Anda di halaman 1dari 17

Covid-19

dan
Pemanasan Global

Oleh :
Ni Putu Cetana Sri Handayani
23
XI MIA 1

PEMERINTAH PROVINSI BALI


DINAS PENDIDIKAN KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA
SMA NEGERI 1 AMLAPURA
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugrah, kesempatan
dan pemikiran kepada Penulis untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini merupakan
pengetahuan tentang Covid-19 dan Pemanasan Global, semua ini di rangkup dalam makalah ini,
agar pemahaman terhadap permasalahan lebih mudah di pahami, lebih singkat dan akurat.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang memberikan bimbingan,
arahan, bantuan dan dukungan dalam penyusunan makalah ini. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Kepala SMA Negeri 1 Amlapura Bapak Wayan Sugiana,S.Pd.,M.Pd selaku
penanggungjawab dari siswa-siswi SMA Negeri 1 Amlapura.
2. Bapak I Wayan Merta,S.Pd,M.Pd yang telah membagi ilmunya sehingga dapat
memahamkan penulis tentang Covid-19 dan Pemansan Global.
3. Keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa dalam setiap kegiatan yang
dijalani oleh Penulis.
4. Teman-teman kelas XI IPA 1 yang telah memberikan saran dan masukan dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, untuk menjadi lebih
sempurna lagi penulis membutuhkan kritik dan saran dari pihak lain untuk membagikannya kepada
Penulis demi memperbaiki kekurangan pada makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaaat bagi
siswa-siswi yang ingin memperluas pemahamannya mengenai Covid-19 dan Pemanasan Global.

Amlapura, 27 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ................................................................................................. i


Daftar Isi .......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 1
1.4 Manfaat .......................................................................................................... 1
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................... 2
2.1 Definisi Covid-19 ....................................................................................... 2
2.1.1 Cara Menanggulangi Covid-19 ............................................................. 2
2.2 Definisi Pemanasan Global ............................................................................ 3
2.2.1 Penyebab Pemanasan Global ................................................................ 4
2.2.2 Dampak Pemanasan Global .................................................................. 5
2.2.3 Solusi Pemanasan Global ...................................................................... 6
2.3 Hubungan Covid-19 dan Pemanasan Global ................................................. 6
2.3.1 Covid-19, Isolasi Warga, dan Emisi Global .......................................... 7
2.3.2 Pengaruh pandemi COVID-19 terhadap pemanasan global .................. 8
BAB III PEMBAHASAN .................................................................................. 10
3.1 Definisi Covid-19 .......................................................................................... 10
3.2 Definisi Pemanasan Global ........................................................................... 10
3.3 Hubungan Covid-19 dan Pemanasan Global ................................................ 11
BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 13
4.1 Kesimpulan ................................................................................................... 13
4.2 Saran ............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Covid-19 merupakan pandemi yang sangat meresahkan seluruh manusia di muka bumi ini.
Adanya virus ini menyebabkan begitu banyak kerugian di setiap Negara. Baik kerugian di
bidang politik, ekonomi , dan social .Adanya virus corona atau Covid-19 memilki hubungan
dengan pemanasan global yang semakin ektrem di era modern ini. Pemerintah di setiap
Negara sudah melakukan berbagai cara untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 , seperti
menerapkan kebijakan social distancing , ataupun lockdown. Kebijakan setiap Negara tersebut
berdampak positif terhadap lingkungan yang berkaitan dengan pemanasan global.
Dengan adanya kebijakan-kebijakan tersebut, dunia seakan berhenti untuk beberapa saat.
Pabrik-pabrik ditutup dan maskapai penerbangan berhenti beroperasi karena orang-orang
mengikuti anjuran untuk dinggal di rumah guna memperlambat penularan virus. Dengan
demikian, asap pembuangan yang berupa emisi karbon dari berbagai transportasi menjadi
berkurang. Asap tersebut merupakan salah satu gas rumah kaca yang kemudian naik ke
atmosfer bumi dan menyebabkan terjadinya pemanasan global.
Tetapi, adanya pandemi COVID-19 belum tentu mempengaruhi kondisi pemanasan global
secara signifikan karena masih banyak hal lain yang menjadi sumber gas rumah kaca. Karena
itu saya tertarik untuk menyusun makalah yang berjudul Kondisi .

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan Covid-19?
2. Apakah yang dimaksud dengan Pemanasan Global ?
3. Bagaimana Hubungan Covid-19 dengan Pemanasan Global ?

1.3Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang diamksud dengan Covid-19.
2. Untuk Mengetahui apa yang dimaksud dengan Pemanasan Global.
3. Untuk mengeahui hubungan Covid-19 dengan Pemanasan Global

1.3 Manfaat
1) Bagi penyusun
Dengan tersusunnya makalah ini, penyusun dapat memenuhi tugas tagihan belajar 1
bab 4. Selain itu penyusun juga dapat menerima pengetahuan tentang pemanasan
global dan pandemi COVID-19 dari berbagai sumber yang berbeda.
2) Bagi Pembaca
Dengan tersusunnya makalah ini, pembaca dapat menambah wawasan tentang
pemanasan global dan pandemi COVID-19.

