Anda di halaman 1dari 30

A.

UU 01 TENTANG PENERBANGAN

a. bahwa negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan berciri


nusantara yang disatukan oleh wilayah perairan dan udara dengan batas-batas,
hak-hak, dan kedaulatan yang ditetapkan oleh Undang-Undang;
b. bahwa penerbangan merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang
mempunyai karakteristik mampu bergerak dalam waktu cepat, menggunakan
teknologi tinggi, padat modal, manajemen yang andal, serta memerlukan jaminan
keselamatan dan keamanan yang optimal, perlu dikembangkan potensi dan
peranannya yang efektif dan efisien, serta membantu terciptanya pola distribusi
nasional yang mantap dan dinamis;

BAB 1 PASAL 1

1. Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah
udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan,
keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan
fasilitas umum lainnya.
2. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di atas wilayah daratan dan
perairan Indonesia.
3. Pesawat Udara adalah setiap mesin atau alat yang dapat terbang di atmosfer
karena gaya angkat dari reaksi udara, tetapi bukan karena reaksi udara terhadap
permukaan bumi yang digunakan untuk penerbangan.
4. Pesawat Terbang adalah pesawat udara yang lebih berat dari udara, bersayap
tetap, dan dapat terbang dengan tenaga sendiri.
5. Helikopter adalah pesawat udara yang lebih berat dari udara, bersayap putar yang
rotornya digerakkan oleh mesin.
6. Pesawat Udara Indonesia adalah pesawat udara yang mempunyai tanda
pendaftaran Indonesia dan tanda kebangsaan Indonesia.
7. Pesawat Udara Negara adalah pesawat udara yang digunakan oleh Tentara
Nasional Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia, kepabeanan, dan instansi
pemerintah lainnya untuk menjalankan fungsi dan kewenangan penegakan
hukum serta tugas lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
8. Pesawat Udara Sipil adalah pesawat udara yang digunakan untuk kepentingan
angkutan udara niaga dan bukan niaga.
9. Pesawat Udara Sipil Asing adalah pesawat udara yang digunakan untuk
kepentingan angkutan udara niaga dan bukan niaga yang mempunyai tanda
pendaftaran dan tanda kebangsaan negara asing.
13.Angkutan Udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara
untuk mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos untuk satu perjalanan atau
lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar
udara.
14.Angkutan Udara Niaga adalah angkutan udara untuk umum dengan memungut
pembayaran.
15.Angkutan Udara Bukan Niaga adalah angkutan udara yang digunakan untuk
melayani kepentingan sendiri yang dilakukan untuk mendukung kegiatan yang
usaha pokoknya selain di bidang angkutan udara.
16.Angkutan Udara Dalam Negeri adalah kegiatan angkutan udara niaga untuk
melayani angkutan udara dari satu bandar udara ke bandar udara lain di dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
17.Angkutan Udara Luar Negeri adalah kegiatan angkutan udara niaga untuk
melayani angkutan udara dari satu bandar udara di dalam negeri ke bandar udara
lain di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan sebaliknya.
23. Kargo adalah setiap barang yang diangkut oleh pesawat udara termasuk hewan
dan tumbuhan selain pos, barang kebutuhan pesawat selama penerbangan,
barang bawaan, atau barang yang tidak bertuan.
24. Bagasi Tercatat adalah barang penumpang yang diserahkan oleh penumpang
kepada pengangkut untuk diangkut dengan pesawat udara yang sama.
25. Bagasi Kabin adalah barang yang dibawa oleh penumpang dan berada dalam
pengawasan penumpang sendiri.
26 Surat Muatan Udara (airway bill) adalah dokumen berbentuk cetak, melalui
proses elektronik, atau bentuk lainnya, yang merupakan salah satu bukti adanya
perjanjian pengangkutan udara antara pengirim kargo dan pengangkut, dan hak
penerima kargo untuk mengambil kargo.
31. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan
bandar udara dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi keselamatan,
keamanan, kelancaran, dan ketertiban arus lalu lintas pesawat udara,
penumpang, kargo dan/atau pos, tempat perpindahan intra dan/atau antarmoda
serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah.
32. Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas
tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas
landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan
intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.
34. Bandar Udara Umum adalah bandar udara yang digunakan untuk melayani
kepentingan umum.
35. Bandar Udara Khusus adalah bandar udara yang hanya digunakan untuk
melayani kepentingan sendiri untuk menunjang kegiatan usaha pokoknya.
36. Bandar Udara Domestik adalah bandar udara yang ditetapkan sebagai bandar
udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri.
37. Bandar Udara Internasional adalah bandar udara yang ditetapkan sebagai
bandar udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri dan rute penerbangan
dari dan ke luar negeri.
38. Bandar Udara Pengumpul (hub) adalah bandar udara yang mempunyai cakupan
pelayanan yang luas dari berbagai bandar udara yang melayani penumpang
dan/atau kargo dalam jumlah besar dan mempengaruhi perkembangan ekonomi
secara nasional atau berbagai provinsi.
39. Bandar Udara Pengumpan (spoke) adalah bandar udara yang mempunyai
cakupan pelayanan dan mempengaruhi perkembangan ekonomi terbatas.
40. Pangkalan Udara adalah kawasan di daratan dan/atau di perairan dengan batas-
batas tertentu dalam wilayah Republik Indonesia yang digunakan untuk kegiatan
lepas landas dan pendaratan pesawat udara guna keperluan pertahanan negara
oleh Tentara Nasional Indonesia.

BAB II PASAL 2

Penerbangan diselenggarakan berdasarkan asas:


a. manfaat;
b. usaha bersama dan kekeluargaan;
c. adil dan merata;
d. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan;
e. kepentingan umum;
f. keterpaduan;
g. tegaknya hukum;
h. kemandirian;
i. keterbukaan dan anti monopoli;
j. berwawasan lingkungan hidup;
k. kedaulatan negara;
l. kebangsaan; dan
m. kenusantaraan.

PASAL 202

Yang dimaksud dengan “fasilitas” adalah:


a. fasilitas pokok meliputi:
1) fasilitas keselamatan dan keamanan, antara lain Pertolongan Kecelakaan
Penerbangan – Pemadam Kebakaran (PKP-PK), salvage, alat bantu pendaratan
visual (Airfield Lighting System), sistem catu daya kelistrikan, dan pagar.
2) fasilitas sisi udara (airside facility), antara lain:
a) landas pacu (runway);
b) runway strip, Runway End Safety Area (RESA), stopway, clearway;
c) landas hubung (taxiway);
d) landas parkir (apron);
e) marka dan rambu; dan
f) taman meteo (fasilitas dan peralatan pengamatan cuaca).
3) fasilitas sisi darat (landside facility) antara lain:
a) bangunan terminal penumpang;
b) bangunan terminal kargo;
c) menara pengatur lalu lintas penerbangan (control tower);
d) bangunan operasional penerbangan;
e) jalan masuk (access road);
f) parkir kendaraan bermotor;
g) depo pengisian bahan bakar pesawat udara;
h) bangunan hanggar;
i) bangunan administrasi/perkantoran;
j) marka dan rambu; serta
k) fasilitas pengolahan limbah.
b. fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang secara langsung dan tidak langsung
menunjang kegiatan bandar udara dan memberikan nilai tambah secara ekonomis
pada penyelenggaraan bandar udara, antara lain fasilitas perbengkelan pesawat
udara, fasilitas pergudangan, penginapan/hotel, toko, restoran, dan lapangan golf.

PASAL 222 AYAT 2

Yang dimaksud dengan “personel bandar udara yang terkait langsung dengan
pelaksanaan pengoperasian dan/atau pemeliharaan fasilitas bandar udara”, antara
lain:
1) personel fasilitas teknik bandar udara;
2) personel fasilitas elektronika bandar udara;
3) personel fasilitas listrik bandar udara;
4) personel fasilitas mekanikal bandar udara;
5) personel pengatur pergerakan pesawat udara (apron movement control/AMC);
6) personel pengelola dan pemantau lingkungan;
7) personel pertolongan kecelakaan penerbangan-pemadam kebakaran (PKP-PK);
8) personel keamanan;
9) personel fasilitas keamanan penerbangan; dan
10) personel salvage.

B. PM 77 TAHUN 2011 TENTANG TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN


UDARA

Yang dimaksud tanggung jawab pengangkut adalah kewajiban badan usaha angkutan
udara niaga untuk mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang dan/atau
pengirim barang serta pihak ketiga.

