Anda di halaman 1dari 13

JIPPK, Volume 4, Nomor 1, Halaman 48-60

ISSN: 2528-0767 (p) dan 2527-8495 (e)


http://journal2.um.ac.id/index.php/jppk

STATUS HAK ATAS TANAH PENDUDUK DESA DALAM


KAWASAN HUTAN PERUM PERHUTANI
Fatimiah Azzahra
Program Studi Ilmu Hukum Universitas Brawijaya
Jl. MT. Haryono 169 Malang
Email:miafaza6@gmail.com

Abstract: this article aims to discuss the conflict of tenure rights between
Perhutani and the community and the status of land held by the community
after the entry into force of Presidential Regulation No. 86 of 2018 concerning
Agraria Reform. The study uses a sociological juridical method. The location
of the study is in the forest area of Perhutani Public Corporation, Malang
Regency. Data collection techniques using observation, interviews, and
documentation. The results of the study show that conflicts over ownership
of land rights between Perhutani and the community have been going on for
a long time. Physically the land has been controlled by the community since
the Dutch colonial era and passed down from generation to generation. The
granting of permission to manage the land and payment of land tax strengthened
the community’s argument about land ownership. The land status which
is the object of the dispute is based on Presidential Regulation No. 86 of
2018 concerning Agrarian Reform became the authority of Perhutani Public
Corporation. Communities can get ownership rights or get land compensation
if the Ministry of Forestry releases the land.
Kata kunci : Agraria Reform, Perhutani Public Corporation, Land’s Right.

Abstrak: tujuan penulisan artikel ini adalah untuk membahas tentang konflik
penguasaan hak atas tanah antara Perum Perhutani dengan masyarakat dan
status tanah yang dikuasai masyarakat setelah berlakunya Peraturan Presiden
No. 86 Tahun 2018 Tentang Reforma Agraria. Kajian menggunakan metode
yuridis sosiologis dengan lokasi kajian di lahan kawasan hutan Perum
Perhutani Kabupaten Malang. Teknik pengumpulan data menggunakan
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil kajian menunjukkan bahwa
konflik kepemilikan hak atas tanah antara Perum Perhutani dengan masyarakat
telah berlangsung sejak lama. Secara fisik tanah telah dikuasai masyarakat
sejak jaman penjajahan Belanda dan diwariskan secara turun temurun.
Pemberian ijin mengelola lahan dan pembayaran SPPT PBB memperkuat
argumentasi masyarakat tentang kepemilikan tanah. Status tanah yang menjadi
obyek sengketa berdasarkan Peraturan Presiden No. 86 Tahun 2018 tentang
Reforma Agraria menjadi kewenangan Perum Perhutani. Masyarakat dapat
mendapatkan hak milik atau mendapatkan penggantian tanah (tukar guling)
jika Kementerian Kehutanan melepaskan tanah tersebut.
Kata kunci : Reforma Agraria, Perum Perhutani, Hak Atas Tanah.

PENDAHULUAN
Tanah berperan penting dalam kehidupan
untuk menguasai dan memiliki tanah demi
pribadi, bermasyarakat dan bernegara.
meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Segalaaktifitas penunjang kelangsungan
Hubungan manusia dengan tanah bersifat
hidup manusia dilakukan diatas tanah.
relatif, artinya kekuasaan manusia terhadap
Sebagai komoditas pemenuhan kebutuhan
tanah tidak dapat tanpa batas, dan semua
hidup pokok berupa sandang, pangan
manusia dapat berhubungan dengan tanah,
dan papan, manusia akan terus berupaya
akan tetapi semua manusia akan membutuhkan
48
Status hak atas tanah ... 49
tanah untuk hidupnya. Jadi, meskipun orang adat, yaitu hutan negara yang diserahkan
tidak mempunyai hubungan dengan tanah pengelolaanya kepada masyarakat hukum
tetap ia mempunyai hak untuk menerima adat (rechtsgemeenschap). Hutan adat
manfaat dari tanah (Sumardjono, 2011:14). ditetapkan oleh pemerintah sepanjang
Pemanfaatan tanah sebagai wujud menurut kenyataannya masyarakat hukum
dari pengelolaan sumber daya alam serta adat yang bersangkutan masih ada dan
lingkungan hidup merupakan tanggung jawab diakui keberadaannya. Apabila dalam
bersama antara pemerintah dan masyarakat perkembangannya masyarakat hukum adat
sebagaimana dijelaskan dalam UU Nomor 23 yang bersangkutan tidak ada lagi, maka
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan hak pengelolaan hukum adat kembali ke
Hidup (Noor, 2018). Aturan ini menjadi salah pemerintah (vide Pasal 5 ayat (1) (Pamulardi,
satu instrumen demi mewujudkan ketentuan 2005:21). Pasal 4 ayat (1) UU Nomor 04
dalam UUD Negara Republik Indonesia yang Tahun 1999 tentang Kehutanan menyatakan
mengamanatkan bahwa sumber daya alam bahwa semua hutan di dalam wilayah
dan kekayaan yang terkandung didalamnya Republik Indonesia termasuk kekayaan alam
dikuasai negara untuk kemakmuran rakyat. yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
Ketentuan ini mengandung pengertian negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran
kepemilikan (ownership) (Fadhilah, 2016). rakyat.
Maka dari itu, pemerintah berwenang untuk Terkait mengenai penguasaan dan
membuat aturan-aturan yang terkait dengan pemilikan dalam hukum kehutanan ini
pengelolaan sumber daya alam, termasuk pemerintah Indonesia baru-baru ini membuat
tentang kehutanan. peraturan atau menggulirkan program
Undang-Undang Nomor 41 Tahun Reforma Agraria dalam rangka mewujudkan
1999 tentang Kehutanan dalam Pasal 1 pemerataan dan pembangunan yang berbasis
angka 2 menyatakan bahwa “Hutan adalah keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam
suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan ranah kehutanan ini program pemerintah
lahan berisi sumber daya alam hayati yang dalam rangka pemerataan pembangunan
didominasi pepohonan dalam persekutuan yang berbasis keadilan bagi seluruh rakyat
alam lingkungannya”, yang satu dengan Indonesia, yakni program TORA (Tanah
lainnya tidak dapat dipisahkan. Sedangkan Obyek Reforma Agraria) untuk menjamin
kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang kepastian hukum dan pelaksanaan program
ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah tersebut tetap harus dilandasi dasar hukum
untuk dipertahankan keberadaannya sebagai yang kuat dan kokoh, yang mana terlampir
hutan tetap. Berdasarkan pengertian hutan dalam Peraturan Presiden Nomor 86
dan kawasan hutan menurut Undang-Undang Tahun 2018 Tentang Reforma Agraria.
Kehutanan tersebut, dapat disimpulkan Pasal 1 ayat (1) menyatakan “Reforma
bahwa hutan adalah pengertian fisik atau agraria adalah penataan kembali struktur
ekologi sedangkan kawasan hutan adalah penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan
pengertian yuridis atau status hukum (Supriadi, pemanfaatan tanah yang lebih berkeadilan
2010:1). Kewenangan untuk menetapkan melalui Penataan Aset dan disertai dengan
status hutan berada di tangan pemerintah Penataan Akses untuk kemakmuran rakyat
pusat. Hutan berdasarkan statusnya terdiri Indonesia”. Permasalahan ini terkait dengan
dari hutan negara dan hutan hak. Hutan konflik-konflik tenurial yang salah satunya
negara adalah hutan yang berada pada disebabkan oleh perbedaan penafsiran
tanah yang tidak dibebani hak atas tanah, terhadap hukum positif yang berlaku di
sedangkan hutan hak adalah hutan yang masyarakat terutama masyarakat desa
berada pada tanah yang dibebani hak atas contohnya seperti tanah hutan atau tanah
tanah. Hutan negara dapat berupa hukum negara yang ditempati oleh masyarakat
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 4, Nomor 1, Juni 2019 50

