Oleh kelompok 2 :
KELAS C2
2020
Abstrak: Dalam rangka memenuhi kebutuhan energi terbarukan (renewable energy),
permintaan dunia terhadap CPO (Crude Palm Oil) meningkat. Imbas kebijakan
meningkat. Tahapan yang dilakukan adalah dengan membakar lahan gambut dan
menanaminya dengan pohon sawit. Dampak dari perluasan lahan sawit dengan
pembakaran lahan gambut adalah polusi asap, peningkatan gas emisi rumah kaca,
Pendahuluan
Populasi manusia yang tiap tahun makin meningkat, bahkan menurut PBB diprediksi
pada tahun 2050 populasi manusia menjadi 9,3 miliar jiwa menyebabkan kebutuhan
hidup manusia menjadi semakin beragam. Sedangkan umur bumi semakin tua dan
sumber daya alam yang tersedia juga semakin menipis. Ketergantungan manusia
manusia yang beragam. Industri yang semakin berkembang dan maju tentu
membutuhkan energi. Energi ini didapat dari Bahan Bakar Minyak (BBM) yang
sifatnya tidak dapat diperbarui. Industri besar umumnya menggunakan komoditi BBM
jenis Minyak Bakar (MFO) dan Minyak Diesel (MDF) untuk menggerakkan mesin-
(Aviation Gasoline), Avtur (Aviation Turbine), bensin, Premium (RON 88), Pertamax
(RON 92), Pertamax Plus (RON 95), Minyak Solar (HSD). Sedangkan untuk usaha
kecil dan pemakaian domestik biasanya menggunakna Minyak Tanah (Kerosene)
(BPPP Tegal)
warming.1 Dampaknya akan terjadi perubahan iklim, pola cuaca, rusaknya lingkungan
Menyikapi hal ini dibuatlah kebijakan yang dinamai Protokol Kyoto yang dibuat pada
tahun 1977 yang memuat aturan tentang pengurangan dan pencegahan lebih lanjut
Perubahan Iklim atau Conference of the Parties (COP) yang digagas oleh organisasi
Dari dua kebijakan tadi, didapat kesepakatan untuk mencari energi alternatif
menggantikan ketergantungan dari energi yang berasal dari fosil seperti BBM menjadi
energi yang dapat diperbarui. Salah satunya adalah biofuel.3 Pengaruh dari kebijakan
directive, dan tingginya harga minyak mentah dunia membuat semua negara di dunia
mulai mencari energi alternatif yang dapat diperbarui dan ramah lingkungan Membuat
negara industri sebagai penyumbang gas emisi terbesar mulai beralih ke penggunaan
Bahan Bakar Nabati (BBN). Bahan Bakar Nabati salah satunya dapat diperoleh dari
1
Karena proses pembakaran BBM akan menghasilkan gas emisi berupa CO2 yang merupakan salah satu
komponen gas rumah kaca yang efeknya dapat menyebabkan pemanasan global (global warming). Lebih lanjut
dalam : Sulistyono, “Pemanasan Global (Global Warming) dan Hubungannya dengan Penggunaan Bahan Bakar
Fosil”. Forum Teknologi. Vol. 02 No. 2, 48.
2
Juliati Supraniningsih, “Pengembangan Kelapa Sawit sebagai Biofuel dan Produksi Minyak Sawit serta
Hambatannya”. Jurnal Ekonomi. Vol 29. No. 321 Juli-Agustus 2012, 10.
3
Biofuel adalah bahan bakar yang sumbernya berasal dari proses-proses biologi (terbarui). Bahan bakar ini dapat
diambil dari tetumbuhan, hewan, ataupun sisa-sisa pertanian.
seperti bahan baku pembuatan minyak goreng, sabun, mentega, detergen dan lain-lain.
industri CPO lebih besar agar dapat memenuhi kebutuhan CPO. Apalagi Indonesia
tidak hanya harus memenuhi kebutuhan CPO untuk keperluan domestik dan konsumsi
tapi juga bisa menyediakan CPO untuk kebutuhan ekspor.4 Melihat prospek kelapa
sawit di atas, produksi CPO meningkat untuk memasok pasar-pasar utama dari uni
Eropa, Cina, Pakistan dan India. Hal ini membuat pemerintah harus menciptakan
(Bahan Bakar Nabati) melalui Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 yang mengatur
tentang kebijakan energi nasional. Kebijakan ini juga diikuti dengan instruksi
Presiden No. 1 tahun 2006, yang kemudian disusul dengan Keputusan Presiden No.
