Makalah Utang Luar Negeri (Kelompok 1)
Makalah Utang Luar Negeri (Kelompok 1)
Disusun oleh :
KELOMPOK 1
CILACAP
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Perekonomian Indonesia
dengan pembahasan Utang Luar Negeri (ULN).
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Perekonomian
Indonesia. Makalah ini memuat materi tentang faktor penyebab utang luar negeri
Indonesia, posisi utang luar negeri Indonesia dari orde lama sampai reformasi, lembaga
internasional dan negara pemberi utang kepada Indonesia, keterkaitan antara defisit APBN
dengan utang luar negeri, dan kebaikan & keburukan dari utang luar negeri.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan.
Maka dari itu, kami membutuhkan saran dan kritik yang membangun dan memotivasi
untuk menyempurnakan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca maupun kami sebagai penulis.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
A. Kesimpulan...........................................................................................................13
B. Saran.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan bangsa Indonesia adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan sudut pandang teori
ekonomi makro, salah satu tujuan pembangunan adalah untuk mencapai pertumbuhan
ekonomi yang tinggi. Kebijakan pemerintah dalam mewujudkan tujuan tersebut
dengan melaksanakan pembangunan di segala bidang yang memerlukan dana besar
untuk membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan sesuai dengan prioritas. Pemerintah
mencari sumber-sumber pembiayaan pembangunan, baik yang berasal dari dalam
negeri maupun luar negeri. Salah satu alternatifnya melalui bantuan atau pinjaman dari
luar negeri dalam bentuk utang luar negeri. Utang luar negeri merupakan seluruh
pinjaman dan hibah konsensional, baik secara resmi dalam bentuk uang tunai maupun
bentuk-bentuk aktiva lain yang secara umum ditujukan untuk mengalihkan sejumlah
sumber daya negara-negara maju ke negara berkembang untuk kepentingan
pembangunan atau distribusi pendapatan. Pinjaman luar negeri (berupa utang luar
negeri) merupakan tambahan sumber dana bagi negara penerima, baik dalam bentuk
dana atau modal. Tetapi sebenarnya, pinjaman luar negeri merupakan uang muka
pajak yaitu beban pajak yang harus dipikul dan menjadi risiko yang harus ditanggung
oleh wajib pajak generasi mendatang. Beban tersebut menjadi ringan apabila
pembangunan berhasil dilaksanakan sesuai rencana, tetapi akan menjadi warisan utang
apabila pelaksanaan pembangunan mengalami kegagalan. Pembangunan memerlukan
dana yang besar dan dana pembangunan yang diperlukan tersebut sesuai dengan
kebijaksanaan/ketentuan yang berlaku. Peranan dana luar negeri mempunyai fungsi
untuk melengkapi sumber-sumber produksi yang belum cukup tersedia di dalam
negeri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa faktor penyebab utang luar negeri Indonesia?
2. Apa posisi utang luar negeri Indonesia dari orde lama sampai reformasi?
3. Apa lembaga internasional dan negara pemberi utang kepada Indonesia?
4. Apa keterkaitan antara defisit APBN dengan utang luar negeri?
5. Apa kebaikan dan keburukan dari utang luar negeri?
1
BAB I
PEMBAHASAN
Utang Luar Negeri (ULN) adalah sebagian dari total utang suatu negara yang
diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut. Penerima utang luar negeri dapat
berupa pemerintah, perusahaan atau perorangan. Bentuk utang dapat berupa uang yang
diperoleh dari bank swasta, pemerintah negara lain atau lembaga keuangan internasional
seperti IMF dan Bank Dunia. Dalam aspek formal, mengartikan utang luar negeri sebagai
penerimaan atau pemberian yang dapat digunakan untuk meningkatkan investasi guna
menunjang pertumbuhan ekonomi. Dalam aspek fungsi, mengartikan utang luar negeri
salah satu alternatif sumber pembiayaan yang diperlukan dalam pembangunan. Jenis-jenis
utang luar negeri dari berbagai aspek, yaitu berdasarkan bentuk pinjaman yang diterima,
sumber dana pinjaman, jangka waktu peminjaman, status penerimaan pinjaman, dan
persyaratan pinjaman.
