Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Batu merupakan salah satu kekayaan alam yang banyak digunakan untuk
pembuatan suatu konstruksi, baik untuk pembuatan rumah, jalan, dan lain
sebagainya. Dalam pengerjaannya kita harus teliti dan ulet, sehingga kita
memerlukan tenaga professional untuk mengerjakannya, sebab apabila kita salah,
baik dalam pengerjaannya, maupun dalam perhitungannya kita dapat mengalami
kerugian yang banyak, baik itu material maupun finansial.

Adapun dengan konstruksi yang semakin berkembang sekarang ini, sangat


diutamakan bagi seorang insinyur kelak, kita haruslah mengetahui hal-hal yang
berkaitan dengan pekerjaan konstruksi batu, seperti bahan utama yang dipilih
hingga proses pembuatannya. Dikarenakan pekerjaan batu lebih diutamakan
dalam pembangunan gedung-gedung, jembatan, jalan, dan sebagainya, karena
menggunakan bahan utama yaitu batu.

Selain batu, terdapat unsur di muka bumi bernama tanah. Tanah merupakan
unsur penting dalam perencanaan konstruksi karena pada tanahlah berdiri suatu
bangunan. Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan faktor kestabilan
tanah. Salah satu cara yang digunakan dalam pengendalian kestabilan tanah agar
tidak mengalami kelongsoran adalah dengan membangun dinding penahan tanah.

Dinding penahan tanah adalah suatu struktur konstruksi yang dibangun untuk
menahan tanah yang mempunyai kemiringan/lereng dimana kemantapan tanah
tersebut tidak dapat dijamin oleh tanah itu sendiri. Bangunan dinding penahan
tanah digunakan untuk menahan tekanan lateral yang ditimbulkan oleh tanah
urugan atau tanah asli yang labil akibat kondisi topografinya.

Dinding penahan dapat dikatakan aman apabila dinding penahan tersebut


telah diperhitungkan faktor keamanannya, baik terhadap bahaya pergeseran,

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 1


bahaya penggulingan, penurunan daya dukung tanah, dan patahan. Pada dinding
penahan, perhitungan stabilitas merupakan salah satu aspek yang tidak boleh
diabaikan maupun dikesampingkan, karena stabilitas dinding penahan sangat
mempengaruhi usia desain dinding penahan itu sendiri, keamanan bangunan
bendung atau groundsill, serta kondisi tanah disekitar bangunan tersebut (Pranata.
H, 2010).

Ketika merancang dinding penahan tanah, selain memperkirakan dimensi


yang akan dipakai, juga memperhatikan beban-beban yang bekerja pada dinding
penahan tanah itu sendiri misalnya, berat sendiri dinding penahan, berat tanah,
dan beban tambahan lainnya. Untuk menghitung beban-beban tersebut terdapat
peraturan-peraturan yang mengikat seperti yang tertera pada BMS 1992 dan SNI
1725:2016. Maka dari itu, penulis tertarik untuk menjelaskan mengenai pekerjaan
konstruksi batu dan juga dinding penahan tanah dalam makalah kerja batu ini.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka dapat dirumuskan


permasalahan sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan pekerjaan konstruksi batu, dinding penahan


tanah, kesehatan dan keselamatan kerja (K3) serta manajeman proyek?
2. Apa saja fungsi dan tujuan dari pekerjaan konstruksi batu, dinding
penahan tanah dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)?
3. Apa saja alat-alat dan bahan-bahan yang dipakai dalam pengerjaan
konstruksi batu?
4. Apa saja macam-macam pekerjaan konstruksi batu dan jenis-jenis
dinding penahan tanah?
5. Bagaimana cara melakukan perhitungan dalam pembuatan dinding
penahan tanah?
6. Apa saja alat-alat pelindung diri (APD) yang dipakai dalam kesehatan
dan keselamatan kerja (K3)?
7. Apa saja strategi yang diterapkan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
pada proyek konstruksi?

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 2


8. Apa saja yang dilakukan dalam memanajemen sebuah proyek?

1.3 TUJUAN

Penulisan makalah ini mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan
umum penulisan makalah ini adalah mengetahui bagaimana cara merancang suatu
konstruksi batu dan dinding penahan tanah yang tepat berdasarkan kondisi batu,
tanah serta bahan-bahan yang akan digunakan. Adapun tujuan khusus penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pa yang dimaksud dengan pekerjaan konstruksi batu,


dinding penahan tanah, kesehatan dan keselamatan kerja (K3) serta
manajeman proyek.
2. Untuk mengetahui apa saja fungsi dan tujuan dari pekerjaan konstruksi
batu, dinding penahan tanah dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
3. Untuk mengetahui apa saja alat-alat dan bahan-bahan yang dipakai dalam
pengerjaan konstruksi batu.
4. Untuk mengetahui apa saja macam-macam pekerjaan konstruksi batu dan
jenis-jenis dinding penahan tanah.
5. Untuk memahami bagaimana cara melakukan perhitungan dalam
pembuatan dinding penahan tanah.
6. Untuk mengetahui apa saja alat-alat pelindung diri (APD) yang dipakai
dalam kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
7. Untuk mengetahui apa saja strategi yang diterapkan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) pada proyek konstruksi.
8. Untuk mengetahui apa saja yang dilakukan dalam memanajemen sebuah
proyek.

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 3


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PEKERJAAN KONSTRUKSI BATU


2.1.1 Pengertian Pekerjaan Konstruksi Batu
Yang dimaksud dengan konstruksi batu adalah hubungan atau
jalinan antara bahan batu bata yang satu dengan lainnya dijadikan
adukan sehingga menjadi satu kesatuan yang kokoh dan kuat untuk
menerima beban atau gaya. Konstruksi batu merupakan sebagian dari
bangunan baik itu bangunan, saluran gedung irigasi, dam, dan tembok
penahan tanah. Adapun kerja batu adalah ilmu yang mempelajari
tentang pengetahuan dan keterampilan memasang atau membuat suatu
benda dari bahan batu/keramik. Kerja batu merupakan dasar dari
pembangunan suatu bangunan.

2.1.2 Fungsi Pekerjaan Konstruksi Batu


Adapun fungsi yang dimiliki dalam melakukan pekerjaan
konstruksi batu, yaitu :
1. Di dalam pengerjaan pondasi-pondasi pada bangunan.
2. Sebagai dinding suatu bangunan, baik itu sebagai dinding
pemikul ataupun pemisah.
3. Sebagai tembok penahan tanah (pada konstruksi bangunan
tembok penahan tanah).
4. Di dalam pekerjaan yang berhubungan dengan dam, saluran
irigasi.

2.1.3 Tujuan Pekerjaan Konstruksi Batu


Secara umum, tujuan yang dimiliki dalam melakukan pekerjaan
konstruksi batu, yaitu :
1. Untuk mendapatkan suatu bentuk konstruksi yang menjadi satu
kesatuan yang kuat dan tahan lama.

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 4


2. Untuk mendapatkan ikatan yang benar-benar memenuhi syarat
konstruksi. baik sebagai dinding, saluran irigasi, ataupun sebagai
tembok penahan tanah
3. Untuk mendapatkan konstruksi yang kokoh dan kuat akan tetapi
menggunakan bahan-bahan yang cukup hemat 

2.1.4 Bahan-Bahan yang Digunakan Dalam Pekerjaan Konstruksi Batu


Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam melakukan
pekerjaan konstruksi batu, yaitu :
1. Batu Kali
Batu kali adalah merupakan batu alam yang didapatkan dari
dasar sungai. Biasanya batu kali dari tempat pengambilan dibawa
dengan truk ke proyek yang memerlukan. Kegunaannya adalah
untuk pasangan pondasi, lantai pemikul dan lain-lainnya. Batu
kali yang baik dapat diperiksa dengan visual saja dilapangan yaitu
yang pori-porinya tidak terlalu banyak dan kelihatan keras tidak
keropos.
2. Batu Merah
Batu merah adalah suatu unsur bangunan yang terbuat dari
tanah liat dengan atau tanpa bahan tambahan seperti serbuk
gergaji, sekam padi atau pasir. Tanah liat ini dicetak berbentuk
balok-balok, lalu dibakar dengan temperatur 1050°C untuk
mengeraskannya, sehingga tidak dapat hancur lagi bila direndam
dalam air. Ukuran standarnya untuk Indonesia adalah :
a. 52 mm x 115 mm x 240 mm.
b. 50 mm x 110 mm x 230 mm.
Penimbunan dilapangan harus diberi lantai dengan jarak 30
cm dari permukaan tanah. Bata disusun berdiri arah lebarnya dan
disusun berselang-seling empat buah-empat buah. Ketinggian
penyusunan maksimal 2 meter ini untuk memudahkan dalam
pengambilan. Diatasnya ditutup dengan kain terpal atau plastik
agar air hujan tidak terserap oleh bata merah.

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 5


3. Super Bata
Super bata adalah bahan bangunan yang bentuk dan
kegunaannya sama dengan bata merah. Super bata juga terbuat
dari tanah liat dan dicampur dengan pasir halus. Pembuatannya
melalui proses mekanis, oleh karenanya super bata mempunyai
permukaan halus dengan ukuran yang sama. Biasanya bata ini
dibuat tidak penuh, tapi berlubang sehingga dapat menghemat
bahan baku dan menghasilkan ikatan yang kuat dengan mortar.
Karena Super bata mempunyai permukaan yang halus, maka pada
pemakaiannya kita tidak memerlukan plesteran lagi. Dan juga
karena bentuknya yang bervariasi, maka dapat dibuat
pemasangannya yang artisrik.
4. Batu Cetak
Batu cetak adalah suatu bahan bangunan yang diproduksi
oleh masyarakat kita, terbuat dari trus dan kapur dengan
perbandingan 5:1. Banyak keuntungan yang dapat kita ambil dari
pemakaian batu cetak ini, umpamanya untuk pemasangan 1 m2
dinding lehih sedikit jumlah batu yang diperlukan, dan juga
mengurangi keperluan mortar sampai 30%-50%. Berat pasangan
jauh lebih ringan dari konstruksi bata merah bias 50% lebih
ringan, sehingga tidak diperlukan lagi pondasi yang tidak terlalu
dalam.
Disebabkan oleh bentuk batu cetakan yang beraneka macam,
sehingga menarik, dan karena itu pula, dinding tidak usah
diplester karena ini sudah cukup menarik. Komposisi mortar
untuk pemasangan batu cetak ini harus sama dengan komposisi
hahan batu cetak itu sendiri, sehingga dapat menghasilkan ikatan
yang baik antara mortar dan batu cetak.
5. Batako Press
Batako press ini terbuat dari adukan kapur, pasir, tras dan
semen, pencetakannya dengan mesin press, dibuat berlobang
untuk menghemat bahan dan juga untuk isolasi suara dan panas.

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 6


Dan biasanya tembok sebelah luar tidak diplester lagi, kecuali
bagian dalam dinding.
6. Ubin PC
Ubin PC adalah bahan bangunan yang terbuat dari adukan
pasir dan semen yang dipakai untuk permukaan lantai.
Pembuatannya melalui mesin press dan salah satu pemukannya
difinishing dengan semen agar halus dan licin. Untuk menentukan
mutu ubin ini ada beberapa macam test antara lain :
a. Keteguhan kejut
b. Lapis aus
c. Kuat tekan
7. Ubin Porselen
Ubin porselen terbuat dari jenis tanah liat putih dengan atau
tanpa campuran bahan tambahan melalui proses pembakaran
sedemikian rupa, sehingga tidak dapat hancur kembali bila
direndam dalam air.
Bidang patah yang baru harus memperlihatkan hasil
pembakaran yang rata dan baik. Ubin porselen harus halus dan
rata permukaannya dan sisinya harus saling tegak satu dengan
lainnya, dan tepinya lurus dan tajam.
8. Kapur
Kapur adalah material yang berasal dari batuan sedimen
berwarna putih dan halus yang terutama tersusun dari mineral
kalsium. Tiga senyawa utama yang mewujudkan kapur adalah
kalsium karbonat, kalsium oksida, dan kalsium hidroksida. Kapur
yang ditemukan di alam juga dapat tercampur dengan mineral
magnesium.
9. Semen Merah
Semen merah merupakan semen yang terbuat dari hasil
gilingan tanah liat yang dibakar (batu bata merah atau genting
keramik yang digiling halus).