desa dan perspektif masyarakat desa bahwa penjelasan pasal 21 UU Kehutanan, yaitu:
tanah tersebut adalah miliknya karena telah “Pengelolaan hutan pada dasarnya merupakan
menempati lama dan selalu membayar pajak. kewenangan pemerintah (pusat) dan atau
Pemikiran tersebut didasarkan pada Pasal pemerintah daerah, namun mengingat berbagai
24 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor kekhasan daerah serta kondisi sosial dan
24 Tahun 1997 Tentang pendaftaran tanah lingkungan yang sangat berkaitan dengan
yang mengatur bahwa apabila tidak terdapat kelestarian hutan dan kepentingan masyarakat
alat bukti tentang kepemilikan tanah maka luas yang membutuhkan kemampuan
dapat menggunakan alat bukti lain yaitu pengelolaan secara khusus, maka pelaksanaan
penguasaan fisik. Penguasaan terhadap pengelolaan hutan di wilayah tertentu
tanah selama 20 tahun oleh pemohon atau dapat dilimpahkan kepada BUMN yang
pendahulunya dengan syarat penguasaan bergerak di bidang kehutanan, baik berbentuk
tersebut dilakukan dengan itikad baik dengan perusahaan umum (Perum), perusahaan
kesaksian orang yang dapat dipercaya dan jawatan (Perjan), maupun perusahaan
tidak ada yang menolak atau menggugat perseroan (Persero), yang pembinaannya
terhadap pengumuman tentang upaya di bawah Menteri Kehutanan” (Supriyadi,
pendafataran tanah yang diajukan oleh 2013:104). Desa Sanankerto konon dari
pihak yang bersangkutan. ceritanya desa Sanankerto berasal dari salah
Perum Perhutani adalah badan usaha satu dukuh/Dusun didesa Sananrejo yang
milik negara di bidang kehutanan yang mempunyai nama dukuh/dusun Singgahan
diberi pelimpahan kewenangan pengelolaan . Karena batas desa Sananrejo dengan
hutan negara yang berada di provinsi jawa dukuh /dusun Singgahan terletak jauh di
barat, jawa tengah dan jawa timur serta Timur sungai Lesti, Akhirnya pada th 1910
provinsi Banten kecuali hutan konservasi. mulailah dibentuk Kepala Desa sendiri
Luas kawasan hutan negara yang dikelola yang kemudian oleh pihak Kecamatan di
Perum Perhutani lebih kurang 2.429. 203 namamkan Desa Sanankerto hingga sekarang
hektar, terdiri dari hutan produksi seluas ini (Rencana Pembangunan Desa Jangka
1.767.304 hektar dan hutan lindung 658.902 Menengah Desa, 2014:9).
hektar. Kewenangan untuk mengelola Perekonomian Desa Sanankerto secara
hutan - hutan tersebut telah diatur dalam umum didominasi pada sektor pertanian yang
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun sistem pengelolaanya masih sangat tradisional
2010 tentang Perusahaan Umum (Perum) (pengolahan lahan, pola tanam mapun
Kehutanan Negara, dapat dilihat pada pemilihan komoditas produk pertaniannya).
pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Produk pertanian desa Sanankerto untuk
Tahun 2010 yang berbunyi: “Dengan lahan basah (sawah) masih monoton pada
Peraturan Pemerintah ini, Pemerintah unggulan padi dan sedikit palawija, hal
melanjutkan penugasan kepada perusahaan ini diakibatkan adanya struktur tanah
untuk melakukan pengelolaan hutan di hutan yang mungkin belum tepat untuk produk
negara yang berada di provinsi Jawa Barat, unggulan pertanian diluar sentra padi dan
provinsi Jawa Tengah, provinsi Jawa Timur, persoalan mendasar lainnya adalah sistem
provinsi Banten, kecuali hutan konservasi, pengairan yang kurang baik sehingga
berdasarkan prinsip pengelolaan hutan berdapak adanya kekurangan air jika pada
lestari dan prinsip tata kelola perusahaan saat musim kemarau. Oleh karenanya harus
yang baik”. ada langkah strategis dalam mengatasi
Ketentuan lain yang menjadi landasan persoalan pertanian dengan melakukan
hukum Perum Perhutani dalam melaksanakan berbagai upaya, diantaranya: perbaikan
pengelolaan hutan dapat dijumpai dalam sistem irigasi/pengairan, penggunaan
Status hak atas tanah ... 51

