Anda di halaman 1dari 12

Mk : pemeriksaan fisik

Dosen : I MADE NURSANA S.Kep Ns.M.Kes

PEMERIKSAAN FISIK KEPALA, PEMERIKSAAN FISIK


WAJAH,DAN PEMERIKSAAN LEHER

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK III

AFNI / PO0220215003

FATIKA / PO0220215013

FARUL SALEWAANGA / PO0220215011

Fajar

POLTEKKES KEMENKES PALU

DIII KEPERAWATAN POSO

T.N 2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................1
PEMERIKSAAN FISIK KEPALA, PEMERIKSAAN WAJAH, DAN PEMERIKSAAN LEHER................................2
A. Pemeriksaan kepala....................................................................................................................2
a. Prosedur pemeriksaan fisik kepal...........................................................................................2
b. Pemeriksaan fisik muka..........................................................................................................3
c. Prosedur pemeriksaan fisik leher...........................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................9
PEMERIKSAAN FISIK KEPALA, PEMERIKSAAN WAJAH, DAN PEMERIKSAAN
LEHER
A. Pemeriksaan kepala
Pengkajian diawali dengan inspeksi dan palpasi. Posisi klien dapat duduk atau
berdiri ( tergantung kondisi klien ).
Inspeksi dilakukan dengan memperhatikan bentuk kepala yang abdormal dan
ukuran kepala ( besar pada hydrocephalus ). Lingkar kepala dapat diukur dengan pita
pengukur. Bagian yang juga perlu untuk dapat dilihat adalah ubun-ubun yang
menonjol, normal, atau cekung ( pada dehidrasi ). Pada trauma kepala dilihat ada
tidaknya perlukan/pembengkakan dan lain-lain.
Palpasi dilakukan untuk mengetaahui keadan rambut, massa, masa
pembekakan, nyeri tekan, dan kulit kepala.

a. Prosedur pemeriksaan fisik kepal

 Inspeksi
1. Atur posisi klien duduk atau berdiri.
2. Anjurkan untuk melepas penutup kepala, kaca mata, dll.
3. Lakukan inspeksi mengamati bentuk kepala, kesimetrisan dan keadaan kulit kepala.
4. Inspeksi penyebaran, ketebalan, kebesihan dan tekstur, warna rambut.
5. Ukuran, bentuk dan posisi kepala terhadap tubuh, Normal kepala tegak lurus dan
digaris tengah tubuh. Tulang kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal dibagian
anterior dan oksipital dibagian posterior.
 Palpasi
1. Atur posisi duduk atau berdiri.
2. Anjurkan untuk melepas penutup kepala, kaca mata.
3. Pakai sarung tangan (terutama jika terdapat luka/lesi dikepala).
4. Lakukan palpasi dengan gerakan memutar yang lembut menggunakan ujung jari,
lakukan mulai dari depan turun kebawah melalui garis tengah kemudian palpasi setiap
sudut garis kepala.
5. Rasakan apakah terdapat benjolan / massa, tanda bekas luka dikepala, pembengkakan,
nyeri tekan. Jika hal itu ditemukan perhatikan berapa besrnya / luasnya, bagaimana
konsistensinya, dan dimana kedudukannya, apakah didalam kulit, pada tulang atau
dibawah kulit terlepas dari tulang.
Gambar kepala

b. Pemeriksaan fisik muka


Pada daera muka/wajah dilihat kesimetrisan muka, apakah kulitnya normal, pucat,
sianosis, atau ikterus. Bagian muka keadaan normalnya adalah simetris kiri dan kanan.
Ketidak simetrisan muka menunjukkan adanya gangguan pada saraf ketuju (nervus fasialis ).
Selain itu juga diperiksa ada tidaknya gangguan sensorik didaera wajah. Pemeriksaan sensorik
dilakukan menggunakan perangsangan nyeri dengan menggunakan tusukan jarum perlahan-
lahaan. Pemeriksaan wajah pasien saat istirahat. Ada baiknya anda membuat pola sendiri
untuk ini. Pemeriksaan dimulai dari inspeksi umu, bergerak kemata, mulut, dan kemudian
leher.

