GAGAL GINJAL-DIALISIS
Disusun Oleh :
Kelompok 1 (Kelas C)
JAKARTA 2020
STUDI KASUS GAGAL GINJAL-Dialisis
Seorang pasien pria berusia 65 tahun dengan tinggi badan 165 cm dan berat badan 65 kg dengan
data pemeriksaan laboratorium sebagai berikut :
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil
SCr 4 mg/dL
Na 145 mEq/L
K 5,5 mEq/L
Ca 1,9 mmol/L
Ureum 50 mg/dL
Hb 10 mg/dL
Riwayat Penyakit Sebelumnya : Hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan Diabetes sejak 5
tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang : Mual, muntah darah, gatal gatal.
Riwayat Penyakit Keluarga : Ayah meninggal karena stroke, Ibu meninggal karena
komplikasi Diabetes.
Obat yang sedang digunakan : Captopril 12,5 mg 2 kali sehari, Metformin 500 mg 2 kali
Sehari.
Pemeriksaan Vital Sign
Pemeriksaan Hasil
Tekanan Darah 170/90 mmHg
T (Suhu) 37˚C
Nadi 85/menit
Pernafasan 22/menit
Soal
1. Hitung Nilai GFR pasien?
2. Apakah obat yang perlu diberikan kepada pasien?
3. Apakah penyebab Ca = 1.9 mmol/L?
4. Apakah penyebab HB = 10mg/dL?
5. Apakah yang terjadi jika Ureum 50 mg/dL?
6. Apakah penyebab pasien mual?
7. Apakah penyebab pasien bisa sampai muntah darah?
8. Apakah penyebab pasien gatal-gatal?
9. Pengobatan apa sajakah yang diperlukan pasien?
10. Apakah Captopril tetap harus dilanjutkan untuk pasien diatas, berikan alasan untuk
jawaban saudara!
11. Apakah perbedaan peritoneal dialysis dan hemodialysis, gambarkan juga mekanisme
kerjanya!
12. Dari nilai lab diatas manakah yang tidak normal?
13. Jelaskan konseling yang harus diberikan pada pasien diatas!
14. Jelaskan S-O-A-P untuk pasien di atas!
Identifikasi Data Lab
Pemeriksaan Hasil Batas Normal Ket
SCr 4 mg/dL 0,5- 1,2 mg/dL Tinggi
Na+ 145 mEq/L 135-144 mEq/L Diatas Batas Normal
K+ 5,5 mEq/L 3,6-4,8 mEq/L Tinggi
Ca 1,9 mmol/L 2,2-2,6 mmol/L Rendah
Ureum 50 mg/dL 6 – 24 mg/dL Tinggi
Hb 10 mg/dL 13 – 18 g/dL Rendah
= (140 – 65 ) x 65 kgBB
(72 x 4 mg/dL)
= 75 x 65
288
= 4.875
288
= 16,927 mL/min 1,73 m2 (stage 4 Severe Reducing Of GFR)
Laju filtrasi glomerulus (LFG) merupakan suatu pemeriksaan fungsi ginjal untuk menilai
fungsi ekskresi ginjal, dengan menghitung banyaknya filtrat yang dapat dihasilkan oleh
glomerulus. Derajat penurunan nilai LFG menandakan beratnya kerusakan ginjal.
Berdasarkan nilai GFR tersebut maka pasien termasuk ke dalam stage 4.
No Stadium Penyakit Ginjal Kronik (PGK) GFR (mL/menit per luas permukaan tubuh 1,73m2
1 Kerusakan ginjal (albumin, hematuria, ≥ 90
atau gambaran ginjal abnormal)
dengan eGFR normal
2 Kerusakan Ginjal dengan disfungsi 60-89
ginjal ringan
3 PGK stadium menengah 30-59
4 PGK stadium berat 15-29
5 PGK stadium terminal (ESKD) <15
Komplikasi sering terjadi pada saat LFG < 60 mL/menit antara lain hipertensi, anemia,
gangguan metabolisme tulang dan mineral, asidosis metabolik, penyakit kardiovaskular, penyakit
infeksi, gangguan neurologi dan penyakit kulit.
2. Apakah obat yang perlu diberikan kepada pasien?
Jawab :
a. Adanya hipertensi pada pasien CKD diberikan antihipertensi golongan CCB yaitu
Amlodipine, akan sangat menguntungkan dengan pemberian amlodipine yang
dikombinasikan dengan diuretic thiazide (furosemid). Diuretic bekerja dengan
meningkatkan ekstraksi natrium, klorida dan air, sehingga mengurangi volume plasma
dan cairan ekstraksi sehingga tekanan darah menurun.
b. Dari data pemeriksaan tanda vital pasien di dapat data nilai pernafasan yang tidak
normal, sehingga diduga adanya penumpukan cairan di paru-paru, oleh sebab itu
diberikan furosemid. Furosemid digunakan untuk mengatasi cairan dalam tubuh. Dan
diperkuat dengan data pemeriksaan laboratorium pada nilai natrium dan kaliumnya.
