Anda di halaman 1dari 14

KAPITA SELEKTA 1

PEMBENTUKAN ANTIBODI

OLEH:

GEDE MEGA ADI PRADWIDYA 1923071010

I.B DIMAS MAHENDRA 1923071011

I MADE ARYA WIBISANA 1923071029

GEDE ELEN MERTA JULIYASA 1923071030

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN IPA

JURUSAN FISIKA DAN PEMBELAJARAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2020
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas
asungkerta waranugraha – Nya penyusunan makalah yang berjudul “Pembentukan Antibodi” ini
dapat terselesaikan. Ada beberapa kendala yang penulis temui dalam proses penyusunan makalah
ini, baik itu berupa kendala sumber – sumber informasi maupun penggunaan teknologi. Namun,
berkat adanya dukungan serta bantuan dari berbagai pihak, yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu, kendala tersebut dapat terlalui.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari tingkat kesempurnaan, baik isi
maupun penyajiannya. Untuk itu melalui kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih apabila
nantinya ada saran dan kritik yang membangun untuk revisi makalah ini. Akhirnya, penulis
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Singaraja, 8 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Prakarta ......................................................................................................................................... i

Daftar Isi ....................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

1.1.Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2.Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1

1.3.Tujuan .............................................................................................................................. 2

1.4.Manfaat ............................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 3

2.1. Respon Imun ................................................................................................................... 3

2.2. Struktur Molekul Antibodi.............................................................................................. 5

2.3. Reaksi Antigen dan Antibodi .......................................................................................... 7

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 10

3.1. Kesimpulan ..................................................................................................................... 10

