dan
Pemanasan Global
Oleh :
Ni Putu Cetana Sri Handayani
23
XI MIA 1
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugrah, kesempatan
dan pemikiran kepada Penulis untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini merupakan
pengetahuan tentang Covid-19 dan Pemanasan Global, semua ini di rangkup dalam makalah ini,
agar pemahaman terhadap permasalahan lebih mudah di pahami, lebih singkat dan akurat.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang memberikan bimbingan,
arahan, bantuan dan dukungan dalam penyusunan makalah ini. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Kepala SMA Negeri 1 Amlapura Bapak Wayan Sugiana,S.Pd.,M.Pd selaku
penanggungjawab dari siswa-siswi SMA Negeri 1 Amlapura.
2. Bapak I Wayan Merta,S.Pd,M.Pd yang telah membagi ilmunya sehingga dapat
memahamkan penulis tentang Covid-19 dan Pemansan Global.
3. Keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa dalam setiap kegiatan yang
dijalani oleh Penulis.
4. Teman-teman kelas XI IPA 1 yang telah memberikan saran dan masukan dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, untuk menjadi lebih
sempurna lagi penulis membutuhkan kritik dan saran dari pihak lain untuk membagikannya kepada
Penulis demi memperbaiki kekurangan pada makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaaat bagi
siswa-siswi yang ingin memperluas pemahamannya mengenai Covid-19 dan Pemanasan Global.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang diamksud dengan Covid-19.
2. Untuk Mengetahui apa yang dimaksud dengan Pemanasan Global.
3. Untuk mengeahui hubungan Covid-19 dengan Pemanasan Global
1.3 Manfaat
1) Bagi penyusun
Dengan tersusunnya makalah ini, penyusun dapat memenuhi tugas tagihan belajar 1
bab 4. Selain itu penyusun juga dapat menerima pengetahuan tentang pemanasan
global dan pandemi COVID-19 dari berbagai sumber yang berbeda.
2) Bagi Pembaca
Dengan tersusunnya makalah ini, pembaca dapat menambah wawasan tentang
pemanasan global dan pandemi COVID-19.
1
BAB II
KAJIAN TEORI
2
Kita dapat mengurangi risiko terinfeksi atau menyebarkan COVID-19 dengan cara
melakukan beberapa langkah pencegahan:
1. Seringlah mencuci tangan Anda dengan air bersih mengalir dan sabun, atau cairan antiseptik
berbahan dasar alkohol. Mengapa? Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan
sabun, atau cairan antiseptik berbahan dasar alkohol dapat membunuh virus di tangan Anda.
2. Jaga jarak setidaknya 1 meter dengan orang yang batuk-batuk atau bersin-bersin. Mengapa?
Ketika batuk atau bersin, orang mengeluarkan percikan dari hidung atau mulutnya dan
percikan ini dapat membawa virus. Jika Anda terlalu dekat, Anda dapat menghirup percikan
ini dan juga virus COVID-19 jika orang yang batuk itu terjangkit penyakit ini.
3. HindariHindari menyentuh mata, hidung, dan mulut. Mengapa? Tangan menyentuh berbagai
permukaan benda dan virus penyakit ini dapat tertempel di tangan. Tangan yang
terkontaminasi dapat membawa virus ini ke mata, hidung atau mulut, yang dapat menjadi titik
masuk virus ini ke tubuh Anda sehingga Anda menjadi sakit.
4. PastikanPastikan Anda dan orang-orang di sekitar Anda mengikuti etika batuk dan bersin
dengan cara menutup mulut dan hidung dengan siku terlipat atau tisu saat batuk atau bersin
dan segera buang tisu bekas tersebut. Mengapa? Percikan dapat menyebarkan virus. Dengan
mengikuti etika batuk dan bersin, Anda melindungi orang-orang di sekitar dari virus-virus
seperti batuk pilek, flu dan COVID-19.
