MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT X
DI SUSUN OLEH:
Dosen Pembimbing:
Miskiyah Tamar, S.Kep.,Ns.,M.Kep
1
2
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr.Wb
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena atas segala rahmat
dan karunia-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah seminar ini. Makalah ini
akan membahas tentang “Manajemen Keperawatan di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit
X”.
Walaupun kami menyadari banyak kekurangan dalam makalah yang kami buat. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik maupun saran dari semua pihak untuk perbaikan
sehingga makalah ini dapat menjadi lebih baik.
Demikianlah makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat bagi yang membaca
khususnya mahasiswa/iIKesT Muhammadiyah Palembang .
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar belakang...........................................................................................................1
B. Tujuan.......................................................................................................................2
C. Tempat dan Waktu....................................................................................................5
D. Peserta (Pembimbing dan Praktikkan)......................................................................5
E. Metode Pengumpulan Data.......................................................................................6
F. Kategori Penilaian.....................................................................................................6
BAB II HASIL PENGKAJIAN DATA........................................................................8
A. Kajian Situasional.....................................................................................................8
B. Input..........................................................................................................................9
C. Proses.......................................................................................................................29
D. Output.......................................................................................................................50
BAB III PERENCANAAN...........................................................................................60
A. Permasalahan............................................................................................................60
B. Analisa SWOT.........................................................................................................62
C. Skoring.....................................................................................................................63
D. Planning of action (POA).........................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948
menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental,
dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Sejalan
dengan WHO pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab
I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental),
dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan.
Menurut UU No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, menyatakan bahwa rumah
sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan
gawat darurat. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus
tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes RI,
2009).
Meningkatnya tuntutan masyarakat terutama di rumah sakit, secara
berkesinambungan membuat rumah sakit harus melakukan upaya peningkatan mutu
dalam pemberian pelayanan kesehatan. Salah satu mutu pelayanan kesehatan yang
harus ditingkatkan adalah mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit (Depkes RI,
2009). Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit
harus juga disertai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan
(Mulyono, 2013).
Berdasarkan UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan, menyatakan bahwa
pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat, baik
sehat maupun sakit. Pasien sebagai pengguna jasa pelayanan keperawatan menuntut
pelayanan keperawatan sesuai dengan haknya, yakni pelayanan keperawatan yang
bermutu dan paripurna. Keperawatan sebagai profesi dan tenaga profesional yang
bertanggungjawab untuk memberikan pelayanan keperawatan sesuai kewenangan dan
1
2
kompetensi yang dimiliki secara mandiri oleh perawat maupun bekerjasama dengan
anggota tim kesehatan lain (Gustini, 2010).
Pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan,
saling bergantung, saling mempengaruhi dan saling berkepentingan. Oleh karena itu,
inovasi dalam pendidikan keperawatan, praktek keperawatan, ilmu keperawatan, dan
kehidupan keprofesian merupakan fokus utama keperawatan dalam proses
profesionalitas. Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu
yang dirasakan, dinilai, dan diterima secara spontan oleh masyarakat. Perawat
dituntut untuk mengembangkan dirinya dalam sistem pelayanan kesehatan.
Keperawatan di Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses
mewujudkan keperawatan sebagai profesi, maka akan terjadi beberapa perubahaan
dalam aspek keperawatan, yaitu penataan pendidikan tinggi keperawatan, pelayanan
dan Asuhan Keperawatan, pembinaan dan kehidupan keprofesian, serta penataan
lingkungan untuk perkembangan keperawatan. Perubahaan-perubahaan ini akan
membawa dampak yang positif seperti makin meningkatnya mutu pelayanan
kesehatan atau keperawatan yang diselenggarakan, makin sesuainya jenis dan
keahlian tenaga kesehatan atau keperawatan yang tersedia dengan tuntutan
masyarakat, bertambahnya kesempatan kerja bagi tenaga kesehatan. Oleh karena
alasan-alasan di atas, pelayanan keperawatan harus dikelola secara profesional melalui
Manajemen Keperawatan.
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik
didalam maupun diluar negri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan (UU No. 38 Tahun 2014). Perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan yang berkualitas bagi pasien akan mendukung keberhasilan dalam
pembangunan kesehatan karena keberadaan perawat yang bertugas selama 24 jam
dirumah sakit dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien dan
jumlah perawat yang mendominasi tenaga kesehatan berkisar 40-60%, sehingga
perawat dituntut untuk mampu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu
(Nursalam, 2012).
Perawat profesional adalah perawat yang bertanggungjawab dan berwewenang
memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan
tenaga Kesehatan lain sesuai dengan kewenanganya (Depkes RI,2002).
Manajemen menurut Nursalam (2013) merupakan suatu pendekatan yang
dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi, di dalam
3
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan di Ruang Perawatan
Umum RS X, mahasiswa mampu memahami manajemen keperawatan baik
pengelolaan sarana maupun kegiatan keperawatan dalam tatanan klinik.
2. Tujuan Khusus
Secara kelompok dan individu, mahasiswa dapat menunjukkan kemampuan dalam
hal:
a. Melakukan pengkajian dalam proses pengumpulan data di Ruang
PerawatanPenyakit DalamRS X.
b. Menganalisis data dan memahami masalah-masalah dalam pengorganisasian
asuhan keperawatan di Ruang PerawatanPenyakit DalamRS X.
c. Mengidentifikasi masalah yang telah ditemukan kelompok
d. Memprioritaskan masalah yang sudah diidentifikasi
e. Merencanakan beberapa alternatif pemecahan masalah yang disepakati oleh
kepala ruanganPerawatanPenyakit Dalam RS X.
f. Mengorganisasikan pelaksanaan kegiatan keperawatan
g. Melakukan usaha-usaha koordinasi kegiatan keperawatan dengan perawat di
Ruang PerawatanPenyakit Dalam RS X.
h. Memilih dan menerapkan gaya pendekatan dan strategi dalam mempengaruhi
orang lain untuk pencapaian tujuan praktik manajemen keperawatan.
i. Mampu melaksanakan kegiatan sesuai rencana tindakan yang telah ditentukan
j. Mampu mengevaluasi hasil kegiatan yang telah dilaksanakan
D. Peserta
1. Mahasiswa
Praktik Klinik Keperawatan Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners IKesT
Muhammadiyah Palembang terdiri dari 9 mahasiswa yaitu :
- Gisella Rara Aliande Azhari, S.Kep
- Mustika Damayanti, S.Kep
- Mutia, S.Kep
- Rian Achmad Ma’ruf, S.Kep
- Ridho Thobiansyah, S.Kep
- Rosari Apriani, S.Kep
- Serli Yasima Rahmania, S.Kep
- Sirdian Wahyu Pratama, S.Kep
- Sodikin, S.Kep
2. Pembimbing
Pembimbing Akademik : Miskiyah Tamar, S.Kep.,Ns.,M.Kep
F. Kategori Penilaian
Kategori penilaian berdasarkan Arikunto (2006) yang akan diberikan pada
masing-masing komponen instrumen pengumpulan data 5M (Man, Money, Material,
Machine, Method), pasien, peserta didik yang ada. Berdasarkan kesepakatan
kelompok penilaian untuk hasil instrument dikategorikan menjadi 4 yaitu, sebagai
berikut:
1. Sangat Baik : 80 - 100 %
7
2. Baik : 70 - 79%
3. Cukup : 50 - 69%
4. Buruk : <49 %
BAB II
PENGKAJIAN DATA
A. Kajian Situasional
- Rumah Sakit X memiliki Ruang Penyakit Dalam (PDL) yang
berlokasi di lantai II.
