Anda di halaman 1dari 7

Diabetes Mellitus

Pengertian Diabetes Melitus (DM)

Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang yang disebabkan oleh karena peningkatan kadar glukosa darah akibat

penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

Diabetes Mellitus adalah kondisi abnormalitas metabolisme karbohidrat

yang disebabkan oleh defisiensi (kekurangan) insulin, baik secara absolut

Epidemiologi Diabetes Melitus

Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 orang

diseluruh dunia menderita Diabetes Melitus, atau sekitar 2.8% dari total populasi,

insidennya terus meningkat dengan cepat dan diperkirakan tahun 2030 angka ini

menjadi 366 juta jiwa atau sekitar 4.4% dari populasi dunia, DM terdapat diseluruh

dunia, 90% adalah jenis Diabetes Melitus tipe 2 terjadi di negara berkembang,

peningkatan prevalensi terbesar adalah di Asia dan di Afrika , ini akibat tren

urbanisasi dan perubahan gaya hidup seperti pola makan yang tidak sehat, di

Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riskesdas (2007) dari 24417 responden

berusia > 15 tahun , 10,2% mengalami toleransi glukosa tergangggu (kadar glukosa

140-200 mgdl setelah puasa selama 4 jam diberikan beban glucosa sebanyak 75

gram), DM lebih banyak ditemukan pada wanita dibanding dengan pria, lebih

sering pada golongan tingkat pendidikan dan status sosial yang rendah, daerah

dengan angka penderita DM yang tertinggi adalah Kalimantan Barat dan Maluku

Utara, yaitu 11.1% sedangkan kelompok usia terbanyak DM adalah 55-64 tahun

yaitu 13.5%, beberapa hal yang dihubungkan dengan faktor resiko DM adalah

Obesitas, hipertensi, kurangnya aktivitas fisik dan rendahnya komsumsi sayur dan

buah (Riskesdas, 2007).


Prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada

penduduk usia >15 tahun diperkotaan 5,7%, prevalensi kurang makan buah dan

sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi kurang aktifitas fisik pada penduduk >10

tahun sebesar 48,2% disebutkan pula bahwa prevalensi merokok setiap hari pada

penduduk >10 tahun sebesar 23,7% (Depkes, 2008).

Hasil penelitian epidemiologi yang dilakukan pada tahun 1993 di Jakarta

daerah urban membuktikan adanya peningkatan prevalensi DM dari 1.7% pada

tahun 1982 menjadi 5.7% kemudian tahun 2001 di Depok dan didaerah Jakarta

Selatan menjadi 12.8%, demikian juga di Ujung Pandang daerah urban meningkat

dari 1.5% pada tahun 1981 menjadi 3,5% pada tahun1998, kemudian pada akhir

2005 menjadi 12.5%, di daerah rural yang dilakukan oleh Arifin di Jawa Barat

1,1% didaerah terpencil, di tanah Toraja didapatkan prevalensi DM hanya 0,8%

dapat dijelaskan perbedaan prevalensi daerah urban dan rural (Soegondo dkk,

2009).

Gejala Diabetes Mellitus

A. Gejala Akut Penyakit Diabetes Mellitus

Gejala penyakit DM dari satu penderita ke penderita lain bervariasi bahkan

mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu.

1. Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (Poli), yaitu:

 Banyak makan (poliphagia).


 Banyak minum (polidipsia).
 Banyak kencing (poliuria).

2. Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan timbul gejala:

 Banyak minum.
 Banyak kencing.
 Nafsu makan mulai berkurang/ berat badan turun dengan cepat
 Mudah lelah.
 Bila tidak segera diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan

jatuh koma .
B. Gejala Kronik Diabetes Mellitus

Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita Diabetes Mellitus adalah

sebagai berikut:

1) Kesemutan.

2) Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum.

4) Rasa tebal di kulit

5) Kram.

6) Capai.

7) Mudah mengantuk.

8) Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata.

9) Gatal di sekitar kemaluan terutama wanita.

10) Gigi goyah mudah lepas, kemampuan seksual menurun, impotensi.

11) Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam

kandungan, atau dengan berat lahir lebih dari 4 kg

Patogenesis Diabetes Mellitus

Patogenesis diabetes mellitus tipe 2 ditandai dengan adanya resistensi

insulin perifer, gangguan hepatic glucosa production (HGP) dan penurunan fungsi

sel β, yang akhirnya akan menuju kerusakan total sel β. Mula-mula timbul

resistensi insulin kemudian disusul oleh peningkatan sekresi insulin, untuk

mengkompensasi (mengatasi kekurangan) resistensi insulin agar kadar glukosa

darah tetap normal.

Lama-kelamaan sel beta tidak sanggup lagi mengkompesasikan resistensi insulin

hingga kadar glukosa darah meningkat dan fungsi sel beta semakin menurun saat

itulah diagnosa diabetes ditegakkan ternyata penurunan fungsi sel beta berlangsung

secara progresif sampai akhirnya sama sekali tidak mampu lagi mengekresi insulin.
Komplikasi Diabetes Mellitus

Komplikasi-komplikasi penderita diabetes melitus:

1) Sistem kardiovaskuler (peredaran darah jantung) seperti hipertensi,

infarck miokard ( gangguan pada otot jantung).

2) Mata: retinopathy diabetika, katarak

3) Saraf: neropathy diabetika

4) Paru-paru: TBC (tuberculosis)

5) Ginjal: pielonefritis (infeksi pada piala ginjal), Glumerulosklerosis

(Pengerasan pada glomerolus).

6) Hati: Sirosis Hepatis (Pengerasan pada hati)

Pengendalian Diabetes Mellitus

Tujuan pengendalian Diabetes Mellitus dibagi menjadi tujuan jangka

panjang dan tujuan tujuan jangka pendek yaitu menghilangkan gejala/keluhan dan

mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian darah.

Tujuan jangka panjang yaitu:

1) Agar penyangdang diabetes dapat hidup lebih lama, karena kualitas hidup

seseorang menjadi kebutuhan, seseorang yang bertahan hidup tetapi dalam

keadaan tidak sehat akan mengganggu kebahagiaan dan kestabilan keluarga.

2) Untuk membantu penyandang diabetes agar mereka dapat membantu dirinya

sendiri, sehingga komplikasi yang mungkin timbul dapat dikurangi dan

jumlah hari sakit dapat ditekan.

3) Agar penyandang diabetes dapat produktif sehingga dapat berfungsi dan

berperan sebaik-baiknya didalam masyarakat.

4) Menekan biaya perawatan baik secara pribadi, asuransi maupun nasional.


Prinsip Pengendalian Diabetes Mellitus meliputi 4 pilar yaitu:

1). Penyuluhan

Tujuan penyuluhan menurut pengendalian yaitu meningkatkan

pengetahuan diabetisi tentang penyakit dan pengelolaannya dengan tujuan dapat

merawat sendiri sehingga mampu mempertahankan hidup dan mencegah

komplikasi lebih lanjut, penyuluhan meliputi penyuluhan untuk pencegahan

primer ditujukan untuk kelompok risiko tinggi, penyuluhan untuk pencegahan

2). Latihan Fisik (Olah Raga).

Tujuan olah raga adalah untuk meningkatkan kepekaan insulin, mencegah

kegemukan, memperbaiki aliran darah, merangsang pembentukan glikogen baru

dan mencegah komplikasi lebih lanjut, olah raga meliputi empat prinsip jenis olah

raga dinamis yaitu memenuhi frekuensi, intensitas, time (durasi) dan tipe (jenis ):

Frekuensi : jumlah olah raga perminggu sebaiknya dilakukan teratur 3-5 kali

Intensitas : ringan dan sedang yaitu 60-70% MHR ( Maximun Heart Rate )

Time : 30-60 menit

Tipe/Jenis : Olahraga endurans (aerobik) untuk meningkatkan kemampuan

kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda

3). Diet Diabetes Mellitus

Adanya serat (sayur, buah dan kacangan) memperlambat absorbsi glukosa,

sehingga dapat ikut berperan mengatur gula darah dan memperlambat kenaikan

gula darah, makanan yang cepat dirombak dan juga cepat diserap dapat

meningkatkan kadar gula darah, sedangkan makanan yang lambat dirombak dan

lambat diserap masuk ke aliran darah menurunkan gula darah (Almatsier, 2006).

