iv. Masalah idiosinkratis
E. Kesimpulan
Pada umumnya tampak bahwa dengan adanya peralihan nilai budaya maupun pribadi terdapat kesenjangan
antara remaja dan orang tuanya. Kesenjangan ini pada hakekatnya tidak perlu merupakan hal yang abnornal.
Akan tetapi kesenjangan ini dapat menjadi titik tolah dari gangguan jiwa pada anak dan remaja bila tidak
dikenal dan diatasi dengan baik. Salah satu faktor yang banyak menyumbang terjadinya gangguan jiwa pada
remaja adalah stres yang tidak dikendalikan dengan baik, khususnya stresor akut.
F. Rujukan
Al Wahdy, Abdul Rachman (1985): Studi tentang Psikopatologi dan lingkungan sosial dan pasien
ketergantungan obat di RSKO Jakarta, Skripsi Pasca Sarjana, Fakultas Kedokteran Masyarakat, UI.
Amaria, Justi (1985): Hubunnga Suasana kota Jakarda dengan Kenakalan Remaja, Skripsi Sarjana, Fakultas
Psikologi, UI, Jakarta
Buku Laporan Statistik Pasien Mental di Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, Vol 1972 s/d 1981, Direktorat
Kesehatan Jiwa, Depkes RI Jakarta
Humris Pleyte, Edith (1986): Berbagai tantangan bagi Anak dan Remaja, Jiwa XIX, No. 4 Yayasan
Dharmawangsa, Jakarta
Lengkong, Yahya (1984): Putus Sekolah dan Kenakalan Remaja serta Masalah Emosionalnya pada Remaja laki-
laki di RW 013 Kelurahan Tomang, Jakarta, Skripsi Pasca Sarjana, Fakultas Kedokteran UI, Bagian Psikiatri,
Jakarta.
Kesulitan dan persoalan yang muncul pada fase remaja ini bukan hanya muncul pada
diri remaja itu sendiri melainkan juga pada orangtua, guru dan masyarakat.
Dimana dapat kita lihat seringkali terjadi pertentangan antara remaja dengan
orangtua, remaja dengan guru bahkan dikalangan remaja itu sendiri.
Keberadaan remaja yang ada di antara dua persimpangan fase perkembanganlah (fase interim)
yang membuat fase remaja penuh dengan kesukaran dan persoalan. Dapat dipastikan bahwa
seseorang yang sedang dalam keadaan transisi atau peralihan dari suatu keadaan ke keadaan
yang lain seringkali mengalami gejolak dan goncangan yang terkadang dapat berakibat buruk
bahkan fatal bahkan dapat menyebabkan kematian
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa
berubah dengan sangat cepat. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini
seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di
rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu
merupakan gejala atau masalah psikologis. Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para
remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness).
Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang
lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau
mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri
mereka dan citra yang direfleksikan (self-image). Remaja cenderung untuk menganggap diri
mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan
dan ketenaran.
Kesehatan Mental
Tidak seorangpun yang tidak ingin menikmati ketenangan hidup, dan semua orang akan
berusaha mencarinya, meskipun tidak semuanya dapat mencapai yang diinginkannya itu.
Bermacam sebab dan rintangan yang mungkin terjadi sehingga banyak orang yang mengalami
kegelisahan, kecemasan dan ketidak puasan.
Keadaan yang tidak menyenangkan itu tidak terbatas kepada golongan tertentu saja,
tetapi tergantung pada cara orang menghadapi sesuatu persoalan. Misalnya ada orang miskin
yang gelisah karena banyak keinginannya yang tidak tercapai, bahkan orang kaya yang juga
gelisah, cemas dan merasa tidak tentram dalam hidupnya yang diakibatkan faktor lain seperti
kebosanan atau ingin menambah hartanya lebih banyak lagi.
Setiap orang, baik yang berpangkat tinggi atau tidak berpangkat bahkan seorang
pesuruh, menemui kesukaran dalam berbagai bentuk.Hanya satu hal yang sama-sama
dirasakan yaitu ketidaktenangan jiwa. Sesungguhnya ketenangan hidup, ketentraman jiwa atau
kebahagiaan batin, tidak tergantung kepada faktor-faktor luar seperti keadaan sosial, ekonomi,
politik, adat kebiasaan dsb. Akan tetapi lebih tergantung dari cara dan sikap menghadapi faktor-
faktor tersebut.
Jadi yang menentukan ketenangan dan kebahagiaan hidup adalah kesehatan mental.
