Anda di halaman 1dari 3

Nama : Putu Lenny santya Maharani

Kelas : XII MIA 1


Absen : 27
Mapel : Sejarah Indonesia

AKSI TRITURA
Tri Tuntutan Rakyat (disingkat Tritura) adalah tiga tuntutan kepada pemerintah
yang diserukan para mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa
Indonesia (KAMI). Selanjutnya diikuti oleh kesatuan-kesatuan aksi yang lainnya
seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar
Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI), Kesatuan Aksi Sarjana
Indonesia (KASI), Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI), dan Kesatuan Aksi Guru
Indonesia (KAGI), serta didukung penuh oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Adanya peristiwa G-30 S/PKI telah menimbulkan kemarahan rakyat. Keadaan politik
dan keamanan Negara menjadi kacau, perekonomian memburuk dan inflasi
mencapao 600%. Upaya pemerintah dalam melakukan devaluasi rupiah dan
kenaikan menyebabkan timbulnya keresahan masyarakat. Keadaan
negara Indonesia sudah sangat parah, baik dari segi ekonomi maupun politik. Harga
barang naik sangat tinggi terutama Bahan bakar minyak (BBM).
Dengan keadaan tersebut, muncul aksi-aksi tuntutan penyelesaian yang seadil-
adilnya terhadap pelaku G-30 S/PKI semakin meningkat. Gerakan tersebut
dipelopori oleh kesatuan aksi pemuda-pemuda, mahasiswa, dan pelajar (KAPPI,
KAMI, KAPI). Ketika gelombang demonstrasi menuntut pembubaran PKI semakin
keras, pemerintah tidak segera mengambil tindakan. Oleh karenanya, pada
tanggal 12 Januari 1966, KAMI dan KAPPI memelopori kesatuan aksi yang
tergabung dalam Front Pancasila mendatangi DPR-GR menuntut Tritura. Isi Tritura
adalah:

1. Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya


2. Perombakan kabinet Dwikora
3. Turunkan harga pangan
Tuntutan pertama dan kedua sebelumnya sudah pernah diserukan oleh KAP-
Gestapu (Kesatuan Aksi Pengganyangan Gerakan 30 September). Sedangkan
tuntutan ketiga baru diserukan saat itu. Tuntutan ketiga sangat menyentuh
kepentingan orang banyak. Dari ketiga tuntutan tersebut, tuntutan ketiga yang
berbunyi “ turunkan harga pangan” sangat melambangkan kondisi Indonesia pada
saat itu, yaitu di bidang ekonomi.
Dalam menghadapi berbagai tuntutan tersebut, pada tanggal 15 Januari 1966
diadakan Sidang Paripurna Kabinet Dwikora di Istana Bogor yang dihadiri oleh para
wakil mahasiswa. Tuntutan mengenai perombakan kabinet dikabulkan. Pada tanggal
21 Februari 1966, Presiden Soekarno mengumumkan perubahan cabinet. Ternyata
perubahan cabinet tersebut tidak memuaskan hati rakyat karena banyak tokoh yang
terlibat dalam G-30 S/PKI berada di dalam cabinet baru yang dikenal dengan
sebutan Kabinet Seratus Menteri.
Pada saat pelantikan cabinet tanggal 24 Februari 1966, para mahasiswa, pelajar,
dan pemuda memenuhi jalan-jalan menuju Istana Merdeka. Namun, aksi tersebut
dihadang oleh Pasukan Cakrabirawa sehingga terjadilah bentrokan antara Pasukan
Cakrabirawa dan para demonstran yang menyebabkan gugurnya seorang
mahasiswa dari Universitas Indonesia yang bernama Arief Rachman hakim. Oleh
para demonstran, Arief Rachman Hakim dijadikan sebagai Pahlawan Ampera.
Sebagai akibat dari aksi tersebut, keesokan harinya tanggal 25 Februari 1966
berdasarkan keputusan Panglima Komando Ganyang Malaysia (Kogam) yaitu
Presiden Soekarna, KAMI dibubarkan. Keputusan membubarkan KAMI dibalas oleh
mahasiswa Bandung dengan mengeluarkan “ Ikrar Keadilan dan Kebenaran” yang
memprotes pembubaran KAMI dan mengajak rakyat untuk meneruskan perjuangan.
Protes terhadap pembubaran KAMI juga dilakukan oleh Front Pancasila yang
meminta kepada pemerintah agar meninjau kembali pembubaran KAMI.
Pada tanggal 11 maret 1966, demonstrasi mahasiswa secara besar-besaran
kembali terjadi didepan Istana Negara. Demonstrasi ini mendapat dukungan dari
tentara. Mahasiswa mengepung Istana Kepresidenan dan menuntut Tritura yang
salah satunya meminta pembubaran PKI.
Gerakan mahasiswa tahun 1966 dengan tuntutan Trituranya berhasil melakukan
perubahan system pemeritahan kea rah yang lebih demokratis dengan turunnya Ir.
Soekarno dari kursi kepresidenan digantikan oleh Soehrto sebagai pelaksana
tanggung jawab presiden pada tahun 1966. Keberhasilan ini tidak lepas dari
dukungan penuh militer terhadap gerakan mahasiswa pada tahun 1966. Aksi 1966
mahasiswa menyelenggarakan aksi hanya untuk mengajukan tuntutan rakyat
kepada pemerintah, agar pemerintah bisa secepatnya membenahi dan memperbaiki
masalah² negara yang terjadi pada saat itu, dan didalam aksi 1966 tidak ada tindak
anarkis ataupun kekerasan yang dilakukan oleh pihak mahasiswa sendiri ataupun
dari pihak pemerintah.

Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 adalah puncak gerakan mahasiswa dan


gerakan rakyat pro-demokrasi pada akhir dasawarsa 1990-an. Gerakan ini menjadi
monumental karena dianggap berhasil memaksa Soeharto berhenti dari jabatan
Presiden Republik Indonesia pada tangal 21 Mei 1998, setelah 32 tahun menjadi
Presiden Republik Indonesia sejak dikeluarkannya Surat Perintah Sebelas Maret
(Supersemar) pada tanggal 11 Maret 1966 hingga tahun 1998. Pada saat aksi 1998,
saat itu banyak sekali terjadi tindak anarkisme dan kekerasan yang dilakukan oleh
mahasiswa dan pemerintah, karena tujuan mereka selain ingin mendesak
pemerintah untuk membenahi krisis moneter 1998, mereka juga memiliki tujuan
untuk melengserkan dan menurunkan presiden Soeharto.

Baik gerakan mahasiswa di tahun 1966 dengan 1998 memiliki kesaman, dimana
aksi demonstrasi yang dilakukan dipelopori oleh mahasiswa. Dimana keadaan
Indonesia saat itu pun sedang mengalami Krisismoneter yang cukup lama. Selain
itu, berkat aksi demonstrasi yang dilakukan mampu menurunkan presiden Soekarno
dan Soeharto dari kursi kepresidenan.

Pada penelitian ini, ketertarikan penulis mengambil judul “Perbandingan Gerakan


Mahasiswa Tahun 1966 Dengan Gerakan Mahasiswa Tahun 1998 Dalam
Meruntuhkan Rezim Penguasa” ialah lebih dikarenakan kekaguman penulis akan
perjuangan mahasiswa tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk
mengetahui strategi yang digunakan gerakan mahasiswa tahun 1966 dan gerakan
mahasiswa tahun 1998 dalam meruntuhkan rezim penguasa serta
membandingkannya. Untuk menjelaskan objek penelitian ini penulis berpendapat
bahwa teori gerakan sosial baru dan teori mobilisasi sumber daya merupakan teori
yang cocok dalam membedah objek dalam penelitian ini. Dengan menggunakan
pisau analisis teori gerakan sosial baru dan teori mobilisasi sumber daya akhirnya
penulis mengambil tiga unit analisis untuk dibandingkan yaitu model organisasi yang
digunakan, sekutu gerakan dan mobilisasi opini publik.

Gerakan mahasiswa tahun 1966 dan gerakan mahasiswa tahun 1998 ternyata
memiliki persamaan dalam hal sekutu gerakan yang bersifat saling memanfaatkan
dan saling menguntungkan serta dalam hal menggunakan aksi-aksi massa serta
aksi simbolik. Sedangkan perbedaan dari kedua gerakan mahasiswa tersebut dapat
dilihat pada model organisasi termasuk di dalam nya perbedaan pada kesolidan
gerakan, kepemimpinan, dan spektrum atau haluan. Jika kita kritisi lagi kedua
gerakan mahasiswa diatas maka kita akan menemukan bahwa gerakan mahasiswa
tersebut tidak memiliki visi yang jelas serta selalu dikhianati oleh sekutu-sekutunya
sendiri. Oleh karena itu bisi yang jelas, adanya organisasi penghimpun,
meminimalisir mengandalkan sekutu gerakan, penguatan propaganda serta
pendirian partai politik mahasiswa merupakan salah satu solusi dari permasalahan
gerakan mahasiswa dewasa ini.

Anda mungkin juga menyukai