1
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Definisi Covid-19


Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan
atau manusia. Beberapa jenis corona virus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas pada
manusia mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan
menyebabkan penyakit COVID-19. COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
jenis coronavirus yang baru ditemukan. Ini merupakan virus baru dan penyakit yang sebelumnya
tidak dikenal sebelum terjadi wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019.
Apa saja gejala- gejala Covid-19 ? Gejala-gejala COVID-19 yang paling umum adalah
demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit,
hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau diare, Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat
ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apa
pun dan tetap merasa sehat. Sebagian besar (sekitar 80%) orang yang terinfeksi berhasil pulih
tanpa perlu perawatan khusus. Sekitar 1 dari 6 orang yang terjangkit COVID-19 menderita sakit
parah dan kesulitan bernapas. Orang-orang lanjut usia (lansia) dan orang-orang dengan kondisi
medis yang sudah ada sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung atau diabetes,
punya kemungkinan lebih besar mengalami sakit lebih serius. Mereka yang mengalami demam,
batuk dan kesulitan bernapas sebaiknya mencari pertolongan medis.
Bagaimana cara COVID-19 menyebar? Orang dapat tertular COVID-19 dari orang lain
yang terjangkit virus ini. COVID-19 dapat menyebar dari orang ke orang melalui percikan-
percikan dari hidung atau mulut yang keluar saat orang yang terjangkit COVID-19 batuk atau
mengeluarkan napas. Percikan-percikan ini kemudian jatuh ke benda-benda dan permukaan-
permukaan di sekitar. Orang yang menyentuh benda atau permukaan tersebut lalu menyentuh
mata, hidung atau mulutnya, dapat terjangkit COVID-19. Penularan COVID-19 juga dapat terjadi
jika orang menghirup percikan yang keluar dari batuk atau napas orang yang terjangkit COVID-
19. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga jarak lebih dari 1 meter dari orang yang sakit.
WHO terus mengkaji perkembangan penelitian tentang cara penyebaran COVID-19 dan akan
menyampaikan temuan-temuan terbaru.
Apakah virus penyebab COVID-19 ini dapat menular melalui udara? Menurut penelitian
sejauh ini, virus penyebab COVID-19 ini umumnya menular melalui kontak dengan percikan dari
saluran pernapasan, bukan melalui udara. Lihat jawaban sebelumnya tentang “Bagaimana cara
COVID-19 menyebar?”
Apakah COVID-19 dapat menular dari orang yang tidak menunjukkan gejala? Cara utama
penyebaran penyakit ini adalah melalui percikan saluran pernapasan yang dihasilkan saat batuk.
Risiko penularan COVID-19 dari orang yang tidak ada gejala sama sekali sangatlah rendah.
Namun, banyak orang yang terjangkit COVID-19 hanya mengalami gejala-gejala ringan, terutama
pada tahap-tahap awal. Karena itu, COVID-19 dapat menular dari orang yang, misalnya, hanya
batuk ringan tetapi merasa sehat. WHO terus mengkaji perkembangan penelitian tentang cara
penyebaran COVID-19 dan akan menyampaikan temuan-temuan terbaru.
Apakah saya dapat tertular COVID-19 dari feses orang yang terjangkit penyakit ini? Risiko
penularan COVID-19 dari feses orang yang terinfeksi COVID-19 adalah kecil. Penelitian awal
memang mengindikasikan bahwa dalam kasus-kasus tertentu virus ini bisa ada di feses, tetapi
dalam konteks wabah yang sedang terjadi ini, rute penularan ini tidak menjadi kekhawatiran.
WHO terus mengkaji perkembangan penelitian tentang cara penyebaran COVID-19 dan
akan menyampaikan temuan-temuan terbaru. Namun demikian, karena risiko tetap ada (walaupun
kecil), hal ini memperkuat alasan mengapa kita harus rajin mencuci tangan setelah menggunakan
kamar mandi dan sebelum makan.

2.1.1 Cara menanggulangi Covid-19


Tetap ikuti informasi terbaru tentang wabah COVID-19 yang tersedia di situs web WHO
dan melalui Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan daerah Anda. Di banyak negara di
dunia, kasus dan bahkan wabah COVID-19 telah terjadi. Pemerintah Tiongkok dan pemerintah
beberapa negara lain telah berhasil memperlambat atau menghentikan wabah yang terjadi di
wilayahnya. Namun, situasi yang ada masih sulit diprediksi. Karena itu, tetaplah ikuti berita
terbaru.

2
Kita dapat mengurangi risiko terinfeksi atau menyebarkan COVID-19 dengan cara
melakukan beberapa langkah pencegahan:
1. Seringlah mencuci tangan Anda dengan air bersih mengalir dan sabun, atau cairan antiseptik
berbahan dasar alkohol. Mengapa? Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan
sabun, atau cairan antiseptik berbahan dasar alkohol dapat membunuh virus di tangan Anda.
2. Jaga jarak setidaknya 1 meter dengan orang yang batuk-batuk atau bersin-bersin. Mengapa?
Ketika batuk atau bersin, orang mengeluarkan percikan dari hidung atau mulutnya dan
percikan ini dapat membawa virus. Jika Anda terlalu dekat, Anda dapat menghirup percikan
ini dan juga virus COVID-19 jika orang yang batuk itu terjangkit penyakit ini.
3. HindariHindari menyentuh mata, hidung, dan mulut. Mengapa? Tangan menyentuh berbagai
permukaan benda dan virus penyakit ini dapat tertempel di tangan. Tangan yang
terkontaminasi dapat membawa virus ini ke mata, hidung atau mulut, yang dapat menjadi titik
masuk virus ini ke tubuh Anda sehingga Anda menjadi sakit.
4. PastikanPastikan Anda dan orang-orang di sekitar Anda mengikuti etika batuk dan bersin
dengan cara menutup mulut dan hidung dengan siku terlipat atau tisu saat batuk atau bersin
dan segera buang tisu bekas tersebut. Mengapa? Percikan dapat menyebarkan virus. Dengan
mengikuti etika batuk dan bersin, Anda melindungi orang-orang di sekitar dari virus-virus
seperti batuk pilek, flu dan COVID-19.
5. TetaplahTetaplah tinggal di rumah jika merasa kurang sehat. Jika Anda demam, batuk dan
kesulitan bernapas, segeralah cari pertolongan medis dan tetap memberitahukan kondisi Anda
terlebih dahulu. Ikuti arahan Dinas Kesehatan setempat Anda. Mengapa? Kementerian
Kesehatan dan Dinas Kesehatan daerah akan memiliki informasi terbaru tentang situasi di
wilayah Anda. Dengan memberitahukan kondisi Anda terlebih dahulu, petugas kesehatan yang
akan merawat Anda dapat segera mengarahkan Anda ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
tepat.

Langkah ini juga melindungi Anda dan membantu mencegah penyebaran virus dan infeksi lainnya.
6. Tetap ikuti informasi terbaru tentang hotspot-hotspot COVID-19 (kota atau daerah di mana
COVID-19 menyebar luas). Jika memungkinkan, hindari bepergian ke tempat-tempat tersebut –
terutama jika Anda sudah berusia lanjut atau mengidap diabetes, sakit jantung atau paru-paru
Mengapa? Kemungkinan tertular COVID-19 lebih tinggi di tempat-tempat tersebut.

