Anda di halaman 1dari 99

ASUHAN KEPERAWATAN Tn. M DAN Tn.

H YANG MENGALAMI
HARGA DIRI RENDAH DENGAN PEMBERIAN STRATEGI
PELAKSANAAN 1 DAN 2 DI RUANG ABIMANYU
RUMAH SAKIT JIWA Dr. ARIF ZAINUDIN
SURAKARTA

DISUSUN OLEH :
ARROFI LAILA MAGHFIROH
P.14064

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017
ASUHAN KEPERAWATAN Tn. M DAN Tn. H YANG MENGALAMI
HARGA DIRI RENDAH DENGAN PEMBERIAN STRATEGI
PELAKSANAAN 1 DAN 2 DI RUANG ABIMANYU
RUMAH SAKIT JIWA Dr. ARIF ZAINUDIN
SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah


Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma 3 Keperawatan

DISUSUN OLEH :
ARROFI LAILA MAGHFIROH
P.14064

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017

i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya Yang Bertanda Tangan Dibawah ini :


Nama : Arrofi Laila Maghfiroh
NIM : P.14064
Program Studi : D3Keperawatan
JudulKaryaTulisIlmiah : Asuhan Keperawatan Klien Dengan Harga Diri
Rendah Di Rumah Sakit Jiwa Dr. Arif Zainudin
Surakarta
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar - benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, Juli 2017


Yang membuat pernyataan

ARROFI LAILA MAGHFIROH


P.14064

ii
MOTTO

Jadilah diri sendiri dan jangan menjadi orang lain


walaupun dia terlihat lebih baik dari kita

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH


ASUHAN KEPERAWATAN Tn. M DAN Tn. H YANG MENGALAMI
HARGA DIRI RENDAH DENGAN PEMBERIAN STRATEGI
PELAKSANAAN 1 DAN 2 DI RUANG ABIMANYU
RUMAH SAKIT JIWA Dr. ARIF ZAINUDIN
SURAKARTA

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar


Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep.)

Oleh:
ARROFI LAILA MAGHFIROH
P.14 064

Surakarta, 24 April 2017

Menyetujui,
Pembimbing

JOKO KISMANTO., S.Kep., Ns.

iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI

Telah Diuji Tanggal :

DewanPenguji

Ketua :

1. Dwi sulistyawati, Skep., Ns., M.Kep. (…………………….)

2. Joko Kismanto, S.Kep., Ns. (…………………….)

v
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :


Nama : Arrofi Laila Maghfiroh
NIM : P.14064
Program Studi : D3 Keperawatan
JudulKaryaTulisIlmiah : Asuhan Keperawatan pada Tn. M dan Tn. H yang
mengalami Harga Diri Rendah dengan pemberian
strategi pelaksanaan 1 dan 2 di ruang Abimanyu
Rumah Sakit Jiwa Dr. Arif Zainudin Surakarta

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Ditetapkan di : STIKes Kusuma Husada
Hari/ Tanggal : Senin, 07 Agustus 2017

DEWAN PENGUJI
Ketua : S. Dwi Sulisetyawati, S.Kep., Ns., M.Kep. (………………)
NIK. 200984041

Anggota : Joko Kismanto, S.Kep., Ns. (………………)


NIK. 20067002

Mengetahui,
Ketua Program Studi D3 Keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta

Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M.Kep.


NIK. 200981037

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Klien Dengan Harga Diri
Rendah Di Rumah Sakit Jiwa Dr. Arif Zainudin Surakarta” Dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Wahyu Rima Agustin,S.Kep., Ns.,M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi D3
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Erlina Windyastuti,S.Kep., Ns.,M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi D3
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat
menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
4. Joko Kismanto, S.Kep., Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan –
masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi
demi sempurnanya studi kasus ini.
5. ……………………………… selaku dosen penguji yang telah membimbing
dengan cermat memberikan masukan - masukan inspirasi, perasaan nyaman
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
6. Semua dosen Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
7. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
untuk menyelesaikan pendidikan.

vii
8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin

Surakarta, Juli 2017

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................... ii
MOTTO ....................................................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI ......................................... v
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah .................................................................. 4
1.3 Rumusan Masalah ............................................................... 5
1.4 Tujuan Studi Kasus ............................................................. 5
1.5 Manfaat Studi Kasus ........................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori ..................................................................... 8
2.1.1 Definisi Harga Diri Rendah ..................................... 8
2.1.2 Komponen Konsep Diri .......................................... 9
2.1.3 Rentang Respon Konsep Diri .................................. 11
2.1.4 Etiologi .................................................................... 12
2.1.5 Manifestasi Klinis ................................................... 13
2.1.6 Akibat terjadinya harga diri rendah ......................... 13
2.1.7 Proses terjadinya harga diri rendah ......................... 14
2.1.8 Penatalaksanaan ...................................................... 15
2.2 Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah ........................... 17
2.2.1 Pengkajian ............................................................... 17
2.2.2 Masalah Keperawatan ............................................. 21
2.2.3 Diagnosa Keperawatan ............................................ 23
2.2.4 Intervensi Keperawatan untuk Harga Diri Rendah . 23
2.2.5 Implementasi ........................................................... 34
2.2.6 Evaluasi ................................................................... 36
BAB III METODE STUDI KASUS
3.1 Desain Studi Kasus ............................................................. 38
3.2 Batasan Istilah ..................................................................... 38
3.3 Partisipan ............................................................................. 39
3.4 Lokasi dan Waktu ............................................................... 39
3.5 Pengumpulan Data .............................................................. 39
3.6 Uji Keabsahan Data ............................................................. 40
3.7 Analisa Data ........................................................................ 41
BAB IV HASIL STUDI KASUS
4.1 Identitas Klien ..................................................................... 43
4.2 Alasan Masuk ...................................................................... 43
4.3 Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi .......................... 43
4.4 Pemeriksaan Fisik ............................................................... 44
4.5 Psikososial ........................................................................... 45
4.6 Status Mental ....................................................................... 46
4.7 Kebutuhan Persiapan Pulang ............................................... 48
4.8 Mekanisme Koping ............................................................. 49
4.9 Masalah Psikososial dan Lingkungan ................................. 49
4.10 Pengetahuan Kurang Tentang Penyakit Jiwa ...................... 49
4.11 Aspek Medik ....................................................................... 49
4.12 Faktor Masalah Keperawatan .............................................. 50
4.13 Analisa Data ........................................................................ 50
4.14 Rencana atau Intervensi Keperawatan ................................ 52
4.15 Evaluasi ............................................................................... 57
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pengkajian ............................................................................ 59
5.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................ 67
5.3 Intervensi ............................................................................. 68
5.4 Implementasi ....................................................................... 69
5.5 Evaluasi ............................................................................... 74
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ......................................................................... 76
6.2 Saran .................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rentang Respon Konsep Diri ................................................ 10


Gambar 2.2 Pohon Masalah Harga Diri Rendah ....................................... 21
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup


Lampiran 2 Lembar Konsultasi
Lampiran 3 Asuhan Keperawatan
Lampiran 4 Jurnal
Lampiran 5 Lembar Audiens
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut data WHO pada tahun 2012 angka penderita gangguan jiwa

mengkhawatirkan secara global, sekitar 450 juta orang yang menderita

gangguan mental. Orang yang mengalami gangguan jiwa sepertiganya

tinggal di negara berkembang, sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan

mental itu tidak mendapatkan perawatan. Kesehatan jiwa adalah

pengendalian diri dalam menghadapi stresor di lingkungan sekitar dengan

selalu berpikir positif dalam keselarasan tanpa adanya tekanan fisik dan

psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang mengarah pada

kestabilan emosional. Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan dimana

seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa, dan memiliki sikap positif

untuk menggambarkan tentang kedawasaan serta kepribadiannya. (Nasir dan

Muhith, 2010).

Menurut World Health Organization (WHO) 2015, prevalensi

masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia

pernah menderita masalah kesehatan jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan

jiwa berat, potensi seseorang mudah terserang gangguan jiwa memang

tinggi, setiap saat 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak

permasalahan jiwa, saraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat

pada studi terbaru World Health Organization (WHO) di 14 negara

menunjukkan bahwa pada negara - negara berkembang sekitar 76 - 85%

1
2

kasus gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun

utama. Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat

yang sangat tinggi dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada di

masyarakat.

Gangguan jiwa adalah gangguan pada satu atau lebih fungsi jiwa.

Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya

emosi, proses pikir, perilaku, persepsi (penangkapan panca indra).

Gangguan jiwa ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita dan

keluarganya (Stuart dan Sundeen, 2008)

Indonesia mengalami peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa

cukup banyak diperkirakan prevalensi gangguan jiwa berat dengan psikosis

atau skizofrenia di Indonesia pada tahun 2015 adalah 1.728 orang. Adapun

proposi rumah tangga yang pernah memasang ART gangguan jiwa berat

sebesar 1.655 rumah tangga dari 14,3% terbanyak tinggal dipedesaan

sedangkan yang tinggal diperkotaan sebanyak 10,7%. Selain itu prevalensi

gangguan mental emosional pada penduduk umur lebih dari 15 tahun di

Indonesia secara nasional adalah 6,0% (37.728 orang dari subjek yang

dianalisis). Provinsi dengan prevalensi gangguan mental emosional tertinggi

adalah Sulawesi Tengah (11.6%), sedangkan yang terendah dilampung

(1,2%). Dinas Kesehatan Kota Jawa Tengah (2015), mengatakan angka

kejadian penderita gangguan jiwa di Jawa Tengah berkisar antara 3.300

orang hingga 9.300 orang. Angka kejadian ini merupakan penderita yang

sudah terdiagnosa.
3

Hasil laporan Rekam Medik DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH

Surakarta didapatkan data dari bulan Januari - April 2013 tercatat jumlah

Klienrawat inap (915) orang dengan masalah keperawatan yang berbeda -

beda, meliputi perilaku kekerasan, halusinasi, menarik diri, harga diri

rendah, deficit perawatan diri, waham dan risiko bunuh diri. Data pada

angsal Amarta DiRumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta selama bulan April

2013 tercatat Kliendengan Harga Diri Rendah (HDR) sebanyak 73

Klien(Rekam Medik DiRumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, 2015)

Harga diri rendah adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan

menganalisa seberapa jauh perilaku dengan ideal diri. Perasaan tidak

berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi

negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri harga diri rendah yaitu

perasaan tidak berharga, tidak berarti, rendah diri yang berkepanjangan

akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Menurut

Keliat (2013) Pada Kliendengan harga diri rendah akan mengalami

gangguan yaitu mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, pandangan

hidup yang pesimis, penurunan produktivitas, penolakan terhadap

kemampuan diri. (Fajariyah, 2012).

Penyebab paling sering timbulnya gangguan jiwa dikarenakan

himpitan masalah ekonomi, kemiskinan, kemampuan dalam beradaptasi

tersebut berdampak pada kebingungan, kecemasan, frustasi dan perilaku

kekerasan dan konflik batin dan gangguan emosional menjadi ladang subur

bagi tumbuhnya penyakit mental. Pada Kliendengan Harga Diri


4

Rendahmuncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih

dari kemampuannya.

Harga diri rendah mengakibatkan jika tidak menggunakan komunikasi

teraupetik maka dapat mengakibatkan gangguan interaksi sosial:menarik

diri, perubahan penampilan peran, keputusan maupun munculnya perilaku

kekerasan yang beresiko mencederai diri, orang lain dan lingungan (Keliat,

2008). Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap

tahunnya angka kejadian Harga Diri Rendah meningkat. Oleh karena itu,

penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dengan judul “Asuhan

Keperawatan Pada KlienDengan Harga Diri RendahDi Rumah Sakit Jiwa

Daerah Surakarta”.

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Klien

yang mengalami Harga Diri Rendah di di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Surakarta. Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti

dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap

diri sendiri dan kemampuan diri. Gejala yang muncul yaitu mengejek dan

mengkritik diri sendiri, merendahkan atau mengurangi martabat, rasa

bersalah dan khawatir, merusak diri. Dampak pada harga diri rendah dapat

membuat Klienmenjadi tidak mau bergaul dengan orang lain dan terjadinya

isolasi sosial, menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel

pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam

hubungan sosial.
5

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah maka penulis membuat perumusan masalah

sebagai berikut “Bagaimana Memberikan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada

Klien Dengan Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Surakarta ?”.

1.4 Tujuan Studi Kasus

1.4.1 Tujuan Umum

Penulis melakukan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. H dan Tn. M

Dengan Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. H dan Tn. M

dengan Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Surakarta.

2. Penulis mampu menetapkan Diagnosa Keperawatan pada Tn. H

dan Tn. M dengan Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Surakarta.

