KELOMPOK 6:
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta kasih
sayang dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada seluruh ciptaan- Nya, shalawat dan
salam semoga dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW.
Alhamdulillah berkat kemudahan yang diberikan Allah SWT, kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul "Penyakit Jantung Koroner"
Dalam Penyusunan makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan dan hambatan, hal
ini disebabkan oleh keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki. Kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya, dan bagi para pembaca pada
umumnya.Aamiin.
Kami sebagai penyusun sangat menyadari bahwa dalam Penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang ditujukan untuk membangun.
2
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.............................................7
A.Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia ........................................................................................7
a. stanting ......................................................................................................................................7
b. Angka Kematian Ibu & Angka Kematian Bayi.........................................................................8
c. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).............................................................................8
d. Penyakit Menular......................................................................................................................9
e. Penyakit Tidak Menular.............................................................................................................9
f. Persoalan kebijakan....................................................................................................................9
B. Strategi Paradigma Kesehatan............................................................................................11
C.Konsep Baru Tentang Makna Sehat ................................................................................12
BAB III
PENUTUP ....................................................................................................................................................
A. Kesimpulan............................................................................................................................................18
B. Saran.....................................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat adalah sebuah kondisi maksimal, baik dari fisik, mental dan sosial sehingga
dapat melakukan suatu aktifitas yang menghasilkan sesuatu. Kondisi tubuh yang sehat
pada manusia dapat kita lihat dari kebugaran tubuh. Dalam sebuah lingkungan
masyarakat terkadang mengalami beberapa masalah kesehatan, baik yang muda, tua,
wanita maupun pria.
Kondisi pembangunan kesehatan secara umum dapat dilihat dari status kesehatan dan
gizi masyarakat, yaitu angka kematian bayi, kematian ibu melahirkan, prevalensi gizi
kurang dan umur angka harapan hidup. Angka kematian bayi menurun dari 46 (1997)
menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup (2002–2003) dan angka kematian ibu
melahirkan menurun dari 334 (1997) menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (2002-
2003). Umur harapan hidup meningkat dari 65,8 tahun (1999) menjadi 66,2 tahun
(2003). Umur harapan hidup meningkat dari 65,8 tahun (Susenas 1999) menjadi 66,2
tahun (2003).Prevalensi gizi kurang (underweight) pada anak balita, telah menurun
dari 34,4 persen (1999) menjadi 27,5 persen (2004) dan Indonesia di urutan ketiga
terbanyak penderita kusta di dunia dengan jumlah penderita 18,994 orang (2012).
Bila dilihat permasalahan gizi antar provinsi terlihat sangat bervariasi yaitu terdapat 10
provinsi dengan prevalensi gizi kurang diatas 30% dan bahkan ada yang diatas 40%
yaitu di provinsi Gorontalo, NTB, NTT dan Papua. Kasus gizi buruk umumnya
menimpa penduduk miskin/tidak mampu. Di sisi lain masalah baru gizi seperti
4
kegemukan, terutama di wilayah perkotaan cenderung meningkat karena perubahan
gaya hidup masyarakat.
Kondisi umum kesehatan seperti dijelaskan di atas dipengaruhi oleh berbagai faktor
yaitu lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Sementara itu pelayanan
kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain ketersediaan dan mutu fasilitas
pelayanan kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan
dan manajemen kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan dasar, yaitu Puskesmas yang
diperkuat dengan Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling, telah didirikan di
hampir seluruh wilayah Indonesia. Saat ini, jumlah Puskesmas di seluruh Indonesia
adalah 9.993 unit, Puskesmas Pembantu 22.002 unit dan Puskesmas keliling 6.132
unit.
Di bidang obat dan perbekalan kesehatan telah ditetapkan standar Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB) dan jenis obat generik yang mencakup 220 obat. Penggunaan
obat generik dan obat tradisional cenderung mengalami kenaikan, dan 95 persen
kebutuhan obat nasional telah dipenuhi dalam negeri. Demikian juga dengan vaksin
dan sebagian alat-alat kesehatan. Walaupun demikian ketersediaan, mutu, keamanan
obat dan perbekalan kesehatan masih belum optimal serta belum dapat dijangkau
dengan mudah oleh masyarakat.