2007 tentang Diversifikasi Energi dan Konversi Energi. Disamping itu Pemerintah
green energy atau energi yang berbahan baku nabati.5 Untuk mendukung kebijakan
dan cita-cita Indonesia tersebut, dibuat program pembukaan lahan-lahan hutan sebagai
4
Peluang pasar BBN terbuka karena pemerintah melalui kebijakan PerMen ESDM no. 32 Tahun 2008 mewajibkan
BBN di dalam negeri. Produksi BBN di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan domestik saja diperkirakan harus
meningkat dari nihil di tahun 2006 menjadi 24 juta m₃ di tahun 2025 ( 18 juta m₃ biodiesel + PPO, 6 juta m₃
bioetanol). Peluang pasar ekspor juga terbuga akrena berbagai negara mauju terutama Uni Eropa menargetkan
peningkatan BBN tetapi kemampuan produksinya terbatas. Lihat di Tatang Hernas Soerawidjaja, “Peluang,
Potensi dan Rintangan Pengembangan Industri bahan Bakar Nabati di Indonesia” pada Kongres Ilmu
Pengetahuan Nasional (KIPNAS) 8-10 November 2011.
5
Agus Sugiyono, “Pengembangan Bahan Bakar Nabati untuk Mengurangi Dampak Pemanasan Global”.
dipresentasikan pada Seminar Nasional Kebijakan Pemanfaatan Lahan dalam Menanggulangi Dampak
Pemanasan Global, Keluarga Mahasiswa Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, UGM, Jogjakarta 10 Mei 2008
lahan sawit yang terkonsentrasi di daerah Kalimantan dan Sumatra.
Mengingat isu perluasan lahan sawit karena adanya pengaruh kebijakan global
dan nasional tentang renewable energy, kami tertarik untuk mengangkat judul
Metode Analisis
Fokus isu dari analisis ini adalah dampak perluasan lahan sawit terhadap lingkungan
renewable energy. Fokus wilayah dari analisis ini adalah wilayah Kalimantan Tengah.
Metode analisisnya dengan cara mengkaji berbagai penelitian yang telah dilakukan
Analisis Pembahasan
Perluasan lahan sawit di Kalimantan Tengah dilakukan dengan cara membuka lahan-
lahan gambut. Lahan gambut menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
dalam Wahyunto (2015) mendefinisikan sebagai lahan dengan tanah jenuh air, yang
terbentuk dari endapan yang berasal dari penumpukan sisa-sisa tumbuhan yang
Di Kalimantan Tengah perluasan lahan sawit pada tahun 2019 sudah sebanyak
1,5 juta ha lebih lahan digunakan (sumber: pertanian.go.id) padahal pada tahun 2000
dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. (UU No. 32 Tahun 2009 tentang
lingkungan yang terdampak bukan hanya dari aspek ekologinya saja tetapi juga
makhluk hidup yang berada di dalamnya yakni manusia, hewan, tumbuhan dan
Kalimantan Tengah
terbesar CPO dan mengalahkan Malaysia membuat perluasan lahan sawit semakin
digalangkan dengan mengundang investor baik dalam negeri maupun luar negeri
merupakan cara untuk memulai perluasan lahan sawit. Paling banyak konversi
kawasan hutan dialokasikan untuk perkebunan sawit. Salah satu provinsi yang
terbanyak perkebunan sawit secara tidak prosedural serta memiliki laju pertumbuhan
Kalimantan Tengah merupakan salah satu provinsi yang memiliki gambut seluas 3
Padahal pembakaran lahan gambut menimbulkan asap yang sangat banyak. Sifat dan
karakteristik dari lahan gambut adalah kemampuannya dalam menyerap air sangat
besar. Karena itu meski tanah di bagian atasnya sudah kering, dibagian bawahnya
tetap lembap dan bahkan basah karena mengandung air. Ketika terbakar kobaran api
pada lahan gambut bercampur dengan uap air menghasilkan asap yang sangat banyak.
