Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIA

“ UTANG LUAR NEGERI (ULN) ”

Dosen: Nandang Bekti K, SE, MM

Disusun oleh :

KELOMPOK 1

1. Anisa Purnama Noor NIM.173002/S1 Manajemen A


2. Elda Ainun Ermis NIM.173003/S1 Manajemen A
3. Angga Aditya Rizky NIM.173036/S1 Manajemen A

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MUHAMMADIYAH

CILACAP

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Perekonomian Indonesia
dengan pembahasan Utang Luar Negeri (ULN).

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Perekonomian
Indonesia. Makalah ini memuat materi tentang faktor penyebab utang luar negeri
Indonesia, posisi utang luar negeri Indonesia dari orde lama sampai reformasi, lembaga
internasional dan negara pemberi utang kepada Indonesia, keterkaitan antara defisit APBN
dengan utang luar negeri, dan kebaikan & keburukan dari utang luar negeri.

Dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terimakasih kepada :


1. Nandang Bekti K, SE, MM selaku dosen mata kuliah Perekonomian Indonesia.
2. Orang tua yang telah mendukung serta memberikan dukungan moral maupun
material.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan.
Maka dari itu, kami membutuhkan saran dan kritik yang membangun dan memotivasi
untuk menyempurnakan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca maupun kami sebagai penulis.

Cilacap, 5 Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah........................................................................................1


B. Rumusan Masalah.................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2

A. Faktor Penyebab Utang Luar Negeri Indonesia................................................... 3


B. Posisi Utang Luar Negeri Indonesia dari Orde Lama sampai Reformasi.............5
C. Lembaga Internasional dan Negara Pemberi Utang kepada Indonesia.................8
D. Keterkaitan antara Defisit APBN dengan Utang Luar Negeri..............................10
E. Kebaikan dan Keburukan dari Utang Luar Negeri...............................................12

BAB III PENUTUP...........................................................................................................13

A. Kesimpulan...........................................................................................................13
B. Saran.....................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan bangsa Indonesia adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan sudut pandang teori
ekonomi makro, salah satu tujuan pembangunan adalah untuk mencapai pertumbuhan
ekonomi yang tinggi. Kebijakan pemerintah dalam mewujudkan tujuan tersebut
dengan melaksanakan pembangunan di segala bidang yang memerlukan dana besar
untuk membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan sesuai dengan prioritas. Pemerintah
mencari sumber-sumber pembiayaan pembangunan, baik yang berasal dari dalam
negeri maupun luar negeri. Salah satu alternatifnya melalui bantuan atau pinjaman dari
luar negeri dalam bentuk utang luar negeri. Utang luar negeri merupakan seluruh
pinjaman dan hibah konsensional, baik secara resmi dalam bentuk uang tunai maupun
bentuk-bentuk aktiva lain yang secara umum ditujukan untuk mengalihkan sejumlah
sumber daya negara-negara maju ke negara berkembang untuk kepentingan
pembangunan atau distribusi pendapatan. Pinjaman luar negeri (berupa utang luar
negeri) merupakan tambahan sumber dana bagi negara penerima, baik dalam bentuk
dana atau modal. Tetapi sebenarnya, pinjaman luar negeri merupakan uang muka
pajak yaitu beban pajak yang harus dipikul dan menjadi risiko yang harus ditanggung
oleh wajib pajak generasi mendatang. Beban tersebut menjadi ringan apabila
pembangunan berhasil dilaksanakan sesuai rencana, tetapi akan menjadi warisan utang
apabila pelaksanaan pembangunan mengalami kegagalan. Pembangunan memerlukan
dana yang besar dan dana pembangunan yang diperlukan tersebut sesuai dengan
kebijaksanaan/ketentuan yang berlaku. Peranan dana luar negeri mempunyai fungsi
untuk melengkapi sumber-sumber produksi yang belum cukup tersedia di dalam
negeri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa faktor penyebab utang luar negeri Indonesia?
2. Apa posisi utang luar negeri Indonesia dari orde lama sampai reformasi?
3. Apa lembaga internasional dan negara pemberi utang kepada Indonesia?
4. Apa keterkaitan antara defisit APBN dengan utang luar negeri?
5. Apa kebaikan dan keburukan dari utang luar negeri?