C. PP 70 TAHUN 2011 TENTANG KEBANDARUDARAAN


Bandar Udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas
landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan/atau bmkongkar muat kargo
dan/atau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai
tempat perpindahan antar moda transportasi;

PASAL 11

1) Fasilitas sisi udara, antara lain, , berupa landasan pacu, taxiway, apron,airstrip.
2) Fasilitas sisi darat, antara lain, berupa terminal penumpang, bangunan operasi,
menara pengawas lalu lintas udara, depo pengisian bahan bakar pesawat udara.
3) Fasilitas navigasi penerbangan antara lain dapat berupa Non Directional Beacon
(NDB), Doppler VHF Omni Range (DVOR), Instrument Landing System (ILS), Radio
Detection and Ranging (RADAR).
4) Fasilitas alat bantu pendaratan visual antara lain dapat berupa Runway Lighting,
Taxiway Lighting, Visual Approach Slope Indicator (VASI), Precision Approach Path
Indicator (PAPI).
5) Fasilitas komunikasi penerbangan antara lain dapat berupa komunikasi antar
stasiun penerbangan, Automatic Message Switching Center (AMSC), komunikasi
lalu lintas penerbangan.

D. CIVILAVIATION SAFETY REGULATIONS (CASR) 139 TENTANG BANDAR UDARA


(PM 55 TAHUN 2015)

1. Apron adalah suatu area bandar udara di darat yang telah ditentukan untuk
mengakomodasi pesawat udara dengan tujuan naik turun penumpang, bongkar
muat kargo, penumpang, surat, pengisian bahan bakar, parkir, atau
pemeliharaan pesawat udara.
2. Daerah Manuver (Manouveri.ng Area) adalah bagian dari bandar udara yang
digunakan untuk lepas landas (take-off), pendaratan (landing) dan taxiing pesawat
udara, tidak termasuk apron.
3. Daerah Pergerakan (Movement Area) adalah bagian bandar udara yang
digunakan untuk lepas landas (take-off), mendarat (landing) dan taxiing pesawat
udara, yang terdiri dari daerah manuver dan apron.
4. Obstacle adalah seluruh objek tetap (terlepas apakah sementara atau permanen)
dan bergerak, atau bagian-bagiannya, yang berlokasi di daerah yang ditujukan
untuk pergerakan permukaan (surface movement) pesawat udara; atau menjulang
di atas suatu permukaan yang ditetapkan untuk melindungi pesawat udara yang
sedang terbang; atau menjulang di luar dari permukaan tersebut dan dinilai
berbahaya untuk navigasi penerbangan.
5. Obstacle Free Zone adalah ruang udara di atas inner approach surface, inner
transitional surface, balked landing surface, dan bagian dari strip yang dikelilingi
oleh permukaan (surfaces) dimaksud, yang tidak dipenetrasi oleh halangan
(obstacle) tetap selain yang bermassa rendah dan rapuh (frangible mounted) yang
dibutuhkan untuk navigasi penerbangan.
6. Obstacle Limitation Surface adalah suatu rangkaian dataran yang
berhubungan dengan masing-rnasing landas pacu (runway) pada bandar udara,
yang menjelaskan batasan yang diperbolehkan bagi objek untuk menjulang ke
ruang udara sehingga operasi pesawat udara dapat dilakukan dengan aman
(safe).
7. Rambu (Marker) adalah tanda yang dipasang untuk menunjukkan adanya
obstacle atau batas-batas tertentu dalam pengoperasian bandar udara.
8. Runway Excursion adalah suatu kejadian di bandar udara ketika pesawat udara
yang berada pada permukaan runway keluar di ujung atau sisi dari permukaan
runway.
9. Runway Incursion adalah keberadaan pesawat udara, kendaraan, manusia
ataupun hewan yang tidak seharusnya berada pada area take-off dan landing
yang berpotensi menjadi hazard bagi pesawat udara yang telah diberi izin untuk
landing dan take-off di runway.
10. Runway Safety adalah suatu usaha untuk mencegah terjadinya incident/
accident (kejadian/kecelakaan) pesawat udara yang terjadi di runway.
11. Runway Strip adalah suatu daerah atau wilayah tertentu termasuk landas pacu
dan stopway (bila ada stopway) dimaksudkan untuk :
a. Mengurangi resiko kerusakan pesawat udara pada saat tergelincir keluar
landas pacu; dan
b. Melindungi pesawat udara yang terbang di atasnya pada saat take-off atau
landing.
12. Taxiway Strip adalah daerah termasuk taxiway yang ditujukan untuk
melindungi pesawat udara yang beroperasi di taxiway dan untuk menurunkan
risiko kerusakan pada pesawat akibat meluncur keluar dari taxiway.
13. Ternpat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter (Heliport) adalah tempat
penclaratan dan lepas landas helikopter di claratan (surface level heliport}, di atas
gedung (elevated heliport), di anjungan lepas pantai/kapal (helideck}, dan di
shipboard.
14. Unserviceable Area adalah bagian dari daerah pergerakan yang tidak dapat
dipergunakan untuk pergerakan pesawat udara.
15. Work Area adalah bagian dari banclar udara yang dipergunakan sebagai tempat
pemeliharaan atau pekerjaan pembangunan/konstruksi yang sedang berjalan
yang dapat membahayakan keselamatan operasi pesawat udara.

Bandar udara yang dimaksud dalam PKPS Bagian 139 adalah:

a. Bandar Udara (Aerodrome);


b. Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter (Heliport); atau
c. Bandar Udara Perairan (Water Aerodrome).

Manajemen Operasi Apron

Manajemen apron meliputi prosedur pengaturan parkir pesawat udara, yang terdiri
dari:
a. Pengaturan antara pemandu lalu lintas penerbangan dan manajemen apron
berupa Letter of Agreement (LOA) atau sejenisnya dengan unit pelayanan informasi
aeronautika di unit ATS bandar udara masing - masing atau di unit ATS bandar
udara yang melayaninya untuk memastikan mekanisme dan koordinasi
pengaturan parkir pesawat udara.
b. Pengaturan terhadap alokasi tempat parkir pesawat udara dan pemberitahuannya
kepada operator pesawat udara (perusahaan penerbangan);
c. Pengaturan tentang memulai start engine, dan mendapatkan izin (clearance) untuk
mulai push-back;
d. Inventarisasi dan uraian tentang activation dan deactivation visual docking
guidance system yang dipergunakan di bandar udara;
e. Pelayanan marshalling;
f. Leader (van) service a tau follow me service;
g. Nama beserta peranan dan nomor telepon pejabat/personel yang bertanggung
jawab atas perencanaan dan pelaksanaan pengaturan parkir pesawat udara.
Manajemen Keselamatan Apron (Apron Safety Management)

Prosedur-prosedur yang termasuk dalam manajemen keselamatan apron


antara lain meliputi :
a. Perlindungan terhadap jet blast;
b. Pengawasan terhadap pelaksanaan safety precaution pada saat kegiatan refueling;
c. Pengawasan kebakaran dan prosedur kebakaran di apron;
d. Penyapuan apron;
e. Pembersihan apron;
f. Penyelenggaraan pelaporan incident dan accident di apron; dan
g. Penyelenggaraan audit terhadap pemenuhan keselamatan para personel yang
bekerja di apron.

E. KEPUTUSAN DIRJENHUB UDARA NO. SKEP/XI/1985 TENTANG PERATURAN


TATA TERTIB BANDARA

BAB 1
PASAL 1
8. K a r g o ialah barang muatan pesawat darat yang dilengkapi Surat Muatan
Udara (SMU).
9. Kendaraan ialah semua alat angkut, termasuk gerobak, kereta barang baik yang
dilengkapi maupun yang tidak dilengkapi mesin.
10. Kepala Bandar Udara adalah pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas
ketertiban, keamanan, keselamatan penerbangan dan kelancaran lalu-lintas di
Bandar Udara.
11. Landasan (Runway) adalah suatu jalur persegi panjang di Bandar Udara yang
disediakan bagi pesawat udara untuk melandas dan lepas landas.
26. Sisi Udara (Airside) ialah bagian dari Bandar Udara untuk operasi pesawat darat
dan segala fasilitas penunjangnya merupakan Daerah Bukan Publik.
27. Sisi Darat (Landside) ialah bagian dari Bandar Udara yang terbuka atau
terbatas untuk umum.
28. Operator ialah perorangan, instansi atau badan hukum perusahaan yang
melakukan kegiatan Operasi Penerbangan.
29. Taxiway ialah suatu jalur tertentu di Bandar Udara yang disediakan untuk
pergerakan pesawat udara dari suatu tempat ke tempat lainnya di darat.
30. Terminal ialah bangunan berikut perlengkapannya di Bandar Udara tempat
pengurusan naik/turunnya penumpang dan atau bongkar muat bagasi dan
kargo
F. PM PERHUBUNGAN NO. KM 21 TAHUN 2005 TENTANG MARKA DAN RAMBU
PADA DAERAH PERGERAKAN PESAWAT.