teknologi tepat guna perbaikan pola tanam hutan Perum Perhutani (KPH) Malang
dan pemilihan komoditas alternatif dengan ditinjau dari Peraturan Presiden Nomor
mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak 86 Tahun 2018 Tentang Reforma Agraria.
terkait (dinas pengairan, dinas pertanian).
Sedangkan untuk lahan kering (tegal) produk METODE
unggulan masih di dominasi oleh tanaman Pembahasan isu hukum menggunakan
tebu, di samping itu masih banyak lahan yang metode yuridis sosiologis sosiologis yaitu
belum termanfaatkan secara produktif untuk mengkaji hukum yang dalam ranah hukum
meningkatkan perekonomian masyarakat. kenyataan, penelitian ini meneliti dan
Langkah alternatif yang bisa dilakukan untuk mengkaji berlakunya hukum dimasyarakat
mengatasi hal tersebut adalah melakukan (Muhammad, 2004:155). Kajian menggunakan
penyuluhan-penyuluhan untuk meningkatkan pendekatan kualitatif yang “berusaha
pemanfaatan lahan pengadaan bibit-bibit mengungkapkan gejala secara menyeluruh dan
tanaman produktif dengan melibatkan instasi sesuai dengan konteks (holistik-kontekstual)
terkait (dinas kehutanan, dinas pertanian melalui pengumpulan data dari latar alami
dan perkebunan Rencana Pembangunan dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai
Desa Jangka Menengah Desa, 2014:12). instrumen kunci” (Saukah, 2002:20).
Permasalahan ini berkaitan dengan Bogdan dan Taylor (Moleong, 2005:5)
sengketa tanah yang melibatkan suatu mendefinisikan kualitatif sebagai “prosedur
masyarakat dengan Perum Perhutani. Status kajian yang menghasilkan data deskriptif
tanah tersebut telah berlangsung sejak lama berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
dan meskipun telah dilakukan berbagai orang-orang dan perilaku yang diamati”.
upaya penyelesaian, permasalahan tersebut Pendekatan kualitatif ini akan menghasilkan
belum terselesaikan hingga saat ini. Adapun data deskriptif dalam bentuk ucapan ataupun
duduk permasalahannya adalah sebagai tulisan dan perilaku orang yang diamati.
berikut: Adalah sebuah desa yang bernama Penelitian deskriptif adalah “mengurutkan
Sanankerto, yang terletak di Kecamatan atau menafsirkan data yang berkenaan dengan
Turen, Kabupaten Malang. fakta, keadaan, variabel, dan fenomena
Sanankerto adalah sebuah desa otonom yang terjadi saat penelitian berlangsung
yang dulunya merupakan salah satu dusun dan menyajikan apa adanya” (Subana
milik desa Sananrejo (desa yang bersebelahan dan Sudrajat, 2001:59). Menurut Sudjana
dengan desa Sanankerto) sebelum tahun dan Ibrahim, penelitian deskriptif adalah
1910. Desa yang memiliki luas 265.118 “penelitian yang berusaha mendiskripsikan
Ha tersebut memiliki berbagai potensi suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi
yang mendukung untuk pembangunan pada saat sekarang” (Sudjana, 198:64).
nasional. Dalam hal ini yang dimaksud Lokasi kajian mengenai status hak atas
adalah kekayaan sumber daya alam (SDA) tanah penduduk desa dalam kawasan hutan
berupa hutan bambu dan tanah yang memiliki perum perhutani ini berada di KPH Malang.
intensitas tanah yang sangat baik untuk Tinjauan didasarkan pada Peraturan Presiden
perkembangbiakkan segala jenis tanaman Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma
yang hidup di iklim tropis. Agraria. Pengumpulan data menggunakan
Berdasarkan deskripsi dalam latar observasi, wawancara dan dokumentasi.
belakang, terdapat isu hukum yang layak Analisis data menggunakan analisis interaktif,
untuk dibahas, yaitu: (1) kasus konflik mulai dari mengumpulkan data, mereduksi
kepemilikan tanah yang berada di Kawasan data, mengolah data, dan menyajikan data.
hutan Perum Perhutani, dan (2) status hak
atas tanah penduduk desa dalam kawasan HASIL DAN PEMBAHASAN
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 4, Nomor 1, Juni 2019 52

Konflik Kepemilikan dan Status Hak oleh negara dan/atau tanah yang telah
Atas di Kawasan Hutan Perum Perhutani dimiliki oleh masyarakat untuk diredistribusi
(KPH) atau dilegalisasi. Hingga saat ini masih
Permasalahan kepemilikan atau dalam penanganan dan sudah diajukan ke
penguasaan tanah antara masyarakat provinsi dan akan menjadi kewenangan
penduduk Dusun Kampung anyar Desa pusat hingga sekarang penanganan ini
Sanankerto dengan Perum Perhutani melalui belum selesai masih dalam proses dan
Kesatuan Pemangkuan Hutan Malang menunggu keputusan. Sejak tahun 1951,
bermula terhadap tanah negara bekas kebun masyarakat yang ada di wilayah Andeman
kopi zaman kolonial Belanda yang dikenal telah membayar Iuran Pembangunan Daerah
oleh masyarakat desa sebagai blok Andeman (IPEDA) sebagaimana ketentuan Peraturan
dengan luas 94,8 Ha. Sebelum menjadi Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.
objek yang disengketakan dengan Perum 11 Tahun 1959 tentang Pajak Hasil Bumi.
Perhutani, blok Andeman telah dikelola Pasal 4 Undang-Undang No.11 Tahun
terlebih dahulu oleh masyarakat sejak tahun 1959 mengatur bahwa Iuran Pembangunan
1910. Mayoritas mata pencaharian penduduk Daerah (IPEDA) ditujukan kepada wajib pajak
pada saat itu adalah petani/pekebun dan yang memiliki hak kebendaan baik berupa
buruh tani. Sebagai masyarakat pedesaan hak kepemilikan, penggunaan, pengusahaan
yang berada di kawasan hutan, masyarakat atas tanah. Pemberian Pajak Bumi dan
bergantung pada kekayaan sumber daya Bangunan kepada seluruh masyarakat dusun
alam yang ada di dalam blok Andeman Kampung Anyar memberikan keuntungan
sebagai sumber penghidupan sehari-hari. dan atau kedudukan sosial ekonomi yang
Pada tahun 1951, sebagian masyarakat mulai lebih baik bagi orang/badan yang mempunyai
menetap di wilayah Andeman sehingga hak atau memperoleh manfaat darinya.
menjadi sebuah pedukuhan/ dusun baru Pernyataan tersebut adalah status dari para
yang bernama Kertomulyo/ Kampung Anyar. penduduk yang memperoleh manfaat dari
Penduduk yang ada di dusun tersebut Blok Andeman yang merupakan tanah yang
pada mulanya terdiri atas 51 Kepala Keluarga dikuasai langsung oleh negara. Pada tahun
dengan kapasitas jumlah sebesar 246 Jiwa. 1986, Badan Pertanahan Nasional Tingkat
Seluruh masyarakat yang ada di dusun II Malang dengan Pemerintahan Kecamatan
tersebut adalah petani/ pekebun dan buruh Turen mempertimbangkan kondisi petani
tani sehingga menjadikan wilayah Andeman penggarap yang ada di Dusun Kampung
sebagai lahan garapan serta pemukiman. Anyar.
Masyarakat setempat telah mengetahui bahwa Badan Pertanahan Nasional Tingkat II
mereka bukan pemilik yang sah terhadap Malang menerbitkan surat izin menggarap
tanah yang digarap. Hal ini dikarenakan (SIM) untuk meningkatkan keadaan sosial
seluruh tanah yang tidak bisa dibuktikan ekonomi penduduk desa Sanankerto khususnya
kepemilikan status hak atas tanah tersebut, dusun Kampung Anyar. Surat izin menggarap
maka kembali kepada negara sehingga didasarkan pada Surat Keputusan Menteri
menjadi Tanah Negara, dan pada saat ini Agraria No.509/Ka/1961 tentang Pernyataan
masyarakat desa mengajukan konflik tanah Penguasaan oleh Pemerintah atas Bagian-
ini sebagai tanah objek reforma agraria yang Bagian Tanah yang Merupakan Kelebihan
diatur dan ditinjau dari Peraturan Presiden dari Luas Maksimum beserta ketentuan
Nomer 86 Tahun 2018 Tentang Reforma pelaksananya yakni Peraturan Pemerintah
Agraria dalam Pasal 1 ayat 4 yakni Tanah Nomor 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan
Objek Reforma Agraria yang selanjutnya Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti
disingkat TORA adalah tanah yang dikuasai Kerugian. Awalnya Badan Pertanahan
Status hak atas tanah ... 53