1
BAB I

PEMBAHASAN

Utang Luar Negeri (ULN) adalah sebagian dari total utang suatu negara yang
diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut. Penerima utang luar negeri dapat
berupa pemerintah, perusahaan atau perorangan. Bentuk utang dapat berupa uang yang
diperoleh dari bank swasta, pemerintah negara lain atau lembaga keuangan internasional
seperti IMF dan Bank Dunia. Dalam aspek formal, mengartikan utang luar negeri sebagai
penerimaan atau pemberian yang dapat digunakan untuk meningkatkan investasi guna
menunjang pertumbuhan ekonomi. Dalam aspek fungsi, mengartikan utang luar negeri
salah satu alternatif sumber pembiayaan yang diperlukan dalam pembangunan. Jenis-jenis
utang luar negeri dari berbagai aspek, yaitu berdasarkan bentuk pinjaman yang diterima,
sumber dana pinjaman, jangka waktu peminjaman, status penerimaan pinjaman, dan
persyaratan pinjaman.

 Berdasarkan bentuk pinjaman yang diterima, pinjaman dibagi atas :


1) Bantuan Proyek, yaitu bantuan luar negeri yang digunakan untuk keperluan proyek
pembangunan dengan cara memasukkan barang modal, barang, dan jasa.
2) Bantuan Teknik, yaitu pemberian bantuan tenaga-tenaga terampil atau ahli.
3) Bantuan Program, yaitu bantuan yang dimaksudkan untuk dana bagi tujuan yang
bersifat umum, sehingga penerima bebas memilih penggunaannya sesuai pilihan.
 Berdasarkan sumber dana pinjaman, pinjaman dibagi atas :
1) Pinjaman dari Lembaga Internasional, yaitu pinjaman yang berasal dari badan-badan
internasional, seperti World Bank Asia dan Development Bank yang pada dasarnya
adalah pinjaman berbunga ringan.
2) Pinjaman dari negara-negara anggota IGGI/IGI (Intergovernmental Group on
Indonesia) hampir sama seperti pinjaman dari lembaga internasional, hanya biasanya
pinjaman ini dari negara-negara bilateral anggota IGGI/IGI dan biasanya berupa
pinjaman lunak.
 Berdasarkan jangka waktu peminjaman, pinjaman dibagi atas :
1) Pinjaman Jangka Pendek, yaitu pinjaman dengan jangka waktu sampai lima tahun.
2) Pinjaman Jangka Menengah, yaitu pinjaman dengan jangka waktu 5-15 tahun.
3) Pinjaman Jangka Panjang, yaitu pinjaman dengan jangka waktu diatas 15 tahun.
2
 Berdasarkan status penerimaan pinjaman, pinjaman dibagi atas :
1) Pinjaman Pemerintah, yaitu pinjaman yang dilakukan oleh pihak pemerintah.
2) Pinjaman Swasta, yaitu pinjaman yang dilakukan oleh pihak swasta.
 Berdasarkan persyaratan pinjaman, pinjaman dibagi atas :
1) Pinjaman Lunak, yaitu pinjaman yang berasal dari lembaga multilateral maupun
bilateral yang dananya berasal dari iuran anggota (untuk multilateral) atau dari
anggaran negara yang bersangkutan (untuk bilateral) yang ditujukan untuk
meningkatkan pembangunan.
2) Pinjaman Setengah Lunak, yaitu pinjaman yang memiliki persyaratan pinjaman
yang sebagian lunak dan sebagian komersial.
3) Pinjaman Komersial, yaitu pinjaman yang bersumber dari bank atau lembaga
keuangan dengan persyaratan yang berlaku di pasar internasional pada umumnya.

A. Faktor Penyebab Utang Luar Negeri Indonesia


 Terdapat 2 faktor utama penyebab Indonesia melakukan utang luar negeri, yaitu:
1. Utang luar negeri sangat dibutuhkan Indonesia sebagai tambahan modal
negara yang menyangkut pembangunan prasarana fisik. Pembangunan
prasarana fisik berupa infrastruktur merupakan investasi yang sangat mahal
dalam sebuah pembangunan terlebih lagi pembangunan yang dilakukan
Indonesia dalam tingkat negara.
2. Utang luar negeri digunakan Indonesia sebagai penyeimbang neraca
pembayaran negara. Dalam hal ini pemerintah sudah berusaha untuk
melakukan penyeimbangan pada neraca pembayaran negara Indonesia
sendiri.

