Anda di halaman 1dari 14

TUGAS STUDI KASUS FARMASI KLINIS

GAGAL GINJAL-DIALISIS

Disusun Oleh :
Kelompok 1 (Kelas C)

1. Andi Kurniawan (2043700172)


2. B. Erlina Hardiyanti (2043700199)
3. Jastinih (2043700164)
4. Maya Della Syahputri (2043700175)
5. Mefta Nifatul Husnazir (2043700127)
6. Nani Winarti (2043700208)
7. Peryanto Sadra Satian (2043700117)
8. Syarifah Aini Nogazto (2043700128)

Dosen Pengampu : Dr. Apt, Diana Laila Ramatillah, M.Farm

PROFESI APOTEKER ANGKATAN 43

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

JAKARTA 2020
STUDI KASUS GAGAL GINJAL-Dialisis

Seorang pasien pria berusia 65 tahun dengan tinggi badan 165 cm dan berat badan 65 kg dengan
data pemeriksaan laboratorium sebagai berikut :
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil
SCr 4 mg/dL
Na 145 mEq/L
K 5,5 mEq/L
Ca 1,9 mmol/L
Ureum 50 mg/dL
Hb 10 mg/dL

 Riwayat Penyakit Sebelumnya : Hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan Diabetes sejak 5
tahun yang lalu.
 Riwayat Penyakit Sekarang : Mual, muntah darah, gatal gatal.
 Riwayat Penyakit Keluarga : Ayah meninggal karena stroke, Ibu meninggal karena
komplikasi Diabetes.
 Obat yang sedang digunakan : Captopril 12,5 mg 2 kali sehari, Metformin 500 mg 2 kali
Sehari.
Pemeriksaan Vital Sign
Pemeriksaan Hasil
Tekanan Darah 170/90 mmHg
T (Suhu) 37˚C
Nadi 85/menit
Pernafasan 22/menit

Soal
1. Hitung Nilai GFR pasien?
2. Apakah obat yang perlu diberikan kepada pasien?
3. Apakah penyebab Ca = 1.9 mmol/L?
4. Apakah penyebab HB = 10mg/dL?
5. Apakah yang terjadi jika Ureum 50 mg/dL?
6. Apakah penyebab pasien mual?
7. Apakah penyebab pasien bisa sampai muntah darah?
8. Apakah penyebab pasien gatal-gatal?
9. Pengobatan apa sajakah yang diperlukan pasien?
10. Apakah Captopril tetap harus dilanjutkan untuk pasien diatas, berikan alasan untuk
jawaban saudara!
11. Apakah perbedaan peritoneal dialysis dan hemodialysis, gambarkan juga mekanisme
kerjanya!
12. Dari nilai lab diatas manakah yang tidak normal?
13. Jelaskan konseling yang harus diberikan pada pasien diatas!
14. Jelaskan S-O-A-P untuk pasien di atas!
Identifikasi Data Lab
Pemeriksaan Hasil Batas Normal Ket
SCr 4 mg/dL 0,5- 1,2 mg/dL Tinggi
Na+ 145 mEq/L 135-144 mEq/L Diatas Batas Normal
K+ 5,5 mEq/L 3,6-4,8 mEq/L Tinggi
Ca 1,9 mmol/L 2,2-2,6 mmol/L Rendah
Ureum 50 mg/dL 6 – 24 mg/dL Tinggi
Hb 10 mg/dL 13 – 18 g/dL Rendah

Pemeriksaan Tanda Vital


Pemeriksaan Hasil Batas Normal Ket
Tekanan Darah 170/90 mmHg 120/80 mmHg Tinggi
T (Suhu) 37oC 36,5oC – 37,2oC Normal
Nadi 85/menit 60-100 kali/menit Normal
Pernafasan 22/menit 12-20 kali/menit Tidak normal

1. Hitung Nilai GFR


pasien?
Jawab :
Cockcroft-Gault Equation perhitungan GFR :

GFR = {[(140 – Age) x Weight in Kg]


(72 x Serum Creatine in mg/dL)}
* Pada perempuan dikalikan 0,85

GFR = (140 – umur) x kgBB


(72 x SCr mg/dL)

