Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIKUM ENERGI SURYA KONVENSIONAL

MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


PRAKTIKUM PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI
TERBARUKAN

DISUSUN OLEH :

DAMAR SAGARA M / 061830311278

DEWI VICTORYA NURALDA / 061830311279

DOSEN PEMBIMBING :

Ir. SISWANDI, M.T

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan energi listrik saat ini telah meningkat dengan pesat, baik dalam kawasan
industri, dunia pendidikan maupun untuk keperluan rumah tangga. Sudah menjadi kenyataan
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat modern yang memiliki kemajuan di bidang
informasi dan teknologi membutuhan energi listrik sebagai sumber utama untuk
mengoperasikan peralatan elektronik maupun motormotor listrik. Energi merupakan salah
satu kebutuhan utama dalam kehidupan manusia. Kebanyakan energi di pakai saat ini berasal
dari bahan bakar fosil dimana keadaan semakin menipis dan persediaannya terbatas
(unrenewable). Hal ini disebabkan penggunaan bahan bakar untuk pembangkit pembangkit
listrik konvensional dalam jangka waktu yang panjang akan menguras sumber minyak bumi,
gas dan batu bara yang makin menipis dan juga dapat mengakibatkan pencemaran
lingkungan. Oleh karena itu dibutuhkan energi alternatif yang tidak hanya efisien tetapi juga
bernuansa ramah lingkungan. Contohnya seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA),
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Energi yang bersifat terbarukan mempunyai peran yang sangat penting dalam memenuhi
kebutuhan energi mengingat sumber tersebut sangat melimpah. Energi matahari merupakan
salah satu sumber energi yang dapat dikembangkan. Energi matahari telah dimanfaatkan di
banyak belahan dunia dan jika dieksploitasi dengan tepat, energi ini berpotensi mampu
menyediakan kebutuhan konsumsi energi dunia saat ini dalam waktu yang lebih lama. Di
Indonesia yang merupakan daerah tropis mempunyai potensi energi matahari sangat besar
dengan insolasi harian rata-rata 4,5-4,8 KWh/m² / hari. Matahari dapat digunakan secara
langsung untuk memproduksi listrik. Untuk mengkonversi energi matahari menjadi energi
listrik memerlukan sel surya yang merupakan bahan semikonduktor dengan menggunakan
efek photovoltaik (panel surya).

Dengan menggunakan panel surya, energi matahari dapat diubah menjadi energi
listrik. Keluaran dari panel surya ini adalah berupa listrik arus searah (DC) yang besar
tegangan keluarnya tergantung dengan jumlah sel surya yang dipasang didalam panel surya
dan banyaknya sinar matahari yang menyinari panel surya tersebut. Energi listrik yang
dihasilkan panel surya sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari yang diterima oleh
sistem. Intensitas cahaya matahari juga di pengaruhi oleh besarnya radiasi yang sampai pada
panel surya, seperti pengaruh atmosfer yaitu debu, uap air, dan oleh gas-gas lainnya berupa
bayang bayang (shaded). Dari pengaruh atmosfer tersebut menentukan besarnya daya dari
energi sumber cahaya yang sampai pada seluruh permukaan panel surya. Semakin besar
energi cahaya yang di serap panel surya maka semakin besar energi listrik yang dihasilkan.
Maka dapat dihitung efisiensi photovoltaic ditinjau dari variasi bayangan pada panel surya.

1.2 Tujuan

Dari analisis efisiensi photovoltaic ditinjau dari variasi bayangan pada panel surya
bertujuan untuk :

1. mengetahui besar radiasi sinar surya yang sampai ke permukaan panel surya

2. mengetahui variasi daya pada panel surya terhadap variasi bayang - bayang

3. mengetahui efisiensi photovoltaic di tinjau dari variasi bayangan pada panel surya

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan di atas, adapun rumusan masalah pada
laporan akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana besar radiasi sinar surya yang sampai ke permukaan panel surya.