1. Mata
Tujuan pengkajian mata adalah untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata. Dalam
setiap pengkajian selalu bandingkan antara mataa kanan dan kiri. Teknik yang
digunakan adalah inspeksi dan palpasi.
 Inspeksi
Dalam inspeksi yang dikaji adalah bagian-bagian mata ( bola mata, kelopak mata,
konjungtiva, sklera, daan pupil ), ketajaman penglihaatan ( visus ) dengan bantuan
kartu snellen, dan pemeriksaan lapangaan pandangan.
1. Secara umum untuk pemeriksaan fisik mata dilihat kelopak mata, konjungtiva
( pucaat ataau tidak ), sklera kuning atau tidaak. Mata yang kering dapat terjadi
pada gaangguan akibat defisiensi vitamin A. Mata udem/ hiperemia/sekret mata
berlebihan dapat terjadi karena adanya reaksi alergi, benda asing, perlukaan, dan
lain-lain.
Pada inspeksi mata juga dilihat adanya mata cekung seperti pada klien
dehidrasi. Dapat diamati pula ada tidaknya infeksi pada mata ( konjungtivitis atau
kreatitis dan lain-lain ).
2. Pemeriksaan visus ( ketajaman penglihataan )
Alat yang digunakan adalah Optotip dari snellen yang diletakkan sejarak 5 atau 6
meter dari klien. Pemeriksaan dilakukan berturut-turut pada kedua mata. Visus
normal = 5/5 atau 6/6. Bila mata klien hanya sanggup membaca jelas hingga pada
baris tertentu misalnya baris “ 4 meter “, maka pencatatan visusnya OD= 4/6 untuk
mata kanan, sedangkan mata kiri dicatat OS= 4/5 atau 4/6.
3. Funduskopi
Funduskopi merupakan pengkajian mata tingkat mahir. Pengkajian funduskopi
dilakukan untuk mengetahui susunan retina dengan menggunakan opthalmoscope.
Untuk dapat melakukan fonduskopi, maka diperlukan pengetahuan anatomi dan
fisiologi mataa yang memadai, serta ketrampilan khusus.

 Palpasi
Pemeriksaan palpasi pada bola mata untuk memeriksa secara kasar adanya peninggian
tekanan intraokuler misalnya pada penderita glukoma.
a. Prosedur pemeriksaan fisik mata
 Inspeksi kelopak mata
1. Amati endema palpebra pada kelopak mata.edema palpebra mudah tampak, cairan
edema mudah terkumpul di palpebra karena jaringan palpebra sangat longgar dan
akan lebih terlihat saat klien bangun tidur. Secara normal, edema palpebra akan
hilang/berkurang setelah beraktivitas dengan posisi tegak karena kemudian cairan
akan terkumpul di ekstremitas bawa ( secara hukum gravitasi ).
2. Amati kelopak mata yang selalu tertutup/tidak mampu membuka, disebut ptiosis
( contoh pada kasusu myastheniagravis ) dan kelopak mata yang tidak mampu
menutup rapat ( terus terbuka ), yang disebut lagopthalmus.
 Inspeksi konjungtiva dan sklera
1. Amati konjungtiva dan sklera dengan cara sebagai berikut :
a. Anjurkan klien untuk melihat kedepan
b. Amati konjungtiva untuk mengetahui ada tidaknya kemerah-merahan.
c. Pemeriksaan konjungtiva dilakukan dengan cara menarik kelopak mata bagian
bawah ke bawah dengan menggunakan ibu jari.
d. Amati keadaan konjungtiva dan kantong konjungtiva bagian bawah, catat bila
didapatkan warna yang tidak normal, misalnya anemik atau adanya pus ( infeksi ).