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 7


10. Pasir
Pasir adalah merupakan butiran-butiran mineral atau agrefat
halus yang mempunyai kekasaran 0-4 mm. Di Indonesia ada
beberapa macam pasir kalau diselidiki menurut tempat
pengambilan dan penggunaannya. Adapun menurut tempat
pengambilan, yaitu :
a. Dasar sungai yang airnya mengalir
b. Dasar sungai yang airnya tenang
c. Digali pada tebing pegunungan
Adapun menurut penggunaannya, yaitu :
a. Dicuci dahulu dan dapat untuk plesteran dinding
b. Pasangan dan urungan
c. Pasangan bata dan beton
Untuk menjamin mutunya pasangan dan plesteran maka pasir
di test dahulu dilaboratorium. Biasanya dilapangan dapat
dilakukan pengetesan secara sederhana, guna mengetahui baik
dan jeleknya pasir. Dan ini dapat dites dengan visual saja seperti :
a. Pasir digenggam dengan tangan, lalu digosok-gosokan
ketelapak tangan yang satu lagi. Kemudian kita lihat kedua
telapak tangan itu, kalau kotor sekali atau sebagian dari
pasimya jelek dan mengandung tanah dan lumpur. Ini tidak
bisa dipakai kecuali kalau dicuci terlebih dahulu. Tapi
sebaiknya kalau tangan tidak begitu kotor dan tidak ada yang
lengket maka pasir dapat dipakai.
b. Pasir dimasukkan kedalam botol yang kacanya jernih dan
tembus pandang kira 4 botolnya. Kemudian ditambahkan air
kedalamnya sampai botol itu penuh, lalu dikocok-kocok
selama 10 menit sampai rata. Kemudian botol itu didiamkan
selama 30 menit, lalu lihat hasilnya, air akan menjadi jernih.
Pada bagian bawah botol terlihat butiran-butiran pasir yang
kasar dan diatasnya terlihat lapisan pasir yang halus sekali
dan ini disebut lumpur.

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 8


 1 m2 pasangan bata 2 bata membutuhkan 80 liter pasir
 1 m2 plesteran dinding bata memerlukan 50 liter pasir
11. Semen
Semen adalah suatu sebuk yang sangat halus berwarna abu-
abu, kehijau-hijauan, terdiri dari Kristal-kristal silikat, kalsium
dan aluminium. Bahan dasarnya adalah campuran antar batu
kapur dan tanah liat yang perbandingannya selalu diteliti dan
dianalisa terlebih dahulu baru kemudian dicampurkan menjadi
satuan dalam satu perbandingan.
Semen Portland adalah suatu hasil buatan yang didapat
karena bersatunya dengan betul suatu campuran dari kapur
( CaCO3 ) dan tanah liat dalam perbandingan 4:1, yang dipijarkan
hingga lebur dan berubah menjadi suatu massa seperti batu.
Setelah dingin batu-batu ini kemudian dipecah dengan mesin
menjadi potongan-potongan kecil, seterusnya digiling hingga
menjadi tepung yang sangat halus dan kemudian diayak. Diantara
bahan-bahan ikat yang kita ketahui, semen adalah bahan yang
terpenting, karena semen dapat mengadakan pengikatan dan
pengerasan didalam air. Semen dinamakan hidrolik dikarenakan
pengikatan serta pengerasan hanya akan terjadi karena adanya air.
Air disini diperlukan untuk melangsungkan reaksi-reaksi kimia
sehingga menghasilkan senyawa-senyawa hidrat, yang dapat
mengeras. Untuk pembakaran semen ini biasanya diperlukan
temperatur 1400°C-2000°C. Sifat-sifat semen yaitu :
a. Warna semen Portland tanpa tercampur bahan-bahan lain,
berwarna abu-abu, kehijau-hijauan dan setelah membatu
menjadi abu-abu kebiru-biruan.
b. Berat jenis semen Portland dalam keadaan membatu
mempunyai berat jenis yang berlainan,tergantung dari kadar
dapurnya dan ketelitian waktu pembuatannya. Umumnya
antara 3,12 sampai 3,25. Angka-angka ini lebih tinggi dari
berat jenis bahan-bahan ikat lain.

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 9


c. Pengikatan tepung semen Portland yang dicampur dengan air
hingga menjadi bubur, akan menjadi keras dalam waktu
tertentu. Pembatuan ini merupakan suatu reaksi antara
senyawa-senyawa semen dengan air, yang menyebabkan
adanya daya pengikat dan proses pengerasan semen. Suatu
percobaan semen dari keadaan lunak menjadi keras, disebut
pengikatan, dan waktu yang diperlukan itu disebut waktu
ikatan awal. Biasanya waktu ikat semen pada umumnya

1
1 −2jam.
2
12. Air
Air yang dipakai untuk membuat suatu adukan, hendaklah
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Umpamanya untuk
plesteran-plesteran yang putih, tidak boleh dipakai air yang
mengandung kotoran yang memberikan warna pada adukan,
misalnya zat besi yang akan memperlihatkan noda-noda coklat
pada plesteran. Untuk membuat suatu adukan kita harus memakai
air yang jernih, kalau ada yang mengandung zat lain itupun
kadamya harus kecil sekali. Banyaknya pemakaian air tergantung
pada jenis adukan yang dibuat, keadaan cuaca dan sebagainya.
Dan sebagai angka rata-rata diambil :
a. Untuk adukan kedap air dari semen kira-kira 22% dari isi
bahan yang dicampur
b. Untuk kedap air dari kapur dan tras kira-kira 20%
c. Untuk adukan kedap air dari kapur kira-kira 8%-10 %
Air laut dapat mengakibatkan kerusakan pada tembok,
begitupun air yang mengandung bahan – bahan busuk, seperti air
danau yang kehanyakan mengandung larutan asam, humus
janganlah dipergunakan.

2.1.5 Alat-Alat yang Digunakan Dalam Pekerjaan Konstruksi Batu


Adapun alat-alat yang digunakan dalam melakukan pekerjaan
konstruksi batu, yaitu :

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 10


1. Sendok Spesi
Alat ini terbuat dari plat baja tipis dengan tangkai dari kayu.
Daun sendok ini berbentuk segitiga, dengan sisi sama panjang
dengan bata merah.
2. Palu Pemotong Batu
Alat ini juga terbuat dari baja dengan tangkai dari kayu. Mata
palu hagian depan dibuat. tajam, dan bagian belakangnya dibuat
empat persegi dengan permukaan datar berfungsi sebagai palu.
Jadi disamping pemotong bata juga dapat dipakai untuk memukul
paku
3. Waterpass
Kerangka terbuat dari alumunium dan dilengkapi dengan
tabung gelas yang berisi cairan ether yang ada gelembung udara
didalamnya. Gunanya adalah untuk mengukur atau menentukan
sebuah benda atau garis dalam posisi rata baik pengukuran secara
vertikal maupun horizontal.
4. Siku-Siku Besi
Alat ini terbuat dari flat baja atau besi denga membentuk
sudut siku (90˚) dilengkapi dengan garis-garis ukuran dalam cm.
Gunanya adalah untuk mengukur kesikuan pertemuan dinding
dalam pemasangan batu dan sebagai penyangga yang dapat
bertahan lebih lama. Biasanya dapat dijumpai pada aktivitas
kontruksi berlangsung.
5. Line Bobbyn
Alat ini terdiri dari 2 buah potongan kayu, yang dihubungkan
dengan benang. Dipergunakan sebagai garis petunjuk
pemasangan batu bata. Caranya dengan mengaitkan salah satu
potongan kayu pada ujung pasangan batu bata dan satunya lagi
dikaitkan pada ujung pasangan batu bata lainnya. Pemakaian alat
ini lebih efisien apabila dibandingkan dengan pemakaian paku
karena kedudukan alat ini mudah diatur.

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 11


6. Unting-Unting
Dipergunakan sebagai pengganti waterpass vertical. Dapat
dibuat dari kuningan, besi ataupun timah, dengan berat 100 gr s/d
500 gr. Tepat ditengah-tengah unting-unting dipasang benang,
yang panjangnya tergantung dari tinggi kontruksi bangunan.
7. Kotak Spesi
Kotak spesi sebaiknya dibuat dari pelat besi dengan bentuk
trapesium dan pada sisi-sisinya diberi tangkai agar mudah
mengangkatnya sewaktu memindah-mindahkannya. Gunanya
adalah untuk tempat meletakan spesi yang selesai diaduk dan
dipasang.
8. Ember
Ember terbuat dari plat baja tipis dengan bentuk piramid
terbalik dan diberi tangkai untuk pegangannya. Gunanya adalah
untuk mengambil air, menakari pasir atau semen, membawa
adukan dan lain-lain.
9. Cangkul Pengaduk
Terdiri dari daun cangkul yang terbuat dari plat baja dan
diberi tangkai kayu. Cangkul ini mempunyai lubang yang berguna
untuk memudahkan mengaduk mortar. Spesifikasinya :
a. Mata cangkul :
 Panjang sisi 22 cm
 Lebar 17 cm
 Tebal plat 2 mm
b. Tangkai :
 Panjang 80 cm
 Diameter tangkai 5 cm
10. Sekop
Terbuat dari plat baja yang diberi tangkai kayu dan matanya
sedikit dilengkungkan agar enak dalam mengangkat pasir atau

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 12


bahan lainnya. Gunanya adalah untuk mengaduk mortar,
menggali tanah, dan sebagainya.
11. Tongkat Ukur/Kayu Profil
Tongkat dari kayu berbentuk empat persegi panjang yang
mempunyai sisi yang lurus dan datar. Gunanya adalah untuk
menentukan penentuan panjang pasangan dan sebagai pembantu
waterpass dalam melevelkan pasangan.
12. Straight Edge (Jidar)
Terbuat dari kayu empat persegi panjang yang diberi lobang
tempat pegangan sewaktu menggunakannya. Adapun
kegunaannya adalah untuk mendatarkan plesteran pada dinding.
13. Meteran
Meteran terbuat dari plat baja yang tipis sekali dan di gulung
dalam suatu kotak sebagai pelindung. Meteran ini juga ada yang
terbuat dari kayu yang disebut meteran lipat. Pada meteran ini
tercantum garis ukuran dalam milimeter. Kegunaannya adalah
untuk mengukur pekerjaan untuk tebal, lebar, panjang dan tinggi.
14. Pensil
Pensil tukang batu berbeda dari pensil yang digunakan untuk
menggambar. Pensil ini berbentuk bulat lonjong dengan isi yang
lebih besar. Gunanya adalah untuk menggambarkan lokasi
pemasangan, dan juga untuk menandai suatu tempat yang
diperlukan dalam pengukuran.
15. Sendok Siar (Brick Jointer)
Sendok siar terbuat dari besi yang di bengkokan dan diberi
tangkai kayu yang digunakan untuk menghamparkan spesi dalam
volume kecil, terutama untuk menjangkau tempat-tempat yang
sulit.
16. Skrap Spesi
Alat ini terbuat dari plat baja tipis yang berbentuk persegi
panjang dan salah satu sisinya dibuat bergerigi. Gunanya adalah

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 13


untuk melengketkan spesi pada pemukaan plesteran sewaktu
pemasangan ubin dinding (porselen).

17. Ruskam
Terbuat dari kayu tipis atau papan yang diberi tangkai pada
belakangnya. Gunanya adalah untuk meratakan plesteran dinding
dengan jalan menggosok-gosokan pada permukaan plesteran.
18. Ayakan Pasir
Ayakan pasir ini terbuat dari kayu mesh yang diberi kerangka
kayu dan berbentuk empat persegi panjang. Gunanya untuk
menyaring pasir, semen, kapur, dan lain sebagainya.
19. Sikat Kawat
Alat ini terbuat dari baja yang tertanam dalam tangkai kayu
dengan tiga jalur. Gunanya adalah untuk membersihkan
permukaan pasangan schelum diplester.

2.1.6 Ikatan Batu Bata


Batu bata adalah suatu unsur yang digunakan dalam pembuatan
konstruksi bangunan dan dibuat dari tanah liat ditamabah air dengan
atau tanpa campuran bahan-bahan lainnya melalui beberapa tahap
pengerjaan, seperti menggali, mengolah, mencetak, mengeringkan,
membakar pada temperatur yang tinggi hingga matang dan berubah
warna menjadi kemerah-merahan, serta akan mengeras seperti batu
jika didinginkan hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam ke
dalam air. Sedangkan, ikatan batu bata merupakan gabungan dari
beberapa batu bata yang ditempel satu sama lain menggunakan
campuran mortar dan membentuk seperti dinding ataupun fondasi.
Adapun syarat-syarat yang harus dimiliki pada batu bata sebagai
unsur bangunan, yaitu :
1. Hubungan harus dibuat sesederhana mungkin, artinya hubungan
itu mudah dapat dikerjakan.