1. Marka di daerah pergerakan pesawat udara.


Marka di daerah pergerakan pesawat udara diluliskan atau digambarkan pada
permukaan landas pacu (runway), landas ancang (taxiway), dan apron.
2. Marka di landas pacu (runway)
Marka di landas pacu (runway) terdiri atas:
a) runway side stripe marking; Garis berwarna putih di sepanjang tepi pada
awal sampai dengan akhlr landas pacu (runway) yang terdiri atas: Garis
solid/tunggal atau terdiri dari serangkaian garis dengan lebar keseluruhan
sama dengan garis solid/tunggal. Fungsinya sebagai tanda batas tepi runway.
b) runway designation marking; Tanda berwarna putih dalam bentuk 2 (dua)
angka atau kombinasi 2 (dua) angka dan 1 (satu) huruf tertentu yang ditulis di
runway sebagai identitas runway. Fungsinya sebagai petunjuk arah runway
yang dipergunakan untuk take off dari/atau landing.
c) threshold marking; Tanda berwama putih dalam bentuk 2 (dua) angka atau
kombinasi 2 (dua) angka dan 1 (satu) huruf tertentu yang ditulis di runway
sebagai identitas runway. Fungsinya sebagai tanda permulaan yang digunakan
untuk pendaratan.
d) runway center line marking; Tanda berupa garis putus-putus berwarna putih
yang letaknya di tengah-tengah sepanjang runway . Fungsinya sebagai petunjuk
garis tengah runway.
e) aiming point marking; Tanda di runway yang terdiri dari 2 {dua) garis lebar
yang berwama putih. Fungsinya menunjukkan tempat pertama roda pesawat
diharapkan menyentuh runway saat mendarat.
f) touchdown zone marking; Tanda di runway yang terdiri dari garis-garis
berwama putih berpasangan, di kiri –kanan garis tengah runway. Fungsinya
menunjukkan panjang runway yang masih tersedia pada saat meJakukan
pendaratan.
g) displaced threshold marking; Tanda berwama kuning ditempatkan di ujung
runway berbentuk panah atau tanda silang, tetaknya di permukaan runway
sebelum threshold, disertai dengan transverse stripe dari threshold baru.
Fungsinya:
a) tanda panah menunjukkan bagian runway tersebut, hanya dapat
dipergunakan untuk tinggal landas dan
b) tanda silang menunjukkan bagian runway tersebut tidak dapat
dipergunakkan.
h) pre threshold marking. Adalah tanda berwarna kuning ditempatkan di luar
unjung runway di belakang threshold berbentuk panah. Fungsinya: tanda
panah dibuat di luar ujung runway menunjukkan bahwa daerah diperkeras
yang ticlak boleh dipergunakan untuk take off dan landing pesawat.
3. Marka di landas ancang (taxiway)
Marka di tandas ancang (taxiway) terdiri atas:
a) taxiway center line marking; Tanda berupa garis dengan lebar O, 15 m
berwarna kuning. Fungsinya memben tuntunan kepada pesawat udara dari
runway menuju apron atau sebaliknya.
b) runway holding position marking; Tanda garis yang melintang di taxiway
berupa 2 garis solid dan 2 garis terputus – putus berwama kuning. Dua garis
terputus-putus berada terdekat dengan runway. Fungsinya sebagai tanda bagi
pesawat untuk berhenti sebelum memperoleh izin memasuki runway.
c) taxiway edge marking; Garis berwama kuning di sepanjang tepi taxiway.
Fungsinya menunjukkan batas pinggir taxiway.
d) taxi shoulder marking; Tanda berupa garis - garis berwarna kuning dan
merupakan bahu taxiway. Marka ini dipasang apabila shoulder taxiway
diperkeras. Fungsinya sebagai tanda yang menunjukan tidak boleh dilalui
pesawat udara.
e) intermediate holding position marking; Tanda di persimpangan taxiway
berupa garis terputus putus yang berwarna kuning dan ukurannya telah
ditentukan. Fungsinya menunjukkan letak persimpangan taxiway.
f) exit guide line marking; Tanda berupa garis berwama kuning yang terletak di
runway dan menghubungkan dengan taxiway centre line. Fungsinya
memberikan tuntunan keluar masuk pesawat udara yang sedang taxi menuju
landas pacu (runway) atau sebaliknya.
g) road holding position marking; Tanda garis yang melintang di taxiway
berupa dua garis solid dan dua garis terputus-putus berwama putih, dua garis
terputus-putus berada terdekat dengan runway. Fungsinya sebagai tanda
kendaraan/ vehicle service untuk berhenti sebelum memperoleh izin memasuki/
rnenyeberang runway.
4. Marka di apron
Marka di apron terdiri atas:
a) apron safety line marking; Garis berwarna merah terusan (tidak putus) yang
berada di apron dengan lebar 0,20 m. Fungsinya menunjukkan batas yang jelas
antara apron, taxiway, aircraft stand taxi line atau daerah parking stand.
b) apron lead in dan lead out line marking; Garis yang berwarna kuning di
apron dengan lebar 0, 15 m. Fungsinya sebagai pedoman yang digunakan oleh
pesawat uoara melakukan taxi ke dalam atau keluar apron.
c) aircraft stop line marking; Tanda berupa garis atau bar berwarna kuning.
Fungsinya sebagai tanda tempat berhenti pesawat udara yang parkir.
d) apron edge line marking; Garis berwarna kuning di sepanjang tepi apron.
Fungsinya menunjukkan batas tepi apron.
e) parking stand number marking; Tanda di apron berupa huruf dan angka
yang berwarna kuning dengan latar belakang warna hitam. Fungsinya
menunjukkan nomor tempat parkir pesawat udara.
f) aviobridge safety marking; Tanda di apron berupa garis-garis berwama merah
yang berbentuk trapesium. Fungsinya menunjukkan daerah pergerakan
aerobridge (Garbarata)
g) equipment parking area marking; Tanda berupa garis yang berwama putih
dengan lebar 0, 15 m. Fungsinya sebagai pembatas pesawat udara dengan area
yang diperuntukkan sebagai tempat parkir peralatan pelayanan darat pesawat
udara.
h) no parking area marking; Tanda yang berbentuk persegi panjang dengan
garis-garis berwarna merah yang tidak boleh digunakan untuk parkir peralatan.
Fungsinya:
a) digunakan untuk manuver towing tractor;
b) digunakan untuk kendaraan bila terjadi emergency.
i) service road marking; Tanda berupa 2 (dua) garis yang paralel sebagai batas
pinggir jatan dan garis putus-putus sebagai petunjuk sumbu jalan, berwarna
putih dengan lebar garis 0, 15 m. Fungsinya sebagai jalan pelayanan umum
bagi kendaraan/ peralatan membatasi sebelah kanan dan kiri yang
memungkinkan pergerakan peralatan (GSE) terpisah dengan pesawat udara.
5. Rambu di daerah pergerakan pesawat udara
Rambu di daerah pergerakan pesawat udara diletakkan atau dipasang di daerah
landas pacu (runway), landas ancang (taxiway), dan apron.
6. Rambu yang dlletakkan atau dipasang di daerah landas pacu (runway)
Rambu yang diletakkan atau dipasang di daerah landas pacu (runway), landas
ancang (taxiway) merupakan:
a) mandatory instruction sign; Rambu yang berupa lambang atau prasasti
berwarna putih dengan latar belakang warna merah. Fungsinya sebagai tanda
yang menunjukkan lokasi, perintah, atau larangan bagi pesawat udara yang
sedang taxi atau kendaraan lain .
b) information sign; Keterangan atau tanda berupa lambang berwama hitam
dengan latar belakang warna kuning, kecuali location sign berupa lambang atau
prasasti berwarna kuning dengan latar belakang warna hitam. Fungsinya
menunjukkan arah yang harus diikuti dan nomor, huruf atau singkatan yang
menunjukkan maksud tertentu.
7 Rambu yang diletakkan atau dipasang di daerah apron
Rambu yang diletakkan atau dipasang di daerah apron merupakan information
sign yang terdiri dari:
a) VOR aerodrome check point sign; dan
b) Aircraft stand identification sign.

F. PEMBATASAN USIA PERALATAN GSE (PM 174 TAHUN 2015)

PASAL II
Pembatasan usia operasi peralatan penunjang pelayanan darat pesawat udara (
Ground Support Equipment/GSE) dan kendaraan operasional yang beroperasi di sisi
udara dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu:
a. kelompok usia operasi 15 (lima belas) tahun; dan
b. kelompok usia operasi 10 (sepuluh) tahun.

PASAL III
(1) Kelompok usia operasi 15 (lima belas) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 huruf a meliputi:
a. Towbarless Tractor (TBT);
b. Aircraft Towing Tractor (ATT);
c. Baggage Towing Tractor {BTT);
d. Lower, Upper Deck Loader (HLL);
e. Main Deck Loader (MDL);
f. Incapacitated Passenger Loading Vehicle (IPL);
g. Cargo Transporter Loader {CTL);
h. Refueling De-refueling Truck (RDT);dan
1. Fuel Hydrant Dispencer Truck (HDT).
J. Apron Passenger Bus (APB);
k. High Lift Catering Truck (HCT);
1. Passenger Boarding Stairs (PBS);
m.Ground Power Unit (GPU);
n. Air Starter Unit (ASU);
o. Air Conditioning Unit (ACU);
p. Conveyor Belt Loader (CBL);
q. Forklift for Loading Aircraft Lower Deck (FLT);
r. Lavatory Service Truck {LST);
s.Water Service Truck (WST);
t. Heli Dollies (HDL);
u.Container Dollies (CDL);
v. Pallet Dollies (PDL};
w. Aircraft Towing Bar (ATB);dan x. Aircraft Tail Jack (ATJ).

