Anda di halaman 1dari 28

DEMAM TYPHOID PADA ANAK

DEFENISI 

Typoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses
dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan
paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 1996).

Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang
disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal,
oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).

ETOLOGI

Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua sumber
penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier.
Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi
salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

PATOFISIOLOGI

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F
yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan
melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada
orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan
hinggap dimakanan yang akan dimakan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar
kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman
masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam
jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-
sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam
sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan
kandung empedu.

TANDA DAN GEJALA

Masa tunas typhoid 10 – 14 hari

Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan
dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi /
diare, perasaan tidak enak di perut.

Minggu II Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang
khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin
yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga
terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal
adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka
menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau
aglutinin yaitu :

Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).

Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).

Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman).

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.

Pemeriksaan SGOT  dan SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal
setelah sembuhnya typhoid.

Pemeriksaan darah tepi : Leukopenia, Limfositosis, Aneosinofilia, Anemia, Trombositopenia.

Pemeriksaan sum-sum tulang : menunjukan gambaran hiperaktif sum-sum tulang.

Biakan empedu : terdapat basil salmonella typhosa pada urin dan tinja. Jika pada pemeriksaan
selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan basil salmonella typhosa pada urin dan tinja,
maka pasien dinyatakan betul-betul sembuh.

PENATALAKSANAAN

Perawatan

Istirahat dan perawatan professional; bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat


pertumbuhan. Pasien harus tirah baring absolute sampai minimal 7 hari bebas demam atau
kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap sesuai dengan pulihnay kekuatan
pasien. Dalam perawatan perlu sekali dijaga hygiene perseorangan, kebersihan tempat tidur,
pakaian dan peralatan yang dipakai oleh pasien. Pasien dengan kesadaran menurun, posisinya
perlu diubah-ubah untuk mencegah dekubitus dan pneumonia nipostatik. Defekasi dan buang
air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi abstipasi dan retensi urin.

Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi
perdarahan.

Diet

1. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.


2. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7
hari.
5. Vitamin dan mineral

Pengobatan

Pemberian antibiotic; untuk menghentikan dan memusnakan penyebaran kuman. Antibiotik


yang dapat digunakan :

Klorampenikol

Kloramfenikoldosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500 mg, diberikan selama
demam dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 4 x 250
mg selama 5 hari kemudian. Penelitian terakhir (Nelwan, dkk di RSUP Persahabatan),
penggunaan kloramfenikol masih memperlihatkan hasil penurunan suhu 4 hari, sama seperti
obat-obat terbaru dari jenis kuinolon.

Tiampenikol

Kotrimoxazol

Kotrimoksasol; 2 x 2 tablet (a tablet mengandung 400 mg sulfametoksasol 80 mg


trimetoprim, diberikan selama 2 minggu pula.

Amoxilin dan ampicillin

Ampisilin / Amoksilin; dosis 50 – 150 mg / kg BB, diberikan selama 2 minggu

Sefalosporin

Sefalosporin generasi II dan III. Di Sub bagian Penyakit Tropik dan Infeksi FKUI RSCM,
pemberian sefalosporin berhasil mengatasi demam tipoid dengan baik. Demam pada
umumnya mengalami reda pada hari ke-3 atau menjelang hari ke-4

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TYPOID


PENGKAJIAN

Riwayat Kesehatan Sekarang

Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluahan utama pasien, sehingga dapat
ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul.

Riwayat Kesehatan Sebelumnya

Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.

Riwayat Kesehatan Keluarga


Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien.

Riwayat Psikososial
Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih)
Interpersonal : hubungan dengan orang lain.

Pola Fungsi kesehatan

Pola nutrisi dan metabolisme : Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi
gangguan pada usus halus

Pola istirahat dan tidur

Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien merasakan sakit pada
perutnya, mual, muntah, kadang diare.

Pemeriksaan Fisik

Kesadaran dan keadaan umum pasien


Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar – tidak sadar (composmentis – coma) untuk
mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.

Tanda – tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala – kaki


TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum pasien /
kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai kaki dengan menggunakan
prinsip-prinsip inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu juga penimbangan BB
untuk mengetahui adanya penurunan BB karena peningakatan gangguan nutrisi yang terjadi,
sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan.

MASALAH KEPERAWATAN

Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi.

Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat.
Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi.

INTERVENSI

Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi.

Tujuan :

Suhu tubuh normal

Intervensi:

observasi suhu tubuh klien


Rasional : mengetahui perubahan suhu tubuh.