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 14


1
2. Hindari menggunakan potongan bata yang kurang dari bata,
2
maksudnya untuk menghemat waktu dan tenaga.
3. Dalam arah mendatar maupun tegak, siar harus meliputi seluruh
tebal tembok, misalnya untuk memperluas bidang lekat antara siar
dengan bata.
1
4. Pada dua lapis berturut-turut, siar tegak saling berselisih strek
2
(tidak berhimpit) pada bagian luar maupun dalam.
5. Pada sudut, pertemuan, persilangan dari 2 tembok, lapis bata
berganti-ganti berjalan terus sehingga di dalamnya seperti di
anyam.
6. Tembok yang mempunyai tebal 1 bata atau lebih, lapis-lapisannya
disusun dari bata utuh yang diletakkan memanjang dan melintang.
3
7. Pada tembok tebal 1 bata atau lebih lapis strek berakhir dengan
4
bata,dan pada tembok ikatan berdiri (1 bata) siar lintang pada gigi

3 1
menyatu membentuk tangga bergeser dan bata dari lapisan
4 4
bawah dan di atasnya.
8. Gunakan adukan yang sesuai dengan aturan
Adapun macam-macam ikatan batu bata yang terdapat pada
pekerjaan konstruksi batu, yaitu :
1. Ikatan Biasa
Bata dipasang memanjang pada tiap lapisan dan biasanya
tebal dinding 20 cm dengan ketentuan sudah diplester.

1
Pemasangan batu bata terakhir dipasang batu dan pada lapisan
2

1
kedua diatas batu bata batu, dipasang batu utuh sehingga
2
menjadikan tegak tidak sejajar dan merupakan zig-zag.

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 15


Gambar 2.1 Ikatan Biasa

2. Ikatan Kepala (Header Bond)


Ikatan ini digunakan untuk dinding yang memiliki ketebalan
30 cm atau setara dengan 1 batu bata. Bata dipasang melintang
semua dan setiap satu lapis awal pemasangan dimulai dengan bata

3
. Jenis ikatan ini digunakan pada dinding sebelah bawah,
4
dinding yang melengkung dan juga fondasi.

Gambar 2.2 Ikatan Kepala (Header Bond)


3. Ikatan Inggris
Ikatan ini dipasang dengan berselang-selin, yaitu satu lapis
dipasang arah melintang batu dan yang lain dipasang arah
memanjag batu, tetapi pada melintang setiap akhir pemasangan

1
dipasang bata yang berguna untuk memenuhkan permukaan
4
pasangan dan menjaga agar siar tegak tidak segaris.

Gambar 2.3 Ikatan Inggris

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 16


4. Ikatan Flemish (Flemish Bond)
Ikatan Flemish adalah ikatan yang memanjang dan melintang

1
selang-seling dalam satu lapis. Antara setiap lapis dipasang
4
bata untuk memenuhkan bata dan membuat siar tegak tidak
segaris. Jenis ikatan ini digunakan pada dinding yang tebalnya 30
cm dan biasanya untuk pasangan super bata yang bersih tanpa
plesteran. Pada lapisan keempat, setelah dipasang memanjang

1
diikuti oleh bata yang dipasang secara melintang. Untuk lapisan
2

1
satu sama dengan lapisan ketiga, yaitu bata yang dipasang
2
secara melintang juga. Ikatan ini digunakan untuk dinding yang
tebalnya 30 cm dan biasanya merupakan pasangan batu bersih.

Gambar 2.4 Ikatan Flemish (Flemish Bond)

5. Ikatan Jerman (Dutch Bond)


Ikatan jerman ini adalah tipe yang hamper sama dengan
ikatan inggris, dimana bata dipasang berselang-seling tiap lapis
antar bata memanjang bata melintang, tetapi disini tidak terdapat

1
bata dipasang. Setiap lapisan bata yang memanjang diawali
4

3
dengan pasangan bata dan diikuti oleh sebuah bata melintang,
4
dan seterusnya dipasang bata biasa saja, siar tegak disini

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 17


merupakan tangga. Biasanya ikatan ini digunakan untuk dinding
yang tebalnya 30 cm.

Gambar 2.5 Ikatan Jerman (Dutch Bond)

2.1.7 Macam-Macam Pekerjaan Konstruksi Batu


Adapun macam-macam pekerjaan yang ada pada pekerjaan
konstruksi batu, yaitu :
1. Pekerjaan Bouwplank
Bouwplank adalah semacam pembatas yang dipakai untuk
menentukan titik bidang kerja pada sebuah proyek pendirian
bangunan ataupun rumah. Bouwplank juga dapat berfungsi
sebagai tempat penentuan titik membuat dan meletakkan ukuran
bangunan yang akan didirikan dan sebagai media bantu bagi
proses pembuatan suatu fondasi. Bouwplank biasa dibuat dari
bahan yang sangat sederhana sekali yaitu papan kayu dengan
kualitas yang rendah atau kelas C karena hanya digunakan untuk
sementara saja dan tidak butuh daya kekuatan yang begitu besar.

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 18


Gambar 2.6 Pekerjaan Bouwplank

2. Pekerjaan Galian Tanah Pondasi


Pekerjaan galian tanah pondasi adalah pekerjaan yang
dilaksanakan dengan membuat lubag di tanah membentuk pola
tertentu untuk keperluan pondasi bangunan. Galian tanah yang
dibuat harus dilakukan sesuai perencanaan dan mencapai lapisan
tanah yang keras. Jika dibutuhkan, tanah tersebut juga perlu
dipadatkan agar kondisinya lebih kokoh serta mampu menahan
beban bangunan dengan baik.

Gambar 2.7 Pekerjaan Galian Tanah Pondasi

3. Pekerjaan Urugan Pasir


Urugan pasir berfungsi menstabilkan permukaan tanah asli
dan menyebarkan beban, sehingga beban yang dipikul permukaan
tanah menjadi rata. Urugan passir dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Urugan pasir bawah pondasi, adalah pengurugan yang
ditempatkan di permukaan lubang pondasi yang digali
b. Urugan pasir bawah lantai, adalah pengurugan tanah asli
sebelum pemasangan suatu keramik lantai
Untuk mendapatkan kualitas urugan pasir yang baik, maka
perlu diikuti langkah-lanngkah sebagai berikut :
a. Pada dasar galian pondasi diberi urugan pasir padat setebal 5
cm padat

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 19


b. Pasir diratakan dengan menggunakan tarikan kayu dan selalu
dikontrol ketebalan dari pasir tersebut
c. Pasir dibasahi dengan air agar pasir benar-benar padat dan
rata
d. Pengurugan pasir ini pekerjakan berbarengan dengan lantai
kerja pondasi

Gambar 2.8 Pekerjaan Urugan Pasir

4. Pekerjaan Batu Kosong (Aanstamping)


Aanstamping atau dalam istilah bangunannya yaitu susunan
batu kosong tanpa mortar (adukan semen dan pasir). Aanstamping
disusun dibawah fondasi yang berfungsi untuk mengatasi gerakan
dinamis tanah sehingga tidak merusak fondasi dan struktur
bangunan yang ada di atasnya. Membuat aanstamping cukup
sederhana, pertama adalah meletakkan pasir di atas galian
pondasi. Ketebalan pasir urug ini kisaran 5 cm sampai 10 cm.
Kemudian batu-batu berukuran kisaran 15 cm sampai 20 cm,
disusun di atas pasir tersebut. Batu ini disusun setinggi kisaran 20
cm dan dibuat  tanpa adukan semen pasir.

Gambar 2.9 Pekerjaan Batu Kosong (Aanstamping)

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 20


5. Pekerjaan Balok Sloof
Sloof adalah struktur dari bangunan yang terletak di atas
pondasi dan memiliki fungsi untuk meratakan beban pondasi.
Sloof juga berfungsi sebagai pengunci dinding agar apabila terjadi
pergerakan tanah, dinding tidak roboh. Sloof sangat berperan
penting terhadap kekuatan dari suatu bangunan.
Sebagai tambahan pada sloof, untuk bangunan tahan terhadap
gempa maka disempurnakan pada ikatan antara sloof dengan
pondasi, yaitu dengan memberikan angker dengan berdiameter 12
mm dengan jarak 1,5 meter. Namun angka ini dapat berubah
untuk bangunan yang lebih besar atau bangunan bertingkat
banyak. Biasanya juga pekerjaan pada balok sloof dibuat dengan
ketebalan sebesar 5 cm.

Gambar 2.10 Pekerjaan Balok Sloof

6. Pekerjaan Urugan Tanah


Urugan tanah adalah suatu jenis pekerjaan yang bertujuan
untuk memindahkan tanah (padas, merah atau semi padas) dari
satu tempat lokasi (sumber pengambilan tanah) ke tempat lokasi
lain yang diinginkan sebanyak yang dibutuhkan agar tercapai
bentuk dan ketinggian tanah yang diinginkan, antara lain sektor
pertanian (sawah, ladang dan perkebunan), infrastruktur
pembangunan (pondasi bangunan) dan kerajinan (gerabah,
tembikar, genteng, dan batu bata). Dengan memakai acuan
perhitungan ritasen ataupun m3.

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 21


Gambar 2.11 Pekerjaan Urugan Tanah

7. Pekerjaan Ring Balk


Ring Balk adalah bagian dari struktur bangunan seperti balok
yang terletak di atas dinding bata. Berfungsi sebagai pengikat
pasangan bata dan juga untuk meratakan beban dari struktur yang
berada diatasnya, seperti beban yang diterima oleh kuda-kuda.
Pemasangan ring balk maksimum 4 meter dari sloof, idealnya 3
meter. Dimensi ring balk yang biasa digunakan adalah lebar 15
cm dan tinggi 15 cm dengan tulangan pokok (besi beton) kurang
lebih 8 mm dan begel kurang lebih 15 cm.

Gambar 2.12 Pekerjaan Ring Balk

8. Pekerjaan Ubin Lantai


Lantai adalah bagian bangunan berupa suatu luasan yang
dibatasi dinding-dinding sebagai tempat dilakukannya aktifitas
sesuai dengan fungsi bangunan. Pada gedung bertingkat, lantai
memisahkan ruangan-ruangan secara vertikal. Lantai dapat
dikategorikan sebagai elemen struktural maupun elemen non-

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 22


struktural dari suatu bangunan. Berikut cara pemasangan lantai
keramik/ubin :
a. Pada lantai dasar, di atas pasir urug diberi plesteran kemudian
spesi untuk merekat ubin.
b. Pada lantai-lantai bangunan bertingkat, di atas pelat beton
diberi lapisan pasir ± 5 cm, kemudian spesi untuk perekat
ubin.
c. Jenis ubin / penutup lantai ; tegel, keramik, plastik / PVC,
karet, teraso, marmer / granit, papan kayu / parket.
d. Pada lantai dengan penutup dari keramik, pemasangan harus
dilakukan dengan cara-cara khusus agar keramik tidak
meledak atau pecah serentak.

Gambar 2.13 Pekerjaan Ubin Lantai

9. Pekerjaan Pasangan Bata


Pasangan batu bata merupakan susunan batu bata yang teratur
dan tertentu dalam arah yang memanjang, mendatar maupun
vertikal, oleh spesi ataupun mortar dengan perbandingan
campuran tertentu. Pasangan bata merupakan bagian dari proses
pembangunan berupa pembatas antar ruangan, pasangan bata
dapat juga disebut sebagai bagian pengisi atau bagian dari rangka
bangunan.