3.2. Saran ............................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan memiliki kondisi yang tidak stabil sehingga sangat mempengaruhi
keadaan makhluk yang hidup di dalamnya termasuk manusia. Meski manusia merupakan
makhluk homokeoterm namun keadaan tubuh manusia juga dipengaruhi lingkungan
apalagi jika keadaan lingkungan tidak stabil. Keadaan lingkungan yang tidak stabil
menyebabkan manusia dapat mengalami sakit. Selain keadaan lingkungan yang tidak
satabil terdapat pula makhluk yang hidup di alam dengan ukuran mikro yang dapat
menyebabkan manusia menjadi sakit, salah satunya yaitu mikroba patogen. Mikroba
patogen tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit infeksi pada manusia.
Dengan adanya berbagai ancaman penyakit baik karena perubahan lingkungan yang
ekstrin dan serangan makhluk lain yang hidup di alam seperti mikroba patogen yang
menyerang dengan menyisipkan antigen ke tubuh manusia maka tubuh manusia juga
dilengkapi sengan sistem pertahanan tubuh (antibodi) atau biasa kita sebut dengan sistem
imun. Sistem pertahanan tubuh manusia atau sistem imun memberikan reaksi yang
berbeda terhadap penyebab penyakit yang berbeda. Seperti halnya respons imun terhadap
bakteri patogen akan berbeda dengan respons imun terhadap virus patogen serta akan
berbeda pula jika suhu lingkungan berubah drastis atau berada dalam suhu ekstrim
seperti terlalu panas dan terlalu dingin, selain perbedaan respons karena perbedaan
penyebab penyakit, sistem imun manusia juga memberikan respons yang berbeda berupa
renpons imun secara spesifik dan non spesifik. Tantangan sistem imun untuk menjaga
tubuh manusia tetap stabil tidak hanya melindungi dari mikroorganisme patogen dan
keadaan lingkungan yang ekstrim melainkan juga dari radiasi matahari, polusi, parasit
serta faktor internal seperti stress emosional atau kelainan fisiologis lahir.
Banyaknya faktor negatif di atas yang dapat mengganggu keseimbangan sistem tubuh
merupakan tantangan sistem imun dalam proses imunitas di dalam tubuh. Dalam proses
imunitas apabila semakin tinggi resistensi tubuh atau ketahanan tubuh terhadap suatu
penyebab penyakit maka semakin baik proses sistem imunitas yang dimiliki tubuh dan
semakin baik pula keseimbangan dan kesiapan tubuh kita dalam menghadapi hal-hal
negatif yang merugikan tubuh.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah respon imun bekerja?
1.2.2 Bagaimanakah struktur molekul antibodi?
1
1.2.3 Bagaimanakah reaksi antara antigen dan antibodi?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui kinerja dari respon imun
1.3.2 Mengetahui struktur molekul antibody
1.3.3 Mengetahui reaksi antara antigen dan antibodi
1.4 Manfaat
1.4.1 Penulis
Penulisan makalah ini bagi penulis memberikan manfaat dalam hal menambah
pengetahuan penulis tentang kedalaman materi pembentukan antibodi dalam kehidupan
sehari-hari yang sesuai untuk pembelajaran IPA.
1.4.2 Pembaca
Bagi pembaca diharapkan tulisan ini berdampak pada pengetahuan yang meningkat,
sehingga pembaca khususnya pendidik mendapatkan tambahan referensi dalam
mengajarkan pembentukan antibodi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Respon Imun
Sistem imun merupakan kumpulan mekanisme dalam suatu mahluk hidup yang
melindunginya terhadap infeksi dengan mengidenti• kasi dan membunuh substansi
patogen. Sistem ini dapat mendeteksi bahan patogen, mulai dari virus sampai parasit dan
cacing serta membedakannya dari sel dan jaringan normal. Deteksi merupakan suatu hal
yang rumit karena bahan patogen mampu beradaptasi dan melakukan cara-cara baru
untuk menginfeksi tubuh dengan sukses. Sebagai suatu organ kompleks yang disusun
oleh sel-sel spesifik, sistem imun juga merupakan suatu sistem sirkulasi yang terpisah
dari pembuluh darah yang kesemuanya bekerja sama untuk menghilangkan infeksi dari
tubuh. Organ sistem imun terletak di seluruh tubuh, dan disebut organ limfoid.
Pembuluh limfe dan kelenjar limfe merupakan bagian dari sistem sirkulasi khusus
yang membawa cairan limfe, suatu cairan transparan yang berisi sel darah putih terutama
limfosit. Cairan limfe membasahi jaringan tubuh, sementara pembuluh limf
mengumpulkan cairan limfe serta membawanya kembali ke sirkulasi darah. Kelenjar
limfe berisi jala pembuluh limfe dan menyediakan media bagi sel sistem imun untuk
mempertahankan tubuh terhadap agen penyerang. Limfe juga merupakan media dan
tempat bagi sel sistem imun memerangi benda asing. Sel imun dan molekul asing
memasuki kelenjar limfe melalui pembuluh darah atau pembuluh limfe. Semua sel imun
keluar dari sistem limfatik dan akhirnya kembali ke aliran darah. Begitu berada dalam
aliran darah, sel sistem imun, yaitu limfosit dibawa ke jaringan di seluruh tubuh, bekerja
sebagai suatu pusat penjagaan terhadap antigen asing.
 Respons Imun Innate /Non-Spesifik/Alami
Respons imun innate atau respons imun non-spesifik atau respons imun alami
sudah ada sejak lahir dan merupakan komponen normal yang selalu ditemukan pada
tubuh sehat. Respons ini meliputi: pertahanan fisik/mekanik, pertahanan biokimia,
pertahanan humoral, dan pertahanan selular. Dinamakan non-spesifik karena tidak
ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah ada, dan siap berfungsi sejak lahir. Respons
ini merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan mikroba dan dapat
memberikan respons langsung, siap mencegah mikroba masuk tubuh dan dengan
cepat menyingkirkannya. Jumlahnya dapat ditingkatkan oleh infeksi, misal sel
leukosit meningkat selama fase akut penyakit. Respons imun innate dimediasi oleh
rangkaian kompleks dari peristiwa selular dan molekular termasuk fagositosis,
3
radang, aktivasi komplemen, dan sel NK. Berbeda dengan respons imun adaptif yang
meningkat pada tiap paparan selanjutnya dengan antigen yang sama, respons imun
innate tidak berubah saat paparan berikutnya.

Gambar 2.1 Diagram respons imun non-spesifik dan spesifik sesudah terserang mikro
organisme dan antigen. Respon imun seluler dan humoral terlihat Bersama dengan tahapan
fagositosis oleh neutrophil.
 Respon Imun Adaptif
Respons imun adaptif dimediasi oleh sel limfosit. Terjadi dengan cara aktivasi,
proliferasi, dan diferensiasi bermacam-macam sel limfosit melalui AMI (antibody
mediated immune response) atau CMI (cellmediated immune response),
menghasilkan pemusnahan patogen penyerang. Begitu infeksi disembuhkan, sebagian
besar antigen spesifik limfosit mengalami apoptosis, sementara sebagian kecil sel
limfosit berdiferensiasi menjadi sel limfosit-memori yang berumur panjang dan tetap
berada dalam sirkulasi darah untuk 10 tahunan sesudah paparan pertama oleh patogen
tertentu. Bila terjadi paparan antigen yang sama untuk kedua kalinya, antigen akan
dapat dimusnahkan dengan sangat cepat (hitungan jam) dan efisien oleh sel memori
dan individu dikatakan mengalami imun atau kekebalan spesfik terhadap patogen itu.