2. Bagaimana variasi daya pada panel surya terhadap variasi bayang – bayang.

3. Bagaimana efisiensi photovoltaic di tinjau dari variasi bayangan pada panel surya
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

1. Sel Surya

Sel surya fotovoltaik merupakan suatu alat yang dapat mengubah energi sinar
matahari secara langsung menjadi energi listrik. Pada asasnya sel tersebut merupakan suatu
dioda semikonduktor yang bekerja menurut suatu proses khusus yang dinamakan proses tidak
seimbang (non-equilibrium pocess) dan berlandaskan efek (photovoltaic effect). Sel surya
atau biasa disebut juga sel fotovoltaik merupakan suatu P-N junction dari silikon kristal
tunggal. Dengan menggunakan photo-electric effect dari bahan semikonduktor sehingga
dapat mengumpulkan radiasi surya dan mengkonversinya menjadi energi listrik. Enegi listrik
hasil dari sel surya tersebut berupa arus DC dan bisa langsung digunakan atau bisa juga
menggunakan baterai sebagai sistem penyimpan sehingga dapat digunakan pada saat
dibutuhkan terutama pada malam hari. Beberapa karakteristik penting sel surya terdiri dari
tegangan open circuit (Voc), arus hubungan singkat (Isc), efek perubahan intensitas cahaya
matahari efek perubahan temperatur serta karakteristik tegangan-arus pada sel surya.
Tegangan open circuit (Voc) adalah tegangan yang dibaca pada saat arus tidak mengalir atau
bisa disebut juga arus sama dengan nol. Cara untuk mencapai open circuit (Voc) yaitu dengan
menghubungkan kutub positif dan kutub negatif modul surya dengan voltmeter, sehingga
akan terliat nilai tegangan open circuit sel surya pada voltmeter.

Arus short circuit (Isc) adalah arus maksimal yang dihasilkan oleh modul sel surya
dengan cara menge-short-kan kutub positif dengan kutub negatif pada modul surya. Dan nilai
Isc akan terbaca pada amperemeter. Arus yang dihasilkan modul surya dapat menentukan
seberapa cepat modul tersebut mengisi sebuah baterai. Selain itu, arus dari modul surya juga
menentukan daya maksimum dari alat yang digunakan.

2. Solar Charge Controller

Proses pengisian arus listrik dengan Sel Surya ke baterai tidak sama dengan pengisi
baterai konvensional (battery charger) yang menggunakan listrik. Hal ini disebabkan karena
arus listrik yang dihasilkan Sel Suryabisa besar, bisa juga kecil tergantung dari
penyinaran/radiasi matahari. Proses pengisian akan berlangsung selama ada radiasi matahari,
tidak melihat apakah baterai tersebut sudah penuh atau belum.

Sebagaimana diuraikan diatas hal ini bisa membahayakan dan mempercepat


kerusakan baterai. Oleh karena itu, diperlukan alat yang mampu mengendalikan baik
pengisian arus listrik kedalam baterai ketika baterai sudah penuh, maupun menghentikan
pengurasan listrik dari baterai pada saat baterai telah kosong.

Fungsi Solar Charge Controller:

a. Mengatur transfer energi dari modul PV  baterai  beban, secara efisien dan
semaksimal mungkin
b. Mencegah baterai dari pengisian arus listrik dan pengeluaran arus listrik dari baterai secara
berlebih
c. Membatasi daerah tegangan kerja baterai
d. Menjaga/ memperpanjang umur baterai
e. Mencegah beban berlebih dan hubung singkat
f. Melindungi dari kesalahan polaritas terbalik
g. Memberikan informasi kondisi sistem pada pemakai

3. Inverter

Inverter adalah perangkat elektronika yang dipergunakan untuk mengubah tegangan DC


(Direct Current) menjadi tegangan AC (Alternating Curent). Output suatu Inverter dapat
berupa tegangan AC dengan bentuk gelombang sinus (sine wave), gelombang kotak (square
wave) dan sinus modifikasi (sine wave modified). Sumber tegangan input Inverter dapat
menggunakan baterai, tenaga surya, atau sumber tegangan DC yang lain. Inverter dalam
proses konversi tegangan DC menjadi tegangan AC membutuhkan suatu penaik tegangan
berupa step up transformer.