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 23


Pasangan bata dikerjakan bersama-sama dengan pasangan
kozen pintu atau kozen jendela sesuai dengan gambar rencana,
dan juga yang harus diperhatikan mengenai perletakan dari
kolom-kolom praktis yang berfungsi sebagai perkuatan dari
dinding bata yang dipasang. Fungsi dari pasangan bata
diantaranya yaitu, sebagai fondasi, dinding, lantai, pilar dan
sebagainya.
Secara umum, pasangan bata dibagi menjadi beberapa
macam, diantaranya yaitu :

Gambar 2.14 Macam-Macam Pasangan Bata


Adapun cara-cara melakukan perhitungan terhadap
kebutuhan jumlah pasir dan semen dalam pembuatan pasangan
batu bata, diantaranya yaitu :
a. Pasangan ½ Bata Dengan Campuran 1 PC : 3 PP

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 24


Untuk bata berukuran 5x11x22 dengan luas dinding yang
akan dikerjakan adalah 1 m2 maka sesuai dengan SNI 2008,
membutuhkan material semen (PC) 14,37 kg dan pasir (PP)
0,04 m3. Jika ukurang panjang dan tinggi dinding yang akan
dibangun adalah 11 m : 4 m maka dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :
 Luas dinding 11×4= 44 m2
 Volume PC: 14,37 x 44 = 632,28 kg maka 632,28 dibagi
40 (1 sak semen perhitungan 40 kg) = 15,8 sak semen
 Volume PP: 0,04 x 44 = 1,76 m3 pasir
b. Pasangan ½ Bata Dengan Campuran 1 PC : 4 PP
Untuk bata berukuran 5x11x22 dengan luas dinding yang
akan dikerjakan adalah 1 m2 maka sesuai dengan SNI 2008,
membutuhkan material semen (PC) 11,5 kg dan pasir (PP)
0,043 m3. Jika ukurang panjang dan tinggi dinding yang akan
dibangun adalah 11 m : 4 m maka dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :
 Luas dinding 11×4= 44 m2
 Volume PC: 11,5 x 44 = 506 kg maka 506 dibagi 40 (1
sak semen perhitungan 40 kg) = 12,65 sak semen
 Volume PP: 0,043 x 44 = 1,89 m3 pasir
c. Pasangan ½ Bata Dengan Campuran 1 PC : 5 PP
Untuk bata berukuran 5x11x22 dengan luas dinding yang
akan dikerjakan adalah 1 m2 maka sesuai dengan SNI 2008,
membutuhkan material semen (PC) 9,68 kg dan pasir (PP)
0,045 m3. Jika ukuran panjang dan tinggi dinding yang akan
dibangun adalah 11 m : 4 m maka dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :
 Luas dinding 11×4= 44 m2
 Volume PC: 9,68 x 44 = 425,92 kg maka 425,92 dibagi
40 (1 sak semen perhitungan 40 kg) = 10,64 sak semen
 Volume PP: 0,045 x 44 = 1,98 m3 pasir

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 25


d. Pasangan ½ Bata Dengan Campuran 1 PC : 6 PP
Untuk bata berukuran 5x11x22 dengan luas dinding yang
akan dikerjakan adalah 1 m2 maka sesuai dengan SNI 2008,
membutuhkan material semen (PC) 8,32 kg dan pasir (PP)
0,049 m3. Jika ukuran panjang dan tinggi dinding yang akan
dibangun adalah 11 m : 4 m maka dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :
 Luas dinding 11×4= 44 m2
 Volume PC: 8,32 x 44 = 366,08 kg maka 366,08 dibagi
40 (1 sak semen perhitungan 40 kg) = 9,15 sak semen
 Volume PP: 0,049 x 44 = 2,15 m3 pasir
e. Pasangan ½ Bata Dengan Campuran 1 PC : 8 PP
Untuk bata berukuran 5x11x22 dengan luas dinding yang
akan dikerjakan adalah 1 m2 maka sesuai dengan SNI 2008,
membutuhkan material semen (PC) 6,5 kg dan pasir (PP)
0,05 m3. Jika ukuran panjang dan tinggi dinding yang akan
dibangun adalah 11 m : 4 m maka dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :
 Luas dinding 11×4= 44 m2
 Volume PC: 6,5 x 44 = 286 kg maka 286 dibagi 40 (1
sak semen perhitungan 40 kg) = 7,15 sak semen
 Volume PP: 0,05 x 44 = 2,2 m3 pasir
10. Pekerjaan Plesteran Dinding Batu Bata
Plesteran dinding adalah pekerjaan   pelapisan permukaan
dinding dengan meterial tertentu agar tercapai fungsi yang
dikehendaki. Ketika  menyebut pelasteran dinding sering
diasumsikan dengan Plesteran dan acian dinding, penyebutan ini
tidak sepenuhnya benar karena dalam keadaan tertentu pekerjaan
Plesteran tidak memerlukan acian. Misalnya ketika akan
memasang keramik atau batu temple pada dinding, pekerjaan
Plesteran sering mendahului sebelum pekerjaan lapis keramik
dinding dan batu temple dinding.

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 26


Plesteran dinding merupakan landasan utama untuk untuk
mencapai finishing dinding yang baik, dengan kata lain Plesteran
dinding merupakan landasan utama untuk menciptakan wajah
rumah anda yang baik. Beberapa fungsi dari Plesteran dinding,
yaitu :
a. Sebagai finishing dinding yang denganya didapatkan dinding
yang rata dan indah. Hal ini  biasanya dilakukan juga pada
pengacian setelah plaster.
b. Sebagai pendahuluan untuk mendapatkan finishing dinding
yang baik. Contoh untuk mendapatkan hasil pemasangan
dinding granit yang baik bisa dicapai dengan pekerjaan
plaster dinding dulu sebelum pekerjaan penempelan granit
dinding
c. Plesteran dinding membantu lekatan pasangan dinding bata
dan membuat pasangan bata tetap seperti bentuk semula.
d. Sebagai lapisan pelindung dari pengaruh cuaca luar.
Adapun cara-cara melakukan perhitungan terhadap
kebutuhan jumlah pasir dan semen dalam pembuatan plester
dinding batu bata, yaitu :
a. Plesteran Dengan Komposisi 1 PC : 4 PP
Dalam SNI 2008, pembuatan adukan plesteran yang
menggunakan perbandingan 1 PC : 4 PP dengan jumlah

kg m3
semen 6,24 dan pasir 0,024 . Nah, dari perhitungan ini
m2 m2
maka bisa mengetahui jumlah semen dan pasir yang
dibutuhkan dengan mengalikan ukuran luas bidang yang akan
diplester dengan perhitungan tadi. Jadi misalkan ingin
memplester dinding dengan ukuran 15 m x 6 m maka jumlah
semen yang dibutuhkan adalah (15×6) x 6,24 = 90 x 6,24 =
561,6 kg atau sekitar 14,04 sak. Kemudian untuk kebutuhan
pasirnya adalah (15×6) x 0,024 = 90 x 0,024 = 2,16 m3.
b. Plesteran Dengan Komposisi 1 PC : 5 PP

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 27


Dalam SNI 2008, pembuatan adukan plesteran yang
menggunakan perbandingan 1 PC : 5 PP dengan jumlah

kg m3
semen 5,18 dan pasir 0,026 . Nah, dari perhitungan ini
m2 m2
maka bisa mengetahui jumlah semen dan pasir yang
dibutuhkan dengan mengalikan ukuran luas bidang yang akan
diplester dengan perhitungan tadi. Jadi misalkan ingin
memplester dinding dengan ukuran 15 m x 6 m maka jumlah
semen yang dibutuhkan adalah (15×6) x 5,18 = 90 x 5,18 =
466,2 kg atau sekitar 11.655 sak. Kemudian untuk kebutuhan
pasirnya adalah (15×6) x 0,026 = 90 x 0,026 = 2,34 m3.
c. Plesteran Dengan Komposisi 1 PC : 6 PP
Dalam SNI 2008, pembuatan adukan plesteran yang
menggunakan perbandingan 1 PC : 6 PP dengan jumlah

kg m3
semen 4,42 dan pasir 0,027 . Nah, dari perhitungan ini
m2 m2
maka bisa mengetahui jumlah semen dan pasir yang
dibutuhkan dengan mengalikan ukuran luas bidang yang akan
diplester dengan perhitungan tadi. Jadi misalkan ingin
memplester dinding dengan ukuran 15 m x 6 m maka jumlah
semen yang dibutuhkan adalah (15×6) x 4,42 = 90 x 4,42 =
397,8 kg atau sekitar 9,945 sak. Kemudian untuk kebutuhan
pasirnya adalah (15×6) x 0,027 = 90 x 0,027 = 2,43 m3.

Gambar 2.15 Pekerjaan Plesteran Dinding Batu Bata


11. Pekerjaan Pondasi

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 28


Pondasi adalah bagian bangunan yang menghubungkan
bangunan dengan tanah. Pondasi berfungsi untuk meneruskan
beban-beban dari semua unsur bangunan yang dipikulkan
kepadanya ke tanah. Pondasi harus diperhitungkan sedemikian
rupa agar dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap beban
bangunan, berat sendiri, beban berguna dan gaya-gaya luar
seperti, angin, gempa bumi, beban termis, dan penurunan pondasi.
Adapun jenis-jenis dari pondasi yang sering dijumpai di
proyek konstruksi diantaranya, yaitu :
a. Pondasi Batu Kali, merupakan pondasi yang sudah umum
digunakan, khususnya untuk konstruksi rumah tinggal.
Pondasi ini sangat cocok karena jika ditanam didalam tanah
kualitasnya tidak akan berubah.
b. Pondasi Batu Bata, merupakan pondasi yang dibuat dari bata
merah yang disusun secara teratur dan bertangga yang
bentuknya merupakan enpat persegi panjang dan tiap-tiap
tangga terdiri dari 3-4 lapis.
c. Pondasi Setempat, merupakan pondasi yang sering dijumpai
pada bangunan yang mempunyai kedalaman tanah keras lebih
dari 15 m sehingga fondasi menerus sangat mahal dan tidak
efisien lagi,
d. Pondasi Menerus, merupakan pondasi yang terbuat dari batu
kali/batu gunung yang merupakan bagian dari struktur
kontruksi bangunan yang berfungsi sebagai penahan beban
bangunan yang disalurkan dari struktur atas seperti dinding,
atap dan jenis struktur lainnya ke bawah.
e. Pondasi Tiang Pancang, merupakan bagian dari struktur yang
digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan)
beban dari struktur atas ke tanah penunjang yang terletak
pada kedalaman tertentu.
Selanjutnya, macam-macam dari pondasi yang sering
dijumpai di proyek konstruksi diantaranya, yaitu :

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 29


a. Pondasi Dangkal, merupakan pondasi yang digunakan
apabila lapisan tanah pada dasar pondasi yang mampu
mendukung beban yang dilimpahkan terletak tidak dalam
(berada relatif dekat dengan permukaan tanah).
b. Pondasi Dalam, merupakan pondasi yang meneruskan beban
bangunan ke tanah keras atau batu yang terletak jauh dari
permukaan, seperti pondasi sumuran (pier foundation),
pondasi tiang (pile foundation).

Gambar 2.16 Pondasi Batu Kali

2.2 DINDING PENAHAN TANAH

2.2.1 Definisi Dinding Penahan Tanah

Dinding penahan tanah adalah suatu konstruksi yang berfungsi


untu menahan tanah lepas atau alami dan mencegah keruntuhan tanah
yang miring atau lereng yang kemantapannya tidak dapat dijamin oleh
lereng tanah itu sendiri. Tanah yang tertahan memberikan dorongan
secara aktif pada struktur dinding sehingga struktur cenderung akan
terguling atau akan tergeser.

2.2.2 Fungsi dan Syarat Dinding Penahan Tanah


Dinding penahan tanah berfungsi untuk menyokong tanah serta
mencegahnya dari bahaya kelongsoran. Baik akibat beban air hujan,

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 30


berat tanah itu sendiri maupun akibat beban yang bekerja di atasnya.
Pada dasarnya fungsi dari dinding penahan tanah adalah :

1. Menahan tekanan lateral tanah aktif (Active Lateral Force Oil)


yang dapat berpotensi menyebabkan terjadinya keruntuhan lateral
tanah misalnya tanah longsor.
2. Menahan tekanan lateral air (Lateral Force Water) yang dapat
berpotensi menyebabkan  terjadinya keruntuhan tanah lateral
akibat tekanan air yang besar. 
3. Mencegah terjadinya proses perembesan air secara lateral yang
diakibatkan oleh kondisi elevasi muka air tanah yang cukup
tinggi. Dalam hal ini juga berfungsi proses dewatering yaitu
dengan memotong aliran air (Flow Net) pada tanah (Cut Off).
Adapun syarat-syarat yang harus dimiliki dari dinding penahan
tanah, yaitu :
1. Dinding tidak terjungkal ataupun terguling
2. Dinding tidak tergeser
3. Dinding tidak amblas
4. Dinding tidak mudah pecah atau retak

2.2.3 Kegunaan Dinding Penahan Tanah


Dinding penahan tanah sudah digunakan secara luas dalam
hubungannya dengan jalan raya, jalan kereta api, jembatan, kanal dan
lainnya. Aplikasi yang umum menggunakan dinding penahan tanah
antara lain sebagai berikut:
1. Jalan raya atau jalan kereta api yang dibangun di daerah lereng.
2. Dinding penahan tanah yang digunakan untuk menahan tanah
pengisi dalam membentuk suatu jembatan. Tanah pengisi ini
disebut approach fill dan dinding penahan disebut abutments.
3. Jalan raya atau jalan kereta api yang ditinggikan untuk
mendapatkan perbedaan elevasi.
4. Jalan raya atau jalan kereta api yang dibuat lebih rendah agar

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 31


didapat perbedaan elevasi.
5. Dinding penahan tanah yang menjadi batas pinggir kanal.
6. Dinding khusus yang disebut flood walls, yang digunakan untuk
mengurangi/menahan banjir dari sungai.
7. Dinding penahan yang digunakan untuk menahan tanah di
sekitar bangunan atau gedung-gedung.

