Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
UU 01 TENTANG PENERBANGAN
BAB 1 PASAL 1
1. Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah
udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan,
keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan
fasilitas umum lainnya.
2. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di atas wilayah daratan dan
perairan Indonesia.
3. Pesawat Udara adalah setiap mesin atau alat yang dapat terbang di atmosfer
karena gaya angkat dari reaksi udara, tetapi bukan karena reaksi udara terhadap
permukaan bumi yang digunakan untuk penerbangan.
4. Pesawat Terbang adalah pesawat udara yang lebih berat dari udara, bersayap
tetap, dan dapat terbang dengan tenaga sendiri.
5. Helikopter adalah pesawat udara yang lebih berat dari udara, bersayap putar yang
rotornya digerakkan oleh mesin.
6. Pesawat Udara Indonesia adalah pesawat udara yang mempunyai tanda
pendaftaran Indonesia dan tanda kebangsaan Indonesia.
7. Pesawat Udara Negara adalah pesawat udara yang digunakan oleh Tentara
Nasional Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia, kepabeanan, dan instansi
pemerintah lainnya untuk menjalankan fungsi dan kewenangan penegakan
hukum serta tugas lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
8. Pesawat Udara Sipil adalah pesawat udara yang digunakan untuk kepentingan
angkutan udara niaga dan bukan niaga.
9. Pesawat Udara Sipil Asing adalah pesawat udara yang digunakan untuk
kepentingan angkutan udara niaga dan bukan niaga yang mempunyai tanda
pendaftaran dan tanda kebangsaan negara asing.
13.Angkutan Udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara
untuk mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos untuk satu perjalanan atau
lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar
udara.
14.Angkutan Udara Niaga adalah angkutan udara untuk umum dengan memungut
pembayaran.
15.Angkutan Udara Bukan Niaga adalah angkutan udara yang digunakan untuk
melayani kepentingan sendiri yang dilakukan untuk mendukung kegiatan yang
usaha pokoknya selain di bidang angkutan udara.
16.Angkutan Udara Dalam Negeri adalah kegiatan angkutan udara niaga untuk
melayani angkutan udara dari satu bandar udara ke bandar udara lain di dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
17.Angkutan Udara Luar Negeri adalah kegiatan angkutan udara niaga untuk
melayani angkutan udara dari satu bandar udara di dalam negeri ke bandar udara
lain di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan sebaliknya.
23. Kargo adalah setiap barang yang diangkut oleh pesawat udara termasuk hewan
dan tumbuhan selain pos, barang kebutuhan pesawat selama penerbangan,
barang bawaan, atau barang yang tidak bertuan.
24. Bagasi Tercatat adalah barang penumpang yang diserahkan oleh penumpang
kepada pengangkut untuk diangkut dengan pesawat udara yang sama.
25. Bagasi Kabin adalah barang yang dibawa oleh penumpang dan berada dalam
pengawasan penumpang sendiri.
26 Surat Muatan Udara (airway bill) adalah dokumen berbentuk cetak, melalui
proses elektronik, atau bentuk lainnya, yang merupakan salah satu bukti adanya
perjanjian pengangkutan udara antara pengirim kargo dan pengangkut, dan hak
penerima kargo untuk mengambil kargo.
31. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan
bandar udara dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi keselamatan,
keamanan, kelancaran, dan ketertiban arus lalu lintas pesawat udara,
penumpang, kargo dan/atau pos, tempat perpindahan intra dan/atau antarmoda
serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah.
32. Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas
tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas
landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan
intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.
34. Bandar Udara Umum adalah bandar udara yang digunakan untuk melayani
kepentingan umum.
35. Bandar Udara Khusus adalah bandar udara yang hanya digunakan untuk
melayani kepentingan sendiri untuk menunjang kegiatan usaha pokoknya.
36. Bandar Udara Domestik adalah bandar udara yang ditetapkan sebagai bandar
udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri.