5. TetaplahTetaplah tinggal di rumah jika merasa kurang sehat. Jika Anda demam, batuk dan
kesulitan bernapas, segeralah cari pertolongan medis dan tetap memberitahukan kondisi Anda
terlebih dahulu. Ikuti arahan Dinas Kesehatan setempat Anda. Mengapa? Kementerian
Kesehatan dan Dinas Kesehatan daerah akan memiliki informasi terbaru tentang situasi di
wilayah Anda. Dengan memberitahukan kondisi Anda terlebih dahulu, petugas kesehatan yang
akan merawat Anda dapat segera mengarahkan Anda ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
tepat.
Langkah ini juga melindungi Anda dan membantu mencegah penyebaran virus dan infeksi lainnya.
6. Tetap ikuti informasi terbaru tentang hotspot-hotspot COVID-19 (kota atau daerah di mana
COVID-19 menyebar luas). Jika memungkinkan, hindari bepergian ke tempat-tempat tersebut –
terutama jika Anda sudah berusia lanjut atau mengidap diabetes, sakit jantung atau paru-paru
Mengapa? Kemungkinan tertular COVID-19 lebih tinggi di tempat-tempat tersebut.
3
Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada,
tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau
untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan
negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah
pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
4
6. Efek Umpan balik
Penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang
dihasilkannya, misalnya yaitu penguapan air. Pemanasan pada awalnya akan menyebabkan
lebih banyak uap air yang menguap ke atmosfer. Uap air merupakan salah satu gas rumah
kaca sehingga pemanasan akan berlanjut dan menambah jumlah uap air diudara sampai
tercapanya suatu keseimbangan konsentrasi uap air.
Para ilmuwan telah memprediksikan bahwa pemanasan global yang terus meningkat ini,
akan menimbulkan beberapa dampak negatif bagi alam khususnya kehidupan di muka bumi.
Pemanasan global diperkirakan akan mempengaruhi kestabilan cuaca, populasi satwa,
produktivitas hasil pertanian, air laut, bahkan hingga kondisi sosial politik nantinya.
Berikut ini akibat yang ditimbulkan oleh terjadinya pemanasan global:
1. Kenaikan Permukaan Air Laut Seluruh Dunia
Para ilmuwan memprediksi peningkatan tinggi air laut di seluruh dunia karena mencairnya
dua lapisan es raksasa di Antartika dan Greenland. Banyak negara di seluruh dunia akan
mengalami efek berbahaya dari kenaikan air laut ini. Inilah mungkin yang faktor penyebab
tenggelamnya Ibu Kota Jakarta beberapa tahun mendatang sesuai dengan yang diprediksi
ilmuwan.
2. Peningkatan Terjadinya Badai
Tingkat terjadinya badai dan siklon semakin meningkat. Di dukung oleh bukti yang telah
ditemukan oleh para ilmuwan bahwa pemanasan global secara signifikan akan menyebabkan
terjadinya kenaikan temperatur udara dan lautan. Hal ini mengakibatkan terjadinya
peningkatan kecepatan angin yang dapat memicu terjadinya badai kuat.
3. Menurunnya Produksi Pertanian Akibat Gagal Panen
Diyakini bahwa, milyaran penduduk di seluruh dunia akan mengalami bencana kelaparan
karena faktor menurunnya produksi pangan pertanian akibat kegagalan panen. Ini disebabkan
oleh pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan iklim yang kurang kondusif bagi
tanaman pangan.
4. Makhluk Hidup Terancam Kepunahan
Berdasarkan penelitian yang dipublikasin di Nature, pada tahun 2050 mendatang,
peningkatan suhu dapat menyebakan terjadinya kepunahan jutaan spesies. Artinya, di tahun-
tahun mendatang keragaman spesies bumi akan jauh berkurang. Namun, semoga saja tidak
termasuk di dalamnya spesies manusia.