 Faktor-faktor lain penyebab Indonesia melakukan utang luar negeri, yaitu :


1. Defisit Transaksi Berjalan (TB)
Defisit Transaksi Berjalan (TB) merupakan penyebab utama
membengkaknya utang luar negeri dari banyak negara berkembang termasuk
Indonesia. Transaksi berjalan merupakan perbandingan antara jumlah
pembayaran yang diterima dari luar negeri dengan jumlah pembayaran yang
dikeluarkan ke luar negeri. Defisit yang semakin meningkat akan menjadi
penyebab semakin meningkat atau bertambahnya utang luar negeri.
3
Besarnya defisit transaksi berjalan melebihi surplus neraca modal
mengakibatkan defisit neraca pembayaran, yang berarti cadangan devisa
berkurang. Pengeluaran yang dikeluarkan oleh Indonesia lebih besar daripada
pemasukan yang diterima oleh Indonesia sendiri, sehingga defisit antara
pengeluaran dan pemasukan semakin besar dan salah satu solusi untuk bisa
menutupi defisit transaksi berjalan tersebut adalah dengan melakukan utang
luar negeri.
Selain disebabkan oleh defisit transaksi berjalan, utang luar negeri
Indonesia juga disebabkan oleh :
 Defisit Neraca Perdagangan (trade gap), yaitu terjadi karena ekspor lebih
sedikit daripada impor. Pelemahan ekspor dapat menyebabkan
peningkatan rasio utang luar negeri, karena ekspor merupakan salah satu
sumber devisa yang digunakan pemerintah untuk membayar beban utang
luar negeri. Peningkatan terhadap ekspor akan menaikkan pendapatan
nasional negara lebih besar.
 Defisit Investasi (I-S gap), yaitu dana yang dibutuhkan untuk membiayai
investasi di dalam negeri lebih besar daripada tabungan nasional atau
domestik.
2. Meningkatnya Kebutuhan Investasi
Investasi merupakan penanaman modal yang dilakukan untuk satu atau
lebih aktivitas yang dimiliki oleh negara, dimana biasanya memiliki jangka
waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan pada masa yang akan
datang. Di Indonesia setiap tahun hampir kekurangan dana untuk melakukan
investasi. Padahal hampir setiap tahun kebutuhan investasi Indonesia semakin
meningkat, sehingga dengan semakin meningkatnya kebutuhan investasi
sedangkan modal investasinya tidak dimiliki, maka akan memicu Indonesia
untuk melakukan utang luar negeri. Dengan kata lain, kekurangan modal
dengan kebutuhan investasi yang semakin meningkat setiap tahun akan
menyebabkan utang luar negeri juga semakin meningkat. Selain kebengkakan
dana yang dibutuhkan, utang luar negeri yang meningkat disebabkan oleh
kebengkakan dana yang dibutuhkan dan terdapat perbedaan tingkat suku
bunga yang diterapkan oleh masing-masing negara lain selaku pemberi
pinjaman.
4
3. Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
Saat terjadi krisis ekonomi di Indonesia, utang luar negeri menjadi pemicu
krisis tersebut. Sehingga, nilai mata uang rupiah menjadi lemah dan akhirnya
menimbulkan banyak permasalahan terutama utang luar negeri yang sangat
tinggi. Jumlah utang luar negeri yang semakin meningkat dan pergerakan
nilai tukar rupiah yang berfluktuasi dapat menjadi beban bagi perkembangan
ekonomi Indonesia. Depresiasi rupiah akan menyebabkan jumlah utang luar
negeri meningkat karena Indonesia membayar utang luar negeri dalam valuta
asing.
4. Meningkatnya Inflasi
Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum
yang terjadi terus-menerus dan memiliki kaitan dengan mekanisme pasar
yang disebabkan oleh berbagai faktor. Laju inflasi mempengaruhi tingkat
suku bunga nominal. Di Indonesia terjadi trand inflasi yang meningkat,
sehingga memaksa Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga. Dengan
rendahnya suku bunga menyebabkan minat orang ataupun negara lain untuk
melakukan investasi di Indonesia semakin rendah. Oleh karena itu,
pemerintah Indonesia mengambil tindakan dalam memenuhi belanja negara
melalui utang luar negeri.
5. Struktur Perekonomian Tidak Efisien
Struktur perekonomian yang tidak efisien di Indonesia terlihat dari tidak
efisiennya dalam pemakaian modal yang dikeluarkan, sehingga mengeluarkan
investasi besar yang kemudian mendorong pemerintah mengambil keputusan
untuk melakukan utang luar negeri untuk memenuhi investasi besar tersebut
akibat dari pemakaian modal yang tidak efisien.