Nasional Tingkat II Malang menerbitkan kawasan hutan yang dikelola oleh Perum
91 Bidang Surat Izin Menggarap dengan Perhutani. Pada mulanya delegasi Kesatuan
ketentuan bahwa tanah tersebut digarap Pemangkuan Hutan meninjau lokasi yang
oleh pihak yang bersangkutan. subjek SIM dianggap sebagai teritorinya dengan melihat
adalah petani/pekebun atau buruh tani dan batas-batas yang ada di wilayah dusun
lain sebagainya sebagaimana yang tertuang Kampung Anyar Blok Andeman. Sejak
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 224 Sanankerto terbentuk menjadi sebuah
Tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian pemerintahan desa pada tahun 1910, belum
Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian. Hingga dijumpai sekalipun Perum Perhutani datang
saat ini jumlah penduduk yang ada di dusun dan mengklaim bahwa blok Andeman adalah
Kampung Anyar mencapai 170 Kepala wilayah teritori Perum Perhutani. Seluruh
Keluarga. Pemberian Surat Izin Menggarap masyarakat yang ada di desa Sanankerto
(SIM) terhadap penduduk Kampung Anyar mengakui bahwa tanah yang ada di Blok
yang awalnya 91 bidang telah meningkat Andeman adalah tanah yang langsung
hingga mencapai 174 bidang. Permasalahan dikuasai oleh negara, sehingga penduduk
tanah masyarakat desa Sanankerto dengan khususnya di dusun Kampung Anyar secara
Perum Perhutani bermula sejak tahun 1980. rutin membayar Iuran Pembangunan Daerah
Dalam konflik ini penulis menganalisis (IPEDA) yang sejak tahun 1985 diubah
menggunakan teori perlindungan hukum menjadi Pajak Bumi dan Bangunan kepada
upaya melindungi kepentingan seseorang pemerintahan Kabupaten Malang setiap
dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan bulan atas manfaat yang diperoleh secara
kepadanya untuk bertindak dalam rangka langsung dari tanah negara yang dikelola/
kepentingannya tersebut (Rahardjo, 2010:121). digarap masyarakat setempat.
Landasan yuridis konsep perlindungan Alasan Perum Perhutani melalui Kesatuan
hukum telah termaktub dalam pasal 1 ayat 3 Pemangkuan Hutan datang secara spontan
Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan ke Blok Andeman pada tahun 1980 adalah
bahwa Indonesia adalah negara hukum. potensi sumber daya alam yang melimpah
Dengan adanya ketentuan tersebut, negara untuk dikelola. Hal ini terbukti dengan
telah menjamin perlindungan hukum yang adanya sumber mata air yang digunakan
merupakan hak dari setiap warga negara. untuk seluruh pengairan desa beserta hutan
Philipus M. Hadjon (2007:40) menyatakan bambu dengan berbagai varietas yang dapat
bahwa prinsip perlindungan hukum rakyat dijadikan sebagai sumber produksi. Pada
Indonesia merupakan kombinasi ideologi saat yang sama Kesatuan Pemangkuan
Pancasila dengan konsep pengakuan dan Hutan Malang meminta masyarakat dusun
perlindungan hak asasi manusia. Dalam Kampung Anyar untuk menunjukkan bukti
konflik tenurial ini penulis akan menggunakan kepemilikan atas tanah. Dengan bukti
perlindungan hukum represif yang mana Pajak Bumi dan Bangunan yang dimiliki
perlindungan hukum ini menitikberatkan masyarakat, Kesatuan Pemangkuan Hutan
kepada upaya penyelesaian sengketa atau Malang menegaskan bahwa bukti tersebut
konflik. Metode ini dikhususkan kepada tidak sah menurut ketentuan perundang-
sistem peradilan umum dan administrasi undangan yang berlaku.
di Indonesia. Prinsip perlindungan hukum Kemudian Kesatuan Pemangkuan Hutan
represif berpedoman kepada pengakuan dan Malang menunjukkan beberapa bukti fisik
perlindungan Hak Azasi Manusia. seperti lembaran Laporan Resmi Proyek
Dusun Kampung Anyar atau Blok Perbatasan Tambahan yang diakui oleh
Andeman diyakini oleh Kesatuan Pemangkuan Perum Perhutani merupakan tonggak sejarah
Hutan Malang sebagai salah satu teritori penguasaan blok Andeman. Bukti yang
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 4, Nomor 1, Juni 2019 54