8. Dinding penahan tanah yang digunakan sebagai tempat


penyimpanan material seperti pasir, biji besi, dan lain-lain.

2.2.4 Jenis-Jenis Dinding Penahan Tanah


Berdasarkan cara untuk mencapai stabilitasnya, maka dinding
penahan tanah dapat digolongkan dalam beberapa jenis yaitu :
1. Dinding Penahan Tanah Tipe Gravitasi (Gravity Wall)
Jenis dinding penahan tanah ini banyak digunakan untuk
menahan tekanan tanah lateral pada timbunan tanah maupun pada
tebing-tebing yang landai sampai terjal. Prinsip kerja dari dinding
penahan ini cukup unik yaitu mengandalkan bobot massa dari
badan konstruksinya dengan demikian kestabilan dari struktur
dapat lebih stabil dikarenakan bobotnya yang berat dalam
menahan tekanan tanah lateral. Material penyusun yang
digunakan pada jenis konstruksi ini biasanya berupa material
pasangan batu ataupun beton bertulang (Reinforced Concrete).

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 32


Gambar 2.17 Dinding Penahan Tanah Tipe Gravitasi

2. Dinding Penahan Tanah Tipe Kantilever (Cantilever Retaining


Wall)
Dinding ini terdiri dari kombinasi dinding dengan beton
bertulang yang berbentuk huruf T. Ketebalan dari kedua bagian
relatif tipis dan secara penuh diberi tulangan untuk menahan
momen dan gaya lintang yang bekerja pada dinding tersebut.
Stabilitas konstruksinya diperoleh dari berat sendiri dinding
penahan dan berat tanah diatas tumit tapak (hell). Terdapat 3
bagian struktur yang berfungsi sebagai kantiliver, yaitu bagian
dinding vertical (steem), tumit tapak dan ujung kaki tapak (toe).
Biasanya ketinggian dinding ini tidak lebih dari 6– 7 meter.
Jenis konstruksi dinding penahan tanah tipe ini umumnya
digunakan untuk menahan tekanan tanah pada timbunan maupun
pada tebing. Prinsip kerja dari jenis dinding penahan jenis ini
yaitu dengan mengandalkan daya jepit/fixed pada dasar tubuh
strukturnya. Oleh karena itu ciri khas dari dinding penahan jenis
kantilever yaitu berupa model telapak/spread memanjang pada
dasar strukturnya yang bersifat jepit untuk menjaga kestabilan
dari struktur penahan. Umumnya konstruksi dinding penahan tipe
jepit dibuat dari pasangan batu maupun dengan konstruksi beton
bertulang. 

Gambar 2.18 Dinding Penahan Tanah Tipe Kantilever

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 33


3. Dinding Penahan Tanah Tipe Counterfort (Counterfort Wall)
Dinding ini terdiri dari dinding beton bertulang tipis yang di
bagian dalam dinding pada jarak tertentu didukung oleh
pelat/dinding vertikal yang disebut counterfort (dinding penguat).
Ruang di atas pelat pondasi diisi dengan tanah urug. Apabila
tekanan tanah aktif pada dinding vertical cukup besar, maka
bagian dinding vertical dan tumit perlu disatukan ( kontrafort )
Kontrafort berfungsi sebagai pengikat tarik dinding vertical dan
ditempatkan pada bagian timbunan dengan interfal jarak tertentu.
Dinding kontrafort akan lebih ekonomis digunakan bila
ketinggian dinding lebih dari 7 meter.
Perencanaan dimensi dinding penahan tanah sistem
kontrafort yaitu Lebar 0,45 H s/d 0,75 H. Kontrafort dapat
ditempatkan pada jarak 0,30 H s/d 0,60 H, dengan tebal tidak
kurang dari 20 cm. Tinggi kontrafort sebaiknya sama dengan
tinggi dinding vertikal; tetapi bila diinginkan ketinggian yang
lebih kecil, dapat dikurangi dengan 0,12 H s/d 0,24 H.

Gambar 2.19 Dinding Penahan Tanah Tipe Kounterfort

4. Dinding Penahan Tanah Tipe Buttress (Buttress Wall)


Dinding Buttress hampir sama dengan dinding kontrafort,

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 34


hanya bedanya bagian kontrafort diletakkan di depan dinding.
Dalam hal ini, struktur kontrafort berfungsi memikul tegangan
tekan. Pada dinding ini, bagian tumit lebih pendek dari pada
bagian kaki. Stabilitas konstruksinya diperoleh dari berat sendiri
dinding penahan dan berat tanah diatas tumit tapak. Dinding ini
dibangun pada sisi dinding di bawah tertekan untuk
memperkecilgaya irisan yang bekerja pada dinding memanjang
dan pelat lantai. Dinding ini lebih ekonomis untuk ketinggian
lebih dari 7 meter. Kelemahan dari dinding ini adalah penahannya
yang lebih sulit daripada jenis lainnya dan pemadatan dengan cara
rolling pada tanah di bagian belakang adalah jauh lebih sulit.

Gambar 2.20 Dinding Penahan Tanah Tipe Buttress


5. Dinding Penahan Tanah Tipe Turap (Sheet Pile Wall)
Jenis konstruksi dinding penahan tipe turap merupakan jenis
konstruksi yang banyak digunakan untuk menahan tekanan tanah
aktif lateral tanah pada timbunan maupun untuk membendung air
(coverdam). Jenis konstruksi tipe turap/sheet pile umumnya
terbuat dari material beton pra tegang (Prestrees Concrete) baik
berbentuk corrugate-flat maupun dari material baja. Konstruksi
dinding penahan tipe sheet pile berbentuk ramping dengan
mengandalkan tahanan jepit pada kedalaman tancapnya dan
dapat pula dikombinasikan dengan sistem angkur/Anchord yang
disesuaikan dengan hasil perancangan. Dalam pelaksanaannya
kedalaman tancap sheet pile dapat mencapai elevasi sampai tanah

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 35


keras.

Gambar 2.21 Dinding Penahan Tanah Tipe Turap

6. Dinding Penahan Tanah Tipe Bronjong (Gabion Wall)


Konstruksi dinding penahan tanah jenis ini merupakan
konstruksi yang berupa kumpulan blok-blok yang dibuat dari
anyaman kawat logam galvanis yang diisi dengan agregat kasar
berupa batu batu kerikil yang disusun secara vertikal ke atas
dengan step-step meyerupai terasering/tangga-tangga. Kelebihan
dari dinding penahan jenis gabion selain berfungsi untuk menahan
tekanan tanah juga berfungsi untuk memperbesar konsentrasi
resapan air ke dalam tanah (Infiltrasi).

Gambar 2.22 Dinding Penahan Tanah Tipe Bronjong

7. Dinding Penahan Tanah Tipe Blok Beton (Block Concrete Wall)


Jenis dinding penahan tanah tipe blok beton merupakan
kumpulan blok-blok beton masif padat yang disusun secara
vertikal dengan sistem pengunci/locking antar blok yang disusun.

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 36


Umumnya blok beton dibuat secara modular di fabrikasi berupa
beton precash dan kemudian proses pemasangannya di lakukan di
lokasi in-situ.

Gambar 2.23 Dinding Penahan Tanah Tipe Blok Beton


8. Dinding Penahan Tanah Tipe Diapraghm Wall
Jenis konstruksi dinding penahan tanah tipe dinding bertulang
(Diaphragm Wall) merupakan jenis konstruksi dinding penahan
yang terbuat dari rangkaian besi beton bertulang yang dicor di
tempat atau dengan sistem modular yang dibuat untuk
membendung (cover) suatu konstruksi bawah tanah (sub-
strucure) khusunya pada konstruksi basement suatu bangunan.
Diaphragm wall dapat dikombinasikan dengan sistem anchord
untuk menambah daya dukung terhadap tekanan aktif lateral
tanah juga berfungsi dalam proses dewatering untuk memotong
aliran muka air tanah (Cut-Off Dewatering).

Gambar 2.24 Dinding Penahan Tanah Tipe Diapraghm Wall

9. Dinding Penahan Tanah Tipe Contingous Pile dan Soldier Pile


Jenis konstruksi penahan continguous pile dan soldier pile

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 37


merupakan konstruksi dinding penahan tanah yang digunakan
untuk menahan tekanan lateral tanah aktif pada konstruksi bawah
tanah seperti pada konstruksi basement suatu bangunan sama
seperti jenis konstruksi dinding penahan diaphragm wall.
Continguous pile dan soldier pile juga biasanya dikombinasikan
dengan sistem ankur/anchord untuk meningkatkan daya dukung
terhadap tekanan aktif lateral tanah dan berfungsi sebagai
pemutus aliran air bawah tanah (Cut Off). Continguous pile dibuat
di tempat in-situ dengan sistem bored pile berupa rangkaian besi
beton bertulang maupun menggunakan profil baja serta
dikombinasikan dengan bentonited dan dirangkai membentuk
dinding penahan yang padat.

Gambar 2.25 Dinding Penahan Tanah Tipe Contingous Pile dan


Soldier Pile

10. Dinding Penahan Tanah Tipe Revetment


Jenis konstruksi sederhana yang berfungsi untuk perkuatan
lereng/tebing maupun untuk melindungi dari gerusan aliran
sungai dan ombak pada alur pantai. Konstruksi jenis ini pada
dasarnya tidak memiliki fungsi utama dalam menahan tekanan
aktif lateral tanah namun lebih pada fungsi proteksi terhadap efek
gerusan/erosi yang dapat merusak kestabilan lereng/tanggul yang
tentunya dapat berpotensi menimbulkan terjadinya longsor/land
slide.

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 38


Gambar 2.26 Dinding Penahan Tanah Tipe Revetment

2.2.5 Konsep Perencanaan Dinding Penahan Tanah


Berdasarkan survey lapangan yang telah dilakukan pada lokasi
yang akan di bangun dinding penahan tanah ini, serta dengan
mempertimbangkan tingkat kesulitan dalam pelaksanaan, disusun
beberapa konsep perencanaan turap antara lain:
1. Dinding penahan tanah yang direncanakan tidak mengganggu atau
merusak aliran air sungai (tidak mengganggu luas penanampang
basah sungai).
2. Dinding penahan tanah berfungsi sebagai dinding yag dapat
menahan kelongsoran tebing sungai dan melindungi tebing sungai
terhadap gerusan air.
3. Dinding penahan tanah dapat menahan tekanan tanah aktif serta
tekanan air dan beban beban lainya yang bekerja pada dinding
penahan tanah.
4. Dinding penahan tanah direncanakan memiliki ketahanan jangka
panjang pada lingkungan pada siklus basah, kering dan lembab.
5. Dinding penahan tanah memiliki tekanan tanah lateral tanah aktif
dan air, serta memiliki gaya aksial dan lateral yang bekerja pada
dinding penahan tanah.
2.2.6 Urutan Perencanaan Dinding Penahan Tanah
Adapun urutan yang dilakukan dalam melakukan perencanaan
dalam pembuatan konstruksi dinding penahan tanah, yaitu :
1. Menetapkan jenis dinding penahan tanah yang paling sesuai
2. Memperikirakan ukuran/dimensi dinding penahan tanah yang
diperlukan
3. Hitung gaya-gaya yang bekerja di atas dasar fondasi dinding
penahan.
4. Tentukan letak resultan gaya-gaya yang bekerja. Letak dari
resultan tersebut digunakan untuk mengetahui kestabilan dinding

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 39


penahan terhadap bahaya penggulingan.
5. Mengontrol stabilitas dinding penahan tanah terhadap :
a. Bahaya guling
b. Bahaya geser, dan
c. Bahaya kelongsoran daya dukung
6. Merencanakan struktur atau konstruksi sehingga konstruksi
dinding penahan tanah mampu memikul segala beban atau
muatan yang dipikul.