Na⁺= 145 mEq/L dan K⁺= 5,5 mEq/L artinya kadar cairan pasien tersebut lebih dari
normal/tinggi jadi fungsi furosemid ini untuk mengeluarkan kelebihan cairan dalam
tubuh melalui urine.
c. Pada hasil pemeriksaan laboratorium di dapat data creatinine (SCr) pasien tinggi, oleh
sebab itu diberikan ketosteril. Ketosteril digunakan untuk terapi gangguan ginjal kronik
sampai gejala gagal ginjal.
d. Dari hasil pemeriksaan laboratorium di dapat juga data kalium (K+) pasien tinggi.
Hiperkalemia terjadi karena penurunan ekskresi potassium akibat terganggunya fungsi
ginjal, diberlakukan terapi jangka panjang untuk mencegah hiperkalemia dan diresepkan
kation resin pengganti. Salah satu kation resin pengganti yaitu Calsium Polystyrene
Sulphonate (Kalitake) untuk menurunkan hiperglikemia pada penderita yang belum
dan sudah menjalani hemodialisis.
e. Pada data laboratorium terdapat data kalsium (Ca) pasien rendah. Menurunnya fungsi
ginjal membawa dampak pada berkurangnya hormone yang mengatur penyerapan
kalsium dan vitamin D yang dibutuhkan tulang. Proses dialysis yang membuang
elektrolit terlarut dalam cairan tubuh ikut memperburuk kondisi tulang. Karena tubuh
yang kekurangan kalsium akan mencuri kalsium dari tulang. Hal ini pada akhirnya
dapat mengakibatkan suatu komplikasi serius pada pasien gagal ginjal, yaitu kerapuhan
tulang yang juga dikenal dengan istilah osteodistrofi. Calcitriol merupakan bentuk
bioaktif vitamin D yang membantu penyerapan kalsium pada tulang. Calcitriol berperan
penting pada demineralisasi tulang.
f. Setiap pasien CKD akan mengalami anemia dan ureum tinggi, sehingga pada kasus di
atas pasien mengalami mual dan beberapa kali muntah. Dan ketika ureum tinggi pH
darah menjadi asam (asidosis) maka perlu diberikan CaCO3. Secara garis besar,
CaCO3 digunakan sebagai buffer dalam penanganan kondisi asidosis metabolik yang
terjadi pada hampir seluruh pasien gagal ginjal karena kesulitan dalam proses eliminasi
buangan asam hasil dari metabolisme tubuh (Sjamsiah, 2005).
g. Dari data laboratorium terdapat data Hb pasien rendah (pasien mengalami anemia).
Anemia pada pasien gagal ginjal utamanya disebabkan kurangnya produksi eritropoetin
(EPO) oleh karena penyakit ginjalnya. Faktor tambahan lainnya yang mempermudah
terjadinya anemia antara lain defisiensi zat besi, inflamasi akut maupun kronik, inhibisi
pada sumsum tulang dan pendeknya masa hidup eritrosit. Selain itu, kondisi komorbid
seperti hemoglobinopati dapat memperburuk anemia pada pasien GGK. Diberikan terapi
eritropoetin karena terapi eritropoetin diindikasikan untuk pengobatan anemia pada
pasien gagal ginjal dan eritropoetin secara konsisten menjaga dan memperbaiki kadar
Hb dan Ht.
h. Dari data laboratorium juga terdapat data ureum pasien tinggi. Ureum yang terlalu tinggi
menyebabkan PH darah menjadi Asam yang menandakan adanya kerusakan pada ginjal
dan menyebabkan gejala seperti mual dan muntah, oleh sebab itu dianjurkan
menggunakan obat golongan PPI, seperti Lansoprazole.
i. Antidiabetes pasien diberikan Gliquidone. Karena Metformin kontraindikasi jika
diberikan pada pasien yang mempunyai nilai GFR dibawah 30 mL/min. Jadi, dilakukan
penggantian obat yaitu diberikan sulfonilurea yang aman bagi pasien gagal ginjal kronis.
j. Berdasarkan keluhan, pasien mengalami gatal-gatal yang diakibatkan oleh tingginya
kadar ureum yang menumpuk di bawah kulit, maka diberikan Antihistamin yaitu
Loratadine untuk mengatasi keluhan gatal pada pasien.