Karbohidrat atau hidrat arang adalah suatu zat gizi yang fungsi utamanya

sebagai penghasil energi, dimana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori, walaupun

lemak menghasilkan energi lebih besar, namun karbohidrat lebih banyak di

konsumsi sehari-hari sebagai bahan makanan pokok, terutama pada negara sedang

berkembang, di negara sedang berkembang karbohidrat dikonsumsi sekitar 70-80%

dari total kalori, bahkan pada daerah-daerah miskin bisa mencapai 90%, sedangkan
pada negara maju karbohidrat dikonsumsi hanya sekitar 40-60%, hal ini

disebabkan sumber bahan makanan yang mengandung karbohidrat lebih murah

harganya dibandingkan sumber bahan makanan kaya lemak maupun protein,

karbohidrat banyak ditemukan pada serealia (beras, gandum, jagung, kentang dan

sebagainya), serta pada biji-bijian (Ostman, 2001).

Faktor Risiko Diabetes Mellitus

1. Faktor Risiko yang tidak Bisa Dimodifikasi

 Ras/etnik

Merupakan suatu kelompok manusia yang memiliki ciri fisik bawaan yang

sama, pada dasarnya ciri fisik manusia dikelompokkan atas tiga golongan yaitu

ciri fenotipe merupakan ciri-ciri yang tampak, ciri fenotipe terdiri atas ciri

kualitatif dan kuantitatif, ciri kualitatif antara lain warna kulit, warna rambut,

bentuk hidung, bentuk dagu dan bentuk bibir sementara ciri kuantitatif antara

lain tinggi badan dan ukuran bentuk kepala, ciri filogenetif yaitu hubungan asal

usul antara ras-ras dan perkembangan sedangkan ciri getif yaitu ciri yang

didasarkan pada keturunan darah (Lanning, 2009).

Etnis berarti kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang

mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa,

dan sebagainya, anggota-anggota suatu kelompok etnik memiliki kesamaan dalam

hal sejarah (keturunan), bahasa , sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi,

penelitian yang dilakukan oleh NHANES (National Health And Nutrition

Examinations Surveys) dari 11.090 sampel, didapati 880 yang menderita diabetes

dengan sampel ras kulit hitam dan putih usia 20- 70 tahun, wanita kulit hitam

mempunyai 2 kali menderita diabetes dibandingkan dengan wanita kulit putih

 Riwayat Keluarga dengan Diabetes


(Anak Penyandang Diabetes) DM tipe 2 merupakan penyakit multifaktorial dengan komponen genetik

yang akan mempercepat fenotipe diabetes, riwayat penyakit untuk timbulnya DM

tipe 2 terjadi interaksi antara predisposisi genetik dan lingkungan, pada penelitian

yang dilakukan oleh The Framingham offspring of tipe 2 diabetes mendapatkan

resiko DM tipe 2 yaitu 3,5 kali lebih tinggi pada keturunan salah satu orang tua

diabetes, dan 6 kali lebih tinggi pada keturunan yang keduanya orang tua tersebut

menderita diabetes (Meigs, 2000)

 Umur

Perubahan metabolisme tubuh yang ditandai dengan penurunan produksi

hormon tertosteron untuk laki-laki dan oestrogen untuk perempuan biasanya

memasuki usia 45 tahun keatas, kedua hormon ini tidak hanya berperan dalam

pengaturan hormon seks, tetapi juga metabolisme pengaturan proses metabolisme

tubuh, salah satu fungsi dua hormon tersebut adalah mendistribusikan lemak

keseluruh tubuh akibatnya, lemak menumpuk diperut, batasan lingkar perut

normal untuk perempuan < 80cm dan untuk laki-laki < 90cm. Membesarnya

lingkaran pinggang akan diikuti dengan peningkatan gula darah dan kolesterol

yang akan diikuti dengan sindroma metabolik yakni terganggunya metabolisme

tubuh dari sinilah mulai timbulnya penyakit degenerative.

Anda mungkin juga menyukai