Beri kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila terjadi
panas
Rasional : melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah.

Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti katun
Rasional : menjaga kebersihan badan

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik


Rasional : menurunkan panas dengan obat.

Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat.

Tujuan :

Nutrisi kebutuhan tubuh terpenuhi

Intervensi :

Kaji pola nutrisi klien


Rasional : mengetahui pola makan, kebiasaan makan, keteraturan waktu makan.

Kaji makan yang di sukai dan tidak disukai


Rasional : meningkatkan status makanan yang disukai dan menghindari pemberian makan
yang tidak disukai.

1. Anjurkan tirah baring / pembatasan aktivitas selama fase akut


Rasional : penghematan tenaga, mengurangi kerja tubuh.
2. Timbang berat badan tiap hari
Rasional : mengetahui adanya penurunan atau kenaikan berat badan.
3. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
Rasional : mengurangi kerja usus, menghindari kebosanan makan.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
Rasional : mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan dan makanan yang tidak boleh
dikonsumsi.
5. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi.

Tujuan :

Pengetahuan keluarga meningkat

Intervensi :

1. Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya


Rasional : mengetahui apa yang diketahui pasien tentang penyakitnya.
2. Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien
Rasional : supaya pasien tahu tata laksana penyakit, perawatan dan pencegahan penyakit
typhoid.
3. Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila ada yang belum
dimengerti
Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga pasien setelah di beri
penjelasan tantang penyakitnya.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An “A” DENGAN TYPOID FEVER DI RUANG


PERAWATAN x RSU.x

Tanggal pengkajian    : 12 juli 2019

Ruangan                      : angrek no 5

BIODATA

Identitas Klien

Nama                : An. A

Tanggal lahir    : 19-09-2002 ( 11 tahun 3 bulan )

Jenis kelamin    : Perempuan

Agama              :  Islam

Pendidikan       :  SD
Alamat             :  P——-

Tanggal masuk :  27-11-2013

Diagnose medic : Typoid

Ibu

Nama           :  NY. A

Usia             :  39 tahun

Pendidikan  :  SMA

Pekerjaan     : IRT

Agama         : Islam

Alamat         : P———–

Identitas orang tua

Ayah

Nama                  :  Tn.A

Usia                    :  40 tahun

Pendidikan          :  S1

Pekerjaan            :  wiraswasta

Agama                :  Islam

Alamat                :  P——–


KELUHAN UTAMA

Keluhan utama

Demam

Riwayat keluhan utama

Klien masuk rs dengan keluhan demam yang dialami sejak 6 hari sebelum masuk rs.

RIWAYAT KESEHATAN

Riwayat kesehatan sekarang

1. Penyakit yang pernah dialami klien yaitu demam


2. Riwayat obat 6 bulan
3. Klien tidak pernah mengalami kecelakaan
4. Klien biasa mengkonsumsi parasetamol jika demam
5. Pertumbuhan dan perkembangan anak disbanding saudaranya sama
6. Saat dikaji,  pasien Nampak lemah
7. Ibu klien mengatakan anaknya demam

1. Riwayat kesehatan keluarga

Genogram :

11thnnn

G I    : meninggal karena factor usia

G II   : –

G III : pasien dengan penyakit typoid

1. RIWAYAT IMUNISASI

No Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi Setelah pemberian

1. BCG 1X –

2. DPT 3X DEMAM
3. POLIO 4X –

4. CAMPAK 1X DEMAM

5. HEPATITIS B 3X –

1. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG ANAK


2. Pertumbuhan fisik
1. Berat bdan saat lahir : 2.500 gr
2. Tinggi badan             : 48 cm
3. Waktu tumbuh gigi   : 7 bulan
4. Perkembangan tiap tahap

Usia saat anak :

1. Berguling                                                 : 3 bulan
2. Duduk                                                      : 4 bulan
3. Merangkak                                               : lupa
4. Berdiri                                                      : 8 bulan
5. Senyum kepada orang lain pertama kali  : lupa
6. Bicara pertama kali                                   : 12 bulan
7. Berpakaian tanpa bantuan                         : 9 bulan
8. RIWAYAT NUTRISI
9. Pemberian ASI

Pertama kali disusui sejak 2 hari lahir karena asi ibu belum ada

1. Lama pemberian : 1 tahun 8 bulan


2. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian : asi ibu belum keluar
2. Jumlah pemberian : 4 gelas sehari
3. Cara pemberian dengan sendok
1. Pemberian makanan tambahan
2. Pertama kali diberikan , pada usia 6 bulan
3. Jenis : bubur, biskuit
4. Perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai saat ini