3. Penulis mampu menyusun Rencana Tindakan pada Tn. H dan

Tn. M dengan Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Surakarta.
6

4. Penulis mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada

Tn. H dan Tn. M dengan Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit

Jiwa Daerah Surakarta.

5. Penulis mampu melakukan Evaluasi Tindakan pada Tn. H dan

Tn. M dengan Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Surakarta.

1.5 Manfaat Studi Kasus

1.5.1 Bagi Penulis

Menambah wawasan dan dapat mengaplikasikan asuhan

keperawatan pada klien dengan Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit

Jiwa Daerah Surakarta.

1.5.2 Bagi Rumah Sakit

Dapat memberikan masukan pada rumah sakit dalam rangka

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama pada kasus Harga

Diri Rendah.

1.5.3 Institusi Pendidikan

Dapat menambah referensi bacaan untuk institusi pendidikan,

terutama pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada

Kliendengan gangguan Harga Diri Rendah.

1.5.4 Bagi Klien

Klien mampu mengatasi masalah yang terjadi serta melakukan

kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Tn. M dan Tn. H.

1.5.5 Bagi Perawat


7

Mampu dapat memberikan manfaat asuhan keperawatan pada klien

yang mengalami Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Surakarta.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Definisi Harga Diri Rendah

Harga diri rendah adalah penilaian tentang pencapaian diri

dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal

diri.Perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang

berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan

kemampuan diri (Fajariyah, 2012).

Sedangkan menurut stuart (2008) Harga diri rendah adalah

semua pemikiran, kepercayaan dan keyakinan yang merupakan

pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi

hubungannya dengan orang lain. Harga diri terbentuk waktu lahir

tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam

dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia

(Stuart,2008).

Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan

tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara

langsung atau tidak langsung diekspresikan (Townsend, 2010).


8

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti

dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif

terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.Adanya hilang percaya

diri, merasa gagal karena karena tidak mampu mencapai

keinginansesuai ideal diri (Keliat, 2008).

2.1.2 Komponen Konsep Diri

Konsep diri adalah semua pikiran, kepercayaan dan

kenyakinan yang diketahui tentang dirinya dan mempengaruhi

individu dalam berhubungan dengan orang lain. Ciri konsep diri

menurut Fajariyah (2012) terdiri dari konsep diri yang positif,

gambaran diri yang tepat dan positif, ideal diri yang realitis, harga

diri yang tinggi, penampilan diri yang memuaskan, dan identitas

yang jelas.

1. Citra tubuh

Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik

disadari atau tidak disadari meliputi persepsi masa lalu

atausekarang mengenai ukuran dan bentuk, fungsi penampilan

dan potensi tubuh.Citra tubuh sangat dinamis karena secara

konstan berubah seiring dengan persepsi dan pengalaman-

pengalaman baru. Citra tubuh harus realitis karena semakin

dapat menerima dan menyukai tubuhnya individu akan lebih

bebas dan merasa aman dari kecemasan. Individu yang

menerima tubuhnya apa adanya biasanya memiliki harga diri


9

tinggi daripada individu yang tidak menyukai tubuhnya

(Suliswati, 2010).

2. Ideal diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaiman ia

seharusnya bertingkah laku berdasarkan standart pribadi.

Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/

disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang ingin

diraih. Ideal diri, akan mewujudkan cita-cita atau penghargaan

diri berdasarkan norma-norma sosial dimasyarakat tempat

individu tersebut melahirkan penyesuaian diri (Suliswati, 2010).

3. Harga diri

Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal

yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku

dirinya dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan

yang berasal dari penerimaan diri sendiritanpa syarat, walaupun

melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa

sebagai orang yang penting dan berharga (Stuart,2010).

4. Peran

Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan

tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan

fungsi individu didalam sekelompok sosial dan merupakan cara

untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada orang berarti.

Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yeng berhubungan

dengan posisi setiap waktu sepanjang daur


10

kehidupnya.Hargadiri yang tinggi merupakan hasil dari peran

yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideali diri

(Suliswati, 2010).

5. Identitas diri

Prinsip penorganisasian kepribadian yang bertanggung

jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan

keunikan individu. Prinsip tersebut sama artinya dengan

otonomi dan mencakup persepsi seksualitas seseorang.

Pembentukan identitas, dimulai pada masa bayi dan terus

berlangsung sepanjang kehidupan, tetapi merupakan tugas

utama pada masa remaja (Stuart, 2010).

2.1.3 Rentang Respon Konsep Diri

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep Harga Diri Keracunan depersonalisasi


Diri Diri Positif Rendah Identitas

Gambar 2.1 Rentang Respon Konsep Harga diri rendah

Sumber : (Fajariyah, 2012)

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) respon individu terhadap

konsep dirinya sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif

dan maladaptif (Fajariyah, 2012).

1. Akualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar

belakang pengalaman nyata yang sukses diterima.


11

2. Konsep diri positif adalah mempunyai pengalaman yang positif

dalam beraktualisasi diri.

3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif

dengan konsep diri maladaptif.

4. Keracunan identitas adalah kegagalan individu dalam

kemalangan aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang

harmonis.

5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realitis terhadap diri

sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta

tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.(Fajariyah,

2012).

2.1.4 Etiologi

Penyebab terjadi harga diri rendah adalah :

1. Pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas

keberhasilannya.

2. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang

dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima.

3. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan, atau

pergaulan

4. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung

mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya (Yosep,

2009).

2.1.5 Manifestasi Klinis


12

Tanda gejala harga diri rendah menurut (Carpenito 2008)

antara lain yaitu perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit

dan akibat tindakan terhadap penyakit, rasa bersalah terhadap diri

sendiri, merendahkan martabat, gangguan hubungan sosial, seperti

menarik diri, tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka

sendiri, percaya diri kurang, sukar mengambil keputusan mencederai

diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,

ingin mengakhiri kehidupan. Tidak ada kontak mata, sering

menunduk, tidak atau jarang melakuakan kegiatan sehari-hari,

kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi,

berkurang selera makan, bicara lambat dengan nada lemah.

2.1.6 Akibat terjadinya harga diri rendah

Menurut Karika (2015) harga diri rendah dapat berisiko

terjadinya isolasi sosial: menarik diri, isolasi soasial menarik diri

adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku

yang maladaptif mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan

sosial. Dan sering ditunjukan dengan perilaku antara

lain :

1. Data subyektif

a. Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan atau

pembicaraan.

b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan

orang lain.
13

c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh

oranglain.

2. Data obyektif

a. Kurang spontan ketika diajak bicara.

b. Apatis.

c. Ekspresi wajah kosong.

d. Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal

e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat

bicara.

2.1.7 Proses terjadinya harga diri rendah

Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan

dari diri rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga

terjadi karena individu tidak pernah mendapat feed back dari

lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin

kecenderungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif

mendorong individu menjadi harga diri rendah.

Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor.

Awalnya individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan

stressor (krisis), individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak

tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa

gagal menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri

sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah

kondisi harga diri rendah situasional,jika lingkungan tidak memberi

dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara


14

terus menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri

rendah kronis (Direja, 2011)

2.1.8 Penatalaksanaan

Menurut Eko, 2014 terapi pada gangguan jiwa skizofrenia

sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami

diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi dari pada masa

sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :

1. Psikofarmako, berbagai obat psikofarmako yang hanya

diperolehdengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan

yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua

(atypical). Obat yang termasuk golongan generasi pertama

misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan

Haloperridol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya:

Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan

Ariprprazole.

2. Psikoterapi, terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita

bergaul lagi engan orang lain, pasien lain, perawat dan dokter.

Maksudnya supaya pasien tidak mengasingkan diri lagi karena

jika pasien menarik diri dapat membentuk kebiasaan yang

kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau

latihan bersama.

3. Terapi kejang listrik (Elektro Convulsive therapy), adalah

pengobatan untukmenimbulkan kejang granmall secara artifical

dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang


15

dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan

pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika

oral atau injeksi, dosis terapi listrik 5- 5 joule/ detik.

4. Terapi modalitas, merupakan rencana pengobatan untuk

skizofrenia dan kekurangan pasien. Teknik perilaku

menggunakan latihan ketrampilan sosial untuk meningkatkan

kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan

latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Terapi aktivitas

kelompok dibagi 4 yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi

kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori,

terapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan terapi aktivitas

kelompok sosialisasi.

5. Adapun tindakan terapi untuk pasien dengan harga diri rendah

menurut Kaplan &Saddock, 2010 mengatakan, tindakan

keperawatan yang dibutuhkan pada pasien dengan harga diri

rendah adalah terapi kognitif, terapi interpersonal, terapi tingkah

laku, dan terapi keluarga. Tindakan keperawatan pada pasien

dengan harga diri rendah bisa secara individu, terapi keluarga,

kelompok dan penanganan dikomunikasi baik generalis

keperawatan lanjutan. Terapi untuk pasien dengan harga diri

rendah yang efisian untuk meningkatkan rasa percaya diri dalam

berinteraksi dengan orang lain, sosial, dan lingkungannya yaitu

dengan menerapkan terapi kognitif pada pasien dengan harga

diri rendah.
16

2.2 Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah

2.2.1 Pengkajian

Tahap pertama meliputi 16ocial predisposisi seperti :

psikologis, tanda, dan tingkah laku klien dan mekanisme koping

klien (Damaiyanti, 2012).

Pengkajian menurut Deden (2013) melalui beberapa 16ocial, yaitu :

1. Faktor predisposisi

a. Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan

orang tua, harapan orang tua yang tidak 16ocial16ic.

b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran

yang sesuai dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan

dan peran yang sesuai dengan kebudayaan.

c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua

yang tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan

kultur 16ocial yang berubah.

2. Faktor presipitasi

a. Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam

atau faktor dari luar individu (internal or eksternalsources),

yang dibagi 5 (lima) kategori:

1) Ketegangan peran adalah stress yang berhubungan

dengan frustasi yang dialami individu dalam peran


17

2) Konflik peran: ketidaksesuaian peran antara yang

dijalankan dengan yang diinginkan.

3) Peran yang tidak jelas: kurangnya pengetahuan

individu tentang peran yang dilakukannya.

4) Peran berlebihan: kurang sumber yang adekuat untuk

menampilkan seperangkat peran yang komleks.

5) Perkembangan transisi, yaitu perubahan norma yang

berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri.

6) Situasi transisi peran, adalah bertambah atau

berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu

melalui kelahiran atau kematian orang yang berarti.

7) Transisi peran sehat-sakit, yaitu peran yang diakibatkan

oleh keadaan sehat atau keadaan sakit. Transisi ini

dapat disebabkan:

a) Kehilangan bagian tubuh.

b) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau

fungsi tubuh.

c) Perubahan fisik yang berkaitan dengan

pertumbuhan dan perkembangan.

d) Prosedur pengobatan dan perawatan.

8) Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan,

ketidak seimbangan bio-kimia, gangguan penggunaan

obat, alkohol dan zat.

3. Perilaku
18

Menurut Stuart dan Sundeen (2009) perilaku yang

berhubungan dengan harga diri yang rendah yaitu identitas

kacau dan depersonalisasi seperti berikut (Deden, 2013):

a. Perilaku dengan harga diri yang rendah.

1) Mengkritik diri sendiri atau orang lain

2) Produktifitas menurun

3) Destruktif pada orang lain

4) Gangguan berhubungan

5) Merasa diri lebih penting

6) Merasa tidak layak

7) Rasa bersalah

8) Mudah marah dan tersinggung

9) Perasaan negative terhadap diri sendiri

10) Pandangan hidup yang pesimis

b. Perilaku dengan identitas kacau.

1) Tidak mengindahkan moral

2) Mengurahi hubungan interpersonal

3) Perasaan kosong

4) Perasaan yang berubah-ubah

5) Kekacauan identitas seksual

6) Kecemasan yang tinggi

7) Tidak mampu berempati

8) Kurang keyakinan diri

9) Mencitai diri sendiri


19

10) Masalah buhungan intim

11) Ideal diri tidak realistik

c. Perilaku dengan Depersonalisasi.

1) Afek : identitas hilang, asing dengan diri sendiri,

perasaan tidak aman, rendah diri, taku,

malu, dan perasaan tidak realistic, merasa

sangat terisolasi.

2) Persepsi : Halusinasi pendengaran dan penglihatan,

tidak yakin akan jenis kelaminnya, sukar

membedakan diri dengan orang orang lain.

3) Kognitif : Kacau, disorientasi waktu, penyimpangan

pikiran, daya ingat terganggu, dan daya

penilaian terganggu.

4) Perilaku : Afek tumpul, pasif dan tidak ada respon

emosi, komunikasi tidak selaras, tidak dapat

mengontrol perasaan, tidak ada inisiatif dan

tidak mampu mengambil keputusan,

menarik diri dari lingkungan, dan kurang

bersemangat.

