Anda di halaman 1dari 7

PERANCANGAN JALAN

Disusun oleh :
Ricky Wibowo
1721048

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
2020
Rangkuman Perancangan Jalan

Perancangan Jalan adalah Ilmu Teknik yang menspesialiskan dalam perancangan dan
pembuatan jalan, khususnya jalan bebas hambatan atau yang sering kita kenal adalah jalan tol.
Perancangan Jalan mempelajari geografi dan struktur tanah. Perencanaan jalan raya yang baik
harus memenuhi berbagai macam aspek kriteria, antara lain kendaraan rencana, satuan mobil
penumpang, volume lalulintas, dan kecepatan rencana.
Perencanaan jalan memerlukan suatu acuan, ketetapan, dan standar agar jalan yang
direncanakan menjadi jalan yang aman, nyaman, dan ekonomis. Acuan dasar yang menjadi
pedoman didalam perencanaan ini ialah Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota
(TPGJAK) N0. 38/T/BM/1997.
Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaanya dibentuk dengan kemiringan
tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasan kendaraan maaupun orang yang
menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih tempat pemusatan kegiatan, dan jalan dibuat
harus memenuhi beberapa aspek contohnya keselamatan pengguna, kemanan, dan pengguna jalan
tersebut.
Dengan demikian haruslah memperhatikan elemen penting dalam perencanaan jalan, diantaranya;
1. Alinyemen Horizontal (Trase Jalan)
2. Alinyemen Vertikal (Penampang Melintang Jalan)
3. Penampang melintang jalan
Alinemen horisontal terdiri atas bagian lurus dan bagian lengkung (disebut juga tikungan,
Alinemen vertikal terdiri atas bagian landai vertikal dan bagian lengkung vertikal Ditinjau dari
titik awal perencanaan, bagian landai vertikal dapat berupa landai positif (tanjakan), atau landai
negatif (turunan), atau landai nol (datar), Bagian lengkung vertikal dapat berupa lengkung cekung
atau lengkung cembung.
Alinemen vertikal, alinemen horizontal, dan potongan melintang jalan adalah elemen-
elemen jalan sebagai keluaran perencanaan harus dikoordinasikan sedemikian sehingga
menghasilkan suatu bentuk jalan yang baik dalam arti memudah.kan pengemudi mengemudikan
kendaraannya dengan aman dan nyaman. Bentuk kesatuan ketiga elemen jalan tersebut diharapkan
dapat memberikan kesan atau petunjuk kepada pengemudi akan bentuk jalan yang akan dilalui di
depannya sehingga pengemudi dapat melakukan antisipasi lebih awal.