Dalam hal tenaga kesehatan, Indonesia mengalami kekurangan pada hampir semua
jenis tenaga kesehatan yang diperlukan. Permasalahan besar tentang SDM adalah
inefisiensi dan inefektivitas SDM dalam menanggulangi masalah kesehatan.
5
peraturan perundangan serta struktur organisasi kesehatan yang tidak konsisten.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas, tulisan ini secara khusus akan membahas
permasalahan :
1) Bagaimana gambaran masalah kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia saat
ini ?
2) Bagaimana strategi paradigma kesehatan dan konsep baru tentang makna sehat ?
3) Bagaimana mengetahui sasaran dan strategi utama pembangunan kesehatan ?
6
BAB II
PEMBAHASAN
Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk yang masih
perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak antara lain:
anemia pada ibu hamil, kekurangan kalori dan protein pada bayi dan anak-anak,
terutama di daerah endemic, kekurangan vitamin A pada anak, anemia pada kelompok
mahasiswa, anak-anak usia sekolah, bagaimana mempertahankan dan meningkatkan
cakupan imunisasi serta masalah yang kita hadapi saat ini tentang wabah virus yang
harus kita atau pemerintah perhatikan. Permasalahan tersebut harus ditangani secara
sungguh-sungguh karena dampaknya akan mempengaruhi kualitas bahan baku sumber
daya manusia Indonesia di masa yang akan datang.
Kirana Pritasari menyebutkan ada lima masalah kesehatan di Indonesia yang menjadi
fokus utama Kementrian Kesehatan.
Masalah kesehatan tersebut adalah Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi
(AKI/AKB), pengendalian Stunting, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (Germas), dan Tata Kelola Sistem Kesehatan.
a. stanting
Pada 2018 diasia tenggara indonesia menempati posisi ke-3 untuk jumlah stanting
terbanyak sekitar 9 juta anak dibawah umur 5 tahun. Data hasil studi riset gizi
indonesia mendata bahwa jumlah balita stanting diindonesi mencapai 20,7% itu
artinya terdapat 6,3 juta dari populasi 23 juta balita mengidap masalah stanting.
Tingginya kasus stanting ini memberikan implikasi buruk terhadap pembangunan
dan kemajuan diindonesia,stanting mengancam produkrivitas SDM karena rentang
diserang oleh penyakit. Stanting mengurangi daya saing SDM praktis kerugian
ekonomi yang harus ditanggung akibat beban stanting begitu signivikan. Langkah
awal untuk mengurangi stanting dengan memperbaiki literasi gizi masyarakat tanpa
melakukan upaya perbaikan gizi tentu saja akan sangat susah untuk dapat menurunkan
angka stanting sangat cepat, untuk itu prisiden jokowi meminta meski dalam pandemi
7
covid 19 layanan kesehatan bagi kelompok ibu hamil dan balita tetap tersedia dengan
baik termasuk juga dalam pemberian makanan tambahan hingga vitamin ibu
menyusui.
Sedangkan faktor tidak langsung disebabkan antara lain pernikahan muda, terlambat
mendapat rujukan dan perawatan, hingga, tingkat sosial, pendidikan, dan pengetahuan
yang tidak terlalu peduli dengan kehamilan.
Selain AKI, Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia juga tercatat tinggi. Meski data
menunjukan penurunan, jalan panjang memerangi AKB yang tinggi masih panjang.
Menurut data rilis BPS yang diakses Padangkita.com pada Rabu (19/2) menyatakan
bahwa angka kematian anak di Indonesia pada periode lima tahun sebelum survei
diperoleh adalah sebesar 15 per seribu kelahiran hidup hasil untuk angka kematian
neonatum, angka kematian bayi sebesar 24 per seribu kelahiran hidup, dan angka
kematian balita sebesar 32 per seribu kelahiran hidup.
8
d. Penyakit Menular
Penyakit menular juga menjadi penyumbang terbesar masalah kesehatan di Indonesia.
DBD, malaria, leptospirosis, flu babi, hingga HIV/AIDS adalah contoh penyakit
menular yang sudah ‘akrab’ dengan kehidupan masyarakat Indonesia.
Sejumlah langkah pun telah dilakukan sebagai solusi untuk mengatasi pelbagai
masalah kesehatan tersebut. Khusus HIV/AIDS, Pemerintah terus memperbaiki segala
elemen yang berkaitan dengan pengobatan penyakit ini, mulai dari tenaga medis,
fasilitas kesehatan, tata laksana penanganan, hingga laboratorium.