2.2.2 Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji menurut Fajariyah

(2012) :

1. Masalah utama

Gangguan konsep diri : harga diri rendah Data subyektif :


20

a. Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya.

b. Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli.

c. Mengungkapkan tidak bisa apa-apa.

d. Mengungkapkan dirinya tidak berguna.

e. Mengkritik diri sendiri.

f. Perasaan tidak mampu.

Data obyektif :

a. Merusak diri sendiri.

b. Merusak orang lain.

c. Ekspresi malu.

d. Menarik diri dari hubungan sosial.

e. Tampak mudah tersinggung.

f. Tidak mau makan dan tidak tidur.

2. Masalah keperawatan

Penyebab tidak efektifan koping individu. Data subyektif :

1) Mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan

orang lain.

2) Mengungkapkan malu dan tidak bisa ketika diajak

melakukan sesuatu.

3) Tampak ketergantungan terhadap orang lain.

4) Tampak sedih dan tidak melakukan aktivitas yang

seharusnya dapat dilakukan.


21

5) Wajah Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup

lagi.

Data obyektif :

1) Tampak murung.

4. Masalah keperawatan

Akibat isolasi sosial menarik diri Data subyektif :

1) Mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain

2) Klien mengatakan malu bertemu dan berhadapan dengan

orang lain.

Data obyektif :

1) Ekspresi wajah kosong tidak ada kontak mata ketika diajak

bicara.

2) Suara pelan dan tidak jelas.

3) Hanya memberi jawaban singkat (ya atau tidak).

4) Menghindar ketika didekati.

5. Pohon Masalah

Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :

Isolasi Sosial : Menarik diri

Harga Diri Rendah

Koping individu tidak efektif


22

Gambar 1.2 Pohon Masalah Harga Diri Rendah (Fajariyah, 2012)

2.2.3 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

2. Isolasi sosial : Menarik diri

2.2.4 Intervensi keperawatan untuk Harga Diri Rendah

Rencana tindakan keperawatan klien dengan gangguan konsep

diri : Harga diri rendah.

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Harga Diri Rendah

Pasien Keluarga
No
SP1P SP1K
1 Bina hubungan saling percaya Mendiskusikan masalah yang
2 Mengidentifikasi kemampuan dirasakan keluarga dalam
dan aspek positif yang merawat pasien
dimilikipasien Menjelaskan pengertian harga
3 Membantu pasien menilai diri rendah, tanda dan gejala,
kemampuan pasien yang serta proses terjadinya harga
masihdapat digunakan diri rendah
4 Membantu pasien memilih Menjelaskan cara merawat
kegiatan yang akan dilatih pasien denga harga diri rendah
sesuai dengan kemampuan
pasien
5 Melatih pasien sesuai
kemampuan yang dipilih
6 Memberikan pujian yang
wajartehadap keberhasilan
pasien
7 Menganjurkan pasien
memasukan dalam jadwal

Kegiatan Harian
SP2K
SP2P
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan Melatih keluarga
harian pasien mempraktekan cara merawat
2 Melatih pasien melakukan pasien dengan harga diri
23

kegiatan yang sesuai dengan rendah


kemampuan klien
3 Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

1. Harga diri rendah

Tujuan Umum :

Pasien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap.

Tujuan Khusus 1 :

Pasien dapat membina hubungan saling percaya.

Kriteria Evaluasi :

a. Pasien dapat mengungkapkan perasaannya

b. Ekspresi Wajah bersahabat.

c. Ada kontak mata

d. Menunjukkan rasa senang.

e. Mau berjabat tangan.

f. Mau menjawab salam

g. Pasien mau duduk berdampingan

h. Pasien mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

Intervensi :

a. Bina hubungan saling percaya

1) Sapa pasien dengan ramah, baik verbal maupun

nonverbal

2) Perkenalkan diri dengan sopan


24

3) Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan yang

disukai pasien

4) Jelaskan tujuan pertemuan, jujur, dan menepati janji

5) Tunjukan sikap empati dan menerima pasien apa

adanya

6) Beri perhatian pada pasien

Rasional : hubungan saling percaya merupakan

landasan utama untuk hubungan selanjutnya.

b. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan tentang

penyakit yang dideritanya

1) Sediakan waktu untuk mendengarkan pasien

2) Katakan pada pasien bahwa ia adalah seorang yang

berharga dan bertanggung jawab serta mampu

mendorong dirinya sendiri.

Rasional: beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan

dapat membantu mengurangi stress dan penyebab perasaan

jengkel atau kesal dapat diketahui.

Tujuan Khusus 2 :

Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif

yangdimiliki

Kriteria Evaluasi :

Pasien mampu mempertahankan aspek yang positif

intervensi :
25

a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

pasien dan diberi pujian atas kemampuan mengungkapkan

perasaannya. Saat bertemu pasien, hindarkan memberi

penilaian negatif.Utamakan memberi pujian yang realitis.

Tujuan Khusus 3 :

Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

Kriteria Evaluasi :

a. Kebutuhan pasien terpenuhi

b. Pasien dapat melakukan aktivitas terarah

Intervensi :

a. Diskusikan kemampuan pasien yang masih dapat digunakan

selama sakit.

b. Diskusikan juga kemampuan yang dapat dilanjutkan

penggunaan di rumah sakit dan di rumah nanti.

Rasional : untuk mengidentifikasi kemampuan yang dapat

dilakukan.

Tujuan Khusus 4 :

Pasien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai

dengan kemampuan yang dimiliki.

Kriteria Evaluasi :

a. Pasien mampu beraktivitas sesuai kemampuan.

b. Pasien mengikuti terapi aktivitas kelompok.

Intervensi :
26

a. Rencanakan bersama pasien aktivitas yang dapat dilakukan

setiap hari setiap hari sesuai kemampuan : kegiatan

mandiri, kegiatan dengan bantuan minimal, kegiatan

dengan bantuan total.

b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi pasien.

c. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh pasien

lakukan (sering klien takut melaksanakannya).

Rasional : untuk memberikan aktivitas sesuai kempampuan

yang dimiliki pasien.

Tujuan Khusus 5 :

Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan

kemampuannya.

Kriteria Evaluasi :

Pasien mampu beraktivitas sesuai kemampuan.

Intervensi :

a. Beri kesempatan pasien untuk mncoba kegiatan yang

direncanakan

b. Beri pujian atas keberhasilan pasien

c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

Rasional : agar pasien mampu untuk melakukan aktivitas sesuai

kemampuan.

Tujuan Khusus 6:

Pasien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.


27

Kriteria Evaluasi :

Pasien mampu melakukan apa yang diajarkan.

Intervensi :

a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara

merawat pasien harga diri rendah.

b. Bantu keluarga memberi dukungan selama pasien dirawat.

c. Bantu keluarga meniapkan lingkungan di rumah.

Rasional : untuk memberikan dukungan selama pasien dirawat

di rumah sakit.

2. Isolasi sosial

Tujuan umum :Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.

Tujuan khusus 1 :

Pasien mampu menyebutkan penyebab menarik diri.

Kriteria evaluasi :

Pasien mampu menyebutkan minimal satu penyebab menarik

diri dari : diri sendiri, orang lain, lingkungan.

Intervensi :

a. Tanyakan pada pasien tentang :

1) Orang yang tinggal serumah/teman sekamar.

2) Orang yang paling dekat dengan pasien di rumah/di

ruang perawat.

3) Apa yang membuat pasien dekat dengan orang tersebut.


28

4) Orang yang tidak dekat dengan pasien di rumah/di

ruang perawatan.

5) Apa yang membuat pasien tidak dekat dengan orang

tersebut.

6) Upaya yang dilakukan agar dekat dengan orang lain.

b. Diskusikan dengan pasien penyebab menarik diri atau tidak

mau bergaul dengan orang lain.

c. Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan

perasaannya.

Rasional: untuk mengidentifikasi penyebab menarik diri.

Tujuan khusus 2 :

Pasien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial

dan kerugian menarik diri.

Kriteria evaluasi :

Pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan

kerugian menarik diri.

Intervensi :

a. Tanyakan pada pasien tentang : Manfaat hubungan sosial

Kerugian menarik diri

b. Diskusikan bersama pasien tentang manfaat berhubungan

sosial dan kerugian menarik diri.

c. Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan

perasaannya.
29

Rasional : untuk mengetahui alasan keuntungan dan

kerugian menarik diri pada pasien.

Tujuan khusus 3 :

Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.

Kriteria evaluasi :

a. Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial dengan

bertahap dengan :

1) Perawat

2) Perawat lain

3) Pasien lain

4) Kelompok

Intervensi :

a. Observasi perilaku pasien saat berhubungan sosial.

b. Beri motivasi dan bantu pasien untuk berkenalan/

berkomunikasi dengan :

1) Perawat lain

2) Pasien lain

3) Kelompok

c. Libatkan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok

Sosialisasi

d. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilaukan untuk

meningkatkan kemampuan pasien bersosialisasi.

e. Beri motivasi untuk melakukan kegiatan sesuai dengan

jadwal yang telah dibuat.


30

f. Beri pujian terhadap kemampuan pasien mempuluas

pergaulannya melaui aktivitas yang dilaksanakan.

Rasional : melatih pasien agar mampu melaksanakan hubungan

social.

Tujuan khusus 4 :

Pasien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan

sosial.

Kriteria hasil :

Pasien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan

dengan :

a. Orang lain

b. Kemlompok

Intervensi :

a. Diskusikan dengan pasien tentang perasaannya setelah

berhungungan sosial dengan :

1) orang lain

2) kelompok

b. Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan

perasaannya.

Rasional : menegetahui perasaan pasien setelah berhubungan

sosial

Tujuan khusus 5 :
31

Pasien mendapatkan dukungan keluarga dalam memperluas

hubungan sosial.

Kriteria evaluasi :

a. Keluarga dapat menjelaskan tenatang :

1) Pengertian menarik diri

2) Tanda dan gejala menarik diri

3) Penyebab dan akibat menarik diri

4) Cara merawat pasien menarik diri

b. Keluarga dapat mempraktekan cara merawat pasien menarik

diri.

Intervensi :

a. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai

pendukung untuk mengatasi perilaku menarik diri.

b. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu pasien

mengatasi perilaku menarik diri.

c. Jelaskan pada keluarga tentang :

1) pengertian menarik diri

2) tanda dan gejala menarik diri

3) penyebab dan akibat menarik diri

4) cara merawat pasien menarik diri.

d. Latih keluarga cara merawat pasien menarik diri.


32

e. Tanyakan perasaan keluarga setelah menciba cara yang

dilatihkan.

f. Beri motivasi keluarga agar membantu pasien untuk

bersosialisasi.

g. Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya merawat

pasien di rumah sakit.

Rasional : dukungan keluarga sangat penting untuk

mendukung dalam hubungan sosial pasien.

Tujuan khusus 6 :

Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

Kriteria hasil :

a. Pasien dapat menyebutkan :

1) Manfaat minum obat

2) Kerugian tidak minum obat

3) Nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat

b. Pasien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.

c. Pasien dapat menyebutkan akibat berhenti minum obat

tanpa konsultasi dokter.

Intervensi :

a. Diskusikan dengan pasien tentang manfaat dan kerugian

tidak minum obat, nam, warna, dosis, cara, efek samping

penggunaan obat.

b. Pantau pasien saat pengguanaan obat.

c. Beri pujian jika pasien menggunakan obat dengan benar.


33

d. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi

danagn dokter.

e. Anjurkan pasien untuk konsultasi kepada dokter/ perawat

jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Rasional : untuk memeberikan terapi obat untuk

kesembuhan pasien.

2.2.5 Implementasi

SP 1 Pasien : mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki pasien, membantu pasien menilai

kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu

pasien memilih / menetapkan kemampuan yang akan

dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan

menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah

dilatih dalam rencana harian.

SP 2 Pasien : melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai

dengan kemampuan pasien

Tujuan :

1. Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang

dimiliki klien.

2. Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih

dimiliki pasien.

3. Keluarga memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang

sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien.


34

4. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan

pasien.

Tindakan Keperawatan :

1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat

klien.

2. Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada

pada pasien.

3. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki klien

dan memuji klien atas keberhasilannya

4. Jelaskan cara - cara merawat klien dengan harga diri rendah.

5. Demonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah

6. Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekan cara

merawat klien dengan harga diri rendah seperti yang telah

perawat demonstrasikan sebelumnya.

7. Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan klien di rumah.

SP 1 Keluarga : mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga

dalam merawat pasien di rumah, menjelaskan

tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri

rendah, menjelaskan cara merawat pasien dengan

harga diri rendah, dan memberi kesempatan

kepada keluarga untuk mempraktekan cara

merawat.
35

SP 2 Keluarga : melatih keluarga mempraktekkan cara merawat

pasien dengan masalah harga diri rendah langsung

kepada pasien.