(2) Kelompok usia operasi 10 (sepuluh) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf b meliputi:
a. Kendaraan yang beroperasi di sisi udara (Airside Operations Vehicle/ AOV)
b. Crew Transportation Vehicle (CTV);
c. Catering Truck (CTT);
d. Aircraft Cleaning Equipments (ACE);
e. Portable Genset (P-GNS);
f. Lavatory Service Cart {LSC);
g.Water Service Cart (WSC);
h. Baggage Cart (BCT};
1. Towed Passenger Stair (TPS);
J.Airside Maintenance Stair (AMS};
k. Baggage Sliding Bridge (ESB};
1. Aircraft Wheel Chock (A WC);
m. Passenger Wheel Chair (PWC}; dan
n. Air Craft Passenger Canopy (APC}.
G. AC 139-14 STANDAR KOMPETENSI PERSONEL BANDAR UDARA (KP 22 TAHUN
2015)

1. STANDAR KOMPETENSI PERSONEL BIDANG PENGATUR PERGERAKAN PESAWAT


UDARA (APRON MOVEMENT CONTROL/AMC)
a. Kompetensi
1. Junior
a. Mampu melakukan pembinaan terhadap personel, peralatan/kendaraan
dan pesawat udara di apron;
b. Mampu melakukan pengawasan dan tata tertib lalu lintas pergerakan di
apron;
c. Mampu melakukan pengaturan parkir pesawat udara di apron;
d. Mampu menjamin kebersihan di apron;
e. Mampu menjamin fasilitas di apron dalam kondisi baik;
f. Mampu menjamin keselamatan pergerakan personel, peralatan/kendaraan
dan pesawat udara di apron.
2. Senior
a. Mampu melakukan pembinaan terhadap personel, peralatan/kendaraan
dan pesawat udara di apron;
b. Mampu melakukan pengawasan dan tata tertib lalu lintas pergerakan di
apron;
c. Mampu melakukan pengaturan parkir pesawat udara di apron;
d. Mampu menjamin kebersihan di apron;
e. Mampu menjamin fasilitas di apron dalam kondisi baik;
f. Mampu menjamin keselamatan pergerakan personel, peralatan/kendaraan
dan pesawat udara di apron;
g. Mampu menganalisa seluruh kegiatan di apron pada saat peak hour / peak
season;
h. Mampu merencanakan pengaturan parkir pesawat udara dalam kondisi
tidak normal / darurat;
i. Mampu menganalisa dan melakukan koordinasi terhadap kegiatan
operasional di apron;
j. Mampu melakukan investigasi terhadap incident / accident di apron dan
melakukan pelaporan;
k. Mampu menganalisa, merekomendasikan serta menjamin agar incident /
accident tidak terulang lagi.

b. Standar Kompetensi
1. Junior
a. Mengetahui dan memahami peraturan perundang-undangan yang terkait;
b. Mengetahui dan memahami Layout bandar udara dan Aerodrome Manual;
c. Mengetahui dan memahami communication Procedure, Basic ATS, General
Aviation Meteorology dan Basic Radio Telephony;
d. Mengetahui dan memahami jenis/type, bagian dan fungsi serta Nationality
dan Registrasi pesawat udara;
e. Mengetahui dan memahami Apron Management Service;
f. Mengetahui dan memahami Apron Safety Management;
g. Mengetahui dan memahami Spesifikasi dan Operasional GSE;

2. Senior
a. Mengetahui dan memahami peraturan perundang-undangan yang terkait;
b. Mengetahui dan memahami Layout bandar udara dan Aerodrome Manual;
c. Mengetahui dan memahami communication Procedure, Basic ATS, General
Aviation Meteorology dan Basic Radio Telephony;
d. Mengetahui dan memahami jenis/type, bagian dan fungsi serta Nationality
dan Registrasi pesawat udara;
e. Mengetahui dan memahami Apron Management Service;
f. Mengetahui dan memahami Apron Safety Management;
g. Mengetahui dan memahami Spesifikasi dan Operasional GSE;
h. Mengetahui dan memahami Human Factor;
i. Mengetahui dan memahami Airport Emergency Plan.

c. Kewenangan
1. Junior
a. Melakukan pengawasan dan tata tertib lalu lintas pergerakan di Apron.
b. Melakukan pengaturan parkir pesawat udara di apron.
c. Menjamin kebersihan di apron.
d. Menjamin fasilitas di apron dalam kondisi baik.
e. Menjamin keselamatan pergerakan orang, peralatan dan pesawat udara di
apron.
2. Senior
a. Melakukan pengawasan dan tata tertib lalu lintas pergerakan di Apron.
b. Melakukan pengaturan parkir pesawat udara di apron.
c. Menjamin kebersihan di apron.
d. Menjamin fasilitas di apron dalam kondisi baik.
e. Menjamin keselamatan pergerakan orang, peralatan dan pesawat udara di
apron
f. Menganalisa seluruh kegiatan dan fasilitas di apron.
g. Merencanakan pengaturan parkir pesawat udara dalam kondisi darurat.
h. Mengevaluasi dan melakukan koordinasi terhadap kegiatan operasional di
apron.
H. AC 139-11 LISENSI PERSONEL BANDAR UDARA (KP 21 TAHUN 2015)

1. Peralatan Pelayanan Darat Pesawat Udara (Ground Support Equipment/GSE)


adalah peralatan bantu yang dipersiapkan untuk keperluan pesawat udaradi darat
pada saat kedatangan dan/atau keberangkatan, termasuk untuk pemuatan
dan/atau penurunan penumpang, kargo, pos, serta keperluan operasional
pesawat udara lainnya.
2. Personel pengatur pergerakan pesawat udara (Apron Movement Control/AMC)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir e, merupakan personel bandar udara
yang memiliki lisensi dan rating untuk melaksanakan pengawasan terhadap
ketertiban, keselamatan pergerakan lalu lintas di apron serta penentuan parkir
pesawat udara.

Warna sampul buku harus berbeda untuk setiap buku Lisensi, yaitu:
Merah jambu, diberikan untuk:
1) lisensi personel pengatur pergerakan pesawat udara (apron movement control
amc dengan 1 (satu) garis berwarna emas dibawah tulisan bidang lisensi
untuk tingkat lisensi senior; dan
2) lisensi personel pengatur pergerakan pesawat udara (apron movement control
/ amc dengan 1 (satu) garis berwarna silver dibawah tulisan bidang lisensi
untuk tingkat lisensi junior; dan
3) lisensi personel fasilitas peralatan pelayanan darat pesawat udara (ground
support equipment/gse);
4) lisensi personel pemandu parkir pesawat udara (marshaller); dan
5) lisensi personel pelayanan garbarata.

I. WEB REFERENSI

I. DASAR HUKUM

1. Undang-Undang No. 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan.

2. Annex 2 ICAO Tentang Rules Of the Air.

3. Annex 14 ICAO Tentang Aerodrome.

4. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 83 Tahun 2017 Tentang Peraturan


Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Sefety Regulations
Part 139) Teantang Bandar Udara (Aerodromes).

5. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 174 Tahun 2015 Tentang


Pembatasan Usia Peralatan Penunjang Pelayanan darat Pesawat Udara
(Ground Support Equipment/GSE) Dan Kendaraan Yang Beroperasi Disisi
Udara.

6. Keputusan Dirjenhubud No. SKEP/100/XI/1985 Tentang Peraturan Tata


Tertib Bandara.

7. Keputusan Dirjenhubud No. SKEP/140/VI/1999 Tentang Persyaratan dan


Prosedur Pengoperasian Kendaraan Disisi Udara.

8. Peraturan Direktur Jenderal Hubud No. KP 41 Tahun 2017 Tentang Pedoman


Teknis Operasional Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-11 (Advisory
Circular CASR Part 139-11) Lisensi Personil Bandara.

9. Peraturan Direktur Jenderal Hubud No. KP 22 Tahun 2015 Tentang


Pedoman Teknis Operasional Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-14
Advisory Circular CASR Part 139-14) Standar Kompetensi Personil Bandara
10. Peraturan Dirjenhubud No. KP. 635 Tahun 2015 Tentang Standar Peralatan
Pelayanan Darat Pesawat Udara (Gound Support Equipment) Dan
Kendaraan Yang Operasional Yang Beroperasi Disisi Udara.

11. Peraturan Dirjenhubud No. KP 39 Tahun 2015 tentang Standar Teknis dan
Operasi Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 Volume I
Bandar Udara (Aerodromes).

II. SIAPAPUN YANG ADA DI SISI UDARA HARUS :

1. Mematuhi peraturan dan tata tertib serta prosedur yang berlaku.

2. Mematuhi petunjuk2 yang diberikan oleh direktur jendral perhubungan


udara atau pejabat yang ditunjuk.