- Ruang PDL ini digunakan sebagai ruang rawat inap yang memberikan
pelayanan pada pasien dengan kasus penyakit dalam yang sebagian besar adalah
lansia.
- Kapasitas ruang PDL adalah 24 tempat tidur, dengan tingkat
pelayanan kelas 1 terdiri dari 4 tempat tidur, kelas II terdiri dari 6 tempat tidur
dan kelas III yang terdiri dari 16 tempat tidur.
- Ruang PDL mempunyai 1 Nurse Station untuk tempat perawat,
terdapat 11 kamar mandi yang terdiri dari 1 kamar mandi perawat, 1 kamar mandi
dokter, 2 kamar mandi kelas 1, 3 kamar mandi kelas 2 dan 4 kamar mandi kelas
3. Di ruangan PDL terdapat 4 tempat cuci tangan (washtafel) terdiri dari 1 buah
diruang perawat dan 3 buah didepan kamar pasien.
- Di Ruang PDL memiliki peralatan EKG 1 buah dalam kondisi baik,
troli gawat darurat 1 set kondisi baik, nebulizer 1 buah kondisi baik, dan
ketersediaan APD terpenuhi setiap bulan dan ketika habus kepala ruangan
menyediakan APD dari logistik.
- Ruang PDL ini dipimpin oleh seorang kepala ruangan yang dibantu
oleh 2 orang Primary Nurse serta 10 Associate Nurse.
- Ruang PDL memberikan pelayanan rawat inap bagi pasien umum,
pasien BPJS serta pasien dengan jaminan kesehatan lainnya.
- Ruang PDL ini memiliki struktur organisasi dengan 1 kepala ruangan
(S2 Perawat) dan 2 Primary Nurse (S1 Perawat) dengan anggota Associate Nurse
masing-masing 5 orang dengan pendidikan D3 Perawat.
- Dalam 1 tahun terakhir pasien yang dirawat di ruang PDL ini
berjumlah 800 pasien dengan kasus terbanyak, yaitu: Angina Pectoris,
Neoplasma, Aterosklerosis Jantung, Gastritis Kronis, Sindrom Nefrotik, Benigna
Prostat Hypertropi, Stroke Nonhemorraghic, dan Diabetes Mellitus.
- Ruang PDL ini memberikan Asuhan Keperawatan berdasarkan SOP
yang telah dimiliki Rumah Sakit X melalui tahap pengkajian, alanisa data,
8
9
d) Ruang Tindakan
e) Ruang Administrasi
f) Ruang Dokter
g) Ruang Perawat (Ruang Istirahat)
h) Ruang Linen Bersih
i) Ruang Linen Kotor
j) Kamar Mandi / Toilet (Toilet Perawat dan Toilet Pasien)
k) Pantry
l) Gudang
2) Kajian Data
Ruang PDL di Rumah Sakit X berada di lantai II dengan kapasitas
ruang PDL adalah 24 tempat tidur dengan tingkat pelayanan kelas I terdiri
dari 4 tempat tidur, kelas II terdiri dari 6 tempat tidur dan kelas III yang
terdiri dari 16 tempat tidur. Ruang PDL mempunyai 1 Nurse Station untuk
tempat perawat, terdapat 11 kamar mandi yang terdiri dari 1 kamar mandi
perawat, 1 kamar mandi dokter, 2 kamar mandi kelas 1, 3 kamar mandi
kelas 2 dan 4 kamar mandi kelas 3. Di ruangan PDL terdapat 4 tempat
cuci tangan (washtafel) terdiri dari 1 buah diruang perawat dan 3 buah
didepan kamar pasien.
3) Analisis
Berdasarkan hasil pengkajian di Ruang Penyakit Dalam, didapatkan
bahwa Ruang Penyakit Dalam belum memenuhi standar ruang rawat inap
berdasarkan teori DEPKES RI (2006), namun pada beberapa point Ruang
Penyakit Dalam Sudah memenuhi standar seperti ruang pasien rawat inap
(pemisahan ruangan infeksi dan non infeksi), ruang pos perawat (Nurse
Station), ruang tindakan, ruang dokter, kamar mandi/toilet dan gudang.
Kepala Ruangan
TIM I TIM II
Pasien Pasien
2) Kajian Data
Berdasarkan dari hasil data di Ruang Penyakit Dalam di Rumah Sakit
X didapatkan jumlah tenaga pelaksanaan sebanyak 13 orang dengan
perincian 1 orang sebagai kepala ruangan dengan 2 orang sebagai Ketua
Tim (Primary Nurse) dengan masing-masing tim memiliki 5 orang
Perawat Pelaksana (Associate Nurse).
3) Analisis
Berdasarkan data yang telah didapatkan melalui obserasi yang
dilakukan, Ruang PDL menggunakan pendekatan Tim secara vertikal yang
dipimpin oleh kepala ruangan dengan membagi kelompok menjadi dua tim
yang dipimpin oleh Primary Nurse dan beranggotakan Associate Nurse.
c. Pasien
1) Kajian Teori
Pasien merupakan orang yang memiliki kelemahan fisik atau
mentalnya dan menyerahkan pengawasan dan perawatan, menerima dan
12
3) Analisis
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui 10 penyakit terbesar di ruang
PDL selama satu tahun terakhir Penentuan 10 besar kasus ini dapat
digunakan sebagai dasar dalam membuat standar asuhan keperawatan.
Dari data tersebut dibuat acuan untuk perencanaan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan perawat yang spesifik dan pelatihan
pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas.
d. Peserta Didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur
pendidikan baik pendidikan formal atau pendidikan nonformal, pada jenjang
pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. (Nursalam, 2008).
Pada ruang PDL di Rumah Sakit X terdapat mahasiswa yang praktik di
Ruang PDL yaitu mahasiswa dari AKPER Poltekkes, AKPER Pembina,
AKPER Muhammadiyah, dan AKPER Mitra. Kompetensi yang harus dicapai
oleh mahasiswa disesuaikan dengan target yang harus dicapai berdasarkan
buku panduan yang dibawa oleh praktikkan diruangan. Mahasiswa praktikkan
dilakukan selama 2 minggu.
13
2. Instrumental Input
a. MAN (Sumber Daya Manusia)
Kuantitas
1) Kajian Teori
Perawat merupakan seorang yang memberikan pelayanan kesehatan
secara profesional dimana pelayanan tersebut berbentuk pelayanan biologis,
psikologis, sosial, spiritual yang ditunjukkan pada individu, keluarga dan
masyarakat. (Depkes RI, 2002). Menurut UU No. 38 Tahun 2014, perawat
adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di
dalam maupun diluar negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan dari hasil data di Ruang Penyakit Dalam di Rumah Sakit
X didapatkan jumlah tenaga pelaksanaan sebanyak 13 orang dengan perincian
1 orang sebagai kepala ruangan dengan 2 orang sebagai Ketua Tim (Primary
Nurse) dengan masing-masing tim memiliki 5 orang Perawat Pelaksana
(Associate Nurse).