2.2.6 Evaluasi

Penilaian Kemampuan Pasien dan Keluarga dengan Masalah Harga

Diri rendah

Nama Pasien :

Ruangan :

Nama Perawat :

Petunjuk Pengisian :

1. Berilah tanda (√) jika pasien mampu melakukan kemampuan

dibawah ini.

2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi

No. Kemampuan Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl


A Pasien
1 menyebutkan kemampuan
dan aspek positif yang
dimiliki
2 menilai kemampuan yang
masih dapat digunakan

3 memilih kegiatan yang


akan dilatih sesuai
kemampuan yang dimiliki
4 melatih kemampuan yang
telah dipilih
36

5 melaksanakan kemampuan
yang telah dipilih

6 melakukan kegiatan sesuai


jadwal

No. Kemampuan Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl


B Keluarga
1 menjelaskan pengertian
serta tanda - tanda orang
dengan harga diri rendah
2 menyebutkan tiga cara
merawat pasien harga diri
rendah (memberikan
pujian, menyediakan
fasilitas untuk pasien, dan
melatih pasien melakukan
kemampuan)
3 mampu mempraktekkan
cara merawat pasien

4 melakukan follow up
sesuai rujukan
BAB III

METODE STUDI KASUS

3.1 Desain Studi Kasus

Studi kasus merupakan metode pengumpulan data secara

komprehensif yang meliputi aspek fisik dan psikologis individu dengan

tujuan memperoleh pemahaman secara mendalam.

Studi kasus ini adalah studi untu kmengeskplorasi masalah asuhan

keperawatan pada Tn. M dan Tn. H yang mengalami Harga Diri Rendah di

Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainudin Surakarta dengan wawancara

dan observasi.

3.2 Batasan Istilah

Batasan istilah (atau dalam versikuantitatif disebut sebagai definisi

operasional) adalah pernyataan yang menjelaskan istilah – istilah kunci yang

menjadi fokus studi kasus.

Batasan istilah pada asuhan keperawatan Tn. M dan Tn. H yang

mengalami Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif

Zainudin Surakarta, maka penulis hanya menjabarkan konsep Harga Diri

Rendah beserta asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan

evaluasi yang disusun secara naratif.

37
38

3.3 Partisipan

Pada sub bab ini partisipan dalam studi kasus ini adalah Tn. M dan

Tn. H yang mengalami gangguan harga diri rendah di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Dr. Arif Zainudin. Subyek yang digunakan adalah 2 Tn. M dan Tn.

H dengan masalah keperawatan dan diagnosis medis yang sama yaitu pada

Tn. M dan Tn. H yang mengalami harga diri rendah.

3.4 Lokasidan Waktu

Lokasi atau tempat studi kasusdi Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif

Zainudin Surakarta pada tanggal 22 Mei – 3 Juni 2017

3.5 Pengumpulan Data

1. Wawancara

Menurut Hidayat (2014), bahwa wawancara adalah metode

pengumpulan data dengan cara mewawancara langsung responden

pada, sehingga metode ini memberikan hasil secara langsung. Hal ini di

gunakan untuk hal-hal dari responden secara lebih mendalam. Pada

kasus ini wawancara dilakukan pada Tn. M dan Tn. H dan keluarga.

2. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan

pengamatan secara langsung kepada responden untuk mencari

perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Dalam metode observasi ini

instrument yang dapat digunakan, antara lain lembar observasi, panduan

pengamatan observasi (Hidayat, 2014).


39

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara

mengambil data yang berasal dari dokumen asli, dokumen asli tersebut

dapat berupa gambar, table, daftar pustaka dan film dokumenter

(Hidayat, 2014). Pada kasus ini pendokumentasian Harga Diri Rendah

diperoleh dari rekam medic di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif

Zainudin Surakarta.

4. Studi Kepustakaan

Menurut Hidayat (2014), studi kepustakaan adalah kegiatan

peneliti yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka mencari landasan

teoritis dari permasalahan peneliti. Pada kasus ini studi kepustakaan di

peroleh dari buku-buku yang membahas tentang gangguan Harga Diri

Rendah dari tahun 2007 sampai tahun 2017.

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas

data/informasi yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validitas

tinggi. Uji keabsahan mempunyai dua fungsi yaitu melaksanakan

pemeriksaan sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuan

dapat dipercaya, dan memperlihatkan derajad kepercayaan hasil – hasil

penemuan dengan jalan pembuktian terhadap kenyataan ganda yang sedang

diteliti (Prastowo, 2011).

Uji keabsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu

pengamatan / tindakan, dan sumber informasi tambahan menggunakan


40

triagulasi dari tiga sumber data yaitu Tn. M dan Tn. H, perawat, dan

keluarga Tn. M dan Tn. H yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yaitu

pada Tn. M dan Tn. H yang mengalami Harga Diri Rendah di Rumah Sakit

Jiwa Daerah Dr Arif Zainudin Surakarta.

3.7 Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data

dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan

dengan teori yang ada dan selanjutnya di tuangkan dalam opini pembahasan.

Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban jawaban

yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan

untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis digunakan dengan cara

observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk

selanjutnya diinterpretasikan dan dibandingkan teori yang ada sebagai bahan

untuk memberikan rekomendasikan dalam intervensi tersebut. Urutan dalam

analisi adalah :

1. Pengumpulan data

Data dikumpulan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen ).

Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam

bentuk transkip (catatan terstruktur).

2. Mereduksi Data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk transkip dan dikelompokkan menjadi data


41

subyektif dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan

diagnostic kemudian disbandingkan nilai normal.

3. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun

teksnaratif. Kerahasiaan dari Tn. M dan Tn. H dijamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari Tn. M dan Tn. H.

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku

kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi .

Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis,

perencanaan, tindakan, dan evaluasi.


BAB IV
HASIL

Ruang Rawat : Abimanyu


Tanggal dirawat : 11 Mei 2017

I. IDENTITAS KLIEN
IDENTITAS
KLIEN 1 KLIEN 2
KLIEN
Inisial Tn. H Tn. M
Umur 38 tahun 37 tahun
Jenis Kelamin Laki - laki Laki - laki
No. RM 035084 035025
Informan Klien dan Keluarga -

II. ALASAN MASUK


KLIEN 1 KLIEN 2
Pasien mengatakan Pasien mengatakan sering
kebanyakan mikir apa yang diejek oleh saudaranya dan
bisa dia lakukan setelah teman - temannya karena
keluar dari RSJ. Pasien ingin kemampuannya bicara yang
bekerja agar tidak sulit dimengerti, sehingga
ALASAN
menyusahkan orang tuannya, pasien sering merasa malu
MASUK
pasien selalu menunduk kalua dan khawatir untuk bertemu
diajak bicara dengan orang dengan orang lain
lain dan sering kali kontak
mata selalu tidak fokus.
Punya rasa malu jika diajak
berkenalan dengan orang lain

III. FAKTOR PREDISPOSISI DAN FAKTOR PRESIPITASI


FAKTOR KLIEN 1 KLIEN 2
Klien sudah 2x ini dirawat Klien sudah 1x dirawat
dirumah sakit jiwa dirumah sakit jiwa
disebabkan karena putus disebabkan karena putus
obat sebab dirinya merasa obat sebab dirinya
kalau tidak minum obat dianggap tidak normal
PREDISPOSISI
sudah merasa sembuh, dalam berbicara,
pasien juga tidak pernah pengobatan sebelumnya
kontrol, kondisi keluarga kurang berhasil karena
yang kurang mampu untuk klien tidak rutin meminum
mencukupi biaya obat dan tidak kontrol,

42
43

perawatan dan pengobatan ekonomi keluarga yang


klien, ada anggota kurang mampu untuk
keluarga klien yang mencukupi biaya
mengalami gangguan jiwa perawatan dan pengobatan
yaitu kakak dari pasien klien. Sekarang gangguan
jiwa klien kambuh
disebabkan karena putus
obat. Adanya anggota
klien yang mengalami
gangguan jiwa yaitu bapak
dari pasien
Faktor pencetus terjadinya Karena klien di PHK
gangguan jiwa yaitu klien
PRESIPITASI
depresi karena ayahnya
meninggal

IV. PEMERIKSAAN FISIK


PEMERIKSAAN
KLIEN 1 KLIEN 2
FISIK
TTV
Nadi 84x/menit 84x/menit
TD 110/80mmHg 110/70 mmHg
RR 18x/menit 18x/menit
Suhu 36,2oc 36oc
Ukur
TB 167 cm 165 cm
BB 50 Kg 55 kg
Keluhan Fisik Klien mengatakan tidak ada Klien mengatakan
keluhan fisik masalah tidak ada keluhan fisik.
keperawatan tidak ada Masalah keperawatan
tidak ada
44

V. PSIKOSOSIAL
DATA KLIEN 1 KLIEN 2

Genogram : perempuan
: perempuan
: laki - laki
: laki - laki
: klien
: klien
: tinggal serumah
: tinggal serumah

Konsep Diri
a. Gambaran Klien menyukai semua bagian Klien menyukai semua bagian
Diri tubuhnya tubuhnya
Klien bernama H, usia 38 Klien bernama M, usia 37
tahun, beragama islam, jenis tahun, beragama Islam, jenis
b. Identitas Diri
kelamin laki - laki, asal dari kelamin laki - laki, asal
gemolong. karanganyar
Klien mengatakan sebagai Klien mengatakan sebagai
c. Peran
tulang punggung keluarga tulang punggung keluarga
Klien berharap agar cepat Klien berharap agar cepat
sembuh dan cepat pulang, sembuh dan cepat pulang,
d. Ideal Diri karena klien ingin segera karena klien ingin segera
mencari pekerjaan dan dapat mencari uang agar dapat
memnuhi kebutuhan keluarga membahagiakan orang tua
Selama dirumah klien merasa Selama dirumah klien merasa
malu dan minder karena malu jika diajak berkenalan
dianggap orang stress klien dengan orang lain
e. Harga Diri lebih senang menyendiri dank
lien merawa bahwa dirinya
selalu direpotkan oleh ibu dan
kakaknya
Masalah Harga diri rendah Harga diri rendah
Keperawatan
Klien mengatakan orang Klien mengatakan orang
terdekat dengannya yaitu terdekat denganya yaitu Ibu
kakak kandungnya. Klien kandungnya, klien tidak mau
tidak mau bergaul dengan bergaul dengan masyarakat
Hubungan kelompok masyarakat karena karena merasa malu dan
Sosial klien mau jika dirinya minder jika bertemu orang
dianggap orang stress dank lain, klien mengatakan tidak
lien merasa jika orang lain butuh orang lain. Masalah
tidak suka dengan dirinya. keperawatan : menarik diri
Masalah keperawatana : perubahan interaksi
45

menarik diri perubahan


interaksi social
Klien beragama islam, klien Klien beragama Islam, tetapi
tidak pernah melakukan jarang sholat dan sehari Cuma
tindakan yang dilarangan subuh dan ashar. Masalah
Spriritual
agama pasien sholat 5 waktu. keperawatan : hambatan religi.
Masalah keperawatan tidak
ada