5. Terumbu Karang Menghilang
World Wide Fund for Nature (WWF) mengatakan bahwa pada kondisi terburuk,
pemanasan global bisa mengakibatkan populasi terumbu karang menghilang. Diperkirakan hal
itu bisa saja terjadi pada tahun 2100 terkait dengan meningkatnya temperature dan tingkat
keasaman lautan. Sekarang saja, dampaknya pada terumbu karang sudah terlihat. Banyak
terumbu karang yang mengalami pemutihan atau bleaching. Jika terumbu karang kolaps
(menghilang), maka ekosistem laut akan terganggu. Banyak flora maupun fauna laut yang akan
terancam punah.
6. Krisis Air Bersih
Hal ini tentunya akan mengancam manusia secara langsung. Karena air bersih merupakan
kebutuhan primer bagi kehidupan. Hal ini tejadi karena adanya penggundulan hutan. Jika hutan
terus menerus digunduli maka akan mengganggu siklus hidrologi air yang menyebabkan krisis
air bersih.
7. Wabah Penyakit
Perubahan iklim akan menyebabkan lonjakan epidemic sejumlah penyakit. Berbagai virus
umumnya tidak dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Namun , dengan kenaikan suhu
akibat perubahan iklim , virus yang tadinya hanya mampu berkembang dalam iklim tropis
kemudian menyebar ke daerah lain . Korea Institite of health and social Affairs (KIHASA)
menyatakan bahwa “Dalam kasus ekstrim , 1derajat kenaikan suhu akan mengakibatkan 6
persen dalam penyebaran penyakit”.
5
2.2.3 Solusi Pemanasan Global
1. Tanamlah pepohonan
Satu pohon berukuran agak besar dapat menyerap 6 kg CO2 per tahunnya. Jadi, dalam
waktu 40 tahun, pohon dapat menyerap 240 kg CO2. United Nations Environment
Programme (UNEP) melaporkan bahwa pembabatan hutan menyumbang 20% emisi gas
rumah kaca.3 Seperti kita ketahui, pohon menyerap karbon yang ada dalam atmosfer. Bila
mereka ditebang atau dibakar, karbon yang pernah mereka serap sebagian besar justru akan
dilepaskan kembali ke atmosfer. Maka, pikir seribu kali sebelum menebang pohon di
sekitar Anda.
2. Gunakan lampu hemat energy
Bila Anda mengganti 1 lampu di rumah Anda dengan lampu hemat energi, Anda dapat
menghemat 400 kg CO2 dan lampu hemat energi 10 kali lebih tahan lama daripada lampu
pijar biasa.
3. Cerdas dalam berkendara
Negara maju sudah banyak yang melakukan hal ini. Budaya berkendara dengan cerdas
sudah di contohkan oleh mereka. Budaya cerdas berkendara yang dimaksud adalah
berkendara dengan kendaraan ramah lingkungan seperti sepeda atau angkutan umum. Atau
jika jaraknya dekat bisa saja menempuhnya dengan cara jalan kaki.
4. Saluran Ventilasi rumah yang cukup
Jika Anda mau mencegah pemansan global masuk kerumah, maka yang Anda lakukan
selain memasang AC, adalah memperbanyak saluran ventilasi di rumah. Supaya angin bisa
masuk kedalam rumah dan memberikan kesejukan.
5. Daur ulang sampah organik
Tempat Pembuangan Sampah (TPA) menyumbang 3% emisi gas rumah kaca melalui
metana yang dilepaskan saat proses pembusukan sampah. Dengan membuat pupuk
5
Dokumen Bahan Ajar Global Warming Merta 2020 kompos dari sampah organik (misal
dari sisa makanan, kertas, daun-daunan) untuk kebun bisa membantu mengurangi masalah
ini.
6. Jadilah vegetarian
Hewan ternak seperti sapi atau kambing merupakan penghasil terbesar metana saat mereka
mencerna makanan mereka. Food and Agriculture Organization (FAO) PBB menyebutkan
produksi daging menyumbang 18% pemanasan global, lebih besar daripada sumbangan
seluruh transportasi di dunia (13,5%). Ahli iklim terkemuka PBB, yang merupakan Ketua
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) PBB, Dr. Rajendra Pachauri,
menganjurkan orang untuk berhenti makan daging untuk mengerem pemanasan global.