= (140 – 65 ) x 65 kgBB
(72 x 4 mg/dL)
= 75 x 65
288
= 4.875
288
= 16,927 mL/min 1,73 m2 (stage 4 Severe Reducing Of GFR)
Laju filtrasi glomerulus (LFG) merupakan suatu pemeriksaan fungsi ginjal untuk menilai
fungsi ekskresi ginjal, dengan menghitung banyaknya filtrat yang dapat dihasilkan oleh
glomerulus. Derajat penurunan nilai LFG menandakan beratnya kerusakan ginjal.
Berdasarkan nilai GFR tersebut maka pasien termasuk ke dalam stage 4.
No Stadium Penyakit Ginjal Kronik (PGK) GFR (mL/menit per luas permukaan tubuh 1,73m2
1 Kerusakan ginjal (albumin, hematuria, ≥ 90
atau gambaran ginjal abnormal)
dengan eGFR normal
2 Kerusakan Ginjal dengan disfungsi 60-89
ginjal ringan
3 PGK stadium menengah 30-59
4 PGK stadium berat 15-29
5 PGK stadium terminal (ESKD) <15

Komplikasi sering terjadi pada saat LFG < 60 mL/menit antara lain hipertensi, anemia,
gangguan metabolisme tulang dan mineral, asidosis metabolik, penyakit kardiovaskular, penyakit
infeksi, gangguan neurologi dan penyakit kulit.
2. Apakah obat yang perlu diberikan kepada pasien?
Jawab :
a. Adanya hipertensi pada pasien CKD diberikan antihipertensi golongan CCB yaitu
Amlodipine, akan sangat menguntungkan dengan pemberian amlodipine yang
dikombinasikan dengan diuretic thiazide (furosemid). Diuretic bekerja dengan
meningkatkan ekstraksi natrium, klorida dan air, sehingga mengurangi volume plasma
dan cairan ekstraksi sehingga tekanan darah menurun.
b. Dari data pemeriksaan tanda vital pasien di dapat data nilai pernafasan yang tidak
normal, sehingga diduga adanya penumpukan cairan di paru-paru, oleh sebab itu
diberikan furosemid. Furosemid digunakan untuk mengatasi cairan dalam tubuh. Dan
diperkuat dengan data pemeriksaan laboratorium pada nilai natrium dan kaliumnya.
Na⁺= 145 mEq/L dan K⁺= 5,5 mEq/L artinya kadar cairan pasien tersebut lebih dari
normal/tinggi jadi fungsi furosemid ini untuk mengeluarkan kelebihan cairan dalam
tubuh melalui urine.
c. Pada hasil pemeriksaan laboratorium di dapat data creatinine (SCr) pasien tinggi, oleh
sebab itu diberikan ketosteril. Ketosteril digunakan untuk terapi gangguan ginjal kronik
sampai gejala gagal ginjal.
d. Dari hasil pemeriksaan laboratorium di dapat juga data kalium (K+) pasien tinggi.
Hiperkalemia terjadi karena penurunan ekskresi potassium akibat terganggunya fungsi
ginjal, diberlakukan terapi jangka panjang untuk mencegah hiperkalemia dan diresepkan
kation resin pengganti. Salah satu kation resin pengganti yaitu Calsium Polystyrene
Sulphonate (Kalitake) untuk menurunkan hiperglikemia pada penderita yang belum
dan sudah menjalani hemodialisis.
e. Pada data laboratorium terdapat data kalsium (Ca) pasien rendah. Menurunnya fungsi
ginjal membawa dampak pada berkurangnya hormone yang mengatur penyerapan
kalsium dan vitamin D yang dibutuhkan tulang. Proses dialysis yang membuang
elektrolit terlarut dalam cairan tubuh ikut memperburuk kondisi tulang. Karena tubuh
yang kekurangan kalsium akan mencuri kalsium dari tulang. Hal ini pada akhirnya
dapat mengakibatkan suatu komplikasi serius pada pasien gagal ginjal, yaitu kerapuhan
tulang yang juga dikenal dengan istilah osteodistrofi. Calcitriol merupakan bentuk
bioaktif vitamin D yang membantu penyerapan kalsium pada tulang. Calcitriol berperan
penting pada demineralisasi tulang.
f. Setiap pasien CKD akan mengalami anemia dan ureum tinggi, sehingga pada kasus di
atas pasien mengalami mual dan beberapa kali muntah. Dan ketika ureum tinggi pH
darah menjadi asam (asidosis) maka perlu diberikan CaCO3. Secara garis besar,
CaCO3 digunakan sebagai buffer dalam penanganan kondisi asidosis metabolik yang
terjadi pada hampir seluruh pasien gagal ginjal karena kesulitan dalam proses eliminasi
buangan asam hasil dari metabolisme tubuh (Sjamsiah, 2005).