Kesehatan mental itulah yang menentukan tanggapan seseorang terhadap suatu persoalan, dan
kemampuannya menyesuaikan diri. Kesehatan mental pulalah yang yang menentukan apakah
orang akan menpunyai kegairahan untuk hidup, atau akan pasif atau tidak bersemangat.
Orang yang sehat mentalnya tidak akan lekas merasa putus asa, pesimis atau apatis,
karena ia dapat mengahadapi semua rintangan atau kegagalan hidupnya dengan tenang.
Apabila kegagalan itu dihadapi dengan tenang, akan dapatlah dianalisa, dicari sebab-sebab yang
dimenimbulkannya, atau ditemukan faktor-faktor yang tidak pada tempatnya. Dengan demikian
akan dapat dijadikan pelajaran yaitu menghindari semua hal-hal yang membawa kegagalan
pada waktu yang lain.
Untuk mengetahui apakah seseorang sehat atau terganggu mentalnya, tidaklah mudah.
Biasanya yang dijadikan bahan penyelidikan atau tanda-tanda dari kesehatan mental adalah
tindakan, tingkah laku atau perasaan. Karenanya seseorang yang terganggu kesehatan
mentalnya bila terjadi kegoncangan emosi, kelainan tingkah laku atau tindakannya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap pasien-pasien yang terganggu kesehatan
mentalnya, dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental yang terganggu dapat mempengaruhi
keseluruhan hidup seseorang. Pengaruh itu dibagi dalam empat kelompok yaitu ; perasaan,
pikiran/kecerdasan, kelakuan dan kesehatan badan. Hal ini semua tergolong kepada gangguan
jiwa, sedangkan sakit jiwa adalah jauh lebih berat.
Perasaan
Diantara gangguan perasaan yang disebabkan oleh kesehatan mental ialah rasa cemas, iri hati,
sedih, merasa rendah diri, pemarah, ragu dsb. Untuk jelasnya marilah kita tinjau tiap-tiap
persoalan dengan contohnya.
Rasa Cemas
Perasaan tidak menentu, panik, takut tanpa mengetahui ada yang ditakutkan dan tidak dapat
menghilangkan perasan gelisah dan mencemaskan itu. Terlalu banyak hal-hal yang banyak
menyebabkan gelisah yang tidak pada tempatnya.
Iri Hati
Seringkali orang mrrasa iri hati atas kebahagiaan orang lain. Perasan ini bukan karena
kebusukan hatinya seprti biasa di sangka orang, akan tetapi karena ia sendiri tidak merasakan
bahagia dalam hidupnya.
Rasa Sedih
Rasa sedih yang tidak beralasan, atau terlalu banyak hal-hal yang menyedihkannya sehingga air
mukannya selalu membanyangkan kesedihan, kendatipun ia seorang yang mampu, berpangkat,
dihargai orang dan sebagainya. Sesungguhnya perasaan sedih ini banyak sekali terjadi. Banyak
kita melihat orang yang tidak pernah gembira dalam hidupnya. Sebabnya bermacam-macam,
ada ibu yang merasa kesepian karena anak-anaknya sudah, tidak memerlukannya lagi, sedang
bapak tidak lagi seperti dulu. Sebaliknya ada bapak yang merasa sedih karena istrinya yang dulu
selalu memperhatikan makanan dan minumannya, sekarang telah sibuk mengurus rumah
tangga dan anaknya. Kesedihan-kesedihan seperti itu, tidak disebabkan oleh sesuatu hal atau
persoalan secara langsung, akan tetapi oleh kesehatan mental yang terganggu.
Rasa rendah Diri
Rasa rendah diri dan tidak percaya diri banyak sekali terjadi pada remaja. Hal ini disebabkan
oleh banyaknya problem yang mereka hadapi dan tidak mendapat penyelesaian dan pengertian
dari orang tua. Disamping itu mungkin pula akibat pengaruh pendidikan dan perlakuan yang
diterimanya waktu masih kecil. Rasa rendah diri ini menyebabkan orang lekas tersinggung.
Karena itu ia mungkin akan menjauhi pergaulan dengan orang banyak, menyendiri, tidak berani
mengemukakan pendapat (karena takut salah), tidak berani bertindak atau mengambil suatu
inisiatif (takut tidak diterima orang). Lama kelamaan akan hilang kepercayaan pada dirinya, dan
selanjutnya ia juga kurnag percaya kepada orang. Ia akan lekas marah atau sedih hati, menjadi
apatis dan pesimis. Bahkan rasa rendah diri itu mungkin akan menyebabkan ia suka mengeritik
orang lain, dan tingkah lakunya mungkin akan terlihat sombong. Dalam pergaulan ia menjadi
kaku, kurang disenangi oleh kawan-kawannya, karena mudah tersinggung dan tidak banyak ikut
aktif dalam pergaulan atau pekerjaan.