2.2 Definisi Pemanasan Global


Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata
atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32
°F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad
ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat
aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh
setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-
negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa
kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global
akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.Perbedaan
angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-
gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun
sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air
laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas
rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang
lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang
ekstrem,serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain
adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan
yang diperkirakan akan terjadi pada masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-
perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain.

3
Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada,
tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau
untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan
negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah
pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

2.2.1 Penyebab Pemanasan Global


Pemanasan global ini terjadi karena beberapa hal berikut:
1. Boros Listrik
Penggunan listrik yang wajar dan sesuai kebutuhan tentu prilaku manusia bijak. Semua
orang menginginkan hal tersebut bisa di lakukan oleh setiap individu. Tapi, ternyata untuk
hemat dalam penggunaan listrik bukanlah pekerjaan yang mudah bagi sebagian besar
orang. Akibatnya, hal ini sebagai penyumbang pemanasan global terjadi. Himbaun atau
kampanye hemat listrik (save energy) sudah banyak di lakukan, tapi tetap saja banyak
rumah yang boros dalam pemakaian listrik.
2. Halaman Rumah tanpa pepohonan
Tumbuhan hijau atau pepohonan bisa membuat udara menjadi sejuk dan menetralkan suhu
udara sehingga bisa di simpulkan bahwa pohon (tumbuhan) bisa mengatasi suhu panas
yang tinggi. Jika memang benar demikian, maka selayaknya setiap rumah mau menanam
pohon di pekarangan rumahnya. Tapi hal ini juga tidak dilakukan oleh banyak rumah,
apakah lagi rumah di perkotaan yang lebih memilih membangun gedung daripada
menanam pepohonan hijau. Kalau setiap pekarangan atau halaman rumah tidak ada pohon,
maka wajarlah yang namanya pemanasan global itu terjadi.
3. Efek Rumah Kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Ketika energi ini tiba
permukaan Bumi, cahaya berubah menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan
Bumi akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembai sisanya. Sebagian dari
panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Sebagian dari
panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun
sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas
rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap
gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang
yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi.
Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi
terus meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan
semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang
terperangkap di bawahnya.Salah satu dari banyaknya pemanasan global terjadi karena
model rumah atau gedung dengan konsep rumah kaca. Sehingga dari rumah kaca
memantulkan cahaya ke udara, bukan menyerap sinar matahari. Jika satu atau dua rumah
saja maka tidak terlalu berdampak. Namun yang terjadi bukan saja rumah, gedung -gedung
pencakar langit pun memakai konsep bangunan kaca. Jika yang terjadi demikian, maka
pemanasan global adalah “prestasi” yang di hasilkan dari banyak rumah dan gedung yang
bermodelkan kaca.
4. Bahan Bakan Kenderaan
Bahan bakan dari kendaran selain mengganggu bagi kesehatan manusia, juga bisa
memberikan bertambahnya pemasanasan global dari polusi udara yang di hasilkan. Kita
ketahui, jumlah kendaraan terus bertambah, tidak ada pengurangan. Pengguna sepeda
motor dari tahun ketahun terus meningkat penggunanya. Begitu juga dengan pengendara
mobil tidak mau kalah. Sementara sepeda motor dan mobil yang lama tidak di musnahkan
atau tetap di biarkan beredar.
5. Polusi asap dari industri Pabrik
Dengan alasan membuka lapangan pekerjaan bagi rakyat Indonesia, maka banyak pabrik
industri yang tumbuh dan berkembang. Tidak lain dan tidak bukan untuk mensejahterakan
rakyat. Supaya bisa mendapatkan penghasilan dengan bekerja.Jika pernyataan di atas
benar, maka wajar jika kita mendapatkannya, ya mendapatkan rasa panasnya bumi karena
banyak polusi asap dari pabrik industri. Ini memang dilema, di satu sisi untuk kepentingan
rakyat, tapi di sisi lain mengorbankan eksistensi bumi.

4
6. Efek Umpan balik
Penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang
dihasilkannya, misalnya yaitu penguapan air. Pemanasan pada awalnya akan menyebabkan
lebih banyak uap air yang menguap ke atmosfer. Uap air merupakan salah satu gas rumah
kaca sehingga pemanasan akan berlanjut dan menambah jumlah uap air diudara sampai
tercapanya suatu keseimbangan konsentrasi uap air.

2.2.2 Dampak Pemanasan Global

Para ilmuwan telah memprediksikan bahwa pemanasan global yang terus meningkat ini,
akan menimbulkan beberapa dampak negatif bagi alam khususnya kehidupan di muka bumi.
Pemanasan global diperkirakan akan mempengaruhi kestabilan cuaca, populasi satwa,
produktivitas hasil pertanian, air laut, bahkan hingga kondisi sosial politik nantinya.
Berikut ini akibat yang ditimbulkan oleh terjadinya pemanasan global:
1. Kenaikan Permukaan Air Laut Seluruh Dunia
Para ilmuwan memprediksi peningkatan tinggi air laut di seluruh dunia karena mencairnya
dua lapisan es raksasa di Antartika dan Greenland. Banyak negara di seluruh dunia akan
mengalami efek berbahaya dari kenaikan air laut ini. Inilah mungkin yang faktor penyebab
tenggelamnya Ibu Kota Jakarta beberapa tahun mendatang sesuai dengan yang diprediksi
ilmuwan.
2. Peningkatan Terjadinya Badai
Tingkat terjadinya badai dan siklon semakin meningkat. Di dukung oleh bukti yang telah
ditemukan oleh para ilmuwan bahwa pemanasan global secara signifikan akan menyebabkan
terjadinya kenaikan temperatur udara dan lautan. Hal ini mengakibatkan terjadinya
peningkatan kecepatan angin yang dapat memicu terjadinya badai kuat.
3. Menurunnya Produksi Pertanian Akibat Gagal Panen
Diyakini bahwa, milyaran penduduk di seluruh dunia akan mengalami bencana kelaparan
karena faktor menurunnya produksi pangan pertanian akibat kegagalan panen. Ini disebabkan
oleh pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan iklim yang kurang kondusif bagi
tanaman pangan.
4. Makhluk Hidup Terancam Kepunahan
Berdasarkan penelitian yang dipublikasin di Nature, pada tahun 2050 mendatang,
peningkatan suhu dapat menyebakan terjadinya kepunahan jutaan spesies. Artinya, di tahun-
tahun mendatang keragaman spesies bumi akan jauh berkurang. Namun, semoga saja tidak
termasuk di dalamnya spesies manusia.
5. Terumbu Karang Menghilang
World Wide Fund for Nature (WWF) mengatakan bahwa pada kondisi terburuk,
pemanasan global bisa mengakibatkan populasi terumbu karang menghilang. Diperkirakan hal
itu bisa saja terjadi pada tahun 2100 terkait dengan meningkatnya temperature dan tingkat
keasaman lautan. Sekarang saja, dampaknya pada terumbu karang sudah terlihat. Banyak
terumbu karang yang mengalami pemutihan atau bleaching. Jika terumbu karang kolaps
(menghilang), maka ekosistem laut akan terganggu. Banyak flora maupun fauna laut yang akan
terancam punah.
6. Krisis Air Bersih
Hal ini tentunya akan mengancam manusia secara langsung. Karena air bersih merupakan
kebutuhan primer bagi kehidupan. Hal ini tejadi karena adanya penggundulan hutan. Jika hutan
terus menerus digunduli maka akan mengganggu siklus hidrologi air yang menyebabkan krisis
air bersih.
7. Wabah Penyakit
Perubahan iklim akan menyebabkan lonjakan epidemic sejumlah penyakit. Berbagai virus
umumnya tidak dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Namun , dengan kenaikan suhu
akibat perubahan iklim , virus yang tadinya hanya mampu berkembang dalam iklim tropis
kemudian menyebar ke daerah lain . Korea Institite of health and social Affairs (KIHASA)
menyatakan bahwa “Dalam kasus ekstrim , 1derajat kenaikan suhu akan mengakibatkan 6
persen dalam penyebaran penyakit”.