ditunjukkan Perum Perhutani tidak dapat jaminan ketahanan pangan (food security).
menunjukkan secara absolut bahwa blok Gangguan ekologi yang datang dari luar
Andeman merupakan wilayah kekuasaannya. hutan dianggap ancaman bagi kehidupan
Seharusnya jika memang dari awal blok sosial dan ekonomi masyarakat kawasan
Andeman adalah milik Perum Perhutani, hutan. Blok Andeman yang telah dikuasai
mengapa sejak tahun 1910 tidak ada satupun oleh masyarakat desa Sanankerto sejak tahun
jawatan milik pemerintah kolonial Belanda 1951 merupakan tanah negara. Berdasarkan
yang datang untuk mengklaim bahwa ketentuan Undang-Undang Nomor 28
blok Andeman adalah wilayahnya. Hal ini Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi
menunjukkan bahwa tidak ada satupun bukti Daerah, blok Andeman dikategorikan
milik Perum Perhutani yang sinergi dengan kedalam jenis pajak bumi dan bangunan
blok Andeman karena kesatuan pemangkuan pedesaan dan perkotaan. Dalam pasal 78
hutan tidak pernah mengklaim itu dari sejak aturan tersebut dijelaskan bahwa subjek/
awal perspektif dari masyarakat penduduk wajib pajak bumi dan bangunan pedesaan
Kampong Anyar. dan perkotaan adalah orang pribadi/ badan
Masyarakat penduduk Dusun Kampong yang mempunyai/ memiliki/ menguasai/
Anyar Desa Sanankerto merasa bahwa memperoleh manfaat atas bumi/bangunan.
tanah tersebut adalah warisan dari nenek Desa Sanankerto khususnya dusun Kampung
moyang mereka pada zaman dahulu yang Anyar keseluruhan memiliki nomor objek
dipinjam oleh pihak perhutani untuk pajak (NOP). Dalam hal ini, keseluruhan
dikelola. Tanah dalam kawasan hutan tanah rakyat yang disengketakan dengan
Perum Perhutani (KPH) Malang ini statusnya Perum Perhutani dibebankan pajaknya
adalah tanah hutan dengan data-data yang kepada masyarakat. Masing-masing dari
sudah valid yang dimiliki oleh perum penduduk termasuk Andeman memiliki
Perhutani. Berdasarkan peta yang dimiliki Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang
perhutani dilihat dari titik tanah hutan di Bumi dan Bangunan (SPPT-PBB). Surat
Jawa, Dusun Kampong Anyar adalah tanah Pemberitahuan Pajak Terhutang Bumi dan
hutan. Kebijakan pemerintah Indonesia Bangunan hanya menentukan bahwa atas
untuk mengeksploitasi hutan dalam rangka objek pajak tersebut dibebankan hutang
devisa negara cenderung berpedoman kepada yang harus dibayarkan oleh subjeknya.
kebijakan pemerintah kolonial Belanda. Masyarakat yang menduduki lahan
Negara cenderung melakukan eksploitasi milik negara dibebani pajak P-2 (pedesaan/
tanpa memperhatikan hak-hak masyarakat perkotaan). SPPT-PBB bukan merupakan
yang berada di kawasan hutan, dalam hal bukti pemilikan objek pajak. Bukti pemilikan
ini penulis juga menganalisis menggunakan yang sah atas tanah adalah sertifikat tanah
teori hak bahwa hak terkandung unsur yang diterbitkan Badan Pertanahan Nasional
perlindungan, kepentingan dan kehendak. berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Apabila seseorang memiliki sebidang tanah, Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Blok
maka hukum memberikan hak kepadanya Andeman dengan luas 94,8 Ha merupakan
dalam arti bahwa kepentingan orang itu tanah negara. Apabila Perum Perhutani
mendapatkan perlindungan. Perlindungan menyatakan bahwa objek sengketa tersebut
itu selain ditujukan pada kepentingan orang merupakan kewenangan pengelolaannya,
tersebut juga ditujukan pada kehendaknya maka seharusnya badan usaha milik negara
atas tanah itu. Kehendak yang demikian itu (BUMN) tersebut membayar pajak P-3
identik dengan kewenangan yang ditimbulkan (perkebunan, perhutanan dan pertambangan)
oleh hukum. sebagaimana yang telah dituangkan dalam
Masyarakat menganggap hutan sebagai Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor
Status hak atas tanah ... 55

PER-36/PJ/2011 tentang Pengenaan Pajak Sebelum mengajukan permohonan hak,


Bumi dan Bangunan Sektor Perhutanan. terlebih dahulu harus data yuridis dan data
Perum Perhutani tidak terdaftar sebagai fisik sebagaimana yang tertuang dalam
subjek pajak atas blok Andeman yang pasal 9 aturan tersebut. Salah satu data fisik
merupakan objek sengketa. Hal tersebut bisa berupa pajak PBB P-2, surat girik,
menunjukkan bahwa Perum Perhutani IPEDA maupun bukti peroleh penggunaan
tidak memiliki kewenangan pengelolaan tanah negara lainnya. Akan tetapi dari
apapun terhadap blok Andeman. Kemudian penjelasan diatas tersebut hanya sebagai
berkaitan pajak P-2 yang dibebankan kepada syarat sertifikasi saja bukan merupakan
masyarakat desa Sanankerto telah terdaftar bukti kepemilikan atas tanah, Menanggapi
oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan hal tersebut, redistribusi tanah terhadap
dan Aset Kabupaten Malang dengan kode objek sengketa tersebut menjadi urgensi
35.07.120.013 (Daftar Himpunan Ketetapan untuk menunjang keberlangsungan hidup
Pajak Desa Sanankerto buku I, II, III, dan penduduk desa Sanankerto.
IV Tahun, 2017:3). Dasar PBB P-2 tersebut Berdasarkan Peraturan Pemerintah
juga dijadikan landasan oleh masyarakat Nomor 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan
desa Sanankerto khususnya dusun Kampung Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti
Anyar untuk mengajukan redistribusi tanah Kerugian pasal 1 huruf (d) yang menegaskan
negara yakni blok Andeman. Permohonan bahwa tanah-tanah yang akan dikategorikan
redistribusi tanah mencakup 174 bidang sebagai objek landreform adalah tanah-
dengan luas 94,8 Ha. Masing-masing dari tanah yang langsung dikuasai oleh negara.
bidang tersebut telah dilekati PBB P-2. Kemudian dalam Keputusan Kepala Badan
Masyarakat layak untuk mengajukan Pertanahan Nasional Nomor 25 tahun 2002
redistribusi tanah atau penataan ulang tentang Pedoman Pelaksanaan Permohonan
dengan meninjau dari Peraturan Presiden Penegasan Tanah Negara menjadi Objek
Nomer 86 Tahun 2018 Tentang Reforma Pengaturan Penguasaan Tanah/ Landreform
Agraria yakni penataan kembali struktur bagian II poin (4) ditegaskan bahwa tanah-
penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan tanah yang akan menjadi objek landreform
pemanfaatan tanah yang lebih berkeadilan termasuk tanah-tanah kehutanan yang telah
melalui Penataan Aset dan disertai dengan digarap oleh rakyat dan telah dilepaskan
Penataan Akses untuk kemakmuran rakyat haknya oleh instansi yang bersangkutan.
Indonesia, dalam Pasal 1 ayat 4 yaitu Tanah Namun dalam hal ini yang mana objek
Objek Reforma Agraria yang selanjutnya sengketa ini adalah konflik tenurial dan
disingkat TORA adalah tanah yang dikuasai status hak atas tanah tersebut adalah tanah
oleh negara dan/atau tanah yang telah dimiliki dalam kawasan Hutan Perum Perhutani
oleh masyarakat untuk diredistribusi atau (KPH) Malang. Tujuan utama Landreform
dilegalisasi. Tanah negara tersebut yang adalah meningkatkan kondisi sosial ekonomi
telah didudukinya sejak tahun 1951. Dasar rakyat terhadap produktivitas nasional
yuridis yang dimaksud telah dituangkan khususnya sektor pertanian. Hal ini tentunya
dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/ sesuai dengan kondisi desa Sanankerto
Kepala Badan Pertanahan Nasional nomor dimana mayoritas penduduknya bermata
09 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian pencaharian petani/ pekebun. Salah satu
dan Pembatalan Hak atas Tanah Negara dan implikasi yang akan dirasakan petani/
Hak Pengelolaan. Dalam pasal 2 dijelaskan pekebun di desa tersebut adalah peningkatan
bahwa pemberian hak atas tanah negara kinerja sektor pertanian dengan adanya
meliputi hak milik, hak guna usaha, hak guna jaminan hak mengenai pemilikan tanah
bangunan, hak pakai dan hak pengelolaan. berupa pembatasan hak-hak individu atas
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 4, Nomor 1, Juni 2019 56