VI. STATUS MENTAL


DATA KLIEN 1 KLIEN 2
Penampilan Klien terlihat mengganti baju Klien terlihat tidak rapi,
setiap habis mandi, tetapi jarang mandi, jarang
klien sering menggunakan menggosok gigi, memakai
baju dobel - dobel. Masalah baju sering didobel - dobel.
keperawatan tidak ada Masalah keperawatan : deficit
perawatan diri.
Pembicaraan Cara bicara klien lembut dan Cara berbicara terbata - bata,
dengan nada pelan pandangan nada suara sedikit kasar,
maka selalu menunduk. pandangan mata tidak fokus /
Masalah keperawatan : harga sering menunduk. Masalah
diri rendah. keperawatan : harga diri
rendah
Aktivitas motorik klien terlihat rasa takut, Klien terlihat rasa gelisah,
gelisah, mondar mandir, malu mondar - mandir, jika diajak
jika berkenalan / ketemu berkenalan dengan orang lain
dengan orang lain. Masalah pandangan mata selalu
keperawatan : harga diri menunduk. Masalah
rendah keperawatan : harga diri
rendah
Alam perasaan Klien mengatakan Klien mengatakan
perasaannya sedih karena perasaannya sedih karena
tidak bisa bekerja. Masalah ingin cepat sembuh dan bisa
keperawatan = tidak ada pulang.
Afek Klien sabra, tidak pernah Afek klien datar, labil/emosi
emosi. Masalah keperawatan sedikit kalua ditanya.
: tidak ada Masalah keperawatan : tidak
ada
Interaksi selama Saat berinteraksi dengan Saat berinteraksi dengan
wawancara klien, klien selalau menunduk klien, klien selalu
kebawah dan pandangan menundukkan kepala ke
kontak mata tidak fokus, bawah, pandangan mata tidak
malu, gelisah. Masalah fokus. Masalah keperawatan :
keperawatan = harga diri harga diri rendah
rendah
persepsi Klien mengatakan kadang Klien mengatakan kadang
sering mendengar suara dalam pengucapan dia
46

bisikan doa tetapi klien juga mempunyai masalah


kadang melihat bayangan berbicara kurang jelas.
malaikat. Masalah Masalah keperawatan tidak
keperawatan : halusinasi ada
penglihatan dan pendengaran
Proses Pikir Klien mengatakan Klien mengatakan
sirkumtansial, saat sirkumtansial, saat
wawancara pembicaraan wawancara pembicaraan
klien terbelit - belit tetapi klien terbelit - belit tetapi
sampai pada tujuan sampai pada tujuan
pembicaraan. Masalah pembicaraan. Masalah
keperawatan : tidak ada keperawatan : tidak ada
Isi pikir dan Klien tidak pernah Klien tidak pernah
Waham mempunyai pikiran yang mempunyai pikiran yang
aneh - aneh. Masalah aneh - aneh. Masalah
keperawatan : tidak ada keperawatan tidak ada
Tingkat Klien sadar penuh, klien Sadar penuh, klien
kesadaran dan mengalami disorentasi tempat mengalami disorientasi
disorientasi dan waktu, saat dittany nama tempat dan waktu, saat
ruang dan hari, tangal. Klien ditanya nama ruangan dan
tidak bisa menjawab. hari, tanggal klien tidak bisa
Masalah keperawatan tidak menjawab. Masalah
ada keperawatan tidak ada
Memori Klien mengalami gangguan Klien mengalami gangguan
daya ingat jangka panjang daya ingat jangka panjang
saat ditanya tanggal masuk saat ditanya tanggal masuk
rumah sakit dan siapa yang rumah sakit dan siapa yang
membawa ke rumah sakit membawa ke rumah sakit
jiwa. Klien tidak bisa jiwa. Klien tidak bisa
menjawab. Masalah menjawab. Masalah
keperawatan : tidak ada keperawatan : gangguan
memori daya ingat jangka
panjang
Tingkat Klien mampu berhitung tetapi Klien tidak mampu berhitung
konsentrasi dan tidak mampu berkonsentrasi tetapi tidak mampu
berhitung lama. Masalah keperawatan : berkonsetrasi lama. Masalah
tidak ada keperawatan tidak ada
Kemampuan Klien mampu mengambil Klien mampu mengambil
penilaian keputusan sederhana setelah ke[utusan sederhana setelah
diberi penjelasan dari diberi penjelasan dari
perawat, misalnya cuci perawat, misalnya cuci
tangan dulu sebelum makan tangan dulu sebelum makan
Daya tilik diri Klien sadar bahwa dirinya Klien sadar bahwa dirinya
telah berbuat sering telah berbuat sering
menyendiri dan merasa menyendiri dan merasa
pandangan hidup yang tidak pandangan hidup yang tidak
berguna. Masalah berguna. Masalah
keperawatan : tidak ada keperawatan : tidak ada
47

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


DATA KLIEN 1 KLIEN 2
Makan Klien makan 37 sehari Klien makan 3x sehari
dengan menu yang disediakan dengan menu yang disediakan
dari rumah sakit, klien dari rumah sakit, klien
mampu makan secara mandiri mampu makan secara mandiri
dank lien selalu mencuci dan klien selalu mencuci
piringnya sendiri selesai piringnya sendiri selesai
makan makan.
BAB / BAK Klien mampu melakukan Klien mampu melakukan
BAB / BAK secara mandiri BAB / BAK secara mandiri
Mandi Klien membutuhkan bantuan Klien membutuhkan bantuan
minimal untuk di motivasi minimal untuk di motivasi
saat mandi terkadang klien saat mandi terkadang klien
lupa kalua mandi tidak pakai lupa kalua mandi tidak pakai
sabun sabun dan jarang gosok gigi.
Berpakaian / Berhias Klien membutuhkan bantuan Klien membutuhkan bantuan
minimal dalam berpakaian minimal dalam berpakaian
karena klien harus dimotivasi karena klien harus dimotivasi
untuk tidak mendobel - dobel untuk mengganti pakaian
baju dan cukup menggunakan sebahis mandi
1 baju
Istirahat dan Tidur Klien tidur siang selama 1-2 Klien tidur siang selama 1-2
jam, tidur selama 7-8 jam jam, tidur selama 7-8 jam
tidak ada aktivitas khusus tidak ada aktivitas khusus
sebelum atau sesudah tidur sebelum atau sesudah tidur
Penggunaan Obat Klien mampu minum obatnya Klien mampu minum obatnya
sendiri, klien diberi obat 2x sendiri, klien diberi obat 2x
sehari sehari
Pemeliharaan Setelah pulang nanti klien Setelah pulang nanti klien
Kesehatan dan berusaha untuk rutin berusaha untuk rutin
system dukungan meminum obat dan rutin meminum obat dan rutin
kontrol, klien mendapat kontrol, klien mendapat
dukungan penuh dari dukungan penuh dari
keluarga keluarga
Aktivitas di dalam Saat dirumah sakit pasien Saat dirumah sakit pasien
rumah selalu mencuci piring setelah selalu mencuci piring setelah
selesai makan selesai makan
Aktivitas diluar Saat dirumah sakit selalu Saat dirumah sakit selalu
rumah mengikuti rehabilitasi karena mengikuti rehabilitasi karena
sudah mendapat ijin dokter, sudah mendapat ijin dokter,
klien mengatakan jika sudah klien mengatakan jika sudah
pulang kerumah klien akan pulang kerumah klien akan
mencari pekerjaan. Masalah bekerja. masalah keperawatan
48

keperawatan tidak ada tidak ada.

VIII. MEKANISME KOPING


KLIEN 1 KLIEN 2
Maladaptif klien mengatakan jika Maladaptif klien mengatakan jika
ada masalah klien lebih senang ada masalah klien lebih senang
menyendiri dan sholat. menyendiri.

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


KLIEN 1 KLIEN 2
1. Klien mengatakan setelah klien 1. Klien mengatakan setelah klien
putus obat dan dianggap stress, putus obat, klien jarang keluar
klien jarang bergaul dengan rumah dan minder jika bertemu
temannya dan lingkungan sekitar orang lain
2. Masalah dengan pekerjaannya 2. Masalah dengan keuangan /
3. Masalah Ekonomi ekonomi
3. Masalah pekerjaan

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG PENYAKIT JIWA


KLIEN 1 KLIEN 2
Klien tidak mengetahui tentang Klien tidak mengetahui tentang
penyakit jiwa, koping dan obat - penyakit jiwa, koping dan obat -
obatan. Masalah keperawatan obatan. Masalah keperawatan
kurang pengetahuan kurang pengetahuan

XI. ASPEK MEDIK


DIAGNOSA KLIEN 1 KLIEN 2
Diagnose Medik Riwayat dahulu dengan Riwayat dahulu dengan
retardasi mental retasdas : mental
Terapi Medik Risperidone 2x2mg Risperidane 2x2 mg
Thihetsipendil 2x2mg Clopromazil 1x100mg
Clopromazil 1x100mg

XII. FAKTOR MASALAH KEPERAWATAN


FAKTOR MASALAH KLIEN 1 KLIEN 2
Gangguan Konsep diri Harga diri rendah Harga diri rendah
Isolasi Sosial Menarik diri Menarik diri
Halusinasi Pendengaran pendengaran
49

XIII. ANALISA DATA


MASALAH
DATA FOKUS
KEPERAWATAN
KLIEN 1
DS : Harga diri rendah
- Klien sering menyendiri
- Klien suka merasa malu jika bertemu dengan
orang lain
- Klien mempunyai pandangan hidup yang sangat
pesimis merasa dirinya tidak berguna
DO :
- Kontak mata selalu menunduk kebawah
- Ekspresi wajah yang gelisah
DS : Isolasi Sosial
- Klien merasa tidak butuh orang lain
- Klien selalu merasa bahwa sendiri itu lebih
berguna
DO :
- Pasien sering menyendiri tidak mau berinteraksi
dengan orang lain
- Ekspresi wajah yang tegang dan takut
DS : Halusinasi
- Klien sering mengatakan mendengar bisikan - Pendengaran
bisikan doa
- Pasien mendengar bisikan itu ketika sholat
DO :
- Pasien tampak pandangan kosong
- Sering melamun
KLIEN 2
DS :
- Klien merasa malu dan minder karena dianggap
orang stress
- Klien selalu merasa merepotkan kedua orang
tuanya
DO :
- Malu, minder, senang menyendiri
DS :
- Klien merasa tidak butuh orang lain
- Klien merasa bahwa sendiri itu lebih berguna
DO :
- Sering menyendiri, tidak mau berinteraksi
dengan orang lain, menjauh bila didekati
DS :
- Klien mengatakan kalua mandi jarang memakai
50

sabun dan gosok gigi


- Pasien mengatakan mandi 2 hari sekali
DO :
- Gigi kotor dan bau mulut
- Kulit kusam dan bau badan
- Baju tidak rapi

XIV. RENCANA / INTERVENSI KEPERAWATAN


DIAGNOSA KRITERIA
TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL
KLIEN 1
Harga Diri Rendah Pasien dapat Ekspresi wajah Bina hubungan
melakukan bersahabat saling percaya
hubungan menunjukkan dengan
social secara rasa senang, ada mengungkapkan
bertahap kontak mata, prinsip
mau berjabat komunikasi
tangan, mau terapeutik.
menjawab a. Sapa klien
salam, klien dengan ramah
mau duduk baik verbal
berdampingan maupun non
dengan perawat, verbal
mau b. Perkenalkan
mengutarakan diri dengan
masalah yang sopan
dihadapi. c. Tanyakan
nama lengkap
klien dan
nama
panggilan
yang disukai
klien
d. Jelaskan
tujuan
pertemuan
e. Jujur dan
menepati
janji
f. Tunjukkan
sifat empati
dari
menerima
klien apa
adanya
g. Beri
perhatian
51

kepada klien
dan
perhatikan
kebutuhan
dasar klien
h. Diskusikan
kemampuan
dan aspek
positif yang
dimiliki klien
Klien dapat Klien menilai - Diskusikan
membina kemampuan kemampuan
hubungan yang dapat dan aspek
saling percaya digunakan positif yang
dimiliki klien.
- Setiap bertemu
klien
hindarkan dari
memberi nilai
negative
- Utamakan
memberi
pujian yang
realistic
Klien dapat Klien - Diskusikan
menilai melakukan dengan klien
kemampuan kegiatan sesuai kemampuan
yang kondisi sakit yang masih
digunakan dan dapat
kemampuannya digunakan
selama sakit
- Diskusikan
kemampuang
yang dapat
dianjurkan
penggunaan
Klien dapat Klien - Beri
melakukan memanfaatkan kesempatan
kegiatan sesuai system kepada klien
kondisi sakit pendukung yang untuk
ada dikeluarga mencoba
kegiatan yang
telah
direncanakan
- Beri pujian
atas
keberhasilan
klien
52

- Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan
dirumah
Klien Klien - Beri
memanfaatkan mengidentifikasi pendidikan
system kemampuan dan kesehatan
pendukung aspek positif pada keluarga
yang ada yang dimiliki : tentang cara
dikeluarga - Kemampuan merawat klien
yang dimiliki dengan harga
klien diri rendah
- Aspek positif kronik
keluarga - Bantu
- Aspek positif keluarga
lingkungan memberikan
yang dimiliki dukungan
klien selama klien
dirawat
- Bantu
keluarga
menyiapkan
lingkungan
dirumah
KLIEN 2
Harga diri rendah Pasien dapat Ekspresi wajah Bina hubungan
melakukan bersahabat saling percaya
hubungan menunjukkan dengan
social secara rasa senang, ada mengungkapkan
bertahap kontak mata, prinsip
mau berjabat komunikasi
tangan, mau terapeutik.
menjawab a. Sapa klien
salam, klien dengan
mau duduk ramah baik
berdampingan verbal
dengan perawat, maupun non
mau verbal
mengutarakan b. Perkenalkan
masalah yang diri dengan
dihadapi. sopan
c. Tanyakan
nama
lengkap
klien dan
nama
panggilan
yang disukai
53

klien
d. Jelaskan
tujuan
pertemuan
e. Jujur dan
menepati
janji
f. Tunjukkan
sifat empati
dari
menerima
klien apa
adanya
g. Beri
perhatian
kepada klien
dan
perhatikan
kebutuhan
dasar klien
h. Diskusikan
kemampuan
dan aspek
positif yang
dimiliki
klien
Klien dapat Klien menilai - Diskusikan
membina kemampuan kemampuan
hubungan yang dapat dan aspek
social saling digunakan positif yang
percaya dimiliki klien.
- Setiap bertemu
klien
hindarkan dari
memberi nilai
negative
- Utamakan
memberi
pujian yang
realistic
Klien dapat Klien - Diskusikan
menilai melakukan dengan klien
kemampuan kegiatan sesuai kemampuan
yang kondisi sakit yang masih
digunakan dan dapat
kemampuannya digunakan
selama sakit
- Diskusikan
54

kemampuang
yang dapat
dianjurkan
penggunaan
klien dapat Klien - Beri
melakukan memanfaatkan kesempatan
kegiatan sesuai system kepada klien
kondisi sakit pendukung yang untuk
ada dikeluarga mencoba
kegiatan yang
telah
direncanakan
- Beri pujian
atas
keberhasilan
klien
- Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan
dirumah
Klien dapat Klien - Beri
memanfaatkan mengidentifikasi pendidikan
system kemampuan dan kesehatan
pendukung aspek positif pada keluarga
yang ada yang dimiliki : tentang cara
- Kemampuan merawat klien
yang dimiliki dengan harga
klien diri rendah
- Aspek positif kronik
keluarga - Bantu
- Aspek positif keluarga
lingkungan memberikan
yang dimiliki dukungan
klien selama klien
dirawat
- Bantu
keluarga
menyiapkan
lingkungan
dirumah
55