5
2.2.3 Solusi Pemanasan Global
1. Tanamlah pepohonan
Satu pohon berukuran agak besar dapat menyerap 6 kg CO2 per tahunnya. Jadi, dalam
waktu 40 tahun, pohon dapat menyerap 240 kg CO2. United Nations Environment
Programme (UNEP) melaporkan bahwa pembabatan hutan menyumbang 20% emisi gas
rumah kaca.3 Seperti kita ketahui, pohon menyerap karbon yang ada dalam atmosfer. Bila
mereka ditebang atau dibakar, karbon yang pernah mereka serap sebagian besar justru akan
dilepaskan kembali ke atmosfer. Maka, pikir seribu kali sebelum menebang pohon di
sekitar Anda.
2. Gunakan lampu hemat energy
Bila Anda mengganti 1 lampu di rumah Anda dengan lampu hemat energi, Anda dapat
menghemat 400 kg CO2 dan lampu hemat energi 10 kali lebih tahan lama daripada lampu
pijar biasa.
3. Cerdas dalam berkendara
Negara maju sudah banyak yang melakukan hal ini. Budaya berkendara dengan cerdas
sudah di contohkan oleh mereka. Budaya cerdas berkendara yang dimaksud adalah
berkendara dengan kendaraan ramah lingkungan seperti sepeda atau angkutan umum. Atau
jika jaraknya dekat bisa saja menempuhnya dengan cara jalan kaki.
4. Saluran Ventilasi rumah yang cukup
Jika Anda mau mencegah pemansan global masuk kerumah, maka yang Anda lakukan
selain memasang AC, adalah memperbanyak saluran ventilasi di rumah. Supaya angin bisa
masuk kedalam rumah dan memberikan kesejukan.
5. Daur ulang sampah organik
Tempat Pembuangan Sampah (TPA) menyumbang 3% emisi gas rumah kaca melalui
metana yang dilepaskan saat proses pembusukan sampah. Dengan membuat pupuk
5
Dokumen Bahan Ajar Global Warming Merta 2020 kompos dari sampah organik (misal
dari sisa makanan, kertas, daun-daunan) untuk kebun bisa membantu mengurangi masalah
ini.
6. Jadilah vegetarian
Hewan ternak seperti sapi atau kambing merupakan penghasil terbesar metana saat mereka
mencerna makanan mereka. Food and Agriculture Organization (FAO) PBB menyebutkan
produksi daging menyumbang 18% pemanasan global, lebih besar daripada sumbangan
seluruh transportasi di dunia (13,5%). Ahli iklim terkemuka PBB, yang merupakan Ketua
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) PBB, Dr. Rajendra Pachauri,
menganjurkan orang untuk berhenti makan daging untuk mengerem pemanasan global.

2.3 Hubungan Covid-19 dan Pemanasan Global


Pemanasan global memicu munculnya virus-virus baru, termasuk virus corona. Virus-virus
itu masuk tubuh manusia dalam rangka rebutan ruang hidup dalam seleksi alamiah. Semesta
bekerja dengan menyeleksi penghuninya. Teori Charles Darwin dalam The Origin of Species yang
terbit pada 1859 kian relevan hari-hari ini, tentang siapa yang menginfeksi dan siapa yang tengah
menyembuhkan bumi. Virus corona menyerang seluruh dunia dan menjadi pandemi yang
mencemaskan di era modern.
Virus yang pertama kali muncul di daerah Wuhan, China ini menyebar dengan sangat
cepat dan sudah menjangkit sekitar 8000 orang di belasan negara, setidaknya 700 orang lebih di
antaranya telah meninggal dunia. Virus corona merupakan virus yang menginfeksi saluran
pernapasan seperti hidung, sinus, dan tenggorokan. Hingga saat ini belum banyak informasi yang
diketahui tentang 2019-nCoV. Semuanya masih sebatas dugaan. Semua orang menjadi resah
karena gejalanya yang mirip sekali dengan flu. Hanya saja flu yang sangat parah.
Kepanikan semakin memuncak karena, saat ini, virus ini belum memiliki vaksin
penangkal. Berbagai macam teori konspirasi pun menyeruak, misalnya, dikatakan bahwa virus ini
merupakan senjata rahasia yang memang akan digunakan dalam perang, dan lain sebagainya, dan
lain seterusnya.
Masyarakat menjadi semakin panik. Segala informasi pun ditelan. Tak ada lagi
penyaringan. Namun jika Anda berkenan untuk mengalihkan fokus Anda sejenak dari jenis
informasi berbau konspirasi itu, percayakah Anda jika bisa jadi penemuan berbagai macam
penyakit baru berkelindan dengan perubahan iklim? Asumsi ini tentu hanya akan menarik minat
mereka yang tidak menganggap pemanasan global hanya sebatas konspirasi belaka, tentu saja.