6
Isu pemanasan global bisa jadi merupakan sebuah permasalahan yang dianggap klise oleh
sebagian orang. Bahkan mungkin sebagian besar dari kita tidak akan terkejut dan panik
mengetahui kemungkinan bahaya besar yang sudah siap mengepung kita, mulai dari mencairnya
es, kepunahan binatang, dan munculnya penyakit baru, diikuti dengan menurunnya daya tahun
tubuh kita dalam menghadapinya karena perubahan cuaca pula yang menyebabkannya. Mirisnya
, Pemanasan global tidak hanya mengancam ekosistem alam Bumi, tetapi juga berisiko memicu
penyakit akibat dari suhu yang terlampau ekstrem.
Salah satu dampak dari pemanasan global adalah munculnya berbagai wabah penyakit
terutama virus , contohnya adalah virus corona yang sedang menjadi pandemi di seluruh dunia.
Pemanasan global dapat menyebabkan penurunan imun / daya tahan tubuh akibat perubahan cuaca
sehingga memudahkan untuk virus masuk kedalam tubuh kita.
Perihal informasi terkait sumber infeksi virus corona memang belum lah jelas. Akan tetapi,
kemungkinan memburuknya penyebaran virus yang ditenggarai karena pengaruh musim perlu
menjadi catatan tersendiri. Di daerah dingin, penyebaran flu menjadi sangat cepat karena cuaca
dingin dan buruknya ventilasi udara. Logikanya, cuaca hangat seharusnya dapat menghambat laju
penyebaran virus. Sayangnya, tidak demikian. Penelitian-penelitian terbaru tidak mendukung
logika di atas.
Para ahli mengatakan bahwa perubahan iklim menjadi kambing hitam yang justru
memperburuk pandemi. Perubahan iklim telah memengaruhi bagaimana virus, seperti influensa
bahkan HIV, berkembang dan menyebar. Telah dibuktikan pula bahwa beberapa jenis flu yang
hanya bisa menjangkit saat musim dingin kini bisa bertahan di cuaca yang lebih hangat.
Ada beberapa jenis virus yang ditemukan di Asia ketika musim panas. Virus-virus ini
dibawa oleh burung-burung yang sedang melakukan imigrasi. Namun, ini bukan sepenuhnya salah
burung. Perubahan iklim telah mengacaukan rute imigrasi mereka. Berubahnya rute imigrasi ini
memungkinkan burung untuk berinteraksi dengan spesies burung lainnya. Interaksi ini yang
kemudian menelurkan bukan spesies burung baru, namun jenis influensa baru.
Burung-burung ini yang pada akhirnya menularkan dan membawa virus-virus baru ini ke
seluruh dunia. Pengaruh cuaca di berbagai tempat lalu menyebabkan derajat infeksi yang variatif.
Bagi para pakar, hingga saat ini memprediksi flu masih menjadi hal yang sulit, mengingat ada
banyak faktor yang terkait satu sama lain.
Meskipun kita tahu pasti, bagaimana kita nantinya ketika penyakit baru itu menjangkit dan
berubah menjadi sebuah pandemi. Apa yang sudah terjadi mungkin menjadi sebuah cermin
ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi berbagai bahala apa yang disebabkan karena
perbuatan yang sudah manusia tuai.
Dalam beberapa dekade mendatang, degradasi ekologis, kenaikan suhu, dan peristiwa
cuaca ekstrem dapat mengintensifkan ancaman terhadap kesehatan manusia yang ditimbulkan oleh
virus. Ini terjadi di epidemi sebelumnya, bahwa perubahan suhu, curah hujan, dan kelembaban
dapat memiliki efek mendalam pada penyebaran penyakit menular.
Perubahan iklim memungkinkan untuk memperpanjang musim penularan dari penyakit-
penyakit yang ditularkan melalui vektor dan mengubah jangkauan geografisnya.