Di ruang PDL Rumah Sakit X menerapkan pembagian 3 shift yaitu
shift pagi, shift sore, dan shift malam. Jumlah perawat yang bertugas dalam
setiap shift ditentukan oleh Kepala Ruangan. Jumlah perawat yang bertugas
shift pagi secara menetap adalah Kepala Ruangan, Ketua Tim serta perawat
lain bertugas sesuai jadwal shift. Pendekatan dalam perhitungan kebutuhan
tenaga perawat di Ruang PDL adalah sebagai berikut:
Model Pendekatan dalam Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Beberapa model pendekatan pendapat yang dapat dilakukan dalam
perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan adalah:
a) Berdasarkan klasifikasi pasien menurut Depkes RI:
Loss day
jumlah hariminggu dalam 1 tahun+cuti +hari besar
loss day= x Jumlah Perawat
jumlah hari kerja efektif
2) Kajian Data
Berdasarkan hasil observasidi ruangan didapatkan jumlah tenaga
medis di ruang PDL terdiri dari 1 Kepala ruangan , 2 Ketua tim, dan 10
orang perawat pelaksana dan dibagi menjadi 3 shift jaga yaitu :
- Shift pagi : 07.30 - 14.30 WIB
- Shift sore : 14.00 - 19.30 WIB
- Shift malam : 19.00 - 08:00 WIB
Pendekatan dalam perhitungan kebutuhan tenaga perawat Ruang
PDL adalah sebagai berikut :
a) Menurut Gillies
Jumlah tenaga perawat untuk ruang penyakit dalamdengan jumlah
tempat tidur adalah 24 TT dapat dihitung dengan BOR rata-rata dari 1
tahun terakhir adalah 75 %, sebagai berikut:
Berdasarkan Rumus Gillies adalah:
Ruang Perawatan Bedah Kelas III
Tenaga Perawat (TP) = A x B x 365
16
Untuk Ruang Penyakit Dalam dengan jumlah tempat tidur 24, BOR rata-
rata bulan per tahun adalah83 %. Maka tenaga keperawatan:
4 x (83% x 24) x 365 = 13 Perawat
(365-52) x 6
Jadi jumlah tenaga perawat ruang Perawatan Penyakit Dalam di
Rumah Sakit X menurut Gillies (1982) adalah 13 orang.
3) Analisis
Tabel 2.3
Perbandingan Perhitungan dan Kenyataan Ketenagaan dengan
perhitungan Gillies di Ruang PDL Rumah Sakit X
Rumus Jumlah tenaga yang Jumlah Ketera
penyedia dibutuhkan/hari tenaga ngan
n tenaga yang ada
kerja saat ini
Kesimpulan
Dari hasil perhitungan ketiga rumus kebutuhan tenaga perawat diatas dapat
dibandingkan sebagai berikut:
Tabel 2.6
Perbandingan Perhitungan dan Kenyataan Ketenagaan dengan 3
rumus perhitungan di Ruang PDL Rumah Sakit X
Hasil
Metode Tersedia Keterangan
perhitungan
Gillies 13 13 Sesuai
Depkes RI 16 13 Tidak Sesuai
Douglas 16 13 Tidak Sesuai
Kualitas
1) Kajian Teori
Keberhasilan sebuah organisasi rumah sakit sangat bergantung pada
kemampuan manajemen dalam menyelaraskan unsur-unsur karyawan (tenaga
perawat) dengan system, struktur organisasi, teknologi, tugas, budaya kerja
dan lingkungannya.Hal ini telah disadari bahwa sumber daya manusia
seringkali menjadi penyebab kegagalan suatu organisasi di rumah sakit.
19
Selain itu secara teori indikator keberhasilan rumah sakit dalam memberikan
pelayanan kesehatan salah satunya ditentukan oleh pemberian asuhan
keperawatan yang berkualitas.
Supaya dapat memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas
diperlukan sumber daya yang cukup dengan kualitas yang tinggi dan
professional sesuai dengan tugas dan fungsinya.Menurut Darmanto
Djojosubroto (2013) konsep pengembangan sumber daya manusia yang
disebut Human Resources Development (HRD) memiliki 3 program yaitu:
a) Training, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan pada pekerjaan
saat ini.
b) Education, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan untuk
pekerjaan yang akan datang.
c) Development, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan untuk
pekerjan pegawai yang bersangkutan secara langsung.
Pelatihan, kursus dan lokakarya yang umumnya diperlukan oleh
perawat adalah sebagai berikut :
- Etika komunikasi
- Komunikasi terapeutik dalam keperawatan
- Etika keperawatan
- Manajemen keperawatan
- Manajemen rumah sakit
- Audit medis
- Pencegahan penyakit nosocomial
- Sanitasi RS
- Standar asuhan keperawatan
(a)Tingkat Pendidikan
Menurut Notoadmojo (2003), Pendidikan adalah adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
20
3) Pendidikan Formal
Tabel 2.8
Kualifikasi Jenjang Pendidikan Tenaga Kesehatan di Ruang PDL
No Jenis Pendidikan Jumlah %
1 DIII Keperawatan 10 76,9
2 S1 Keperawatan 2 15,38
dan Ners
3 S2 Keperawatan 1 7,69
21
Jumlah 13 100
b. Money
1) Kajian Teori
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 pendapatan asli
daerah adalah sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah
yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah. Salah satu fungsi rumah sakit adalah
memberikan pelayanan kesehatan bagi petugas medis maupun non medis.
Sistem keuangan Rumah Sakit yang merupakan salah satu kegiatan
dari manajemen keuangan adalah sasaran pertama yang harus diperbaiiki
agar dapat memberikan data dan informasi yang mendukung para manajer
Rumah Sakit dalam pengambilan keputusan maupun pengamatan serta
pengendalian kegiatan rumah sakit.
2) Kajian Data
Berdasarkan hasil pengkajian di Rumah Sakit X menggunakan
pembiayaan bersumber dari pasien umum, BPJS dan pasien dengan
jaminan kesehatan lainnya.
c. Material
1) Kajian Teori
Standar peralatan keperawatan adalah penetapan peralatan
keperawatan yang meliputi kebutuhan (jumlaj, jenis, dan spesifikasi) serta
22
b) Keperawatan
Penetapan kebutuhan alat keperawatan baik dari segi jumlah, jenis dan
spesifikasi menjamin tersedianya alat keperawatan yang memadai untuk
mencapai tujuan pelayanan keperawatan :
Tabel 2.10
Standar Alat Keperawatan di Ruang Rawat Inap
No Nama Barang Ratio Pasien alat
1 Stetoskop 2/Ruangan
2 Tensi Meter 2/Ruangan
3 Bak Instrumen Besar 2/Ruangan
4 Bak Instrumen Kecil 2/Ruangan
5 Bengkok 2/Ruangan
6 Standar Infus 1:2
7 Korentang 2/Ruangan
8 Gunting Perban 2/Ruangan
Sumber: Depkes, 2011
1 Nampan 1-3/ruangan
2 Plato/piring makan 1:1
3 Piring snack 1:1
4 Gelas 1:2
5 Tatakan dan tutup gelas 1:2
6 Sendok 1:2
7 Garpu 1:2
8 Kran air 1:1
9 Baki 5/ruangan
10 Tempat sampah pasien 1:1
11 Senter 2/ruangan
Sumber :Depkes, 2011
kemungkinan jika barang rusak atau tidak layak pakai akan ditarik dari
pemakainya. Berarti dapat disimpulkan, peralatan di Ruang PD sesuai
standar.
d. Machine
1) Kajian Teori
Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau
mengubah energi untuk melakukan membantu pelaksanaan tugas manusia.
Biasanya membutuhkan sebuah masukan sebagai pelatuk, mengirim
energi yang telah diubah menjadi sebuah keluaran yang melakukan tugas
yang telah di setel, machine atau mesin digunakan untuk memberi
kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta
menciptakan efesiensi kerja.