37. Bandar Udara Internasional adalah bandar udara yang ditetapkan sebagai
bandar udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri dan rute penerbangan
dari dan ke luar negeri.
38. Bandar Udara Pengumpul (hub) adalah bandar udara yang mempunyai cakupan
pelayanan yang luas dari berbagai bandar udara yang melayani penumpang
dan/atau kargo dalam jumlah besar dan mempengaruhi perkembangan ekonomi
secara nasional atau berbagai provinsi.
39. Bandar Udara Pengumpan (spoke) adalah bandar udara yang mempunyai
cakupan pelayanan dan mempengaruhi perkembangan ekonomi terbatas.
40. Pangkalan Udara adalah kawasan di daratan dan/atau di perairan dengan batas-
batas tertentu dalam wilayah Republik Indonesia yang digunakan untuk kegiatan
lepas landas dan pendaratan pesawat udara guna keperluan pertahanan negara
oleh Tentara Nasional Indonesia.
BAB II PASAL 2
PASAL 202
Yang dimaksud dengan “personel bandar udara yang terkait langsung dengan
pelaksanaan pengoperasian dan/atau pemeliharaan fasilitas bandar udara”, antara
lain:
1) personel fasilitas teknik bandar udara;
2) personel fasilitas elektronika bandar udara;
3) personel fasilitas listrik bandar udara;
4) personel fasilitas mekanikal bandar udara;
5) personel pengatur pergerakan pesawat udara (apron movement control/AMC);
6) personel pengelola dan pemantau lingkungan;
7) personel pertolongan kecelakaan penerbangan-pemadam kebakaran (PKP-PK);
8) personel keamanan;
9) personel fasilitas keamanan penerbangan; dan
10) personel salvage.
Yang dimaksud tanggung jawab pengangkut adalah kewajiban badan usaha angkutan
udara niaga untuk mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang dan/atau
pengirim barang serta pihak ketiga.
PASAL 11
1) Fasilitas sisi udara, antara lain, , berupa landasan pacu, taxiway, apron,airstrip.
2) Fasilitas sisi darat, antara lain, berupa terminal penumpang, bangunan operasi,
menara pengawas lalu lintas udara, depo pengisian bahan bakar pesawat udara.
3) Fasilitas navigasi penerbangan antara lain dapat berupa Non Directional Beacon
(NDB), Doppler VHF Omni Range (DVOR), Instrument Landing System (ILS), Radio
Detection and Ranging (RADAR).
4) Fasilitas alat bantu pendaratan visual antara lain dapat berupa Runway Lighting,
Taxiway Lighting, Visual Approach Slope Indicator (VASI), Precision Approach Path
Indicator (PAPI).
5) Fasilitas komunikasi penerbangan antara lain dapat berupa komunikasi antar
stasiun penerbangan, Automatic Message Switching Center (AMSC), komunikasi
lalu lintas penerbangan.
1. Apron adalah suatu area bandar udara di darat yang telah ditentukan untuk
mengakomodasi pesawat udara dengan tujuan naik turun penumpang, bongkar
muat kargo, penumpang, surat, pengisian bahan bakar, parkir, atau
pemeliharaan pesawat udara.
2. Daerah Manuver (Manouveri.ng Area) adalah bagian dari bandar udara yang
digunakan untuk lepas landas (take-off), pendaratan (landing) dan taxiing pesawat
udara, tidak termasuk apron.
3. Daerah Pergerakan (Movement Area) adalah bagian bandar udara yang
digunakan untuk lepas landas (take-off), mendarat (landing) dan taxiing pesawat
udara, yang terdiri dari daerah manuver dan apron.
4. Obstacle adalah seluruh objek tetap (terlepas apakah sementara atau permanen)
dan bergerak, atau bagian-bagiannya, yang berlokasi di daerah yang ditujukan
untuk pergerakan permukaan (surface movement) pesawat udara; atau menjulang
di atas suatu permukaan yang ditetapkan untuk melindungi pesawat udara yang
sedang terbang; atau menjulang di luar dari permukaan tersebut dan dinilai
berbahaya untuk navigasi penerbangan.