3. Apakah penyebab Ca = 1.9 mmol/L?
Jawab :
Menurunnya fungsi ginjal membawa dampak pada berkurangnya hormone yang mengatur
penyerapan kalsium dan vitamin D yang dibutuhkan tulang. Proses dialysis yang membuang
elektrolit terlarut dalam cairan tubuh ikut memperburuk kondisi tulang. Karena tubuh yang
kekurangan kalsium akan mencuri kalsium dari tulang. Hal ini pada akhirnya dapat
mengakibatkan suatu komplikasi serius pada pasien gagal ginjal yaitu kerapuhan tulang
(osteodistrofi).
4. Apakah penyebab HB = 10mg/dL?
Jawab :
Anemia terjadi pada 80-90% pasien penyakit ginjal kronik. Anemia pada pasien gagal ginjal
utamanya disebabkan oleh ketidakmampuan memproduksi hormone eritropoetin (EPO)
karena fungsi ginjalnya telah menurun. Hormon ini merupakan komponen penting dalam
tubuh untuk memproduksi sel darah merah. Inilah yang menyebabkan pasien Gagal Ginjal
Hb-nya bisa rendah (anemia). Faktor tambahan lainnya yang mempermudah terjadinya
anemia antara lain defisiensi zat besi, inflamasi akut maupun kronik, inhibisi pada sumsum
tulang dan pendeknya masa hidup eritrosit. Selain itu, kondisi komorbid seperti
hemoglobinopati dapat memperburuk anemia pada pasien GGK.
5. Apakah yang terjadi jika Ureum 50 mg/dl?
Jawab :
Ureum yang terlalu tinggi menyebabkan PH darah menjadi Asam yang menandakan adanya
kerusakan pada ginjal dan menyebabkan gejala seperti :
Mual dan muntah
Kehilangan nafsu makan
Penurunan berat badan
Sulit berkonsentrasi
Pruritus (rasa gatal yang bisa meliputi seluruh atau sebagian tubuh seseorang)
Sakit kepala
Kelelahan ekstrem
Rasa sakit, mati rasa, atau kram pada bagian kaki
Ketosteril
3 x 4-8 kaplet/hari
MK: Mengikat nitrogen endogen
menjadi formasi asam amino yang
dapat mengurangi beban ginjal
sehingga dapat memperbaiki
komplikasi metabolik dan
menghambat progresifitas
Kategori: C
Kalitake
3x sehari
Dosis: 5 g
MK: Kalitake mengandung ion
Ca2+ dalam grup radikal resin
sulfonate yang merupakan
kopolimer styrene divinil
benzene. Dengan mekanisme
kerja sebagai resin penukar ion.
Kalitake melepaskan ion Ca2+ dan
mengikat ion K+ melalui adsorpsi.
Pada konsumsi per oral, obat ini
mengakibatkan terjadinya proses
pertukaran ion dalam traktus
gastrointestinalis, diekskresi
dalam feses. Kalitake tidak
mempengaruhi aktivitas motorik
spontan.
Kategori: C
Calcitriol
1 x sehari
Dosis: 0,25 mcg
MK: bekerja dengan cara
menyerap lebih banyak kalsium
pada makanan atau suplemen
sehingga kadar kalsium
meningkat, serta mengatur
produksi hormon paratiroid dalam
tubuh.
Kategori: C
CaCO3
3 x seminggu
Dosis : 0,5-3 gram maksimal 7,5
g/hari.
MK : Menetralisir asam
hidroklorida dalam sekresi
lambung. Senyawa ini
membentuk kalsium klorida,
karbondioksida dan air setelah
menetralisir hidroklorida.
Eritropoietin
2 menit sebelum HD
Dosis: 50 IU
MK: Dengan cara mengikat
reseptor eritropoietin pada
permukaan sel darah merah
progenitor pengaturan kadar
eritropoietin bergantung pada
tingkat oksigenasi darah dan
ketersediaan zat besi.
Kategori: C
Lansoprazole
1x sehari
Dosis: 15 mg
MK: PPI dapat menghambat
asam lambung dengan
menghambat kerja enzim (K+H+
ATPase) yang akan memecah
K+H+ ATP menghasilkan energi
yang digunakan untuk
mengeluarkan asam HCl dari
kanalikuli sel parietal ke dalam
lumen lambung
Kategori: B
Gliquidone
2 x sehari
Dosis: 30 mg
MK: Bekerja dengan cara
merangsang produksi insulin
organik dan meningkatkan
metabolisme tubuh penderita
diabetes tipe 2.
Kategori: C
Loratadine
1 x sehari
Dosis : 10 mg
MK : Bekerja dengan cara
memblokir zat histamin yang
diproduksi tubuh. Zat histamin
pada dasarnya berfungsi melawan
virus atau bakteri yang masuk ke
tubuh.