6
Isu pemanasan global bisa jadi merupakan sebuah permasalahan yang dianggap klise oleh
sebagian orang. Bahkan mungkin sebagian besar dari kita tidak akan terkejut dan panik
mengetahui kemungkinan bahaya besar yang sudah siap mengepung kita, mulai dari mencairnya
es, kepunahan binatang, dan munculnya penyakit baru, diikuti dengan menurunnya daya tahun
tubuh kita dalam menghadapinya karena perubahan cuaca pula yang menyebabkannya. Mirisnya
, Pemanasan global tidak hanya mengancam ekosistem alam Bumi, tetapi juga berisiko memicu
penyakit akibat dari suhu yang terlampau ekstrem.
Salah satu dampak dari pemanasan global adalah munculnya berbagai wabah penyakit
terutama virus , contohnya adalah virus corona yang sedang menjadi pandemi di seluruh dunia.
Pemanasan global dapat menyebabkan penurunan imun / daya tahan tubuh akibat perubahan cuaca
sehingga memudahkan untuk virus masuk kedalam tubuh kita.
Perihal informasi terkait sumber infeksi virus corona memang belum lah jelas. Akan tetapi,
kemungkinan memburuknya penyebaran virus yang ditenggarai karena pengaruh musim perlu
menjadi catatan tersendiri. Di daerah dingin, penyebaran flu menjadi sangat cepat karena cuaca
dingin dan buruknya ventilasi udara. Logikanya, cuaca hangat seharusnya dapat menghambat laju
penyebaran virus. Sayangnya, tidak demikian. Penelitian-penelitian terbaru tidak mendukung
logika di atas.
Para ahli mengatakan bahwa perubahan iklim menjadi kambing hitam yang justru
memperburuk pandemi. Perubahan iklim telah memengaruhi bagaimana virus, seperti influensa
bahkan HIV, berkembang dan menyebar. Telah dibuktikan pula bahwa beberapa jenis flu yang
hanya bisa menjangkit saat musim dingin kini bisa bertahan di cuaca yang lebih hangat.
Ada beberapa jenis virus yang ditemukan di Asia ketika musim panas. Virus-virus ini
dibawa oleh burung-burung yang sedang melakukan imigrasi. Namun, ini bukan sepenuhnya salah
burung. Perubahan iklim telah mengacaukan rute imigrasi mereka. Berubahnya rute imigrasi ini
memungkinkan burung untuk berinteraksi dengan spesies burung lainnya. Interaksi ini yang
kemudian menelurkan bukan spesies burung baru, namun jenis influensa baru.
Burung-burung ini yang pada akhirnya menularkan dan membawa virus-virus baru ini ke
seluruh dunia. Pengaruh cuaca di berbagai tempat lalu menyebabkan derajat infeksi yang variatif.
Bagi para pakar, hingga saat ini memprediksi flu masih menjadi hal yang sulit, mengingat ada
banyak faktor yang terkait satu sama lain.
Meskipun kita tahu pasti, bagaimana kita nantinya ketika penyakit baru itu menjangkit dan
berubah menjadi sebuah pandemi. Apa yang sudah terjadi mungkin menjadi sebuah cermin
ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi berbagai bahala apa yang disebabkan karena
perbuatan yang sudah manusia tuai.
Dalam beberapa dekade mendatang, degradasi ekologis, kenaikan suhu, dan peristiwa
cuaca ekstrem dapat mengintensifkan ancaman terhadap kesehatan manusia yang ditimbulkan oleh
virus. Ini terjadi di epidemi sebelumnya, bahwa perubahan suhu, curah hujan, dan kelembaban
dapat memiliki efek mendalam pada penyebaran penyakit menular.
Perubahan iklim memungkinkan untuk memperpanjang musim penularan dari penyakit-
penyakit yang ditularkan melalui vektor dan mengubah jangkauan geografisnya.
Pada musim panas 1878, misalnya, Amerika Serikat bagian selatan dilanda wabah demam
kuning, suatu penyakit virus yang secara tidak langsung menular antar manusia melalui nyamuk
Aedes aegypti . Sekitar 100.000 orang terjangkit penyakit ini, dan hingga 20.000 orang kehilangan
nyawa. Beberapa perkiraan menyebutkan biaya ekonomi setinggi USD200 juta.
Di Indonesia, perubahan iklim menyebabkan meningkatnya kasus demam berdarah yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Sepanjang pertama kali
kasus demam berdarah di Indonesia ada, hingga Maret 2020 telah mencapai lebih dari 16.000
kasus.
Bahkan Kejadian Luar Biasa (KLB) ditetapkan di Kabupaten Sikka karena wabah ini.
Perubahan iklim berkonstribusi pada meningkatnya curah hujan, di mana menyebabkan
banyaknya genangan air sebagai tempat berkembang biaknya nyamuk.
Kelembapan udara juga mempengaruhi jarak terbang dan umur nyamuk. Dan ini hanya
satu kasus penyakit yang disebabkan virus, sementara banyak penyakit virus menular lainnya, tak
terkecuali pandemi virus corona yang kini sedang berlangsung.

2.3.1 Covid-19, Isolasi Warga, dan Emisi Global


Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) telah membuat orang-orang mengisolasi diri;
mengubah perilaku dan pola keseharian mereka untuk menangkal atau menghindari wabah yang
mematikan tersebut. Sejumlah tempat di lockdown dan kegiatan lebih banyak dilakukan di rumah
saja. Hal ini menimbulkan beberapa efek pada lingkungan.