No Usia Jenis nutrisi Lama pemberian

0-4 bulan ASI 1 tahun 8 bulan

4-12 bulan ASI, bubur susu, buah-buahan 6 bulan


Sekarang Nasi , sayur, daging, ikan, buah,

susu

RIWAYAT PSIKOLOGI

1. Lingkungan rumah berada dikota


2. Tidak ada tetangga yang berbahaya
3. Hubungan dengan anggota keluarga harmonis
4. Anak diasuh oleh orang tua

RIWAYAT SPIRITUAL

1. Hubungan dengan keluarga harmonis


2. Kegiatan keagamaan diselenggarakan dirumah dan dimesjid

REAKSI HOSPITALISASI

1. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap


1. Ibu membawa anaknya ke RS karena demam
2. Perasaan orang tua saat ini cemas
3. Orang tua selalu mengunjungi anaknya di RS
4. Yang tinggal bersama anak adalah ayah, ibu,dan nenek
5. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

Anak mengerti bahwa ia dibawah dirumah sakit karena sakit

1. Klien belum mengerti apa yang menyebabkan dia sakit


2. AKTIVITAS SEHARI-HARI
3. Nutrisi

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Selera makan Baik Kurang

2. Menu makan Nasi +sayur+lauk Bubur

3 Frekuensi makan 3 x sehari 1x sehari

4 Makanan yang disukai semua Apel

5 Makanan pantangan – –

6 Pembatasan pola – –

7 Makan Makan sendiri Makan sendiri

8 Cara makan Memakai sendok Memakai sendok


9 Ritual saat makan Berdoa Berdoa

1. Cairan

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1 Jenis minuman Air putih, susu, teh Air putih, susu

2 Frekuensi minum  6 gelas/hari  4 gelas/hari

3 Kebutuhan cairan 800-1000 cc/hari 800-100 cc/hr

4 Cara pemenuhan Gelas Gelas, cairan infus

1. Eliminasi (BAB/BAK)

Sebelum sakit Saat sakit


No Kondisi
BAB BAK BAB BAK

1 Tempat pembuangan Wc Wc Wc Wc

2 Frekuensi 1x sehari 3x sehari 1x sehari, 3x sehari

3 Konsistensi Lunak Kuning Lunak Kuning

4 Kesulitan – – – –

5 Obat pencahar – – – –

1. Istirahat tidur

No Kondisi jam tidur Sebelum sakit Saat sakit

1 Siang 15.00-16.30 wita Tidak teratur

2 Malam 10.30-05.00 wta Tidak teratur

1. Olah raga

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


1 Program olahraga Olahraga disekolah –

2 Jenis dan frekuensi 1x seminggu –

3 Kondisi setelah olahraga Segar –

1. Personal hygiene

No Kegiatan Sebelum sakit Saat sakit

1 Mandi 2x sehari –

Mandi sendiri
Frekuensi

Cara Sabun+air

Alat mandi

2 Cuci rambut 3x seminggu 1x selama sakit

Shampoo+air
Frekuensi

Cara

3 Gunting kuku 1x seminggu 1 x selam sakit

Pake gunting kuku


Frekuensi

Cara

4 Gosok gigi 2x sehari 2x sehari

Pasta gigi+sikat gigi, Pasta gigi+sikat gigi,


frekuensi
pagi dan malam pagi dan malam
cara sebelum tidur sebelum tidur

1. Aktivitas mobilitas fisik

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1 Kegiatan sehari-hari Sekolah, belajar, Baring, nonton tv

makan, main.

2 Pengaturan jadwal harian –

3 Penggunaan alat bantu aktivitas – –

4 Kesulitan pergerakan tubuh – –

1. Rekreasi

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1 Perasaan saat sekolah Senang –

2 Waktu luang Main, nonton tv, belajar –

3 Perasaan setelah rekreasi/bermain Senang –

4 Waktu senggang keluarga Nonton tv –

5 Kegiatan hari libur Main, nonton tv –

1. PEMERIKSAAN FISIK
2. Keadaan umum klien

Lemah

1. Tanda-tanda vital
1.Suhu                 : 38

2.Nadi                  : 104 x/ i

3.Respirasi           : 24 x/i

4.Tekanan darah  : 100/60 mmhg

1. Antropometri
1. Tinggi badan            :120 cm
2. Berat badan              : 20 kg
3. Lingkar lengan atas :
4. Lingkar kepala         :
5. Lingkar dada            :
6. Lingkar perut           :
7. System pernafasan
1. Hidung
1. Inspeksi