B. Posisi Utang Luar Negeri Indonesia dari Orde Lama sampai Reformasi
1. Orde Lama
 Periode Demokrasi Parlemen : 4,3 Miliar Gulden
 Periode Demokrasi Terpimpin :
Tahun 1958 : US$ 12,5 Juta
Tahun 1960 : US$ 250 Juta dan US$ 450 Juta

5
 Periode Demokrasi Terpimpin 2 : US$ 63,5 Juta
Negara Indonesia saat periode demokrasi terpimpin memerlukan dana
untuk memperbaiki taraf kesejahteraan rakyat yang terpuruk karena
kolonialisme. Ketiadaan infrastruktur dan rusaknya sebagian besar kapasitas
produksi seperti ladang minyak, membuat penerimaan negara dari sumber
domestik belum bisa diandalkan. Hibah dari negara-negara yang bersimpatik
saat kemerdekaan belum cukup memadai dan lama-kelamaan dihentikan.
Sehingga, pilihan yang tersedia adalah mempersilakan modal asing masuk ke
Indonesia untuk berinvestasi dan melakukan pinjaman luar negeri.

2. Orde Baru
 Periode Soeharto (1965-1998) : Rp 551,4 Triliun
Rasio utang luar negeri Indonesia saat periode Soeharto mencapai 57,7%
terhadap PDB pada saat krisis tahun 1998. Jumlah utang membengkak karena
adanya depresiasi nilai mata uang rupiah. Tahun 1967 Indonesia telah
menerima pinjaman dengan syarat lunak atau dalam bentuk sumbangan
(grant) dari negara-negara dan lembaga-lembaga keuangan internasional yang
tergabung dalam IGGI. Beberapa tahun kemudian, Indonesia mendapat
pinjaman berbentuk program bantuan devisa kredit dan bantuan pangan.
Pinjaman program diorientasikan untuk menyelesaikan masalah jangka
pendek dan mendesak, serta bersifat sangat lunak.

3. Reformasi
 Periode BJ Habibie (1998-1999) : Rp 938,8 Triliun
Krisis tahun 1998 berlanjut hingga rasio utang luar negeri Indonesia
mencapai 85,4% terhadap PDB karena depresiasi masih terjadi yang
mengakibatkan utang luar negeri saat periode BJ Habibie meningkat tajam
dari periode sebelumnya dikarenakan adanya akumulasi utang beserta akibat
lanjutan dari kebijakan pemerintah Soeharto.
 Periode Gusdur (1999-2001)
Tahun 2000 : Rp 1.232,8 Triliun
Tahun 2001 : Rp 1.271,4 Triliun