Pemarah
Sesungguhnya orang dalam suasana tertentu kadang-kadang perlu marah, akan tetapi kalau ia
sering-sering marah yang tidak pada tempatnya atau tidak seimbang dengan sebab yang
menimbulkan marah itu, maka yang demikian ada hubungannya dengan kesehatan mental.
Marah sebenarnya adalah ungkapan dari perasan hati yang tidak enak, biasanya akibat
kekecewaan, ketidakpuasan, tidak tercapai yang diinginkannya. Apabila orang yang sedang
merasa tidak enak, tidak puas terhadap dirinya, maka sedikit saja suasana luar mengganggu ia
akan menjadi marah. Mungkin anak, istri atau siapapun akan menjadi sasaran kemarahannya
yang telah lama ditumpuknya itu.
Sumber : http://www.saberiroy.com
A. PENDAHULUAN
Kehidupan manusia dewasa ini semakin sulit dan komplek. Kondisi tersebut diperparah
dengan bertambahnya stressor psikososial akibat budaya masyarakat modern yang
cenderung sekuler. Hal tersebut menyebabkan manusia tidak dapat menghindari tekanan-
tekanan hidup yang dialami. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan
kualitas dan kuantitas penyakit mental-emosional manusia
Kondisi diatas dapat menimbulkan gangguan jiwa dalam tingkat ringan amaupun berat yang
memerlukan penanganan di rumah sakit, baik itu di rumahs akit jiwa atau di unit pelayanan
keperawatan jiwa di rumah sakit umum dan unit pelayanan lainnya.
Pelayanan di rumah sakit tidak mungkin dapat berjalan dengan baik tanpa adanya
pelayanan keperawatan. Pelayanan Keperawatan sangat diperlukan karena merupakan
bagian integral dari proses penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Untuk
merawat klien/pasien dengan baik seorang perawat harus mengetahui konsep dasar
keperawatan dan juga harus memahami serta mengaplikasikan proses keperawatan.
“Keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun social, tidak hanya terbebas dari
penyakit/cacat”
Pengertian sehat menurut WHO tersebut merupakan kondisi ideal dari sisi biologis,
psikologis dan social. Apakah ada seseorang yang berada dalam kondisi sempurna secara
biopsikososial? Memang sulit untuk mendapatkan seseorang yang berada dalam kondisi
kesehatan yang sempurna, namun yang mendekati pada kondisi ideal dapat didapatkan.
Sehat: keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yg memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis
Sehubungan dengan pentingnya dimensi agama dalam kesehatan, maka pada tahun 1984,
WHO menambahkan dimensi agama sebagai salah satu pilar kesehatan. Sehingga menjadi
4 pilar kesehatan yaitu: 1) sehat sevara jasmani/fisik (biologis); 2) sehat secara kejiwaan
(psikologis/psikiatric); 3) sehat secara social dan 4) sehat secara spiritual (agama). Yang
digambarkan dalam sebuah skema (Hawari, 1992)
Agama/
Organo-
Spiritual
biologic
ANAK
a. Agama/spiritual
Fitrah manusia, kebutuhan dasar manusia yang mengandung nilai-nilai moral, etika dan
hukum. Seorang yang taat pada hukum, berarti ia bermoral dan beretika, seorang yang
bermoral dan beretika berarti ia beragama.
b. Organo-Biologik
c. Psiko-edukatif
d. Sosial-Budaya
Kepribadian manusia juga dipengaruhi oleh kultur budaya dari lingkungan social, dimana
manusia dibesarkan
Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) dan memperhatikan
semua segi-segi dalam kehidupan manusia dan dalam hubungannya dengan orang lain
(social)
Kesehatan jiwa : Kemampuan menyesuaikan diri dg diri sendiri, orang lain, masyarakat
dan lingkungan. Terwujudnya keharmonisan fungsi jiwa dan sanggup menghadapi problema
yang biasa terjadi dan merasa bahagia dan mampu diri
Gangguan Jiwa: Sindroma atau pola perilaku atau psikologik seseorang yg secara klinis
cukup bermakna dan scr khas berkaitan dg suatu gejala “penderitaan” (distress) dan atau
hendaya (impairment/disability) di dalam satu atau lebih fungsi manusia
1) Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk
baginya
5) Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan
Bila dicermati secara seksama masing-masing butir kriteria sehat tersebut diatas bernuansa
pesan-pesan moral etik-religius.