 Palpasi
Palpasi ditujukan untuk mengetahui tekanan bola mata dan adanya nyeri tekan. Untuk
mengukur tekanan bola mata secara khusus diperlukan tonometri yang memerlukan
keahlian khusus. Palpasi untuk mengetahui tekanan bola mata dapat dilakukan sebagai
berikut.
1. Beri tahu klien untuk duduk
2. Anjurkan klien untuk memejamkan mata
3. Lakukan palpasi pada kedua mata. Bila tekanan bola mata tinggi, maka akan
teraba keras.
2. Telinga
Telinga mempunyai fungsi sebagai alat pendengaran dan menjaga keseimbangan.
Pengkajian telinga secara umum bertujuan untuk mengetahui keadaan telinga luar,
seluran telinga, gendang telinga/membraan timpani, dan pendengaran.
b. Prosedur pemeriksaan fisik tilinga
Alat-alat yaang perlu siapkan adaalah spekulum telinga/othoscope ( otoskop )
 Inspeksi dan palpasi telinga
1. Pasien dalam posisi duduk.
2. Atur posisi duduk perawat menghadap pada sisi telinga yang akan dikaji
3. Diawali dengan mengamati telinga luar, perhaatikan adanya perubahan bentuk,
warna, lesi, maupun massa
4. Pengkajian palpasi dengan cara memegang telinga dengan ibu jari dan jari
penunjuk. Palpasi kartilago telinga luar dan catat bila ada nyeri
5. Tekan bagian tragus kedalam dan tekan pula tulang telinga dibawa daun telinga.
Bila ada peradangan, klien akan merasa nyeri
6. Selanjutnya pegang bagian pinggir daun telinga dan secara perlahan-lahan tarik
daun telinga ke atas kebelakang sehingga lubang telinga mudah diamati
7. Lihat lubang telinga, perhatiakan terhadap ada tidaknya peradangan, perdarahan,
maupun kotoran.
8. Masukan spekulum telinga secara hati-hati. Bila sudah tepat, letakan mata di atas
eye-piece
9. Amati membran timpani, perhatikan bentuk, warna, transparansi, kilau, perforasi,
atau adanya darah/cairan.
3. Hidung
Hidung dikaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung. Dimulai dari
bagian luar hidung, bagian dalam, lalu sinus-sinus. Bila memungkinkan, selama
pemeriksaan klien dalam posisi duduk.
c. Prosedur pemeriksaan fisik hidung
Alat-alat yang digunakan adalah : otoskop.speklum hidung, dan sumber penerang
/lampu.
Langkah-langkah inspeksi dan palpasi hidung bagian luar dan sinus-sinus adalah
sebagai berikut:
1. Perawat duduk menghadapi klien
2. Atur penerangan dan amati hidung bagian luar. Perhatikan bentuk tulang hidung
klien dari tiga sisi depan, samping, dan atas.
3. Perhatikan perubahan warna kulit hidung dan adanya pembekakan
4. Lanjutkan dengan melakukan palpasi hidung luar, catat bila ditemukan
ketidaknormalan tulang hidung.
5. Palpasi sinus maksilaris, flontalis, dan etmoidalis

Berikut adalah langka-langka inspeksi hidung bagian dalam


1. Duduk menghadap ke arah klien
2. Atur penerangan sehingga dapat menerangi lubang hidung
3. Elevasikan ujung hidung dengan cara menekan hidung secara ringan dengan
ibu jari, kemudian amati baagian aterior lubang hidung
4. Pasang spekulum hidung secara perlahan-lahan untuk mengamati rongga
hidung
5. Atur posisi kepala klien dengan sedikit menengadah untuk memudahkan
pengamatan rongga hidung
6. Amati bentuk dan posisi septum hidung, kartilago dan dinding rongga hidung
serta selaput lendir pada rongga hidung
7. Setelah selesai angkat spekulum perlahan-lahan.
Gambar hidung

Hidung letaknya di atas mulut dengan memiliki dua lubang hidung dan batang hidung di
bawah diantara kedua mata. Selain untuk memperindah wajah hidung juga memiliki fungsi
untuk mencium bau dan bernafas. Hidung juga di dalamnya memiliki rambut atau bulu yang
fungsinya untuk menyaring udara agar udara yang dihirup rongga hidung bersih dari debu.

4. Mulut dan faring


Pemeriksaan mulut dan faring harus dilakukan dengan pencahayaan yang baik
sehingga dapat melihat semua bagian dalam mulut. Pengkajian mulut dan faring
sebaiknya dilakukan dengan posisi klien duduk. Pengkajian diawali dengan mengkaji
keadaan bibir, gigi, gusi, lidah, selaput lendir, pipi bagian dalam, paltum/langit-langit,
mulut, tonsil, kemudian faring.
d. Prosedur pemeriksaan fisik mulut dan faring
Inspeksi mulut dan faring
1. Klien duduk menghadap dan sejajar dengan perawat
2. Amati bibir dan perhatikan adanya ketidaknormalan seperti bibir sumbing, warna
bibir yang tidak normal, ulkus, lesi, dan massa
3. Selanjutnya atur pencahayaan yang memadai untuk melihat rongga mulut klien
4. Ajurkan klien membuka mulut dan dengan menggunakan penekan/sudip lida
menekan lida ataupun pipi bagian dalam secara perlahan sehingga gigi, tonsil, dan
faring akan tampak jelas
5. Secara cepat dilakukan beberapa pengkajian berikut ini : amati keadaan gigi dan
perhatikan ukuran, warna, lesi, adanya karang gigi, karies, ataupun jumlah gigi
yang tanggal.
6. Perhatikan juga kebersihan rongga mulut dan bau mulut
7. Amati pula selaput lendir mulut, palatum, dan pipi bagian dalam secara sistematis
dan perhatikan warna, adanya pembekakan, peradangan, ulkus, serta perdarahan
8. Amati pula ukuran tonsil, yang dinyatakan dengan :
a. T 0 = tonsil tidak ada ( sudah dioperasi )
b. T 1 = ukuran yang normal ada
c. T 2 = pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
d. T 3 = pembesaran mencapai garis tengah
e. T 4 = pembesaran melewati garis tengah
9. Selanjutnya inspeksi faring dengan menganjurkan klien mengatakan “ ah “. Amati
keadaan faring terhadap kesemetrisan ovula.
 Berikut adalah langka-langka dalam melakukan palpasi mulut
1. Atur posisi klien agar menghadap perawat
2. Anjurkan klien agar membuka mulut
3. Palpasi pipi secara sistematis dengan ibu jari dan jari telunjuk lalu perhatikan
adanya tumor atau pembekakan. Bila ada pembekakan, gambarkan menurut
ukuran, konsistensi, dan adanya nyeri.
4. Lanjutkan dengan palpasi palatum dengan jari telunjuk dan rasakan adanya
pembengkakan dan fisura
5. Selanjutnya lanjutkan palpasi lida dengan cara klien dianjurkan menjulurkan
lidahnya, pegang lidah dengan kasa steril menggunakan tangan kiri. Dengan jari
telunjuk tangan kanan lakukan palpasi lidah terutama bagian belakang lidah.