2.2.7 Beban yang Bekerja Pada Dinding Penahan Tanah


Beban adalah sebuah gaya yang dipikul oleh struktur bangunan.
Jenis-jenis beban yang bekerja pada bangunan struktur antara lain:
1. Beban Mati
Beban mati adalah beban dengan besar yang konstan dan
berada pada posisi yang sama setiap saat. Beban ini terdiri dari
berat sendiri struktur dan beban lain yang melekat pada struktur
secara permanen.
2. Beban Hidup
Beban hidup adalah seluruh beban tidak tetap yang dapat
mempengaruhi berat bangunan dan atau unsur bangunan. Jenis
beban hidup lain adalah angin, tekanan tanah, tekanan air, beban
lumpur, dan beban yang disebabkan oleh pelaksanaan
konstruksi.

2.2.8 Metode Perhitungan Pada Dinding Penahan Tanah


1. Perhitungan Gaya Vertikal dan Momen Terhadap Kaki Depan
Rumus :
W =A ×γ beton
M =W × l
Dengan keterangan :
W : Berat (kN )
A : Luas Penampang (m 2)
γ beton : Berat Isi Beton ¿

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 40


M : Momen(kNm)
l : Jarak(m)

2. Tekanan Tanah (Earth Pressure)


Besar tekanan tanah aktif merupakan luas diagram tegangan
gaya yang terjadi akibat pembebanan, perbedaan tinggi muka air
maupun akibat sifat- sifat tanah. Diagram tegangan gaya tersebut
adalah :
a. Akibat beban merata, berbentuk segi empat tegangan gaya
b. Akibat perbedaan tinggi muka air, pada mulanya berupa segi
tiga tegangan gaya kemudian segi tiga tegangan gaya ini
menjadi gaya, sehingga bentuk selanjutnya menjadi segi
empat tegangan gaya.
c. Akibat Sifat-sifat tanah, dapat berbentuk segi empat dan segi
tiga, dibedakan akibat harga kohesi tanah (c) dan akibat berat
isi tanahnya (ɣm).
Yang perlu diperhatikan di dalam mencari total tekanan tanah
adalah :
a. Akibat sifat-sifat tanah, khususnya akibat kohesi tanah
memberikan pengurangan terhadap seluruh tekanan tanah
aktif yang bekerja. Sedangkan untuk tekanan tanah pasif,
kohesi tanah akan menambah besar seluruh tekanan tanah
pasif yang bekerja.
b. Akibat beban garis (Line Load), beban titik (point load), dan
beban strip (strip load), bentuk diagram dapat didekati dalam
bentuk trapezium, atau segitiga.
Menurut teori Rankine, untuk tanah berpasir tidak kohesif,
besarnya gaya lateral pada satuan lebar dinding akibat tekanan
tanah aktif pada dinding setinggi H dapat dinyatakan dengan :
∑ pa=0,5 × H 2 × γ × Ka
Dengan keterangan :
∑ pa : Koefisien tekanan tanah aktif

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 41


Q : Beban terbagi rata ¿
H : Tinggi dinding penahan ( m )
γb : Berat isi tanah ¿
cos β−√ cos2 β−cos 2 ∅
Ka=cos β
cos β + √ cos2 β−cos 2 ∅

Dengan keterangan :
∅ : Sudut geser dalam
β : Sudut tanah timbunan
Untuk tanah timbunan datar ( β=0 ˚ ) , besarnya koefisien
tekanan tanah aktif menjadi :

1−sin ∅ ∅
Ka=
1+sin ∅ (
∙ tan 45 ˚ −
2 )
3. Tekanan Hidrostatis
Gaya tekan air atau gaya hidrostatis adalah gaya horisontal
akibat air di hulu dan hilir bendung. Tekanan hidrostatis adalah
fungsi kedalaman di bawah permukaan air, dan bekerja tegak
lurus terhadap muka bangunan.

Pair =0,5 ∙ γ w ∙ H 2
Momen akibat tekanan hidrostatis dapat dinyatakan :

H
M air =Pair ∙
3

Dengan keterangan :
Pair : Tekanan air aktif ¿
M air : Momen tekanan air (kNm)
γw : Berat volume air ¿

4. Gaya Angkat
Pada konstruksi-konstruksi di daerah yang tergenang air atau
muka air tanah yang tinggi, maka akan terjadi adanya tekanan
hidrostatis yang mengurangi besarnya angka keamanan (SF).
Tekanan air akan mempengaruhi gaya vertikal dan menyebabkan

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 42


h1 Mu
ka
h air
2 1 4h2
2 B 3
h U1
2
U
γh a
2 a1 sehingga kemungkinan
tahanan terhadap guling semakin
w
1 kecil,
2
γ
terjadinya guling semakin tinggi.
w

Gambar 2.27 Pengaruh Gaya Angkat Dinding Penahan Tanah


Gaya tekan akibat gaya angkat dapat dinyatakan :

U 1=B ∙ h2 ∙ γ w

U 2=0,5∙ B∙ h2 ∙ γ w

∑ U =U 1 +U 2
Momen akibat gaya angkat (uplift) dapat dinyatakan :
M u =U ∙ a
1 1 1

M u =U ∙a
2 2

∑ M u =M u +¿ M u ¿ 1 2

Dengan keterangan :

∑U : Gaya angkat/Uplift (kN)

B : Lebar dinding (m)


γw : Berat volume air ¿

∑ Mu : Momen gaya angkat/Uplift (kNm)

5. Stabilitas Terhadap Penggeseran


Akibat gaya-gaya lateral seperti tekanan tanah aktif Pa yang
bekerja, maka dinding penahan tanah dapat bergeser. Gaya-gaya
lateral Pa tersebut akan mendapatkan perlawanan dari tekanan
tanah Pasif Pp dan gaya gesek antara dasar dinding dan tanah,τ .

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 43


Faktor aman terhadap penggeseran ( F gs ), didefinisikan sebagai :

F gs =
∑ V × tan δ
∑H
Dengan keterangan :
F gs : Faktor aman terhadap penggeseran
∑V : Total gaya vertikal (kN)

∑H : Total gata horizontal (kN)


tan δ : Koefisien gesek
F gs ≥ 1,5 untuk tanah dasar granuler
F gs ≥ 2 untuk tanah dasar kohesif
Tabel 2.1 Koefisien gesek antara dasar pondasi dan tanah dasar
No Jenis Tanah Dasar Pondasi tan δ
.
1. Tanah granuler kasar tak mengandung lanau atau lempung 0,55
2. Tanah granuler kasar mengandung lanau 0,45
3. Tanah lanau tak berkohesi 0,35
4. Batu keras permukaan kasar 0,60
(Sumber : Hardiyatmo, 2014)
6. Stabilitas Terhadap Penggulingan
Tekanan tanah lateral yang diakibatkan oleh tanah urug di
belakang dinding penahan, cenderung menggulingkan dinding
dengan pusat rotasi pada ujung kaki depan pelat fondasi. Momen
penggulingan ini, dilawan oleh momen akibat berat sendiri
dinding penahan dan momen akibat berat tanah di atas pelat
fondasi. Faktor aman akibat penggulingan( F gl ), didefinisikan
sebagai :

F gl=
∑ Mt
∑ Mg
Dengan keterangan :
F gl : Faktor aman akibat penggulingan
∑ M t : Momen terhadap berat sendiri pondasi (kNm)
∑ M g : Momen terhadap tekanan tanah aktif (kNm)
Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 44
F gl ≥ 1,5 untuk tanah dasar granuler
F gl ≥ 2 untuk tanah dasar kohesif
7. Stabilitas Terhadap Keruntuhan Kapasitas Dukung Tanah
Gaya-gaya horizontal dan vertikal pada dinding akan
menimbulkan tegangan pada tanah. Apabila tegangan yang timbul
melebihi tegangan ijin tanah, maka akan terjadi penurunan tanah.
Faktor aman terhadap keruntuhan kapasitas dukung tanah
didefinisikan sebagai :
qult
F= ≥ 2,5
qmax
Dengan keterangan :
F : Faktor aman terhadap keruntuhan kapasitas dukung tanah
q ult : Kapasitas dukung ultimit ¿
q max : Tekanan akibat beban struktur ¿

X=
∑ M t −∑ M g
∑V
Dengan keterangan :
∑ M t : Momen terhadap berat sendiri fondasi (kNm)
∑ M g : Momen terhadap tekanan tanah aktif (kNm)
∑ V : Total gaya vertikal (kN)
B
e= −x
2
B
Bila e < , bentuk diagram tekanan kontak berupa trapesium
6
B
Bila e= , bentuk diagram tekanan kontak berupa segitiga
6
B
Bila e > , bentuk diagram tekanan kontak berupa dua segitiga
6
Tekanan struktur pada tanah dasar fondasi dapat dihitung dari
persamaan sebagai berikut :
1. Bila dipakai cara lebar efektif fondasi (asumsi meyerholf) :
V
q=
B'

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 45


Dengan keterangan :
V : Beban vertikal total (kN)
B' : B-2e
2. Bila distribusi tekanan kontak antar tanah dasar pondasi
dianggap linier :
V 6e B
q=
B (

B )
bila e ≤
6
2∑ V B
q= bilae >
3 ( B−2 e ) 6
Dalam perencanaan, lebar pondasi dinding penahan (B)

B
sebaiknya dibuat sedemikian hingga e < .
6
Hal ini dimaksudkan agar efisiensi pondasi maksimum dan
perbedaan tekanan pondasi pada ujung-ujung kaki dinding tidak
besar (untuk mengurangi resiko keruntuhan dinding akibat
penggulingan).
8. Penulangan Dinding
a. Hitungan gaya lintang dan gaya momen terfaktor
Bila y adalah kedalaman dari permukaan tanah urug,
momen terfaktor yang bekerja pada dinding vertikal :
y
Mu=0,5 × γ m × y 2 × Ka× ×1,2+0,5 ×q × y 2 × Ka×1,6
3
Vu=0,5 × γ m × y 2 × Ka ×1,2+q × y × Ka×1,6
Momen (Mu) dan gaya lintang (Su) dihitung dengan
substitusi dengan substitusi nilai-nilai y ke dalam Rumus Vu
dan Rumus Mu.
b. Hitungan kebutuhan tulangan semen
25
d=H − p−
2
Dengan keterangan :
d : Tinggi efektif (mm)
H : Tinggi pondasi (mm)
Kuat geser beton :

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 46


Vc= ( 16 √ fc )b ∙ d
'
w

Dengan keterangan :
Vc : Kuat geser beton (kN)
fc ' : Mutu beton (mPa)
bw : Permeter (mm)
d : Tinggi efektif (mm)
∅ V n=∅ V c =0,75 ×V c
∅ V n=∅ V c >V u

Karena seluruh nilai ∅ V n=∅ V c >V u maka dinding vertikal


tidak memerlukan tulangan geser, hanya dipasang tulangan
minimum saja.
c. Hitungan penulangan per meter panjang dinding

Mu
( −12 × 0,85× fc ' × b)a + ( 0,85× fc ' × b ×d ) a−( ∅ )=0
2

Dengan keterangan :
f c' : Mutu beton (mPa)
b : Permeter (mm)
d : Tinggi efektif (mm)
Mu : Momen ultimit (kNm)
∅ : 0,8
d−c
ε s= ε
c cu
f s=ε s × E s
0,85× fc ' × a ×b
A s=
fs

Rasio penulangan ( ρ ) :
As
ρ=
b×d
A s =ρ× b × d
min

Batasan ρmin menurut pasal 9.12 adalah sebesar 0,0020,

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 47


rasio penulanagn tidak memenuhi. Sehingga dipakai As
dikarenakan A s< A s .
min

Dengan nilai luas tulangan A s=2000 mm2, maka jumlah


tulangan per meter pelat untuk diameter tulangan mm
adalah :
As
n=
1
× π × d2
4

2.3 KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)


2.3.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
1. Menurut Mathis dan Jackson
Pengertian K3 adalah kegiatan yang menjamin terciptanya
kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental
melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan dan kontrol
terhadap pelaksanaan tugas dari karyawan dan pemberian bantuan
sesuai dengan aturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah
maupun perusahaan dimana mereka bekerja.
2. Menurut Ardana
Pengertian K3 adalah upaya perlindungan yang ditujukan
agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja selalu dalam
keadaan selamat dan sehat sehingga setiap sumber produksi bisa
digunakan secara aman dan efisien.
3. Menurut Flippo
Pengertian K3 adalah pendekatan yang menentukan standar
yang menyeluruh dan spesifik, penentuan kebijakan pemerintah
atas praktek-praktek perusahaan di tempat kerja dan
pelaksanaannya melalui surat panggilan, denda, dan sanksi lain.
4. Menurut Widodo
Pengertian K3 adalah bidang yang berhubungan dengan
kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja
di sebuah institusi maupun lokasi proyek.