g. Dari data laboratorium terdapat data Hb pasien rendah (pasien mengalami anemia).
Anemia pada pasien gagal ginjal utamanya disebabkan kurangnya produksi eritropoetin
(EPO) oleh karena penyakit ginjalnya. Faktor tambahan lainnya yang mempermudah
terjadinya anemia antara lain defisiensi zat besi, inflamasi akut maupun kronik, inhibisi
pada sumsum tulang dan pendeknya masa hidup eritrosit. Selain itu, kondisi komorbid
seperti hemoglobinopati dapat memperburuk anemia pada pasien GGK. Diberikan terapi
eritropoetin karena terapi eritropoetin diindikasikan untuk pengobatan anemia pada
pasien gagal ginjal dan eritropoetin secara konsisten menjaga dan memperbaiki kadar
Hb dan Ht.
h. Dari data laboratorium juga terdapat data ureum pasien tinggi. Ureum yang terlalu tinggi
menyebabkan PH darah menjadi Asam yang menandakan adanya kerusakan pada ginjal
dan menyebabkan gejala seperti mual dan muntah, oleh sebab itu dianjurkan
menggunakan obat golongan PPI, seperti Lansoprazole.
i. Antidiabetes pasien diberikan Gliquidone. Karena Metformin kontraindikasi jika
diberikan pada pasien yang mempunyai nilai GFR dibawah 30 mL/min. Jadi, dilakukan
penggantian obat yaitu diberikan sulfonilurea yang aman bagi pasien gagal ginjal kronis.
j. Berdasarkan keluhan, pasien mengalami gatal-gatal yang diakibatkan oleh tingginya
kadar ureum yang menumpuk di bawah kulit, maka diberikan Antihistamin yaitu
Loratadine untuk mengatasi keluhan gatal pada pasien.
3. Apakah penyebab Ca = 1.9 mmol/L?
Jawab :
Menurunnya fungsi ginjal membawa dampak pada berkurangnya hormone yang mengatur
penyerapan kalsium dan vitamin D yang dibutuhkan tulang. Proses dialysis yang membuang
elektrolit terlarut dalam cairan tubuh ikut memperburuk kondisi tulang. Karena tubuh yang
kekurangan kalsium akan mencuri kalsium dari tulang. Hal ini pada akhirnya dapat
mengakibatkan suatu komplikasi serius pada pasien gagal ginjal yaitu kerapuhan tulang
(osteodistrofi).
4. Apakah penyebab HB = 10mg/dL?
Jawab :
Anemia terjadi pada 80-90% pasien penyakit ginjal kronik. Anemia pada pasien gagal ginjal
utamanya disebabkan oleh ketidakmampuan memproduksi hormone eritropoetin (EPO)
karena fungsi ginjalnya telah menurun. Hormon ini merupakan komponen penting dalam
tubuh untuk memproduksi sel darah merah. Inilah yang menyebabkan pasien Gagal Ginjal
Hb-nya bisa rendah (anemia). Faktor tambahan lainnya yang mempermudah terjadinya
anemia antara lain defisiensi zat besi, inflamasi akut maupun kronik, inhibisi pada sumsum
tulang dan pendeknya masa hidup eritrosit. Selain itu, kondisi komorbid seperti
hemoglobinopati dapat memperburuk anemia pada pasien GGK.
5. Apakah yang terjadi jika Ureum 50 mg/dl?
Jawab :
Ureum yang terlalu tinggi menyebabkan PH darah menjadi Asam yang menandakan adanya
kerusakan pada ginjal dan menyebabkan gejala seperti :
 Mual dan muntah
 Kehilangan nafsu makan
 Penurunan berat badan
 Sulit berkonsentrasi
 Pruritus (rasa gatal yang bisa meliputi seluruh atau sebagian tubuh seseorang)
 Sakit kepala
 Kelelahan ekstrem
 Rasa sakit, mati rasa, atau kram pada bagian kaki

6. Apakah penyebab pasien mual?


Jawab :
Hal ini diakibatkan oleh tingginya kadar ureum. Dan mual juga bisa disebabkan oleh
kadar kalium pasien yang melebihi batas normal. Pada dasarnya fungsi ginjal yang
utama adalah sebagai penyaring, dimana racun-racun tubuh akan disaring sehingga
dapat dikeluarkan oleh ginjal dalam bentuk urine. Bila kegagalan ginjal terjadi, fungsi
tersebut akan terganggu dan ureum menjadi tinggi. Ureum yang terlalu tinggi
menyebabkan PH darah menjadi Asam yang menandakan adanya kerusakan pada
ginjal. Tubuh akan kesulitan membuang racun atau sisa metabolisme, sehingga terjadi
penumpukkan racun pada tubuh. Penumpukkan racun pada tubuh inilah yang
sering kali menimbulkan gejala mual dan muntah.