XV. EVALUASI

Hari/Tgl IMPLEMENTASI RESPON


/Jam KLIEN 1
1. Bina hubungan saling S:
percaya - Walaikum salam sus
2. Mengidentifikasi - Saya bisa menyapu dan mengaji
kemampuan dan askep sus
positif yang dimiliki - Sekarang saya ingin melakukan
pasien latihan menyapu.
3. Membantu pasien yang - Pertama siapkan alat sapu, serok
masih dapat digunakan dan kotak sampah. Ambil sapu
4. Membantu pasien lalu kita sapu baru kita masukkan
memilih kegiatan yang diserokan dan dibuang ke kotak
akan dilatih sesuai sampah.
dengan kemampuan - Saya ingin latihan menyapu setiap
pasien hari jam 10.00 pagi sus
Selasa
5. Melatih pasien sesuai O:
23/5/2017
dengan yang dipilih - Klien melakukan latihan menyapu
6. Memberikan pujian - Klien kooperatif
yang wajar terhadap - Kontak mata baik
keberhasilan pasien A:
7. Menganjurkan pasien - Spip sebagian tercapai
memasukkan dalam P:
jadwal - Perawat
- Lanjutkan SP2P harga diri rendah
pada pukul 10.00 di ruang
perawatan pasien klien.
- Motivasi klien untuk melakukan
latihan menyapu sesuai jadwal
kegiatan.
KLIEN 2
1. Bina hubungan saling S :
percaya - Walaikum salam sus
2. Mengidentifikasi - Saya bisa merapikan tempat tidur
kemampuan dan askep sus
positif yang dimiliki - Sekarang saya ingin melakukan
pasien latihan merapikan tempat tidur.
Rabu
3. Membantu pasien yang - Pertama siapkan sprai, sarung
23/5/2017
masih dapat digunakan bantal. Ambil sprai yang kotor lalu
4. Membantu pasien taruh di tempat cucian, lalu
memilih kegiatan yang pasangkan sprai yang bersih ke
akan dilatih sesuai Kasur dan pasangkan sarung
dengan kemampuan bantal.
pasien - Saya ingin latihan merapikan
tempat tidur setiap hari jam 05.00
56

5. Melatih pasien sesuai pagi sus


dengan yang dipilih O:
6. Memberikan pujian - Klien melakukan latihan
yang wajar terhadap merapikan tempat tidur
keberhasilan pasien - Klien kooperatif
7. Menganjurkan pasien - Kontak mata baik
memasukkan dalam A :
jadwal - Sp1 sebagian tercapai
P:
- Perawat
- Lanjutkan SP2 harga diri rendah
pada pukul 10.00 di ruang
perawatan pasien klien.
- Motivasi klien untuk melakukan
latihan menyapu sesuai jadwal
kegiatan.
57

BAB V

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas tentang perbandingan antara tinjauan

pustaka dan tinjauan kasus yang disajikan untuk menjawab tujuan khusus.

5.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan klien(Setiadi, 2012). Format pengkajian

meliputi aspek-aspek identitas klien, alasan masuk, faktor predisposisi, fisik,

psikososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping,

masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan dan aspek medik. Format

pengkajian ini dibuat agar semua data relevan tentang semua masalah klien

saat ini, lampau atau potensial didapatkan sehingga diperoleh suatu data

dasar yang lengkap (Damaiyanti dan Iskandar, 2012).

Pengkajian yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 23 Mei 2017

dan 22 mei 2017 didapatkan data identitas 2 klien yaitu klien 1 bernama

Tn.M, usia 37 tahun, berjenis kelamin laki-laki, ruang rawat di bangsal

abimanyu, klien masuk rumah sakit pada tanggal 1 Mei 2017. Sedangkan

klien 2 bernama Tn.H, usia 38 tahun, berjenis kelamin laki-laki, ruang rawat

di bangsal abimanyu, klien masuk rumah sakit pada tanggal 11 Mei 2017.

Tanda dan gejala yang dialami pada Tn.M dan Tn.H, dengan harga

diri rendah adalah merasa malu jika diajak berkenalan dengan orang lain,
58

rasa minder jika bertemu orang lain, dan perasaan pesimis.Hal ini sesuai

dengan tanda dan gejala harga diri rendah yaitu: perasaaan malu terhadap

diri sendiri akibat penyakit, rasa bersalah terhadap diri sendiri,merendahkan

martabat,gangguan hubungan sosial,kurangnya kepercayaan diri,menarik

diri,tidak beretemu dengan orang lain (Carpenito, 2008).

Alasan masuk Tn.Myaitu sering diejek oleh saudaranya dan teman-

temannya, karena kemampuannya berbicara yang sulit dimengerti, sehingga

pasien sering merasa malu dan khawatir untuk bertemu dengan orang lain.

Sedangkan alasan Tn.Hdibawa ke Rumah Sakit Jiwa Daerah karena

kebanyakan mikir apa yang bisa dia lakukan setelah keluar dari Rumah

Sakit Jiwa Daerah Dr.arif Zainudin Surakarta, pasien ingin bekerja agar

tidak menyusahkan orang tuanya.

Faktor presipitasi pada Tn.M adalah akibat di PHK, sedangkan Tn.

H depresi karena ayahnya meninggal.Menurut Deden (2013), faktor

presipitasi yaitu seseorang akan mengalami harga diri rendah dapat

disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu yaitu

ketegangan peran,konflik peran,peran yang tidak jelas,peran berlebihan dan

perkembangan transisi. Hal ini sesuai dengan yang dialami oleh Tn M dan

Tn. H yaitu akibat faktor dari luar yaitu situasi transisi peran.

Factor predisposisi Tn. M akibat sering diejek oleh temannya dan

lingkungan karena dianggap tidak normal dalam berbicara (bicara tidak

jelas), dan putus obat. Sedangkan pada Tn H disebabkan karena putus obat

akibat tidak mampu untuk mencukupi biaya perawatan dan pengobatan

klien.Faktor predisposisi harga diri rendah terdapat beberapa teori yang


59

menjadi penyebab munculnya harga diri rendah, salah satunya dari segi

identitas diri (Deden, 2013). Menurut Direja (2011), faktor yang

berhubungan dengan masalah harga diri rendah dapat terjadi karena

stimulus lingkungan dan putus obat, hal ini sesuai dengan factor predisposisi

yang dialami oleh Tn. M dan Tn.H akibat stimulus dari lingkungan dan

putus obat.

Konsep diri di definisikan sebagai semua pikiran,keyakinan, dan

kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya yang

mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak terbentuk

waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam

dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan realitas dunia. Harga diri (self

esteem) merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh

dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri.

Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari peneriman diri

sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan

kegagalan, tetap merasa seseorang yang penting dan berharga. Harga diri

rendah merupakan perasaan negatife terhadap dirinya sendiri termasuk

kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada

harapan dan putus asa (Stuart, 2006 dalam Gumilar, 2016). Menurut

Towsend(1998 dalam Nengsi, 2014), harga diri rendah adalah perilaku

negatif terhadap diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang

negatif, yang dapat diekspresikan secara langsung maupun tak langsung.

Harga diri klien yangrendah menyebabkan klien merasa malu, dianggap

tidak berharga dan berguna.Berdasarkan teori yang telah disampaikan


60

tersebut sama dengan data pengkajian konsep diri harga diri yang ditemukan

pada kasus klien Tn.M yaitu klien merasa malu dan minder karena dianggap

orang stres, klien selalu merasa merepotkan kedua orang tuanya,senang

menyendiri. Tn.H yaitu klien suka merasa malu jika bertemu dengan orang

lain,klien mempunyai pandangan hidup yang pesimis merasa dirinya tidak

berguna,kontak mata yang slalu menunduk kebawah.

Menurut Achlis (2011 dalam Fauziah & Latipun, 2016)

keberfungsian sosial merupakan kemampuan individu melaksanakan tugas

dan perannya dalam berinteraksi dengan situasi sosial tertentu yang

bertujuan mewujudkan nilai diri untuk mencapai kebutuhan hidup. Terdapat

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberfungsian sosial individu

yaitu, adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi, individu mengalami frustasi

dan kekecewaan, keberfungsian sosial juga dapat menurun akibat individu

mengalami gangguan kesehatan, rasa duka yang berat, atau penderitaan lain

yang disebabkan bencana alam. (Ambari, 2010 dalam Fauziah & Latipun,

2016). Berdasarkan teori yang telah disampaikan tersebut sama dengan data

pengkajian hubungan sosial yang ditemukan pada kasus kedua klien yaitu

klien tidak mempunyai peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat

karena klien malu jika dirinya dianggap orang stress sehingga klien tidak

mau bergaul. Hambatan yang dialami kedua klien untuk berhubungan atau

berinteraksi dengan orang lain.

Data yang didapat dari pengkajian spiritual, kedua klien mengatakan

beragama islam, tetapi terdapat perbedaan pada kegiatan ibadah pada

masing-masing klien yaitu Tn.H rajin beribadah dengan solat 5 waktu,


61

sedangkan Tn.M tidak pernah beribadah. Penelitian psikiatrik membuktikan

bahwa terdapathubungan yang sangat signifikan antara komitmen agama

dan kesehatan. Orang yang sangat religius dan taat menjalankan ajaran

agamanya relatif lebih sehat dan atau mampu mengatasi penderitaan

penyakitnya sehingga proses penyembuhan penyakit lebih cepat (Zainul Z,

2007 dalam Sulistyowati & Prihantini, 2015).

Pengkajian status mental Tn.M dari penampilan klien terlihat tidak

rapi. Klien terlihat selalu menggunakan baju yang sama setiap hari,

terkadang di dobel dengan baju dari rumah sakit. Dilihat dari cara bicara,

klien berbicara yang terbata-bata, nada yang sedikit keras. Aktivitas motorik

klien terlihat gelisah, tegang, sering mondar-mandir, tidak dapat duduk

tenang. Alam perasaan, klien merasa sedih karena tidak mempunyai teman.

Afek klien labil, emosi sedikit kalau di tanya. Saat berinteraaksi dengan

klien, klien selalu menunduk ke bawah, Klien tidak mengalami gangguan

persepsi. Pembicaraan klien jelas, tidak terbelit-belit, sampai pada tujuan

pembicaraan. Tingkat kesadaran klien yaitu sadar penuh, klien mampu

mengingat dan dapat menyebutkan nama tempat dan waktu. Klien tidak

mengalami gangguan daya ingat, di pengkajian tingkat konsentrasi dan

berhitung klien mampu berhitung tetapi tidak mampu berkonsentrasi lama.

Pengkajian status mental Tn.H dari penampilan klien terlihat

mengganti baju sehabis mandi tetapi klien sering menggunakan baju dobel-

dobel.Dilihat dari cara bicara klien lembut dengan nada pelan dan

pandangan mata selalu menunduk Aktivitas motorik klien terlihat tegang,

gelisah, mondar-mandir, tidak dapat duduk tenang, sering berpindah tempat


62

duduk. Alam perasaan, klien merasa sedih karena tidak bisa bekerja. Afek

klien datar, tidak pernah emosi. Saat berinteraaksi dengan klien,pandangan

mata klien selalu menunduk kebawah,malu dan tidak fokus. Klien

mengalami gangguan persepsi pendengaran. Klien mengalami

sirkumtansial. Saat wawancara, pembicaraan klien terbelit tetapi sampai

pada tujuan pembicaraan. Klien tidak pernah mempunyai pikiran yang aneh-

aneh.