Koordinasi alinemen vertikal dan alinemen horizontal harus memenuhi ketentuan sebagai berikut
;
1. alinemen horizontal sebaiknya berimpit dengan alinemen vertikal, dan secara. ideal
alinemen horizontal lebih panjang sedikit melingkupi alinemen vertikal.
2. tikungan yang tajam pada bagian bawah lengkung vertikal cekung atau pada bagian atas
lengkung vertikal cembung harus dihindarkan.
3. engkung vertikal cekung pada kelandaian jalan yang lurus dan panjang harus dihindarkan.
4. dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu lengkung horizontal harus dihindarkan.
5. tikungan yang tajam di antara 2 bagian jalan yang lurus dan panjang harus dihindarkan.
Sebelum memulai merencanakan, haruslah menentukan titik koordinat dan jarak lalu menghitung
klasifikasi medan jalan, menentukan tikungan, perhitungan tikungan, menentukan stasionering,
stasionering elevasi permukaan tanah asli, perhitungan alinyemen vertical, perhitungan volume
galian dan timbunan.
Penampang melintang jalan terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut ;
1. Jalur lalu lintas
2. Median dan jalur tepian
3. Bahu
4. Jalur pejalan kaki
5. Selokan
6. Lereng
Klasifikasi jalan, menurut fungsi jalan terbagi atas ;
1. Jalan Arteri
2. Jalan Kolektor
3. Jalan Lokal
Jalan Arteri : Jalan yang melayani angkutan utarna dengan ciri-ciri pedalanan jarak jauh kecepatan
rata-rata tinggi, dan jurnlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
Jalan Kolektor : Jalan yang melayani angkutan pengurnpul/pernbagi dengan ciri-ciri perjalanan
jarak sedang. kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi
Jalan Lokal : Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat,
kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima beban
Ialu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam satuan ton. Klasifikasi menurut
kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya dengan klasifikasi menurut fungsi jalan dapat dilihat
dalam Tabel Il. 1 (Pasal 11, PP. No.43/1993). Klasifikasi jalan menurut wewenang pembinaannya
sesuai PP.NO.26\1985 adalah jalan Nasional, Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten/Kotamadya, Jalan
Desa, dan Jalan Khusus.
Lebar jalur minimum adalah 4.5 meter, memungkinkan 2 kendaraan kecil saling berpapasan.
Papasan dua kendaraan besar yang terjadl sewaktu-waktu dapat menggunakan bahu jalan.
Lajur adalah bagian jalur Ialu lintas yang memanjang, dibatasi oleh marka lajur jalan, memiliki
lebar yang cukup untuk dilewati suatu kendaraan bermotor sesuai kendaraan rencana.
Lebar lajur tergantung pada kecepatan dan kendaraart rencana, yang dalam hal ini dinyatakan
dengan fungsi dan kelas jalan.
Jumlah lajur ditetapkan dengan mengacu kepada MLKJI berdasarkan tingkat kinerja yang
direncanakan, di mana untuk suatu ruas jalan dinyatakan oleh nilai rasio antara volume terhadap
kapasitas yang nilainya tidak lebih dari 0.80. Untuk kelancaran drainase permukaan, lajur Ialu
lintas pada alinemen lurus memerlukan kemiringan melintang normal, 2-3% untuk perkerasan
aspal dan perkerasan beton dan 4-5% untuk perkerasan kerikil.
Jalan dibagi dalam kelas-kelas yang penetapannya kecuali didasarkan pada fungsinya juga
dipertimbangkan pada besarnya volume serta sifat lalu lintas yang diharapkan akan menggunakan
jalan yang bersangkutan. Volume lalu lintas dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp)
yang besarnya menunjukan jumlah lalu lintas harian rata-rata (LHR) untuk kedua jurusan. Dalam
menghitung besarnya volume lalu lintas untuk keperluan penetapan kelas jalan, kecuali untuk
jalan-jalan yang tergolong dalam kelas II C dan III, kendaraan yang tak bermotor tak
diperhitungkan dan untuk jalan-jalan kelas II A dan I, kendaraan lambat tidak diperhitungkan,
seperti hal nya kendaraan tak bermotor. Khusus untuk perencanaan jalan-jalan kelas I, sebagai
dasar harus digunakan volume lalu lintas pada saat-saat sibuk. Sebagai volume waktu sibuk yang
digunakan untuk dasar suatu perencanaan ditetapkan sebesar 15 % dari volume harian rata-rata.
Volume waktu sibuk ini selanjutnya disebut volume tiap jam untuk perencanaan atau disingkat
VDP.
Dalam perencanaan jalan, bentuk jalan harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan
yang bersangkutan dapat memberikan pelayanaan yang optimal kepada arus lalu lintas sesuai
dengan fungsinya. Dalam perencanaan geometric jalan terdapat 3 tujuan utama, yaitu :
1. Memberikan Keamanan dan kenyamanan, seperti jarak pandang, ruang yang cukup bagi
maneuver kendaraan dan koefisien gesek permukaan jalan yang cukup.
2. Menjamin suatu perencanaan yang ekonomis.
3. Memberikan suatu keseragaman geometri jalan sehubung dengan jenis medan.
Kecepatan Rencana adalah kecepatan yang dipilih untuk keperluan perencanaan setiap
bagian jalan raya seperti : tikungan, kemiringan jalan, jarak pandang, kelandaian jalan, dan lain-
lain. Kecepatan rencana tersebut merupakan kecepatan tertinggi menerus di mana kendaraan dapat
berjalan dengan aman dan keaman itu sepenuhnya tergantung dari bentuk jalan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya kecepatan rencana antara lain :
1. Kondisi pengemudi dan kendaraan yang bersangkutan.
2. Sifat fisik jalan dan keadaan medan sekitarnya.