2) Kajian Data
Tabel 2.13
Inventaris Mesin yang ada di Ruang PDL
No Nama Barang Jumlah Kondisi Ket
1. EKG 1 Baik Cukup
2. Nebulizer 1 Baik Cukup
3. Suction 2 Baik Cukup
4. GDS (Gula Darah Sewaktu) 1 Baik Cukup
5. Syringe Pump 2 Baik Cukup
6. Mesin Obat 2 Baik Cukup
3) Analisa
Berdasarkan tabel 2.13 diatas, dapat dianalisa bahwa tidak ada alat-alat
yang rusak sehingga tidak mempengaruhi kinerja perawat untuk
melakukan tindakan , karena di ruang penyakit dalam terdapat pasien
interna yang sangat membutuhkan alat-alat tersebut untuk memonitor
keadaan pasien secara komprehensif.
e. Method
1) Standar Asuhan Keperawatan
Kajian Teori
Menurut Marr dan Biebing (2008) standar adalah suatu tingkat kinerja
yang secara umum dikenal sebagai sesuatu yang diterima, adekuat,
25
memuaskan dan digunakan sebagai tolak ukur atau titik acuan yang
digunakan sebagai pembanding. Sedangkan menurut Schroeder (2007)
standar adalah nilai atau acuan yang menentukan level praktek terhadap
staf atau suatu kondisi pada pasien atau sistem yang telah ditetapkan untuk
dapat diterima sampai pada wewenang tertentu.
Standar perawatan adalah uraian tingkat asuhan keperawatan yang
kompeten seperti yang diperlihatkan oleh proses keperawatan yang
mencakup semua tindakan penting yang dilakukan oleh perawat dalam
memberikan perawatan dan membentuk dasar pengambilan keputusan
klinik (Retnariska, 2012).
Di Indonesia, standar keperawatan dipakai sebagai pedoman dan
instrumentasi penerapan standar asuhan keperawatan yang disusun oleh
Depkes yaitu:
a) Standar I pengkajian keperawatan
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap
dan dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan, data kesehatan harus
bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian
keperawatan meliputi kumpulan data yang harus menggunakan format
yang baku, sistematis, diisi sesuai item yang tersedia, aktual dan valid.
b) Standar II diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status
kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma
kehidupan pasien, dan diagnosa keperawatan dihubungkan dengan
penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien dan
komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan tanda atau gejala.
c) Standar III perencanaan atau intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan asuhan
keperawatan dan rencana tindakan.
d) Standar IV implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
26
Kajian Data
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di ruang PDL
memberikan asuhan keperawatan berdasarkan SOP yang telah dimiliki
oleh Rumah Sakit, melalui tahapan pengkajian, analisa dara, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Namun dalam
pengkajian data didapatkan tidak lengkap, penentuan diagnosa belum
sama antar perawat diruangan tersebut.
Kajian Data
Bersadarkan observasi yang dilakukan, daftar prosedur tetap yang
ditemukan yang banyak dilakukan di Ruang Penyakit Dalam adalah:
Tabel 2.14
Daftar Prosedur Tetap Ruang Penyakit Dalam RS X
Analisa
Setiap tindakan atau prosedur keperawatan harus memiliki standar
yang telah ditetapkan dan dibakukan agar dapat dijadikan acuan dalam
28
C. Proses
1. Proses Pelayanan Keperawatan Sistem Pembetian Pelayanan Keperawatan
Profesional (Instrumen A)
a. Kajian Teori
Proses pelayanan Keperawatan adalah upaya untuk dapat menilai mutu dari
hasil asuhan keperawatan telah ditetapkan indikator klinik keperawatan (Depkes
RI, 2008).
1) Kepala ruang
a) Perencanaan
1) Menunjuk perawat primerdan tugasnya masing-masing
2) Mengikuti serah terima di shif sebelumnya
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien dibantu perawat primer
4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktivitas dan tingkat ketergantungan pasien oleh perawat primer
b) Pengorganisasian
Merumuskan metode penugasan yang digunakan
Merumuskan tujuan metode penugasan
Membuat rincian tugas perawat primer dan perawat asosiet secara
jelas
Membuat rencana kendali kepala ruangan membawahi dua perawat
primer (PP). Perawat primer membawahi dua perawat pelaksana.
c) Pengarahan
Memberi pengarahan tentang penugasan kepada perawat primer
Memberikan pujian kepada perawat yang mengerjakan tugas dengan
baik
Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan
sikap.
29
2) Perawat primer
a) Menerima klien dan mengkaji kebutuhan klien secara komperhensif
b) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
c) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama praktik
d) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan
berikan oleh disiplin lain maupun perawat lain
e) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
f) Menerima dan menyesuaikan rencana
g) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial dan kontak dengan lembaga
sosial di masyarakat
h) Membantujadwal perjanjian klinik
i) Mengadakan kunjungan rumah
3) Perawat Pelaksana
30
6) Post conference
Post conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shif dan sebelum operan.
a) Persiapan
Ketua tim menyiapkan ruangan
Ketua tim menyiapkan rekam medik dan buku laporan shift pasien
dalam tanggung jawabnya
b) Pelaksanaan
Ketua tim/PJ membuaka post conference
Ketua Tim/PJ menjelaskan tujuan dilakukannya post conference
Ketua Tim/PJ menjelaskan tentang hasil tindakan asuhan keperawatan
yang telah dilakukan
Ketua Tim/PJ mendiskusikan dengan anggota tentang masalah yang
ditemukan dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien dan
mencari upaya penyelesaian masalah
Ketua Tim/PJ memberikan reinforcement positif pada nggota tim
Ketua Tim/PJ menyimpulkan hasil post conference
Ketua Tim/PJ mengklarifikasi informasi pasien sebelum melakukan
tindakan operan tugas jaga shift berikutnya.
7) Handover
Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover adalah
transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan tanggung gugat)
selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang
tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Selain itu juga
34
Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diruang PDL didapatkan hasil
penilaian kepala ruangan sebesar 100% . Hal ini menyatakan bahwa kepala
ruangan PDL sudah baik. Dari setiap observasi didapat bahwa setiap meeting
morning memang berperan sebagai konsultan dan menerima keluhan mengenai
pasien dan ruangan tetapi terkadang juga tidak dilakukan karena tidak ada
keluhan.
2) Kepala Tim
Berdasarkan Observasi pelaksanaan uraian tugas tim ruang di ruang PDL
kami sampaikan pada tabel berikut:
Tabel 2.16
36
Analisis Data
Berdasarkan tabel uraian diatas pelaksanaan tugas Kepala Tim Ruang PDL
di RS X sebesar 100% melaksanakan tugasnya dengan baik.Dari hasil observasi
yang dilakukandidapatkan bahwa pada saat melakukan pre conference dengan
semua Perawat melaksanakan pre conference hanya saja tidak terstruktur dengan
benar dan sesuai.
3) Perawat Asosiatif
Berdasarkan observasi dari tanggal 04 - 10 Januari 2021, presentase Uraian
Tugas Perawat Asosiatif Di Ruang PDL RS X
37
Tabel 2.17
Uraian Tugas Perawat Asosiatif Di Ruang PDL RS X (N=3)
Observasi
No Variabel yang dinilai
Ya Tidak
1. Mengerjakan semua tugas yang diberikan kepala ruang 3 0
2. Menerima sesuai SOP di rumah sakit 3 0
3. Melakukan pengkajian keperawatan 3 0
4. Menganalisis data pasien sesuai bio 3 0
5. Menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang dirumuskan 3 0
6. Menyusun rencana keperawatan berdasarkan data hasil pengkajian keperawatan 3 0
7. Bekerjasama dengan tim kesehatan lain dalam menyusun perencanaan 3 0
keperawatan
8. Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan SOP 3 0
9. Memperkenalkan diri setiap bertemu pasien dan mendengarkan setiap keluhan 3 0
pasien
10. Memberikan penjelasan pada klien sebelum melakukan tindakan keperawatan 3 0
11. Mengutamakan keselamatan klien dalam memberikan asuhan keperawatan dan 3 0
melakukan dokumentasi keperawatan
12. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan berdasarkan tujuan 3 0
13. Melakukan discharge planning pada pasien pulang 3 0
14. Melakukan operan dengan penanggungjawab sift berikutnya 3 0
15 Mengikuti setiap pertemuan yang diadakan ruangan dan bekerjasama serta 3 0
membantu sesama rekan kerja
16. Memberikan dukungan terhadap atasan ketika melaksanakan tugas atau 3 0
pekerjaan
Jumlah 48 0
Persentase 100% 0%
Analisis Data
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diruangan ruang PDL selama
tiga hari dalam 3 shift kerja, didapatkan hasil penilaian dalam pelaksanaan uraian
tugas perawat asosiatif dikategorikan sangat baik, dengan persentase nilai sebesar
100%. Dari uraian 16 kegiatan perawat asosiatif, hanya ada beberapa hal yang
tidak dapat terlaksanakan sepenuhnya
4) Meeting Morning
Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diruang PDL selama tiga hari
dalam 3 shift kerja pagi, didapatkan hasil penilaian dalam pelaksanaan kegiatan
meeting morning dikategorikan baik, dengan persentase nilai sebesar 81%.