Gambar mulut

Fungsi Lidah
Bersyukur bagi kita yang lidahnya masih bisa berfungsi sehingga bisa merasakan
berbagai macam rasa. berikut adalah fungsi lidah yang harus kita ketahui yaitu :

 Sebagai indra pengecap

 Alat bantu mengucap pada saat berbicara

 membantu letak makanan saat dikunyah dan membantu menelan makanan

 membantu mencerna makanan secara mekanik yang dilakukan oleh gigi.

5. Pemeriksaan fisik leher


Tujuan pengkajian leher adalah untuk mengetahui bentuk leher, serta organ-organ
penting yang berkaitan. Pengkajian dimulai dengan inspeksi daan palpasi. Inspeksi
dilakukan untuk melihat apakah ada kelainan kulit termaksut keadaan pucat, ikterus,
sianosis, dan tidaknya pembekakan. Pemeriksaan palpasi ditujukan untuk melihat
apakah ada massa yang teraba pada kelenjar limfe, kelenjar tiroid, dan trakea.

c. Prosedur pemeriksaan fisik leher

 Inspeksi
1. Lakukan inspeksi leher terhadap bentuk leher, warna kulit, adanya pembekakan,
jaringan parut, dan adaanya massa. Bentuk leher yang panjang dan ramping,
umumnya ditemukaan pada orgaan berbentuk ektomorf dengan gizi kurang atau
dengan TBC paru. Sementara leher pendek dan gemuk didapatkan padaa organ
berbentuk endomorf atau obesitas. Warna kulit leher secara normal sama dengan
warna kulit sekitarnya.
2. Selanjutnya lakukan inspeksi tiroid, dengan cara anjurkan klien untuk menelan dan
amati gerakaan kelenjar tiroid pada takik suprasternal

Berikut adalah langkah-langkah dalam memalpasi kelenjar limfe dan tiroid.


1. Letakkan tangan perawat pada leher klien
2. Palpasi pada fossa suprasternal dengan jari telunjuk dan jari tengah
3. Ajurkan klien untuk menelan untuk memudahkan palpasi
4. Palpasi dapat pula dilakukan dengan perawat berdiri dibelakang klien, tangan
diletakkan mengelilingi leher dan palpasi dilakikan dengan jari telunjuk dan
jari tengah
5. Bila teraba kelenjar tiroid, maka gambarkan bentuk, ukuran, konsistensi, dan
permukaannya.
6. Selanjutnya lakukan pula pemeriksaan kelenjar limfe.

Gambar leher dan fungsi

Fungsi leher secara umum yaitu untuk menghubungkan kepala dan badan atau berfungsi
sebagai penyangga kepala agar kepala bisa tegak, bisa mengangguk, menengok dan lain-lain.
Pada leher ada tenggorokan yang berfungsi sebagai saluran pencernaan dan saluran
pernafasan, selain itu leher juga sebagai tempat pita suara.
DAFTAR PUSTAKA

Tambunan, deswani,Kasim. Eviana S, 2012, Pemeriksaan fisik. jakarta. Salemba medikasr

Hidayat, A. Aziz Alimul. Uliyah Musrifatul. 2014. Pengantar Kebutuhan dasar manusia buku
1, edisi 2/Jakarta : selemba medika, 2014

Anda mungkin juga menyukai