B. Posisi Utang Luar Negeri Indonesia dari Orde Lama sampai Reformasi
1. Orde Lama
Periode Demokrasi Parlemen : 4,3 Miliar Gulden
Periode Demokrasi Terpimpin :
Tahun 1958 : US$ 12,5 Juta
Tahun 1960 : US$ 250 Juta dan US$ 450 Juta
5
Periode Demokrasi Terpimpin 2 : US$ 63,5 Juta
Negara Indonesia saat periode demokrasi terpimpin memerlukan dana
untuk memperbaiki taraf kesejahteraan rakyat yang terpuruk karena
kolonialisme. Ketiadaan infrastruktur dan rusaknya sebagian besar kapasitas
produksi seperti ladang minyak, membuat penerimaan negara dari sumber
domestik belum bisa diandalkan. Hibah dari negara-negara yang bersimpatik
saat kemerdekaan belum cukup memadai dan lama-kelamaan dihentikan.
Sehingga, pilihan yang tersedia adalah mempersilakan modal asing masuk ke
Indonesia untuk berinvestasi dan melakukan pinjaman luar negeri.
2. Orde Baru
Periode Soeharto (1965-1998) : Rp 551,4 Triliun
Rasio utang luar negeri Indonesia saat periode Soeharto mencapai 57,7%
terhadap PDB pada saat krisis tahun 1998. Jumlah utang membengkak karena
adanya depresiasi nilai mata uang rupiah. Tahun 1967 Indonesia telah
menerima pinjaman dengan syarat lunak atau dalam bentuk sumbangan
(grant) dari negara-negara dan lembaga-lembaga keuangan internasional yang
tergabung dalam IGGI. Beberapa tahun kemudian, Indonesia mendapat
pinjaman berbentuk program bantuan devisa kredit dan bantuan pangan.
Pinjaman program diorientasikan untuk menyelesaikan masalah jangka
pendek dan mendesak, serta bersifat sangat lunak.
3. Reformasi
Periode BJ Habibie (1998-1999) : Rp 938,8 Triliun
Krisis tahun 1998 berlanjut hingga rasio utang luar negeri Indonesia
mencapai 85,4% terhadap PDB karena depresiasi masih terjadi yang
mengakibatkan utang luar negeri saat periode BJ Habibie meningkat tajam
dari periode sebelumnya dikarenakan adanya akumulasi utang beserta akibat
lanjutan dari kebijakan pemerintah Soeharto.
Periode Gusdur (1999-2001)
Tahun 2000 : Rp 1.232,8 Triliun
Tahun 2001 : Rp 1.271,4 Triliun
6
Rasio utang luar negeri Indonesia saat periode Gusdur turun menjadi
77,2% terhadap PDB karena saat itu pertumbuhan ekonomi positif dan
pertumbuhan tahun 2000 mencapai 5% dan krisis moneter berangsung-angsur
stabil yang mengakibatkan inflasi dan suku bunga rendah.
Periode Megawati (2001-2004)
Tahun 2002 : Rp 1.223,7 Triliun
Tahun 2003 : Rp 1.230,6 Triliun
Tahun 2004 : Rp 1.298 Triliun
Rasio utang luar negeri Indonesia saat periode Megawati turun menjadi
67,2% terhadap PDB.
Periode Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Periode I (2004-2009)
Tahun 2005 : Rp 1.311,7 Triliun
Tahun 2006 : Rp 1.302,2 Triliun
Tahun 2007 : Rp 1.389,4 Triliun
Tahun 2008 : Rp 1.636,7 Triliun
Tahun 2009 : Rp 1.590,7 Triliun
Periode II (2009-2014)
Tahun 2010 : Rp 1.681,7 Triliun
Tahun 2011 : Rp 1.809 Triliun
Tahun 2012 : Rp 1.977,7 Triliun
Tahun 2013 : Rp 2.375,5 Triliun
Tahun 2014 : Rp 2.608,8 Triliun
Rasio utang luar negeri Indonesia saat periode SBY menjadi 47,3%
terhadap PDB diperiode I dan mengalami penurunan 24,7% terhadap PDB
diperiode II. Hal ini menjadi salah satu tujuan pemerintahan SBY yang
menginginkan lepas dari beban utang dan lepas dari belenggu IMF. Salah satu
yang mempengaruhi utang luar negeri saat periode SBY adalah diadakannya
kebijakan kontroversial presiden SBY yaitu mengurangi subsidi BBM dengan
menaikkan harga BBM yang dilatarbelakangi naiknya harga minyak dunia.