5) Pre Conference
Berdasarkan hasil Observasi dilakukan selama 3 hari periode04 - 10 Januari
2021Presentase Proses Pelaksanaan Pre Conference Di Ruang PDLRS X dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.19
Proses Pelaksanaan Pre Conference Di Ruang PDL RS X (N=3)
Observasi
No Aktivitas
Ya Tidak
Persiapan
1 Ketua Tim menyiapkan ruangan 3 0
2 Ketua Tim menyiapkan rekam medic dan buku laporan shift pasien 3 0
dalam tanggung jawabnya
Pelaksanaan
1 Ketua Tim/PJ membuka pre conference dengan salam dan berdoa 2 1
jika belum dilakukan.
2 Ketua Tim/PJ menjelaskan tujuan dilakukannya pre conference 3 0
3 Ketua Tim/PJ memandu pelaksanaan pre conference 2 1
4 Ketua Tim/PJ menjelaskan masalah keperawatan pasien, 2 1
keperawatan dan rencana keperawatan yang menjadi tanggung
jawabnya
5 Ketua Tim/PJ membagi tugas kepada anggota Tim dengan 3 0
memperhatikan keseimbangan kerja
6 Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan pasien/tindakan 3 0
7 Ketua Tim/PJ memotivasi untuk memberikan tanggapan dan 2 1
penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan
8 Ketua Tim/PJ mengklarifikasi kesiapan anggota Tim untuk 2 1
melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
9 Ketua Tim/PJ memberikan reinforcement positif pada anggota Tim 3 0
39
6) Post Conference
Berdasarkan hasil Observasi selama04 - 10 Januari 2021. Presentase Proses
Pelaksanaan Post Conference Di Ruang PDL RS X dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.20
Pelaksanaan Post Conference Di Ruang PDL RS X (N = 3)
Observasi
No Aktivitas
Ya Tidak
A. Persiapan
1. Ketua Tim/PJ mmenyiapkan ruangan post conference 3 0
2. Ketua Tim/PJ menyiapkan rekam medic pasien dalam tanggungjawabnya 2 1
B. Pelaksanaan
1. Ketua Tim/PJ membuka post conference 3 0
2. Ketua Tim/PJ menjelaskan tujuan dilaksanakannya post conference 3 0
3. Anggota Tim menjelaskan tentang hasil tindakan/ hasil asuhan keperawatan 3 0
yang telah dilakukan.
4. Mendiskusikan masalah yang telah ditemukan dalam memberikan ASKEP 2 1
pada pasien dan mencari upaya penyelesaian masalah
5. Ketua Tim/PJ memberi reinforcement pada Anggota Tim 3 0
6. Ketua Tim/PJ menyimpulkan hasil post conference 2 1
7. Ketua Tim/PJ mengklarifikasi informasi pasien sebelum melakukan operan 3 0
jaga shift jaga berikutnya
C. Penutup
1. Mengakhiri post conference dengan doa 3 0
2. Mendokumentasikan post conference 2 1
Jumlah 29 4
Persentase 88% 12%
Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diruang PDL didapatkan hasil
penilaian post conference 88%, hal ini menyatakan bahwa Post conference
diruang PDL dikatagorikan baik.
7) Handover
40
Orientasi
No Variabel Ya T
i
d
a
k
4) Jalur Evakuasi
5) SPO
17. Penyampaian Informasi dan masalah yang terjadi 3
misalnya Alkes dan SDM
18. Ikut dalam penutupan proses timbang terima 3
Jumlah 54 1
2
Persentase (%) 81.8 1
% 8
,
1
%
Persentase Total (%) 100%
Analisis
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di ruang Rawat Inap
Penyakit Dalam didapatkan bahwa pelaksanaan handover di Ruang PDL
telah dilaksanakan dengan cukup baik.
Classification) untuk tujuan dan outcome yang ingin dicapai, dan NIC (Nursing
Intrevension Classification) untuk rencana tindakan/intervensinya.
Di Indonesia, standar keperawatan dipakai sebagai pedoman dan
instrumentasi penerapan standar asuhan keperawatan yang disusun oleh Depkes
yaitu:
a. Standart I pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan berisi tentang data anamnesa, observasi yang
paripurna dan lengkap serta dikumpulkan secara terus menerus tentang
keadaan pasien untuk menentukan asuhan keperawatan sehingga data
keperawatan harus bermanfaat bagi semua anggota tim. Data pengkajian
meliputi pengumpulan data, pengelompokan data, dan perumusan masalah.
b. Standart II diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon pasien yang dirumuskan
berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan
norma kehidupan pasien, dan komponennya terdiri dari masalah penyebab dan
gejala (PES) bersifat actual dan potensial dan dapat ditanggulangi perawat.
c. Standart III perencanaan atau intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnose keperawatan
komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan asuhan keperawatan dan
rencana tindakan.
d. Standart IV implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal
yang mencangkup aspek peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan
dengan mengikut sertakan keluarga.
e. Standart V evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis, terencana
untuk menilai perkembangan pasien.