7. Apakah penyebab pasien bisa sampai muntah darah?


Jawab :
a. Pasien yang akan menjalani cuci darah umumnya akan diberikan pengencer darah,
seperti heparin. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah saat
proses cuci darah. Obat ini sebenarnya diberikan pada dosis yang cukup aman sehingga
tidak akan menimbulkan efek perdarahan yang hebat, seperti muntah darah. Namun, bila
pasien memang memiliki masalah pada sistem pembekuan darah (koagulasi), bisa saja
pemberian heparin tersebut dapat mencetuskan terjadinya muntah darah.
b. Penyebab yang kedua dari muntah darah saat cuci darah adalah adanya masalah pada
saluran pencernaan. Pasien yang sebelumnya memiliki riwayat peradangan lambung
atau adanya luka di dinding lambung tentu berisiko lebih tinggi untuk mengalami
muntah darah, terutama saat cuci darah. Biasanya, kondisi ini dialami oleh mereka yang
sebelumnya sering mengonsumsi obat anti peradangan atau pernah mengalami infeksi
H. pylori di lambungnya (J. Gipas)
Penyebab lain :
 Erosi lambung (sakit maag)
 Varises esophagus (pecah pembuluh darah esophagus)
 Muntah berlebihan yang terlalu hebat
 Obat-obatan penghilang nyeri dan jamu
 Zat kimia berbahaya
 Trauma

8. Apakah penyebab pasien gatal-gatal?


Jawab :
 Gatal biasa menjadi pertanda penyakit mineral dan tulang yang sering menyertai
penyakit gagal ginjal stadium lanjut. Munculnya gejala kulit kering dan gatal
menandakan bila ginjal tidak lagi mampu menjaga keseimbangan mineral dan
nutrisi dalam darah pasien.
 Kadar ureum yang tinggi pada GGK menyebabkan sindroma uremia yang akan
menimbulkan kelainan berupa gangguan biokimia sistemik yang dapat
menyebabkan pruritus. Sindroma uremia akibat gangguan biokimia yang bersifat
sistemik pada GGK. Terjadi retensi sisa pembuangan metabolisme protein, yang
ditandai oleh homeostasis cairan yang abnormal dan elektrolit dengan kekacauan
metabolik dan endokrin. Kadar ureum yang tinggi dan berlangsung kronik
merupakan penyebab utama. Dialisis tidak dapat menggantikan fungsi endokrin
renal yang sehat sehingga tetap terjadi gangguan metabolik seperti gangguan
biokimia berupa asidosis metabolik, gangguan ion K, Na dan air, gangguan ion
Ca, PO4, Mg, uremia dan hiperuresemia. Selain itu juga terjadi gangguan sistim
gastrointestinal, hematologi, pernafasan, kardiologi, kulit, dan neuromuskular.
Divalent-ion abnormalities yang terjadi, diduga menyebabkan pruritus uremik.

9. Pengobatan apa sajakah yang diperlukan pasien?


Jawab :
 Berdasarkan nilai GFR = 16,927 mL/min pasien sudah memasuki tahap berat yaitu
kategori 4 (stage 4), maka pasien harus melakukan persiapan untuk dialisis atau
transplantasi ginjal.
10. Apakah Captopril tetap harus dilanjutkan untuk pasien diatas, berikan alasan
untuk jawaban saudara!
Jawab :
Terapi Captopril diganti dengan Amlodipine 10 mg 1×1 hari, karena pada pasien
CKD terapi hipertensi yang dianjurkan adalah antihipertensi golongan CCB (Calcium
Channel Blocker) yaitu Amlodipine.