3. Memberikan keterangan yang diperlukan kepada petugas yang berwenang.

4. Menyampaikan informasi dan data kepada kepala bandar udara/kepala


otban untuk keperluan ketertiban dan kelancaran pengelolaan bandar udara.

5. Memelihara ketertiban, keamanan dan kebersihan.

III. SIAPAPUN YANG BERADA DI SISI UDARA DIANJURKAN AGAR :

1. Tidak meninggalkan barang berharga di sembarang tempat

2. Tidak meninggalkan kendaraannya dalam keadaan tidak terkunci

IV. SIAPAPUN DILARANG MELAKUKAN KEGIATAN YANG MENGGANGGU


KETERTIBAN UMUM, KEAMANAN DAN KESELAMATAN DI SISI UDARA
BERUPA :

1. Bermain layang-layang.

2. Perjudian dalam bentuk apapun.

3. Perbuatan asusila.

4. Mengembala ternak.

5. Berjalan atau melintas selain di jalan, jalur atau bagian jalur lalu lintas yang
telah ditentukan.

6. Membuang sampah tidak pada tempatnya.

V. PAS BANDAR UDARA :

1. Setiap orang, baik pejabat maupun protokol dari instansi, termasuk petugas
atau karyawan bandar udara yang memasuki atau bertugas di sisi udara
harus memiliki tanda izin masuk yang dikeluarkan oleh othoritas bandar
udara

2. Semua kendaraan yang memasuki atau berada di daerah sisi udara harus
memiliki tanda izin (pas) yang dikeluarkan oleh othoritas bandar udara
3. Pas bandara harus selalu dipakai di dada sebelah kiri, kurang lebih 15 cm
dari pundak

VI. PAS BANDARA HANYA BERLAKU UNTUK :

1. Pemegang yang namanya tersebut di dalam pas

2. Kendaraan yang merk, jenis, dan nomor polisinya tercantum di dalam pas

3. Daerah yang diizinkan sebagaimana tertera dalam pas

4. Jangka waktu yang tercantum dalam pas

5. Pas bandara yang hilang harus segera dilaporkan oleh pemiliknya kepada
othoritas bandar udara dengan melampirkan surat keterangan kepolisian

VII. KETENTUAN DI APRON :

1. Penempatan pesawat udara di apron dikenakan biaya yang sesuai dengan


peraturan yang berlaku.

2. Penguasa bandar udara dapat melarang atau menahan pesawat udara yang
akan bertolak.

VIII. JEMBATAN PINTU (AVIOBRIDGE) :

1. Pengoprasian jembatan pintu (aviobridge) hanya oleh petugas yang


dinyatakan cakap

2. Semua kendaraan atau peralatan dilarang parkir atau lewat di bawah


jembatan pintu (aviobridge) dan harus segera menyingkirkan dari daerah
lintasannya apabila jembatan pintu itu akan dioprasikan

IX. KENDARAAN :

1. Semua kendaraan dilarang masuk ke apron, kecuali yang sudah mendapat


izin/pas khusus apron

2. Semua kendaraan yang karena fungsinya selalu berada di apron dalam


rangka melayani pesawt udara wajib diberi nama dan logo perusahaan yang
bersangkutan

X. PENGEMUDI KENDARAAN :

1. Para pengemudi kendaraan atau peralatan pelayanan darat (Ground


Handling) yang melayani pesawat udara di darat atau yang beroprasi di
apron, disamping pas bandara dan surat izin mengemudi, harus mempunyai
tanda izin khusus mengemudi yang dikeluarkan oleh othoritas bandar udara.

2. Instansi-instansi yang akan mempekerjakan karyawannya untuk


mengemudikan kendaraan atau peralatan pelayanan darat (Ground Handling)
di apron, harus mengajukan permohonan kepada othoritas bandar udara.
XI. KENDARAAN DI APRON HARUS MENDAHULUKAN ATAU MEMBERIKAN
JALAN :

1. Pesawat udara yang bergerak

2. Kendaraan PKPPK

3. Penumpang yang berjalan

4. Pesawat udara yang ditarik

5. Kendaraan-kendaraan yang akan melewati pesawat udara dalam jarak dekat,


kecuali yang akan di jalan service road, harus melakukannya dengan arah
sejajar dengan badan pesawat udara setelah:

a. Ganjal-ganjal roda pesawat udara dipasang

b. Mesin pesawat udara dimatikan

6. Kendaraan-kendaraan yang sedang parkir di apron atau di dekat pesawat


udara, harus memasang rem ataupun alat-alat penahan gerak yang lain.

7. Jika sebuah pesawat udara akan bergerak, dilarang ada kendaraan yang
bergerak di depan atau di belakang pesat udara tersebut

8. Jika pesawat udara sedang bergerak dengan mesinnya, kendaraan lain hanya
diperbolehkan lewat dibelakangnya pada jarak yang cukup aman

9. Dilarang menjalankan kendaraan atau menempatkan peralatan sehingga


menghalangi marshaller yang sedang memberi isyarat-isayarat
menghidupkan mesin atau memarkir pesawat udara dan menyebabkan
tugas-tugas marshalling terhalang atau terganggu

10. Jika sebuah pesawat udara sedang taksi atau dituntun oleh sebuah
kendaraan pemandu (“FOLLOW ME”) dengan mempergunakan lampu kuning
yang berkedip di atas kendaraan tersebut maka kendaraan-kendaraan lain
harus memberinya jalan.

11. Semua kendaraan dan peralatan lain yang digunakan untuk pelayanan
pesawat udara, harus segera dipindahkan atau disingkirkan atau disimpan di
tempat atau ruang yang telah disediakan sesudah pesawat udara yang
dilayani berangkat.

12. Dilarang menempatkan kendaraan di daerah apron, kecuali:

a. dengan jarak tertentu terhadap pesawat udara yang sedang diparkir bagi
kendaraan yang sedang melakukan tugas-tugas pelayanan darat (ground
handling); dan

b. pada tempat-tempat yang telah ditentukan oleh Penguasa/Kepala Bandar


Udara.
XII. KECEPATAN KENDARAAN :

1. Di luar apron (Acces Road) 40 Km/Jam

2. Pada jalan-jalan dilingkungan perparkiran pesawat udara (Service Road) 25


Km/Jam

3. Di daerah Make-up/Break down area 15Km/Jam

4. Pada daerah Apron 10 Km/Jam

XIII. TUMPAHAN (SPILLAGE) :

1. Dalam hal terjadinya tumpahan bahan bakar atau bahan pelumas pesawat
udara di apron, Operator atau Perusahaan Penerbangan harus segera
memberitahukannya kepada Penguasa/Kepala Bandar Udara.

2. Bahan bakar atau pelumas yang tertumpah di apron harus segera


dibersihkan oleh Operator atau Perusahaan Penerbangan yang
bersangkutan.

3. Apabila Operator atau Perusahaan Penerbangan yang bersangkutan tidak


segera melaksanakan pembersihan maka pelaksanaannya akan dilakukan
oleh bandar udara atas beban biaya dari Operator atau Perusahaan
Penerbangan yang bersangkutan.

XIV. PENGANGKUTAN PENUMPANG :

1. Dilarang melakukan pengangkutan penumpang dengan kendaraan yang


bukan khusus untuk penumpang, kecuali atas izin Penguasa/Kepala
Bandar Udara.

2. Dilarang menaikkan atau menurunkan penumpang pada waktu satu mesin


pesawat udara atau lebih sedang hidup atau berputar, kecuali jika mesin
yang hidup itu di bagian yang tidak membahayakan penumpang yang
sedang turun atau naik pesawat udara tersebut.

3. Pada waktu penumpang melintasi apron dengan berjalan kaki, Perusahaan


Penerbangan harus mengawasi dan menjamin bahwa mereka berjalan
dengan aman, tidak terganggu oleh kendaraan-kendaraan yang bergerak di
apron dan mereka harus berjalan berombongan tidak terpencar-pencar,
serta tiap rombongan harus dikawal oleh seorang petugas atau lebih
Perusahaan Penerbangan yang mengetahui peraturan-peraturan bandar
udara yang berlaku.

XV. PUTARAN 180° (ONE WHEEL LOCK TURN) :

1. Dalam menggerakkan pesawat udara, Penerbang tidak diperbolehkan


membuat putaran 180° dengan one wheel lock turn di atas landasan,
taxiway, apron atau di daerah lain di bandar udara, kecuali kalau memang
diperlukan atau dikehendaki untulk kepentingan operasional dan atas izin
Menara Pemandu Lalu Lintas Udara (Aerodrome Control Tower).
2. Perusahaan Penerbangan dari pesawat udara yang menimbulkan kerusakan
sebagai akibat gerakan putaran 180° (one wheel lock turn), wajib mengganti
rugi atas perbaikan dari kerusakan itu, kecuali apabila gerakan itu atas
perintah Menara Pemandu lalu Lintas Udara.