Pada musim panas 1878, misalnya, Amerika Serikat bagian selatan dilanda wabah demam
kuning, suatu penyakit virus yang secara tidak langsung menular antar manusia melalui nyamuk
Aedes aegypti . Sekitar 100.000 orang terjangkit penyakit ini, dan hingga 20.000 orang kehilangan
nyawa. Beberapa perkiraan menyebutkan biaya ekonomi setinggi USD200 juta.
Di Indonesia, perubahan iklim menyebabkan meningkatnya kasus demam berdarah yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Sepanjang pertama kali
kasus demam berdarah di Indonesia ada, hingga Maret 2020 telah mencapai lebih dari 16.000
kasus.
Bahkan Kejadian Luar Biasa (KLB) ditetapkan di Kabupaten Sikka karena wabah ini.
Perubahan iklim berkonstribusi pada meningkatnya curah hujan, di mana menyebabkan
banyaknya genangan air sebagai tempat berkembang biaknya nyamuk.
Kelembapan udara juga mempengaruhi jarak terbang dan umur nyamuk. Dan ini hanya
satu kasus penyakit yang disebabkan virus, sementara banyak penyakit virus menular lainnya, tak
terkecuali pandemi virus corona yang kini sedang berlangsung.
7
Ketika industri, jaringan transportasi, dan berbagai kegiatan bisnis dihentikan, maka yang
dihasilkan adalah penurunan emisi karbon secara tiba-tiba. Aktivitas ekonomi menurun, seiring
dengan penggunaan sumber energi utama (batu bara dan minyak bumi) juga menurun. Ujungnya
emisi karbon dioksida juga menurun. Selama masa karantina, industri-industri utama di Tiongkok
beroperasi pada tingkat yang jauh lebih rendah dari normal. Sementara penggunaan batu bara di
enam pembangkit listrik terbesar Tiongkok turun 40 persen (Axios, 8/3/2020). Menurut data
Carbon Brief (4/3/2020) pada awal tahun di Tiongkok emisi turun 25 persen.
Tiongkok ialah pencemar industri yang sangat besar sehingga bahkan penurunan sementara
seperti itu mempunyai dampak yang mencolok pada lingkungan. Proporsi hari dengan good quality
air (kualitas udara yang baik) naik 11,4 persen dibandingkan dengan waktu yang sama tahun lalu.
Dalam catatan Kementerian Ekologi dan Lingkungan RRT (2020), hal itu terjadi pada 337 kota di
seluruh Tiongkok. Penurunan tiga minggu kira-kira sama dengan jumlah karbon dioksida yang
dikeluarkan negara bagian New York (Myllyvirta, 2020) dalam setahun penuh (sekitar 150 juta
metrik ton).
Di Eropa, citra satelit menunjukkan emisi nitrogen dioksida (NO2) memudar di Italia
Utara. Kisah serupa terjadi di Spanyol dan Inggris (data Badan Antariksa Eropa: 13/3/2020).
Dilansir dari BBC (19/3/2020), dibandingkan dengan tahun lalu, tingkat polusi di New York telah
berkurang hampir 50 persen karena langkah-langkah untuk menghadang laju penyebaran virus ini.
Covid-19 juga berhasil mengganggu sejumlah acara yang terkait dengan industri bahan bakar fosil.
Geneva Motor Show ke 90 yang rencananya bakal dilaksanakan tanggal 5 hingga 15 Maret
2020, dibatalkan oleh Pemerintah Swiss. Untuk menangkal menyebarnya Coronavirus, semua
kegiatan kerumunan kini dilarang, termasuk acara yang lebih dari 1.000 tamu undangan itu. Di
Houston, Texas, pertemuan tahunan eksekutif raksasa minyak dan gas CeraWeek juga dibatalkan,
seperti halnya grand prix Formula Satu di Shanghai. Lebih banyak penghematan karbon juga
datang dari pembatalan konferensi internasional. Donald Trump telah menunda pertemuan puncak
14 Maret dengan para pemimpin Asosiasi Bangsa Bangsa Asia Tenggara. London Book Fair (10-
12 Maret 2020), Mobile World Congress (Pameran Dagang Tahunan Industri Kumunikasi Seluler)
di Barcelona pada awal Maret, Game Developers Conference (Konferensi Pengembang Game) di
San Francisco pada pertengahan Maret, Adobe Summit 2020 pada akhir Maret di Las Vegas.