f. Standart VI dokumentasikeperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh perawat
selama dirawat inap maupun rawat jalan yang digunakan sebagai informasi,
komunikasi dan laporan. Dokumentasi dibuat setelah tindakan dilakukan
sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan setiap mencatat harus
43
a) Standar Diagnosis
Tabel 2.22
Penilaian Terhadap Penerapan Standar Diagnosis
Dalam Asuhan Keperawatan Di Ruang PDL RS X
Kode Berkas Rekam
Aspek Yang
No Medik Pasien
Dinilai
1 2 3
1. Dx. Keperawatan berdasarkan masalah yang telah
- √ √
dirumuskan
2. Dx. Keperawatan mencerminkan PE/PES √ - -
3. Merumuskan diagnosa keperawatan aktual /potensial √ - -
Sub Total 2 1 1
Total 2
Persentase 40
b) Standar Perencanaan
Tabel 2.23
Penilaian Terhadap Penerapan Standar Perencanaan Dalam Asuhan Keperawatan Di
Ruang PDL RS X
Kode Berkas Rekam
Aspek Yang
No Medik Pasien
Dinilai
1 2 3
1. Berdasakan Dx. Keperawatan - - -
2. Disusun berdasarkan urutan prioritas - - -
3. Merumuskan tujuan mengandung komponen pasien/subyek,
√ √ √
perubahan, prilaku, kondisi pasien dan atau criteria waktu
4. Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat
√ √ √
perintah, terinci dan jelas
5. Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan
√ √ √
pasien/keluarga
6. Rencana tindakan menggambarkan kerjasama dengan tim √ √ √
44
kesehatan
Sub Total 4 4 4
Total 12
Persentase 66,0%
c) Standar Implementasi
Tabel 2.24
Penilaian Terhadap Penerapan Standar Implementasi Dalam
Asuhan Keperawatan Di Ruang Penyakit Dalam RS X
Kode Berkas Rekam
Aspek Yang Medik Pasien
No
Dinilai
1 2 3
1. Tindakkan dilaksanaan mengacu pada rencana perawatan √ √ √
2. Perawat mengobservasi respon pasien terhadap tindakan √ √ √
keperawatan
3. Revisi tindakkan berdasarkan hasil evaluasi - - -
4. Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat ringkas dan √ √ √
jelas
Sub Total 3 3 3
Total 9
Persentase 75
d) Standar Evaluasi
Tabel 2.25
Penilaian Terhadap Penerapan Standar Evaluasi Dalam Asuhan
Keperawatan Di Ruang Penyakit Dalam RS X
Kode Berkas Rekam
Aspek Yang Medik Pasien
No
Dinilai
1 2 3
1. Evaluasi mengacu pada tujuan √ √ √
2. Hasil evaluasi dicatat - √ √
Sub Total 1 2 2
Total 5
Persentase 100
e) Standar Dokumentasi
Tabel 2.26
Penilaian Terhadap Penerapan Standar Dokumentasi Dalam
Asuhan Keperawatan Di Ruang Penyakit Dalam RS X
Kode Berkas Rekam
Aspek Yang
No Medik Pasien
Dinilai
1 2 3
1. Menulis pada format yang baku √ √ √
2. Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan yang
√ √ √
dilaksanakan
3. Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang
- - -
baku dan benar.
4. Setiap melakukan tindakan/kegiatan perawat √ √ √
mencantumkan paraf/nama jelas, dan tanggal jam
45
dilakukannya tindakan.
5. Berkas catatan keperawatan di simpan sesuaidengan
√ √ √
kententuan yang berlaku
Sub Total 4 4 4
Total 24
Persentase 80
Analisis
Hasil observasi dan studi dokumentasi didapatkan keterangan bahwa proses
penerapan standar asuhan keperawatan di ruang PDL RS X kurang baik karena dalam
pengkajian data didapat tidak lengkap, dan penentuan diagnosa belum sama antar
perawat diruangan tersebut
3. Kepuasan
a. Kajian teori
Kepuasan adalah kesesuaian jasa yang diterima atau dirasakan dengan yang
diharapkan. Menurut Kotler (2005) kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya.
Wilkie (dalam Tjiptono, 2010) mendifinisikan kepuasan atau ketidakpuasan sebagai
suatu tanggapan atau respon emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi
suatu produk jasa. Kepuasan mempuyai dimensi fisik, mental dan sosial.
Kepuasan konsumen merupakan dimensi persepsi multi dimensional yang tekait
dengan struktur, proses dan out come layanan, sedangkan ketidak puasan merupakan
kesenjangan antara harapan dengan kenyataan layanan yang diterima oleh pasien.
Ketidakpuasan adalah kekecewaan. Ketidakpuasan terhadap layanan kesehatan
diungkapkan dalam bentuk keluhan, protes, kemarahan, surat terbuka dalam media
massa, pengaduan pada ikatan profesi sampai pada pengaduan ke pengadilan dengan
tuntutan mal praktek.
Saya merasa puas dengan tingkat tanggung jawab dalam pekerjaan yang 3 0
saya emban
Sebagai perawat saya bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan 3 0
kepada saya
10 Promosi/ Pengembangan Karier
Saya puas karena mendapat pelatihan yang sesuai untuk mendukung 2 1
pelaksanaan pekerjaan saya
Kenaikan posisi/ promosi/ gaji ditandai dengan adil dengan 2 1
memperhatikan masa kerja, kinerja dan kemampuan.
Jumlah 54 6
Prosentase 90% 10%
Analisa
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk kepuasan kerja perawat di rumah
sakit menunjukkan bahwa tingkat kepuasan perawat yang bekerja di ruang PDL
sebesar 90% (yang berarti perawat sangat puas dengan hasil yang didapatkan karena
semua sudah sesuai dengan prosedur yang ada di rumah sakit).
d. Rekapitulasi penerapan SAK
Tabel 2.30
Rekapitulasi Penerapan Standar Kepuasan
di ruang PDL RS X
No Standar SAK %
1 Kepuasan Keluarga 67
2 Kepuasan Karyawan 90
Rata-rata 72,2 %
Analisis
Hasil observasi tentang kepuasan didapatkan keterangan bahwa proses
kepuasan keluarga maupun kepuasan karyawan di ruang PDL, kepuasan yang
didapatkan sudah baik terhadap mutu dari pelayanan yang diberikan, ditunjukan
dengan nilai persentasi sebesar 72,2%.
d) Rekapitulasipenerapan SAK
Tabel 2.34
Rekapitulasi Penerapan Standar Operasional Prosedur
di Ruang PDL RS X
No Standar SAK %
1 Pemasangan IVFD 89,4
2 Pemasangan Oksigen 58
3 Merapikan Tempat Tidur 76,2
Rata-rata 74,5 %
Analisis
Hasil observasi dan penerapan standar operasional prosedur (SOP) didapatkan
keterangan bahwa proses penerapan standar prosedur di ruang PDL RS X telah
terlaksana dengan baik ditunjukan dengan nilai persentasi sebesar 74,5%.
3. Hasil Mutu Pelayanan (Instrumen A,B,C)
Berdasarkan observasi yang kami lakukan, rentang kendali di Ruang PDL periode
23-25 Januari 2021 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.35
Hasil Penilaian Mutu Pelayanan (Instrumen A,B,C) di Ruang PDL RS X
No Aspek Tercapai (%) Target yang harus di capai
1 Instrumen A 75,6% >100%
2 Instrumen B 72,2% >100%
3 Instrumen C 74,5% >100%
Total 74,1%
Analisa
Berdasarkan tabel diatas hasil penilaian mutu pelayanan yang meliputi instrument A
hasil prosentase sebesar 75,6%, yang berarti asuhan keperawatan yang telah dilakukan di
ruang PDL dilakukan dengan baik. Instrumen B hasil prosentasi 72,2% yang berarti
perawat sudah sangat baik dengan hasil kerja yang telah dilakukan selama ini di ruang
PDL RS X, Sedangkan instrument C didapatkan hasil prosentase sebesar 74,5%, yang
berarti semua tindakan keperawatan yang dilakukan baik sesuai dengan prosedur atau SOP
yang ada di RS X. Jadi dapat disimpulkan bahwa mutu pelayanan yang ada di ruang PDL
(penyakit dalam). sudah baik tetapi perlu ditingkatkan kembali mulai dari asuhan
keperawatan, kepuasan dan standar operasional prosedur.
D. OUTPUT
1. Keselamatan Pasien (Patient Safety)
a. Kajian Teori
51
WHO memulai program Pasien Safety pada tahun 2012, keselamatan pasien
(pasien safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu variabel untuk
mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap
pelayanan kesehatan (Nursalam, 2012). Program keselamatan pasien adalah suatu
usaha untuk menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan (KTD) yang sering
terjadi pada pasien selama dirawat di rumah sakit sehingga sangat merugikan baik
pasien itu sendiri maupun pihak rumah sakit.Sistem tersebut meliputi: assesment risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insidendan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan
dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya
dilakukan.
Tujuan :
1. Terciptanya budaya keselamatan pasie di rumah sakit.
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan ( KTD ) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.