3. Sifat dan tingkat penggunaan daerah.
4. Cuaca.
5. Adanya gangguan dari kendaraan lain.
6. Batasan kecepaatan yang diizinkan.
VR adalah kecepatan rencana pada suatu ruas jalan yang dipilih sebagai dasar perencanaan
geometrik yang memungkinkan kendaraan-kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam
kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang lenggang, dan pengaruh samping jalan yang tidak
berarti. VR untuk masingmasing fungsi jalan yang ditetapkan untuk kondisi medan yang sulit, VR
suatu segmen jalan dapat diturunkan dengan syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20
km/jam.
Tipe jalan menentukan jumlah lajur dan arah pada suatu segmen jalan, untuk jalan-jalan luar kota
sebagai berikut :
- 2 lajur 1 arah (2 / 1)
- 2 lajur 2 arah tak-terbagi (2 / 2 TB)
- Lajur 2 arah tak-terbagi (4 / 2 TB)
- Lajur 2 arah terbagi (4 / 2 B)
- Lajur 2 arah terbagi (6 / 2 B)
Lebar Jalur (Wc) Lebar jalur jalan yang dilewati lalu lintas, tidak termasuk bahu jalan. Lebar Bahu
(Ws) Lebar bahu disamping jalur lalu lintas direncanakan sebagai ruang untuk kendaraan yang
sekali-sekali berhenti, pejalan kaki dan kendaraan lambat. Median (M) Daerah yang memisahkan
arah lalu lintas pada suatu segmen jalan, terletak pada bagian tengah (direndahkan/ditinggikan).
Ruang Manfaat Jalan (Rumaja), dibatasi oleh : Ruang manfaat Jalan adalah daerah yang
meliputi seluruh badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengaman. Badan jalan meliputi lajur
lalu lintas dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan :
- Lebar antara batas ambang pengamanan kontruksi jalan ke dua sisi jalan.
- Tinggi 5 meter diatas permukaan perkerrasan pada sumbu jalan.
- Kedalaman ruang bebas 1,50 meter dibawah muka jalan.
Ruang Manfaat Jalan (Rumaja), dibatasi oleh : Ruang manfaat Jalan adalah daerah yang
meliputi seluruh badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengaman. Badan jalan meliputi lajur
lalu lintas dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan :
- Lebar antara batas ambang pengamanan kontruksi jalan ke dua sisi jalan
- Tinggi 5 meter diatas permukaan perkerasan pada sumbu jalan.
- Kedalaman ruang bebas 1,50 meter dibawah muka jalan.
Ruang Milik Jalan (Rumija) Ruang milik jalan adalah meliputi seluruh ruang manfaat jalan
dan ruang yang diperuntukkan bagi pelebaran jalan dan penambahan jalur lalu lintas kemusian hari
serta kebutuhan ruangan untuk pengaman jalan. Ruang milik jalan juga merupakan ruang
sepanjang jalan yang juga dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh pembini jalan
dengan suatu hak tertentu, dan biasanya pada setiap jarak 1 km dipasang patok DMJ berwarna
kuning. Ruang milik jalan adalah ruang dibatasi lebar yang sama dengan Rumaja ditambah
ambang pengamanan kontruksi jalan setinggi 5 meter dan kedalaman 1,5 meter.
Ruang Pengawasan jalan (Ruwasja) Ruang pengawasan jalan adalah lajur lahan yang
berada dibawah pengawasan pembinaan jalan, ditujukan untuk penjagaan terhadap terhalanganya
pandangan bebas pengendara kendaraan bermotor dan untuk pengamanan kontruksi jalan dalam
hal ruang milik jalan yang tidak mencukupi. Ruwasja juga adalah ruang sepanjang jalan diluar
Rumaja yang dibatasi oleh tinggi dan lebar tertentu.
Bagian yang paling kritis dari suatu alinyemen horizontal ialah bagian lengkung
(tikungan). Hal ini disebabkan oleh adanya suatu gaya sentrifugal yang akan melemparkan
kendaraan keluar daerah tikungan tersebut. Pada saat kendaraan melalui daerah superelevasi, akan
terjadi gesekan arah melintang jalan antara ban dengan permukaan aspal yang menimbulkan gaya
gesekan melintang dengan gaya normal yang disebut dengan koefisien gesekan melintang (f).
Gaya sentrifugal ini mendorong kendaraan secara radial keluar jalur. Atas dasar ini maka
perencanaan tikungan agar dapat memberikan keamanan dan kenyamanan perlu
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
- Jari-jari lengkung minimum Untuk menghindari terjadinya kecelakaan, maka untuk
kecepatan tertentu ditentukan jari-jari minimum untuk supereleavsi maksimum 10 %.Nilai
panjang jari-jari minimum
- Bentuk-bentuk Tikungan Di dalam suatu perencanaan garis lengkung maka perlu diketahui
hubungan kecepatan rencana dengan kemiringan melintang jalan (suprelevasi) karena garis
lengkung yang direncanakan harus dapat mengurangi gaya sentrifugal secara berangsur-
angsur mulai dari nol sampai nol kembali. Bentuk tikungan dalam perencanaan tersebut
adalah Bentuk tikungan full circle Bentuk tikungan ini digunakan pada tikungan yang
mempunyai jari-jari besar dan sudut tangen yang relatif kecil. Atas dasar ini maka
perencanaan tikungan dapat memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna jalan
raya, dalam merencanakan tikungan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Lengkung peralihan, Kemiringan melintang, Pelebaran perkerasan, Kebebasan samping.
- Jenis tikungan full circle ini merupakan jenis tikungan yang paling ideal ditinjau dari segi
keamanan dan kenyamana pengendara dan kendaraannya, namun apabila ditinjau dari
penggunaan lahan dan biaya pembangunannya yang relatif terbatas, jenis tikungan ini
merupakan pilihan yang sangat mahal.