 Lubang hidung simetris kiri dan kanan


 Tidak tampak polip,epitaksis
 Tidak tampak pernafasan cuping hidung

1. Palpasi

 Tidak ada nyeri tekan


 Tidak teraba adanya massa

1. Leher
1. Inspeksi

 Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan limfe


 Jugularis venous Pressure (JVU) 2 cm

1. Palpasi
2. Dada
1. Inspeksi

 Ø Bentuk dada normal


 Ø Selama insipirasi dada mengembang
 Ø Tidak Nampak menggunakan otot bantu pernafasan
 Ø Frekuensi nafas 24 x/i

1. Palpasi

 Tidak ada nyeri tekan


 Tidak teraba addanya massa
1. Auskultasi

 Bunyi nafas bronkovesikuler pada area bronkus


 Bunyi nafas tambahan ronchi

1. Perkusi

 Resonan pada semua lapang paru

1. System kardiovaskuler
1. Konjungtiva tampak pucat
2. Suara jantung

1. System pencernaan
1. Skelera tidak ikterus
2. Mulut : tidak stomatitis,
3. Tonsil T2-T2
4. Nyeri tekan pada abdomen kuadran kiri atas
5. Peristaltik usus menurun
6. Jumlah gigi

1. System indra
1. Mata
1. Inspeksi

 Alis dan bulu mata tumbuh merata


 Kelopak mata menutup dengan sempurna
 Skera tidak ikterus
 Lapang pandang baik

1. Palpasi

 Tidak terdapat massa

1. Hidung
1. Penciuman baik
2. Tampak adanya secret
3. Tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba massa
4. Telinga
1. Inspeksi

 Daun telinga simetris kiri dan kanan


 Fungsi pendengaran baik

1. Palpasi

 Tidak ada nyeri tekan


 Tidak terdapat massa

1. System saraf
1. Fungsi cerebral
2. Status mental :
3. Kesadaran      : compos mentis dgn GCS 15 ( E4 M6 V5)
4. Fungsi cranial
1. Nervus I  (olfaktorius ) : klien dapat membedakan bau
2. Nervus II (optikus ) : lapang pandang baik
3. Nervus III( okulomotorius )

 Klien dapat menggerakkan bola mata ke atas


 Pupil isokor

1. Nervus IV (troclearis )

Klien mampu menggerakkan bola mata ke bawah

1. Nervus V ( trigeminus)

 Sensorik

Klien dapat merasakan sensasi pada daerah maksila dan mandibula

 Motorik

Klien dapat tersenyum, menutup mata dengan rapat, mengangkat kedua alis dan mampu
mengembangkan pipinya

1. Nervus VI ( abdusen)

 Klien mampu menggerakkan bola mata kesamping


 Reflex kornea baik

1. Nervus VII ( pasialis )

 Sensorik

Klien dapat merasakan rasa asam, manis, asin, dan pahit

 Motorik

Klien dapat tersenyum, menutup mata dengan rapat, mengangkat kedua alis,
mengembangkan pipinya.

1. Nervus VIII ( akustikus )

Klien dapat mendengar dengan baik

1. Nervus IX ( glosofaringeus )
Klien dapat merasakan fungsi pengecapan pada 1/3 posterior lidah

1. Nervus X ( vagus )

 Fungsi menelan baik


 Gerakan ovula simetris dan tertarik ke atas

1. Nervus XI ( aksesorius )

 Klien dapat mengangkat bahu


 Klien dapat mengalihkan kepala ke samping

1. Nervus XII ( hypoglosus)

 Klien dapat menggerakkan lidah

1. Fungsi motorik

Keterangan  :

5 : normal

4 : dapat melawan tekanan

3 : dapat menahan berat tapi tidak dapat melawan tekanan

2 : hanya dapat menggerakkan anggota badan

1 : teraba gerakan kontraksi otot, tidak dapat bergerak

0 : tidak ada kontraksi

Tonus otot

5              5

5              5
1. Fungsi sensorik

Dapat merasakan sensasi panas dan dingin

1. Fungsi cerebellum

Tidak ada tremor

1. Reflex
1. Bisep ka/ki : +/+ (normal )
2. Trisep ka/ki : +/+ ( normal)
3. Patella ka/ki :+/+ (normal )

1. System musculoskeletal
1. Inspeksi

 Bentuk kepala hormocepal


 Tidak Nampak skoliosis, dordosis, maupun kepotis
 Tidak Nampak pembengkakan pada lutut dan kaki
 Tidak terdapat pembengkakan pada tangan