5. Obstacle Free Zone adalah ruang udara di atas inner approach surface, inner
transitional surface, balked landing surface, dan bagian dari strip yang dikelilingi
oleh permukaan (surfaces) dimaksud, yang tidak dipenetrasi oleh halangan
(obstacle) tetap selain yang bermassa rendah dan rapuh (frangible mounted) yang
dibutuhkan untuk navigasi penerbangan.
6. Obstacle Limitation Surface adalah suatu rangkaian dataran yang
berhubungan dengan masing-rnasing landas pacu (runway) pada bandar udara,
yang menjelaskan batasan yang diperbolehkan bagi objek untuk menjulang ke
ruang udara sehingga operasi pesawat udara dapat dilakukan dengan aman
(safe).
7. Rambu (Marker) adalah tanda yang dipasang untuk menunjukkan adanya
obstacle atau batas-batas tertentu dalam pengoperasian bandar udara.
8. Runway Excursion adalah suatu kejadian di bandar udara ketika pesawat udara
yang berada pada permukaan runway keluar di ujung atau sisi dari permukaan
runway.
9. Runway Incursion adalah keberadaan pesawat udara, kendaraan, manusia
ataupun hewan yang tidak seharusnya berada pada area take-off dan landing
yang berpotensi menjadi hazard bagi pesawat udara yang telah diberi izin untuk
landing dan take-off di runway.
10. Runway Safety adalah suatu usaha untuk mencegah terjadinya incident/
accident (kejadian/kecelakaan) pesawat udara yang terjadi di runway.
11. Runway Strip adalah suatu daerah atau wilayah tertentu termasuk landas pacu
dan stopway (bila ada stopway) dimaksudkan untuk :
a. Mengurangi resiko kerusakan pesawat udara pada saat tergelincir keluar
landas pacu; dan
b. Melindungi pesawat udara yang terbang di atasnya pada saat take-off atau
landing.
12. Taxiway Strip adalah daerah termasuk taxiway yang ditujukan untuk
melindungi pesawat udara yang beroperasi di taxiway dan untuk menurunkan
risiko kerusakan pada pesawat akibat meluncur keluar dari taxiway.
13. Ternpat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter (Heliport) adalah tempat
penclaratan dan lepas landas helikopter di claratan (surface level heliport}, di atas
gedung (elevated heliport), di anjungan lepas pantai/kapal (helideck}, dan di
shipboard.
14. Unserviceable Area adalah bagian dari daerah pergerakan yang tidak dapat
dipergunakan untuk pergerakan pesawat udara.
15. Work Area adalah bagian dari banclar udara yang dipergunakan sebagai tempat
pemeliharaan atau pekerjaan pembangunan/konstruksi yang sedang berjalan
yang dapat membahayakan keselamatan operasi pesawat udara.
Manajemen apron meliputi prosedur pengaturan parkir pesawat udara, yang terdiri
dari:
a. Pengaturan antara pemandu lalu lintas penerbangan dan manajemen apron
berupa Letter of Agreement (LOA) atau sejenisnya dengan unit pelayanan informasi
aeronautika di unit ATS bandar udara masing - masing atau di unit ATS bandar
udara yang melayaninya untuk memastikan mekanisme dan koordinasi
pengaturan parkir pesawat udara.
b. Pengaturan terhadap alokasi tempat parkir pesawat udara dan pemberitahuannya
kepada operator pesawat udara (perusahaan penerbangan);
c. Pengaturan tentang memulai start engine, dan mendapatkan izin (clearance) untuk
mulai push-back;
d. Inventarisasi dan uraian tentang activation dan deactivation visual docking
guidance system yang dipergunakan di bandar udara;
e. Pelayanan marshalling;
f. Leader (van) service a tau follow me service;
g. Nama beserta peranan dan nomor telepon pejabat/personel yang bertanggung
jawab atas perencanaan dan pelaksanaan pengaturan parkir pesawat udara.