Jenis Inverter

Ada beberapa jenis inverter yang berkembang hingga saat ini antara lain

a) Square Sine Wave Inverter

Square sine wave inverter adalah tipe inverter yang menghasilkan output gelombang persegi,
jenis inverter ini tidak cocok untuk beban AC tertentu seperti motor induksi atau transformer,
selain tidak dapat bekerja, square sine wave dapat merusak peralatan tersebut.
b) Modified Sine Wave Inverter

Modified sine wave inverter adalah tipe inverter yang menghasilkan output gelombang
persegi yang disempurnakan/persegi yang merupakan kombinasi antara square wave dan sine
wave. Inverter jenis ini masih dapat menggerakkan perangkat yang menggunakan kumparan,
hanya saja tidak maksimal serta faktor energy-loss yang masih cukup besar.

c) Pure Sine Wave Inverter

Pure sine wave inverter adalah jenis inverter yang menghasilkan output gelombang sinus
murni setara PLN. Inverter jenis ini diperlukan terutama untuk beban-beban yang
menggunakan kumparan induksi agar bekerja lebih mudah, lancar, dan tidak cepat panas.

d) Grid Tie Inverter Grid tie inverter adalah jenis spesial inverter yang dirancang untuk
memasukkan arus listrik ke sistem distribusi tenaga listrik yang sudah ada, misalkan
PLN/Genset. Inverter tersebut harus disinkronkan dengan frekuensi grid yang sama, biasanya
berisi satu atau lebih fitur maximum power point tracking untuk konversi jumlah maksimum
daya yang tersedia, dan juga termasuk fitur proteksi keselamatan.

4. Baterai

Baterai adalah alat penyimpan tenaga listrik arus searah (DC). Secara garis besar,
baterai dibedakan berdasarkan aplikasi dan konstruksinya. Berdasarkan aplikasi maka baterai
dibedakan untuk automotif, marine dan deep cycle. Deep cycle itu meliputi b baterai yang
biasa digunakan untuk PV (Photovoltaic) dan back up power. Sedangkan secara konstruksi
maka baterai dibedakan menjadi tipe basah, gel dan AGM (Absorbed Glass Mat). Battery
jenis AGM biasanya juga dikenal dgn VRLA (Valve Regulated Lead Acid). Baterai kering
Deep Cycle juga dirancang untuk menghasilkan tegangan yang stabil dan konsisten.
Penurunan kemampuannya tidak lebih dari 1-2% per bulan tanpa perlu di-charge.
Bandingkan dengan baterai konvensional yang bisa mencapai 2% per minggu untuk self
discharge. Konsekuensinya untuk charging pengisian arus ke dalam baterai Deep Cycle
harus lebih kecil dibandingkan baterai konvensional sehingga butuh waktu yang lebih lama
untuk mengisi muatannya. Antara tipe gel dan AGM hampir mirip hanya saja baterai AGM
mempunyai semua kelebihan yang dimiliki tipe gel tanpa memiliki kekurangannya.
Kekurangan tipe Gel adalah pada waktu dicharge maka tegangannya harus 20% lebih rendah
dari baterai tipe AGM ataupun basah. Bila overcharge maka akan timbul rongga di dalam
gelnya yg sulit diperbaiki sehingga berkurang kapasitas muatannya. Karena tidak ada cairan
yang dapat membeku maupun mengembang, membuat baterai Deep Cycle tahan terhadap
cuaca ekstrim yang membekukan. Itulah sebabnya mengapa pada cuaca dingin yang ekstrim,
kendaraan yang menggunakan baterai konvensional tidak dapat distart alias mogok.

Ada 2 rating untuk baterai yaitu CCA dan RC.

1. CCA (Cold Cranking Ampere) menunjukkan seberapa besar arus yang dapat dikeluarkan
serentak selama 30 detik pada titik beku air yaitu 0o Celcius.

2. RC (Reserve Capacity) menunjukkan berapa lama (dalam menit) baterai tersebut dapat
menyalurkan arus sebesar 25A sambil tetap menjaga tegangannya di atas 10,5 Volt.

2.2 Peralatan yang Digunakan

1. Mudul PV 

2. Modul beban Elektronik 

3. Baterai 

4. Kabel penghubung 

5. Multimeter digital 

2.3 Langkah Kerja


1. Hubungkan dua cell pada modul PV seperti pada gambar secara parallel dan hubungkan
kutup + dan - ke masing masing terminal keluaran Out + dan Out -seperti pada gambar 1 

2. Atur sudut sumber cahaya dan soiar ceil pada sudut 0° dan hidupkan sumber cahaya dari
lampu dengan intensitas maksimum 