Kemudian, kebijakan kontroversial kedua, yaitu Bantuan Langsung Tunai
(BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan
yang berhak dan pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial.
7
Periode Joko Widodo (2014-2019)
Periode I (Jokowi-JK)
Tahun 2015 : Rp 3.165,2 Triliun
Tahun 2016 : Rp 3.466,9 Triliun
Tahun 2017 : Rp 3.938 Triliun
Tahun 2018 : Rp 4.418 Triliun
Tahun 2019 : Rp 4.478 Triliun
Rasio utang luar negeri Indonesia saat periode Jokowi-JK meningkat
menjadi 27,4% terhadap PDB. Alokasi utang berdasarkan sektor, yaitu
kesehatan dan kegiatan sosial 19,06 % dari total utang luar negeri Pemerintah,
sektor kontruksi 16,6%, sektor pendidikan 16,1%, sektor administrasi,
pertahanan dan jaminan sosial 15,4%, sektor jasa keuangan dan asuransi
13,2%.
Peiode II (Jokowi-Amin)
Tahun 2020 (per Februari) : Rp 6.372,3 Triliun
Rasio utang luar negeri Indonesia saat periode Jokowi-Amin meningkat
menjadi 35,6% terhadap PDB. Hal ini karena adanya pembangunan
infrastruktur besar-besaran dan juga akibat adanya pandemi yang
mengakibatkan butuh banyak dana untuk mengalokasikan ke kesehatan dan
kegiatan sosial. Karena dampak pandemi mengakibatkan adanya PSBB yang
berdapak pada pertumbuhan perekonomian saat ini mengalami resesi. Utang
luar negeri Pemerintah dikelola secara terukur dan berhati-hati untuk
mendukung belanja prioritas Pemerintah, yaitu sektor jasa kesehatan dan
kegiatan sosial 23,7% dari total utang luar negeri Pemerintah, sektor
konstruksi 16,5%, sektor jasa pendidikan 16,5%, dan sektor administrasi
pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib 11,8%, serta sektor jasa
keuangan dan asuransi 11,6%.
10
Keterkaitan antara Defisit APBN dengan Utang Luar Negeri
Defisit APBN ↑
Defisit atau surplus anggaran merupakan kebijakan fiskal yang dilakukan oleh
pemerintah dalam mengelola APBN. Keterkaitan antara defisit anggaran (APBN)
dengan utang luar negeri Indonesia yaitu defisit anggaran (APBN) merupakan keadaan
dimana jumlah pengeluaran lebih besar daripada jumlah pendapatan dan untuk
memenuhi pengeluaran tersebut, maka pemerintah harus mendapatkannya dari
pinjaman luar negeri berupa utang luar negeri. Ketergantungan pemerintah terhadap
utang luar negeri akan memperbesar defisit APBN dengan asumsi faktor-faktor lain
tetap tidak berubah, karena pengeluaran untuk pembayaran pokok dan bunga pinjaman
akan menambah ketergantungan pada utang luar negeri. Jenis utang luar negeri yang
digunakan pada sektor-sektor produktif dapat memberikan dampak yang positif bagi
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi secara makro, selama rasio utang luar negeri
tersebut dibawah standar yang telah ditetapkan pemerintah maka utang tersebut masih
rasional dan berdampak positif.