Diabetes, tekanan darah tinggi (hipertensi), dan tak ketinggalan, kanker, adalah
penyakit tidak menular lainnya yang sampai saat ini masih terus menghantui rakyat
Indonesia.
f. Persoalan kebijakan
Ini berarti, dari 262 juta jiwa di Indonesia, hanya sekitar 52 juta orang yang memiliki
kepedulian terhadap kebersihan lingkungan dan dampaknya terhadap kesehatan.
Hal tersebut bisa dipahami, sebab ada masalah infrastruktur yang belum merata dan
kurang memadai. Dari sekitar 9.599 puskesmas dan 2.184 rumah sakit yang ada di
Indonesia, sebagian besarnya masih berpusat di kota-kota besar.
9
Persoalan lain adalah juga menyangkut masalah distribusi yang belum merata,
khususnya tenaga kesehatan. Beberapa daerah masih banyak kekurangan tenaga
kesehatan, terutama dokter spesialis.
Data terakhir Kementerian Kesehatan masih mencatat, sebanyak 52,8 persen dokter
spesialis berada di Jakarta. Sementara di NTT dan provinsi di bagian Timur Indonesia
lainnya hanya sekitar 1-3 persen saja.
Masalah kesehatan tidak hanya ditandai dengan keberadaan penyakit, tetapi gangguan
kesehatan yang ditandai dengan adanya perasaan terganggu fisik, mental dan spiritual.
Gangguan pada lingkungan juga merupakan masalah kesehatan karena dapat
memberikan gangguan kesehatan atau sakit. Di negara kita mereka yang mempunyai
penyakit diperkirakan 15% sedangkan yang merasa sehat atau tidak sakit adalah
selebihnya atau 85%. Selama ini nampak bahwa perhatian yang lebih besar ditujukan
kepada mereka yang sakit. Sedangkan mereka yang berada di antara sehat dan sakit
tidak banyak mendapat upaya promosi. Untuk itu, dalam penyusunan prioritas
anggaran, peletakan perhatian dan biaya sebesar 85 % seharusnya diberikan kepada
85% masyarakat sehat yang perlu mendapatkan upaya promosi kesehatan.
Dengan adanya tantangan seperti tersebut di atas maka diperlukan suatu perubahan
paradigma dan konsep pembangunan kesehatan. Beberapa permasalahan dan
tantangan yang dihadapi dalam pembangunan kesehatan antara lain :
10
1. Masih tingginya disparitas status kesehatan. Meskipun secara nasional kualitas
kesehatan masyarakat telah meningkat, akan tetapi disparitas status kesehatan antar
tingkat sosial ekonomi, antar kawasan, dan antar perkotaan-pedesaan masih cukup
tinggi.
2. Status kesehatan penduduk miskin masih rendah.
3. Beban ganda penyakit. Dimana pola penyakit yang diderita oleh masyarakat adalah
penyakit infeksi menular dan pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit
tidak menular, sehingga Indonesia menghadapi beban ganda pada waktu yang
bersamaan (double burden)
4. Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih rendah.
5. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusinya tidak merata.
6. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat.
7. Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah.
8. Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Masih rendahnya kondisi kesehatan
lingkungan juga berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan
lingkungan merupakan kegiatan lintas sektor belum dikelola dalam suatu sistem
kesehatan kewilayahan.
9. Lemahnya dukungan peraturan perundang-undangan, kemampuan sumber daya
manusia, standarisasi, penilaian hasil penelitian produk, pengawasan obat tradisional,
kosmetik, produk terapetik/obat, obat asli Indonesia, dan sistem informasi.
11
Perubahan paradigma kesehatan dan pengalaman kita dalam menangani masalah
kesehatan di waktu yang lalu, memaksa kita untuk melihat kembali prioritas dan
penekanan program dalam upaya meningkatkan kesehatan penduduk yang akan
menjadi pelaku utama dan mempertahankan kesinambungan pembangunan.
Konsep sakit-sehat senantiasa berubah sejalan dengan pengalaman kita tentang nilai,
peran penghargaan dan pemahaman kita terhadap kesehatan. Dimulai pada zaman
keemasan Yunani bahwa sehat itu sebagai virtue, sesuatu yang dibanggakan sedang
sakit sebagai sesuatu yang tidak bermanfaat.