Manajemen Keselamatan Apron (Apron Safety Management)
BAB 1
PASAL 1
8. K a r g o ialah barang muatan pesawat darat yang dilengkapi Surat Muatan
Udara (SMU).
9. Kendaraan ialah semua alat angkut, termasuk gerobak, kereta barang baik yang
dilengkapi maupun yang tidak dilengkapi mesin.
10. Kepala Bandar Udara adalah pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas
ketertiban, keamanan, keselamatan penerbangan dan kelancaran lalu-lintas di
Bandar Udara.
11. Landasan (Runway) adalah suatu jalur persegi panjang di Bandar Udara yang
disediakan bagi pesawat udara untuk melandas dan lepas landas.
26. Sisi Udara (Airside) ialah bagian dari Bandar Udara untuk operasi pesawat darat
dan segala fasilitas penunjangnya merupakan Daerah Bukan Publik.
27. Sisi Darat (Landside) ialah bagian dari Bandar Udara yang terbuka atau
terbatas untuk umum.
28. Operator ialah perorangan, instansi atau badan hukum perusahaan yang
melakukan kegiatan Operasi Penerbangan.
29. Taxiway ialah suatu jalur tertentu di Bandar Udara yang disediakan untuk
pergerakan pesawat udara dari suatu tempat ke tempat lainnya di darat.
30. Terminal ialah bangunan berikut perlengkapannya di Bandar Udara tempat
pengurusan naik/turunnya penumpang dan atau bongkar muat bagasi dan
kargo
F. PM PERHUBUNGAN NO. KM 21 TAHUN 2005 TENTANG MARKA DAN RAMBU
PADA DAERAH PERGERAKAN PESAWAT.
PASAL II
Pembatasan usia operasi peralatan penunjang pelayanan darat pesawat udara (
Ground Support Equipment/GSE) dan kendaraan operasional yang beroperasi di sisi
udara dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu:
a. kelompok usia operasi 15 (lima belas) tahun; dan
b. kelompok usia operasi 10 (sepuluh) tahun.
PASAL III
(1) Kelompok usia operasi 15 (lima belas) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 huruf a meliputi:
a. Towbarless Tractor (TBT);
b. Aircraft Towing Tractor (ATT);
c. Baggage Towing Tractor {BTT);
d. Lower, Upper Deck Loader (HLL);
e. Main Deck Loader (MDL);
f. Incapacitated Passenger Loading Vehicle (IPL);
g. Cargo Transporter Loader {CTL);
h. Refueling De-refueling Truck (RDT);dan
1. Fuel Hydrant Dispencer Truck (HDT).
J. Apron Passenger Bus (APB);
k. High Lift Catering Truck (HCT);
1. Passenger Boarding Stairs (PBS);
m.Ground Power Unit (GPU);
n. Air Starter Unit (ASU);
o. Air Conditioning Unit (ACU);
p. Conveyor Belt Loader (CBL);
q. Forklift for Loading Aircraft Lower Deck (FLT);
r. Lavatory Service Truck {LST);
s.Water Service Truck (WST);
t. Heli Dollies (HDL);
u.Container Dollies (CDL);
v. Pallet Dollies (PDL};
w. Aircraft Towing Bar (ATB);dan x. Aircraft Tail Jack (ATJ).
(2) Kelompok usia operasi 10 (sepuluh) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf b meliputi:
a. Kendaraan yang beroperasi di sisi udara (Airside Operations Vehicle/ AOV)
b. Crew Transportation Vehicle (CTV);
c. Catering Truck (CTT);
d. Aircraft Cleaning Equipments (ACE);
e. Portable Genset (P-GNS);
f. Lavatory Service Cart {LSC);
g.Water Service Cart (WSC);
h. Baggage Cart (BCT};
1. Towed Passenger Stair (TPS);
J.Airside Maintenance Stair (AMS};
k. Baggage Sliding Bridge (ESB};
1. Aircraft Wheel Chock (A WC);
m. Passenger Wheel Chair (PWC}; dan
n. Air Craft Passenger Canopy (APC}.