Tingkat kesadaran klien yaitu sadar penuh, klien mengalami

disorientasi tempat dan waktu, saat ditanya nama ruangan dan hari, tanggal

klien tidak bisa menjawab. Klien mengalami gangguan daya ingat jangka

panjang, saat di tanya tanggal masuk rumah sakit, siapa yang membawa ke

RSJ, klien tidak bisa menjawab. Pada pengkajian tingkat konsentrasi dan

berhitung, klien mampu berhitung tetapi tidak mampu berkonsentrasi lama.

Klien mampu mengambil keputusan yang sederhana setelah diberi

penjelasan dari perawat, misalnya cuci tangan dahulu sebelum makan.

Menurut Direja (2011), tanda gejala klien harga diri rendah dapat dilihat

dari pengkajian status mental dalam berinteraksi pandangan mata selalu

menunduk, malu dan gelisah.

Perencanaan pulang merupakan bagian penting dari program

pengobatan klien yang dimulai dari saat klien masuk rumah sakit. Hal ini

merupakan proses yang menggambarkan usaha kerjasama antara tim

kesehatan, keluarga, klien, dan orang yang penting bagi klien (Yosep, 2007

dalam Sambodo, 2013). Pengkajian kebutuhan persiapan pulang, didapatkan

data sebagai berikut: Makan, kedua klien makan 3x sehari dengan menu
63

yang disediakan dari rumah sakit, klien mampu makan secara mandiri dan

klien selalu mencuci piringnya setelah selesai makan. BAB/ BAK, kedua

klien mampu melakukan BAB/ BAK secara mandiri. Mandi, Tn.M dapat

mandi secara mandiri, sedangkan Tn.H membutuhkan bantuan minimal

untuk di motivasi, selesai mandi terkadang klien lupa dan malas untuk

mengeringkan badannya dengan handuk. Berpakaian/ berhias, kedua klien

membutuhkan bantuan minimal dalam berpakaian karena klien harus di

motivasi untuk ganti baju, dan memotivasi klien agar tidak menggunakan

baju dobel-dobel, cukup menggunakan 1 baju yang bersih. Istirahat dan

tidur, kedua klientidur siang selama 1-2 jam, tidur malam selama 7-8 jam,

tidak ada aktivitas khusus sebelum atau sesudah tidur. Dalam penggunaan

obat, kedua klien membutuhkan bantuan minimal yaitu klien harus

diingatkan untuk meminum obatnya, klien diberi obat 2x sehari.

Pemeliharaan kesehatan dan sistem dukungan, kedua klien berusaha

untuk rutin minum obat dan kontrol, klien mendapat dukungan penuh dari

keluarga. Aktivitas didalam rumah, Tn.Mmampu menjaga kerapian ruangan

dengan cara menyapu jika ada kotoran, klien juga selalu mencuci piring

setelah selesai makan. Klien mengatakan nanti kalau sudah pulang ke

rumah, dia akan membantu pekerjaan orang tuanya seperti mencuci baju,

menyapu rumah ataupun lainnya. Tn.H ,saat di rumah sakit, klien selalu

mencuci piring setelah selesai makan.Aktivitas di luar rumah, Tn.M saat di

rumah sakit, klien rajin mengikuti rehabilitasi setiap pagi, klien mengatakan

jika sudah pulang ke rumah nanti klien akan melanjutkan sekolahnya. Tn.H

saat di rumah sakit, klien tidak mengikuti rehabilitasi karena belum di


64

ijinkan dokter, klien mengatakan jika sudah pulang ke rumah nanti klien

akan mencari pekerjaan.

Pengkajian masalah psikososial dan lingkungan, Tn.M mempunyai

masalah dengan lingkungan, klien mengatakan semenjak dirinya marah-

marah dan mengamuk, lingkungan masyarakat tidak mau menerima klien

dan hal ini membuat klien lebih senang menyendiri. Masalah dengan

pendidikan, klien mengatakan pernah tidak mau melanjutkan sekolah. Tn.H

mempunyai masalah dengan lingkungan, klien mengatakan setelah klien di

PHK, klien jarang bergaul dengan tetangganya. Masalah dengan pekerjaan,

klien mengatakan sudah di PHK dari tempat kerjanya dan sampai sekarang

klien menjadi pengangguran. Masalah ekonomi, semenjak klien di PHK,

klien dan keluarganya sangat kekurangan dalam hal ekonomi.Masalah

psikososial dan lingkungan pasien dapat yang mempengaruhi diagnosis,

penanganan, serta prognosis gangguan mental. Masalah psikososial dan

lingkungan dapat berupa pengalaman hidup yang tidak baik, kesulitan atau

defisiensi lingkungan, stres interpersonal ataupun familial, kurangnya

dukungan sosial atau penghasilan pribadi, ataupun masalah lain yang

berkaitan dengan kesulitan seseorang untuk dapat berkembang (Lubis, dkk,

2010).

Pengkajian tentang pengetahuan, Tn.M tidak mengetahui tentang

penyakit jiwa. Tn.H tidak mengetahui tentang penyakit jiwa, koping dan

obat-obatan.Aspek medik, diagnosa medis kedua klien yaitu skizofrenia tak

terinci F.20.3. Terapi medis yang di berikan kepada Tn. M yaitu Risperidon

2x2mg, Trihexyphenidyl (THP) 2x2mg, Chlorpromazine (CPZ) 2x100mg.


65

Terapi medis yang di berikan kepada Tn.H yaitu Trihexyphenidyl (THP)

2x2mg, Chlorpromazine (CPZ) 1x100mg. Risperidon merupakan

antipsikosis untuk terapi skizofrenia akut, kronik dan kondisi psikosis lain,

efek sampingnya antara lain insomnia, cemas, sakit kepala, somnolen dan

lelah. Trihexyphenidyl (THP) merupakan jenis obat pada pengobatan segala

bentuk parkinson karena pengaruh obat untuk susunan syaraf, efek

sampingnya adalah mulut kering, pusing, mual, muntah, bingung, takikardi.

Chlorpromazine (CPZ) adalah obat yang termasuk golongan antispikotik

fenotiazina, obat ini digunakan untukmenangani berbagai gangguan mental

seperti skizofrenia dan gangguan psikosis yang lainnya, perilaku agresif

yang membahayakan pasien atau orang lain, kecemasan, kegelisahan yang

parah, efek sampingnya antara lain sakit kepala, mengantuk, pandangan

kabur, mulut kering (Sirait, 2016).

5.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang dibuat oleh perawat

profesional yang memberi gambaran tentang masalah atau status kesehatan

klien, baik aktual maupun potensial, yang ditetapkan berdasarkan analisa

dan interpretasi data hasil pengkajian. Pernyataan diagnosis keperawatan

harus jelas, singkat, dan lugas terkait masalah kesehatan klien berikut

penyebabnya yang dapat diatasi melalui tindakan keperawatan (Asmadi,

2008).

Diagnosa utama yang diangkat pada Tn.M dan Tn.H yaitu harga diri

rendah, diagnosa ini didukung dengan data subjektif kedua klien merasa
66

malu, sering menyendiri, merasa minder jika bertemu dengan orang lain.

Kemudian data objektifnya klien pandangan mata menunduk kebawah,

ekpresi wajah gelisah. Diagnosa ini diambil sebagai prioritas utama karena

pada saat pengkajian data-data diatas yang paling aktual dibandingkan

dengan diagnosa isolasi sosial.

Dalam pohon masalah dijelaskan bahwa yang menjadi core

problemadalah harga diri rendah, etiologinya yaitu isolasi sosial, dan

sebagai efek yaitu defisit perawatan diri (Fitria,2009). Berdasarkan teori

yang disebutkan ada sedikit perbedaan dengan kasus, pada kasus yang

menjadi core problem adalah harga diri rendah. Harga diri rendah adalah

pencapaian diri denga menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan

ideal diri, perasaan tidak berharga , tidak berarti, dan rendah diri yang

berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri (fajariah, 2012).

5.3 Intervensi

intervensi keperawatan adalah perencanaan yang diharapkan dari

klien dan/ atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi harus

spesifik dan dinyatakan dengan jelas dimulai dengan kata kerja aksi/

kalimat perintah (Doengoes, 2000 dalam Damaiyanti dan Iskandar, 2012).

Perencanaan terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan

rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus pada penyelesaian

permasalahan dari diagnosis tertentu, tujuan umum dapat dicapai jika

serangkaian tujuan khusus telah tercapai. Tujuan khusus berfokus pada

penyelesaian etiologidari diagnosis tertentu (Direja, 2011).


67

Intervensi keperawatan yang dilakukan pada Tn.M dan Tn.H

berdasarkan pada teori keperawatan jiwa, dimana terdapat tujuan umum

yaitu klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap, dapat

membina hubungan saling percaya, klien dapat menilai kemampuan yang

dapat kemampuan yang digunakan, dapat melakukan kegiatan sesuai

kondisi sakit, dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada. Intervensi

yang dilakukan pada SP 1 dan SP 2 adalah Bina hubungan saling percaya,

mengidentifikasi kemampuandan aspek positif yang dimilikipasien,

membantu pasien menilai, kemampuan pasien yang masihdapat digunakan,

membantu pasien memilihkegiatan yang akan dilatihsesuai dengan

kemampuanpasien, melatih pasien sesuaikemampuan yang dipilih,

memberikan pujian yang wajartehadap keberhasilan pasien, menganjurkan

pasienmemasukan dalam jadwal

Dalam rencana keperawatan yang penulis susun pada masalah

keperawatan Tn M dan Tn.H, penulis sesuaikan dengan teori diatas.

5.4 Implementasi

Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan

keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan,

perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih

sesuai dan dibutuhkan oleh klien saat ini. Semua tindakan yang telah

dilaksanakan beserta respon klien didokumentasikan (Prabowo, 2014).


68

Salah satu jenis standar operasional prosedur yang digunakan untuk

menangani pasien gangguan jiwa yaitu menggunakan strategi pelaksanaan

(SP) tindakan keperawatan pada pasien gangguan jiwa. Strategi pelaksanaan

tindakan keperawatan merupakan standar model pendekatan asuhan

keperawatan untuk klien dengan gangguan jiwa. Menurut Damaiyanti &

Iskandar (2012). Berdasarkan intervensi yang telah direncanakan, penulis

telah melakukan implementasi pada diagnosa keperawatan harga diri rendah

pada tanggal 23 Mei - 25 Mei 2017 penulis melakukan tindakan strategi

pelaksanaan pada klien dengan harga diri rendah. Strategi pelaksanaan

pertama yaitu mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan,

membantu pasien memilih / menetapkan kemampuan yang akan dilatih,

melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan

kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian. Strategi pelaksanaan

yang kedua yaitu melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan

kemampuan pasien

Implementasi hari pertama penulis melakukan strategi pelaksanaan

yang pertama dengan respon pada Tn. M klien tidak kooperatif.

Implementasi SP 1 yang salah satunya adalah BHSP (bina hubungan saling

percaya) yang bertujuan untuk saling mengenal dan saling percaya antara

perawat dengan klien, prosedur tindakan yang dilakukan pada pertemuan

pertama mengajak klien untuk berkenalan, dan berbincang – bincang dengan

hasil klien belum mampu membina hubungan social saling percaya karena

klien sulit dajak bicara, kontak mata kurang dan masih tampak malu, hal ini
69

ditunjukkan dengan ekspresi klien nampak menunduk. Pada pertemuan

selanjutnya melakukan tindakan yang sama pada hari pertama yakni SP 1

yang salah satunya BHSP yang bertujuan untuk saling mengenal dan saling

percaya antara perawat dengan klien, hal ini dapat mempererat sosialisasi

hubungan antara klien dengan perawat, tindakan yang dilakukan oleh

penulis mengajak klien untuk berkenalan, dan berbincang – bincang dengan

hasil klien sudah bisa berhubungan dengan orang lain dan sudah mulai

percaya dengan perawat, hal ini ditunjukkan dengan klien sudah mulai

berbicara, kontak mata bisa dipertahankan, setelah melakukan bina

hubungan saling percaya mengidentifikasi kemampuan yang dimilki,

penulis berusaha menghindarkan penilaian yang negatif setiap bertemu klien

dan mengutamakan pemberian pujian yang realistis sehingga klien dapat

menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, hal ini bertujuan untuk

menilai kemampuan yang dapat digunakan, penulis melakukan Tanya jawab

dengan klien, menilai kemampuan apa yang mudah dilakukan dan yang mau

dilakukan setiap hari, tidakan yang dilakukan klien adalah klien mau

melakukan merapikan tempat hal ini ditujukan klien tampak melakukan

merapikan tempat tidur setiap bangun tidur. Pada hari ketiga penulis

melakukan SP 2 tindakan yang dilakukan adalah menciptakan lingkungan

yang aman dan tenang, hal ini memiliki tujuan supaya dalam keadaan yang

tenang klien lebih rileks dan lebih terbuka untuk diajak berbincang –

bincang, klien tampak lebih baik dibandingkan hari sebelumnya, klien sudah

mau melakukan kegiatan merapikan tempat tidur dan menyapu lantai.