Filosofi yang berkembang pada saat ini adalah filosofi Cartesian yang berorientasi
pada kesehatan fisik semata-mata yang menyatakan bahwa seseorang disebut sehat
bila tidak ditemukan disfungsi alat tubuh. Mental dan roh bukan urusan dokter-dokter
melainkan urusan agama. Setelah ditemukan kuman penyebab penyakit batasan sehat
juga berubah. Seseorang disebut sehat apabila setelah diadakan pemeriksaan secara
seksama tidak ditemukan penyebab penyakit.
Di tahun lima puluhan kemudian definisi sehat WHO mengalami perubahan seperti
yang tertera dalam UU kesehatan RI No. 23 tahun 1992 telah dimasukkan unsur hidup
produktif sosial dan ekonomi.
12
Definisi terkini yang dianut di beberapa negara maju seperti Kanada yang
mengutamakan konsep sehat produktif. Sehat adalah sarana atau alat untuk hidup
sehari-hari secara produktif.
Setelah tahun 1974 terjadi penemuan bermakna dalam konsep sehat serta memiliki
makna tersendiri bagi para ahli kesehatan masyarakat di dunia tahun 1994 dianggap
sebagai pertanda dimulainya era kebangkitan kesehatan masyarakat baru, karena sejak
tahun 1974 terjadi diskusi intensif yang berskala nasional dan internasional tentang
karakteristik, konsep dan metode untuk meningkatkan pemerataan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat.
Setelah deklarasi Alma HFA-Year 2000 (1976), pertemuan Mexico (1990) dan
Saitama (1991) para ahli kesehatan dan pembuat kebijakan secara bertahap beralih
dari orientasi sakit ke orientasi sehat. Perubahan tersebut antara lain disebabkan oleh :
a. Transisi epidemiologi pergeseran angka kesakitan dan kematian yang semula
disebabkan oleh penyakit infeksi ke penyakit kronis, degeneratif dan kecelakaan.
b. Batasan tentang sehat dari keadaan atau kondisi ke alat/sarana.
c. Makin jelasnya pemahaman kita tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan penduduk.
Balonde (1974) dan diperkuat oleh Hendrik L. Blum (1974) dalam tulisannya secara
jelas mengatakan bahwa “status kesehatan penduduk bukanlah hasil pelayanan medis
semata-mata”. Akan tetapi faktor-faktor lain seperti lingkungan, perilaku dan genetika
justru lebih menentukan terhadap status kesehatan penduduk, dimana perubahan
pemahaman dan pengetahuan tentang determinan kesehatan tersebut, tidak diikuti
dengan perubahan kebijakan dalam upaya pelayanan kesehatan di Indonesia, seperti
membuat peraturan perundang-undangan yang penting dalam Undang-undang
kesehatan No. 23 tahun 1992 terutama yang berkaitan dengan upaya promotif dan
preventif sebagaimana tujuan program kesehatan dalam GBHN.
13
2. Upaya Kesehatan
14
3. Kebijakan Kesehatan Baru
Perubahan paradigma kesehatan yang kini lebih menekankan pada upaya promotif-
preventif dibandingkan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif diharapkan merupakan
titik balik kebijakan Depkes dalam menangani kesehatan penduduk yang berarti
program kesehatan yang menitikberatkan pada pembinaan kesehatan bangsa bukan
sekedar penyembuhan penyakit. Thomas Kuha menyatakan bahwa hampir setiap
terobosan baru perlu didahului dengan perubahan paradigma untuk merubah kebiasaan
dan cara berpikir yang lama. Upaya kesehatan di masa dating harus mampu
menciptakan dan menghasilkan SDM Indonesia yang sehat produktif sehingga obsesi
upaya kesehatan harus dapat mengantarkan setiap penduduk memiliki status kesehatan
yang cukup.
15
5. Indikator Kesehatan
Untuk mengukur status kesehatan penduduk yang tepat digunakan adalah indikator
positif, bukan hanya indikator negatif (sakit, mati) yang dewasa ini masih dipakai.