Pembakaran lahan dilakukan dengan secara tidak terencana dan terkendali sehingga
Dampak yang paling nyata adalah asap yang ditimbulkannya. Polusi asap
sejumlah besar kabon ke udara. Ini berarti sama saja dengan lepasnya gas karbon
(emisi) karena pembakaran bahan bakar fosil. Diperparah dengan hilangnya lahan-
lahan gambut yang berfungsi sebagai penyimpan karbon terpenting di dunia. Apabila
lahan gambut dikeringkan atau dialihfungsikan maka cadangan karbon akan terlepas
bahwa membakar satu hektar lahan gambut di wilayah tropis akan melepaskan rata-
rata 55 metrik ton Co2 setiap tahun atau setara dengan membakar lebih dari 6000
galon bensin.7
minyak sawit (CPO) disisi penawaran dan akan meningkatkan luas tanaman kelapa
sawit dan produksi minyak sawit di Indonesia (Erwinsyah: 2018). Semakin luas lahan
sawit dan semakin besar produksi sawit maka semakin banyak limbah sawit yang
dihasilkan. Limbah yang dihasilkannya berupa limbah cair POME (Palm Oil Mill
6
Maya Rahmayanti, “Kontribusi Kebakaran Lahan Gambut Terhadap Pemanasan Global”. Kaunia. Vol. 3. No. 2.
Oktober 2007, 107.
7
https://pantaugambut.id/pelajari/peran-penting-lahan-gambut/lahan-gambut-menjaga-perubahan-iklim
Effluent) dimana menthan yang terkandung merupakan salah satu sumber gas rumah
kaca. Maka semakin banyak lahan sawit semakin besar pula sumbangannya terhadap
perubahan secara permanen dari areal berhutan menjadi tidak berhutan yang
lingkungan baik skala lokal maupun dunia. Kalimantan Tengah di tahun 2012 pernah
menempati posisi paling atas dalam dalam tingkat deforestasi. Deforestasi hutan
berdampak pada hilangnya habitat flora dan fauna yang ada. Di Kalimantan Tengah
perluasan lahan sawit telah menyebabkan habitat Orangutan terancam punah. Hal ini
tidak hanya merusak hutan sebagai habitatnya, akan tetapi juga menyebabkan
menyebabkan banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Karena
lahan gambut yang berubah menjadi lahan sawit akan merusak tanah. Unsur hara dan
air dalam tanah akan hilang karena sifat tanaman sawit yang menyerap banyak unsur
Kesimpulan
Pengaruh kebijakan global yang digagas oleh United Nation Framework Convention
CPO (Crude Palm Oil) sebagai salah satu bahan dari Bahan Bakar Nabati (BBN)
memiliki prospek yang besar sebagai renewable energy. Ini membuat pemerintah
kerusakan lingkungan. Seperti polusi asap, peningkatan gas emisi rumah kaca,
Rekomendasi
Karena akan semakin mengurangi jumlah lahan gambut yang ada. Melihat kerusakan
lingkungan hidup yang terjadi ada baiknya lahan sawit yang sudah ada
Peningkatan produktivitas sawit difokuskan pada kualitas pohonnya saja tidak hanya
Selain itu pemerintah harus membuat regulasi yang jelas dan tegas tentang
https://www.un.org/development/desa/en/news/population/world-population-prospect-2017-
html
http://www.bppp-tegal.com/web/index.php/artikel/187-penggunaan-bahan-bakar-minyak
Setiawan, Eko N., Maryudi, Ahmad., Purwanto, Ris H.., Lele, Gabriel Konflik Tata Ruang
Kehutanan dengan Tata Ruang Wilayah (Studi Kasus Penggunaan Kawasan Hutan Tidak
Prosedural untuk Perkebunan Sawit Provinsi Kalimantan Tengah). Bhumi Vol. 3 No 1 Mei
2017. 52
Ardhana, I Putu Gede., Dampak Laju Deforestasi terhadap Hilangnya Keanekaragaman
Hayati di Indonesia. Jurnal Metamorfosa. Vol. 3 No.2. 2016
Silnava, Arum., Masduki., Sulistyaningsih, Tri. Gerakan Sosial Yayasan Borneo Orangutan
Survival Foundation (BOS) Berbasis Komunitas dalam Penyelamatan Orangutan di
Kalimantan Tengah. SENASPRO 2 UMM. Oktober 2017
Zunariyah, Siti. Dilema Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia: Sebuah Tinjauan
Sosiologi Kritis. 2012
Erwinsyah. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Dampaknya terhadap Lingkungan. Prosiding
Dosen Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNINDRA 2018.
Widyati, Enny. Kajian Optimalisasi Pengelolaan Lahan Gambut dan Isu Perubahan Iklim.
Tekno Hutan Tanaman. Vol. 4 No. 2. Agusts 2011.