4
2.2 Struktur Molekul Antibodi
Imunogobulin adalah sekelompok glikoprotein yang terdapat dalam serum atau cairan
tubuh pada hampir semua mamalia. Imunoglobulin termasuk dalam glikoprotein yang
mempunyai struktur dasar sama, komponen polipeptida membawa sifat biologik molekul
antibodi tersebut. Imunoglobulin relatif lebih resisten terhadap digesti gastrointestinal.
Namun bersifat termolabil terutama bila terpapar suhu tinggi, misalnya bila terpapar pada
suhu 75°C selama 5 menit akan menurun konsentrasinya hingga 40% dan pada suhu
95°C selama 15 detik menurun hingga 100% (Hurley, 2001). Pemecahan molekul
antobodi oleh enzim papain, akan menghasilkan:
 Fab (Fragment Antigen Binding) yang masih dapat berikatan secara spesifik dengan
antigen. Fab akan menggandeng antigen dalam proses opsonisasi (mekanisme
melapisi patogen dengan suatu molekul antibodi atau protein komplemen yang
membuat fagosit dapat mengikat dan mencerna patogen itu).
 Fc (Fragment ke 3 yang bisa dikristalkan dari larutan) yang sudah tidak bisa
berikatan dengan antigen. Fc ini akan menjadi pelekat ke sel imun saat reaksi
opsonisasi.

Gambar 2.2 Struktur Molekul Antibodi

Antibodi (Ig) disusun oleh 4 rantai polipeptida dasar yang menyusun :


1. Dua Rantai Berat (Heavy Chain) – 450 asam amino
 IgM, Antibodi ini terdapat pada darah, getah bening, dan pada permukaan sel B.
Pada saat organisme tubuh manusia bertemu dengan antigen, IgM merupakan

5
antibodi pertama yang dihasilkan tubuh untuk melawan musuh. Janin dalam
rahim mampu memproduksi IgM pada umur kehamilan enam bulan. Jika musuh
menyerang janin, jika janin terinfeksi kuman penyakit, produksi IgM janin akan
meningkat. Untuk mengetahui apakah janin telah terinfeksi atau tidak, dapat
diketahui dari kadar IgM dalam darah.
 IgG, merupakan antibodi yang paling umum. Dihasilkan hanya dalam waktu
beberapa hari, ia memiliki masa hidup berkisar antara beberapa minggu sampai
beberapa tahun. IgG beredar dalam tubuh dan banyak terdapat pada darah, sistem
getah bening, dan usus. Mereka mengikuti aliran darah, langsung menuju musuh
dan menghambatnya begitu terdeteksi. Mereka mempunyai efek kuat anti-bakteri
dan penghancur antigen. Mereka melindungi tubuh terhadap bakteri dan virus,
serta menetralkan asam yang terkandung dalam racun. Selain itu, IgG mampu
menyelip di antara sel-sel dan menyingkirkan bakteri serta musuh mikroorganis
yang masuk ke dalam sel-sel dan kulit. Karena kemampuannya serta ukurannya
yang kecil, mereka dapat masuk ke dalam plasenta ibu hamil dan melindungi
janin dari kemungkinan infeksi. Jika antibodi tidak diciptakan dengan
karakteristik yang memungkinkan mereka untuk masuk ke dalam plasenta, maka
janin dalam rahim tidak akan terlindungi melawan mikroba. Hal ini dapat
menyebabkan kematian sebelum lahir. Karena itu, antibodi sang ibu akan
melindungi embrio dari musuh sampai anak itu lahir.
 IgA, Antibodi ini terdapat pada daerah peka tempat tubuh melawan antigen
seperti air mata, air liur, ASI, darah, kantong-kantong udara, lendir, getah
lambung, dan sekresi usus. Kepekaan daerah tersebut. Berhubungan langsung
dengan kecenderungan bakteri dan virus yang lebih menyukai media lembap
seperti itu. Secara struktur, IgA mirip satu sama lain. Mereka mendiami bagian
tubuh yang paling mungkin dimasuki mikroba. Mereka menjaga daerah itu dalam
pengawasannya layaknya tentara andal yang ditempatkan untuk melindungi
daerah kritis. Antibodi ini melindungi janin dari berbagai penyakit pada saat
dalam kandungan. Setelah kelahiran, mereka tidak akan meninggalkan sang bayi,
melainkan tetap melindunginya. Setiap bayi yang baru lahir membutuhkan
pertolongan ibunya, karena IgA tidak terdapat dalam organisme bayi yang baru
lahir. Selama periode ini, IgA yang terdapat dalam ASI akan melindungi sistem
pencernaan bayi terhadap mikroba. Seperti IgG, jenis antibodi ini juga akan

6
hilang setelah mereka melaksanakan semua tugasnya, pada saat bayi telah
berumur beberapa minggu.
 IgD, terdapat dalam darah, getah bening, dan pada permukaan sel B. Mereka
tidak mampu untuk bertindak sendiri-sendiri. Dengan menempelkan dirinya pada
permukaan sel-sel T, mereka membantu sel T menangkap antigen.
 IgE, merupakan antibodi yang beredar dalam aliran darah. Antibodi ini
bertanggung jawab untuk memanggil para prajurit tempur dan sel darah lainnya
untuk berperang. Antibodi ini kadang juga menimbulkan reaksi alergi pada tubuh.
Karena itu, kadar IgE tinggi pada tubuh orang yang sedang mengalami alergi.

2. Dua Rantai Ringan (Light Chain) – 230 asam amino


 Kappa
 Lambda
Struktur antibody diikat oleh ikatan disulfida (Ibrahim, 2016).
Rantai L
Pada setiap orang sehat dijumpai 2 macam rantai L, masing-masing dinamakan
sebagai rantai-k (rantai kappa) dan rantai (rantai lambda) dengan perbandingan rantai k
65% dan rantai 35% (Hardjasasmita, 1991).
Rantai H
Rantai H menyebabkan perbedaan diantara kelima khas immunoglobulin, walaupun
sama-sama memiliki rantai k dan rantai .
 Rantai H dari IgA dinamakan rantai-α
 Rantai H dari IgM dinamakan rantai-
 Rantai H dari IgD dinamakan rantai-
 Rantai H dari IgE dinamakan rantai-
 Rantai H dari IgG dinamakan rantai-

2.3 Reaksi Antigen dan Antibodi


Antigen adalah zat-zat asing yang pada umumnya merupakan protein yang berkaitan
dengan bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh. Antigen bertindak sebagai benda
asing dan akan merangsang timbulnya antibodi. Antibodi merupakan protein-protein
yang terbentuk sebagai respon terhadap antigen yang masuk ke tubuh, yang bereaksi
secara spesifik dengan antigen tersebut. Konfigurasi molekul antigen-antibodi