7
Ketika industri, jaringan transportasi, dan berbagai kegiatan bisnis dihentikan, maka yang
dihasilkan adalah penurunan emisi karbon secara tiba-tiba. Aktivitas ekonomi menurun, seiring
dengan penggunaan sumber energi utama (batu bara dan minyak bumi) juga menurun. Ujungnya
emisi karbon dioksida juga menurun. Selama masa karantina, industri-industri utama di Tiongkok
beroperasi pada tingkat yang jauh lebih rendah dari normal. Sementara penggunaan batu bara di
enam pembangkit listrik terbesar Tiongkok turun 40 persen (Axios, 8/3/2020). Menurut data
Carbon Brief (4/3/2020) pada awal tahun di Tiongkok emisi turun 25 persen.
Tiongkok ialah pencemar industri yang sangat besar sehingga bahkan penurunan sementara
seperti itu mempunyai dampak yang mencolok pada lingkungan. Proporsi hari dengan good quality
air (kualitas udara yang baik) naik 11,4 persen dibandingkan dengan waktu yang sama tahun lalu.
Dalam catatan Kementerian Ekologi dan Lingkungan RRT (2020), hal itu terjadi pada 337 kota di
seluruh Tiongkok. Penurunan tiga minggu kira-kira sama dengan jumlah karbon dioksida yang
dikeluarkan negara bagian New York (Myllyvirta, 2020) dalam setahun penuh (sekitar 150 juta
metrik ton).
Di Eropa, citra satelit menunjukkan emisi nitrogen dioksida (NO2) memudar di Italia
Utara. Kisah serupa terjadi di Spanyol dan Inggris (data Badan Antariksa Eropa: 13/3/2020).
Dilansir dari BBC (19/3/2020), dibandingkan dengan tahun lalu, tingkat polusi di New York telah
berkurang hampir 50 persen karena langkah-langkah untuk menghadang laju penyebaran virus ini.
Covid-19 juga berhasil mengganggu sejumlah acara yang terkait dengan industri bahan bakar fosil.
Geneva Motor Show ke 90 yang rencananya bakal dilaksanakan tanggal 5 hingga 15 Maret
2020, dibatalkan oleh Pemerintah Swiss. Untuk menangkal menyebarnya Coronavirus, semua
kegiatan kerumunan kini dilarang, termasuk acara yang lebih dari 1.000 tamu undangan itu. Di
Houston, Texas, pertemuan tahunan eksekutif raksasa minyak dan gas CeraWeek juga dibatalkan,
seperti halnya grand prix Formula Satu di Shanghai. Lebih banyak penghematan karbon juga
datang dari pembatalan konferensi internasional. Donald Trump telah menunda pertemuan puncak
14 Maret dengan para pemimpin Asosiasi Bangsa Bangsa Asia Tenggara. London Book Fair (10-
12 Maret 2020), Mobile World Congress (Pameran Dagang Tahunan Industri Kumunikasi Seluler)
di Barcelona pada awal Maret, Game Developers Conference (Konferensi Pengembang Game) di
San Francisco pada pertengahan Maret, Adobe Summit 2020 pada akhir Maret di Las Vegas.
Bahkan festival akbar seperti South by Southwest (festival film, musik dan konferensi media
tahunan) yang rencananya bakal dilaksanakan di Austin, Texas, pada 13-22 Meret 2020, semuanya
telah dibatalkan –yang berarti ribuan ton lebih CO2 dari penerbangan yang diambil oleh delegasi
internasional. Efek yang lebih besar kemungkinan berasal dari penundaan Art Dubai, pameran seni
terbesar di Timur Tengah.
Penutupan Tokyo Disneyland dan Disneysea selama beberapa minggu, atau taman hiburan
Universal Studios di Osaka, Shanghai, Disneyland, dan tempat-tempat wisata lainnya yang
biasanya menarik puluhan ribu pengunjung setiap hari, juga diperkirakan akan menghasilkan lebih
sedikit penerbangan. Menurut data Flightradar24, lalu lintas udara komersial global 7,2 persen
lebih rendah pada Maret 2020 dibandingkan dengan bulan yang sama di tahun 2019.
Transportasi merupakan salah satu penyuplai emisi karbon terbesar di dunia, yang mana
masih kuat ditopang oleh energi fosil. Berdasarkan perkiraan International Council on Clean
Transportation, sektor penerbangan bertanggung jawab atas 17 persen dari total emisi CO2
penerbangan penumpang pada tahun 2018. Menurut perhitungan Carbon Brief, suspensi dan
pembatalan penerbangan yang sedang berlangsung beberapa pekan terakhir telah mengurangi
emisi CO2 global dari penerbangan penumpang sekitar 11 persen (3Mt).

2.3.2 Pengaruh pandemi COVID-19 terhadap pemanasan global


Sejak diberlakukannya social distancing akibat pandemi corona ini, masyarakat diminta
untuk melakukan aktivitas di rumah saja, baik itu belajar maupun bekerja dari rumah dengan
memanfaatkan teknologi yang ada. Selama diterapkannya hal tersebut, sekolah dan kampus
diliburkan, kendaraan-kendaraan pribadi dilarang digunakan, kantor serta pabrik-pabrik juga
dihentikan sementara. Hal ini tentunya sempat menghentikan roda perekonomian di negara
tersebut, apalagi China dikenal sebagai salah satu negara industri terbesar di dunia.
7
Hal ini dapat menurunkan kadar emisi karbon ke atmosfer bumi. Faktor utama yang
berperan dalam mengurangi emisi salah satu gas rumah kaca ini adalah berkurangnya atau bahkan
berhentinya aktivitas transportasi dan industri yang terjadi di sebagian negara yang menjadi
pandemi coronavirus ini.

8
Dengan menurunnya kadar emisi karbon yang merupakan salah satu gas rumah kaca,
artinya resiko terjadinya pemanasan global berkurang. Tetapi menurunnya kadar emisi karbon ini
belum cukup untuk mengurangi resiko terjadinya pemanasan global. Mengingat pengurangan
emisi karbon ini terjadi dalam keadaan luar biasa dan bukan karena perubahan struktural, para
ilmuwan memprediksi bahwa perubahan ini tidak akan berlangsung lama. Mungkin akan kembali
seperti sebelum COVID-19 mewabah.
Menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB), Breakthrough Institute memproyeksikan
penurunan emisi CO2 global. Hasilnya menunjukkan, terjadi pengurangan sekitar 0,5 hingga 2,2
persen sebagai respons terhadap pandemi COVID-19. Meski begitu, angka tersebut masih belum
cukup untuk mencapai target Perjanjian Paris. Laporan PBB November lalu menyatakan bahwa
untuk mencapai tujuan dalam Perjanjian Paris, emisi harus turun 7,6 persen per tahun, hingga 10
tahun berikutnya. Sehubungan dengan pandemi ini, konferensi perubahan iklim PBB COP26, yang
direncanakan dihelat akhir tahun ini, telah ditunda hingga tahun 2021. Para ilmuwan menganggap
bahwa penundaan tersebut menjadi peluang agar pemerintah bisa lebih fokus memerangi pandemi
COVID-19.
Dengan demikian, masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa pandemi COVID-19
dapat mempengaruhi kondisi pemanasan global secara signifikan, karena penurunan kadar emisi
karbon yang merupakan salah satu dari gas rumah kaca tidak cukup untuk mengurangi resiko
terjadinya pemanasan global.