XVI. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB UNIT AMC

Tugas dari AMC atau Apron Movement Control adalah sebagai penanggung
jawab dalam melaksanakan kegiatan pelayanan operasi penerbangan,
pengawasan pergerakan pesawat udara, lalu lintas kendaraan, orang dan
barang, kebersihan di sisi udara serta pencatatan data penerbangan dan
penulisan laporan tugas.

XVII. PERSONEL AMC

Personel pengatur pergerakan pesawat udara (Apron Movement Control


/AMC) sebagaimana dimaksud, merupakan personel bandar udara yang
memiliki lisensi dan rating untuk melaksanakan pengaturan dan pengawasan
terhadap ketertiban, keselamatan pergerakan lalu lintas di apron serta
pemarkiran atau penempatan pesawat udara.

XVII. FUNGSI UNIT KERJA AMC

1) Mengatur pergerakan pesawat udara dengan tujuan untuk menghindarkan


adanya tabrakan antara pesawat udara dan antara pesawat udara dengan
obstacle.
2) Mengatur masuknya pesawat udara ke apron dan mengkoordinasikan
pesawat udara yang keluar dari apron dengan ADC.
3) Menjamin keselamatan dan kecepatan serta kelancaran pergerakan
kendaraan dan pengaturan yang tepat dan baik bagi kegiatan lainnya.

XVIII. KEGIATAN PELAYANAN AMC

1) Menyiapakan aircraft parking stand allocation terlebih dahulu, untuk


memudahkan pemarkiran dan handling pesawat udara bersangkutan.

2) Mengadakan pengaturan terhadap engine run up, aircraft towing,memonitor


start up clearence yang diberikan control tower untuk meningkatkan
keselamatan dan kelancaran lalu lintas di apron.

3) Menyediakan marshaller dan follow me service.

4) Memberikan/menyebarkan informasi kepada para operator mengenai hal-hal


yang berkaitan dengan adanya suatu kegiatan yang sedang berlangsung yang
berpengaruh terhadap kegiatan operasi lalu lintas di apron.

5) Menyediakan dukungan dan bantuan bagi pesawat udara yang sedang dalam
keadaan emergency.

6) Membuat/mengadakan suatu pengaturan security seperti identifikasi bagasi


di parking stand, dll.
7) Mengadakan control terhadap disiplin di apron dengan mengeluarkan
ketentuan/aturan yang berkaitan dengan pengemudi dan kendaraan yang
beroperasi di apron.

8) Menjamin kebersihan apron dengan melaksanakan dan menetapkan suatu


program inspeksi dan standar pencemaran yang ketat.

9) Menjamin bahwa kondisi fasilitas penunjang di apron selalu dalam keadaan


baik setiap saat.

10) Mengoperasikan Aviobridge/Garbarata

XIX. PENGEMBANGAN FUNGSI PELAYANAN AMC

1. Pengoperasian Garbarata/Aviobridge.

2. Mengadakan koordinasi dengan petugas airlines/ground handling agent


untuk mengoperasikan Ground Power Unit.

3. Pemarkiran Pesawat Udara/marshalling.

4. Pemberian Tanda Izin Mengemudi khusus di airside.

5. Pemberian Tanda Laik Operasi bagi kendaraan dan peralatan yang beroperasi
di airside.

6. Pencatatan data penerbangan yang meliputi: flight registration, block on dan


block off time.

7. Input data ke dalam sistem perihal data penerbangan.

8. Pengaturan penggunaan baggage conveyor belt di terminal.

Catatan : Pengembangan fungsi pengawasan dan pelayanan unit AMC


tergantung kompleksitas dari masing-masing bandar udara.

XX. WILAYAH KERJA UNIT AMC

Wilayah kerja yang menjadi tanggung jawab pengawasan unit AMC meliputi :

1. APRON
2. SERVICE ROAD
3. MAKE-UP AREA
4. BREAK DOWN AREA

XXI. AIRCRAFT STAND ALLOCATION

Dalam pengalokasian aircraft parking stand senantiasa harus


mempertimbangkan jumlah parking stand yang tersedia serta tipe pesawat
udara (aircraft type) yang akan parkir. Tujuan aircraft stand allocation adalah :

1. Untuk mendapatkan penggunaan yang maksimum parking stand yang


terdekat dengan terminal serta untuk memberikan kenyamanan bagi
penumpang.
2. Untuk mendapatkan utilisasi yang lebih baik terhadap fasilitas yang
tersedia, misalnya aviobridge.
3. Memberikan informasi awal kepada operator dan handling agent tentang
kemungkinan lokasi parkir untuk pesawat yang akan datang.
4. Untuk memudahkan pengawasan dan pengaturan pergerakan kendaraan
dan peralatan/equipment.

XXII. PENGATURAN TERHADAP ENGINE RUN UP

Engine run up tidak saja menimbulkan adanya kebisingan (polusi


udara) namun juga menyebabkan suatu keadaan bahaya pada para petugas
yang terlibat di apron.

AMC harus dapat mengusahakan dan memastikan bahwa kegiatan run


up engine dilaksanakan pada stand yang sesuai untuk keperluan tersebut.
Oleh karena itu AMC harus memonitor pelaksana engine run up tersebut.

Bilamana kegiatan tersebut dapat mengganggu kegiatan operasi lainnya


di apron, maka AMC dapat menghentikan kegiatan run up dimaksud.

XXIII. AIRCRAFT TOWING

Pemarkiran pesawat udara dari suatu parking stand ke stan lainnya


diatur oleh AMC melalui komunikasi dengan ATS unit (aerodrome control
tower).

Maksud dan tujuan pengaturan semacam ini adalah untuk menjamin


agar gangguan terhadap pesawat udara yang sedang melakukan taxi keluar-
masuk apron seminim mungkin, yang berarti meningkatkan keselamatan.

MARSHALLING SERVICE

1. Marshalling service dapat dilakukan oleh pengelola bandar udara,


perusahaan operator pesawat udara/airlines atau oleh ground handling
agent.
2. Pengelola Bandar udara juga harus menyediakan kendaraan Follow Me
untuk keperluan pemanduan baik pemanduan terhadap kendaraan
yang akan memasuki daerah pergerakan pesawat udara karena
keperluan tertentu atau pemanduaan terhadap pesawat udara yang
mengalami gangguan emergency di movement area.

XXIV. PENYEBARAN FLIGHT INFORMATION

Pada umumnya flight information yang disebarkan oleh unit AMC adalah
informasi yang berupa :

1. Probable stand location


2. Block on/block off time
3. ETD/ETA
4. Aircraft Registration,dll
Informasi tersebut biasanya didistribusikan melalui jaringan system
komputer atau telepon/radio kepada pihak airline dan ground handling untuk
memudahkan pelaksanaan aircraft handling (turn round) pengaturan tenaga
kerja staf yang diperlukan.

XXV. DUKUNGAN TERHADAP PESAWAT UDARA DALAM KEADAAN


EMERGENCY

Pada saat suatu pesawat udara dalam keadaan emergency atau crash di
Bandar udara, maka akan diperlukan sejumlah kendaraan dan peralatan
untuk keperluan evakuasi para korban dan untuk recovery pesawat udara.

Ada 3 sumber dimana kendaraan dan peralatan dimaksud bisa didapatkan,


yaitu :

1. Pengelola bandar udara


2. Airline operator
3. Ground Handling agents

Untuk mengatur semua fasilitas kendaraan dan peralatan yang didapat


dari sumber-sumber tersebut di atas, tentu diperlukan suatu wadah/unit yang
sekaligus dapat memberi pengarahan dan petunjuk kepada para pengemudi
dan pembantu pengaturan yang terlibat dalam emergency. Wadah atau unit ini
dapat diperankan oleh unit Apron Movement Control.

XXVI. PENGATURAN SECURITY

Apron Movement Control melakukan koordinasi dengan organisasi-


organisasi seperti pihak pengamanan, baik satuan pengamanan bandara
maupun dengan kepolisian dalam pelaksanaan dan pengaturan security yang
hendaknya selalu menyertakan contingency plan untuk dapat menangani hal-
hal yang pada akhirnya memerlukan pengecekan/pengidentifikasian terhadap
barang-barang penumpang di parking stand bilamana ada indikasi ancaman
terhadap keselamatan penerbangan dalam bentuk bomb threat atau hijacking.

Kegiatan pengamanan seperti ini bisa berupa penentuan tempat untuk


parkir pesawat udara yang bersangkutan sekaligus pemeriksaan bagasi
penumpang pada pesawat udara tersebut.

XXVII. TRAFFIC REGULATIONS

Ketentuan yang mengatur tentang persyaratan bagi petugas dan kendaraan


yang diizinkan masuk dan beroperasi di sisi udara tertuang dalam :

1. Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No.