Keterkaitan antara defisit APBN dengan utang luar negeri Indonesia seperti siklus,
diawali dari pengeluaran pemerintah Indonesia yang tinggi karena Indonesia
membutuhkan dana besar untuk membiayai berbagai program atau kebijakan
pemerintah (seperti pembangunan infrastruktur) yang kemudian berdampak pada
meningkatnya pengeluaran negara daripada pendapatan yang diterima sehingga defisit
APBN tinggi dan untuk mengatasi hal tersebut pemerintah Indonesia berupaya
mencari sumber pendanaan lain untuk menutup defisit APBN dengan meminta
bantuan dana ke luar negeri berupa melakukan utang luar negeri baik dari lembaga
internasional, organisasi internasional, dan negara-negara maju dan dampak akhirnya
pemerintah Indonesia harus menerima kewajiban untuk mengembalikan dana
pinjaman tersebut yang telah diterima beserta dengan bunganya.
11
Hal ini akan terus berputar seperti siklus, karena nantinya dana yang digunakan
untuk mengembalikan pinjaman dari utang luar negeri tersebut akan meningkatkan
dari sisi pengeluaran pemerintah Indonesia.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan jumlah utang luar negeri Indonesia dari tahun ke tahun
cenderung terus mengalami peningkatan. Hal ini menimbulkan berbagai
konsekuensi bagi bangsa Indonesia, baik dalam periode jangka pendek maupun
jangka panjang. Dalam periode jangka pendek, utang luar negeri memberikan
kontribusi bagi pembiayaan pembangunan ekonomi nasional sehingga dengan
terlaksananya pembangunan ekonomi tersebut, tingkat pendapatan perkapita
masyarakat dapat terus tumbuh. Semakin bertambahnya utang luar negeri
Indonesia, berarti semakin memberatkan posisi defisit APBN Indonesia, karena
utang luar negeri tersebut harus dibayarkan beserta dengan bunga. Dalam periode
jangka panjang, pembayaran utang luar negeri oleh pemerintah Indonesia artinya
mengurangi tingkat kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia di masa
mendatang. Penggunaan utang luar negeri yang tidak bijaksana dan tanpa prinsip
kehati-hatian, dalam jangka panjang utang luar negeri tersebut akan
menjerumuskan negara debitur ke dalam krisis utang luar negeri yang terus
berkepanjangan dan membebani masyarakat karena adanya akumulasi utang luar
negeri yang besar.
B. Saran
Kami sebagai penulis merekomendasikan agar pemerintah dapat membuat
suatu kebijakan utang luar negeri yang tepat, yaitu :
(1) Menjadi negara yang mandiri dan tidak bergantung pada utang luar negeri
untuk pembiayaan pembangunan nasional, karena jika terus bergantung akan
membentuk watak/karakter bangsa yang lemah.
(2) Mengawasi sumber pendapatan nasional yang dapat membiayai pembangunan
nasional, karena jika dilihat dari sumber pendapatan nasional terdapat banyak
yang belum tergali, misalnya pajak penghasilan atau pajak-pajak lainya.
(3) Mengawasi penggunaan utang luar negeri dan pendapatan nasional agar sesuai
dengan skala prioritas pembangunan nasional, karena masih ada yang belum
tepat sasaran pembangunan atau masih terdapat pejabat yang korupsi uang
negara.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://tholibpoenya.blogspot.com/2015/01/hutang-luar-negeri-indonesia.html.
Diakses pada 18 Desember 2020. Pukul 15.40 WIB.
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200415141000-4-152128/utang-luar-
negeri-ri-capai-rp-6300-t-ini-dia-pemberinya. Diakses pada 20 Desember
2020. Pukul 20.10 WIB.
https://amp-lokadata-id.cdn.ampproject.org/v/s/amp.lokadata.id/amp/siapa-donatur-
pinjaman-terbesar-indonesia?
amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=16084481681059&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A
%2F%2Flokadata.id%2Fartiker%2Fsiapa-donatur-pinjaman-terbesar-
indonesia. Diakses pada 20 Desember 2020. Pukul 20.14 WIB.
https://www.google.com/amp/s/finiriyanticahayu.wordpress.com/2014/04/26/kebai
kan-dan-keburukan-utang-luar-negeri/amp/. Diakses pada 20 Desember
2020. Pukul 19.50 WIB.
14