G. AC 139-14 STANDAR KOMPETENSI PERSONEL BANDAR UDARA (KP 22 TAHUN
2015)
b. Standar Kompetensi
1. Junior
a. Mengetahui dan memahami peraturan perundang-undangan yang terkait;
b. Mengetahui dan memahami Layout bandar udara dan Aerodrome Manual;
c. Mengetahui dan memahami communication Procedure, Basic ATS, General
Aviation Meteorology dan Basic Radio Telephony;
d. Mengetahui dan memahami jenis/type, bagian dan fungsi serta Nationality
dan Registrasi pesawat udara;
e. Mengetahui dan memahami Apron Management Service;
f. Mengetahui dan memahami Apron Safety Management;
g. Mengetahui dan memahami Spesifikasi dan Operasional GSE;
2. Senior
a. Mengetahui dan memahami peraturan perundang-undangan yang terkait;
b. Mengetahui dan memahami Layout bandar udara dan Aerodrome Manual;
c. Mengetahui dan memahami communication Procedure, Basic ATS, General
Aviation Meteorology dan Basic Radio Telephony;
d. Mengetahui dan memahami jenis/type, bagian dan fungsi serta Nationality
dan Registrasi pesawat udara;
e. Mengetahui dan memahami Apron Management Service;
f. Mengetahui dan memahami Apron Safety Management;
g. Mengetahui dan memahami Spesifikasi dan Operasional GSE;
h. Mengetahui dan memahami Human Factor;
i. Mengetahui dan memahami Airport Emergency Plan.
c. Kewenangan
1. Junior
a. Melakukan pengawasan dan tata tertib lalu lintas pergerakan di Apron.
b. Melakukan pengaturan parkir pesawat udara di apron.
c. Menjamin kebersihan di apron.
d. Menjamin fasilitas di apron dalam kondisi baik.
e. Menjamin keselamatan pergerakan orang, peralatan dan pesawat udara di
apron.
2. Senior
a. Melakukan pengawasan dan tata tertib lalu lintas pergerakan di Apron.
b. Melakukan pengaturan parkir pesawat udara di apron.
c. Menjamin kebersihan di apron.
d. Menjamin fasilitas di apron dalam kondisi baik.
e. Menjamin keselamatan pergerakan orang, peralatan dan pesawat udara di
apron
f. Menganalisa seluruh kegiatan dan fasilitas di apron.
g. Merencanakan pengaturan parkir pesawat udara dalam kondisi darurat.
h. Mengevaluasi dan melakukan koordinasi terhadap kegiatan operasional di
apron.
H. AC 139-11 LISENSI PERSONEL BANDAR UDARA (KP 21 TAHUN 2015)
Warna sampul buku harus berbeda untuk setiap buku Lisensi, yaitu:
Merah jambu, diberikan untuk:
1) lisensi personel pengatur pergerakan pesawat udara (apron movement control
amc dengan 1 (satu) garis berwarna emas dibawah tulisan bidang lisensi
untuk tingkat lisensi senior; dan
2) lisensi personel pengatur pergerakan pesawat udara (apron movement control
/ amc dengan 1 (satu) garis berwarna silver dibawah tulisan bidang lisensi
untuk tingkat lisensi junior; dan
3) lisensi personel fasilitas peralatan pelayanan darat pesawat udara (ground
support equipment/gse);
4) lisensi personel pemandu parkir pesawat udara (marshaller); dan
5) lisensi personel pelayanan garbarata.