Bahkan festival akbar seperti South by Southwest (festival film, musik dan konferensi media
tahunan) yang rencananya bakal dilaksanakan di Austin, Texas, pada 13-22 Meret 2020, semuanya
telah dibatalkan –yang berarti ribuan ton lebih CO2 dari penerbangan yang diambil oleh delegasi
internasional. Efek yang lebih besar kemungkinan berasal dari penundaan Art Dubai, pameran seni
terbesar di Timur Tengah.
Penutupan Tokyo Disneyland dan Disneysea selama beberapa minggu, atau taman hiburan
Universal Studios di Osaka, Shanghai, Disneyland, dan tempat-tempat wisata lainnya yang
biasanya menarik puluhan ribu pengunjung setiap hari, juga diperkirakan akan menghasilkan lebih
sedikit penerbangan. Menurut data Flightradar24, lalu lintas udara komersial global 7,2 persen
lebih rendah pada Maret 2020 dibandingkan dengan bulan yang sama di tahun 2019.
Transportasi merupakan salah satu penyuplai emisi karbon terbesar di dunia, yang mana
masih kuat ditopang oleh energi fosil. Berdasarkan perkiraan International Council on Clean
Transportation, sektor penerbangan bertanggung jawab atas 17 persen dari total emisi CO2
penerbangan penumpang pada tahun 2018. Menurut perhitungan Carbon Brief, suspensi dan
pembatalan penerbangan yang sedang berlangsung beberapa pekan terakhir telah mengurangi
emisi CO2 global dari penerbangan penumpang sekitar 11 persen (3Mt).
8
Dengan menurunnya kadar emisi karbon yang merupakan salah satu gas rumah kaca,
artinya resiko terjadinya pemanasan global berkurang. Tetapi menurunnya kadar emisi karbon ini
belum cukup untuk mengurangi resiko terjadinya pemanasan global. Mengingat pengurangan
emisi karbon ini terjadi dalam keadaan luar biasa dan bukan karena perubahan struktural, para
ilmuwan memprediksi bahwa perubahan ini tidak akan berlangsung lama. Mungkin akan kembali
seperti sebelum COVID-19 mewabah.
Menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB), Breakthrough Institute memproyeksikan
penurunan emisi CO2 global. Hasilnya menunjukkan, terjadi pengurangan sekitar 0,5 hingga 2,2
persen sebagai respons terhadap pandemi COVID-19. Meski begitu, angka tersebut masih belum
cukup untuk mencapai target Perjanjian Paris. Laporan PBB November lalu menyatakan bahwa
untuk mencapai tujuan dalam Perjanjian Paris, emisi harus turun 7,6 persen per tahun, hingga 10
tahun berikutnya. Sehubungan dengan pandemi ini, konferensi perubahan iklim PBB COP26, yang
direncanakan dihelat akhir tahun ini, telah ditunda hingga tahun 2021. Para ilmuwan menganggap
bahwa penundaan tersebut menjadi peluang agar pemerintah bisa lebih fokus memerangi pandemi
COVID-19.
Dengan demikian, masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa pandemi COVID-19
dapat mempengaruhi kondisi pemanasan global secara signifikan, karena penurunan kadar emisi
karbon yang merupakan salah satu dari gas rumah kaca tidak cukup untuk mengurangi resiko
terjadinya pemanasan global.