6
Rasio utang luar negeri Indonesia saat periode Gusdur turun menjadi
77,2% terhadap PDB karena saat itu pertumbuhan ekonomi positif dan
pertumbuhan tahun 2000 mencapai 5% dan krisis moneter berangsung-angsur
stabil yang mengakibatkan inflasi dan suku bunga rendah.
 Periode Megawati (2001-2004)
Tahun 2002 : Rp 1.223,7 Triliun
Tahun 2003 : Rp 1.230,6 Triliun
Tahun 2004 : Rp 1.298 Triliun
Rasio utang luar negeri Indonesia saat periode Megawati turun menjadi
67,2% terhadap PDB.
 Periode Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Periode I (2004-2009)
Tahun 2005 : Rp 1.311,7 Triliun
Tahun 2006 : Rp 1.302,2 Triliun
Tahun 2007 : Rp 1.389,4 Triliun
Tahun 2008 : Rp 1.636,7 Triliun
Tahun 2009 : Rp 1.590,7 Triliun
Periode II (2009-2014)
Tahun 2010 : Rp 1.681,7 Triliun
Tahun 2011 : Rp 1.809 Triliun
Tahun 2012 : Rp 1.977,7 Triliun
Tahun 2013 : Rp 2.375,5 Triliun
Tahun 2014 : Rp 2.608,8 Triliun
Rasio utang luar negeri Indonesia saat periode SBY menjadi 47,3%
terhadap PDB diperiode I dan mengalami penurunan 24,7% terhadap PDB
diperiode II. Hal ini menjadi salah satu tujuan pemerintahan SBY yang
menginginkan lepas dari beban utang dan lepas dari belenggu IMF. Salah satu
yang mempengaruhi utang luar negeri saat periode SBY adalah diadakannya
kebijakan kontroversial presiden SBY yaitu mengurangi subsidi BBM dengan
menaikkan harga BBM yang dilatarbelakangi naiknya harga minyak dunia.
Kemudian, kebijakan kontroversial kedua, yaitu Bantuan Langsung Tunai
(BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan
yang berhak dan pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial.
7
 Periode Joko Widodo (2014-2019)
Periode I (Jokowi-JK)
Tahun 2015 : Rp 3.165,2 Triliun
Tahun 2016 : Rp 3.466,9 Triliun
Tahun 2017 : Rp 3.938 Triliun
Tahun 2018 : Rp 4.418 Triliun
Tahun 2019 : Rp 4.478 Triliun
Rasio utang luar negeri Indonesia saat periode Jokowi-JK meningkat
menjadi 27,4% terhadap PDB. Alokasi utang berdasarkan sektor, yaitu
kesehatan dan kegiatan sosial 19,06 % dari total utang luar negeri Pemerintah,
sektor kontruksi 16,6%, sektor pendidikan 16,1%, sektor administrasi,
pertahanan dan jaminan sosial 15,4%, sektor jasa keuangan dan asuransi
13,2%.
Peiode II (Jokowi-Amin)
Tahun 2020 (per Februari) : Rp 6.372,3 Triliun
Rasio utang luar negeri Indonesia saat periode Jokowi-Amin meningkat
menjadi 35,6% terhadap PDB. Hal ini karena adanya pembangunan
infrastruktur besar-besaran dan juga akibat adanya pandemi yang
mengakibatkan butuh banyak dana untuk mengalokasikan ke kesehatan dan
kegiatan sosial. Karena dampak pandemi mengakibatkan adanya PSBB yang
berdapak pada pertumbuhan perekonomian saat ini mengalami resesi. Utang
luar negeri Pemerintah dikelola secara terukur dan berhati-hati untuk
mendukung belanja prioritas Pemerintah, yaitu sektor jasa kesehatan dan
kegiatan sosial 23,7% dari total utang luar negeri Pemerintah, sektor
konstruksi 16,5%, sektor jasa pendidikan 16,5%, dan sektor administrasi
pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib 11,8%, serta sektor jasa
keuangan dan asuransi 11,6%.

C. Lembaga Internasional dan Negara Pemberi Utang kepada Indonesia


Bank Indonesia (BI) merilis Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULN) dengan
posisi utang luar negeri Indonesia saat ini mencapai Rp 6.372,3 Triliun. Utang tersebut
mencakup utang luar negeri pemerintah, Bank Sentral, dan swasta termasuk juga utang
milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
8
Utang tersebut digunakan untuk berbagai kebutuhan guna membiayai kebutuhan
perekonomian Indonesia seperti membiayai ekspansi ekonomi seperti pembangunan
infrastruktur, membayar bunga dan cicilan utang hingga menangani pandemi.
 Daftar Lembaga Internasional dan Organisasi Pemberi Utang kepada Indonesia

Lembaga Internasional dan Organisasi Pemberi Utang Nilai


kepada Indonesia (US$ Miliar)
I.B.R.D (International Bank for Reconstruction and Development) 17,725
A.D.B (Asian Development Bank) 10,620
I.M.F (International Monetary Fund) 2,713
I.D.B (Islamic Development Bank) 1,207
I.D.A (International Development Association) 0,919
I.F.A.D (International Fund for Agricultural Development) 0,182
Organisasi Internasional lainnya 0,159
N.I.B (Nordic Investment Bank) 0,009
E.I.B (European Investment Bank) 0,003
Catatan : Nilai dalam satuan US$ miliar per Februari 2020
 Daftar Negara Pemberi Utang kepada Indonesia

Negara Pemberi Utang kepada Indonesia Nilai (US$ Miliar)


Singapura 69,081
Jepang 28,960
Amerika 25,721
Tiongkok 19,872
Hongkong 11,960
Asia lainnya 10,226
Sindikasi Negara-negara 6,483
Belanda 6,430
Korea Selatan 6,141
Jerman 4,892
Amerika lainnya 4,504
9