sumber-sumber tanah yang ada di blok Perhutani secara ilegal.


Andeman (Dusun Kampung Anyar). Berdasarkan Suppletoir Grens Project
Permasalahan sengketa kawasan hutan Proces-Verbaal (Laporan Resmi Proyek
antara Perum Perhutani dengan masyarakat Perbatasan Tambahan) yang diterbitkan oleh
desa Sanankerto telah berlangsung sejak Pemerintah Kolonial Belanda terhadap Dienst
tahun 1980. Melalui Kesatuan Pemangkuan van het Boschwezen (Jawatan Kehutanan
Hutan Malang, Perum Perhutani berusaha Belanda) tertanggal 29 Juni 1933, dengan
melakukan upaya perlindungan dan berpedoman kepada Gouvernement Besluit
pengembalian fungsi hutan yang ada di (Keputusan Pemerintah) tanggal 9 Februari
wilayah Turen, Kabupaten Malang. Blok 1897 nomor 21, termuat dalam Bijblad
Andeman merupakan salah satu kawasan 5164 tentang Afbakening/ Pemancangan,
hutan yang dikelola oleh Perum Perhutani. Pengukuran, Pemetaan dan Penataan Hutan,
Sebelum masa kemerdekaan Republik serta kesetujuan dan pengakuan dari R.
Indonesia pada tahun 1945, Perum Perhutani Soedono selaku Camat Turen, A. Wempe
telah terbentuk berdasarkan Keputusan selaku Kepala Pemerintahan Tingkat II
Pemerintah (Gouvernement Besluit) tertanggal Malang (Controleur van Malang) dan R.
09 Februari 1897 dalam Bijblad 5164 Ardjodinoto selaku Camat Bululawang
sebagai jawatan kehutanan Belanda (Dienst bahwa Blok Andeman yang ada di Sanankerto
van het Boschwezen). Jawatan kehutanan merupakan kawasan hutan yang menjadi
tersebut segera berakhir sejak Indonesia hak kelola Jawatan Kehutanan Belanda
memproklamasikan kemerdekaannya dengan (Dienst van het Boschwezen).
melimpahkan kewenangan pengelolaan Sejak tahun 1980 masyarakat desa
hutan yang ada di Indonesia kepada Jawatan Sanankerto menolak mengakui bahwa
Kehutanan Indonesia. blok Andeman merupakan kawasan hutan
Perum Perhutani merupakan Badan wilayah kerja Perum Perhutani. Alasan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang awalnya pertama masyarakat bersikukuh bahwa
berada di bawah Departemen Kehutanan blok Andeman adalah tanah yang dikuasai
dengan tugas pengelolaan hutan di Pulau langsung oleh negara. Masyarakat desa
Jawa, khususnya jawa tengah dan jawa timur Sanankerto masih menggunakan pemahaman
sejak tahun 1972 berdasarkan Peraturan bahwa blok Andeman merupakan tanah
Pemerintah Nomor 15 Tahun 1972 tentang negara bebas yakni tanah-tanah negara
Pendirian Perusahan Umum Kehutanan yang belum pernah dilekati hak atas tanah.
Negara. Kemudian diperluas dengan adanya Padahal dengan adanya Suppletoir Grens
kawasan hutan di jawa barat berdasarkan Project Proces-Verbaal (Laporan Resmi
Peraturan Pemerintah Nomor 02 Tahun Proyek Perbatasan Tambahan) menunjukkan
1978 tentang Penambahan Unit Produksi bahwa blok Andeman sebelum dihuni oleh
Perusahaan Umum Kehutanan Negara. Jika dusun Kampung Anyar pada tahun 1951
ditinjau secara historis, Perum Perhutani adalah hutan yang dikelola oleh jawatan
memiliki fungsi strategis dalam pemberian kehutanan Belanda.
kontribusi kepada negara dalam bentuk Perlu diketahui bahwa konsep tanah
pundi-pundi penerimaan negara. Upaya negara bebas telah dihapus semenjak
perlindungan, pelestarian dan pemberdayaan diberlakukan Undang-Undang Nomor 05
hutan menjadi tugas dari Perum Perhutani. Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok
Kasus yang dihadapi oleh Perum Perhutani Agraria. Alasan kedua masyarakat desa
dengan masyarakat desa Sanankerto adalah Sanankerto berasumsi bahwa mereka telah
konflik tenurial/kawasan hutan yakni menetap dan membentuk pemerintahan
pendudukan hutan wilayah kerja Perum desa sejak tahun 1910, dan Kampung
Status hak atas tanah ... 57