Sasaran Patient Safety:
1. Melakukan identifikasi pasien secara tepat.
2. Meningkatkan komunikasi yang efektif.
3. Meningkatkan keamanan penggunaan obat yang membutuhkan perhatian.
4. Melakukan penandaan pada rencana operasi
5. Mengurangi resiko infeksi.
6. Mengurangi resiko pasien cedera karena jatuh.
Pasien safety meliputi :
1. Ketepatan identifikasi pasien efektif
a) Kajian Data
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di ruangan PDLuntuk
pengidentifikasian pasien dengan pemberian gelang semuanya dilakukan.
Observasi yang dilakukan selama 3 hari dari 04 - 10 Januari 2018, Identifikasi
pasien di Ruang PDL, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
52
Tabel 2.36
Pengukuran Instrument Pasien Safety: Identifikasi Pasien
Di Ruang PDL RS X (N=3)
No Variabel 1 2 3 Catatan
1 Pemberian gelang identitas pasien √ √ √
Persentase (%) 100% 100% 100%
Persentase total 100%
2 Penjelasan tentang manfaat pemasangan - √ √
gelang
3 Pemberian gelang identitas sesuai jenis - √ √
kelamin
Laki laki = biru
Perempuan = pink
No. RM
Nama, Tempat, Tanggal Lahir
4 Periksa identitas sebelum memberikan obat - - -
kepada pasien
5 Periksa identitas sebelum memberikan √ √ √
transfusi darah dan produk darah lainnya
6 Periksa identitas sebelum mengambil sampel √ √ √
darah pasien
Total 2 4 4
Persentasi (%) 60 % 80 % 80 %
Presentase total 68 %
Analisa
Setelah dilakukan observasi, didapatkan persentase 68% Perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan demi menjaga keselamatan pasien menerapkan 6
Sasaran Keselamatan Pasien, namun 4 perawat tidak maksimal dalam menerapkannya.
2. Peningkatan Komunikasi Efektik
a) Kajian Data
Observasi yang dilakukan selama 3 hari dari 04 - 10 Januari2021, Komunikasi
yang efektif di Ruang PDLRS X, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.37
Pelaksanaan Peningkatan Komunikasi Yang Efektif Di Ruang PDL
Periode 04 - 10 Januari 2021 (N = 3)
No Variabel Ya Tidak
1 Perawat segera menanggapi keluahan pasien 1 2
2 Setiap perawat melakukan handover/ keliling 3 0
3 Setiap penulisan akhir shift adakah nama lengkap perawat jaga 3 0
di buku operan
4 Di SOAP ada tidak nama dan paraf perawat 3 0
Jumlah 7 2
Persentase (%) 83% 16.6%
Analisa
Setelah dilakukan observasi, didapatkan persentase komunikasi yang efektif
didapatkan 83%, ini menunjukkan bahwa perawat di ruang PDL didapatkan baik dalam
melakukan komunikasi yang efektif kepada pasien berarti belum dijalankan dan
53
dilakukan dengan baik dan optimal karena komunikasi yang akurat, tepat dan efektif
dapat membantu terlaksananya asuhan keperawatan yang optimal.
Analisa
Di ruang PDL sudah tersedia loker untuk obat, dengan masing-masing loker
bertuliskan nomor bed pasien, nama pasien dan obat pasien ada yang di simpan di
loker,. Manajemen obat di ruang obat sudah dinilai baik dengan presentasi dari hasil
observasi sebesar 78%. Dan sampai saat ini belum pernah terjadi penyalahgunaan obat
seperti salah pemberian obat.
54
2 √ √ √ √ -
3 √ √ √ √ -
4 - - √ - √
5 √ √ √ √ -
6 √ √ √ √ -
7 √ √ √ √ -
8 - - √ - √
9 - √ √ √ -
10 - √ √ √ -
11 √ √ √ √ -
12 - √ √ - √
13 √ - √ - √
14 √ √ - √ -
15 √ - √ - √
16 √ √ √ - √
17 √ - √ - √
18 √ √ √ √ -
19 √ √ √ - √
20 - √ √ - √
Analisa
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari 20 responden yang
melaksanakan 5 moment cuci tangan adalah 50 % dalam kategori cukup yang
meliputi: sebelum tindakan aseptic, setelah kontak dengan dengan cairan tubuh,
setelah kontak dengan pasien, setelah kontak dengan lingkungan sekitar.
Pelaksanaan cuci tangan 6 langkah juga masih belum di laksanakan dengan baik,
dari 20 responden hanya terdapat 11 responden yang melakukan cuci tangan dengan
6 langkah yaitu sebesar 60%. Sehingga dapat disimpulkan pelaksanaan pengendalian
dan pencegahan infeksi di Ruang PDL RS X cukup dan perlu dioptimalkan,
terutama pada 6 langkah dalam mencuci tangan dan 5 momen dalam mencuci
tangan. Hal ini diduga kurangnya motivasi dalam melakukan 5 moment cuci tangan.
55
Tabel 2.41
Penilaian Terhadap Pembuangan Sampah Di Ruang PDL RS X
Periode 04 - 10 Januari 2021 (N=3)
No Variabel Ya Tidak
1 Apakah tersedia tempat sampah di ruangan 2 0
2 Apakah tersedia tempat sampah infeksi dengan kantong warna kuning 3 0
3 Apakah tersedia tempat sampah non infeksi dengan kantong warna hitam 3 0
4 Apakah tersedia tempat sampah untuk benda tajam 3 0
5 Apakah pembuangan sampah infeksi di kantong warna kuning 3 0
6 Apakah pembuangan sampah non infeksi di kantong warna hitam 2 0
7 Apakah pembuangan sampah tajam di dalam derigen 2 0
8 Apakah seluruh tempat sampah terdapat label untuk sampah infeksi atau non 2 0
infeksi
Total 20 0
Presentase 96% 0%
Analisa
Berdasarkan data yang didapat dari observasi mahasiswa bahwa penilaian
terhadap pembuangan sampah bbaik dengan persentase 96%. Perawat sudah mampu
membedakan dimana tempat sampah yang infeksius dan yang non infeksius.
b. Penatalaksanaan Linen
a) Kajian data
Observasi yang kami lakukan untuk mengetahui Penilaian terhadap
penatalaksanaan linen di ruang PDL RS X pengkajian tanggal 23– 25 Januari
2021, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.42
Penilaian Terhadap Penatalaksanaan Linen Di Ruang PDL RS X
Periode 04 - 10 Januari2021 (N=3)
No Variabel Ya Tidak
1 Apakah tersedia kantong untuk linen kotor infeksi berwarna 2 1
kuning.
2 Apakah tersedia kantong linen kotor non infeksi berwarna putih 2 1
3 Apakah penempatan linen kotor infeksi di kantong warna kuning 2 1
4 Apakah penempatan linen kotor non infeksi di kantong warna 2 1
putih
5 Apakah linen yang terpasang dipasien diganti setiap hari 2 1
Total 10 4
Presentase 71% 29%
Analisa
Berdasarkan data yang didapat dari observasi mahasiswa bahwa penilaian
terhadap penatalaksanaan linen sudah baik dengan persentase 71%. Karena pada saat
penggantian linen tidak dilakukan setiap hari dan terkadang tidak ada kantong sebagai
penanda untuk linen kotor infeksius ataupun linen kotor nonifeksius.
c. Etika Batuk
57
a) Kajian data
Observasi yang kami lakukan untuk mengetahui Penilaian terhadap etika batuk di
ruang PDL RS X pengkajian tanggal 04 - 10 Januari 2021dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 2.43
Penilaian Terhadap Etika Batuk Di Ruang PDL RS X
Periode 04 - 10 Januari2021 (N=3)
No Variabel Ya Tidak
1 Apakah terdapat poster tentang cara etika batuk 3 0
2 Apakah perawat mengetahui cara batuk yang benar 3 0
3 Apakah perawat menggunakan masker saat batuk 1 2
4 Apakah perawat mengajarkan etika batuk kepada keluarga pasien 1 2
Total 8 4
Presentase 66,7% 33,3%
Analisa
Berdasarkan data yang didapat dari observasi mahasiswa bahwa penilaian terhadap
etika batuk cukup dengan persentasi 66,7%.
a. Output
1. Efisiensi Ruang Rawat (BOR, LOS, TOI, BTO)
a. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
Menurut Depkes RI (2009), BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur
pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal
adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2009).