SKEP/100/XI/ 1985, tentang : Peraturan dan Tata Tertib Bandar Udara.

a. Traffic of Person

Personel yang diperbolehkan masuk/berada di apron adalah personil yang


telah mendapat persetujuan dari airport authority, yaitu:
1. Personil yang melaksanakan tugas berkaitan dengan operasi pesawat
udara.
2. Personil yang melaksanakan pemeliharaan / perawatan sarana /
prasarana bandar udara.
3. Petugas yang termasuk dalam unsur CIQ.

b. Traffic of Vehicle

Kendaraan yang diizinkan masuk ke wilayah sisi udara hanyalah kendaraan


tertentu yang memenuhi persayratan yang telah ditentukan, antara lain :

1. Kendaraan/peralatan airport authority;


2. Kendaraan/peralatan airlines operator;
3. Kendaraan/peralatan ground handling agent;
4. Kendaraan/peralatan konsesioner lainnya;
5. Kendaraan yang karena keperluan untuk insidentil diizinkan masuk
dengan pemanduan AMC.

c. Tanda Izin Mengemudi (Driving License)

Pengemudi kendaraan/peralatan di apron harus memiliki Tanda Izin


Mengemudi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pemberian TIM dilakukan setelah calon pengemudi memenuhi


persyaratan mengikuti penyuluhan, lulus evaluasi teori dan praktek, serta
persyaratan administrasi lainya.

Apabila di kemudian hari pengemudi yang bersangkutan tidak


mematuhi ketentuan berlalulintas, maka dapat diberikan sanksi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

d. TIM menurut golongannya:


1. TIM A = SIM A diberikan kepada pengemudi untuk kendaraan jenis sedan,
jeep, dan peralatan yang mempunyai jumlah berat tidak lebih dari 3500
kg.
2. TIM B = SIM B diberikan kepada pengemudi untuk kendaraan jenis bus
dan peralatan yang mempunyai jumlah berat lebih dari 3500 kg.
3. Tim C = SIM C diberikan kepada pengemudi sepeda motor.

e. Masa Berlaku TIM


1. Masa berlaku TIM adalah 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang.
2. Khusus bagi pemegang TIM berwarga negara asing, TIM hanya berlaku 1
tahun dan dapat diperpanjang.
XVIII. TATA TERTIB BERLALU LINTAS DI DAERAH PERGERAKAN

Setiap pengemudi di daerah pergerakan wajib :

a. Mematuhi marka dan rambu lalu lintas serta perintah atau petunjuk yang
diberikan oleh petugas yang berwenang.

b. Memberikan prioritas kepada pesawat udara yang sedang bergerak,


penumpang, kendaraan emergency dan pesawat udara yang ditarik.

c. Memperlambat laju kendaraan jika mendekati pesawat udara (5 km/jam).

XXIX. TATA TERTIB DI DAERAH KARGO UDARA

1. Daerah kargo udara dinyatakan sebagai daerah dilarang merokok;


2. Kendaraan yang telah memperoleh ijin masuk kargo udara diberikan pas
bandar udara dan stiker tanda masuk daerah kargo udara.
3. Setiap orang atau kendaraan yang masuk atau meninggalkan daerah
Kargo dan membawa barang harus dilengkapi dengan dokumen yang
syah, kecuali barang peralatan kerja.

XXX. SANKSI

1. Pencabutan TIM dilakukan melalui proses peringatan tertulis sebanyak 3


(tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 5 (lima)
hari kerja.
2. Apabila peringatan dimaksud di atas tidak diindahkan , maka dilanjutkan
dengan pembekuan TIM untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.
3. Apabila pada masa pembekuan tidak ada upaya perbaikan, maka TIM
dicabut.

XXXI. APRON (TERMINAL CONCEPT)

Menurut Airport Terminal Reference Manual Six Edition, IATA, terdapat


beberapa jenis apron yaitu:

1. Simple Concept
2. Linear Concept
3. Pier/finger Concept
4. Satellite Concept
5. Transporter Concept
6. Hybrid Concept

a. Simple Concept
Biasanya terdapat pada bandar udara yang memiliki jumlah traffic yang
rendah. Sistem perparkirannya angled nose-in atau self taxi or taxi out.
Dengan sistem ini telah dipeetimbangkan clearance yang cukup antara tepi
apron dengan bagian terminal yan menghadap sisi udara utuk mengurangi
efek jet blast bila tidak harus dilengkapi dengan jetblast fences
b. Linier Concept
Konsep ini merupakan pengembangan dari simple concept. Sistem
perparkiran pesawat dapat membuat sudut (angled), paralel atau nose-in.
Namun demikian sistem nose-in/push out configuration dengan clearance
yang cukup antara tepi Apron dengan terminal harus benar-benar
diperhitungkan untuk memudahkan handling pesawat dengan
penumpangnya. Sistem pemarkiran nose-in/push-out merupakan sistemyang
paling efisien, namun membutuhkan towing tractor dan petugas yang lebih
banyak serta terampil.
c. Pier/Finger Concept
Ada beberapa varian dalam konsep ini, yaitu; Y pier, T pier dan lain-lain.
Dalam konsep ini pesawat udara dapat parkir pada gate di kedua belah sisi,
bisa dengan posisi angled, paralel atau nose-in. Bila pada tipe pier tersedia
banyak gate, maka perlu dibuatkan double taxiway agar antara pesawat udara
yang masuk dan keluar tidak saling menghalangi (conflict).
d. Satellite Concept
Konsep ini terdiri dari unit-unit yang dikelilingi oleh tempat parkir pesawat
dan terpisah dari terminal, jalan bagi penumpang dari terminal menuju satelit
umumnya melalui bawah tanah. Pesawat yang parkir berbentuk jari-jari
lingkaran, paralel atau konfigurasi lain di sekeliling satelit. Dengan sistem ini,
pesawat pushed back dapat dilaksanakan dengan mudah tetapi akan terjadi
belokan-belokan tajam dan juga menimbulkan kemacetan lalu lintas
pelayanan di sekitar satelit.
e. Transporter Concept
Konsep ini seperti remote Apron yang letaknya agak jauh dari terminal dan
biasanya lebih dekat dengan runway. Keuntungannya jarak pesawat ketika
taxi lebih pendek, namun dibutuhkan alat transportasi untuk penumpang
dari pesawat ke terminal dan sebaliknya. Sistem ini dapat menyebabkan
kemacetan di apron dan resiko konflik antara kendaraan pelayanan lebih
tinggi.
f. Hybrid Concept
Merupakan kombinasi dari konsep-konsep di atas, misalnya yang bertujuan
untuk menanggulangi kepadatan lalu lintas.

XXXII. PERENCANAAN APRON

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan Apron antara lain:

1. Konfigurasi bangunan terminal


2. Ramalan jumlah traffics/ pesawat udara yang parkir pada peak hours
3. Dimensi pesawat udara yang akan parkir
4. Clearance requirement (wingtip to wingtip/wingtip to obstacle)
5. Kebutuhan service road
6. Parking Configuration
7. Kebutuhan tempat parkir GSE (equipment parking area)
8. Jetblast effect
Design apron secara keseluruhan akan langsung mengikuti lay-out dari
pada terminal building. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan aspek operasi dan
komersial dalam perencanaan pembuatan Apron dan terminal sehingga tercapai
tujuan efisiensi, keselamatan operasioanl dan kenyamanan pengguna jasa
(objevtive of achieving convenience).

XXXIII. PEMBAGIAN DAERAH APRON

Daerah apron dibagi menjadi 3 antara lain:

1. Daerah atau bagian yang digunakan untuk parkir pesawat udara (aircraft
operational stand/terminal gate atau remote gate).
2. Daerah atau bagian yang digunakan untuk taxi pesawat udara yang akan
masuk atau keluar parking stand (apron taxiway atau aircraft stand
taxilane).
3. Daerah atau bagian yang digunakan untuk pergerakan lalu lintas
kendaraan/peralatan (apron service road).

XXXIV. FASILITAS PENDUKUNG TUGAS DAN FUNGSI UNIT AMC

1. Rambu-rambu petunjuk visual;


2. Peralatan komunikasi radio;
3. Peralatan monitoring apron;
4. Peralatan mobilitas operasi;
5. Peralatan flight information system;
6. Perangkat sistem dan prosedur/SISPRO.

XXXV. HUBUNGAN KERJA (STAKEHOLDER) ATAU MULTI PENDUKUNG AMC

1. Perusahaan angkutan udara (airline);


2. Ground handling agent;
3. Pertamina ;
4. Unit pengamanan bandar udara/airport security;
5. Airport emergency service;
6. Airport authority;
7. Unsur Customs, Immigration, and Quarantine (CIQ)
8. Unit lain yang terkait operasional apron.