1. Palpasi

Tidak teraba pembengkakan pada tangan dan kaki

1. System integument
1. Warna rambut hitam merata
2. Warna kulit sawo matang
3. Turgor kulit kering
4. Suhu 38
5. System endokrin
1. Eksresi urine tidak berlebih
2. Tidak ada bekas air seni dikelilingi semut
3. System perkemihan
1. Tidak Nampak udeme palpebral
2. Tidak teraba distensi kandung kemih
3. System imun
1. Tidak ada riwayat alergi
2. Penyakit yang berhubungan dengan cuaca adalah flu

1. Pemeriksaan nyeri
1. Klien mengatakan bahwa  dia merasa nyeri pada kepala
2. Lama nyeri : hilang timbul
3. Pencetus yang memperburuk nyeri : pada saat beraktivitas
4. Intensitas nyeri : sedang

Visual analog scale (VAS)


 

0          1          2          3         4          5        6        7         8         9      10

1. TEST DIAGNOSTIK
1. Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hematologi 11,5 11,4-17,7 g/dl

– Hemoglobin 4.700-10.300/cmm
9600

– Lekosit 37-48%
30,2

– Hematokrit L 4,5-5,5 P4-5


4.780.000

– Eritrosit 150.000-350.000
173.000

– Trombosit

Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Imunologi Negatif Negatif

Imunologi : widal
Negatif Negatif

–O
Negatif Negatif

–H
1/200 Negatif
– PA 8 5,5 7

– PB Negatif Negatif

Urinalisis Negatif Negatif

– PH Negatif Negatif

– Protein Normal Normal

– Glukosa 0-1 0,1/lp

– Bilirubin – –

– Urobilin – –

Sedimen 0,1 1-2/lp

– Lekosit – –

– Eritrosit –

– Silinder

– Epitel

– Kristal
– Lain-lain

1. PENGOBATAN

 Terafi infuse RL 10 tetes/i

KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF:

 Klien mengatakan  nyeri pada kepala


 Klien mengatakan nyeri pada saat menelan
 Klien mengatakan nyeri pada perut jika di tekan
 Ibu klien mengatakan anaknya demam

DATA OBJEKTIF

 BB: 20 kg
 TB: 120 cm

IMT= 13,8 (  =gizi kurang )

 Makanan tidak dihabiskan


 Klien nampak lemah
 Skala nyeri : 5 (nyeri sedang )
 TTV

Suhu           : 38

Nadi           : 104 x/

Respirasi    : 24 x/i

TD             : 100/60 mmhg

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


DS: Salmonella typhosa Nutrisi kurang dari

kebutuhan
Klien mengatakan nyeri pada
Mengkontaminasi makanan
saat menelan
dan air
Klien mengatan nyeri pada

perut jika di tekan Masuk ke dalam saluran

pencernaan
DO:

Pada lambung
BB: 20 kg

TB: 120 cm Peningkatan HCl lambung

IMT= 13,8 (  =gizi kurang )


Merangsang N. Vagal

Makanan tidak dihabiskan


Merangsang CTZ di
Klien Nampak lemah
hypothalamus

Mual / muntah

Rasa tidak enak pada mulut

Nutrisi kurang dari

kebutuhan

DS: Kuman masuk ke jaringan / Hipertermi

ibu klien mengatakan anaknya demam organ tubuh terutama limpa

dan hati
DO: Kuman mengeluarkan

endotoksin
TTV

Proses inflamasi pada


S    : 38
jaringan tempat kuman

berkembangbiak
N    : 104 x/

Merangsang pengeluaran /
P     : 24 x/i
sintesis zat pirogen oleh

TD  : 100/60 mmhg leukosit pada jaringan yang

meradang
Klien Nampak lemah

Melepaskan zat IL-1,

prostaglandin E2 (pirogen

leukosit dan pirogen

endogen)

Mencapai hypothalamus

(merangsang set point)

Reaksi peningkatan suhu

tubuh

hipertermi

3 DS: Proses inflamasi pada Nyeri


jaringan tempat kuman
Klien mengatakan nyeri pada
berkembangbiak
kepala

Menghasilkan mediator
DO:
kimia (histamine, bradikinin

Skala nyeri : 5 (nyeri sedang ) & serotonin)