Negara Pemberi Utang kepada Indonesia Nilai (US$ Miliar)


Perancis 3,845
Inggris 3,812
Eropa lainnya 3,129
Swiss 2,029
Australia 1,000
Afrika 0,821
Austria 0,405
Spanyol 0,307
Belgia 0,110
Oceania 0,025
Catatan : Nilai dalam satuan US$ miliar per Februari 2020

D. Keterkaitan antara Defisit APBN dengan Utang Luar Negeri


Dalam praktiknya, utang luar negeri tidak semuanya dibelanjakan untuk belanja
pembangunan. Sebagian utang dipakai untuk menutup cicilan utang pokok dan
bunganya. Semakin banyak cicilan utang luar negeri dilakukan, maka semakin besar
akumulasi utang luar negeri. Kondisi tersebut tidak menguntungkan, karena sebagian
besar dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diharapkan dapat
menggerakkan perekonomian ternyata ikut terambil oleh pengeluaran rutin yang
sebagian besar teralokasi untuk cicilan pokok dan bunga utang. Utang yang sasaran
utamanya untuk menunjang pembangunan dan pertumbuhan ekonomi akan menjadi
beban pemerintah saat melakukan pembayaran utang tersebut. Pembayaran cicilan
pokok dan bunga utang luar negeri berpengaruh terhadap perekonomian karena pada
kondisi tertentu pembayaran cicilan tersebut dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap perekonomian sehingga menghilangkan kontribusi positif dari utang luar
negeri.

10
 Keterkaitan antara Defisit APBN dengan Utang Luar Negeri

Defisit APBN ↑

Pengeluaran Pemerintah ↑ Utang Luar Negeri ↑

Biaya Utang Luar Negeri ↑

Defisit atau surplus anggaran merupakan kebijakan fiskal yang dilakukan oleh
pemerintah dalam mengelola APBN. Keterkaitan antara defisit anggaran (APBN)
dengan utang luar negeri Indonesia yaitu defisit anggaran (APBN) merupakan keadaan
dimana jumlah pengeluaran lebih besar daripada jumlah pendapatan dan untuk
memenuhi pengeluaran tersebut, maka pemerintah harus mendapatkannya dari
pinjaman luar negeri berupa utang luar negeri. Ketergantungan pemerintah terhadap
utang luar negeri akan memperbesar defisit APBN dengan asumsi faktor-faktor lain
tetap tidak berubah, karena pengeluaran untuk pembayaran pokok dan bunga pinjaman
akan menambah ketergantungan pada utang luar negeri. Jenis utang luar negeri yang
digunakan pada sektor-sektor produktif dapat memberikan dampak yang positif bagi
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi secara makro, selama rasio utang luar negeri
tersebut dibawah standar yang telah ditetapkan pemerintah maka utang tersebut masih
rasional dan berdampak positif.
Keterkaitan antara defisit APBN dengan utang luar negeri Indonesia seperti siklus,
diawali dari pengeluaran pemerintah Indonesia yang tinggi karena Indonesia
membutuhkan dana besar untuk membiayai berbagai program atau kebijakan
pemerintah (seperti pembangunan infrastruktur) yang kemudian berdampak pada
meningkatnya pengeluaran negara daripada pendapatan yang diterima sehingga defisit
APBN tinggi dan untuk mengatasi hal tersebut pemerintah Indonesia berupaya
mencari sumber pendanaan lain untuk menutup defisit APBN dengan meminta
bantuan dana ke luar negeri berupa melakukan utang luar negeri baik dari lembaga
internasional, organisasi internasional, dan negara-negara maju dan dampak akhirnya
pemerintah Indonesia harus menerima kewajiban untuk mengembalikan dana
pinjaman tersebut yang telah diterima beserta dengan bunganya.
11
Hal ini akan terus berputar seperti siklus, karena nantinya dana yang digunakan
untuk mengembalikan pinjaman dari utang luar negeri tersebut akan meningkatkan
dari sisi pengeluaran pemerintah Indonesia.

E. Kebaikan dan Keburukan dari Utang Luar Negeri


 Kebaikan yang diperoleh dengan adanya utang luar negeri, yaitu :
1. Sebagai alat menyediakan infrastruktur ekonomi untuk memperlancar kegiatan
ekonomi dalam negeri dan untuk meningkatkan ekspor.
2. Meningkatkan kegiatan investasi dalam negeri, sehingga barang-barang
kebutuhan masyarakat dalam negeri dapat terpenuhi.
3. Untuk menutup defisit neraca pembayaran dengan cara menjual obligasi
pemerintah di pasar luar negeri.
4. Sebagai alat untuk meningkatkan pendapatan nasional secara merata, sehingga
kesejahteraan masyarakat meningkat.