7
sedemikian rupa sehingga hanya antibodi yang timbul sebagai respon terhadap suatu
antigen tertentu saja yang cocok dengan permukaan antigen itu sekaligus bereaksi
dengannya.
Sel T dan sel B, keduanya berasal dari sel-sel prekusor sumsum tulang embrionik
yang kemudian dimodifikasi secara spesifik; yang melalui timus menjadi sel T, yang
melalui bursa limfatikus dalam sumsum tulang, hati, limpa, atau usus menjadi sel B.
Baik sel T maupun sel B beredar dalam darah dan jaringan limfoid seperti kelenjar limfe.
Ada beberapa sel T, termasuk sel T-helper, supresor, dan killer. Sel B berkembang
menjadi sel plasma yang membentuk antibodi. Sel T-helper mengontrol dan
menjalankan sistem imun spesifik dan memerintah sel-sel lain. Sesudah antigen
dihasilkan oleh makrofag, sel T akan menerima atau mengikat antigen dengan suatu
reseptor spesifik pada permukaan sel. Sel T yang terstimulasi akan mengeluarkan
mediator kimiawi yang dinamakan limfokin, interleukin, dan interferon. Mediator ini
akan mendorong proliferasi sel imun. Pelepasan mediator kimiawi menyebabkan sel B
menjadi sel plasma. Sel plasma membentuk antibodi, suatu protein spesifik yang terikat
pada bahan penyebab.
Antibodi dinamakan imunoglobulin, dijumpai dalam serum dan merupakan
komponen cairan humoral utama. IgG yang merupakan 80% dari antibodi tubuh,
merupakan imunoglobulin yang paling banyak. Antibodi yang disekresi oleh kelenjar liur
adalah IgA (13%) dan sangat berperan dalam pertahanan permukaan mukosa. IgM (6%)
merupakan antibodi yang mengaktifkan sistem komplemen. IgD (1%) terlibat dalam
immune tolerance. IgE (1%) terlibat dalam reaksi hipersensitivitas imediat, antibodi ini
menyebabkan sel mast melepaskan hitamin dalam jumlah besar, menyebabkan
vasodilatasi berat. Interferon yang dilepaskan oleh sel T, akan menyebabkan makrofag
diaktivasi sedemikian rupa sehingga dapat memfagosit lebih baik dan mematikan benda
asing dengan lebih efisien. Pada saat bersamaan, sel B dan sel T-sitotoksik diaktivasi.
Sel-sel ini menjadi banyak dan dapat mengenali antigen pada permukaan sel yang
terinfeksi oleh benda asing. Sel T-sitotoksik menginjeksi protein ke dalam membran sel
yang akan membentuk lubang dalam membran, menyebabkan bagian dalam sel terbuka
dan mematikan sel. Di samping mematikan sel-sel yang terinfeksi dengan organisme
terutama virus, sel T-sitotoksik dapat mematikan sel-sel tumor. Tumor dapat mempunyai
antigen yang berbeda dari dirinya sendiri dan sel T-sitotoksik dapat menyerang sel-sel
tumor. Sistem imun pada saat serangan organisme yang pertama akan mencapai aktivitas
seluler dan humoral yang hebat dalam periode sekitar 1 minggu dan berakhir selama
8
beberapa minggu. Dengan terbunuhnya organisme, terjadi penurunan serangan oleh
sistem imun ini. Sel T-supresor menghentikan sistem ini dengan mengirimkan tanda
untuk menekan aktivitas sitotoksis dan aktivitas pembentukan antibodi. Sel T-supresor
ini juga menekan terjadinya perubahan sel T menjadi sitotoksik dan mencegah tubuh
menyerang dirinya sendiri. Sebelum sel T dan sel B hilang, terbentuk sel-sel memori
yang beredar dalam darah dan sistem limfatik untuk bertahun-tahun lamanya. Kemudian
bila organisme menyerang lagi, sel-sel memori ini segera mengenali antigen tersebut dan
segera menyerangnya, termasuk di dalamnya adalah antibodi dalam serum, mukus,
saliva, dan air mata sehingga penyerang dapat mengenalinya dari semua pintu masuk.
Peran sentral pada semua tipe respons imun dilakukan oleh CD4+ sel T-helper. CD4+ sel
T-helper yang terstimulasi oleh antigen, berdiferensiasi menjadi turunan CD4+ sel T-
helper, yaitu sel TH1 dan TH2. Sitokin yang dilepaskan oleh sel TH1 membantu respons
imun selular dengan meningkatkan populasi sel T-sitotoksik CD8+ dan aktivasi
makrofag yang merupakan faktor yang berperan dalam respons imun innate/non-spesifik.
Pembentukan sitokin oleh makrofag juga mengaktivasi proliferasi dan diferensiasi sel T-
helper.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan yang telah dijelaskan, maka
simpulan yang didapatkan adalah sebagai berikut.
1. Respon imun terdiri dari dua, yaitu respon imun innate dan respon imun adaptif.
Respon imun innate merupakan komponen normal yang selalu ditemukan pada
tubuh sehat yang meliputi: pertahanan fisik/mekanik, pertahanan biokimia,
pertahanan humoral, dan pertahanan selular. Sedangkan respon imun adaptif
dimediasi oleh sel limfosit yang terjadi dengan cara aktivasi, proliferasi, dan
diferensiasi bermacam-macam sel limfosit melalui AMI (antibody mediated
immune response) atau CMI (cellmediated immune response), menghasilkan
pemusnahan patogen penyerang.
2. Antibodi (Ig) disusun oleh empat rantai polipeptida dasar yang menyusun : 1. Dua
Rantai Berat (Heavy Chain) – 450 asam amino, dan 2. Dua Rantai Ringan (Light
Chain) – 230 asam amino.
3. Antigen adalah zat-zat asing yang pada umumnya merupakan protein yang
berkaitan dengan bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh. Sedangkan
Antibodi merupakan protein-protein yang terbentuk sebagai respon terhadap
antigen yang masuk ke tubuh, yang bereaksi secara spesifik dengan antigen
tersebut. Konfigurasi molekul antigen-antibodi sedemikian rupa sehingga hanya
antibodi yang timbul sebagai respon terhadap suatu antigen tertentu saja yang
cocok dengan permukaan antigen itu sekaligus bereaksi dengannya.
3.2 Saran
Saran yang penulis dapat berikan kepada pembaca adalah seyogyanya dapat
mengembangkan konten pembelajaran listrik statis yang erat dalam kehidupan sehari-
hari sehingga diharapkan pembaca bisa memaknai pembelajaran IPA dengan baik dan
utuh.

10
DAFTAR RUJUKAN
Sudiono, Janti. 2014. Sistem Kekebalan Tubuh. Jakarta: EGC.
Ibrahim, Fera. 2016. Respon Imun Adaptif (Discussion Note). Universitas Indonesia.
Hardjasasmita, Pantjita. 1991. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: P.T
Gramedia

11

Anda mungkin juga menyukai