XXXVI. KEGIATAN APRON MANAGEMENT SERVICE DAPAT DILAKSANAKAN


DENGAN :
a. Mengatur alokasi parkir pesawat sebaik mungkin dengan jarak antar
pesawat, antar pesawat dengan bangunan terminal yang sedekat
mungkin untuk proses bongkar muat, Ini ditujukan untuk
pemanfaatan apron yang optimal.

b. Mengatur jarak yang cukup antar pesawat selain untuk kegiatan


bongkar muat, agak terpisah dari bangunan terminal untuk
menghindari rintangan di apron.
c. Menyediakan ruang parkir yang cukup untuk pelaksanaan pelayanan
terbaik bagi seluruh pesawat.

d. Membantu pesawat dalam kegiatan embarkasi dan disembarkasi.

e. Menyediakan fasilitas untuk pengisian bahan bakar.

f. Menyediakan transportasi dari tempat parkir pesawat ke bangunan


terminal jika jaraknya relatif jauh.

g. Menyediakan ruang untuk inspeksi pesawat, penumpang, kru


pesawat dan barang- barang bawaan.

Di apron disediakan service roads untuk pergerakan dan penyimpanan


ground equipment.

XXXVII. TUJUAN APRON MANAGEMENT SERVICE ADALAH UNTUK :

a. Mengatur pergerakan dan penempatan pesawat udara agar tidak


bertabrakan dengan pesawat udara lain.

b. Mengatur pergerakan dan penempatan pesawat udara agar tidak


bertabrakan atau terhalang oleh rintangan di Apron dan sekitarnya.

c. Mengatur penempatan pesawat udara pada parking stand-nya


berdasarkan tipe dan ukuran pesawat udara tersebut.

d. Mengatur keluar masuknya pesawat udara dari apron (parking


stand) ke manoeuvring area atau sebaliknya. dalam hal ini harus
dilakukan koordinasi dengan unit Aerodrome Control Tower terlebih
dahulu.

e. Menjamin keamanan dan kelancaran pergerakan kendaraan serta


keteraturan kegiatan lainnya di Apron.

f. Bekerjasama dengan aerodrome Control Tower mengatur arus masuk


dan arus keluar pesawat dari dan ke Apron.

Jika Aerodrome Control Tower tidak memberikan Apron


Management Service secara langsung maka harus dibuat peraturan
untuk memfasilitasi transisi pesawat dari Apron Management Unit
kepada Aerodrome Control Tower. Apron management service diberikan
dengan menggunakan fasilitas radiotelephony. Jika kondisi jarak
pandang di Apron kecil maka penggunaan kendaraan diapron harus
dibatasi seminimal mungkin. Kendaraan yang merespon keadaan
darurat harus menjadi prioritas daripada pergerakan traffic lainnya.
XXXVIII. STANDAR OPERATING PROCEDURE AMC

Dalam rangka memberikan arah dan tata kerja Apron Movement Control perlu
dibuat Standar Operating Procedure. Banyaknya potensi yang membahayakan
terkait dengan pergerakan pesawat, Ground Support Equipment dan orang di
Apron. Ini semua memberikan jaminan apron siap pakai yang berarti bahwa
Apron benar-benar aman, bersih, tertib dan lancar.

TUJUAN :

a. Memberikan panduan tentang aspek-aspek keselamatan selama


menjalankan tugas sebagai Apron Movement Control.
b. Mencegah terjadinya kecelakaan di Apron, berupa kecelakaan antara orang
/ penumpang danbarang, pesawat dan Ground Support Equipment.
c. Mengurangi tingkat kecelakaan yang lebih luas.
d. Meningkatkan mutu pelayanan sehingga dicapai tingkat pelayanan yang
baik bagi pengguna jasaBandara

PENGECEKAN PERMUKAAN APRON :

a. Seluruh permukaan apron harus bersih dari kotoran


b. Permukaan apron bebas dari tetesan dan tumpahan bahan pelumas
maupun bahan bakar minyak.
c. Permukaan apron harus rata tidak bergelombang dan berlobang.

PENGECEKAN PARKING STAND

a. Parking Stand bebas dari obstacle / rintangan.


b. Parking Stand bersih dari tetesan atau tumpahan BBM
c. Parking Stand harus tetap bersih dari kotoran.

PROSEDUR PESAWAT BERANGKAT

a. Mencatat waktu block off.


b. Mencatat flight registration pesawat udara.

PROSEDUR PESAWAT MENGALAMI RTB (RETURN TO BASE)

a. Koordinasi dengan tower sebab-sebab RTB.


b. Menempatkan pesawat di posisi parkir yang aman.
c. Mencatat waktu RTB.
d. Mencatat waktu block on.
e. Mencatat flight registration.

PROSEDUR PESAWAT MEGALAMI EMERGENCY

a. Mengkoordinasikan dengan Tower.


b. Mengkoordinasikan dengan PKP-PK.
c. Mengkoordinasikan dengan Ground Handling.
d. Mengkoordinasikan Airline.
e. Mengatur seluruh alat dukung / Ground Support Equipment yang bergerak
di apron.
f. Mencatat semua kejadian dan tindak lanjut.
g. Membuat laporan kejadian secara tertulis.Demikian Standard Operating
Procedure ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagai bahan pedoman
dilapangan bagi para petugas Apron Movement Control.

XXXIX. PERLAMPUAN /AIRFIELD LIGHTNING SYSTEM (AFL)

Sistem perlampuan ini bisa memberikan informasi dengan kemiringan


yang diinginkan, intensitasnya cahayanya bisa diatur sehingga menjamin
informasinya mencapai mata pilot dalam keadaan cuaca jelek maupun cuaca
baik di malam hari tanpa menyilaukan mata pilot. Airfield Lighting System (AFL)
meliputi peralatan-peralatan sebagai berikut :
a. Runway edge light
Adalah rambu penerangan landasan pacu, terdiri dari lampu-lampu yang
dipasang pada jarak tertentu di tepi kiri dan kanan landasan pacu untuk
memberi tuntunan kepada penerbang pada pendaratan dan tinggal landas
pesawat terbang disiang hari pada cuaca buruk, atau pada malam hari.
b. Threshold light
Adalah rambu penerangan yang berfungsi sebagai penunjuk ambang batas
landasan, dipasang pada batas ambang landasan pacu dengan jarak tertentu
memancarkan cahaya hijau jika dilihat oleh penerbang pada arah
pendaratan.
c. Runway end light
Adalah rambu penerangan sebagai alat bantu untuk menunjukan batas
akhir/ujung landasan, dipasang pada batas ambang landasan pacu dengan
memancarkan cahaya merah apabila dilihat oleh penerbang yang akan
tinggal landas.
d. Taxiway light
Adalah rambu penerangan yang terdiri dari lampu-lampu memancarkan
cahaya biru yang dipasang pada tepi kiri dan kanan taxiway pada jarak-jarak
tertentu dan berfungsi memandu penerbang untuk mengemudikan pesawat
terbangnya dari landasan pacu ke dan atau dari tempat parkir pesawat.
e. Flood light
Adalah rambu penerangan untuk menerangi tempat parkir pesawat terbang
diwaktu siang hari pada cuaca buruk atau malam hari pada saat ada
pesawat terbang yang menginap atau parkir.
f. Approach light
Adalah rambu penerangan untuk pendekatan yang dipasang pada
perpanjangan landasan pacu berfungsi sebagai petunjuk kepada penerbang
tentang posisi, arah pendaratan dan jarak terhadap ambang landasan pada
saat pendaratan.
g. PAPI (Precision Approach Path Indicator) dan VASIS (Visual Approach
Slope Indicator System)
Adalah rambu penerangan yang memancarkan cahaya untuk memberi
informasi kepada penerbangan mengenai sudut luncur yang benar, dan
memandu penerbang melakukan pendekatan menuju titik pendaratan pada
daerah touch down.
h. Rotating Beacon
Adalah rambu penerangan petunjuk lokasi bandar udara, terdiri dari 2 (dua)
sumber cahaya bertolak belakang yang dipasang pada as yang dapat
berputar, sehingga dapat memancarkan cahaya berputar dengan warna
hijau dan putih pada umumnya Rotating Beacon dipasang diatas tower.
i. Turning area light
Adalah rambu penerangan untuk memberi tanda bahwa didaerah ini
terdapat tempat pemutaran pesawat terbang.
j. Apron Light
Adalah rambu penerangan yang terdiri dari lampu-lampu yang
memancarkan cahaya merah yang dipasang di tepi Apron untuk memberi
tanda batas pinggir Apron.
k. Sequence Flashing Light (SQFL)
Adalah lampu penerangan berkedip berurutan pada arah pendekatan. SQFL
dipasang pada Bar 1 s/d Bar 21 Approach Light System.
l. Traffic Light
Adalah rambu penerangan berfungsi sebagai tanda untuk pengaturan
kendaraan umum yang dikhawatrikan akan dapat menyebabkan gangguan
terhadap pesawat terbang yang sedang mendarat.
m. Obstruction Light
Adalah rambu penerangan berfungsi sebagai tanda untuk menunjukan
ketinggian suatu bangunan yang dapat menyebabkan gangguan/rintangan
pada penerbangan.
n. Wind Cone
Adalah rambu penerangan menunjukan arah angin bagi pendaratan atau
lepas landas suatu pesawat terbang.

Anda mungkin juga menyukai