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Definisi Covid-19


Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan
atau manusia. Beberapa jenis corona virus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas pada
manusia mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan
menyebabkan penyakit COVID-19. COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
jenis coronavirus yang baru ditemukan. Ini merupakan virus baru dan penyakit yang sebelumnya
tidak dikenal sebelum terjadi wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019.
Adapun, gejala-gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk
kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, sakit
tenggorokan atau diare.
COVID-19 dapat menyebar dari orang ke orang melalui percikan-percikan dari hidung atau
mulut yang keluar saat orang yang terjangkit COVID-19 batuk atau mengeluarkan napas.
Percikan-percikan ini kemudian jatuh ke benda-benda dan permukaan-permukaan di sekitar.
Orang yang menyentuh benda atau permukaan tersebut lalu menyentuh mata, hidung atau
mulutnya, dapat terjangkit COVID-19. Penularan COVID-19 juga dapat terjadi jika orang
menghirup percikan yang keluar dari batuk atau napas orang yang terjangkit COVID-19. Oleh
karena itu, penting bagi kita untuk menjaga jarak lebih dari 1 meter dari orang yang sakit. Cara
menanggulangi Covid-19 , yaitu :
1. Seringlah mencuci tangan Anda dengan air bersih mengalir dan sabun, atau cairan
antiseptik berbahan dasar alkohol.
2. Jaga jarak setidaknya 1 meter dengan orang yang batuk-batuk atau bersin-bersin.
3. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut.
4. Pastikan Anda dan orang-orang di sekitar Anda mengikuti etika batuk dan bersin dengan
cara menutup mulut dan hidung dengan siku terlipat atau tisu saat batuk atau bersin dan
segera buang tisu bekas tersebut.
5. Tetaplah tinggal di rumah jika merasa kurang sehat. Jika Anda demam, batuk dan kesulitan
bernapas, segeralah cari pertolongan medis dan tetap memberitahukan kondisi Anda
terlebih dahulu. Ikuti arahan Dinas Kesehatan setempat Anda.
6. Tetap ikuti informasi terbaru tentang hotspot-hotspot COVID-19 (kota atau daerah di mana
COVID-19 menyebar luas). Jika memungkinkan, hindari bepergian ke tempat-tempat
tersebut – terutama jika Anda sudah berusia lanjut atau mengidap diabetes, sakit jantung
atau paru-paru.

3.2 Definisi Pemanasan Global


Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata
atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat
0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate
Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak
pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas
rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca.
Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik,
termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat
beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC
tersebut. Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan
global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Berikut
beberapa penyebab terjadinya pemanasan global , yaitu :
1. Boros Listrik
2. Halaman Rumah Tanpa Pepohonan
3. Efek Rumah Kaca
4. Bahan Bakar Kendaraan
5. Polusi Asap Dari Industri Pabrik
6. Efek Umpan Balik
Para Ilmuwan memprediksi bahwa pemanasan global terus meningkat ini , akan menimbulkan

10
beberapa dampak negative , yaitu sebagai berikut :
1. Kenaikan Permukaan Air Laut
2. Peningkatan terjadinya badai
3. Menurunnya produksi pertanian akibat gagal panen
4. Makhluk hidup terancam kepunahan
5. Terumbu Karang menghilang
6. Krisis air bersih
7. Wabah Penyakit
Lalu bagaimana solusi untuk menanggulangi pemanasan global ? Berikut solusinya :
1. Tanamlah Pepohonan
2. Gunakan lampu hemat energy
3. Cerdas dalam berkendara
4. Saluran ventilasi rumah yang cukup
5. Daur ulang sampah organic
6. Jadilah Vegetarian

Dari pengertian pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pemanasan global adalah suatu
peristiwa atau proses meningkatnya rata-rata suhu pada atmosfer bumi, permukaan laut, dan juga
di daratan bumi yang disebabkan oleh meningkatnya kadar gas rumah kaca sehingga terjadi
perubahan iklim bumi yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu.