 Keburukan yang diperoleh dengan adanya utang luar negeri, yaitu :


1. Menambah beban pada anggaran, sehingga dapat mengurangi kesejahteraan
masyarakat.
2. Pembayaran utang luar negeri yang telah jatuh tempo akan mengurangi
cadangan devisa negara.
3. Adanya ketergantungan terhadap luar negeri, sehingga cenderung diintervensi
oleh pihak asing.
4. Harus tunduk terhadap peraturan internasional meskipun peraturan tersebut
merugikan industri dalam negeri.

12

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan jumlah utang luar negeri Indonesia dari tahun ke tahun
cenderung terus mengalami peningkatan. Hal ini menimbulkan berbagai
konsekuensi bagi bangsa Indonesia, baik dalam periode jangka pendek maupun
jangka panjang. Dalam periode jangka pendek, utang luar negeri memberikan
kontribusi bagi pembiayaan pembangunan ekonomi nasional sehingga dengan
terlaksananya pembangunan ekonomi tersebut, tingkat pendapatan perkapita
masyarakat dapat terus tumbuh. Semakin bertambahnya utang luar negeri
Indonesia, berarti semakin memberatkan posisi defisit APBN Indonesia, karena
utang luar negeri tersebut harus dibayarkan beserta dengan bunga. Dalam periode
jangka panjang, pembayaran utang luar negeri oleh pemerintah Indonesia artinya
mengurangi tingkat kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia di masa
mendatang. Penggunaan utang luar negeri yang tidak bijaksana dan tanpa prinsip
kehati-hatian, dalam jangka panjang utang luar negeri tersebut akan
menjerumuskan negara debitur ke dalam krisis utang luar negeri yang terus
berkepanjangan dan membebani masyarakat karena adanya akumulasi utang luar
negeri yang besar. 
B. Saran
Kami sebagai penulis merekomendasikan agar pemerintah dapat membuat
suatu kebijakan utang luar negeri yang tepat, yaitu :
(1) Menjadi negara yang mandiri dan tidak bergantung pada utang luar negeri
untuk pembiayaan pembangunan nasional, karena jika terus bergantung akan
membentuk watak/karakter bangsa yang lemah.
(2) Mengawasi sumber pendapatan nasional yang dapat membiayai pembangunan
nasional, karena jika dilihat dari sumber pendapatan nasional terdapat banyak
yang belum tergali, misalnya pajak penghasilan atau pajak-pajak lainya. 
(3) Mengawasi penggunaan utang luar negeri dan pendapatan nasional agar sesuai
dengan skala prioritas pembangunan nasional, karena masih ada yang belum
tepat sasaran pembangunan atau masih terdapat pejabat yang korupsi uang
negara.
13
DAFTAR PUSTAKA

Tambunan, T.H Tulus. 2016. Perekonomian Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia.

https://guruppkn.com/penyebab-utang-luar-negeri. Diakses pada 18 Desember


2020. Pukul 13.25 WIB.

http://tholibpoenya.blogspot.com/2015/01/hutang-luar-negeri-indonesia.html.
Diakses pada 18 Desember 2020. Pukul 15.40 WIB.

https://www.cnbcindonesia.com/news/20200415141000-4-152128/utang-luar-
negeri-ri-capai-rp-6300-t-ini-dia-pemberinya. Diakses pada 20 Desember
2020. Pukul 20.10 WIB.
https://amp-lokadata-id.cdn.ampproject.org/v/s/amp.lokadata.id/amp/siapa-donatur-
pinjaman-terbesar-indonesia?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=16084481681059&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A
%2F%2Flokadata.id%2Fartiker%2Fsiapa-donatur-pinjaman-terbesar-
indonesia. Diakses pada 20 Desember 2020. Pukul 20.14 WIB.

https://www.google.com/amp/s/finiriyanticahayu.wordpress.com/2014/04/26/kebai
kan-dan-keburukan-utang-luar-negeri/amp/. Diakses pada 20 Desember
2020. Pukul 19.50 WIB.

14

Anda mungkin juga menyukai