WHO menyarankan agar sebagai indikator kesehatan penduduk harus mengacu pada
empat hal sebagai berikut :
a. Melihat ada tidaknya kelainan patosiologis pada seseorang
b. Mengukur kemampuan fisik
c. Penilaian atas kesehatan sendiri
d. Indeks massa tubuh
6. Tenaga Kesehatan
Peranan dokter, dokter gigi, perawat dan bidan dalam upaya kesehatan yang
menekankan penyembuhan penyakit adalah sangat penting. Pengelolaan upaya
kesehatan dan pembinaan bangsa yang sehat memerlukan pendekatan holistic yang
lebih luas, menyeluruh, dan dilakukan terhadap masyarakat secara kolektif dan tidak
individual.
Tenaga kesehatan harus mampu mengajak, memotivasi dan memberdayakan
masyarakat, mampu melibatkan kerjasama lintas sektoral, mampu mengelola system
pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif, mampu menjadi pemimpin, pelopor,
pembinaan dan teladan hidup sehat.
7. Pemberdayaan Masyarakat
Masalah kesehatan pada dasarnya adalah masalah politik oleh karena itu untuk
16
memecahkan masalah kesehatan diperlukan komitmen politik. Dewasa ini masih
terasa adanya anggapan bahwa unsur kesehatan penduduk tidak banyak berperan
terhadap pembangunan sosial ekonomi.
Para penentu kebijakan banyak beranggapan sektor kesehatan lebih merupakan sektor
konsumtif ketimbang sektor produktif sebagai penyedia sumber daya manusia yang
berkualitas, sehingga apabila ada kegoncangan dalam keadaan ekonomi negara alokasi
terhadap sektor ini tidak akan meningkat
BAB III
PENUTUP
17
A. Kesimpulan
Selain itu, dalam paradigma sehat ini pengukuran derajat kesehatan masyarakat tidak
semata-mata dilihat dari penurunan kesakitan/kematian (dengan memakai indikator
negatif), tetapi lebih ditekankan pada pencapaian hasil peningkatan pada angka
kesehatan (indikator Positif). Nilai indikator positif ini diperoleh sebagai dampak dari
upaya kesehatan promotif yang telah dilaksanakan oleh tenaga kesehatan professional
dan didukung besarnya penempatan biaya upaya promotif yang sesuai.
Paradigma sehat mempunyai orientasi dimana upaya peningkatan kesehatan
masyarakat dititik beratkan pada :
1. Promosi kesehatan, peningkatan vitalitas penduduk yang tidak sakit (85%) agar
lebih tahan terhadap penyakit melalui olah raga, fitness dan vitamin.
2. Pencegahan penyakit melalui imunisasi pada ibu hamil, bayi dan anak.
3. Pencegahan pengendalian penanggulangan, pencemaran lingkungan serta
perlindungan masyarakat terhadap pengaruh buruk (melalui perubahan perilaku).
4. Memberi pengobatan bagi penduduk yang sakit, (15%) melalui pelayanan medis.
Paradigma sehat merupakan strategi pembangunan kesehatan untuk semua sehat di
tahun 2010, dimana mengarah kepada mempertahankan kondisi sehat dan tidak sakit
dan produktif yang dikenal dengan upaya promotif dan preventif ketimbang upaya
kuratif yang hanya menekankan pada upaya penanganan orang-orang sakit.
B. Saran
18
2. Komitmen dan kerjasama antara negara berkembang dengan negara maju.
3. Meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan karena merupakan salah satu faktor
penting dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan penduduk dalam upaya
pembangunan kesehatan khususnya di Indonesia.
4. Peningkatan pemberdayaan masyarakat, kerjasama dengan semua pelaku
pembangunan kesehatan, khususnya dengan Tim Penggerak Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) di semua jenjang administrasi pemerintahan dalam
pembangunan kesehatan.
5. Kebijaksanaan pembangunan kesehatan pada tahap sekarang ini harus diarahkan
pada upaya bagaimana membina bangsa yang sehat dan bukan bagaimana
menyembuhkan mereka yang sakit.
DAFTAR PUSTAKA
http://awalbros.com/anak/kenali-stunting-dan-cara-pencegahannya/
19
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20200218/1033051/5-fokus-masalah-
kesehatan-tahun-2020/#:~:text=Dalam%20rapat%20tersebut%20akan%20dibahas,dan
%20Tata%20Kelola%20Sistem%20Kesehatan.
https://uin-alauddin.ac.id/tulisan/detail/konsep-sehat-dan-sakit
https://www.bengkulunews.co.id/strategi-pembangunan-kesehatan-masyarakat-dan-
konsep-paradigma-sehat/
20