I. WEB REFERENSI
I. DASAR HUKUM
11. Peraturan Dirjenhubud No. KP 39 Tahun 2015 tentang Standar Teknis dan
Operasi Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 Volume I
Bandar Udara (Aerodromes).
1. Bermain layang-layang.
3. Perbuatan asusila.
4. Mengembala ternak.
5. Berjalan atau melintas selain di jalan, jalur atau bagian jalur lalu lintas yang
telah ditentukan.
1. Setiap orang, baik pejabat maupun protokol dari instansi, termasuk petugas
atau karyawan bandar udara yang memasuki atau bertugas di sisi udara
harus memiliki tanda izin masuk yang dikeluarkan oleh othoritas bandar
udara
2. Semua kendaraan yang memasuki atau berada di daerah sisi udara harus
memiliki tanda izin (pas) yang dikeluarkan oleh othoritas bandar udara
3. Pas bandara harus selalu dipakai di dada sebelah kiri, kurang lebih 15 cm
dari pundak
2. Kendaraan yang merk, jenis, dan nomor polisinya tercantum di dalam pas
5. Pas bandara yang hilang harus segera dilaporkan oleh pemiliknya kepada
othoritas bandar udara dengan melampirkan surat keterangan kepolisian
2. Penguasa bandar udara dapat melarang atau menahan pesawat udara yang
akan bertolak.
IX. KENDARAAN :
X. PENGEMUDI KENDARAAN :
2. Kendaraan PKPPK
7. Jika sebuah pesawat udara akan bergerak, dilarang ada kendaraan yang
bergerak di depan atau di belakang pesat udara tersebut
8. Jika pesawat udara sedang bergerak dengan mesinnya, kendaraan lain hanya
diperbolehkan lewat dibelakangnya pada jarak yang cukup aman
10. Jika sebuah pesawat udara sedang taksi atau dituntun oleh sebuah
kendaraan pemandu (“FOLLOW ME”) dengan mempergunakan lampu kuning
yang berkedip di atas kendaraan tersebut maka kendaraan-kendaraan lain
harus memberinya jalan.
11. Semua kendaraan dan peralatan lain yang digunakan untuk pelayanan
pesawat udara, harus segera dipindahkan atau disingkirkan atau disimpan di
tempat atau ruang yang telah disediakan sesudah pesawat udara yang
dilayani berangkat.
a. dengan jarak tertentu terhadap pesawat udara yang sedang diparkir bagi
kendaraan yang sedang melakukan tugas-tugas pelayanan darat (ground
handling); dan
1. Dalam hal terjadinya tumpahan bahan bakar atau bahan pelumas pesawat
udara di apron, Operator atau Perusahaan Penerbangan harus segera
memberitahukannya kepada Penguasa/Kepala Bandar Udara.
Tugas dari AMC atau Apron Movement Control adalah sebagai penanggung
jawab dalam melaksanakan kegiatan pelayanan operasi penerbangan,
pengawasan pergerakan pesawat udara, lalu lintas kendaraan, orang dan
barang, kebersihan di sisi udara serta pencatatan data penerbangan dan
penulisan laporan tugas.
5) Menyediakan dukungan dan bantuan bagi pesawat udara yang sedang dalam
keadaan emergency.
1. Pengoperasian Garbarata/Aviobridge.
5. Pemberian Tanda Laik Operasi bagi kendaraan dan peralatan yang beroperasi
di airside.
Wilayah kerja yang menjadi tanggung jawab pengawasan unit AMC meliputi :
1. APRON
2. SERVICE ROAD
3. MAKE-UP AREA
4. BREAK DOWN AREA
MARSHALLING SERVICE
Pada umumnya flight information yang disebarkan oleh unit AMC adalah
informasi yang berupa :
Pada saat suatu pesawat udara dalam keadaan emergency atau crash di
Bandar udara, maka akan diperlukan sejumlah kendaraan dan peralatan
untuk keperluan evakuasi para korban dan untuk recovery pesawat udara.
a. Traffic of Person
b. Traffic of Vehicle
a. Mematuhi marka dan rambu lalu lintas serta perintah atau petunjuk yang
diberikan oleh petugas yang berwenang.