Perencanaan geometrik jalan adalah perencanaan rute dari suatu ruas jalan secara lengkap,
meliputi beberapa elemen yang disesuai kan dengan kelengkapan dan data yang ada atau tersedia
dari hasil survey lapangan dan telah dianalisis, serta mengacu pada ketentuan yang
berlaku.(L.Hendarsin Shirley,2000)
Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik
beratkan pada alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal sehingga dapat memenuhi fungsi dasar
dari jalan yang memberikan kenyamanan yang optimal pada arus lalu lintas sesuai dengan
kecepatan yang direncanakan. Secara umum perencanaan geometrik terdiri dari aspek-aspek
perencanaan trase jalan, badan jalan yang terdiri dari bahu jalan dan jalur lalu lintas, tikungan,
drainase, kelandaian jalan serta galian dan timbunan. Tujuan dari perencanaan geometrik jalan
adalah menghasilkan infrastruktur yang aman, efesiensi pelayanan arus lalu lintas dan
memaksimalkan ratio tingkat penggunaan atau biaya pelaksanaan.(Sukirman Silvia,1999)
Perencanaan geometrik jalan merupakan suatu perencanaan rute dari suatu ruas jalan secara
lengkap, menyangkut beberapa komponen jalan yang dirancang berdasarkan kelengkapan data
dasar, yang didapatkan dari hasil survey lapangan, kemudian di analisis berdasarkan acuan
persyaratan perencanaan geometric yang berlaku.Acuan perencanaan yang dimaksud adalah sesuai
dengan standar perencanaan geometrik yang berlaku.Acuan perencanaan yang dimaksud adalah
sesuai dengan standar perencanaan geometrik yang dianut di Indonesia. (Hamiran Saodang,2010)
Yang menjadi dasar perencanaan geometrik adalah sifat gerakan dan ukuran kendaraan,
sifat pengemudi dalam megendalikan gerak kendaraannya, dan karakteristik arus lalu lintas. Hal
tersebut haruslah menjadi bahan pertimbangan perencana sehingga dihasilkan bentuk dan ukuran
jalan, serta ruang gerak kendaraan yang memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan yang
diharapkan.(Silvia Sukirman,1999)
Dalam merencanakan suatu konstruksi jalan raya harus memiliki data perencanaan,
diantaranya data lalu lintas, data topografi, data tanah dan data penunjang lainnya.Semua data ini
sangat diperlukan dalam merencanakan suatu konstruksi jalan raya. Data-data ini sangat
diperlukan dalam merencanakan konstruksi jalan raya karena data-data ini memberikan gambaran
yang sebenarnya dari kondisi suatu daerah dimana ruas jalan ini akan dibangun. Dengan adanya
data-data ini, kita dapat menentukan geometrik dan ketebalan perkerasan yang diperlukan dalam
merencanakan suatu konstruksi jalan raya.

Anda mungkin juga menyukai