3.3 Hubungan Covid-19 dan Pemanasan Global


Pemanasan global memicu munculnya virus-virus baru, termasuk virus corona. Virus-virus
itu masuk tubuh manusia dalam rangka rebutan ruang hidup dalam seleksi alamiah. Semesta
bekerja dengan menyeleksi penghuninya. Teori Charles Darwin dalam The Origin of Species yang
terbit pada 1859 kian relevan hari-hari ini, tentang siapa yang menginfeksi dan siapa yang tengah
menyembuhkan bumi. Virus corona menyerang seluruh dunia dan menjadi pandemi yang
mencemaskan di era modern. virus yang pertama kali muncul di daerah Wuhan, China ini
menyebar dengan sangat cepat dan sudah menjangkit sekitar 8000 orang di belasan negara,
setidaknya 700 orang lebih di antaranya telah meninggal dunia. Virus corona merupakan virus
yang menginfeksi saluran pernapasan seperti hidung, sinus, dan tenggorokan.
Isu pemanasan global bisa jadi merupakan sebuah permasalahan yang dianggap klise oleh
sebagian orang.
Bahkan mungkin sebagian besar dari kita tidak akan terkejut dan panik mengetahui
kemungkinan bahaya besar yang sudah siap mengepung kita, mulai dari mencairnya es, kepunahan
binatang, dan munculnya penyakit baru, diikuti dengan menurunnya daya tahun tubuh kita dalam
menghadapinya karena perubahan cuaca pula yang menyebabkannya. Mirisnya , Pemanasan
global tidak hanya mengancam ekosistem alam Bumi, tetapi juga berisiko memicu penyakit akibat
dari suhu yang terlampau ekstrem.
Salah satu dampak dari pemanasan global adalah munculnya berbagai wabah penyakit
terutama virus , contohnya adalah virus corona yang sedang menjadi pandemi di seluruh dunia.
Pemanasan global dapat menyebabkan penurunan imun / daya tahan tubuh akibat perubahan cuaca
sehingga memudahkan untuk virus masuk kedalam tubuh kita.
Perihal informasi terkait sumber infeksi virus corona memang belum lah jelas. Akan tetapi,
kemungkinan memburuknya penyebaran virus yang ditenggarai karena pengaruh musim perlu
menjadi catatan tersendiri. Di daerah dingin, penyebaran flu menjadi sangat cepat karena cuaca
dingin dan buruknya ventilasi udara. Logikanya, cuaca hangat seharusnya dapat menghambat laju
penyebaran virus. Sayangnya, tidak demikian. Penelitian-penelitian terbaru tidak mendukung
logika di atas.
Para ahli mengatakan bahwa perubahan iklim menjadi kambing hitam yang justru
memperburuk pandemi. Perubahan iklim telah memengaruhi bagaimana virus, seperti influensa
bahkan HIV, berkembang dan menyebar. Telah dibuktikan pula bahwa beberapa jenis flu yang
hanya bisa menjangkit saat musim dingin kini bisa bertahan di cuaca yang lebih hangat.
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) telah membuat orang-orang mengisolasi diri;
mengubah perilaku dan pola keseharian mereka untuk menangkal atau menghindari wabah yang
mematikan tersebut. Sejumlah tempat di lockdown dan kegiatan lebih banyak dilakukan di rumah
saja. Hal ini menimbulkan beberapa efek pada lingkungan. Ketika industri, jaringan transportasi,
dan berbagai kegiatan bisnis dihentikan, maka yang dihasilkan adalah penurunan emisi karbon
secara tiba-tiba. Aktivitas ekonomi menurun, seiring dengan penggunaan sumber energi utama
(batu bara dan minyak bumi) juga menurun.

11
Ujungnya emisi karbon dioksida juga menurun. Selama masa karantina, industri-industri utama di
Tiongkok beroperasi pada tingkat yang jauh lebih rendah dari normal. Sementara penggunaan batu
bara di enam pembangkit listrik terbesar Tiongkok turun 40 persen. Menurut data Carbon Brief
pada awal tahun di Tiongkok emisi turun 25 persen.
Sejak diberlakukannya social distancing akibat pandemi corona ini, masyarakat diminta
untuk melakukan aktivitas di rumah saja, baik itu belajar maupun bekerja dari rumah dengan
memanfaatkan teknologi yang ada. Hal ini , dapat menurunkan kadar emisi karbon ke atmosfer
bumi. Faktor utama yang berperan dalam mengurangi emisi salah satu gas rumah kaca ini adalah
berkurangnya atau bahkan berhentinya aktivitas transportasi dan industri yang terjadi di sebagian
negara yang menjadi pandemi coronavirus ini.
Namun, masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa pandemi COVID-19 dapat
mempengaruhi kondisi pemanasan global secara signifikan, karena penurunan kadar emisi karbon
yang merupakan salah satu dari gas rumah kaca tidak cukup untuk mengurangi resiko terjadinya
pemanasan global.

12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan
atau manusia. Beberapa jenis corona virus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas
pada manusia mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus jenis baru yang ditemukan menyebabkan penyakit COVID-19. COVID-19
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan. Ini
merupakan virus baru dan penyakit yang sebelumnya tidak dikenal sebelum terjadi wabah
di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019.
2. Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata
atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah
meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu
rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh
meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek
rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan
akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi,
masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang
dikemukakan IPCC tersebut. Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC
menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5
°F) antara tahun 1990 dan 2100.
3. Pemanasan global memicu munculnya virus-virus baru, termasuk virus corona. Virus-virus
itu masuk tubuh manusia dalam rangka rebutan ruang hidup dalam seleksi alamiah.
Semesta bekerja dengan menyeleksi penghuninya. Teori Charles Darwin dalam The Origin
of Species yang terbit pada 1859 kian relevan hari-hari ini, tentang siapa yang menginfeksi
dan siapa yang tengah menyembuhkan bumi. Virus corona menyerang seluruh dunia dan
menjadi pandemi yang mencemaskan di era modern. virus yang pertama kali muncul di
daerah Wuhan, China ini menyebar dengan sangat cepat dan sudah menjangkit sekitar
8000 orang di belasan negara, setidaknya 700 orang lebih di antaranya telah meninggal
dunia. Virus corona merupakan virus yang menginfeksi saluran pernapasan seperti hidung,
sinus, dan tenggorokan.

4.2 Saran
Sebaiknya, orang-orang mematuhi dan melaksanakan kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah dalam rangka pencegahan penyebaran dari pandemi COVID-19.
Meskipun pandemi COVID-19 tidak membuat menurunnya resiko akibat pemanasan global, tetapi
berkurangnya kadar emisi karbon dapat membuat udara menjadi lebih sejuk. Tetap diam dirumah
dan mengikuti kebijakan pemerintah, selain menyelamatkan diri sendiri dan orang banyak kita
dapat menyelamatkan bumi kita.

13
DAFTAR PUSTAKA

Alek Karci. (2020). Covid-19,Isolasi Warga dan Pemanasan Global. Dipetik


pada tanggal 27 April 2020 dari
https://www.mongabay.co.id/2020/04/04/covid-19-isolasi-warga-dan-emisi-
global/

OASE.(2020). Virus Corona dan Pemanasan Global. Dipetik pada tanggal 27


April 2020 dari
https://www.forestdigest.com/detail/557/virus-corona-dan-pemanasan-global

JATENG. (2020). Dampak Perubahan Iklim Berpengaruh dalam Penyebaran


Virus, Begini Penjelasannya. Dipetik pada tanggal 27 April 2020 dari
https://www.merdeka.com/jateng/perubahan-iklim-berpengaruh-dalam-
penyebaran-virus-begini-penjelasannya-kln.html

ALODOKTER.(2020). Virus Corona (COVID-19). Dipetik pada tanggal 27


April 2020 dari https://www.alodokter.com/virus-corona

Seluruh Tugas. (2018). Makalah Pemanasan Global. Dipetik pada tanggal 27


April 2020 dari
http://seluruhtugas.blogspot.com/2018/03/makalah-pemanasan-global.html

14

Anda mungkin juga menyukai