70

Implementasi hari pertama penulis melakukan strategi pelaksanaan

yang pertama dengan respon pada Tn. H klien kooperatif. Implementasi SP

1 yang salah satunya adalah BHSP (bina hubungan saling percaya) yang

bertujuan untuk saling mengenal dan saling percaya antara perawat dengan

klien, prosedur tindakan yang dilakukan pada pertemuan pertama mengajak

klien untuk berkenalan, dan berbincang – bincang dengan hasil klien

mampu membina hubungan social saling percaya, kontak mata kurang dan

masih tampak malu, hal ini ditunjukkan dengan ekspresi klien nampak

menunduk. Pada pertemuan selanjutnya melakukan tindakan yang sama

pada hari pertama yakni SP 1 yang salah satunya BHSP yang bertujuan

untuk saling mengenal dan saling percaya antara perawat dengan klien, hal

ini dapat mempererat sosialisasi hubungan antara klien dengan perawat,

tindakan yang dilakukan oleh penulis mengajak klien untuk berkenalan, dan

berbincang – bincang dengan hasil klien sudah bisa berhubungan dengan

orang lain dan sudah mulai percaya dengan perawat, hal ini ditunjukkan

dengan klien sudah mulai berbicara, kontak mata bisa dipertahankan, setelah

melakukan bina hubungan saling percaya mengidentifikasi kemampuan

yang dimilki, penulis berusaha menghindarkan penilaian yang negatif setiap

bertemu klien dan mengutamakan pemberian pujian yang realistis sehingga

klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, hal ini

bertujuan untuk menilai kemampuan yang dapat digunakan, penulis

melakukan Tanya jawab dengan klien, menilai kemampuan apa yang mudah

dilakukan dan yang mau dilakukan setiap hari, tindakan yang dilakukan

klien adalah klien mau melakukan merapikan tempat hal ini ditujukan klien
71

tampak melakukan merapikan tempat tidur setiap bangun tidur. Pada hari

ketiga penulis melakukan SP 2 tindakan yang dilakukan adalah menciptakan

lingkungan yang aman dan tenang, hal ini memiliki tujuan supaya dalam

keadaan yang tenang klien lebih rileks dan lebih terbuka untuk diajak

berbincang – bincang, klien tampak lebih baik dibandingkan hari

sebelumnya, klien sudah mau melakukan kegiatan merapikan tempat tidur

dan mencuci piring.

Penerapan asuhan keperawatan menggunakan SP lebih efektif dari

pada asuhan keperawatan yang sebelumnya, karena SP memberikan

pemahaman kepada pasien cara untuk mengurangi harga diri rendah dan bisa

memperagakan atau mempraktekkan. Secara kasus, SP harga diri rendah

efektif jika terjalinnya BHSP antara klien dengan perawat. Berdasarkan hasil

penelitian dalam jurnal (Arya,dkk. 2014) tentang pengaruh strategi

pelaksanaan komunikasi pada pasien harga diri rendah terhadap kemampuan

pasien dalam meningkatkan harga diri rendah. Hal ini terdapat perubahan

perilaku dan perubahan nilai kemampuan mengontrol harga diri rendah.

Dalam hal ini penerapan asuhan keperawatan memberikan hasil yang

bermakna terhadap kemampuan klien mengontrol harga diri rendah.

5.5 Evaluasi

Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan

keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respon

klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi

dibagi menjadi dua, yaitu evaluasi proses atau evaluasi formatif yang
72

dilakukan setiap selesai melakukan tindakan dan evaluasi hasil atau sumatif

yang dilakukan dengan membandingkan antara respon klien dan tujuan

umum serta tujuan khusus yang telah ditentukan (Direja, 2011).

Tahap evaluasi adalah kegiatan mengukur pencapaian tujuan klien dan

menentukan keputusan dengan cara membandingkan data yang terkumpul

dengan tujuan dan pencapaian tujuan (Nursalam, 2009). Menurut Dermawan

(2012) penulisan evaluasi berdasarkan pada SOAP. S (Subjective data atau

data subyektif), O (Objective data atau data objektif), A (Analysis atau

analisis), P (Plan of care atau rencana asuhan keperawatan).

Hasil evaluasi pada diagnosa harga diri rendah pada Tn. M evaluasi

dengan menggunakan metode SOAP didapatkan hasil sebagai berikut:

subjektif pasien mengatakan kemampuan yang saya miliki adalah merapikan

tempat tidur, menyapu dan cuci piring, saya mau untuk merapikan tempat

tidur, objektif pasien tampak merapikan tempat tidur sesuai dengan yang

diajarkan perawat, terjalin hubungan saling percaya antara pasien dan

perawat dengan ditandai kontak mata baik, tidak menunduk dan tidak malu,

analisa masaah pada Tn. M adalah masalah teratasi SP 1 tercapai, Planning

perawat : lanjutkan SP 2, Pasien untuk mempraktekkan kemampuan yang

dimiliki lainnya yaitu menyapu.

Hasil evaluasi pada diagnosa harga diri rendah pada Tn. H evaluasi

dengan menggunakan metode SOAP didapatkan hasil sebagai berikut:

subjektif pasien mengatakan bahwa dirinya sekarang tidak malu,

kemampuan yang saya miliki adalah merapikan tempat tidur, dan cuci

piring, saya mau untuk merapikan tempat tidur, objektif pasien tampak
73

maumerapikan tempat tidur sesuai dengan yang diajarkan perawat, terjalin

hubungan saling percaya antara pasien dan perawat dengan ditandai kontak

mata baik, tidak menunduk dan tidak malu, analisa masaah pada Tn. H

adalah masalah teratasi SP 1 tercapai, Planning perawat : lanjutkan SP 2,

Pasien untuk mempraktekkan kemampuan yang dimiliki lainnya yaitu

mencuci piring.
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari uraian bab pembahasan, maka penulis dapat menarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan Tn. M dan Tn. H(Setiadi, 2012).

Format pengkajian meliputi aspek-aspek identitas Tn. M dan Tn. H,

alasan masuk, faktor predisposisi, fisik, psikososial, status mental,

kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial

dan lingkungan, pengetahuan dan aspek medik. Format pengkajian ini

dibuat agar semua data relevan tentang semua masalah Tn. M dan Tn. H

saat ini, lampau atau potensial didapatkan sehingga diperoleh suatu data

dasar yang lengkap (Damaiyanti dan Iskandar, 2012).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa utama yang muncul saat dilakukan pengkajian pada

Tn.M dan Tn.H yaitu harga diri rendah.

3. Intervensi keperawatan

Rencana keperawatan yang dapat dilakukan meliputi tujuan yang

pertama yaitu Intervensi keperawatan yang dilakukan pada Tn.M dan

Tn.H berdasarkan pada teori keperawatan jiwa, dimana terdapat tujuan

74
75

umum yaitu Tn. M dan Tn. H dapat melakukan hubungan sosial secara

bertahap, dapat membina hubungan saling percaya, Tn. M dan Tn. H

dapat menilai kemampuan yang dapat kemampuan yang digunakan,

dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit, dapat memanfaatkan

sistem pendukung yang ada.

4. Implementasi Keperawatan

Dalam asuhan keperawatan Tn. M dan Tn. H dengan ganggun

pesepsi sensori halusinasi pendengaran di Ruang Abimanyu Rumah

sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainudin Surakarta telah sesuai dengan

intervensi yang dibuat oleh penulis. Penulis melakukan strategi

pelaksanaan 1 yaitu mendiskusikan kemampuan aspek positif yang

dimiliki Tn. M dan Tn. H, yang kedua melatih Tn. M dan Tn. H

melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan Tn. M dan

Tn. H.

5. Evaluasi Keperawatan

Hasil evaluasi pada diagnosa harga diri rendah pada Tn. M dan

Tn H. setelah dilakukan SP 1 dan SP 2 klien mampu untuk melakukan

kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimilki klien. Evaluasi

dengan metode SOAP sebagai berikut: subjektif Tn. M dan Tn. H

mengatakan kemampuan yang saya miliki adalah merapikan tempat

tidur,menyapu dan cuci piring, saya mau untuk merapikan tempat tidur,

objektifTn. M dan Tn. H tampak merapikan tempat tidur sesuai dengan

yang diajarkan perawat, analisa masalah adalah masalah teratasi SP 1

tercapai, Planning perawat : lanjutkan SP 2, Tn. M dan Tn. H : untuk


76

mempraktekkan kemampuan yang dimiliki lainnya pada Tn M yaitu

melakukan kegiatan menyapu, sedangkan pada Tn H melakukan

kegiatan mencuci piring.

6.2 Saran

Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis dapat memberikan

saran sebagai berikut :

1. Bagi Perawat

Diharapkan dapat memberikan pelayanan dan meningkatkan

komunikasi terapeutik kepada klien, sehingga dapat mempercepat

penyembuhan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat meningkatkan bimbingan klinik kepada

mahasiswa secara maksimasl, sehingga mahasiswa mendapatkan

gambaran dalam memberikan asuhan keperawatan yang benar.

3. Bagi Penulis

Penulis dapat meningkatkan pengkajian dengan baik melalui

penyusunan rencana kerja dengan baik dalam mendapatkan datayang

lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 2008. Gambaran Konsep Diri. Jakarta : Salemba Medika.

Damaiyanti. 2012. Pengkajian Keperawatan Jiwa: Yogyakarta: Arrus Medika.

Deden. 2013. Asuhan Keperawatan Gangguan Jiwa Dasar. Jakarta : EGC.

Depkes .2015. Riset Kesehatan Dasar. Diakses tanggal 6 April 2017.


http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesda
s%202013.pdf.

Dermawan, D & Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogjakarta: Gosyen Publishing.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. Di akses tanggal 9 April 2017.
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PRO
VINSI_2015/13_JATENG_2015.pdf.

Direja. 2011. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah. Jakarta : Salemba Medika

Eko. 2014. Penatalaksanaan Konsep Diri : Harga Diri Rendah. Jakarta: EGC.

Fajariyah. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa Harga Diri Rendah. Jakarta: Salemba
Medika

Hidayat. 2014. Metode Penelitian dan Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

Karika. 2015. Akibat Harga diri rendah. Yogjakarta: Gosyen Publishing

Keliat. 2013. Buku Ajar KeperawatanJiwa. Jakarta : EGC

Kemenkes RI. 2014. Stop Stigma dan Diskrimminasi Terhadap Orang Dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ). Dipublikasikan tanggal 10 Oktober 2014,
diakses tanggal 9 April 2017.
http://www.depkes.go.id/article/print/16100700005/peran-keluarga-
dukung-kesehatan-jiwa-masyarakat.html.

Kemenkes RI. 2016. Peran Keluarga Dukung Kesehatan Jiwa Masyarakat.


Dipublikasikan tanggal 6 Oktober 2016, diakses tanggal 9 April 2017.
http://www.depkes.go.id/article/print/16100700005/peran-keluarga-
dukungan-kesehatan-jiwa-masyarakat.html.

Nasir Dan Muhith. 2010. AplikasiKeperawatanJiwa. Jogjakarta :SalembaMedika.


Prabowo, Eko. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogjakarta:
Nuha Medika.

Santoso, Budi, dkk. 2013. Kementrian Kesehatan RI: Pokok Pokok Hasil
Riskesdas Provinsi Jawa Tengah. Diakses tanggal 10 April 2017.
http://terbitan.litbang.depkes.go.id/penerbitan/index.php/lpb/catalog/book
/93.

Suliswati. 2010. Konsep Diri : Harga Diri Rendah. Jakarta : Salemba Medika.

Stuart & Sundeen. 2008. Buku Ajar Asuhan keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Towsend. 2010. Konsep Gangguan Jiwa. Jakarta : EGC.

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Arrofi Laila Maghfiroh


Tempat, Tanggal Lahir : Sragen, 8 Februari 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat rumah : Mekar Sari RT 1 RW 11 Nglorong Sragen

Riwayat Pendidikan :
1. TK Aisyah Lulus Tahun 2002
2. SD Negeri 1 Sragen Lulus Tahun 2008
3. SMP MTA Gemolong Lulus Tahun 2011
4. SMA Muhammadiyah I Sragen Lulus Tahun 2014
Riwayat Pekerjaan : Belum pernah bekerja
Riwayat Organisasi :-
Publikasi :-

Anda mungkin juga menyukai