XXX. SANKSI
1. Simple Concept
2. Linear Concept
3. Pier/finger Concept
4. Satellite Concept
5. Transporter Concept
6. Hybrid Concept
a. Simple Concept
Biasanya terdapat pada bandar udara yang memiliki jumlah traffic yang
rendah. Sistem perparkirannya angled nose-in atau self taxi or taxi out.
Dengan sistem ini telah dipeetimbangkan clearance yang cukup antara tepi
apron dengan bagian terminal yan menghadap sisi udara utuk mengurangi
efek jet blast bila tidak harus dilengkapi dengan jetblast fences
b. Linier Concept
Konsep ini merupakan pengembangan dari simple concept. Sistem
perparkiran pesawat dapat membuat sudut (angled), paralel atau nose-in.
Namun demikian sistem nose-in/push out configuration dengan clearance
yang cukup antara tepi Apron dengan terminal harus benar-benar
diperhitungkan untuk memudahkan handling pesawat dengan
penumpangnya. Sistem pemarkiran nose-in/push-out merupakan sistemyang
paling efisien, namun membutuhkan towing tractor dan petugas yang lebih
banyak serta terampil.
c. Pier/Finger Concept
Ada beberapa varian dalam konsep ini, yaitu; Y pier, T pier dan lain-lain.
Dalam konsep ini pesawat udara dapat parkir pada gate di kedua belah sisi,
bisa dengan posisi angled, paralel atau nose-in. Bila pada tipe pier tersedia
banyak gate, maka perlu dibuatkan double taxiway agar antara pesawat udara
yang masuk dan keluar tidak saling menghalangi (conflict).
d. Satellite Concept
Konsep ini terdiri dari unit-unit yang dikelilingi oleh tempat parkir pesawat
dan terpisah dari terminal, jalan bagi penumpang dari terminal menuju satelit
umumnya melalui bawah tanah. Pesawat yang parkir berbentuk jari-jari
lingkaran, paralel atau konfigurasi lain di sekeliling satelit. Dengan sistem ini,
pesawat pushed back dapat dilaksanakan dengan mudah tetapi akan terjadi
belokan-belokan tajam dan juga menimbulkan kemacetan lalu lintas
pelayanan di sekitar satelit.
e. Transporter Concept
Konsep ini seperti remote Apron yang letaknya agak jauh dari terminal dan
biasanya lebih dekat dengan runway. Keuntungannya jarak pesawat ketika
taxi lebih pendek, namun dibutuhkan alat transportasi untuk penumpang
dari pesawat ke terminal dan sebaliknya. Sistem ini dapat menyebabkan
kemacetan di apron dan resiko konflik antara kendaraan pelayanan lebih
tinggi.
f. Hybrid Concept
Merupakan kombinasi dari konsep-konsep di atas, misalnya yang bertujuan
untuk menanggulangi kepadatan lalu lintas.
1. Daerah atau bagian yang digunakan untuk parkir pesawat udara (aircraft
operational stand/terminal gate atau remote gate).
2. Daerah atau bagian yang digunakan untuk taxi pesawat udara yang akan
masuk atau keluar parking stand (apron taxiway atau aircraft stand
taxilane).
3. Daerah atau bagian yang digunakan untuk pergerakan lalu lintas
kendaraan/peralatan (apron service road).
Dalam rangka memberikan arah dan tata kerja Apron Movement Control perlu
dibuat Standar Operating Procedure. Banyaknya potensi yang membahayakan
terkait dengan pergerakan pesawat, Ground Support Equipment dan orang di
Apron. Ini semua memberikan jaminan apron siap pakai yang berarti bahwa
Apron benar-benar aman, bersih, tertib dan lancar.
TUJUAN :