3. Ukulah tegangan keluaran dengan multimeter digital. 

4. Hubungkan terminal out+ dan out- ke terminal beban+ dan beban - dari beban elektronik
seperti pada gambar 2

5. Hubungkan terminal BAT+ dan BAT- dari modul beban elektronik pada terminal + dan -
yakinkan polaritas benar 

6. Hidupkan modul elektronik dan catat yang terbaca pada monitornya dan pilih kunci untuk
merubah Duty ratio, ukur arus dan tegangan ke sefiap duty yang bersesuian seperti pada
table 
7. Buatlah karakteristik 1-V,MPP dan FF.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 TABEL HASIL PENGAMATAN

Current
Voltage (V) Current Power (mV) Voltage (V) Power (mV)
Duty (mA)
ukur (mA) ukur ukur display display
display
0 6,33 0,11 0,715 6,7 0 0
5 6,32 0,10 0,7062 6,7 0 0
10 6,31 0,10 0,7029 6,7 0 0
15 6,31 0,10 0,6996 6,7 0 0
20 6,30 0,10 0,6985 6,7 0 0
25 6,30 0,10 0,6985 6,7 0 0
30 6,29 0,10 0,6974 6,7 0 0
35 6,29 0,10 0,6974 6,7 0 0
40 6,28 0,10 0,6963 6,7 0 0
45 6,27 0,10 0,6963 6,6 0 0
50 6,27 0,10 0,6952 6,6 0 0
55 6,26 0,10 0,6941 6,6 0 0
60 6,26 0,10 0,693 6,6 0 0
65 6,26 0,10 0,6919 6,6 0 0
70 6,26 0,10 0,6919 6,6 0 0
75 6,23 0,10 0,6908 6,6 0 0
80 6,22 0,10 0,6908 6,6 0 0
85 6,22 0,10 0,6897 6,6 0 0
90 6,21 0,10 0,6886 6,6 0 0
95 6,20 0,10 0,6875 6,6 0 0
100 6,20 0,10 0,6875 6,6 0 0

3.2 Grafik Hasil Pengamatan


Grafik Tegangan dan Duty Cycle
6.35

6.3

6.25

6.2

6.15

6.1
0 20 40 60 80 100 120

Grafik Tegangan dan Duty Cycle


6.8

6.7

6.6

6.5

6.4

6.3

6.2

6.1

5.9
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100

Voltage (V) ukur Voltage (V) display


Grafik Tegangan dan Arus
6.35

6.3

6.25

6.2

6.15

6.1
0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18 0.2

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. semakin besar duty cycle maka Drop voltage jg akan Makin besar sehingga mengakibatkan
tegangan berkurang di alat ukur

2. Pada percobaan kali ini arus ke beban relatif konstan walaupun duty cycle berubah ubah

4.2 Saran

Semoga laporan ini dapat menjadi refrensi bagi semua pihak untuk dapat lebih mengerti
tentang mata kuliah Praktikum Energi Baru Terbarukan yang pada kali ini membahas
mengenai “ Praktikum Energi Surya Konvensional ”. Selain itu pada saat mengukur nilai
tegangan dan arus harus hati hati saat mengubah duty diharapkan lebih teliti agar didaptkan
hasil yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Bruce, J. W., Gray, M. A., & Follett, R. F. (2003). Personal digital assistant (PDA) based I2C
bus analysis. Consumer Electronics, IEEE Transactions on, 49(4), 14821487.

Gafurov, D., Helkala, K., & Søndrol, T. (2006). Biometric gait authentication using
accelerometer sensor. Journal of computers, 1(7), 51-59. Peng, F. Z., Shen, M., & Qian, Z.
(2005). Maximum boost control of the Z-source inverter. IEEE Transactions on power
electronics, 20(4), 833-838.
Rashid, M. 2001. Power Electronic Handbook. San Diego: Academic Press. Riawan, D. C., &
Nayar, C. V. (2007, December).

Analysis and design of a solar charge Controller using Cuk Converter. In Power Engineering
Conference, 2007. AUPEC 2007. Australasian Universities (pp. 1-6). IEEE.

Satwiko, S. 2012. Uji Karakteristik Sel Surya pada Sistem 24 Volt DC sebagai Catudaya
pada Sistem Pembangkit Tenaga Hybrid. , (April), pp.208–212.

Tri Retno, A. (2013). Kompas Penunjuk Arah Hadap Untuk Tunanetra Dengan Output Suara
Berbasis Mikrokontroller Atmega8 (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Yogyakarta).

Anda mungkin juga menyukai