9
BAB III
PEMBAHASAN
10
beberapa dampak negative , yaitu sebagai berikut :
1. Kenaikan Permukaan Air Laut
2. Peningkatan terjadinya badai
3. Menurunnya produksi pertanian akibat gagal panen
4. Makhluk hidup terancam kepunahan
5. Terumbu Karang menghilang
6. Krisis air bersih
7. Wabah Penyakit
Lalu bagaimana solusi untuk menanggulangi pemanasan global ? Berikut solusinya :
1. Tanamlah Pepohonan
2. Gunakan lampu hemat energy
3. Cerdas dalam berkendara
4. Saluran ventilasi rumah yang cukup
5. Daur ulang sampah organic
6. Jadilah Vegetarian
Dari pengertian pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pemanasan global adalah suatu
peristiwa atau proses meningkatnya rata-rata suhu pada atmosfer bumi, permukaan laut, dan juga
di daratan bumi yang disebabkan oleh meningkatnya kadar gas rumah kaca sehingga terjadi
perubahan iklim bumi yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu.
11
Ujungnya emisi karbon dioksida juga menurun. Selama masa karantina, industri-industri utama di
Tiongkok beroperasi pada tingkat yang jauh lebih rendah dari normal. Sementara penggunaan batu
bara di enam pembangkit listrik terbesar Tiongkok turun 40 persen. Menurut data Carbon Brief
pada awal tahun di Tiongkok emisi turun 25 persen.
Sejak diberlakukannya social distancing akibat pandemi corona ini, masyarakat diminta
untuk melakukan aktivitas di rumah saja, baik itu belajar maupun bekerja dari rumah dengan
memanfaatkan teknologi yang ada. Hal ini , dapat menurunkan kadar emisi karbon ke atmosfer
bumi. Faktor utama yang berperan dalam mengurangi emisi salah satu gas rumah kaca ini adalah
berkurangnya atau bahkan berhentinya aktivitas transportasi dan industri yang terjadi di sebagian
negara yang menjadi pandemi coronavirus ini.
Namun, masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa pandemi COVID-19 dapat
mempengaruhi kondisi pemanasan global secara signifikan, karena penurunan kadar emisi karbon
yang merupakan salah satu dari gas rumah kaca tidak cukup untuk mengurangi resiko terjadinya
pemanasan global.
12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan
atau manusia. Beberapa jenis corona virus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas
pada manusia mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus jenis baru yang ditemukan menyebabkan penyakit COVID-19. COVID-19
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan. Ini
merupakan virus baru dan penyakit yang sebelumnya tidak dikenal sebelum terjadi wabah
di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019.
2. Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata
atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah
meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu
rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh
meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek
rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan
akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi,
masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang
dikemukakan IPCC tersebut. Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC
menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5
°F) antara tahun 1990 dan 2100.
3. Pemanasan global memicu munculnya virus-virus baru, termasuk virus corona. Virus-virus
itu masuk tubuh manusia dalam rangka rebutan ruang hidup dalam seleksi alamiah.
Semesta bekerja dengan menyeleksi penghuninya. Teori Charles Darwin dalam The Origin
of Species yang terbit pada 1859 kian relevan hari-hari ini, tentang siapa yang menginfeksi
dan siapa yang tengah menyembuhkan bumi. Virus corona menyerang seluruh dunia dan
menjadi pandemi yang mencemaskan di era modern. virus yang pertama kali muncul di
daerah Wuhan, China ini menyebar dengan sangat cepat dan sudah menjangkit sekitar
8000 orang di belasan negara, setidaknya 700 orang lebih di antaranya telah meninggal
dunia. Virus corona merupakan virus yang menginfeksi saluran pernapasan seperti hidung,
sinus, dan tenggorokan.
4.2 Saran
Sebaiknya, orang-orang mematuhi dan melaksanakan kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah dalam rangka pencegahan penyebaran dari pandemi COVID-19.
Meskipun pandemi COVID-19 tidak membuat menurunnya resiko akibat pemanasan global, tetapi
berkurangnya kadar emisi karbon dapat membuat udara menjadi lebih sejuk. Tetap diam dirumah
dan mengikuti kebijakan pemerintah, selain menyelamatkan diri sendiri dan orang banyak kita
dapat menyelamatkan bumi kita.
13
DAFTAR PUSTAKA
14