yang mencakup:1) harga diri yang memadai, ada nilai yang sebanding pada diri sendiri dan
prestasinya; 2) memiliki perasaan yang berguna;
seperti hubungan persahabatan, cinta, berekspresi yang cukup pada ketidaksukaan tanpa
kehilangan control, kemampuan memahami dan membagi rasa kepada orang lain,
kemampuan menyenangi diri sendiri dan tertawa
sedikitnya mencakup 3 aspek: fisik, social dan diri sendiri/internal. Ditandai dengan: 1)
tiadanya fantasi yang belebihan; b) mempunyai pandangan yang realistis dan pandangan
yang luas: 3) kemampuan untuk berubah jika situasi eksternal tidak dapat dimodifikasi
ditandai dengan: 1) sikap yang sehat terhadap fungsi jasmani: 2) kemampuan meperoleh
kenikmatan kebahagiaan dari dunia fisik dalam kehidupan: 3) kehidupan seksual yang
wajar: 4) kemampuan bekerja: 5) tidak adanya kebutuhan yang berlebihan.
Hal ini berarti: 1) memiliki tujuan yang sesuai dan dapat dicapai; 2) mempunyai usaha yang
cukup dan tekun mencapai tujuan; 3) tujuan bersifat baik untuk diri sendiri dan
masyarakat.
Tidak hanya mengumpulkan pengetahuan dan kemahiran ketrampilan, tetapi juga kemauan
menerima hal baru yang baik
Hal ini mencakup: 1) kemampuan menganggap sesuatu itu baik dan yang lain jelek; 2)
dalam beberapa hal tergantung dari pandangan kelompok; 3) menghargai perbedaan
budaya
a) Menerima diri
b) Sadar diri
c) Obyektif
d) Merasa berarti
a) Berfungsi optimal
b) Adaptif
3) Integrasi ;
4) Otonomi
5) Persepsi realitas
1. Ditujukan untuk menjamin setiap orang dapat menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat,
bebas dari ketakutan, tekanan dan gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa
2. Terdiri atas peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan pasien gangguan jiwa dan
masalah psikososial
5. Keperawatan Jiwa
Keperawatan sebagai bentuk pelayanan professional merupakan bagian integral yang tidak
dapat dipisahkan dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Hal ini ditekankan dalam
Undang-Undang RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan yang dilakukan dengan
pengobatan dan atau perawatan.
Penerapan asuhan keperawatan di rumah sakit jiwa memang sedikit berbeda dengan RSU.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik penderita yang dilayani
yaitu pasien di RSJ merupakan orang yang sedang mengalami gangguan jiwa. Proses
pengobatan gangguan jiwa memerlukan waktu yang lama, disamping itu asuhan
keperawatan yang dilakukan sangat menetukan keberhasilan pengobatan (Keliat, 1998)
Hasil evaluasi terhadap dokumentasi di 2 RSJ yang besar, ditemukan kurang dari 40%
pelaksanaan asuhan keperawatan belum memenuhi kriteria sesuai standar asuhan yang
baik. Kondisi ini tentunya tidak boleh memupuskan motivasi dalam merawat pasien dengan
gangguan jiwa (Keliat, 1998).
3. Perilaku manusia selalu dipengaruhi faktor yang menimbulkan tekanan sosial, dikuatkan
atau dilemahkan
1. Mekanisme utama yang mendorong sistem social (Parson, 1951, dalam The Bride to
Profesional Nursing Practice, Cresia, 2001)
2. Set perilaku unik menggambarkan posisi yang merefleksikan domain personal, social ayau
okupasi
4. Pembentukan peran perawat dipengaruhi oleh karakteristik organisasi, individu perawat dan
interaksi perawat dengan yang terlibat dalam set peran tersebut
5. Peran professional unik karena dipengaruhi oleh kode etik yang membantu memperlihatkan
secara tajam perilaku professional dan sebagai kerangka dari harapan peran tersebut.
Perlu waktu utk diri sendiri utk memahami apa yang terjadi waktu bersama orang lain
Olahraga
3. Solitude (nyepi)
Perlu waktu utk diri sendiri utk memahami apa yang terjadi waktu bersama orang lain
Olahraga
Penting bagi perawat untuk mengenal dan berespon pada tanda-tanda stresnya