11. Apakah perbedaan peritoneal dialysis dan hemodialysis, gambarkan juga


mekanisme kerjanya !
Jawab :
a. Hemodialysis
Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan.
Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien
berpenyakit akut yang membutuhkan dialysis waktu singkat (DR. Nursalam M.
Nurs, 2006). Haemodialysis adalah pengeluaran zat sisa metabolisme seperti
ureum dan zat beracun lainnya, dengan mengalirkan darah lewat alat dializer yang
berisi membrane yang selektif-permeabel dimana melalui membrane tersebut fusi
zat-zat yang tidak dikehendaki terjadi. Haemodialysa dilakukan pada keadaan
gagal ginjal dan beberapa bentuk keracunan (Christin Brooker, 2001).
Hemodialisa adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita
dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dialyzer. Prosedur ini
memerlukan jalan masuk ke aliran darah.

b. Peritoneal dialisis adalah metode dialisis dengan bantuan membran peritoneum


(selaput rongga perut), jadi darah tidak perlu dikeluarkan dari tubuh untuk
dibersihkan dan disaring oleh mesin dialisis.
Jenis Peritoneal Dialisis :
 APD (Automated Peritoneal Dialysis). Merupakan bentuk terapi dialysis
peritoneal yang baru dan dapat dilakukan di rumah, pada malam hari sewaktu
tidur dengan menggunakan mesin khusus yang sudah diprogram terlebih
dahulu.
 Continuose Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)
Bedanya tidak menggunakan mesin khusus seperti APD. Dialisis peritoneal
diawali dengan memasukkan cairan dialisat (cairan khusus untuk dialisis) ke
dalam rongga perut melalui selang kateter, lalu dibiarkan selama 4-6 jam
Menurut Nursalam (2008:30), memaparkan jika prosedur dalam pemasangan
CAPD pada penderita gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut :
 Kateter ditanam kedalam peritoneum dan bagian internal kateter direkatkan
melalui pembentukan jaringan fibrus yang menstabilkan kateter dan
meminimalkan adanya lubang.
 Selang penghubung disambungkan ke ujung internal dari insersi kateter ke
kantong plastik cairan dialisis.
 Kantong dialisis diangkat setinggi bahu dan infus dengan gravitasi ke saluran
peritoneum (kurang lebih 10 menit sebanyak 2 liter).
 Waktu yang dibutuhkan sekitar 4-6 menit.
 Ketika waktu terakhir dialisis cairan dialirkan dari saluran peritoneum dengan
arah gravitasi. Drainase sebanyak 2 liter ditambah dengan ultrafiltrasi kurang
lebih 10-20 menit jika tetap berfungsi secara optimal.
 Sesudah cairan dialisat dialirkan, sebuah kantong cairan dialisis segera
diinfuskan menggunakan teknik aseptik.

Perbedaan utama antara keduanya adalah hemodialisis menggunakan mesin


dialiser untuk menyaring darah, sementara dialisis peritoneal menggunakan garis
perut yang disebut membran peritoneal untuk melakukan penggantian darah.
12. Dari nilai lab diatas manakah yang tidak normal?
Jawab :
Identifikasi Data Lab
Pemeriksaan Hasil Batas Normal Ket
SCr 4 mg/dL 0,5- 1,2 mg/dL Tinggi
Na+ 145 mEq/L 135-144 mEq/L Diatas Batas Normal
K+ 5,5 mEq/L 3,6-4,8 mEq/L Tinggi
Ca 1,9 mmol/L 2,2-2,6 mmol/L Rendah
Ureum 50 mg/dL 6 – 24 mg/dL Tinggi
Hb 10 mg/dL 13 – 18 g/dL Rendah

13. Jelaskan konseling yang harus diberikan pada pasien diatas!


Jawab :
Apabila pasien memutuskan untuk melakukan dialysis maka konseling yang harus diberikan
adalah :
1. Sesuaikan jadwal dialysis agar dapat melakukannya sesuai jadwal tanpa keterlambatan.
2. Rutin meminum obat yang sudah diberikan.
3. Kontrol tekanan darah dan gula darah secara rutin.
4. Menjaga pola makan, hindari makanan yang dapat memperberat kerja ginjal seperti
makanan dengan sodium tinggi, makanan dengan kadar kalium yang tinggi seperti
pisang dan kentang, makanan dengan jumlah protein yang tinggi seperti daging,
makanan tinggi fosfor seperti gandum atau minuman bersoda.
 Sesuaikan waktu dialysis dengan waktu minum obat. Misalnya obat-obatan yang tidak
terdialisis seperti obat hipertensi dan diuretic dapat diminum sebelum proses HD.