Anyar/ Kertomulyo telah dihuni masyarakat penguasaan blok Andeman dari masing-
sejak tahun 1951, kemudian masyarakat masing pihak.
beranggapan bahwa Perum Perhutani Faktor utama penyebab tumpang
baru berdiri pada tahun 1959. Sehingga tindih klaim sebagaimana yang dimaksud
timbul sebuah persepsi masyarakat tentang di atas adalah ketidakjelasan tata batas hak
bagaimana bisa Perum Perhutani mengklaim pengusahaan hutan (HPH). Pada dasarnya,
bahwa blok Andeman adalah wilayahnya, Perum Perhutani mengklaim berhak secara
sedangkan Badan Usaha Milik Negara legal atas blok Andeman karena telah
tersebut baru terbentuk pada tahun 1959. memperoleh izin konsesi dari pemerintah,
Oleh karenanya masyarakat berhak untuk sedangkan masyarakat desa Sanankerto
mengelola dan menerima manfaat yang secara tradisional telah lama mengelola
ada di Blok Andeman tanpa gangguan dari lahan di areal tersebut. Penting diketahui
pihak manapun. bahwa blok Andeman yang berstatus tanah
Kawasan hutan merupakan lahan negara merupakan kawasan hutan negara.
yang secara legal dikuasakan oleh negara Hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 5
kepada Perum Perhutani untuk dikelola Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
secara komersiil dengan tujuan memperoleh tentang Kehutanan. Kemudian merujuk
profit yang sebesar-besarnya. Dalam pasal 3 pada tugas Departemen Kehutanan yang
ayat (1) Undang-Undang Nomor 41 Tahun akan menetapkan bahwa tidak ada hak
1999 tentang Kehutanan, ditegaskan bahwa privat (Private Rights) terhadap kawasan
penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk hutan negara. Hal ini berarti blok Andeman
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang tidak boleh dilekati hak apapun karena
berkeadilan dan berkelanjutan dengan merupakan hutan negara.
menjamin keberadaan hutan dengan luasan
yang cukup dan sebaran yang proporsional. Status Hak Atas Tanah Penduduk Desa
Berdasarkan fakta empiris, tak jarang Dalam Kawasan Hutan Perum Perhutani
ditemukan masyarakat secara illegal (KPH) Ditinjau dari Peraturan Presiden
menduduki kawasan hutan/okupasi illegal. Nomor 86 Tahun 2018 Tentang Reforma
Hal ini berdampak terhadap luasan hutan Agraria
yang berdasarkan fakta yang dikemukakan Penguasaan tanah mengatur tentang
oleh pihak Perum Perhutani di atas kurang kemungkinan penggunaan, syarat-syarat
dari 30%. untuk dapat menggarap tanah, dan jangka
Berdasarkan substansi pasal 18 ayat (1) waktu penguasaan tanah berlangsung. Hal ini
aturan kehutanan yang berbunyi: pemerintah berkaitan dengan subjek dan objek hak atas
menetapkan dan mempertahankan kecukupan tanah penguasaan tanah yang memberikan
luas kawasan hutan untuk setiap pulau guna hak, kewajiban dan/atau larangan bagi
optimalisasi manfaat lingkungan, manfaat pemegangnya untuk berbuat sesuatu mengenai
sosial dan manfaat ekonomi masyarakat tanah yang dikuasainya. Hak dan kewajiban
setempat. Kemudian ayat (2) ditegaskan merupakan landasan bagi subjek hukum
bahwa maksud dari kecukupan luas kawasan untuk melakukan berbagai tindakan yang
hutan sebagaimana yang tertuang dalam ayat berhubungan dengan tanah. Aturan-aturan
(1) minimal 30% (tiga puluh persen) dengan yuridis menjadi acuan untuk mengatur
sebaran yang proporsional. Sengketa tanah hak dan kewajiban yang berhubungan
yang melibatkan Perum Perhutani dengan dengan tanah. Penguasaan hak atas tanah
masyarakat desa Sanankerto merupakan yang dilakukan oleh masyarakat penduduk
konflik tenurial (lahan) kawasan hutan Dusun Kampung Anyar, Desa Sanankerto
yang disebabkan oleh tumpang tindih klaim didasari oleh keyakinan masyarakat bahwa
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 4, Nomor 1, Juni 2019 58

tanah dalam kawasan hutan merupakan Hutan negara adalah “hutan yang berada
tanah warisan dari nenek moyang oleh para pada tanah yang tidak dibebani hak atas
Penjajah Belanda pada tahun 1920-1930. tanah”. Hutan hak adalah “hutan yang berada
Tanah yang dimaksud bahwa tanah pada tanah yang dibebani hak atas tanah”.
tersebut merupakan tanah warisan orang Tukar menukar kawasan hutan merupakan
tua terdahulu yang dapat dipergunakan bagian dari kewenangan pemerintah untuk
untuk pertanian. Pada zaman sekelompok mengatur hubungan hukum antara pemerintah
orang atau individu yang menempati dan dengan hutan, melalui jalan melepaskan
meninggalkan kawasan hutan adalah hal yang kawasan hutan dan memasukan kawasan
biasa dan tidak melahirkan hak kepemilikan hutan baru sebagai penggantinya. Aturan
atas tanah di kawasan hutan tersebut. mengenai tukar menukar kawasan hutan
Perkembangan masyarakat mengubah tata diatur dalam Keputusan Menteri Pertanian
nilai yang melahirkan hak atas tanah bagi Nomor 178/Kpts/UM/4/1975 tentang
masyarakat yang membuka tanah dengan ijin Pedoman Umum Perubahan Kawasan Hutan.
aparat Pemerintah Desa. Penguasaan tanah Aturan tersebut kemudian dirubah melalui
dengan jalan membuka tanah yang digarap Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
secara terus menerus dapat melahirkan 164/Kpts-II/1994 tentang Pedoman Tukar
kepemilikan atas tanah tersebut. Penguasaan Menukar Kawasan Hutan. Aturan tersebut
ini menggariskan bahwa Departemen kemudian diperbaharui melalui Keputusan
Kehutanan berwenang melakukan tindakan Menteri Kehutanan Nomor 292/Kpts-II/1995
pengurusan hutan, perencanaan hutan dan tentang Tukar Menukar Kawasan Hutan
menentukan hubungan hukum antara subjek dan diganti melalui Peraturan Menteri
dengan hutan. Penentuan hubungan hukum Kehutanan Nomor: P. 32/Menhut -II/2010
antara hutan dengan subjek hukum meliputi Tentang Tukar Menukar Kawasan Hutan.
penentuan status kawasan hutan termasuk Kawasan Hutan yang tidak dilepas oleh
tukar menukar kawasan hutan. Kementerian Kehutanan tidak akan pernah
Penentuan status kawasan hutan bisa menjadi hak milik yang dapat diterbitkan
merupakan bentuk menetapkan yuridiksi sertifikatnya oleh Badan Pertanahan. Peraturan
kewenangan Departemen Kehutanan untuk Presiden Nomer 86 Tahun 2018 Tentang
mengurus hutan. Konsekuensi logis dari Reforma Agraria mengatur tentang penataan
adanya penetapan kawasan hutan adalah kembali struktur penguasaan, pemilikan,
kewajiban pemerintah dalam hal ini penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang
Departemen Kehutanan untuk mengurus lebih berkeadilan melalui penataan aset
dan melindungi hutan serta mewajibkan dan disertai dengan penataan akses untuk
masyarakat untuk menjaga hutan. Kewenangan kemakmuran rakyat Indonesia. Tanah dalam
ini menyangkut pengukuhan kawasan hutan kawasan hutan yang akan dilepas tetap
dan perubahan kawasan hutan. Penetapan akan mendapatkan ganti atau tukar guling
kawasan hutan diatur sampai Pasal 16 karena hutan di Jawa hingga saat ini belum
Undang- undang Kehutanan. Pengukuhan mencapai 30%. Konflik yang sampai saat
kawasan hutan dilakukan melalui Surat ini masih dalam proses pengajuan berkaitan
Keputusan Menteri, dengan terlebih dahulu dengan usulan dari pihak Perum Perhutani
melakukan proses “penunjukan kawasan untuk bekerjasama sebagai perhutanan
hutan, penataan batas kawasan hutan, sosial. Masyarakat tetap berjuang untuk
pemetaan kawasan hutan, dan penetapan dapat menguasai tanah tersebut menjadi
kawasan hutan”. hak milik atas tanah. Alasannya karena
Berdasarkan statusnya hutan dibedakan masyarakat telah menempatinya selama
menjadi dua yaitu hutan hak dan hutan negara. bertahun-tahun.
Status hak atas tanah ... 59