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 48


5. Menurut World Health Organization (WHO)
Pengertian K3 adalah upaya yang bertujuan untuk
meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan fisik, mental dan
sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis
pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan bagi pekerja
dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan
kesehatan.

2.3.2 Fungsi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Pada pelaksanaannya K3 memiliki fungsi yang cukup banyak dan
bermanfaat, baik bagi perusahaan maupun bagi pekerja. Berikut ini
adalah beberapa fungsi K3 secara umum :
1. Sebagai pedoman untuk melakukan identifikasi dan penilaian
akan adanya risiko dan bahaya bagi keselamatan dan kesehatan di
lingkungan kerja.
2. Membantu memberikan saran dalam perencanaan, proses
organisir, desain tempat kerja, dan pelaksanaan kerja.
3. Sebagai pedoman dalam memantau kesehatan dan keselamatan
para pekerja di lingkungan kerja.
4. Memberikan saran mengenai informasi, edukasi, dan pelatihan
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja.
5. Sebagai pedoman dalam membuat desain pengendalian bahaya,
metode, prosedur dan program.
6. Sebagai acuan dalam mengukur keefektifan tindakan
pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya

2.3.3 Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Menurut UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja,
tujuan dari K3 adalah mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit
dikarenakan pekerjaan. Selain itu, K3 juga berfungsi untuk
melindungi semua sumber produksi agar dapat digunakan secara
efektif. Berikut ini adalah fungsi dan tujuan K3 secara umum :

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 49


1. Untuk melindungi dan memelihara kesehatan dan keselamatan
tenaga kerja sehingga kinerjanya dapat meningkat.
2. Untuk menjaga dan memastikan keselamatan dan kesehatan
semua orang yang berada di lingkungan kerja.
3. Untuk menjaga dan memastikan keselamatan dan kesehatan
semua orang yang berada di lingkungan kerja.

2.3.4 Strategi Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Pada


Proyek Konstruksi
Penerapan K3 pada kegiatan konstruksi dapat di lakukan dengan
urutan sebagai berikut :
1. Identification
Setiap kegiatan proyek konstruksi memiliki karakteristik
yang berbeda, misalnya proyek bangunan tinggi, pembangunan
bendungan, bangunan pabrik dan sebagainya. Lakukan
identifikasi polusi bahaya atau kegiatan konstruksi yang akan
dilaksanakan. Buat mapping potensi bahaya menurut area atau
bidang kegiatan masing-masing.
2. Evaluation
Dari hasil identifikasi dilakukan evaluasi tentang potensi
bahaya untuk menentukan skala prioritas berdasarkan hazards
rating.
3. Develops the plan
Berdasarkan hasil identifikasi dan evaluasi diatas susun
rencana pengendalian dan pencegahan kecelakaan.

4. Implementasi
Buat rencana kerja yang telah disusun untuk
mengimplementasikan konsep pengendalian dengan baik. Untuk
mencapai kegiatan yang optimal sediakan sumber daya yang
diperlukan untuk menjalankan program K3. Buatlah kebijakan K3
terpadu.

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 50


5. Monitoring
Buatlah program untuk memonitor pelaksanaan K3, untuk
mengetahui apakah program-program tersebut telah terlaksanan
dengan baik atau tidak.Susun lalu audit internal serta inspeksi
yang baik sesuai dengan kondisi setempat.

2.3.5 Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan Dalam Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3)
1. Helm Keselamatan
Helm keselamatan atau safety helmet ini berfungsi untuk
melindungi kepala dari benturan, pukulan, atau kejatuhan benda
tajam dan berat yang melayang atau meluncur di udara. Helm ini
juga bisa melindungi kepala dari radiasi panas, api, percikan
bahan kimia ataupun suhu yang ekstrim. Untuk beberapa
pekerjaan dengan risiko yang relatif lebih rendah bisa
menggunakan topi ataupun penutup kepala sebagai pelindung.

Gambar 2.28 Helm Keselamatan

2. Sabuk dan Tali Keselamatan


Sabuk keselamatan atau safety belt ini berfungsi untuk
membatasi gerak pekerja agar tidak terjatuh atau terlepas dari
posisi yang diinginkan. Beberapa pekerjaan mengharuskan
pekerja untuk berada pada posisi yang cukup berbahaya seperti
pada posisi miring, tergantung atau memasuki rongga sempit.
Sabuk keselamatan ini terdiri dari harness, lanyard, safety rope,
dan sabuk lainnya yang digunakan bersamaan dengan beberapa
alat lainnya seperti karabiner, rope clamp, decender, dan lain-lain.

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 51


Gambar 2.29 Sabuk dan Tali Keselamatan

3. Sepatu Boot
Sepatu boot ini berfungsi untuk melindungi kaki dari
benturan atau tertimpa benda berat, tertusuk benda tajam, terkena
cairan panas atau dingin, uap panas, bahan kimia berbahaya
ataupun permukaan licin. Bedanya dengan safety shoes umumnya
adalah perlindungan yang lebih maksimal karena modelnya yang
tinggi dan melindungi hingga ke betis dan tulang kering.

Gambar 2.30 Sepatu Boot

4. Sepatu Pelindung
Sepatu pelindung ini berfungsi untuk melindungi kaki dari
benturan atau tertimpa benda berat, tertusuk benda tajam, terkena
cairan panas atau dingin, uap panas, bahan kimia berbahaya
ataupun permukaan licin.
Selain fungsi tersebut, sepatu safety berkualitas juga memiliki
tingkat keawetan yang baik sehingga bisa digunakan dalam
jangka waktu yang panjang. Berbagai sepatu safety tersedia

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 52


sesuai dengan kebutuhan. Ada yang antislip, antipanas, anti-bahan
kimia, anti-listrik, dan lain sebagainya.

Gambar 2.31 Sepatu Pelindung

5. Masker
Masker pernafasan ini berfungsi untuk melindungi organ
pernafasan dengan cara menyaring vemaran bahan kimia, mikro-
organisme, partikel debu, aerosol, uap, asap, ataupun gas.
Sehingga udara yang dihirup masuk ke dalam tubuh adalah udara
yang bersih dan sehat. Masker ini terdiri dari berbagai jenis,
seperti respirator, katrit, kanister, tangki selam dan regulator, dan
alat pembantu pernafasan.

Gambar 2.32 Masker

6. Penutup Telinga
Penutup telinga ini bisa terdiri dari sumbat telinga (ear plug)
atau penutup telinga (ear muff), yang berfungsi untuk melindungi
telinga dari kebisingan ataupun tekanan.

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 53


Gambar 2.33 Penutup Telinga

7. Kacamata Pengaman
Kacamata pengaman digunakan sebagai alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi mata dari paparan partikel yang
melayang di udara ataupun di air, percikan benda kecil, benda
panas, ataupun uap panas. Selain itu kacamata pengaman juga
berfungsi untuk menghalangi pancaran cahaya yang langsung ke
mata, benturan serta pukulan benda keras dan tajam. Jenis
kacamata pengaman ini bisa berupa spectacles atau googgles.

Gambar 2.34 Kacamata Pengaman

8. Sarung Tangan
Sarung tangan ini berfungsi untuk melindungi jari-jari tangan dari
api, suhu panas, suhu dingin, radiasi, arus listrik, bahan kimia,
benturan, pukulan, tergores benda tajam ataupun infeksi dari zat
patogen seperti virus dan bakteri. Sarung tangan ini terbuat dari
material yang beraneka macam, tergantung dari kebutuhan. Ada
yang terbuat dari logam, kulit, kanvas, kain, karet dan sarung
tangan safety yang tahan terhadap bahan kimia.

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 54


Gambar 2.35 Sarung Tangan
9. Pelindung Wajah
Pelindung wajah atau face shield merupakan alat pelindung
yang berfungsi untuk melindungi wajah dari paparan bahan kimia
berbahaya, partikel yang melayang di udara atau air, percikan
benda kecil, panas ataupun uap panas, benturan atau pukulan
benda keras atau tajam, serta pancaran cahaya.

Gambar 2.36 Pelindung Wajah

10. Pelampung
Pelampung digunakan oleh pekerja yang bekerja di atas air atau di
permukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam. Pelampung
terdiri dari life jacket, life vest atau bouyancy control device untuk
mengatur keterapungan.

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 55


Gambar 2.37 Pelampung

2.4 MANAJEMEN PROYEK


2.4.1 Pengertian Manajemen Proyek
Manajemen dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
memperoleh suatu hasil dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan
melalui suatu kegiatan sekelompok orang. Menurut H.Koontz,
manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisir, memimpin
dan mengendalikan kegiatan anggota serta sumber daya yang lain
untuk mencapai sasaran organisasi (perusahaan) yang telah
ditentukan.
Proyek adalah kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu
terbatas dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk
melaksanakan tugas yang telah digariskan dengan jelas.
Menurut H.Kurzner (1982), Manajemen Proyek adalah
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan
sumber daya perusahaan untuk sasaran yang telah ditentukan.

2.4.2 Rencana Lapangan


Rencana lapangan adalah suatu rencana perletakkan bangunan
pembantu atau darurat yang diperlukan sebagai sarana pendukung
untuk melaksanakan pekerjaan tergantung besar kecilnya proyek.
Rencana perletakan itu sendiri adalah bangunan-bangunan pembantu
atau sementara. Misalnya direksi keet, gudang, pagar keliling,
bengkel, pos keamanan dan sebagainya.
Tujuan pokok dalam perencanaan site plan/site installation adalah
mengatur letak bangunan-bangunan fasilitas dan sarana pada proyek
sedemikian rupa, sehingga pelaksanaan pekerjaan konstruksi dapat
berjalan dengan :
1. Efisien

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 56


Penempatan dari bangunan-bangunan fasilitas dan sarana
pada proyek perlu diatur menurut kebutuhan sehingga diperoleh
efisiensi kerja. Efisiensi kerja adalah pencapaian perbandingan
terbaik antara sumber tenaga/daya dengan hasil pelaksanaan.
Oleh karena itu, letak bangunan-bangunan fasilitas dan
sarana tersebut tidak boleh saling mengganggu satu dengan yang
lainnya, baik jarak maupun ukurannya.
2. Efektif
Penempatan bangunan-bangunan fasilitas dan sarana yang
efektif pada proyek juga dibutuhkan dalam menunjang pekerjaan
konstruksi. Efektifadalah dapat diselesaikannya suatu pekerjaan
sesuai dengan rencana (schedule) kerja yang telah disusun.
Perencanaan site plan/site installation yang tidak efektif
dapat mengakibatkan terjadinya keterlambatan proyek dan
bertambahnya anggaran biaya proyek.

3. Lancar
Yang dimaksud dengan lancar dalam perencanaan site
plan/site installation adalah kelancaran pelaksanaan pekerjaan,
terutama kelancaran transportasi/angkutan di lokasi proyek.
Pembuatan jalan kerja untuk mendukung kelancaran transportasi
sangat erat hubungannya dengan perletakan bangunan-bangunan
fasilitas dan sarana proyek lainnya. Terganggunya kelancaran
transportasi dapat mengakibatkan timbulnya hambatan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi sehingga jangka waktu
pelaksanaan pekerjaan konstruksi dapat menyimpang dari rencana
kerja yang telah tersusun.
4. Aman
Salah satu tujuan dibuatnya bangunan-bangunan fasilitas dan
sarana pada proyek adalah untuk keperluan keamanan dan
keselamatan pekerjaan selama berlangsungnya kegiatan proyek.
Yang dimaksud dengan keamanan adalah menghindarkan
gangguan pencurian, kehilangan dan kerusakan peralatan serta

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 57


bahan-bahan bangunan. Sedangkan yang dimaksud dengan
keselamatan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
keselamatan para tenaga kerja. (Djojowirono, 1991).

2.4.3 Rencana Kerja (Time Schedule)


Rencana kerja adalah suatu pembagian waktu terperinci yang
disediakan masing-masing bagian pekerjaan mulai dari bagian-bagian
pekerjaan permulaan sampai dengan bagian-bagian pekerjaan akhir.
Adapun tujuan dari rencana kerja adalah sebagai evaluasi dan melihat
batas waktu serta melihat pekerjaan apakah lebih cepat, lama atau
tepat waktu. Jenis – jenis rencana kerja adalah sebagai berikut :
1. Diagram Balok/Bar Chart
Diagram balok disebut juga Gantt Bar chart atau disingkat
Bar Chart sesuai dengan nama penemunya H.L Gantt pada tahun
1917. Bar Chart adalah diagram alur pelaksanaan pekerjaan yang
dibuat untuk menentukan waktu penyelesaian pekerjaan yang
dibutuhkan. Barchart disusun dalam kolom arah vertikal dan arah
horizontal. Data yang diperlukan dalam membuat Bar Chart
adalah :
a. Proyek yang akan dilaksanakan.
b. Daftar semua kegiatan yang akan dikerjakan untuk
menyelesaikan proyek.
c. Hubungan antara masing-masing pekerjaan.
2. Kurva S
Kurva S adalah kurva yang menggambarkan kumulatif
progrees pekerjaan. Kurva tersebut dibuat berdasarkan rencana
dan kenyataan dari suatu pekerjaan sehingga kita dapat melihat
progress (kemajuan). Dari kurva S dapat diketahui presentae (%)
pekerjaan yang harus dicapai pada waktu tertentu. Untuk
menentukan bobot tiap pekerjaan harus dihitung terlebuh dahulu
volume pekerjaan dan biayanya, serta biaya nominal dari seluruh
pekerjaan tersebut. Kurva S ini sangat efektif untuk mengevaluasi
dan mengendalikan waktu dan biaya proyek.

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 58


Penampilan varian kurva S ditampilkan dalam bentuk
grafis. Dalam penggambaran Kurva S terdiri dari dua sumbu,
sumbu vertikal, menunjukkan nilai kumulatif biaya atau
penyelesaian pekerjaan sedangkan sumbu horizontal
menunjukkan waktu kalender. Kurva S juga mampu
memperlihatkan kemajuan proyek dalam tampilan yang mudah
dipahami.
3. Network Planning
Network Planning adalah salah satu model yang digunakan
dalam meneyelenggarakan proyek. Menurut Soetomo Kajatmo,
Network Planinng merupakan sebuah alat manajemen yang
memungkinkan dapat lebih luas dan lengkapnya perencanaan dan
pengawasan suatu proyek. Adapun definisi proyek itu sendiri
adalah suatu ragkaian kegiatan-kegiatan yang mempunyai saat
permulaan dan yang harus dilaksanakan serta diselesaikan untuk
mendapatkan tujuan tertentu.
4. CPM (Critical Path Method)
CPM (Critical Path Method) adalah salah satu metode yang
digunakan untuk merencanakan dan mengendalikan waktu
proyek. Diagram jaring sering disebut diagram panah, karena
kegiatan/aktifitas dalam jaringan dinyatakan dengan panah.

2.4.4 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) adalah dokumen yang
berisikan nama proyek berikut penjelasan beberapa jenis, besar dan
lokasinya, tata cara pelaksanaan, syarat-syarat pekerjaan, syarat mutu
pekerjaan dan keterangan-keterangan lain yang hanya daapat
dijelaskan dalam bentuk tulisan.
1. Syarat-Syarat Umum
Syarat-syarat umum meliputi :
a. Keterangan pemberian tugas.
b. Keterangan mengenai perencanaan.
c. Syarat-syarat peserta lelang.

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 59


d. Bentuk surat penawaran dan cara penyimpanan.
2. Syarat-syarat administrasi
Syarat-syarat administrasi meliputi :
a. Sarat pembayaran.
b. Tanggal penyerahan pekerjaan/barang.
c. Denda atas keterlambatan.
d. Besarnya jaminan penawaran.
e. Besarnya jaminan pelaksanaan.
3. Syarat-syarat teknis
Syarat-syarat teknis meliputi :
a. Jenis dan uraian pekerjaan yang harus dilaksanakan.
b. Jenis dan mutu bahan yang digunakan.

2.4.5 Rencana Anggaran Biaya


Rencana anggaran biaya adalah perhitungan banyaknya biaya
yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang
berhubungan dengan pelaksanan bangunan atau proyek tersebut.
Rencana Anggara Biaya pada bangunan atau proyek yang sama akan
berbeda-beda di masing-masing daerah, disebabkan karena perbedaan
harga bahan dan upah kerja. Dalam menyusun rencana anggaran biaya
dapat dilakukan dengan 2 cara sebagai berikut :
1. Rencana anggaran biaya kasar (Taksiran)
Sebagai pedoman dalam menyusun rencana anggaran biaya
kasar digunakan harga satuan tiap persegi (m 2) luas lantai.
Rencana anggaran biaya kasar dipakai sebagai pedoman terhadap
rencana anggaran biaya yang dihitung secara teliti. Walaupun
rencana anggaran biaya kasar, namun harga satuan tiap m 2 tidak
terlalu jauh berbeda dengan harga yang digitung secara teliti.
2. Rencana anggaran biaya teliti
Rencana anggara biaya teliti adalah anggaran biaya bangunan
atau proyek yang dihitung dengan teliti dan cermat, sesuai dengan
ketentuan dan syarat-syarat penyusunan anggaran biaya.

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 60


Sedangkan penyusunan anggaran biaya bangunan atau proyek
yang dihitung dengan teliti, didasarkan atau didukung oleh :
a. Rencana kerja dan syarat-syarat.
b. Gambar.
c. Harga satuan dan upah.

2.4.6 Volume Pekerjaan


Volume pekerjaan adalah menguraikan secara rinci besar atau
volume suatu pekerjaan. Dalam menghitung besar volume masing-
masing pekerjaan harus sesuai dengan gambar yang sudah ada.

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 61


BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pekerjaan konstruksi batu merupakan suatu pengerjaan yang bahan utamanya
yaitu batu yang digabungkan dengan menggunakan campuran mortar hingga
terbentuknya suatu konstruksi yang dapat menahan beban atau gaya yang
diterimanya. Selain itu, dinding penahan tanah merupakan salah satu jenis
pekerjaan konstruksi batu yang dibuat untuk menahan tanah lepas atau alami dan
mencegah terjadinya keruntuhan terhadap tanah yang miring atau lereng yang
kemantapannya tidak stabil.
Pekerjaan konstruksi batu sendiri memiliki fungsi yaitu sebagai dinding,
tembok penahan tanah, pembuatan dam, dan lain sebagainya. Selain itu, tujuan
dalam pengerjaan konstruksi batu sendiri terdiri dari :
1. Untuk mendapatkan suatu bentuk konstruksi yang menjadi satu kesatuan yang
kuat dan tahan lama.
2. Untuk mendapatkan ikatan yang benar-benar memenuhi syarat konstruksi.
baik sebagai dinding, saluran irigasi, ataupun sebagai tembok penahan tanah.
3. Untuk mendapatkan konstruksi yang kokoh dan kuat akan tetapi
menggunakan bahan-bahan yang cukup hemat.
Dalam pengerjaan konstruksi batu, tpara pekerja pun harus menggunakan alat
pelindung diri (APD) agar terciptanya kesehatan dan keselamatan kerja (K3) bagi
semua pekerja. Dengan kata lain, sebenarnya K3 merupakan suatu istilah yang
mengacu terhadap kesehatan, keselamatan, dan bahkan kesejahteran bagi manusia
di sebuah institusi ataupun tempat kerja.
Selain itu semua, terdapat yang namanya manajemen proyek. Manajemen
Proyek sendiri adalah merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan
mengendalikan sumber daya perusahaan untuk sasaran yang telah ditentukan.
Manajemen proyek sangatlah diperlukan dalam mengerjakan suatu proyek
konstruksi batu, karena memanajemen suatu proyek pekerjaan dapat membuat

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 62


konstruksi berjalan lebih praktis, waktu lebih efisiensi dan efektif dalam
pengerjaan. Adapun yang dapat dikerjakan dalam memanjemen proyek yaitu :
1. Rencana lapangan
2. Rencana kerja
3. Rencana kerja dan syarat-syarat
4. Rencana anggaran biaya
5. Volume pekerjaan

3.2 SARAN
Pekerjaan dari konstruksi batu sangatlah penting sebelum membangun suatu
konstruksi seperti jembatan, gedung bertingkat, perumahan, dan lain sebagainya.
Maka dari itu, untuk membangun semua hal yang berhubungan dengan konstruksi
kerja batu haruslah mengerti, dimulai dari alat-alat yang dipakai haruslah sesuai
ketentuan, perhitungan dari bahan-bahan yang akan digunakan, perhitungan yang
dilakukan sebelum membuat konstruksi tersebut hingga cara pengerjaannya.
Selain itu, dalam pengerjaannya pun haruslah mengutamakan untuk menggunakan
alat pelindung diri (APD) yang lengkap sesuai dengan ketentuan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3), agar tidak terjadinya resiko yang berbahaya bagi semua
pekerja.
Dalam bekerja membuat konstruksi tersebut, hendaknya mengikuti petunjuk
yang telah diberikan, bekerja dengan sangat teliti dan memanfaatkan waktu
seefisien mungkin, agar batas waktu yang ditetapkan untuk membuat proyek
tersebut, dapat selesai dikerjakan dengan tepat waktu tanpa adanya kerusakan
pada konstruks. Bukan hanya itu saja, hendaknya para insinyur sipil pun mengerti
dan memahami cara memanajemen suatu proyek, dari mulainya melakukan
rencana di lapangan sampai perhitungan terhadap rencana anggaran biaya. Ini
semua dilakukan agar suatu proyek yang akan/sebelum dibuat dapat berjalan
dengan lancar dan tanpa adanya suatu kendala.

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 63


DAFTAR PUSTAKA

Umari, Muhammad. 2014. Laporan Kerja Batu Reza.


https://www.slideshare.net/muhammadumari/laporan-kerja-batu-reza (diakses
pada tanggal 17 Juni 2020)
Bangunan, Aneka. 2020. Menghitung Kebutuhan Semen dan Pasir Pada
Plesteran Dinding. http://www.anekabangunan.com/menghitung-kebutuhan-
semen-dan-pasir-pada-plesteran-dinding/ (diakses pada tanggal 17 Juni 2020)
Bangunan, Aneka. 2020. Menghitung Kebutuhan Semen dan Pasir Pada
Pasangan Bata. http://www.anekabangunan.com/menghitung-kebutuhan-semen-
dan-pasir-pada-pasangan-bata/ (diakses pada tanggal 17 Juni 2020)
Baliws. 2020. Pengertian dan Cara Memasang Bouwplank.
https://imagebali.net/detail-artikel/1037-pengertian-dan-cara-memasang-
pouwplank.php#:~:text=Pengertian%20dan%20Cara%20Memasang
%20Bouwplank,proyek%20pendirian%20bangunan%20atau
%20rumah.&text=Dari%20sini%20bisa%20dibuat%20penentuan%20lain
%20seperti%20kolom%20atau%20dinding%20bangunan. (diakses pada tanggal
18 Juni 2020)
Ahadi. 2009. Pasangan Batu Bata. https://www.ilmusipil.com/pasangan-
batu-bata (diakses pada tanggal 18 Juni 2020)
Pickr, Zool. 2012. Konstruksi Batu Dalam Konstruksi Bangunan. http://ilmu-
konstruksi.blogspot.com/2012/10/konstruksi-batu.html?m=1 (diakses pada tanggal
18 Juni 2020)
Ayurahmwtari. 2018. Macam-Macam Pekerjaan Konstruksi Batu dan Alat-
Alat yang Dibutuhkan. https://ayurahmwtari.wordpress.com/2018/03/09/macam-
macam-pekerjaan-konstruksi-batu-dan-alat-alat-yang-dibutuhkan/amp/ (diakses
pada tanggal 18 Juni 2020)
Tanjung, Ahmad. 2016. Dinding Penahan Tanah.
http://eprints.polsri.ac.id/3392/3/BAB%20II.pdf (diakses pada tanggal 19 Juni
2020)

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 64


Thoengsal, James. 2016. Dinding Penahan (Retaining Wall).
http://jamesthoengsal.blogspot.com/p/dindingpenahan-retaining-wall-
kamis.html?m=1 (diakses pada tanggal 19 Juni 2020)
Shintami, Monique. 2017. Alat Pelindung Diri Kesehatan & Keselamatan
Kerja. https://www.ruparupa.com/blog/alat-pelindung-diri-kesehatan-dan-
keselamatan-kerja-k3/ (diakses pada tanggal 20 Juni 2020)
Triwibowo, Ari. 2018. Makalah Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
http://arigonang.blogspot.com/2018/10/k3-pada-konstruksi.html?m=1 (diakses
pada tanggal 20 Juni 2020)
Christady, Hary. 2015. Perancangan Perkerasan Jalan dan Penyelidikan
Tanah. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Anggota IKAPI.

Pekerjaan Konstruksi Batu dan Dinding Penahan Tanah Halaman 65

Anda mungkin juga menyukai