TTV
Merangsang ujung saraf
Suhu           : 38

Nyeri pada perabaan


Nadi           : 104 x/

Nyeri
Respirasi    : 24 x/i

TD             : 100/60 mmhg

Klien Nampak lemah

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO RASIONAL
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI

Nutrisi kurang dari Nutrisi sesuai Kaji pola nutrisi

kebutuhan DS: dengan klien pola makan,

kebutuhan kebiasaan makan,


Klien Kaji makan yang
ditandai dengan keteraturan waktu makan.
mengatakan nyeri pada di sukai dan tidak disukai
meningkatkan
Anjurkan tirah status makanan yang disukai
saat menelan Berat
baring / pembatasan dan menghindari pemberian
Klien mengatan badan normal
aktivitas selama fase akut makan yang tidak disukai.
nyeri pada perut jika di Porsi
Timbang berat penghematan
tekan makanan
badan tiap hari tenaga, mengurangi kerja
dihabiskan
DO: Anjurkan klien tubuh.

makan sedikit tapi sering mengetahui adanya


BB: 20 kg
Kolaborasi dengan penurunan atau kenaikan
TB: 120 cm
ahli gizi untuk pemberian berat badan.

diet mengurangi kerja


IMT= 13,8 (  =gizi
mengetahu usus, menghindari kebosanan
kurang )
i makan.

Makanan tidak mengetahui makanan

dihabiskan apa saja yang dianjurkan dan

Klien Nampak makanan yang tidak boleh

lemah dikonsumsi.

RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO RASIONAL
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI

Hipertermi berhubungan Suhu tubuh Observasi suhu .

dengan proses inflamasi normal. tubuh klien


menjaga
DS:
Beri kompres dengan kebersihan badan

air hangat (air biasa) pada


Ibu klien mengatakan
menurunkan
daerah axila, lipat paha,
anaknya demam
temporal bila terjadi panas panas dengan obat.

Anjurkan keluarga
DO:
untuk memakaikan pakaian

TTV yang dapat menyerap

keringat seperti katun


Suhu           : 38
Kolaborasi dengan

Nadi           : 104 x/ dokter dalam pemberian

obat anti piretik

Respirasi    : 24 x/i mengetahui

perubahan suhu tubuh.


TD             : 100/60
melancarkan
mmhg
aliran darah dalam

pembuluh darah
Klien Nampak

lemah

RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO RASIONAL
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI

Nyeri berhubungan Nyeri teratasi. Kaji keluhan Mengevaluasi

dengan proses inflamasi Ditandai dengan nyeri (skala 1-10), perkembangan nyeri

DS: perubahan untuk menetapkan


Skala
karakteristik nyeri, intervensi selanjutnya
nyeri 0
Klien mengatakan
petunjuk verbal dan Menurunkan
TTV
nyeri pada kepala
non verbal tegangan permukaan
dalam batas
DO: normal Atur posisi abdomen dan mengurangi

yang nyaman bagi nyeri


Skala nyeri : 5
klien, misalnya Meningkatkan
(nyeri sedang )
dengan lutut fleksi. relaksasi, mengalihkan
TTV
Ajarkan klien fokus perhatian kliendan

teknik relaksasi dan meningkatkan


Suhu           : 38
distraksi kemampuan koping.

Nadi           : 104 x/ Kolaborasi Analgetik sebagai

pemberian obat agen anti nyeri dan


Respirasi    : 24 x/i
analgetika dan atau antikolinergik untuk

antikolinergik sesuai menurunkan spasme


TD             : 100/60
indikasi
mmhg

Klien nampak

lemah

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC.

Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta.
Salemba Medika

Internasional, NANDA,(2012). Diagnosis Keperawatan Difinisi dan Klasifikasi(2012- 2014).


Jakarta : EGC

Maharani, Sabrina, 2012, Hingga Pertengahan Februari 485 Warga Jepara Terkena Demam
Tifoid, Diakses pada Tanggal 23 Februari 2015, http://rlisafmjepara.com/2015/02.html.
Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC

Nurarif. A.H. & Kusuma. H. 2015. Aplikasi NANDA NIC-NOC. Jilid 1, 2 dan 3.
Yogyakarta. Media Action.

Nursalam, R. S. & Utami, S. 2008,Asuhan Keperawtan Bayi dan Anak ( Untuk Perawatan
dan Anak), Jakarta:Salemba Medika

Potter & Perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. EGC, jakarta. 

Anda mungkin juga menyukai