Rumus :(jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%
(jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode)
Menurut Depkes RI (2005), TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur
tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong
tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus :((jumlah tempat tidur × Periode) − Hari Perawatan)
(jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Tabel 2.44
Efisiensi Ruang Rawat Inap di Ruang Penyakit Dalam RS X Periode Tahun 2020
No Indikator Hasil
1 BOR 83%
2 LOS 7 hari
3 BTO 5 kali
4 TOI 2 hari
5 Rata – rata kunjungan 5 hari
6 Jumlah pasien 155 pasien
7 Jumlah tempat tidur 57 tempat tidur
60
61
Dengan keterangan :
Apabila kriteria dengan kategori baik >75% tapi salah satu poin yang penting
didalam instrumen tidak dilaksanakan maka akan dijadikan masalah.
B. Analisa SWOT
2 Pelaksanaan proses standar Penerapan standar diagnosa Penerapan standar diagnosa Penerapan standar diagnosa Penerapan standar diagnosa
asuhan keperawatan belum dalam asuhan keperawatan dalam asuhan keperawatan dalam asuhan keperawatan dalam asuhan keperawatan
optimal 1. Perawat telah melakukan 1. Pembuatan diagnosa Dukungan dan motivasi dari Penyusunan diagnosa
- Penerapan komunikasi yang perumusan diagnosa keperawatan belum kepala ruangan dan teman keperawatan tidak akan berjalan
efektif berdasarkan masalah yang menggunakan PES sejawat lainnya untuk optimal
- Penerapan standar diagnosa didapatkan saat pengkajian 2. Belum adanya pembuatan pembuatan diagnosa
dalam asuhan keperawatan diagnosa keperawatan keperawatan secara optimal
aktual/potensial
63
C. SKORING
Berdasarkan hasil pengkajian data ditemukan beberapa masalah dan dilanjutkan
dengan planning of action dan disusun dalam bentuk tabel. Prioritas masalah
dilakukan dengan metode CARL (Capability, Accesbility, Readness, Leverage) dengan
menggunakan skor nilai 1-5 dengan indikator: 1 : Sangat Kurang, 2: Kurang, 3:
Cukup, 4: Baik, 5: Sangat Baik. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti.
C : Ketersediaan sumber daya (Dana dan sarana/peralatan)
A : Kemudahanmasalah yang diatasi atau tidak diatasi. Kemudahan dapat
didasarkan pada ketersedian metode/ cara/ teknologi serta penunjang
pelaksanaan seperti peraturan atau juklk.
R : Kesiapan dari tenaga kesehatan maupun kesiapan sasaran seperti keahlihan/
kemampuan dan motivasi.
L : Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam
pemecahan yang dibahas.
Nilai total merupakan hasil perkalian C x A x R x L, urutan ranking atau prioritas
adalah nilai tertinggi sampai dengan terendah.
Tabel 3.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan CARL di Ruang PDL RS X
No MASALAH C A R L TOTAL RANK
1. Resiko Jatuh (41,6%) 2 2 1 1 6 1
SAK Penentuan Diagnosis
2. 1 2 2 2 7 2
(40%)
64
Yang
No Masalah Sub masalah Rank Target Uraian Kegiatan Waktu Sasaran PJ
terkait
1 SP2KP Belum optimalnya 2 Perawat dapat menerapkan 1. Koordinasi kepada kepala 05Januari Perawat Kepala
pelaksanaan penerapan diagnosa dalam asuhan ruangan untuk pembuatan 2020 dan ruangan,
diagnosis dan asuhan keperawatan secara benar. diagnosa keperawatan mahasiswa perawat
keperawatan (58%) Dari 58% 2. Referensi diagnosa di ruangan ruangan
Naik 66% menjadi 100% keperawatan berdasarkan PDL dan
dengan kriteria: NANDA terbaru mahasiswa
- Perawat dapat 3. Membuat diagnosa yang ada di
menerapkan pembuatan keperawatan berdasarkan ruang PDL
diagnosa keperawatan PES
berdasarkan PES 4. Memperhatikan batasan
karakteristik dan faktor yang
berhubungan sesuai dengan
tanda dan gejala
2 Patient Belum optimalnya 1 Perawat dapat menerapkan 1. Koordinasi dengan kepala 06Januari Perawat Kepala
safety pelaksanaan pengoptimalan dari ruang 2020 dan ruangan,
penanganan pada pasien pengontrolan pasien resiko 2. Mencari literatur mahasiswa perawat
risiko jatuh (41%) jatuh, perawat dapat 3. Sosialisasi terhadap di ruangan ruangan
mengaplikasikan tanda resiko pengkajian ulang terhadap PDL dan
jatuh pada pasien 41% naik patient safey dengan resiko mahasiswa
59% menjadi 100% pasien jatuh dengan cara yang ada di
Dengan kriteria hasil: focus group discution ruang PDL
- Pada setiap pasien yang 4. Implementasi
beresiko jatuh 5. Evaluasi
didokumentasikan di 6. Dokumentasi
status pasien
- Pasien diberikan tanda
65
risiko jatuh
66
DAFTAR PUSTAKA
Andersen, Ronald Et Al.. 1975. Equity In Health : Empirical Analysis In Social Policy.
London : Cambridge Mall Bailinger Publishing
Depkes RI 2005. Standar Tenaga Keperawatan Di Rumah Sakit. Dirjen Pelayanan Medik
Jakarta
Douglas, Laura Mae. (1992) The Effective Nurse : Leader And Manager ., 4 Th.
Ed,. Mosby - Year Book, Inc.
Gillies, DA. 1989. Manajemen Keperawatan: Suatu Pendekatan Sistem Ed.2. Illioni: WB
Saunders Company
Mulyono, M.H., Hamzah, A & Abdullah, A.Z. (2013). Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
Kinerja Perawat Di Rumah Sakit Dirumah Sakit Tingkat III 16.16.06.01
Potter, Patricia A. & Perry, Anne G. 2009. Fundamental Keperawatan Buku 1 Ed. 7. Jakarta:
Salemba Medika
67
Santere, Rexford E And Neun Stephen P. 2000. Health Economics (Theories, Insight, And
Indistry Studies) Revised Edition. USA : Harcourt College Publisher.
Satrianegara MF, S.S., 2009, Buku Ajar Organisasi Dan Manajemen Pelayanan Kesehatan
Serta Kebidanan. Salemba Medika. Jakarta.
Schroeder, Roger G. Operations Management: Contemporary Concepts And Cases, 3rd Ed.,
Singapore: Mcgraw Hill, 2007.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Sakit Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153;
World Health Organization (WHO). 2009. Human Factors In Patient Safety Review Of
Topics And Tools. Report For Methods And Measures Working Group Of WHO
Patient Safety.
World Health Organization (WHO), 2013, Parties To The WHO Framework Convention On
Tobacco Control, Jenewa.
Wilkinson, J.M., & Ahern N.R.,(2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosa
NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC. Edisi Kesembilan. Jakarta: EGC