Ketentuan yang memperkuat argumen dengan iktikat baik dapat memperoleh hak
masyarakat adalah Pasal 24 ayat (2) Peraturan milik atas tanah yang bersangkutan. Akan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang tetapi peraturan ini dapat berlaku jika tanah
pendaftaran tanah. Ketentuan tersebut yang ditempati itu bukan tanah sengketa
ditafsirkan oleh masyarakat desa sekitar atau konflik dan tanah ini adalah tanah
hutan tersebut bahwa jika mereka telah dalam kawasan Hutan Perum Perhutani
menguasai tanah tersebut selama 20 tahun (KPH) Malang jadi ini tidak dapat berlaku.

SIMPULAN
1. Konflik kepemilikan tanah antara Status hak atas tanah penduduk desa
masyarakat dengan Perum Perhutani dalam kawasan hutan Perum Perhutani
berkaitan dengan hak atas tanah yang (KPH) ditinjau dari Peraturan Presiden
berada di kawasan lahan Perum Perhutani Nomor 86 Tahun 2018 Tentang Reforma
bermula sejak jaman penjajahan Belanda. Agraria tidak dapat didaftarkan sebagai
Masyarakat dalam waktu yang lama, sejak hak milik oleh masyarakat. Hal tersebut
penjajahan dan setelah kemerdekaan berdasarkan pada ketentuan peraturan
menempati Kawasan tersebut secara tersebut yang memiliki semangat untuk
turun temurun. BPN menerbitkan melakukan penataan kembali struktur
surat Ijin Memanfaatkan lahan untuk penguasaan, pemilikan, penggunaan,
meningkatkan ekonomi masyarakat. dan pemanfaatan tanah yang lebih
Masyarakat membayar SPPT-PBB berkeadilan melalui penataan aset
terhadap lahan yang ditempatinya. Bukti dan disertai dengan penataan akses
pembayaran pajak dan penempatan lahan untuk kemakmuran rakyat Indonesia.
secara fisik yang sudah turun temurun Kepemilikan hak atas tanah dapat
menjadi alat bukti masyarakat untuk diperoleh oleh masyarakat apabila
mengklaim kepemilikan tanah. Sedangkan Kementerian Kehutanan melepaskan
Perhutani mengklaim tanah tersebut tanah tersebut atau masyarakat dapat
menjadi miliknya berdasarkan peta. mendapatkan penggantian tanah di
tempat lain (tukar guling).

DAFTAR RUJUKAN
Fadhilah, Nurul Laili. 2016. Implikasi Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian
Pemberlakuan UU Nomor 9 Tahun Kualitatif. Remaja Rosda karya.
2015 tentang Perubahan Kedua Undang- Bandung.
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Muhammad, Abdul kadir. 2004. Hukum
Pemerintah Daerah Atas Perizinan dan Penelitian Hukum. Citra Aditya
Pertambangan terhadap Legislasi di Bakti. Bandung.
Daerah. Jurnal Ilmiah Pendidikan Noor, Fitrian. 2018. Pengelolaan Sumber
Pancasila dan Kewarganegaraan. Daya Alam Berdasar Prinsip Fiqh
(Online), Volume 1, Nomor 2, Halaman Al-Bi’ah. Jurnal Ilmiah Pendidikan
91-101, Desember 2016 (http:// Pancasila dan Kewarganegaraan.
journal2.um.ac.id/index.php/jppk/ (Online), Volume 3, Nomor 1, Halaman
article/view/826/491, diakses pada 47-55, Juni 2018 (http://journal2.
30 Maret 2019) um.ac.id/index.php/jppk/article/
Hadjon, Philipus M. 2007. Perlindungan view/6040/3096, diakses pada 27
Hukum Bagi Rakyat di Indonesia. Februari 2019)
Edisi Revisi. Bina Ilmu. Surabaya. Pamulardi, Bambang. 2005. Hukum Kehutanan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 4, Nomor 1, Juni 2019 60

dan Pembangunan Bidang Kehutanan. Sinar Baru. Bandung.


Pendidikan.
Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sumardjono, Maria SW. 2011. Tanah dalam
Rahardjo, Satjipto Raharjo. 2010. Sisi Lain Perspektif Hak Ekonomi, Sosial dan
dari Hukum di Indonesia. Kompas: Budaya. Penerbit Buku Kompas.
Jakarta. Jakarta.
Saukah, Ali dkk. 2002. Pedoman Penukisan Supriadi. 2010. Hukum Kehutanan dan
Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, Disertasi, Hukum Perkebunan di Indonesia.
Artikel, Makalah, Laporan penelitian. PT. Sinar Grafika. Jakarta.
Universitas Negeri Malang. Malang. Supriyadi, Bambang Eko. 2013. Hukum
Subana, M dan Sudrajat, 2001. Dasar-Dasar Agraria Kehutanan: Aspek Hukum
Penelitan Ilmiah. CV. Pustaka Setia. tentang Pertanahan dalam Pengelolaan
Bandung Hutan Negara. Edisi I. Rajawali
Sudjana, Nana. 1989. Penelitan dan Penelitan Pers: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai