuh stres, bila dibandingkan dengan
individu dengan tingkat dukungan sosial yang rendah. Individu dengan tingkat
dukungan sosial yang tinggi berharap bahwa seseorang yang dikenal individu
akan menolong individu tersebut.
b. Dukungan sosial dapat mengubah respon seseorang terhadap stressor yang telah
diterima sebelumnya. Contohnya, individu dengan dukungan sosial yang tinggi
mungkin memiliki seseorang yang dapat memberikan solusi terhadap masalah
individu, atau melihat masalah tersebut sebagai suatu yang tidak terlalu penting,
atau membuat individu dapat menemukan titik terang dari masalah tersebut.
2. The Direct Effect Hypothesis 
Individu dengan tingkat dukungan sosial yang tinggi memiliki perasaan yang
kuat bahwa individu tersebut dicintai dan dihargai. Individu dengan dukungan
sosial tinggi merasa bahwa orang lain peduli dan membutuhkan individu tersebut,
sehingga hal ini dapat mengarahkan individu kepada gaya hidup yang sehat.

Dukungan sosial merupakan bantuan atau dukungan yang diterima individu dari
orang- orang tertentu dalam kehidupannya. Diharapkan dengan adanya dukungan sosial maka
seseorang akan merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai. Dengan pemberian dukungan
sosial yang bermakna maka seseorang akan mengatasi rasa cemasnya terhadap pembedahan
yang akan dijalaninya (Suhita, 2005).
Dukungan sosial dapat memberikan kenyamanan fisik dan psikologis kepada individu
dapat dilihat dari bagaimana dukungan sosial mempengaruhi kejadian dan efek dari keadaan
kecemasan. Lieberman (1992) mengemukakan bahwa secara teoritis dukungan sosial dapat
menurunkan munculnya kejadian yang dapat mengakibatkan kecemasan. Apabila kejadian
tersebut muncul, interaksi dengan orang lain dapat memodifikasi atau mengubah persepsi
individu pada kejadian tersebut dan oleh karena itu akan mengurangi potensi munculnya
kecemasan.

Dukungan sosial juga dapat mengubah hubungan antara respon individu pada
kejadian yang dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan itu sendiri mempengaruhi strategi
untuk mengatasi kecemasan dan dengan begitu memodifikasi hubungan antara kejadian yang
menimbulkan kecemasan dan efeknya. Pada derajat dimana kejadian yang menimbulkan
kecemasan mengganggu kepercayaan diri dan dukungan sosial dapat memodifikasi efek itu.

Sheridan and Radmacher (1992), Rutter, dkk. (1993), Sarafino (1998) serta Taylor
(1999) mengemukakan dua model untuk menjelaskan bagaimana dukungan sosial dapat
mempengaruhi kejadian dan efek dari keadaan kecemasan, yaitu:

1. Model efek langsung


Model ini melibatkan jaringan sosial yang besar dan memiliki efek positif pada
kesejahteraan. Model ini berfokus pada hubungan dan jaringan sosial dasar.
Model ini juga dideskripsikan sebagai instruktur dari dukungan sosial yang
meliputi faktor status perkawinan, keanggotaan dalam suatu kelompok, peran
sosial dan keikutsertaan dalam kegiatan keagamaan.
2. Model buffering
Model ini berfokus pada aspek dari dukungan sosial yang berperilaku sebagai
buffer dalam mempertahankan diri dari efek negatif dari kecemasan. Model ini
mengacu pada sumber daya interpersonal yang akan melindungi individu dari efek
negatif kecemasan dengan memberikan kebutuhan khusus yang disebabkan oleh
kejadian yang mengakibatkan kecemasan. Model ini bekerja dengan mengerahkan
kembali hal- hal yang menimbulkan kecemasan atau mengatur keadaan emosional
yang disebabkan oleh hal- hal tersebut. Model ini berfokus pada fungsi dukungan
sosial yang melibatkan kualitas hubungan sosial yang ada.
Dukungan sosial ternyata tidak hanya memberikan efek positif dalam mempengaruhi
kejadian dari efek kecemasan. Dalam Sarafino (1998) disebutkan beberapa contoh efek
negatif yang timbul dari dukungan sosial, antara lain ;

1. Dukungan yang tersedia tidak dianggap sebagai sesuatu yang membantu. Hal ini
dapat terjadi karena dukungan yang diberikan tidak cukup, individu merasa tidak
perlu dibantu atau terlalu khawatir secara emosional sehingga tidak
memperhatikan dukungan yang diberikan.
2. Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan individu.
3. Sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu seperti melakukan
atau menyarankan perilaku tidak sehat.
4. Terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam melakukan sesuatu yang
diinginkannya. Keadaan ini dapat mengganggu program rehabilitasi yang
seharusnya dilakukan oleh individu dan menyebabkan individu menjadi
tergantung pada orang lain.

Faktor Penghambat Dukungan Sosial

Terdapat 3 faktor yang sebagai penghambat pemberian  dukungan sosial pada seorang yaitu
“Apollo dan Cahyadi. 2012:262” :

1. Penarikan diri menurut orang lain disebabkan lantaran harga diri yg rendah ketakutan
dikritik, pengharapan bahwa orang lain tidak akan menolong seperti menghindar,
mengutuk diri, membisu, menjauh, nir mau meminta bantuan.
2. Melawan orang lain, misalnya sikap curiga, tidak sensitif, tidak timbal balik  &
agresif.
3. Tindakan sosial yg tidak pantas, seperti membicarakan dirinya secara terus menerus,
mengganggu orang lain, berpakaian tidak pantas & tidak pernah merasa puas

DUKUNGAN SOSIAL DAN KESEHATAN

Dukungan sosial merupakan bentuk hubungan antar manusia yang berperan menjadi
penengah atau jembatan antara status hubungan (integrasi soaial) dengan kesehata (Atkins et
al, 1991).

Dukungan sosial juga bisa dilihat sebagai kegiatan sehari-hari yang dilakukan
berasama dalam ikatan keluarga dan pertemanan (Vaux, 1988). Terdapat dua jenis dukungan
sosial, ditinjau dari cara pengukurannya, yaitu dukungan sosial struktrual dan fungsional. 
Dukungan sosial ialah informasi yang membuat seseorang meyaakini bahwa ia dipedulikan,
disayangi, dihargai dan termasuk anggota jaringan yang memiliki beberapa kewajiban timbal
balik (Cobb, 1976). Dukungan Sosial bisa juga diartikan sebagai kegiatan sehari-hari berbagi
tugas dan perasaan, bertukar informasi dan afeksi, hingga pengalaman manusia yang dramatis
seperti kegembiraan cinta, skitnya isolasi, ikatan keluarga dan ikatan pertemanan
(Vaux,1988).

Dukungan sosial struktural diukur dengan ukuran jejaring sosial. Sementara dukungan
sosial fungsional diukur dengan sejauh mana kebutuhan psikologis dan tujuan seseorang
dipenuhi oleh jejaring sosialnya (Berscheid & Regan, 2005). Jenis dukungan sosial
fungsional yang sering digunakan ialah dukungan emosional seperti ekspresi yang
menenangkan atau membuat seseorang merasa berharga; dukungan appraisal, misalnya
memberikan nasihat, informasi dan panduan; serta dukungan instrumental, dalam bentuk
materi seperti uang (Berscheid & Reis, 1998). Contohnya adalah jika sahabat menunjukkan
ekspresi yang membuat tenang saat kita sedang stres, berarti ia sedang memberikan dukungan
emosional untuk kita.

Aspek penting lainnya dari dukungan sosial ialah perceived support, yaitu persepsi
mengenai dukungan yang diterima. Perceived support tidak berhubungan dengan enacted
support atau dukungan yang diberikan secara aktual oleh sang pemberi dukungan (Cutrona,
1990). Artinya, meskipun seseorang merasa telah memberi dukungan, belum tentu si
penerima merasa didukung. Faktor yang mempengaruhi perceived support antara lain ialah
atribusi mengenai perilaku pasangan (atribusi: pikiran mengenai alasan perilaku tersebut,
apakah perilaku tersebut dilakukan secara sukarela dan dilandasi oleh motif yang tidak
egois), mood, dan kepuasan pernikahan (Fincham & Bradburry, 1990; Cutrona & Suhr,
1994). Oleh karena itu, untuk dapat memahami proses dukungan sosial, maka perlu
memperjelas peran hubungan personal dalam pemberian, penerimaan dan evaluasi dari
dukungan sosial (Sarason, Sarason, Gurung, 2001). Seperti yang dilakukan Cutrona (1996)
dengan mendefinisikan dukungan sosial sebagai perilaku yang mengkomunikasikan rasa
peduli, memvalidasi keberhargaan diri, perasaan, dan perilaku orang lain; atau memfasilitasi
cara mengatasi masalah yang adaptif melalui penyediaan informasi, bantuan, atau
sumberdaya lainnya (Cutrona, 1996). Definisi dari Cutrona tersebut memperjelas kaitan
antara dukungan yang diberikan atau diterima dengan konsep lainnya seperti rasa percaya,
cinta dan komitmen (Berscheid & Regan, 2005).

Penelitian mengenai hubungan perceived support dengan kesehatan menunjukkan


hasil yang tidak konsisten, sehingga peneliti berhipotesis bahwa dukungan yang tidak
disadari (invisible social support), seperti memberikan saran secara tidak langsung mungkin
menjadi bentuk support yang paling efektif (Berscheid & Regan, 2005). Hipotesis tersebut
didukung oleh penelitian dengan pencatatan harian yang dilakuan Bolger et. al. pada tahun
2000, yang menemukan bahwa support yang diberikan oleh pasangan tidak dicatat oleh
pasangannya. Akan tetapi, support yang tidak kelihatan ini justru efektif menurunkan
kecemasan dan depresi dibandingkan dengan dukungan yang tampak dan dicatat oleh
penerima dukungan. Pengukuran perceived social support terbagi menjadi dua jenis, yaitu
persepsi mengenai support yang ada saat ini dan sudah diterima di masa lalu; serta persepsi
mengenai support yang tersedia di masa depan, jika dibutuhkan (perceived social support
availability). Penelitian Sarason, Sarason & Gurung (2001) memperlihatkan bahwa perceived
support availability paling berhubungan dengan kesehatan yang baik dan penyesuaian
terhadap pengalaman yang menekan. Perceived support availability dari pasangan
berhubungan dengan keintiman (Reis & Franks, 1994) dan afeksi dalam hubungan (Burleson,
1994).

Hubungan antara dukungan sosial dan kesehatan bisa dilihat sebagai: a) hubungan
langsung, orang yang mendapatkan dukungan sosial akan lebih dapat menjaga kesehatan
(direct effect hypothesis) atau b) dukungan sosial melindungi diri seseorang hanya saat ia
mengalami stress, sehingga tidak memiliki efek jika tidak ada stress yang terjadi (stress-
buffering effect hypothesis). Stress tidak terhindarkan dalam hidup manusia, sehingga
hipotesis kedua lebih sering dibahas dalam berbagai penelitian. Stres ialah proses saat
seseorang mempresepsi dan merespon situasi yang mengancam kesejahteraannya. Dalam
kondisi stres, tubuh merespon dengan reaksi fight or flight, ditandai dengan perubahan pada
sistem cardiovaskuler dan endokrin.

Lebih dalam lagi, Lazarus, seperti dijelaskan oleh Berscheid & Regan (2005),
mengajukan Transactional model of stress, menjelaskan bahwa respon individu pada suatu
kejadian tergantung pada penilaian kognitif terhadap kejadian. Maka, perubahan respon
fisiologis terjadi saat seseorang menilai kejadian sebagai menekan (stressful). Saat terjadi
perubahan, tubuh berusaha mempertahankan kondisi keseimbangan (homeostasis), sehingga
bukan hanya satu sistem yang berubah, tapi keseluruhan sistem. Jika terjadi stres kronis,
maka dapat terjadi allostatic load, atau perubahan sistem tubuh yang relatif menetap sehingga
merusak fungsi organ tubuh dan bisa mengakibatkan sakit fisik. 

Dalam McEwen & Stellar (1993) perubahan dramatis dalam jangkauan operasi sitem
fisiologi bisa merusak sistem tersebut atau biasa disebut allostatic load. Pengertian dari
allostatic load adalah tekanan pada tubuh karena perubahan respon fisiologis yang berulang,
karena menanggapi kondisi lingkungan. Sedangkan menurut Sterling & Eyer (1988)
Allostatis adalah kemampuan tubuh untuk mengubah fungsi ketubuhuan ke kondisi yang
baru, sebagai respon dari perubahan lingkungan. Selain kondisi tersebut ada juga yang
dinamakan Homeostatis yaitu usaha tubuh untuk mempertahankan kondisi equilibrium
(Cannon, 1932).

Dukungan sosial, terutama dari figur yang familiar, dapat menurunkan stres, baik
pada tikus, monyet, maupun pada manusia dewasa (Berscheid & Pamela, 2005). Hubungan
keluarga merupakan sumber dukungan sosial yang penting untuk mendukung fungsi imun
tubuh. Hal ini didukung oleh penelitian yang memperlihatkan bahwa tingkat kematian dan
penyakit cenderung lebih rendah pada orang yang menikah daripada yang tidak menikah
(Gordon & Rosenthal, 1995; Seeman, 2001). 

Dukungan sosial yang paling baik dan berpengaruh adalah dari keluarga. Hubungan
keluarga merupakan sumber dukungan sosial yang penting untuk mendukung fungsi imun
tubuh. Menurut Gordon & Rosenthal (1995) tingkat kematian dan penyakit cenderung rendah
pada orang yang menikah daripada tidak menikah, karena hubungan keluarga yang dibuat
suami dan istri.

Akan tetapi, status menikah semata tidak cukup untuk memberi dampak positif pada
kesehatan. Meta analisis Kiecold-Glaser, Newton (2001) menemukan bahwa pernikahan yang
tidak bahagia berhubungan dengan 2.5 kali resiko lebih tinggi terkena depresi. Di sisi lain,
Semakin tinggi kualitas pernikahan, semakin rendah kemungkinan mengalami sakit fisik
(Wickrama, Lorenz, Conger, & Elder, 1997). 

Studi longitudinal dari Miller, Hollist, Olsen, Law (2013) juga mendukung fakta
bahwa kebahagiaan pernikahan dan permasalahan dalam pernikahan berhubungan dengan
kesehatan fisik. Perubahan dalam kebahagiaan pernikahan berhubungan dengan perubahan
kesehatan pada pasangan yang lebih muda, dan perubahan permasalahan pernikahan
berhubungan dengan perubahan masalah kesehatan pada cohort yang lebih tua (midlife). 
Referensi:

Atkins, C. J., Kaplan, R. M., Toshima, M. T. (1991). Close Relationships in the epidemiology of
cardiovascular disease. In W. H. Jones & D. Perlman (Eds). Advances in personal
relationships (Vol 2, pp. 207-231). London: Jessica Kingsley.
Berscheid, E., Regan, P. (2005). The Psychology of Interpersonal Relationship. New Jersey:
Pearson.

Cutrona, C. E. (1990). Stress and social support: In search of optimal matching. Journal of Social
and Clinical Psychology, 9, 3-14.

Cutrona, C. E. Suhr, J. A. (1994). Social support communication in the context of marriage: an


analysis of couples' supportive interactions. In B. R. Burleson, T. L. Albrecht & I. G. Sarason
(Eds.), Communication of social support: Messages, interactions, relationships, and
community (pp. 113-135). Thousand Oak, CA: Sage.

Cobb, S. (1976). Social support as a moderator of life stress. Psychosomatic Medicine, 38, 300-


314.

Miller, R. B., Hollist, C. S., Olsen, J., & Law, D. (2013). Marital Quality and Health Over 20
Years: A Growth Curve Analysis. Journal of Marriage and Family, 75(3), 667–
680. http://doi.org/10.1111/jomf.12025

Vaux, A. (1988). Social support: Theory, research, and intervention. New York: Praeger.

*Tulisan ini adalah sebagian dari Makalah "RELATIONSHIPS AND HEALTH:


DAMPAK HUBUNGAN INTERPERSONAL TERHADAP KESEHATAN FISIK,
MENTAL DAN KEBAHAGIAAN" untuk kelas Hubungan Interpersonal di Magister Sains
Psikologi Sosial, Universitas Indonesia, 2017.

Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Literasi Media Publishing.

Sodik, M. A. (2015, April). The “Kimcil” Phenomenon: Sexual Knowledge and Safe Sex
Behaviour among Adolescents in Kediri. In The 1st Joint International Conference.
Sodik, M. A. (2014). Sikap Pencegahan Aborsi Ditinjau Dari Pengetahuan Tentang Bahaya Dan
Resiko Kesehatan. Strada Jurnal Kesehatan http://publikasi. stikesstrada. ac.
id/wpcontent/uploads/2015/02/9-SIKAP-SIKAPPENCEGAHAN-ABORSI. pdf.

Sodik, M. A., & Nzilibili, S. M. M. (2017). The Role Of Health Promotion And Family Support
With Attitude Of Couples Childbearing Age In Following Family Planning Program In
Health. Journal of Global Research in Public Health, 2(2), 82-89.

Al Annas, S. N. N., Indasah, I., Yudhana, A., & Sodik, M. A. (2018). Analysis of Using Basic
Material and Process on Organoleptic Result of Tempe Chips in Ngantru Trenggalek.
Indonesian Journal of Nutritional Epidemiology and Reproductive, 1(1), 46-55.

Awan, I., & Sodik, M. A. (2018). Diskriminasi dan Kesehatan Mental.

Anda mungkin juga menyukai