Jerman Dan Korea Utara
Jerman Dan Korea Utara
Korea Utara
Kehidupan politik di Korea Utara diwarnai dengan doktrin sebuah ideologi yang dinamakan
dengan Juche. Juche adalah ideologi resmi rezim Korea Utara dan merupakan teori yang
mengadilkan sistem penguasaan tunggal di bawah Kim Il sung (Presiden pertama Korea Utara)
hingga Juche dapat dikatakan sebagai pemujaan personal untuk Kim Il-sung. Ideologi ini pertama
kali dicetuskan oleh Kim Il-sung pada tanggal 28 Desember 1955. Dalam sidang Partai Buruh Korea
ke-5 tahun 1970, Juche diresmikan sebagai ideologi resmi partai di negara komunis. Selanjutnya,
ideologi tersebut didukung oleh konstitusi yang mana menurut konstitusi yang direvisi pada tahun
1982, Juche ditetapkan sebagai ideologi nasional resmi Korea Utara. Pada tahun 1974, Juche resmi
dinamakan ‘Kim Il-sung-isme’
Ideologi Juche yang merupakan ideologi resmi Korea Utara dan menjadi pengaruh besar dalam segi
kehidupan politik rakyat Korea Utara secara otomatis menjadi ideologi partai politik yang berkuasa
di Korea Utara. Korea Utara adalah negara yang menganut sistem satu partai (monopartai). Partai
berkuasa yang memusatkan ideologi menempati posisi teratas dalam struktur kekuatan nasional,
dimana secara nyata menguasai kekuatan legislatif, administratif dan yudikatif secara keseluruhan.
Partai bukan hanya menguasai tiga lembaga itu, melainkan juga memimpin organisasi sosial dan
kehidupan rakyat. Oleh karena itu, Korea Utara dapat dikatakan sebagai negara yang dipimpin
partai. Walaupun terdapat lebih dari satu partai, partai tersebut bukan kubu oposisi, tetapi mitra
partai yang berkuasa. Partai berkuasa di Korea Utara adalah Partai Buruh Korea.
Bagi rakyat Korea Utara pemimpin adalah lambang perwujudan tekad dan keinginan partai,
serta merupakan pusat kekuatan untuk mengorganisir dan memimpin kegiatan sosiopolitik secara
terpadu dan secara utuh. Peranan dan kekuatan pemimpin ditempatkan pada posisi teratas dan
posisi yang tidak bisa ditantang. Budaya politik di negara Korea Utara dapat dikategorikan sebagai
budaya politik subyek, yang mana orientasi warga negara bersifat pasif dalam kaitannya dengan
kehidupan negara. Rakyat Korea Utara hanya menyadari sebagai warga negara yang taat dan patuh
terhadap negara yang menerima segala bentuk kebijakan dan keinginan pemerintah. Tidak ada
ruang bagi publik untuk bersuara memperjuangkan hak-haknya karena tidak dapat melakukan
aktivitas politik dengan bebas, apalagi untuk turut campur tangan dalam aktivitas pemerintahan.
Lemahnya kesempatan berpolitik di Korea Utara akibat penerapan sistem partai politik
tunggal telah menunjukkan kekuasaan terkonsentrasi pada segelintir elit yang secara eksklusif
menguasai negara. Hal ini mengindikasikan bahwa sistem pemerintahan yang berjalan bersifat
tertutup serta cenderung otoriter. Sistem pemerintahan yang dijalankan di Korea Utara
mengandung makna bahwa kedaulatan berada di tangan negara sendiri dengan kekuasaan yang
bersifat pewarisan. Namun, di satu sisi dapat pula dipahami bahwa situasi yang telah terbentuk
tersebut masih menunjukkan proses penyelenggaraan pemerintahan yang kondusif dan stabil.
Dengan demikian, antara rakyat dan pemerintah Korea Utara tidak terjalin hubungan yang setara,
akibat situasi budaya politik yang tertanam pada rakyat. Terlebih dengan mengakarnya ideologi
Juche maka semakin mengkristalkan sebuah sistem pemerintahan/administrasi negara yang
sentralis dan jauh dari alam demokrasi.