14. Jelaskan S-O-A-P untuk pasien di atas!


Jawab :

SUBJECTIVE OBJECTIVE ASSESSMENT PLANNING

BB: 65 kg; TB: 165 cm Captopril Amlodipine


Pria berusia 65 tahun Pemeriksaan Laboratorium 2x sehari 1x sehari
Serum creatinine = 4 mg/dL Dosis : 12,5 mg Dosis: 10 mg
Riwayat penyakit Na = 145 mEq/L MK : Bekerja dengan cara MK: bekerja dengan cara
terdahulu : K = 5.5 mEq/L menghambat perubahan melemaskan dinding pembuluh
Ca = 1.9 mmol/L angiotensin 1 menjadi darah. Efeknya akan
Hipertensi sejak 10 Ureum = 50 mg/dL angiotensin 2 sehingga memperlancar aliran darah
tahun yang lalu dan HB = 10 mg/dL menuju jantung dan mengurangi
terjadi vasodilatasi
Diabetes sejak 5 tekanan darah.
Kategori: C&D
tahun yang lalu. Pemeriksaan Vital Sign Kategori: C
Riwayat penyakit Tekanan Darah : 170/90 mmHg
sekarang : T (suhu) : 37°C Metformin Furosemid
Nadi : 85/menit 2x sehari 1x sehari
Mual, muntah darah, Pernafasan : 22/menit Dosis : 500 mg Dosis : 40 mg
gatal gatal MK : Bekerja dengan cara MK: bekerja dengan cara
Riwayat penyakit meningkatkan efektivitas
menghambat kotransporter
keluarga: tubuh dalam menggunakan
luminal Na-K-Cl dari loop
insulin untuk menekan
Ayah meninggal Henle, dengan mengikat ke
peningkatan kadar gula
karena stroke, Ibu kanal klorida, sehingga
darah.
meninggal karena menyebabkan kehilangan
komplikasi Diabetes. Kategori: B
natrium, klorida, dan kalium
dalam urin.
Kategori: C & D

Ketosteril
3 x 4-8 kaplet/hari
MK: Mengikat nitrogen endogen
menjadi formasi asam amino yang
dapat mengurangi beban ginjal
sehingga dapat memperbaiki
komplikasi metabolik dan
menghambat progresifitas
Kategori: C

Kalitake
3x sehari
Dosis: 5 g
MK: Kalitake mengandung ion
Ca2+ dalam grup radikal resin
sulfonate yang merupakan
kopolimer styrene divinil
benzene. Dengan mekanisme
kerja sebagai resin penukar ion.
Kalitake melepaskan ion Ca2+ dan
mengikat ion K+ melalui adsorpsi.
Pada konsumsi per oral, obat ini
mengakibatkan terjadinya proses
pertukaran ion dalam traktus
gastrointestinalis, diekskresi
dalam feses. Kalitake tidak
mempengaruhi aktivitas motorik
spontan.
Kategori: C

Calcitriol
1 x sehari
Dosis: 0,25 mcg
MK: bekerja dengan cara
menyerap lebih banyak kalsium
pada makanan atau suplemen
sehingga kadar kalsium
meningkat, serta mengatur
produksi hormon paratiroid dalam
tubuh.
Kategori: C

CaCO3
3 x seminggu
Dosis : 0,5-3 gram maksimal 7,5
g/hari.
MK : Menetralisir asam
hidroklorida dalam sekresi
lambung. Senyawa ini
membentuk kalsium klorida,
karbondioksida dan air setelah
menetralisir hidroklorida.

Eritropoietin
2 menit sebelum HD
Dosis: 50 IU
MK: Dengan cara mengikat
reseptor eritropoietin pada
permukaan sel darah merah
progenitor pengaturan kadar
eritropoietin bergantung pada
tingkat oksigenasi darah dan
ketersediaan zat besi.
Kategori: C

Lansoprazole
1x sehari
Dosis: 15 mg
MK: PPI dapat menghambat
asam lambung dengan
menghambat kerja enzim (K+H+
ATPase) yang akan memecah
K+H+ ATP menghasilkan energi
yang digunakan untuk
mengeluarkan asam HCl dari
kanalikuli sel parietal ke dalam
lumen lambung
Kategori: B
Gliquidone
2 x sehari
Dosis: 30 mg
MK: Bekerja dengan cara
merangsang produksi insulin
organik dan meningkatkan
metabolisme tubuh penderita
diabetes tipe 2.
Kategori: C

Loratadine
1 x sehari
Dosis : 10 mg
MK : Bekerja dengan cara
memblokir zat histamin yang
diproduksi tubuh. Zat histamin
pada dasarnya berfungsi melawan
virus atau bakteri yang masuk ke
tubuh.

Anda mungkin juga menyukai